179
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Konsep Perancangan
Usia anak-anak sebagian besar adalah kelompok usia yang dinamis dan memerlukan banyak peluang untuk belajar dan mengembangkan diri. Masa-masa ini sangatlah penting untuk bimbingan dan pengasuhan, serta pembentukkan karakter mereka. Jika kita perhatikan disekeliling kita, maka akan ditemukan banyak anak-anak terlantar, yang hidup kurang layak, tidak memiliki orang tua, jika adapun, mereka terpaksa harus bekerja dan tidak melanjutkan sekolah.
Pengasuhan dan pendidikan merupakan aspek yang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Pengasuhan dan pendidikan yang layak akan menghasilkan generasi penerus bangsa yang baik. Pendidikan itu sendiri terdiri dari pendidikan formal dan informal. Pendidikan formal melalui pendidikan di sekolah dan pendidikan informal melalui orang-orang disekitar anak.
Generasi bangsa bersumber dari anak-anak karena jumlahnya saat ini menduduki sepertiga dari jumlah penduduk Indonesia. Sebagai penerus bangsa, anak harus mendapat perlindungan dan pendidikan yang layak, baik itu pendidikan formal maupun pendidikan informal berupa keterampilan-keterampilan dan pendidikan moral untuk membentuk karakter yang baik agar dapat bermanfaat dalam masyarakat.
Panti asuhan anak merupakan suatu bentuk atau wadah penampungan kasih kepada bayi, balita, hingga anak-anak usia 17 tahun dengan permasalahan-permasalahan sosial hingga ekonomi dan memberikan pengasuhan dan pendidikan sekolah kepada mereka. Oleh karena itu, mereka dapat belajar untuk berperilaku baik, disiplin dan dapat berkembang menjadi anak yang mandiri dan intelek di masa depan.
Oleh karena itu, interior panti asuhan perlu dirancang dengan baik sehingga dapat menciptakan rasa kekeluargaan, kebersamaan dan keceriaan yang dibutuhkan oleh anak-anak dan kebutuhan yang membentuk kepercayaan diri dan kemandirian pada anak dalam menyongsong hari depan yang lebih baik.
Dibawah ini akan lebih diperjelas alasan pemilihan konsep melalui mind mapping:
4.1.1 Konsep Desain
Tema perancangan interior Panti Asuhan Kasih Mulia Sejati yaitu “Harmony in Unity”, ini dipilih karena ingin membentuk suasana yang harmoni dalam kesatuan dari karakter, usia, jenis kelamin setiap anak di panti asuhan, dan citra dari Panti Asuhan Kasih Mulia Sejati. Oleh karena itu, setiap elemen desain interior harus menerapkan keselarasan (harmony) yang saling berhubungan timbal-balik dengan kesatuan (unity).
Harmony: keselarasan dalam desain merupakan pembentukan unsur-unsur keseimbangan, keteraturan, kesatuan, dan perpaduan yang masing-masing saling mengisi. Keharmonian (keselarasan) dapat disatukan melalui keselarasan dan mengikat berbagai elemen secara selaras melalui ciri dan karakter anak-anak dalam tingkatan usia dan jenis kelamin yang berbeda, serta citra yang ingin diangkat dari Panti Asuhan Kasih Mulia Sejati. Dengan itu, keharmonian (keselarasan) dapat di wujudkan melalui bentuk, warna, fungsi, dan material sehingga dapat membawa keharmonisan desain dalam perencanaan interior panti asuhan anak ini.
Gambar 4.2 Harmoni bentuk dan warna
Unity : kesatuan (unity) menggabungkan keberagaman menjadi satu kesatuan yang dapat menimbulkan kesan hangat, keceriaan, kekeluargaan, dan aman (safety).
Gambar 4. 3 Kesatuan (unity) bentuk dan warna
4.1.2 Konsep Bentuk
Konsep bentuk yang akan diterapkan di Panti Asuhan Kasih Mulia Sejati adalah terinspirasi dari citra panti asuhan (welcoming, kehangatan, kekeluargaan, dan sukacita) dan dunia anak-anak yaitu dunia bermain (keceriaan). Bentuk-bentuk yang safety, menaungi, melindungi, bentuk yang tidak meyudut, dan yang tidak kaku agar terkesan fun.
Melalui permainan, anak mempelajari berbagai keterampilan motorik, keterampilan bersosialisasi, sekaligus memeperoleh kesenangan dan hiburan. Anak-anak dan aktifitas bermain merupakan dua subjek yang telah menyatu dalam satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dalam kegembiraan bermain, bertualang, dan mengeksplorasi lingkungan, anak-anak juga sekaligus mengembangkan berbagai jenis kecerdasan dan mempraktikkan beragam keterampilan hidup yang sangat berguna bagi kehidupan mereka kelak.
Jika kita lihat, pada jaman sekarang anak-anak begitu akrab dengan teknologi. Sementara itu, anak-anak pada era (jaman)
sebelumnya lebih dekat dengan alam dan lingkungan sekitar. Kini, anak-anak di perkotaan, apalagi yang tinggal di perumahan-perumahan yang bukan perkampungan, sudah sangat asing dengan berbagai permainan tradisional. Mereka banyak yang lebih mengenal permainan modern seperti game online, gadget, dan lain-lain. Permainan modern tersebut sebenarnya lebih banyak memiliki pengaruh atau dampak negatif terhadap tumbuh kembang anak, seperti ego-sentris, materialistis, konsumtif, dan berbagai nilai-nilai kekerasan yang terkandung di dalamnya sehingga mempengaruhi pola pikir dan karakter anak.
Kita tahu, bahwa Indonesia adalah negeri dengan kekayaan budaya yang sangat banyak. Salah satu bentuk kekayaan budaya bangsa Indonesia adalah permainan tradisional. Berbagai permainan tradisional memang mampu menjadi media untuk mengoptimalkan berbagai jenis kecerdasan anak seperti kecerdasan kognitif, kecerdasan sosial, kecerdasan emosional, kecerdasan musikal, hingga mengajarkan berbagai nilai positif dan menyehatkan badan, serta mendekatkan anak pada lingkungan alam.
Secara garis besar, permainan tradisional banyak memiliki nilai-nilai moral dan filosofi. Bermain merupakan kegiatan yang sangat dekat dengan dunia anak dan merupakan kegiatan yang dapat membuat keceriaan dalam diri anak Sesungguhnya bermain memberi manfaat yang besar bagi perkembangan anak, setidaknya ada beberapa manfaat dari kegiatan bermain bagi anak (Hayati, 2011) .
Gambar 4.4 Permainan tradisional Indonesia yang terancam punah (sumber:
http://bambangpriantono.multiply.com/journal/item/2719/Catatan-Pagi-Mengenang-Permainan-Tradisional diakses 27 Maret 2013)
Dari gambar diatas, penulis dapat menyimpulkan banyak permainan tradisional Indonesia yang terancam punah. Sebelum permainan tradisional yang merupakan warisan luhur budaya bangsa Indonesia ini benar-benar punah seluruhnya, berbagai upaya harus dilakukan untuk melestarikannya.
Oleh karena itu, penulis tergerak dan termotivasi untuk mengangkat beberapa permainan tradisional Indonesia yang memiliki nilai-nilai moral yang sesuai dengan konsep desain dan citra Panti Asuhan Kasih Mulia Sejati.
Dari berbagai macam permainan tradisional Indonesia, di bawah ini akan dijabarkan beberapa permainan tradisional Indonesia yang memiliki nilai-nilai atau filosofi yang berkaitan dengan konsep perancangan interior panti asuhan ini :
Tabel 4.1 Permainan Tradisional Indonesia
Nama permainan Nilai-nilai filosofi (tujuan) Daerah asal permainan Lompat tali karet • Dari unsur tali yang
merupakan pengikat tali persaudaraan
• Menggambarkan kerja keras dan semangat • Melatih ketangkasan,
kecermatan, dan sportivitas
• Bersosialisasi dengan teman dan saling kerjasama Provinsi Riau Congklak • Menyusun strategi, kebersamaan sosial • Melatih kesabaran,
ketelitian, kejujuran dan sportivitas
• Sarana belajar berhitung • Bentuk yg bulat dan
biji-biji yang terisi di dalamnya bermakna: saling mengisi satu sama lain
Jawa
ABC Lima Dasar Ciri: menggunakan jari tangan sebagai alat, dengan urutan angka
dari jumlah jari yang dipakai dan hasil akhirnya menggunakan alphabet. Contoh: Jika jumlah jari
ada 14 buah maka dalam abjad adalah huruf “N” • Bersosialisasi dan kebersamaan • Melatih kecerdasan, pengetahuan dan mengasah otak
• Belajar kata-kata dan bahasa (kosakata)
Ular Naga
• Kebersamaan,
berkelompok, keceriaan bersama
• Ada yang sebagai “induk” dalam permainan dan yang lainnya mengikuti sambil berpegangan bersama dan menuju ke arah “induk”. Bermakna: melindungi,menaungi, dan lain-lain.
Jawa
Engklek (Sunda Manda) • Bersosialisasi (nilai kebersamaan),
• Nilai kesabaran untuk mencapai “puncak” melalui tahapan dari 1-9. • Belajar berhitung dan
menentukan langkah yang harus dilewati
• Makna rohani from earth to heaven, di dunia ini untuk mencapai cita-cita (tertinggi) manusia harus bisa berjuang dengan keras, “Permainan itu juga bermakna perjalanan hidup seseorang dari hari ke hari sampai menuju surga”
(Sumber: http://hdw.eweb4.com/out/599337.html diakses 25 Maret 2013)
4.2.
Konsep Citra
Gambar 4.6 Logo Panti Asuhan Kasih Mulia Sejati
Konsep citra dari Panti Asuhan Kasih Mulia Sejati dapat dilihat dari logo dan visi misi nya yaitu melambangkan welcoming, kasih sayang, cinta, kehangatan, sukacita, dan juga dari aspek keceriaan dari karakter anak-anak dalam bermain. Dengan cara memberikan kesan hangat dan ceria dalam suasananya. Kesan hangat yang merupakan ungkapan kasih sayang dan cinta, serta ceria dari permainan tradisional Indonesia yang sudah begitu lama
ditinggalkan oleh anak-anak jaman sekarang (modern). Untuk mendukung konsep citra tersebut, dapat diterapkan melalui penggunaan bentuk, warna, pemilihan material dan pencahayaan yang digunakan.
Oleh karena itu, penulis dapat menyimpulkan konsep citra yang akan diterapkan dalam peracangan interior panti asuhan ini yaitu love, warm, and fun.
(Sumber: http://hdw.eweb4.com/out/599337.html diakses 25 Maret 2013) Gambar 4.7 Konsep Citra
4.3
Konsep material lantai, dinding dan ceiling
Penggunaan material untuk setiap ruang pada umumnya berbeda, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan fungsi ruang yang menuntut jenis material yang berbeda. Hal ini juga bertujuan untuk menunjukkan perbedaan lingkup ruang.
1. Lantai
Dalam penggunaan material lantai untuk perancangan panti asuhan anak harus yang mudah dibersihkan, aman, nyaman, dan ramah lingkungan. Berikut adalah jenis material yang digunakan:
a. Homogenous tile
Area lantai pada panti asuhan sebagian besar menggunakan homogenous tile. Selain harga yang relatif murah, homogenous tile mudah dibersihkan dan lebih kuat daripada keramik. Dibandingkan dengan keramik biasa, produk ini memiliki daya tahan dan kekuatan yang lebih baik. Ini dikarenakan dalam proses pembuatannya, homogeneous tile mengalami pembakaran yang sempurna sampai 1230 derajat celcius, melebihi keramik yang hanya dibakar sampai 1000 derajat. Homogeneous tile yang mudah dijumpai di pasaran adalah Granito yang diproduksi PT Granitoguna Building Ceramics.
(Sumber: http://informasibangunan.blogspot.com/2012/12/homogenous-tile-penutup-lantai-yang.html diakses 27 Maret 2013)
b. Linoleum
Selain menggunakan lantai homogenous, pada area tertentu juga menggunakan material lantai linoleum. Beberapa ruang seperti multifunction room dan ruang bermain menggunakan lantai linoleum. Linoleum adalah bahan penutup lantai yang terbuat dari minyak biji flax (linseed oil) dan dicampur dengan tepung kayu atau serbuk gabus. Lalu direkatkan pada media berbahan dasar dari kain berserat kuat atau kanvas.
Linoleum adalah material ramah lingkungan yang mudah diurai kembali oleh tanah. Linoleum lebih elastis dan dibuat dari 100 persen bahan alami dan sangat ramah lingkungan. Produk linoleum untuk lantai terbagi menjadi tiga jenis, yakni marmoleum yang menampilkan motif-motif warna dan corak menyerupai batu marmer, artoleum lebih menonjol pada motif kulit buaya dan bintik-bintik awan, dan walton secara garis besar motif warnanya, seperti serat kayu dengan desain kontemporer.
Linoleum memiliki sifat elastik dan tersusun dari material anorganik dan organik. Kelebihannya yaitu karena bahan ini mudah dipasang, dirawat, dan dibersihkan, pilihan warna dan desainnya beragam, memiliki daya tahan cukup tinggi terhadap panas, lebih tahan api daripada plastik dan kain. Untuk memasangnya, hanya butuh permukaan rata seperti lantai semen, lalu diberi perekat khusus.
(sumber: http://www.slipdoctors.com/slippery-resilient-floors-linoleum.asp diakses 20 Maret 2013)
c. Vinyl
Area lantai yang menggunakan material vinyl adalah ruang bermain, dan ruang tidur anak-anak karena dapat menimbulkan kesan hangat dan nyaman dengan harga yang relatif murah dibanding menggunakan parket. Terlebih anak-anak memerlukan tingkat safety yang cukup tinggi, sehingga lebih baik menggunakan material lantai vinyl yang lebih empuk dan tidak sekeras keramik atau material lainnya.
Gambar 4. 10 Lantai Vinyl
(sumber: http://andersensflooring.wordpress.com/2012/08/20/flooring-on-a-budget-vinyl/ diakses 23 Maret 2013)
d. Karpet
Jenis material karpet memang sering dikenal sebagai material yang mudah kotor dan menyimpan debu, namun ada jenis karpet yang sedikit lebih baik dan tidak mudah menyimpan debu yaitu jenis loop pile.
Penggunaan material karpet pada ruang kantor pimpinan, ruang musik, kantor sekretariat, dan perpustakaan. Tile Loop Pile adalah karpet yang berbasis modular, yang berukuran standard 50cm x 50cm dipasang berurutan seperti puzzle sesuai dengan urutan motif yang diinginkan. Karpet jenis ini merupakan teknologi terkini dari dunia karpet yang dapat memungkinkan pembersihan atau penggantian karpet di wilayah tertentu tanpa harus melepas secara keseluruhan. Lem khusus digunakan untuk instalasi karpet jenis ini yang memungkinkan pencopotan karpet untuk pencucian.
Karakteristik karpet Loop Pile : 1. Tahan lama
2. Tidak mudah menyimpan debu atau kotoran 3. Mudah dibersihkan
Gambar 4.11 Loop Pile Carpet
Gambar 4.12 Loop Pile Carpet
(sumber: http://www.ajantafloorconcepts.com/wall_to_wall_carpets/-_loop-pile_carpets diakses 24 Maret 2013)
2. Dinding
Pada perancangan panti asuhan anak ini, maka material dinding menggunakan material finishing yang aman, ramah lingkungan, dan mudah dibersihkan.
Untuk pemilihan warna disesuaikan dengan tema dan suasana yang ingin diciptakan dari masing-masing ruang. Perbedaan fungsi antara
ruang yang satu dengan yang lainnya menyebabkan perbedaan jenis finishing pada dinding.
Dalam penggunaan material dinding menggunakan dinding bata dan dinding eco board. Material dinding eco board yang digunakan dengan spesifikasi sebagai berikut:
• Sangat ideal, tahan lama dan tidak mudah lapuk • Sangat mudah untuk di cat
• Tidak menimbulkan debu, gas beracun, dan asap beracun yang dapat mengganggu kesehatan.
• Dapat di daur ulang.
• Kemampuan meredam suara >43 dB • Ketahan api grade A (GB8624-1997) • Kemampuan menahan api hingga 2 jam
• Anti haloginasi: tetap kering setelah 12 jam pada saat suhu atmosfer mencapai 90%, temperatur antara 30°C-35°C.
Spesifikasi di atas mempunyai tingkat daya redam hingga 43 dB, cocok untuk ruang musik, multifunction room, kantor, dan lain-lain.
Beberapa finishing yang akan digunakan untuk dinding: a. Cat tembok
Finishing cat yang ramah lingkungan yaitu Water based finishing material adalah bahan finishing yang menggunakan air sebagai pelarut utama. Waterbased finishing ini hanya sedikit mengeluarkan emisi gas pada saat proses pengeringannya sehingga tidak akan mengotori udara lingkungan.
Beberapa keuntungan penggunaan water based material:
• Water based coating ini relatif aman.
• Water based material memiliki nilai tambah sebagai bahan yang dianggap lebih ramah lingkungan.
Dari penjelasan diatas, berarti produk cat atau bahan finishing tersebut sangat aman digunakan untuk anak-anak atau bayi sekali pun. Pengakuan ramah lingkungan tersebut telah dibuktikan dengan mendapatkan certificate of analysis (COA) dari TUV Rheinland yang menyatakan bahwa produk Bio Industries telah sesuai dengan EU-ECHA Reach SVHC regulation 2010 yang diambil dari referensi (Bio Industries, n.d).
Keuntungan menggunakan bahan waterbased paint dan coating Bio Industries:
• Mendapatkan “natural look” dari furnitur kayu yang digunakan. • Finishing waterbased paint dan coating yang aman dan ramah
lingkungan.
Cat berbasis air dianggap ramah lingkungan bukan hanya karena cepat kering tetapi juga tidak mengganggu penciuman atau pernapasan dan mudah diencerkan serta larut dengan air. Saat ini sudah banyak kita temukan cat yang termasuk kedalam kriteria ramah lingkungan yang beredar dipasaran yang biasa disebut dengan cat tembok odorless.
Ada dua aspek yang menyertai istilah ecofriendly, yaitu ramah terhadap lingkungan dan kesehatan pengguna. Sementara kriteria cat yang bisa disebut ramah lingkungan, memiliki kandungan VOC (volatile organic compound) serendah mungkin dan tidak mengandung bahan yang bersifat karsinogenik.
Prinsip ramah lingkungan diterapkan secara konsisten oleh Dulux Easy Clean dengan berbasis air (water based) memiliki keunggulan yaitu daya tutupnya yang sangat baik, mampu menolak noda dan air, sehingga mudah dibersihkan tanpa merusak lapisan cat.
Gambar 4.14 Eco board dan Water based Paint (sumber: catalog dan http://www.airbrushtutor.com/airbrush-paint.php
diakses 25 Maret 2013) Eco board finishing
b. Wallpaper
Penggunaan wallpaper pada area tertentu saja, karena harganya yang cukup mahal seperti ruang tamu, living room, dan kantor pimpinan.
c. Wall sticker
Gambar 4. 15 Contoh Wallpaper
3. Ceiling
Pada perancangan panti asuhan ini, penggunaan material ceiling dengan menggunakan ecosil board. Ecosil board adalah papan ceiling yang memiliki kualitas tahan api dan air, serta tahan lama.
Material ecosil board memiliki kelebihan yaitu:
• Fleksibel. Tidak memerlukan penanganan tambahan untuk permukaan halusnya dan dapat dipasang langsung.
• Dekoratif. Dapat juga dilapisi PVC atau pola-pola tertentu untuk memenuhi permintaan khusus.
• Praktis. Dapat dipasang sangat mudah dengan metode umum seperti gypsum board biasanya.
• Kemampuan meredam suara >43 Db • Ketahan api grade A (GB8624-1997) • Kemampuan menahan api hingga 2 jam
• Anti haloginasi: tetap kering setelah 12 jam pada saat suhu atmosfer mencapai 90%, temperatur antara 30°C-35°C.
4. Pintu dan jendela
Tapak bangunan panti asuhan yang dikelilingi oleh taman membuat bangunan terlihat asri. Hal ini harus dimanfaatkan secara maksimal menimbang kebutuhan anak-anak akan udara alami dan pemandangan alam yang menyegarkan pikiran. Pada setiap bagian yang memperoleh view taman maka diberikan bukaan jendela yang besar sehingga pemanfaatan lingkungan alam dapat dilakukan secara total. Namun untuk menghindari terjadinya kesilauan, maka jendela diberikan gorden yang berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya jumlah sinar
yang masuk. Pintu menggunakan material yang tidak terlampau ringan sehingga dapat menghindarkan anak-anak dari tindakan keluar ruangan tanpa adanya bimbingan orang yang lebih tua. Berikut adalah material yang digunakan pada pintu dan jendela:
Tabel 4.2 Konsep Pintu dan Jendela
Material Karakeristik Ruang
Tempered glass - Memberi kesan luas
- Memberi peluang masukan sinar matahari yang besar - Dapat memanfaatkan view sekitar dengan baik
- Mudah dibersihkan
- Tidak mudah pecah pada saat kena benturan, gempa atau lainnya.
Seluruh ruang yang memiliki jendela
Plywood - Memberikan kesan natural - Memiliki beragam jenis dan warna Keseluruhan ruang yang menggunakan pintu 4.4.
Konsep warna
Anak dalam segala usia selalu menyukai warna. Akan tetapi warna apa saja yang dianggap indah bergantung pada selera pribadi dan sikap budaya mereka. Anak kecil menyukai warna yang cerah dan menyolok serta menganggap warna pastel jelek. Namun dengan bertambahnya usia sikap mereka akan warna juga akan berubah. (Hurlock, 1978).
Anak-anak mengartikan warna kuning sebagai warna cerah dan menggembirakan dan menganggapnya sebagai warna kebahagiaan. Warna merah-biru dan warna merah-hijau merupakan kombinasi warna yang disukai anak-anak. (Hurlock, 1978).
Penggunaan warna dan tekstur yang beragam sangat diperlukan. Tekstur yang bersentuhan dengn kulit dan tubuh anak-anak memberikan pengalaman tentang lingkungan fisik kepada anak-anak. Tekstur bisa bermacam-macam: kayu, keramik, aneka permukaan plester, metal, karet, cermin dan kaca yang aman. Penelitian menyarankan warna merah untuk menambah kegembiraan. Ungu dan hijau untuk menenangkan. Kuning, menenangkan dan warna pertama yang bisa diterima oleh bayi.
Warna memiliki kemampuan untuk menimbulkan suatu jenis emosi atau perasaan bagi yang melihat atau menggunakannya. Variasi emosi yang tercipta dari warna tergantung pada intensitas warna tersebut.
Pada lingkungan sebuah panti asuhan anak, warna dapat diterapkan pada: 1. Penerapan warna pada lantai
2. Penerapan warna pada dinding 3. Penerapan warna pada ceiling 4. Penerapan warna pada furnitur
Menurut teori warna dalam buku “Terapi Warna Untuk Kesehatan”, warna yang cocok dan ideal yang diterapkan pada ruang tamu adalah warna coklat karena memiliki kesan hangat dan welcoming karena memberikan rasa komitmen dan kepercayaan. Menurut teori Verner – Bonds (1989) secara emosionil warna turquoise memberikan efek tenang dan cocok menyembuhkan sistem saraf.
Dari secara keseluruhan, dapat disimpulkan warna-warna yang disukai anak-anak sekaligus dapat memberikan efek psikologis yang baik bagi anak-anak usia 0-14 tahun dan sesuai dengan konsep perancangan, antara lain:
Tabel 4.3 Konsep Warna
Warna Nama Efek Psikologis
Biru
welcoming (keterbukaan), kedamaian, ketenangan, keharmonisan, dan
keyakinan (spiritualitas) Orange menciptakan kehangatan, keamanan,
bersemangat
Merah kegembiraan, keakraban, intim, enerjik, berani
Pink atau merah muda
riang, cinta (kasih sayang), tenang, cenderung menyenangkan, feminin dan
beraura positif
Kuning Mengasah kreatifitas, optimis, ceria dan cerah, meningkatkan konsentrasi
Coklat-cream
menciptakan kesan hangat, kenyamanan, dan keutuhan keluarga
Putih
menciptakan suasana bersih dan sederhana, serta cocok dipakai sebagai
latar belakang (background)
Penulis menyimpulkan bahwa warna-warna yang akan digunakan dalam perancangan interior panti asuhan ini adalah warna-warna yang memberi efek welcome, kehangatan, kasih sayang, dan keceriaan. Warna-warna yang akan digunakan seperti biru, orange, kuning, merah, pink, cream, dan putih.
4.5.
Konsep Pencahayaan
Konsep pencahayaan pada perancangan panti asuhan menggunakan pencahayaan alami dan pencahayaan buatan seperti berikut:
1. Pencahayaan alami
Bangunan panti asuhan yang berorientasi ke arah tenggara menyebabkan panti asuhan memperoleh sinar matahari yang cukup di pagi hari namun tidak terlalu silau seperti dari arah timur.
2. Pencahayaan buatan
Pemanfaatan cahaya alami yang ada, tetap harus dilengkapi oleh pencahayaan buatan karena masih adanya area-area tertentu yang tidak memperoleh sinar matahari langsung sehingga memerlukan pencahayaan buatan sebagai penerangan.
Jenis lampu yang digunakan untuk ruang umum adalah lampu PL dengan armatur downlight. Untuk general lighting warna lampu yang digunakan adalah cool daylight. Untuk faktor estetik, digunakan lampu LED striped dengan warna lampu warmlight sehingga dapat memberikan kesan hangat. Dan menggunakan LED striped dengan warna kuning untuk drop ceiling dan up ceiling. Berikut adalah tabel jenis lampu yang digunakan pada panti asuhan:
Tabel 4.4 Konsep Lighting (Pencahayaan)
Zona Jenis Lampu Warna
Lampu Teknik Pencahayaan Armatur Publik dan semi publik Fluorescent-light PL (Smart LED Downlight) LED striped Spot light Cool Daylight Kuning Kuning Direct Hidden lamp Direct
Smart LED Downlight
Dipasang overlapping
Spot LED III
Semi private Fluorescent-light PL (Smart LED Downlight) Cool Daylight
LED striped Biru Kuning
Hidden lamp Dipasang overlapping
Private Fluorescent-light PL (Smart LED Downlight) LED striped Warm white kuning Kuning Direct Hidden lamp
Smart LED Downlight
Dipasang overlapping Service Fluorescent-light PL (Smart LED Downlight) Cool Daylight
Direct Smart LED Downlight
4.6.
Konsep Penghawaan
Selain memanfaatkan penghawaan alami yang berasal dari jendela, bangunan panti asuhan ini juga menggunakan penghawaan buatan demi kenyamanan tiap penghuninya. Berikut adalah jenis penghawaan buatan yang digunakan dalam panti asuhan:
Tabel 4.5 Konsep Penghawaan Jenis Penghawaan
Buatan
Karakteristik Ruang
Kipas angin • Lebih murah dibanding harga AC • Lebih hemat listrik
• Kamar tidur pengasuh, kamar tidur pembantu, dan, ruang laundry.
AC Central • Mudah diperoleh • Mudah dalam
perawatan
• Mudah dalam pengontrolan udara
• Seluruh Ruang kecuali dapur, toilet, ruang laundry, kamar tidur pengasuh, dan kamar tidur pembantu.
Exhaust fan • Mudah diperoleh • Mengalirkan udara
keluar ruang
• Kamar mandi, toilet, ruang makan, dapur, dan ruang laundry.
4.7.
Konsep akustik ruang
Pengguna panti asuhan yang sebagian besar anak-anak cenderung menghasilkan bising, baik dari aktifitas tubuh mereka maupun dari percakapan yang mereka lakukan. Untuk mengantisipasi kebisingan dari tiap ruang agar tidak menganggu ruang-ruang lainnya maka tiap ruang menggunakan material yang mampu menyerap suara. Berikut tabel pengaplikasian material penyerap bising:
Tabel 4.6 Konsep Akustik Ruang
Jenis Material Keterangan Pengaplikasian
Eco board Eco board dan glasswool yang dikhususkan untuk menghindarkan sifat gaung dan menyerap suara dalam ruangan .
Pada seluruh dinding partisi, ceiling ruang kantor pimpinan dan
sekretariat
Karpet Mampu menyerap bising dan suara disekitarnya
Pada lantai ruang musik, kantor pinmpinan, dan kantor
4.8.
Konsep Keamanan dan signange
Tabel 4.7 Konsep Keamanan dan Signage
Alat Kegunaan Pengaplikasian
Pintu Darurat Agar dapat mengakses jalur keluar melalui beberapa pintu darurat jika terjadi kebakaran.
Terdapat di area publik, semi publik, semi private, private, dan service.
Lampu emergency Untuk menerangi ruangan saat terjadi mati listrik. Sistem lampu emergency ini adalah saat lampu mati
otomatis lampu
emergency ini akan menyala. Sumber energi nya berasal dari baterai yang dapat di charge.
Terletak pada tiap ruang kamar, ruang belajar, ruang makan, dan kantor.
Sprinkler Mengeluarkan air jika terkena api atau jika saat kebakaran.
Terletak pada plafon seluruh ruang dengan jarak antar sprinkler 4m2/unit
Smoke detector Mendeteksi adanya asap
yang kemudian
disampaikan pada fire alarm dan sprinkler
Terletak pada plafon seluruh ruang dengan jarak antar sprinkler 4m2/unit
Hydrant Pipa keluaran dengan katup dan saluran dimana air dialirkan dari sumber
utama yang biasanya
digunakan untuk
memadamkan api ketika terjadi kebakaran
CCTV (Close Circuit
Television)
Memantau kegiatan yang berlangsung setiap detiknya
Salah satu sudut plafon setiap ruang kecuali toilet.
Signage Agar memudahkan
penghuni mengetahui perbedaan fungsi dan peruntukan ruang.
Ruang khusus di area panti, yaitu pada dinding ruang dan
lantai ruang
(perbedaan material lantai atau dengan gambar signage terrtentu)
4.9.
Konsep Pola Sirkulasi
Konsep pola sirkulasi pada panti asuhan ini dirancang sedemikian rupa untuk memudahkan penghuni di dalamnya dan pengunjung yang datang. Bangunan panti asuhan ini merupakan bangunan 1 lantai sehingga dapat ditentukan pola sirkulasi yang sesuai dengan bangunan panti asuhan ini.
Pola sirkulasi pada Panti Asuhan Kasih Mulia Sejati adalah pola sirkulasi horizontal karena merupakan sirkulasi antar ruang yang terdapat dalam 1 lantai yang sama.