BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
Pada saat ini Industri bioskop di Indonesia berkembang dengan sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang secara tidak langsung berdampak pada meningkatnya daya beli masyarakat Indonesia. Pelaku bisnis di industri bioskop Indonesia pada saat ini berjumlah kecil, terdiri dari 21 Cineplez, Blitzmegaplex dan pemain terbaru yaitu Cinemaxx. Cinemaxx merupakan grup dari Lippo sehingga dapat menjadi pesaing yang kuat karena dmemiliki kelebihan dan kemudahan untuk mendirikan bioskop di pusat perbelanjaan yang dimiliki oleh Lippo Group.
Data tersebut jika dibandingkan dengan negara tetangga di kawasan Asia Tenggara, maka dapat disimpulkan bahwa industri bioskop di Indonesia masih tertinggal dengan negara tetangga. Laporan Public Expose yang dilakukan oleh Indopremier terhadap Blitzmegaplex menjelaskan Indonesia berada di peringkat ke empat untuk rasio penerimaan masyarakat dari industri bioskop. Hal ini berkaitan dengan jumlah layar bioskop yang ada di Indonesia yang berada di peringkat ke lima dalam hal perbandingan antara jumlah penduduk dengan jumlah layar bioskop. Jumlah Bioskop di Indonesia berada di bawah Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina sehingga dapat disimpulkan pasar yang dapat diraih di industri bioskop Indonesia masih sangat besar.
Globalisasi yang terjadi saat ini memberikan pengaruh terhadap daya beli dari masyarakat. Hal tersebut menuntut setiap perusahaan dapat berproduksi secara
efektif dan efisien agar dapat bersaing di dalam industri yang ada melalui produk yang memiliki kualitas dan dapat memenuhi atau melebihi harapan masyarakat. Untuk menunjang hal tersebut maka perusahaan membutuhkan dana yang cukup besar agar dapat membiayai dan menunjang kegiatan produksi, kegiatan pemasaran dan ekspansinya.
Perusahaan mempunyai beberapa alternatif sumber pendanaan yaitu melakukan pinjaman kepada pihak ketiga seperti pinjaman ke bank maupun lembaga keuangan, menggunakan dana internal (melalui menahan pembayaran divididen) ataupun dengan mendapatkan dana segar melalui proses penawaran saham perdana (initial public offering). Tiga alternatif tersebut memiliki masing masing kelebihan dan kelemahan masing masing.
Proses pencarian dana yang dilakukan melalui pinjaman memiliki kekurangan dari segi risiko, karena akan terjadi risiko jika terjadi kredit macet yang besar, hal ini ditambah dengan besarnya bunga dari pinjaman yang harus ditanggung. Penambahan dana juga dapat dilakukan sebuah perusahaan dengan peleburan atau akuisisi dengan perusahaan lain, namun kelemahan dari alternatif melalui akuisisi dengan perusahaan lain adalah kemungkinan terjadinya ketidaksepahaman dalam visi dan misi antara pemilik lama dengan pemilik baru, dan hal ini tentu saja akan berpengaruh terhadap perkembangan dari perusahaan.
Alternatif ketiga adalah penjualan sebagian porsi dari saham perusahaan dalam bentuk efek kepada masyarakat dapat dilakukan di pasar modal melalui penawaran umum saham Perdana atau initial public offering (IPO). Perusahaan yang melakukan IPO akan mengeluarkan porsi saham yang dimiliki tanpa
mengubah struktur modal perusahaan sehingga besarnya prosentase kepemilikan saham perusahaan mengalami penurunan.
Dengan adanya dana yang diperoleh dari proses IPO, akan dapat meningkatkan modal perusahaan yang dapat digunakan untuk beberapa tujuan, seperti ekspansi, memperbaiki struktur modal kerja dan juga dapat dipergunakan di dalam melunasi beberapa hutang usaha, bahkan di beberapa contoh kasus terdapat alternatif pembayaran hutang dengan penawaran konversi dari hutang menjadi kepemilikan saham.
Di tahun 2014, PT Graha Layar Prima (Blitzmegaplex) melakukan salah satu langkah besar di industri bioskop, yaitu menjadi perusahaan pertama di Indonesia yang melakukan initial public offering. IPO dilakukan oleh Blitzmegaplex pada April 2014, dengan melepas 46,11 persen dari modal yang dimilikinya. Blitzmegaplex merupakan perusahaan bioskop yang didirikan sejak tahun 2002 dengan membawa konsep, sistem peralatan dan desain interior yang baru di Indonesia. Gedung bioskop yang pertama didirikan berada di Grand Indonesia Jakarta dan Paris Van Java Bandung. Beberapa keunggulan Blitzmegaplex adalah genre film yang lebih beragam, teknologi bioskop yang maju, jenis studio yang unik dan beberapa sarana lainnya seperti online booking, game center dan Blitz Café.
Dengan strategi ekspansi yang dilakukan oleh Blitzmegaplex tersebut, penulis ingin menilai apakah harga saham yang ditawarkan pada saat penawaran harga saham pedana sebesar Rp 3.000 per lembar saham sudah cukup baik atau tidak, karena jika dilihat dari pergerakan saham Blitzmegaplex dimulai dari saat
pertama IPO hingga pada 10 Oktober 2014, pergerakan saham terlihat kurang tumbuh dengan optimal. Sejak petama kali proses IPO hingga 6 bulan pertama setelah IPO, pergerakan harga saham hanya berada di sekitar angka Rp 3.500 hingga Rp 3.000.
Berikut ini pergerakan saham PT Graha Layar Prima dalam grafik:
Gambar 1.1 Pergerakan Harga Saham PT Graha Layar Prima Hingga 6 Bulan Setelah IPO
Dengan adanya permasalahan permasalahan tersebut maka peneliti ingin mengetahui nilai wajar dari perusahaan (value of the firm) PT Graha Layar Prima Tbk dengan menggunakan metode discounted cash flow. Dan penulis berharap dapat mengetahui penyebab harga saham yang pergerakannya stagnan dan kurang banyak aktivitas di pasar modal.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian singkat di atas maka penulis ingin melakukan penelitian berkaitan dengan keputusan PT Graha Layar Prima Tbk (Blitzmegaplex) untuk
melakukan Initial Public Offering. Hal ini dikarenakan harga saham PT Graha Layar Prima Tbk sampai dengan bulan Oktober 2014 masih stagnan di angka Rp3000 per lembar saham dan belum dapat menembus angka saat dilakukan
initial public offering. Oleh karena itu, untuk mencari penyebab harga stagnan tersebut maka penulis akan melakukan penelitian menggunakan metode
discounted cash flow untuk melakukan penilaian terhadap value of the firm. Setelah mendapatkan value of the firm, maka dapat dilihat apakah harga saham yang ditawarkan saat IPO masuk dalam underpriced atau overpriced. Jika hasilnya underpriced maka dapat dianalisis kemungkinan penyebab kerugian dan pertumbuhan usaha Blitzmegaplex dikarenakan underpriced dari saham tersebut, karena dengan harga saham yang underpriced maka mengurangi kemampuan perusahaan untuk mengembankan usahanya karena kurangnya dana. Sementara itu, jika hasilnya overpriced maka dapat dianalisis bahwa investor tidak yakin dengan kinerja dan peluang perusahaan ke depannya sehingga menilai harga saham Blitzmegaplex sebesar Rp 3.000 terlalu mahal.
Penulis memilih PT Graha Layar Prima (Blitzmegaplex) untuk diteliti karena merupakan perusahaan pertama dalam industri bioskop Indonesia yang melakukan IPO sehingga hasil analisis dapat menjadi patokan bagi perusahaan lain di industri bioskop Indonesia dalam menentukan alternatif pendanaannya saat ingin melakukan ekspansi bisnisnya.
1.3. Pertanyaan Penelitian
Dari latar belakang tersebut di atas, dapat dirumuskan masalah-masalah pokok dalam penelitian ini sebagai berikut
1. Berapakah fair value dari PT Graha Layar Prima Tbk saat melakukan proses penawaran saham perdana ke publik, apakah harga yang ditawarkan saat IPO adalah over valued atau under valued?
2. Bagaimanakah aktivitas perdagangan saham PT Graha Layar Prima Tbk? 1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini adalah
1. Untuk menentukan fair value dari PT Graha Layar Prima Tbk saat melakukan penawaran harga saham perdana.
2. Untuk menganalisi dan mengevaluasi aktivitas perdagangan saham PT Graha Layar Prima Tbk setelah melakukan proses penawaran harga saham perdana.
1.5. Manfaat Penelitian
Adapun Manfaat dari penelitian yang dilakukan penulis adalah
a. Untuk menentukan strategi terbaik dari beberapa pilihan yang ada bagi Blitzmegaplex di dalam melakukan ekspansi bisnisnya.
b. Bagi para calon investor, hasil penelitian dapat memberikan informasi tentang prospek dari perusahaan ini.
c. Bagi perusahaan, dapat menjadi dasar acuan untuk dapat meningkatkan kinerja keuangannya sehingga dapat meningkatkan minat calon investor dalam menanamkan modalnya di perusahaan.
d. Dan bagi dunia akademis dapat menjadi contoh kasus dari dampak IPO terhadap perusahaan yang bergerak di industri bioskop Indonesia sehingga
dapat menjadi pertimbangan yang berguna bagi perusahaan lain di industri bioskop Indonesia yang ingin melakukan ekspansi bisnisnya.
1.6. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini dan Batasan Penelitiannya adalah penelitian hanya dilakukan pada data yang ada di laporan keuangan PT Blitzmegaplex dari saat sebelum dan sesudah melakukan initial public offering dari tahun 2011 hingga saat PT Graha Layar Prima melakukan initial public offering di tahun 2014 dan data aktual laporan keuangan tahun 2015. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan dalam bentuk sekunder, yaitu data yang tidak diperoleh langsung tetapi dikumpulkan dalam bentuk yang sudah jadi publikasi yang telah diterbitkan dalam bentuk neraca dan laporan laba rugi di dalam periode sebelum perusahaan melakukan initial public offering.
1.7. Sistematika Penelitian
Secara umum, sistematika penelitian ini disusun dengan alur penelitian sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
Di dalam bab ini dijabarkan tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Pertanyaan Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Ruang lingkup dan batasan penelitian
BAB II : Tinjauan Pustaka
Dalam bagian ini akan dijelaskan mengenai tinjauan pustaka yang berisi penelitian terkait sebelumnya dan teori teori yang berkaitan dengan penelitan.
BAB III : Profil Perusahaan
Di bab ini, penulis akan menjelaskan secara singkat dan jelas mengenai obyek penelitian yang dipakai, yaitu PT Graha Layar Prima. Dalam Bab III ini, akan dipaparkan lebih lanjut mengenai riwayat singkat perusahaan, kelebihan dan kelemahan perusahaan serta kondisi keuangan perusahaan.
BAB IV : Metoda Penelitian
Bab ini membahas mengenai Desain penelitian, Definisi Operasional, Populasi dan Sampel, Alat Analisis, Sumber dan Pengumpulan data serta Metode Analisis Data.
BAB V : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Di BAB IV dijabarkan mengenai deskripsi data, Pengujian Analisis data dan Hasil Penelitian serta pembahasannya
BAB VI : Di bagian terakhir ini, akan disimpulkan hasil penelitian dan dijabarkan mengenai keterbatasan penelitian, implikasi dan saran saran.