• Tidak ada hasil yang ditemukan

KELEMBAGAAN DAERAH DAN RENCANA PENINGKATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KELEMBAGAAN DAERAH DAN RENCANA PENINGKATAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Akhir

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2013-2017

7-1

KELEMBAGAAN DAERAH

(2)

Laporan Akhir

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2013-2017

7-2

7.1. KELAYAKAN KELEMBAGAAN UNTUK INVESTASI

PEMBANGUNAN DAERAH

7.1.1.

Batasan

1. Kelayakan, adalah hasil telaahan (assessment) tentang kapasitas suatu subyek yang mengemban tugas-tugas tertentu bagi tercapainya tujuan-tujuan yang ditetapkan.

2. Kelembagaan, merupakan suatu subyek dan sekaligus juga menunjuk kepada bentuk, sifat-sifat dan atau fungsi-fungsinya (build in) yang terkait (involve), berkepentingan (concern) dan bertanggung-jawab (responsible) untuk tercapainya tujuan-tujuan yang ditetapkan.

3. Investasi, adalah salah satu masukan dalam proses pembangunan untuk mampu melahirkan/menciptakan tujuan-tujuan yang ditetapkan.

4. Pembangunan Daerah, dimaksudkan sebagai proses, obyek, dan sekaligus juga

subyek untuk memenuhi tuntutan “stakeholder”-nya, bagi terciptanya masyarakat yang adil, tenteram, dan sejahtera di Daerah.

7.1.2 Perlunya Kelayakan

Kelayakan yang tinggi bagi suatu institusi yang terkait dan bertanggungjawab atas terselenggaranya visi dan misi-nya, sangat penting artinya bagi tercapai tujuan yang dikehendaki dengan efektif dan efisien. Makin layak ia makin tinggi tingkat efisiensi yang dihasilkan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya, demikian juga sebaliknya.

John L. Taylor, Ph.D., dalam “Indonesia Urban Infrastructure Development: A

Practical Guide for Urban Managers, hal XII-7 menulis bahwa berdasarkan paradigma baru tentang pemerintahan desentralisasi di Indonesia, perubahan-perubahan berikut sedang berlangsung, yakni:

 Ada gerakan bagi pelaksanaan “Good Urban Governance”, termasuk didalamnya transparansi, partisipasi, akuntabilitas, tanggap, demokrasi, negara hukum, dan aspek-aspek lainnya dari masyarakat madani;

 Sistem yang dikembangkan meliputi keterlibatan kelompok “stakeholder” atau mitra dalam pembangunan yang lebih luas, termasuk masyarakat lokal, pemerintah daerah, wiraswasta, LSM dan lain-lainnya;

 Adanya perubahan atas sistem keseimbangan kemitraan (balanced partnership

(3)

Laporan Akhir

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2013-2017

7-3

tumbuh, yang mencakup unsur eksekutif dan unsur legislatif Pemerintah Daerah, wiraswasta, masyarakat lokal, konsultan dan LSM dan forum kota, sebagaimana juga berlangsung di tingkat pemerintahan yang lebih tinggi.

Perubahan-perubahan dimaksud tentu menuntut adanya kapasitas baru atau kapasitas

tambahan yang diperlukan, agar suatu institusi menjadi “layak” (mampu secara efektif dan

efisien) melaksanakan tugas-tugasnya. Dan masih banyak alasan-alasan lainnya, seperti kemajuan teknologi. Informasi dan komunikasi yang terus berkembang, menuntut perlunya selalu kelayakan suatu kelembagaan ditingkatkan. Pembahasan tentang kelembagaan, tidak cukup dengan memandang “lembaga” sebagai wadah, dengan struktur organisasinya dll-nya, karena itu baru “raga” dari lembaga tersebut. Disamping ada “raga”, lembaga mempunyai

“spirit” atau dapat disebut juga sebagai “roh”. Roh itu berada pada manusia-manusianya, yang menjadi anggota lembaga tersebut. Sehingga upaya meningkatkan kelayakan suatu lembaga, tidak cukup dengan hanya menyempurnakan struktur organisasinya dan hal-hal lainnya yang bersifat fisik saja, tetapi juga penting untuk meningkatkan kapasitas/kemampuan (pengetahuan, keterampilan dan moral-etika) orang-orang yang bertugas dalam lembaga tersebut.

7.1.3 Kendala Pelaksanaan Otonomi

Pemerintah menyadari bahwa penyelenggaraan otonomi daerah dalam realitasnya masih mengalami kendala yang tidak kecil, yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1) Kendala regulasi. Regulasi untuk pelaksanaan otonomi masih menyisakan persoalan

yang berarti, dilihat dari kelengkapan, kejelasan dan kemantapannya, yang berakibat penyelenggaraan otonomi daerah yang kini berjalan ditanggapi secara beragam, dan bahkan menimbulkan ekses berupa konflik kepentingan;

2) Kendala koordinasi. Proses koordinasi pelaksanaan otonomi daerah antara Instansi Pemerintah Pusat (khususnya yang terkait dengan penyusunan peraturan dan pedoman baru) belum berjalan dengan baik, sehingga berakibat kurang konsistennya peraturan yang dikeluarkan;

(4)

Laporan Akhir

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2013-2017

7-4

5) Kendala keterbatasan sumberdaya. Rendahnya kualitas/kapasitas SDM jelas merupakan

faktor yang dominan dalam ketidakmampuan memberdayakan kapasitasnya. Juga masih terbatasnya penyedia jasa/layanan (service provider) untuk mendukung percepatan desentralisasi. Demikian juga ada keterbatasan kemampuan keuangan untuk membiayai penyelenggaraan desentralisasi, yang ternyata membutuhkan biaya yang tidak kecil.

7.1.4 Peningkatan Kapasitas (Capacity Building)

7.1.4.1 Pengertian Dan Tujuan

Semangat desentralisasi penyelenggaraan pemerintah daerah, sebagaimana dituangkan dalam UU 22/1999, dan kemudian diubah menjadi UU 32/2004, serta aturan-aturan pelaksanaannya, membutuhkan upaya-upaya terkoordinasi agar dapat menjamin bahwa tujuan pelaksanaan kebijakan otonomi di daerah tercapai. Selanjutnya, pedoman/acuan

pengembangan kapasitas sebagaimana dirumuskan dalam “Kerangka Nasional Pengembangan dan Peningkatan Kapasitas” (KNP2K) dalam rangka mendukung

Desentralisasi, yang dikeluarkan bersama oleh Menteri Dalam Negeri dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional, Kepala Bappenas, 6 November 2002, merujuk pada kebutuhan untuk menyempurnakan peraturan dan perundangan, melakukan reformasi kelembagaan, memperbaiki tata-kerja dan mekanisme koordinasi, peningkatan kapasitas SDM: keterampilan dan kualifikasinya, perubahan pada sistem nilai dan sikap; dan keseluruhan

kebutuhan otonomi daerah bagi pendekatan baru untuk pelaksanaan “good governance”,

sistem administrasi, dan mekanisme partisipasi dalam pembangunan, agar dapat memenuhi tuntutan untuk lebih baik dalam melaksanakan demokrasi.

Lebih jauh dirumuskan bahwa tujuan KNP2K adalah:

1) Mengakselerasi pelaksanaan desentralisasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2) Penataan secara proporsional tugas, fungsi, sistem keuangan, mekanisme dan tanggung jawab dalam rangka peningkatan kapasitas daerah.

3) Memobilisasi sumber-sumber dana pemerintah, daerah dan lainnya. 4) Penggunaan sumber-sumber dana secara efektif dan efisien.

Ruang lingkup peningkatan kapasitas mencakup tiga tingkatan yaitu :

 Tingkatan sistem yang berupa perumusan kembali kerangka kebijakan pengaturan bagi tercapainya tujuan-tujuan kebijakan tertentu.

(5)

Laporan Akhir

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2013-2017

7-5

 Tingkatan individu, yaitu peningkatan keterampilan, kualifikasi, pengetahuan, sikap dan

motivasi kerja.

7.1.4.2 Prinsip Peningkatan Kapasitas

Adapun prinsip dari pelaksanaan pengembangan dan peningkatan kapasitas adalah: (i) pengembangan kapasitas bersifat multi-dimensional, mencakup beberapa kerangka waktu; jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek, (ii) pengembangan kapasitas

menyangkut “multiple stakeholders”, (iii) pengembangan kapasitas harus bersifat “demand driven”, dimana kebutuhannya tidak ditentukan dari atas/luar, tetapi harus datang dari

stakeholdernya sendiri, dan (iv) pengembangan kapasitas mengacu pada kebijakan nasional, seperti RPJMN, dan Rencana Kerja Pemerintah (Contoh: PP 20/2004).

Faktor utama untuk terwujudnya upaya pengembangan dan peningkatan kapasitas yang berhasil adalah adanya komitmen dari Pimpinan Pemerintah Daerah dan atau Pimpinan Instansi/Unit Kerja yang bersangkutan atas niatnya yang sungguh-sungguh untuk melakukan program/proyek peningkatan kapasitas yang dimaksud, serta siap dengan semua konsekuensinya.

7.1.4.3 Ruang Lingkup Peningkatan Kapasitas

Adapun ruang lingkup peningkatan kapasitas pada umumnya meliputi tiga tingkatan intervensi (three level of intervention) agar pencapaian peningkatan kapasitas dapat efektif dan berkelanjutan (effective and sustainable), yakni: (i) pada tingkatan (level) sistem, seperti perumusan kembali kerangka kebijakan pengaturan bagi tercapainya tujuan-tujuan kebijakan tertentu, (ii) pada tingkatan (level) kelembagaan, menyangkut struktur organisasi, proses pengambilan keputusan, mekanisme tata-kerja, instrumen manajemen, tata-hubungan dan jejaring organisasi, dll, dan (iii) pada tingkatan (level) individu, yakni peningkatan keterampilan (skills), kualifikasi, pengetahuan, sikap, etika, dan motivasi kerjanya.

Kemudian KNP2KDMD merumuskan 8 (delapan) agenda pengembangan kapasitas untuk mendukung desentralisasi, yakni:

• Pengembangan peraturan perundangan yang dibutuhkan untuk mendukung desentralisasi;

• Pengembangan kelembagaan daerah;

• Pengembangan personil daerah

• Pengembangan keuangan daerah;

• Peningkatan kapasitas DPRD, Badan Perwakilan Desa, ORNOP dan Organisasi Kemasyarakatan;

(6)

Laporan Akhir

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2013-2017

7-6

• Pembangunan Ekonomi Daerah; dan

• Pengembangan Kemampuan Mengelola Masa Transisi.

Adapun program-program nasional yang terkait dengan aspek pengembangan dan peningkatan kapasitas untuk mendukung desentralisasi adalah, meliputi:

1. Bidang Pembangunan Hukum:

 Program Pembentukan Peraturan Perundangan

2. Bidang Pembangunan Ekonomi:

 Program Implementasi Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

3. Bidang Pembangunan Politik:

 Program Peningkatan Kualitas Proses Politik  Program Pengawasan Aparatur Negara

 Program Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan  Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik  Program Peningkatan Kapasitas SDM

4. Bidang Pembangunan Daerah:

 Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Daerah

 Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pemerintahan Daerah  Program Penataan Pengelolaan Keuangan Daerah

 Program Penguatan Lembaga Non Pemerintah

 Program Peningkatan Ekonomi Wilayah

 Program Pembangunan Perkotaan

 Program Penataan Ruang

 Program Pengelolaan Pertanahan

 Program Penguatan Organisasi Masyarakat.

7.1.4.4 Tahapan

Dalam garis besar tahapan kegiatan untuk mendukung tercapainya prinsip dan tujuan pengembangan dan peningkatan kapasitas antara lain sebagai berikut:

 Mengidentifikasikan dan merumuskan kebutuhan-kebutuhan pengembangan dan peningkatan kapasitas secara komprehensif.

(7)

Laporan Akhir

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2013-2017

7-7

 Menetapkan rencana tindak (action plan) pengembangan dan peningkatan kapasitas

secara keseluruhan yang terkoordinir dan efisien;

 Menyediakan acuan atau rujukan dalam mengalokasikan kegiatan dan anggaran guna mendukung percepatan pelaksanaan otonomi daerah;

 Pelaksanaan Rencana Tindak Peningkatan Kapasitas Kelembagaan;

 Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Peningkatan Kapasitas Kelembagaan;  Perencanaan Peningkatan Kapasitas Kelembagaan.

7.1.4.5 Koordinasi Pelaksanaan

Pemerintah menyadari bahwa pelaksanaan pengembangan dan peningkatan kapasitas dalam desentralisasi dan otonomi daerah tidak akan dapat berjalan hanya oleh satu instansi pemerintah saja, tetapi merupakan usaha bersama dari berbagai instansi dan lembaga non-pemerintah, baik di pusat dan di daerah. Berkaitan dengan itu, telah dibentuk suatu tim koordinasi antar departemen di Pusat (Tim Keppres No. 157 Tahun 2000) untuk mendukung pelaksanaan UU tentang Pemerintahan Daerah dan UU tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Keppres tersebut telah menetapkan sub-sub tim kerja, dimana salah satunya adalah Sub Tim Kerja VI yang ditugaskan untuk mengkoordinasikan kegiatan monitoring dan evaluasi, serta memfasilitasi prakarsa-prakarsa pengembangan dan peningkatan kapasitas, termasuk prakarsa yang didukung oleh lembaga donor.

Koordinasi dan pengkajian akan terus dilakukan Pemerintah/Sub Tim Kerja VI Keppres 157 Tahun 2000 terhadap upaya pengembangan dan peningkatan kapasitas, berkaitan dengan hal-hal berikut:

 Mengkoordinasikan informasi berkaitan dengan program/kegiatan pengembangan dan

peningkatan kapasitas kepada semua “stakeholder”.

 Memberikan pembinaan kepada Daerah berkenaan dengan strategi-strategi dan program-program pengembangan dan peningkatan kapasitas.

 Memfasilitasi akses Daerah terhadap program-program yang didanai oleh Pemerintah dan bila diperlukan dari Lembaga-lembaga Donor.

 Melakukan identifikasi dan koordinasi program-program pengembangan dan

peningkatan kapasitas Pusat dan Daerah yang akan dilakukan oleh Kementerian Teknis/Sektoral maupun oleh Pemda, serta pembiayaannya agar dapat memfasilitasi penyelenggaraan Otonomi Daerah dengan baik.

 Mengkaji kebutuhan-kebutuhan Daerah (need assessment) akan pengembangan

dan peningkatan kapasitas serta memperbaharui/merevisi

(8)

Laporan Akhir

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2013-2017

7-8

 Melakukan identifikasi, menyusun data base dan memberikan informasi mengenai

lembaga penyedia pelayanan (service provider) untuk pengembangan dan peningkatan kapasitas

Pemerintah akan melibatkan secara erat asosiasi-asosiasi Pemerintah daerah dan DPRD, asosiasi professional, Ornop, dan lembaga kemasyarakatan lainnya, dan masyarakat donor (donor community) serta pihak-pihak lainnya yang terkait dalam rangka pengembangan dan peningkatan kapasitas

7.2. KONDISI KELEMBAGAAN

7.2.1. Kondisi Kelembagaan Pemerintah

Kondisi kelembagaan yang ada mencakup dinas/Instansi yang terlibat atau berkaitan dengan penyusunan RPIJM yang antara lain meliputi Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman dan Pemadam Kebakaran (DKP3K), Kantor Lingkungan Hidup dan Perusahaan Daerah Air Minum serta lembaga non pemerintah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah dan Perda Nomor 4 tahun 2008 tentang Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat, maka setiap dinas/instansi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat telah ditetapkan uraian tugas pokok dan fungsinya melalui Peraturan Bupati Tanjung Jabung Barat. Berdasarkan uraian tugas pokok dan fungsi masing-masing dinas/instansi pada dasarnya mencakup:

1. Perumusan kebijakan teknis.

2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum. 3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas.

4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Bupati sesuai dengan dan tugas fungsi masing-masing dinas/instansi.

Tugas pokok dan fungsi Bappeda Kabupaten Tanjung Jabung Barat didasarkan pada Peraturan Bupati Tanjung Jabung Barat Nomor 236 Tahun 2008 yang meliputi:

1. Menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang, Jangka Menengah dan Tahunan Daerah 2. Mengembangkan sistem perencanaan sebagai pedoman bagi Perangkat Daerah dalam

menyusun rencana kerja dan anggaran satuan Perangkat Daerah

3. Menghimpun rencana kerja dan anggaran satuan Perangkat Daerah serta Instansi Vertikal yang berada di Daerah untuk dimasukkan dalam Rencana Tahunan Daerah, atau diusulkan kepada Pemerintah Propinsi untuk dimasukkan kedalam Program Tahunan Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Pusat.

(9)

Laporan Akhir

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2013-2017

7-9

5. Menuangkan rencana kerja dan anggaran satuan Perangkat Daerah kedalam Rencana

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPED) bersama instansi pengelola keuangan Daerah dibawah koordinasi Sekretaris Daerah.

6. Melaksanakan koordinasi dan atau mengkoordinir penelitian untuk kebutuhan Pembangunan Daerah.

7. Mengembangkan dan menerapkan teknologi sesuai dengan kebutuhan pembangunan. 8. Melaksanakan dan mengkoordinir pelaksanaan monitoring, pengendalian dan evaluasi

terhadap pelaksanaan pembangunan di daerah.

9. Melaksanakan koordinasi penanaman modal dibidang promosi, informasi serta pengembangan dan penelitian.

10. Melaksanakan koordinasi sosial budaya.

11. Melaksanakan koordinasi fisik dan prasarana dibidang tata ruang, permukiman dan sumber daya alam.

12. Mengkoordinir dan menghimpun data statistik.

13. Melaksanakan kegiatan lain dalam rangka perencanaan sesuai dengan bidang tugasnya. Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut struktur organisasi Bappeda Kabupaten Tanjung Jabung Barat meliputi Sekretariat, Bidang Ekonomi, Bidang Sosial Budaya, Bidang Fisik dan Prasarana, Bidang Penelitian dan Pengembangan, Bidang Pengembangan Sistim Perencanaan, Bidang Penanaman Modal dan Kelompok Jabatan Fungsional.

Tugas pokok dan fungsi Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah ditetapkan berdasarkan Peraturan Bupati Tanjung Jabung Barat Nomor 236 Tahun 2008 yang meliputi: 1. Pengaturan, Pembinaan, Pembangunan dan Pengawasan Bidang Pengendalian dan

Pendayagunaan Sarana dan Prasarana.

2. Pengaturan, Pembinaan, Pembangunan, dan Pengawasan Bidang Cipta Karya. 3. Pengaturan, Pembinaan, Pembangunan, dan Pengawasan Bidang Bina Marga 4. Pengaturan, Pembinaan, Pembangunan, dan Pengawasan Bidang Sumber Daya Air

5. Pengaturan, Pembinaan, Pembangunan, dan Pengawasan Bidang Pengendalian Tata Ruang 6. Pembinaan terhadap UPTD yang meliputi kegiatan Worshop, Stone Crasher, AMP dan

Laboratorium Teknik

7. Pembinaan terhadap UPT wilayah

8. Pengelolaan urusan Sekretariat Dinas meliputi: Kegiatan Umum dan Perlengkapan; Perencanaan dan kepegawaian serta Keuangan dan program.

9. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Daerah sesuai dengan bidang tugas.

(10)

Laporan Akhir

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2013-2017

7-10

Dari struktur yang ada di kedua instansi ini, perencanaan teknis untuk infrastruktur kabupaten pada Bappeda merupakan tugas dan fungsi dari bidang fisik dan prasarana. Sedangkan semua bidang Dinas Pekerjaan Umum memiliki tugas dan fungsi untuk penyusunan program, perencanaan teknis, pembinaan dan bimbingan teknis pada masing-masing bidang. Kondisi ini menuntut adanya koordinasi, integrasi dan sinkronisasi antara instansi terkait sesuai dengan bidang-bidang yang relevan.

Gambaran tentang kelembagaan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 mengalami perkembangan dan jumlah yang mencapai 71 organisasi.

7.2.2. Kondisi Kelembagaan Non Pemerintah

Kelembagaan non pemerintah yang terkait dengan pelaksanaan RPIJM antara lain Lembaga Sosial Masyarakat (LSM), organisasi kemasyarakatan lainnya. Lembaga Swadaya Masyarakat di Kabupaten Merangin mencapai 41 LSM. Bentuk LSM adalah non profit dan bidang pokok yang menjadi fokus perhatian LSM dimaksud adalah sebagai berikut:

Tabel VII.2.1

Fokus Perhatian LSM di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2008

No. Fokus Perhatian Jumlah %

1. Pengawasan 2 5,0

2. Lingkungan hidup 1 2,4

3. Pemberdayaan masyarakat - -

4. Pemberantasan korupsi - -

5. Ketenaga kerjaan 1 2,4

6. Semua bidang 36 87,8

12. Lainnya 1 2,4

Jumlah 41 100

Sumber: Pengolahan Data Sekunder

Dari LSM yang ada yang dapat diharapkan dapat berperan dalam pembangunan infrastruktur kabupaten, antara lain LSM yang fokus perhatiannya dalam bidang pengawasan, lingkungan hidup, pemberdayaan masyarakat dan pemberantasan korupsi. Peran yang dapat dilakukan antara lain pendampingan, pemberdayaan kelompok sasaran dan kontrol untuk mewujudkan Good Governance.

(11)

Laporan Akhir

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2013-2017

7-11

yang akan memperoleh manfaat dari pembangunan infrastruktur. Organisasi kemasyarakatan yang terdapat di Kabupaten Tanjung Jabung Barat mencapai 27 organisasi, yang terdiri dari organisasi keagamaan, organisasi profesi, forum komunikasi, organisasi independen dan organisasi kedaerahan. Organisasi kepemudaan jumlahnya 20 buah yang terdiri dari organisasi berbau partai politik dan organisasi yang merupakan afiliasi dengan organisasi induk.

7.3. MASALAH, ANALISIS DAN USULAN PROGRAM

7.3.1 Masalah yang Dihadapi

Dalam merumuskan perencanaan pembangunan infrastruktur kabupaten dan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 1987, disebutkan bahwa sebagian urusan pemerintahan Pekerjaan Umum diserahkan kepada provinsi, kota dan kabupaten. Konsekwensi dari kebijakan ini adalah menuntut kemampuan lembaga terkait RPIJM dalam perencanaan, pemrograman, pelaksanaan, pemantauan dan pengelolaan hasil-hasil proyek. Masing-masing dinas/instansi yang terkait dengan penyusunan RPIJM telah memiliki tugas dan fungsinya masing-masing. Permasalahan dalam koordinasi menjadi permasalahan dalam implementasi, antara lain belum optimalnya pelaksanaan koordinasi antar dinas/instansi.

Sistem perencanaan teknis pembangunan infrastruktur Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada prinsipnya dirumuskan oleh Bappeda dalam perencanaan teknis makronya, dinas/instansi Pekerjaan Umum dan Perumahan merancang perencanaan teknis program pengendalian serta pembinaan teknis pelaksanaan pembangunan. Dalam sistem perencanaan ini, dukungan kelembagaan yang dibutuhkan oleh Dinas Pekerjaan Umum berkaitan dengan dukungan Bappeda kabupaten sebagai instansi yang menyusun perencanaan teknis makro, dukungan instansi yang nantinya bertugas secara teknis untuk mengoperasionalkan sarana yang telah dibangun.

Masih terbatasnya kualitas sumber daya yang sesuai dengan latar belakang bidang keilmuannya, menyebabkan kemampuan dalam memahami, melaksanakan tugas dan wewenangnya menjadi kurang efektif dan efisien. Kurang tepatnya penempatan Sumber Daya Manusia dalam bidang yang sesuai, serta kuantitas yang belum mencukupi merupakan permasalahan yang dihadapi dalam implementasi RPIJM. Keterbatasan sarana dan prasarana perkantoran yang merupakan pendukung untuk dapat dilaksanakannya tugas dan wewenang setiap dinas/instansi dengan, dirasakan masih sangat kurang.

(12)

Laporan Akhir

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2013-2017

7-12

manajerial, dan kompetensi individu dengan jabatan yang dipangkunya. Hal ini disebabkan karena keterbatasan pegawai yang ada dengan latar belakang pendidikan yang beragam.

7.3.2 Analisis Masalah

Permasalahan koordinasi dan sinkronisasi dalam perencanaan, pembangunan dan pengoperasional infrastruktur kabupaten berkaitan dengan pengorganisasian dinas/instansi terkait. Kejelasan pembagian tugas antara dinas/instansi sampai pada tupoksi seksi diharapkan akan mempermudah koordinasi dan sinkronisasi perencanaan, pembangunan dan pengoperasional infrastruktur.

Permasalahan profesionalisme sangat berkaitan dengan kemampuan aparatur pemerintah. Hal ini berkaitan dengan pengetahuan, skill dan pengalaman. Peningkatan profesionalisme, dapat dilakukan melalui peningkatan pengetahuan melalui studi lanjut yang relevan, pendidikan dan pelatihan teknis. Profesionalisme aparatur pemerintah berkaitan dengan tugas dan fungsi tertentu dalam jabatan fungsional.

Dalam penyusunan RPIJM Kabupaten Tanjung Jabung Barat, memiliki sejumlah kekuatan yang telah ditetapkan melalui tupoksi masing-masing dinas/instansi sehingga memiliki kejelasan peran dan pembagian kerja. Demikian halnya dengan struktur organisasi masing-masing dinas/instansi telah memiliki struktur yang jelas serta terdapatnya Sumber Daya Manusia yang memiliki komitmen, motivasi dan dedikasi dalam melaksanakan tugas. Kelemahan yang dihadapi dalam penyusunan RPIJM ini antara lain adalah :

1. Lemahnya koordinasi dan sinkronisasi perencanaan teknis makro antara Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum /Cipta Karya serta dengan dinas/instansi teknis lainnya.

2. Belum memadainya Sumber Daya Manusia yang bertugas dalam penyusunan RPIJM pada

masing-masing dinas/instansi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat ditinjau dari segi kesesuaian dengan bidang ilmu serta kuantitas untuk melaksanakan volume pekerjaan yang terus meningkat.

3. Terbatasnya sarana dan prasarana kantor. Peluang untuk menyusun dan melaksanakan RPIJM Kabupaten Tanjung Jabung Barat sangat besar berkaitan dengan RPIJM yang merupakan instrumen penting dalam penyediaan infrastruktur kabupaten.

7.3.3 Usulan Program

(13)

Laporan Akhir

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2013-2017

7-13

1. Pengembangan struktur kelembagaan dan aparatur daerah yang efektif dan efisien.

2. Peningkatan kualitas aparatur dengan memperbaiki kesejahteraan dan profesionalisme serta memperlakukan sistem karier berdasarkan prestasi dengan prinsip pemberian penghargaan dan sangsi (Reward and Punishments).

3. Peningkatan fungsi pelayanan birokrasi dan akuntabilitas secara transparan, bersih dan bebas dari penyalahgunaan wewenang.

4. Penerapan prinsip tata pemerintahan yang baik pada semua tingkat dan lini pemerintahan disemua kegiatan.

Penjabaran lebih lanjut arah pengembangan kelembagaan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) diatas, dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah melalui penyelenggaraan pemerintahan daerah yang baik dan demokratis, meliputi :

1. Perluasan rentang kendali dalam pelimpahan wewenang pelayanan masyarakat kepada pemerintahan kecamatan dan aparat desa.

2. Peningkatan kualitas dan kinerja Sumber Daya Manusia pada tingkat birokrasi maupun pelayanan.

3. Memberlakukan peraturan perundang-undangan pokok kepegawaian dan akuntabilitas kinerja aparat.

4. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan aparat dalam perlindungan masyarakat dan HAM.

5. Mendorong peningkatan sistem/tatanan pemerintahan yang baik kepada

pimpinan/pejabat di masing-masing unit kerja.

6. Menuntaskan penanggulangan penyalahgunaan wewenang.

7. Menumbuhkembangkan peningkatan pengelolaan pendapatan daerah.

8. Peningkatan pengelolaan belanja daerah.

Dengan mengacu pada RPJP dan RPJM Kabupaten Tanjung Jabung Barat diatas, usulan program dalam RPIJM mencakup :

1. Optimalisasi pelaksanaan fungsi organisasi yang dikembangkan melalui :

a) Spesialisasi pekerjaan yang berkaitan dengan tugas dalam organisasi dan dibagi dalam pekerjaan yang terpisah.

b) Departementalisasi yang berkaitan dengan dasar dalam mengelompokan pekerjaan yang ada.

(14)

Laporan Akhir

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2013-2017

7-14

d) Rentang kendali yang berkaitan dengan jumlah personil yang dapat dikendalikan oleh

pimpinan.

e) Sentralisasi dan desentralisasi, berkaitan dengan kewenangan dalam pengambilan keputusan.

f) Serta formalisasi yang mencakup peraturan yang digunakan untuk mengarahkan personil dan pimpinan.

2. Ketatalaksanaan penyelenggaraan RPIJM :

Kebutuhan peraturan daerah yang dibutuhkan untuk mendukung penyusunan dan pelaksanaan RPIJM antara lain berkaitan dengan pemantapan tugas dan fungsi masing-masing dinas/instansi yang terkait dengan penyusunan dan pelaksanaan RPIJM seiring dengan semakin bertambahnya atau berubahnya peran setiap dinas/instansi. Peraturan baru dibutuhkan dalam pembentukan organisasi non struktural untuk mendukung pelaksanaan RPIJM dalam koordinasi vertikal, horizontal dan manajemen pelaksanaan proyek.

3. Pengembangan Sumber Daya Manusia :

Program pengembangan Sumber Daya Manusia difokuskan pada aparatur pada dinas/instansi yang secara langsung terlibat dalam pelaksanaan RPIJM Kabupaten Tanjung Jabung Barat, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Program pengembangan untuk meningkatkan kualitas aparatur dilakukan melalui pelatihan dan studi lanjut dalam bidang ilmu yang relevan. Program dimaksud meliputi :

a. Perencanaan Kota.

b. Manajemen Proyek.

c. Manajemen Persampahan.

d. Amdal.

e. Perencanaan Teknis.

f. Air Bersih dan Peningkatan Lingkungan Pemukiman.

g. Keuangan Daerah.

h. Perencanaan Pembangunan.

i. Administrasi Keuangan.

4. Peningkatan sarana dan prasarana kerja yang meliputi :

a. Bangunan gedung yang difungsikan untuk kantor dan gudang.

b. Alat-alat kantor seperti komputer, printer, mesin fotocopy, alat penjilid dan lain sebagainya.

c. Sarana transportasi untuk memperlancar pelaksanaan tugas seperti kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat.

(15)

Laporan Akhir

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2013-2017

7-15

7.4. USULAN SISTEM PROSEDUR ANTAR INSTANSI

7.4.1. Kedudukan, Fungsi, Tugas dan Pelaksanaan RPIJM

Dalam penyusunan dan pelaksanaan RPIJM, Bappeda Kabupaten Tanjung Jabung Barat berkedudukan dan bertugas dalam mengkoordinasikan penyusunan perencanaan, memonitor, mengevaluasi dan mengendalikan program serta menyusun laporan pelaksanaan kegiatan pembangunan infrastruktur Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Dinas Pekerjaan umum, mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan infrastruktur kabupaten, penyelenggaraan teknis pelaksanaan program serta melaksanakan fungsi pengendalian, pengawasan evaluasi, pelaporan administrasi, keuangan dan kegiatan teknis, demikian halnya untuk dinas/instansi terkait lainnya berkedudukan dan melaksanakan fungsi sesuai dengan tugas dan wewenangnya.

7.4.2. Hubungan Antar Instansi

Untuk pelaksanaan RPIJM secara non struktural perlu dibentuk tim koordinasi dan pelaksanaan RPIJM dan unit manajemen program. Tugas tim koordinasi program pembangunan infrastruktur kabupaten meliputi :

1. Koordinasi dalam penyusunan dan pelaksanaan RPIJM. 2. Koordinasi dalam rangka pembinaan dan pengelolaan RPIJM.

3. Menyiapkan kebijaksanaan operasional dan memberikan petunjuk pelaksanaan

pembangunan infrastruktur kabupaten.

Unit manajemen program bertugas untuk :

1. mengendalikan dan koordinasi pelaksanaan program pembangunan infrastruktur kabupaten yang meliputi program investasi, program peningkatan pendapatan daerah dan program pengembangan kelembagaan.

2. koordinasi penyusunan rencana tahunan 3. koordinasi dengan dinas/instansi terkait

4. penyusunan laporan pelaksanaan dan pengendalian program.

(16)

Laporan Akhir

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2013-2017

7-16

7.4.3. Format Umum Rencana Tindakan Peningkatan Kelembagaan

Penyusunan dan pelaksanaan RPIJM membutuhkan waktu yang panjang, dan untuk itu rencana tindaknya dapat dilakukan dalam tahapan sebagai berikut:

1. Tahap sosialisasi, tahapan yang dimaksudkan untuk meningkatkan koordinasi vertikal dan horizontal antar dinas/instansi, melengkapi kebutuhan sumberdaya manusia yang terkait dengan RPIJM serta melengkapi organisasi ekstra struktural yang diperlukan dalam pelaksanaan RPIJM.

2. Tahap peningkatan beban tugas, yang meliputi antara lain peninjauan struktur organisasi yang ada yang berkaitan dengan semakin berkembangnya beban tugas yang dilaksanakan masing-masing instansi dari waktu ke waktu, melengkapi kekurangan sumberdaya yang ada sejalan dengan berkembangnya volume kerja masing-masing dinas/instansi serta peningkatan kemampuan personil yang bertugas dalam penyusunan dan pelaksanaan RPIJM.

Gambar

Tabel VII.2.1

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah bahwa tingkat pengetahuan pengangguran Surabaya sebagian besar berada pada kategori tinggi hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat

(2) Untuk memulai dan menjelenggarakan tugas-pemerintahan sesuatu daerah-bagian dengan tiada permintaan jang bermaksud demikian, Republik Indonesia Serikat hanja berkuasa dalam

Geertz secara tidak langsung melihat bahwa antara Islam dan Jawa. saling

Acele mame tinere-adolescente care consideră că educația copilului, lectura, utlizarea cărților cu imagini reprezintă un mod neinteresant și plictisitor de educare a copilului,

Berbeda dengan kajian yang disebutkan di atas, kajian ini merekonstruksi secara bersama memori kolektif dan identitas kultural antar komunitas umat beragama Kristen

Masa kerja Pengurus Cabang di tentukan 4 (empat ) tahun, dalam hal MUSCAB tidak dapat diadakan dalam waktu yang telah ditetapkan maka penggantian pengurus Cabang dapat

(3) Kewenangan klinis khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diberikan kepada setiap tenaga keperawatan berdasarkan area kerja/penugasan yang ditetapkan

Penelitian ini bertujuan untuk memecahkan masalah terkait dengan tujuan penelitian: (1) sejarah Pura Tampurhyang dijadikan pusat Kawitan Catur Sanak di Desa