• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANG BANGUN ALAT PENGUPAS KULIT TANDUK KOPI MEKANIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RANCANG BANGUN ALAT PENGUPAS KULIT TANDUK KOPI MEKANIS"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

149

RANCANG BANGUN ALAT PENGUPAS KULIT TANDUK KOPI MEKANIS

(Design and Construction of Coffee Bean Huller)

Annisa Fatin Amran

1,2)

, Achwil Putra Munir

1)

, Lukman Adlin Harahap

1) 1)Program Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian USU

Jl. Prof. Dr. A. Sofyan No. 3 Kampus USU Medan 20155 2) email : annisafaram@yahoo.co.id

Diterima:21 Januari 2015/Disetujui: 25 Januari 2015

ABSTRACT

The hulling of coffee bean is one of important processes in affecting the quality of green beans before roasted and grinded. The purpose of this research was to design, build, test and analyze the economic value of coffee bean huller. The parameters observed were working capacity, percentage of broken bean, percentage of unpeeled bean, percentage ofbean left in hullerand economic analysis.Based on this research, it was summarized that the working capacity of the equipment was 29,411 kg/hour, the percentage of broken bean was 12,534 %, the percentage of unpeeled bean was 5,3 % and the percentage of bean left in huller was 0,7 %. Economic analysis was as follows: basic costs for the first to the fifth year was Rp 400,033/kg, Rp 401,118/kg,Rp 402,284/kg, Rp 403,538/kgandRp 404,888/kg respectively. Break even point (BEP) for the first to the fifth year was 3745,768 kg, 3951,157 kg, 4172,021 kg, 4409,455 kg and 4664,963 kg respectively. Internal rate of return (IRR) was 46,47%.

Keywords: coffee, huller,machine

ABSTRAK

Pengupasan kulit tanduk kopi merupakan salah satu proses yang penting dalam menentukan kualitas biji kopi sebelum disangrai dan digiling. Penelitian ini bertujuan untuk merancang, membuat, menguji serta menganalisis nilai ekonomis alatpengupas kulit tanduk kopi mekanis.Parameter yang diamati yaitu kapasitas kerja alat, persentase biji pecah, persentase biji tidak terkupas, persentase biji tertinggal di dalam alat dan analisis ekonomi.Dari hasil penelitian diperoleh kapasitas kerja alat sebesar 29,411 kg/jam, persentase bijipecah sebesar 12,534 %, persentase biji tidak terkupas 5,3 %, persentase biji tertinggal di dalam alat 0,7 %. Analisis ekonomi, biaya pokok untuk tahun pertama sampai tahun kelima berturut-turut yaitu Rp 400,033/kg,Rp 401,118/kg, Rp 402,284/kg, Rp 403,538/kg danRp 404,888/kg. Nilai titik impas (BEP)untuk tahun pertama sampai tahun kelima sebanyak 3745,768 kg, 3951,157 kg, 4172,021 kg, 4409,455 kg dan4664,963 kg. Internal rate of return(IRR) sebesar 46,47 %.

Kata kunci: kopi, alat pengupas, mesin

PENDAHULUAN

Penggunaan alat dan mesin pertanian di Indonesia sudah mulai sebelum Perang Dunia II. Pada masa itu alat dan mesin pertanian yang digunakan sebagian besar berupa mesin pengolahan hasil pertanian komoditi tanaman pangan perkebunan. Perkembangan ini diikuti dengan munculnya bengkel-bengkel yang pada awalnya ditujukan untuk memperbaiki mesin tersebut. Dalam perkembangannya lebih lanjut, bengkel tersebut tidak hanya berperan untuk memperbaiki mesin saja, tetapi diarahkan juga untuk membuat suku cadang dan peralatan yang diperlukan, dan pada tahap berikutnya mencoba untuk dapat membuat mesin pengolah hasil pertanian yang sederhana (MB-IPB, 2007).

Menurut Ditjen Perkebunan (2011), areal perkebunan kopi di Indonesia pada tahun 2010 mencapai lebih dari 1,21 juta hektar dengan total produksi sebesar 686.921 ton dimana 96% diantaranya adalah areal perkebunan kopi rakyat. Laju perkembangan areal kopi di Indonesia rata-rata mencapai sebesar 2,11% per tahun.Perkembangan yang cukup pesat tersebut perlu didukung dengan kesiapan teknologi dan sarana pascapanen yang cocok untuk kondisi petani agar merekamampu menghasilkan biji kopi dengan mutu seperti yang disyaratkan oleh

Standard Nasional Indonesia (Ditjen Perkebunan 2012).

Penelitian sebelumnya tentang pengupasan kulit tanduk kopi yaitu dilakukan secara manual yaitu dengan menumbuk biji kopi gabahdan menampinya. Pengupasan dengan

(2)

150 cara manual memakan waktu yang lama dan menghasilkan biji pecah lebih banyak. Selain itu pengupasan kulit tanduk kopi telah banyak dilakukan dengan alat yang terdiri atas silinder yang dilengkapi rusuk pengupas yang dikenal dengan Engelberg Huller.Namun kelemahannya yaitu membutuhkan daya yang tinggi dengan kapasitas rendah.

Uraian di atas menjadi alasan penelitian ini dilakukan, yaitu untuk merancang alat pengupas kulit tanduk kopi yang bisa mengolah kopi gabah menjadi kopi beras yang dapat bekerja secara mekanis dengan silinder berulir yang memperluas bidang pengupasan sehingga dapat mengurangi penumpukan dan pecahnya biji kopi pada proses pengupasan.

Pada penelitian ini, setelah dilakukan perancangan alat pengupas kulit tanduk kopi mekanis, selanjutnya dilakukan pembuatan alat dimulai dari pemilihan bahan, selanjutnya pengukuran, pemotongan, perangkaian, pengelasan dan finishing. Selanjutnya dilakukan uji kelayakan pada alat dan dilakukan pengukuran parameter yang digunakan pada penelitian.

Buah kopi yang muda berwarna hijau, tetapi setelah tua menjadi kuning dan kalau masak warnanya menjadi merah. Besar buah kira-kira 1,5 × 1 cm dan bertangkai pendek. Pada umumnya buah kopi mengandung 2 butir biji.Buah kopi terdiri dari kulit dan biji.Kulit terdiri dari lapisan bagian luar tipis (eksokarp), daging buah (mesokarp) dan kulit tanduk (endocarp).Biji terdiri dari dua bagian yaitu kulit biji atau kulit tanduk dan putih lembaga (endosperma) (AAK, 1988).

Tahapan pascapanen kopi secara basah (fully washed) meliputi panen pilih, sortasi buah, pengupasan kulit buah merah, fermentasi, pencucian, pengeringan, pengupasan kopi hard skin (HS), sortasi biji kering, pengemasan dan penyimpanan. Fermentasi umumnya dilakukan untuk penanganan kopi Arabika, bertujuan untuk menguraikan lapisan lendir yang ada di permukaan kulit tanduk biji kopi.Pengupasan kedua dimaksudkan untuk memisahkan biji kopi dari kulit tanduk untuk menghasilkan biji kopi beras dengan menggunakan mesin pengupas. Pengeringan bertujuan mengurangi kandungan air biji kopi HS dari sekitar 60% menjadi maksimum 12,5% agar biji kopi HS relatif aman dikemas dalam karung dan disimpan dalam gudang pada kondisi lingkungan tropis (Ditjen Perkebunan, 2012).

Pengupasan kulit tanduk kopi(hulling) bertujuan untuk memisahkan biji kopi yang sudah kering dari kulit tanduk dan kulit tanduknya.Pemisahan alat ini dilakukan dengan

menggunakan huller yang mempunyai bermacam-macam tipe, tetapi yang paling sering digunakan di perkebunan-perkebunan besar ialah tipe engelberg. Di dalam mesin huller kulit yang sudah terlepas dari biji akan dihembuskan keluar sehingga terpisah dari biji dan biji bisa keluar dalam keadaan bersih. Kopi yang keluar dari huller ini adalah kopi beras yang sudah siap disortasi untuk diklasifikan mutunya mutunya (Najiyati dan Danarti, 1997).

Mesin pengupas dirancang untuk mengupas biji kopi HS dengan kadar air mendekati 12%. Jika kadar air makin tinggi, kapasitas pengupasannya turun dan jumlah biji pecahnya sedikit meningkat. Kadar air berpengaruh pada ukuran biji kopi. Makin tinggi kadar air biji kopi, ukurannya bijinya semakin besar (Budiman, 2012).

Kapasitas kerja suatu alat atau mesin didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam menghasilkan suatu produk (contoh: ha. kg, l) persatuan waktu (jam). Dari satuan kapasitas kerja dapat dikonversikan menjadi satuan produk per kW per jam, bila alat atau mesin itu menggunakan daya penggerak motor. Jadi satuan kapasitas kerja menjadi: ha.jam/kW,kg.jam/kW,l.jam/kW(Daywin, dkk., 2008).

Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Biaya variabeladalah biaya yang besarnya tergantung pada output yang dihasilkan. Semakin banyak produk yang dihasilkan maka semakin banyak bahan yang digunakan. Sedangkan, biaya tetap adalah biaya yang tidak tergantung padabanyaksedikitnya produk yang akan dihasilkan(Soeharno, 2007).

Break even point (BEP) umumnya

berhubungan dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing). Selanjutnya dapat berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap sama dengan nol(Waldiyono, 2008).

Net Present Value (NPV) adalah metode menghitung nilai bersih (netto) pada waktu sekarang (present). Untuk mengetahui apakah rencana suatu investasi tersebut layak ekonomis atau tidak, diperlukan suatu ukuran atau kriteria tertentu dalam metode NPV, yaitu jika NPV>0 artinya investasi akan menguntungkan atau layak dan jika NPV<0 artinya investasi tidakmenguntungkan(Giatman, 2006).

Internal rate of return (IRR) ini digunakan untuk memperkirakan kelayakan lama (umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat

(3)

151 keuntungan tertentu. IRR adalah suatu tingkatan discount rate, dimana diperoleh B/C ratio = 1 atau NPV = 0 (Purba, 1997).

BAHAN DAN METODE

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mesin las, mesin bor, mesin gerinda, gergaji besi, martil, kikir, obeng, meteran, jangka sorong, stopwatch, ember, neraca, kalkulator dan komputer. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji kopi HS, baut dan mur, besi, skrup, motor listrik, kabel, cat dan thinner. Metode Penelitian

Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah studi literatur (kepustakaan), lalu melakukan pengamatan tentang alat pengupas kulit tanduk kopimekanis ini. Selanjutnya dilakukan perancangan bentuk, pembuatan atau perangkaian komponen-komponen, kemudian dilakukan pengujian alat dengan pengamatan parameter.

Pelaksanaan Penelitian

Perancangan dan pembuatan alat

Langkah-langkah dalam membuat alat pengupas kulit tanduk kopi mekanis yaitu: 1. Dirancang bentuk alat pengupas kulit tanduk

kopi mekanis.

2. Digambar serta ditentukan ukuran alat pengupas kulit tanduk kopi mekanis. 3. Dipilih bahan yang akan digunakan untuk

membuat alat pengupas kulit tanduk kopi mekanis.

4. Dilakukan pengukuran terhadap bahan-bahan yang akan digunakan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan.

5. Dipotong bahan sesuai ukuran yang telah ditentukan.

6. Dibentuk dan dilas plat bahan untuk membentuk kerangka alat.

7. Digerinda permukaan yang terlihat kasar karena bekas pengelasan.

8. Dirangkai komponen-komponen alat pengupas kulit tanduk kopi mekanis. 9. Dilakukan pengecatan guna memperpanjang

umur pemakaian alat dan menambah daya tarik alat.

Persiapan bahan 1. Disiapkan biji kopi HS

2. Ditimbang biji kopi HS sebanyak 3 kg 3. Bahan siap untuk dikupas

Prosedur Penelitian

1. Ditimbang biji kopi HS sebanyak 1 kg.

2. Dihidupkan motor listrik pada alat pengupas kulit tanduk kopi mekanis

3. Dimasukkan bahan ke dalam hopper. 4. Ditunggu bahan sampai selesai dikupas dan

keluar melalui saluran keluaran 5. Ditimbang bahan yang telah dikupas 6. Diulangi langkah 1- 5 sebanyak tiga kali

ulangan.

7. Dilakukan pengujian terhadap kapasitas kerja alat dan mutu biji kopi terdiri dari persentase biji pecah, biji tidak terkupas, biji tertinggal di dalam alat serta analisis ekonomi

penggunaan alat. Pengamatan

Kapasitas pengupasan = Berat biji kopi awal (kg) Waktu pengupasan (jam)

Persentase biji pecah= berat biji kopi pecah berat biji kopi terkupas×100% Persentase biji tidak terkupas :

% = berat biji kopi yang tidak terkupas berat biji kopi awal ×100% Persentase biji tertinggal di dalam alat : % = berat biji kopi tertinggal di dalam alat

berat biji kopi awal ×100% Analisis ekonomi

Biaya pengupasan

Perhitungan dilakukan dengan cara menjumlahkan biaya tetap dan biaya tidak tetap, per kapasitas alat dalam jam kerja mesin per tahun atau lebih dikenal dengan biaya pokok.Biaya tetapterdiri dari biaya penyusutan (sinking fund) serta biaya bunga modal dan asuransi. Suku bunga bank yang digunakan adalah 7,5%. Biaya tidak tetap terdiri dari biaya perbaikan mesin, biaya bahan bakar, dan biaya operator.

Break even point (BEP)

BEP dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut:

S = FC + P SP - VC dimana:

S =Sales variabel (produksi) (Kg) FC =Fix cash (biaya tetap) per tahun (Rp) P =Profit (keuntungan) (Rp) dianggap nol untuk

mendapat titik impas

VC =Variabel cash (biaya tidak tetap) perunit produksi (Rp)

SP = Selling per unit (penerimaan dari tiap unit produksi) (Rp 700/kg)

Net present value (NPV)

Cash flow yang benefit perhitungannya disebut dengan present worth of benefit (PWB),

(4)

152 sedangkan jika yang diperhitungkan hanya cash out (cost) disebut dengan present worth of cost (PWC). NPV diperoleh dari PWB dikurangi PWC, yakni:

NPV = PWB - PWC dimana:

NPV = Net Present value PWB = Present worth of benefit PWC = Present worth of cost

Menurut Giatman (2006), untuk mengetahui apakah rencana suatu investasi tersebut layak ekonomis atau tidak, diperlukan suatu ukuran atau kriteria tertentu dalam metode NPV, yaitu: NPV > 0 artinya investasi akan menguntungkan/ layak

NPV < 0 artinya investasi tidak menguntungkan. Internal rate of return (IRR)

Pada perhitungan IRR, besarnya suku bunga bank yang digunakan adalah 7,5% dan suku bunga coba-coba yang digunakan adalah 10%. Besarnya suku bunga yang ditetapkan ini diharapkan mampu menghasilkan perhitungan IRR yang lebih besar dari bunga bank yang berlaku sehingga usaha masih tetap layak untuk dijalankan. IRR dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

IRR = q% + X

X- Y (q% - p%) dimana:

p = Suku bunga bank paling atraktif q = Suku bunga coba-coba ( > dari p) X = NPV awal pada p

Y = NPV awal pada q

HASIL DAN PEMBAHASAN

Alat Pengupas Kulit Tanduk Kopi Mekanis

Alat pengupas kulit tanduk kopi mekanis dirancang untuk mengupas biji kopi HS Arabika yang telah dikeringkan hingga kadar air 12% (Gambar 1). Hasil dari pengupasan kulit tanduk ini berupa kopi beras yang siap disortasikan mutunya, disimpan dan diolah pada proses berikutnya. Bagian-bagian alat pengupas kulit tanduk kopi mekanis,terdiri dari:

1. Kerangka alat

Kerangka alat ini berfungsi sebagai pendukung dan pondasi komponen lainnya, yang terbuat dari besi siku dengan dimensi 530×400×530 mm.

2. Motor listrik

Motor listrik berguna sebagai tenaga penggerak alat pengupas kulit tanduk kopi mekanis yang menggunakan daya sebesar 1 HP.

3. Puli

Puli berfungsi memutar rotor yang digerakkan oleh motor dengan ukuran 6 inci pada poros rotor dan 2 inci pada motor listrik.

4. Sabuk V

Sabuk V (V-Belt) berfungsi menghubungkan motor dengan rotor, sabuk V yang digunakan adalah tipe A.

5. Saluran pemasukan

Saluran masukan memiliki dimensii 145×145×129mm yang berfungsi sebagai tempat pemasukan bahan.

6. Tabung pengupasan

Tabung pengupasan berfungsi sebagai tempat pengupasan biji kopi yang memiliki diameter100 mm dan panjang 726 mm. 7. Rotor

Rotor berupa silinder yang memiliki ulir pada permukaanya terbuat dari bahan besi dengan diameter 4,8 cm dan panjang71 cm. 8. Saringan

Saringan berfungsi untuk mengeluarkan ampas halus dengan panjang 320 mm yang terdapat di bagian bawah tabung pengupasan.

9. Kotak sortasi

Saluran ini berfungsi untuk menyalurkan biji yang telah dikupas dan dipisahkandari ampasnya ke tempat penampungan yang telah disediakan dengan dimensi80×80×189 mm.

10. Blower

Blower berfungsi menghisap ampas dan membuangnya ke saluran pembuangan ampas yang berdiameter 2 inci.

Gambar 1. Alat pengupas kulit tanduk kopi mekanis

Prinsip Pengupasan

Alat pengupas kulit tanduk kopi mekanis ini bekerja berdasarkan prinsip putaran pada rotor. Putaran pada rotor dihasilkan oleh putaran pada motor listrik yang ditransmisikan kepulidan sabuk V. Puli ini terhubung dengan poros yang berfungsi untuk memutar rotor.

(5)

153 Rotor (Gambar 2) berupa silinder yang terbuat dari bahan besi dengan ulir pada permukaanya.Ulir pada bagian awal berfungsi untuk menghantarkan biji kopi menuju area pengupasan.Ulir tengah (lurus) berfungsi untuk melemparkan biji kopi ke stator.Ulir pada bagian akhir berfungsi untuk menghantarkan hasil kupasan menuju saluran pengeluaran.

Gambar 2. Rotor

Ulir ini memiliki panjang 51 cm, lebar 1,6 cm dan tinggi 1,3 cm. Ulir awal dan akhir memiliki dimensi yang sama yaitu panjang 12,7 cm, lebar

1,6 cm dan tinggi 1,3 cm. Jarak antara rotor dan stator adalah 2 mm.

Proses pengupasan dimulai dengan masuknya biji kopi HSmelalui hopperdan dihantarkan menuju area pengupasan. Pada area pengupasan biji kopi gabah akan terlempar ke dinding stator sehingga kulit tanduk terbelah dan terpisah dari bijinya. Ampas halus akan keluar melalui saringan yang terdapat di bagian bawah stator. Biji yang telah terkupas dan kulit tanduk (ampas kasar) akan dihantarkan menuju kotak sortasi. Di dalam kotak sortasi kulit tanduk dihisap oleh blower dan biji kopi yang telah terkupas jatuh ke saluran pengeluaran.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama pengupasan diperoleh data waktu pengupasan dengan 1 kg biji kopi pada tiap ulangan. Setelah pengupasan selesai maka dilakukan penyortiran untuk mendapatkan data berat biji kopi terkupas, pecah, tertinggal di dalam alat dan berat kulit tanduk kopi (Tabel 1).

Tabel 1. Data pengamatan pengupasan kopi

Tabel 1 menunjukkan bahwa untuk mengolah biji kopi HS 1 kg dibutuhkan waktu 0,034 jam dengan hasil 0,718 kg biji terkupas, 0,09 biji pecah, 0,007 kg biji tertinggal di dalam alat dan 0,217 kg berat kulit tanduk kopi. Faktor-faktor yang mempengaruhi data pengupasan kopi yaitu kinerja alat, bahan yang digunakan dan kemampuan operator.

Kapasitas KerjaAlat

Kapasitas kerja alat dihitung dari perbandingan antara banyaknya biji kopi yang dikupas (kg) dengan waktu yang dibutuhkan selama proses pengupasan.Pada penelitian ini, lama waktu pengupasan dihitung mulai dari biji kopi dimasukkan ke dalam saluran pemasukan (hopper) sampai dengan biji kopi selesai dikupas dan mesin dimatikan. Dari penelitian yang telah dilakukan 3 kali ulangan kapasitas kerja alat seperti pada Tabel 2, yang menunjukkan bahwa waktu pengupasan kulit tanduk adalah 0,034 jam sehingga diperoleh kapasitas kerja alat sebesar 29,411 kg/jam. Kapasitas kerja alat ini cenderung

dipengaruhi oleh keahlian operator baik dalam memasukkan biji kopi ke dalam hopper maupun dalam menentukan kapan harus mematikan mesin. Selain itu kapasitas kerja juga dipengaruhi oleh kadar air bahan.

Tabel 2. Kapasitas kerja alat Ulangan Berat awal (kg) Waktu (jam) Kapasitas (kg/jam) I 1 0,040 25 II 1 0,027 37,037 III 1 0,036 27,777 Total 3 0,103 89,814 Rataan 1 0,034 29,411

Persentase Biji Pecah

Persentase biji pecah dapat dihitung dengan membagikan berat biji kopi yang pecah dengan berat biji kopi terkupas. Persentase biji pecahyang menunjukkan bahwa persentase biji kopi pecah adalah 12,534%. Biji dengan kadar air > 12% akan lebih lunak dan mudah pecah pada Ulangan Berat biji

kopi dikupas (kg) Waktu pengupasan (jam) Berat biji terkupas (kg) Berat biji pecah (kg) Berat biji tidak terkupas (kg) Berat biji tertinggal di dalam alat (kg) Berat kulit tanduk (kg) I 1 0,040 0,724 0,11 0,04 0,007 0,226 II 1 0,027 0,710 0,07 0,07 0,009 0,205 III 1 0,036 0,720 0,10 0,05 0,007 0,220 Total 3 0,103 2,154 0,28 0,16 0,023 0,651 Rataan 1 0,034 0,718 0,09 0,053 0,007 0,217

(6)

154 saat rotor menggilas biji. Pada kadar air 12% kulit tanduk sudah lekang dari bijinya sehingga lebih mudah untuk dikupas dan biji kopi beras yang dihasilkan aman untuk disimpan karena mikroorganisme tidak dapat beraktivitas lagi. Hal ini sesuai dengan literatur Budiman (2012) yang menyatakan bahwa mesin pengupas dirancang untuk mengupas biji kopi HS dengan kadar air mendekati 12%. Jika kadar air makin tinggi, kapasitas pengupasannya turun dan jumlah biji pecahnya sedikit meningkat.

Tabel 3. Persentase biji kopi pecah Ulangan Berat biji kopi pecah (kg) Berat biji kopi terkupas (kg) % Biji kopi pecah I 0,11 0,724 15,193 II 0,07 0,710 9,859 III 0,10 0,720 13,888 Total 0,28 2,154 39,94 Rataan 0,09 0,718 12,534

Biji kopi HS Arabika memiliki tebal rata-rata 6,15 mm sedangkan jarak antara rotor dan stator yaitu 2 mm. Jika kopi jatuh pada alat dalam posisi horizonntal maka biji kopi akan tergilas sampai pecah atau biji kopi HS hanya akan terbawa oleh ulir dan tidak terkupas. Jarak antara rotor dan stator sangat menentukan besar persentase pecahnya biji.

Persentase Biji Tidak Terkupas

Persentase biji tidak terkupas dapat dihitung dengan membagikan berat biji kopi tidak terkupas dengan berat biji kopi awal dikali 100%.Persentase biji kopi yang tidak terkupas ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Persentase biji tidak terkupas Ulangan Berat awal (kg) Berat biji kopi tidak terkupas (kg) % Biji tidak terkupas I 1 0,04 4 II 1 0,07 7 III 1 0,05 5 Total 3 0,16 16 Rataan 1 0,053 5,3

Tabel 4menunjukkan bahwa persentase rata-rata biji tidak terkupas sebesar 5,3%. Pada ulangan II diperoleh % biji tidak terkupas paling tinggi, hal ini disebabkan pada ulangan II operator terlalu cepat memasukkan biji kopi sehingga biji tertumpuk di dalam tabung pengupasan akibatnya tidak ada cukup ruang untuk menghempaskan biji ke dinding stator.

Persentase Biji Tertinggal di dalam Alat Persentase biji tertinggal di dalam alat dapat dihitung dengan membagikan berat biji tertinggal di dalam alat dengan berat biji kopi awal dikali dengan 100%. Persen biji kopitertinggal di dalam alatdapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Persentase biji tertinggal di dalam alat Ulangan Berat awal (kg) Berat biji tertinggal di dalam alat (kg) % Biji tertinggal di dalam alat I 1 0,007 0,7 II 1 0,009 0,9 III 1 0,007 0,7 Total 3 0,023 2,3 Rataan 1 0,007 0,7

Tabel 5 menunjukkan persentase biji tertinggal di dalam alat sebesar 0,7%.Biji yang tertinggal di dalam tabung pengupasan ini sudah terkupas tetapi tidak jatuh ke kotak sortasi dan saluran pengeluaran.Hal ini disebabkan oleh operator yang terlalu cepat mematikan mesin.Waktu yang tepat untuk mematikan mesin yaitu pada saat tidak ada lagi bunyi dentingan biji kopi di dalam tabung pengupasan.

Analisis Ekonomi Biaya Pokok

Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat diperhitungkan.

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan diperoleh bahwa biaya produksi pengupasan kulit tanduk kopi tiap tahun berbeda-beda. Diperoleh biaya pengupasan kulit tanduk kopi sebesar Rp 400,033/kg pada tahun pertama,Rp 401,118/kg pada tahun kedua,Rp 402,284/kg pada tahun ketiga,Rp 403,538/kg pada tahun keempat, danRp 404,888/kg pada tahun kelima. Hal ini disebabkan perbedaan nilai biaya penyusutan tiap tahun sehingga mengakibatkan biaya tetap alat tiap tahun berbeda juga.

Break even point

Menurut Waldiyono (2008) analisis titik impas umumnya berhubungan dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat membiayai

(7)

155 sendiri (self financing). Selanjutnya dapat berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap sama dengan nol.

Alat ni mencapai titik impas apabila telah mengupas kopi sebanyak 3745,768 kg pada tahun pertama, 3951,157 kg pada tahun kedua, 4172,021 kg pada tahun ketiga, 4409,455 kg pada tahun keempat dan 4664,963 kg pada tahun kelima. Peningkatan BEP dipengaruhi oleh biaya penyusutan yang meningkat setiap tahun. Net present value

Dalam menginvestasikan modal dalam penambahan alat pada suatu usaha maka net present value dapat dijadikan salah satu alternatif dalam analisa finansial. Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian dapat diketahui besarnya NPV7,5% adalah Rp 67.685.947. Pada suku bunga 7,5%, penerimaan yang diperoleh akan lebih besar daripada pengeluaran sehingga usaha ini layak untuk dijalankan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai NPV > 0.

Internal rate of return

Internal rate of return berfungsi untuk melihat seberapa layak suatu usaha dapat dilaksanakan atau seberapa besar keuntungan investasi maksimum yang ingin dicapai. Hasil yang didapat dari perhitungan IRR adalah sebesar 46,47%. Usaha ini masih layak dijalankan apabila bunga pinjaman bank tidak melebihi 46,47% jika bunga pinjaman di bank melebihi angka tersebut maka usaha ini tidak layak lagi diusahakan. Semakin tinggi bunga pinjaman di bank maka keuntungan yang diperoleh dari usaha ini semakin kecil.

KESIMPULAN

1. Kapasitas kerja alat pengupas kulit tanduk kopi mekanis yang digunakan dalam penelitian sebesar 29,411 kg/jam.

2. Persentase biji kopi pecah adalah 12,534%, persentase biji kopi tidak terkupas adalah 5,3% dan persentase biji kopi tertinggal di dalam alat adalah 0,7%.

3. Biaya pokok yang dikeluarkan untuk memproduksi biji kopi tanpa kulit tanduk sebanyak 1 kg dari alat pengupas kulit tanduk kopi mekanis ini adalah Rp 400,033 pada

tahun pertama dan Rp 404,888 pada tahun kelima.

4. Alat ini akan mencapai break even point (titik impas) setelah mengupas biji kopi sebanyak 3745,768 kg pada tahun pertama dan 4664,963 kg pada tahun kelima.

5. Net present value 7,5% dari alat pengupas kulit tanduk kopi mekanis ini adalah Rp67.685.947 yang artinya usaha ini layak untuk dijalankan.

6. Internal rate of return dari alat pengupas kulit tanduk kopi mekanis ini adalah 46,47%.

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1988. Budidaya Tanaman Kopi. Kanisius.Yogyakarta.

Budiman, H. 2012. Prospek Tinggi Bertanam Kopi: Pedoman Meningkatkan Kualitas Perkebunan Kopi. Pustaka Baru Press.Yogyakarta.

Daywin, F. J., R. G. Sitompul, dan I. Hidayat. 2008. Mesin-Mesin Budidaya Pertanian di Lahan Kering. Graha Ilmu. Yogyakarta. Ditjen Perkebunan. 2012. Pedoman Teknis

Penanganan Pasca Panen Kopi. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Giatman, M. 2006. Ekonomi Teknik. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

MB-IPB.1997. Strategi Pengembangan Alat dan Mesin Pertanian untuk Usaha Peningkatan

Pangan.Agrimedia 2

(2).http://agrimedia.mb.ipb.ac.id [6Maret 2015].

Najiyati, S. dan Danarti, 1997. Budidaya Kopi dan Pengolahan Pasca Panen.Penebar Swadaya, Jakarta

Purba, R. 1997. Analisa Biaya dan Manfaat. PTRineka Cipta. Jakarta.

Soeharno. 2007. Teori Mikroekonomi. AndiPress. Yogyakarta.

Waldiyono. 2008. Ekonomi Teknik (Konsep, Teori dan Aplikasi). Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Gambar

Tabel 1. Data pengamatan pengupasan kopi
Tabel 4. Persentase biji tidak terkupas  Ulangan  Berat  awal  (kg)  Berat biji  kopi tidak terkupas  (kg)  % Biji tidak  terkupas  I  1  0,04  4  II  1  0,07  7  III  1  0,05  5  Total  3  0,16  16  Rataan  1  0,053  5,3

Referensi

Dokumen terkait

PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL MENGENAI CAGAR BUDAYA KESULTANAN ACEH UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH BAGI SISWA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kegiatan ini bertujuan untuk menunjang program dan kegiatan Propinsi Sumatera Barat pada bidang Perikanan Tangkap yang didanai dengan APBD sebesar Rp.. Kegiatan ini untuk mendampingi

Pembuatan web ini bertujuan untuk melatih dan membantu pengguna untuk membiasakan dirinya dengan pola-pola soal psikotes yang biasa digunakan oleh perusahaan saat

Merumuskan program dan kegiatan baik rutin maupiun anggaran berbasis kinerja berdasarkan tugas pokok dan fungsi kecamatan serta sumber daya yang ada berpedoman kepada

Maksudnya adalah admin dapat melakukan pengelolaan terhadap semua jenis modul yang terdapat pada halaman CMS, tetapi user hanya dapat melakukan pengelolaan terhadap modul hanya

Dinas Perhubungan Komunikasi dan I nformatika Kabupaten Pesisir selatan sesuai dengan Tupoksi dan kewenangan yang dimilikinya, merupakan pelaku dan penanggung jawab penuh

Lain halnya dengan bakteri anaerob, bakteri anaerob di produk pangan kaleng yang sudah rusak lebih optimum tumbuh pada suhu yang lebih tinggi yaitu 55 o C. daripada suhu

Abstrak. Tindak tutur percakapan merupakan sebuah tindakan manusia yang dilakukan hampir pada semua aktifitas. Menurut Austin tindak tutur terdiri dari tindak lokusi yaitu