• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indonesia Butuh Pemimpin yang Progresif (553/M) Oleh : Arie Hendrawan Senin, 16 Juli :02

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Indonesia Butuh Pemimpin yang Progresif (553/M) Oleh : Arie Hendrawan Senin, 16 Juli :02"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

KOPI -  Menyitir istilah yang digunakan oleh Prof. Tjip, kata “progresif” sebenarnya tidak hanya diperlukan dalam ranah hukum, tetapi juga kepemimpinan. Mungkin muncul pertanyaan,

kenapa dua entitas tersebut (hukum dan kepemimpinan) hampir-hampir tidak ada implikasinya sama sekali. Sebelum berkomentar lebih banyak, alangkah baiknya jika kita mengetahui terlebih dahulu makna dan seperti apa konsep progresif itu.

Progresif berasal dari kata progress yang berarti kemajuan. Pemimpin hendaknya mampu mengikuti perkembangan zaman, mampu menjawab perubahan zaman dengan segala dasar di dalamnya, serta mampu melayani masyarakat dengan menyandarkan pada konsep-konsep moralitas. Urgenitasnya tidak bisa dielakkan lagi. Namun jangan salah klaprah, fleksibel terhadap perkembangan zaman bukan berarti kita harus melupakan identitas yang dimiliki. Pancasila juga bersifat fleksibel, tidak rigit. Tetapi fleksibel yang dimaksud adalah mampu menjadi aktual di setiap masa dengan tetap memegang teguh karakternya.

Setelah kita bersama-sama mengetahui gambaran dari makna dan konsep progresif.

Selanjutnya, gambaran yang masih sangat umum tersebut akan coba dimanifestasikan lewat “12 kriteria Presiden Indonesia masa depan” agar kita semakin jelas, semakin paham, sehingga tidak perlu lagi meraba-raba apa maksud progresif itu. Presiden punya andil besar terhadap perubahan nasib bangsanya. Indonesia bisa saja mengulangi kejayaannya dulu, tidak lain dan tidak bukan jika memiliki pemimpin yang tepat.

Ada satu hal yang menarik. Kursi presiden di Indonesia sebenarnya mempunyai “dualisme status”. Maksudnya, meskipun hanya dijabat oleh perseorangan (individu), namun dalam sistem ketatanegaraan Indonesia kedudukannya sejajar dengan lembaga-lembaga tinggi negara. Jadi selain sebagai perseorangan (individu), presiden juga dapat dianggap sebagai suatu lembaga. Itu yang menyebabkan kenapa posisinya sangat vital bagi Bangsa Indonesia. Saat ini

Indonesia tengah menghadapi apa yang dinamakan krisi multidimensi. Menurut Prof. Dr. Musa Asy’rie, akar dari krisi multidimensi ini adalah krisis kepercayaan. Masyarakat sudah mulai frustasi dengan pemimpin-pemimpin yang lebih sering bohong daripada jujur, lebih sering curhat daripada bertindak, dan lain sebagainya. Dalam kehidupan politik, kepercayaan adalah mutlak. Hanya pemimpin progresif (peka akan perubahan) yang bisa menciptakan kepercayaan itu.

Berikut adalah 12 Kriteria Presiden Indonesia masa depan yang terdiri dari kepingan-kepingan pemikiran progresif, namun melekat secara interaktif satu dengan lainnya.

(2)

Bersikap otentik

Tidak banyak kesusaian antara das sollen (teori) dan das sein (kenyataan) di Indonesia. Bersikap otentik artinya presiden harus bisa bersikap sesuai dengan tujuan aslinya. Banyak Undang-Undang, peraturan-peraturan, maupun keputusan-keputusan yang kita miliki. Tetapi tidak jarang hanya berakhir sebagai kertas usang. Presiden yang bersikap otentik, akan secara konsisten melaksanakan apa yang menjadi tugas dan tujuannya. Bukan hanya dalam tataran teoritis, tetapi juga praksis.

Anti status quo

Kemapanan memang baik, namun kemapanan yang sekarang sedang dinikmati Indonesia tidaklah sebaik seperti arti sesungguhnya. Indonesia sedang terkurung dalam krisis yang berkepanjangan. Praktek KKN seolah-olah mulai mendapatkan legalitas dan kelumrahan. Jika tidak ada presiden yang anti terhadap status quo (semua non revolusioner), maka negara ini juga tidak akan pernah dapat beranjak dari krisis fundamental. Gawatnya lagi, pembangunan segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara bisa saja mengalami kemunduran (berada di gigi “R”)

Bertindak luar biasa

Krisis yang dihadapi Indonesia sekarang bukanlah krisis sembarangan. Krisis “luar biasa”, itu sebutannya. Mungkin agak sedikit lebih kasar kalau dibandingkan dengan istilah krisis

“multidimensi”, krisis “fundamental”, atau justru sebaliknya. Entahlah, namun yang pasti krisis luar biasa tersebut juga harus dilawan dengan tindakan yang luar biasa pula. Presiden jangan berfikir ajek, datar, dan tetap. Pola fikir demikian akan membuat nasib Bangsa Indonesia terus-menerus seperti ini (jalan di tempat), bahkan lebih buruk.

Independen dari Parpol

(3)

kepentingan rakyat yang istimewa. Sebaliknya, justru kepentingan Parpol (golongan) yang selalu menjadi prioritas. Presiden harus independen dari Parpol. Meskipun terpilih karena diusung Parpol, tetapi ketika sudah menjadi presiden, kepentingan-kepentingan apapun harus disingkirkan, kecuali kepentingan rakyat. Di negara demokrasi, “suara rakyat adalah suara Tuhan”.

Berjiwa idealis

Menemukan pemimpin yang berjiwa idealis itu bukan perkara mudah. Pemimpin jenis ini akan berusaha bersikap istiqomah antara hati, fikiran, dan perbuatannya. Tidak peduli mau seperti apa hambatan atau tantangan yang menghadangnya. Indonesia butuh pemimpin yang seperti demikian. Ketiadaan figur Presiden Indonesia yang berjiwa idealis, membuat pemberantasan korupsi maupun penegakan hukum di negeri ini berjalan terengah-engah. Hampir macet dan kehilangan arah.

Visioner

Pemimpin yang visioner mampu memandang jauh ke depan. Dia akan mengurangi apa yang disebut tension gap, yaitu mendekatkan realitas dengan visi, atau sebaliknya. Kriteria ini sangat cocok untuk pemimpin di negara-negara yang sedang dilanda krisis. Indonesia akan 50 langkah lebih maju jika memiliki presiden seperti demikian. Akan ada banyak pandangan-pandangan komprehensif dari presiden yang visioner. Namun tetap dalam bingkai kesederhanaan, sehingga tidak sulit untuk dipahami dan diwujudkan

Inovatif (thinking outside the box)

Sering kali kita merasa bahwa pergantian presiden tidak menimbulkan efek yang signifikan. Artinya, masalah-masalah dari dulu sampai sekarang ya tetap sama saja. Kita perlu memiliki presiden yang inovatif, tidak selalu berfikir konvensional. Non konvensional bukan berarti mutlak menghindari mekanisme yang ada. Lebih tepatnya memposisikan mekanisme sebagai suatu referensi, bukan patokan. Pemimpin penuh inovasi akan membuat jalan yang sebenarnya panjang menjadi pendek, dan masalah yang sesungguhnya kompleks menjadi sederhana.

(4)

Berani mengambil resiko

Semakin besar resiko yang kita ambil, maka semakin besar pula keuntungan yang kita peroleh ketika berhasil, begitupun sebaliknya. Rata-rata orang sukses bisa berhasil karena berani mengambil resiko. Namun tetap konsisten mengupayakan tujuannya. Oleh karena itu,

Indonesia juga membutuhkan sosok presiden yang berani mengambil resiko. Dengan catatan, tetap konsisten mengupayakannya bagi kepentingan rakyat. Rakyat sudah semakin cerdas, mereka akan selalu simpatik dan mendukung pemimpin yang berani.

Bertindak cepat (tapi cermat)

Pemimpin yang sangat mobile biasanya diahadapkan pada sebuah paradoks. Di satu sisi, dia dituntut untuk bisa bertindak cepat dalam menyelesaikan setiap masalah yang ada agar tidak terus menumpuk. Namun di sisi lain, dia tidak boleh gegabah atau grusa-grusu ketika bertindak. Seorang presiden memang harus bertindak cepat, namun juga dibarengi dengan kecermatan. Kecermatan akan meminimalisir dampak yang ditimbulkan jika tindakan yang diambil ternyata tidak tepat.

Responsif

terhadap sekitar Kita lebih suka mengobati daripada mencegah, itulah masyarakat Indonesia. Meskipun telah ada adagium yang mengatakan, “sedia payung sebelum hujan”. Jika ingin mencegah agar tidak kehujanan, kita harus sedia payung. Sebelum sedia payung, kita harus tahu apakah akan terjadi hujan atau tidak. Itu gunanya responsif terhadap sekitar. Presiden juga perlu responsif, peka terhadap persoalan yang dihadapi masyarakat. Jangan represif “baru” setelah terjadi masalah. Kalau seperti demikian, namanya presiden Lola (Loading Lama).

Tegas (tanpa pandang bulu)

(5)

sekarang adalah tegas. Ketegasan itu bersifat objektif, tanpa pandang bulu. Hal tersebut bertujuan agar tidak ada lagi kepentingan-kepentingan politik yang menjadi parasit kebijakan pemerintah, selain hanya kepentingan rakyat.

Transformatif penuh restorasi Kata transformatif mempunyai ambiguitas. Bisa berarti perubahan dari yang buruk menjadi baik, maupun sebaliknya. Oleh karena itu, di sini kata transformatif dipertegas dengan tambahan kata restorasi (pemulihan). Perubahan yang kita harapkan

sekarang adalah perubahan dari kondisi krisis (buruk) menjadi sejahtera (baik). Hanya presiden transformatif dan penuh restorasi yang dapat mewujudkan hal itu. Masyarakat sudah teralalu muak dengan gaya kepemimpinan yang lambat, lama membawa perubahan.

Referensi

Mujiran, Paulus. 2003. Kerikil-kerikil di Masa Transisi (Serpihan Esai Pendidikan, Agama, Politik, dan Sosial). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rahardjo, Satjipto. 2008. Membedah Hukum Progresif. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Identitas Penulis

Nama : Arie Hendrawan

TTL : Kudus, 28 Agustus 1992

(6)

Universitas : Universitas Negeri Semarang (Unnes)

Alamat : Ds. Jepang, RT5/RW10, Kec. Mejobo, Kab. Kudus

No. HP : 085740228837

E-mail : a1213_awan@yahoo.co.id

Referensi

Dokumen terkait

Cobaan utama Cobaan untuk kegemilangan Sejak muda Naigu sudah mengabdi di istana kaisar sampai sekarang Batin Naigu yang tersiksa karena bentuk hidung yang berbeda

Pada bulan November ini, ada beberapa kegiatan yang menjadi bagian dari program kerja PIU seperti Penilaian Desa (baik desa lama maupun baru), sosialisasi program

T ermome ermometter ada er adallah ah aallaatt yang d yang diigunakan un gunakan unttuk mengukur suhu dengan uk mengukur suhu dengan ttepa epatt dan

Aplikasi peta zaman prasejarah di Indonesia tersebut telah dibuat dengan berisi tiga materi utama, yaitu informasi detail jenis manusia purba, pembabakan zaman

Sehubungan dengan hal tersebut maka timbul permasalahan bagaimana prinsip dan alasan yang menjadi dasar bagi bank sebelum melakukan perikatan dengan asuransi, bagaimana

Hal ini terjadi pada beban non linier akan muncul arus urutan nol yang memicu keluarnya arus netral atau harmonisa pada netral transformator.. Arus netral ini akan

pemahaman tentang apa yang membuat seorang pemimpin memiliki pengaruh yang besar bagi pengikutnya atau karyawan sehingga dapat menciptakan peningkatan kinerja

Secara simultan Likuiditas (Current Ratio), Manajemen Aset (Total Asset Turnover), Perputaran Kas (Cash Turnover) dan Struktur Modal (Debt to Equity Ratio)