• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TINGKAT EFISIENSI PENGUMPULAN PIUTANG PADA CV HESTA ABADI JAYA DI SAMARINDA. Enryco Vermy Irwansyah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS TINGKAT EFISIENSI PENGUMPULAN PIUTANG PADA CV HESTA ABADI JAYA DI SAMARINDA. Enryco Vermy Irwansyah."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TINGKAT EFISIENSI PENGUMPULAN PIUTANG PADA CV HESTA ABADI JAYA DI SAMARINDA

Enryco Vermy (Vermyenryco@ymail.com) Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman

Irwansyah

Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman Ferry Diyanti

Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat efisiensi pengumpulan piutang pada CV Hesta Abadi Jaya. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan dan analisis dokumen berupa laporan keuangan periode 2007-2011. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis perputaran piutang dan analisis jumlah hari rata-rata pengumpulan piutang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat efisiensi pengumpulan piutang pada CV Hesta Abadi Jaya belum berjalan secara efisien.

Kata Kunci: Manajemen Piutang, Perputaran Piutang, Jumlah Hari Rata-rata Pengumpulan Piutang

ABSTRACT

This research was conducted to determine the level of efficiency in collecting receivables CV Hesta Abadi Jaya. The types of data used in this research is the study of literature and analysis of the financial report documents the period 2007-2011. Data analysis method used in this research is the analysis of turnover and analyzes the average number of days accounts receivable collection. The results showed that the level of efficiency in collecting receivables CV Hesta Abadi Jaya has not run efficiently.

Keywords: Receivables Management, Receivables Turnover, Average Number of Days Receivables Collection

(2)

2

A. Latar Belakang

Pada umumnya perusahaan bertujuan menghasilkan laba dalam mempertahankan usahanya. Salah satu kegiatan operasional tersebut adalah penjualan, baik berbentuk tunai maupun penjualan secara kredit. Pada dasarnya perusahaan lebih menyukai penjualan tunai dibandingkan dengan kredit, namun adanya persaingan maka perusahaan melakukan penjualan kredit yang akan menimbulkan piutang.

Piutang merupakan aktiva lancar yang ada di dalam neraca yang tidak lebih likuid jika dibandingkan dengan kas sebab pada umumnya pencairan piutang telah memiliki tanggal jatuh tempo. Sehingga tidak sewaktu-waktu dapat segera dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan. Apabila dana perusahaan tertanam dalam bentuk piutang tersebut maka perusahaan tidak dapat lagi memutar dananya untuk kegiatan yang lain sehingga dikhawatirkan perusahaan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan operasionalnya. Hal ini menyebabkan pengelolaan piutang menjadi begitu penting bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan.

CV Hesta abadi jaya sebagai salah satu perusahaan yang menjual barang-barang elektronik dan furniture. Yang juga mengelola beberapa cabang. CV Hesta abadi jaya bergerak di bidang usaha perdagangan yang melayani penjualan secara tunai maupun kredit. Yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan para pelanggan.

CV Hesta abadi jaya memperoleh pendapatan melalui dua jenis pendapatan yang pertama melalui pendapatan operasional melalui penjualan kredit,dan penjualan tunai. Dan yang kedua pendapatan non operasional melalui pendapatan biaya administrasi, pendapatan lain-lain, pendapatan jasa giro.

Bagi CV Hesta Abadi Jaya piutang merupakan suatu elemen yang sangat penting dalam menjalankan fungsinya dikarenakan CV Hesta Abadi Jaya melakukan penjualan kredit. CV Hesta Abadi Jaya mendapati bahwa penjualan secara kredit sangat efektif dalam meningkatkan volume penjualan perusahaan yang berpotensi besar meningkatkan perolehan laba.

Tapi faktanya penjualan secara kredit merupakan kegiatan yang cukup beresiko karena para debitur sering memperlambat pembayaran demi menjaga likuiditas mereka sendiri. Sementara itu kebutuhan akan likuiditas tidak hanya dimiliki oleh debitur, perusahaan pemberi kredit juga memerlukan kondisi keuangan yang likuid demi keberlangsungan hidup perusahaannya.

Pada tahun 2011 CV Hesta Abadi Jaya memiliki piutang sebesar 42,15% dari total aktiva lancar. Dari 100% total penjualan, 76,27% merupakan penjualan kredit. Dari penjualan kredit yang dilakukan tidak selalu berjalan secara mulus. Karena investasi pada penjualan kredit yang dilakukan CV Hesta abadi jaya sangat besar maka apabila terjadi masalah pada pelunasan piutang hal ini dapat berpengaruh pada likuiditas keuangan perusahaan. Seperti mempengaruhi besarnya laba yang didapat oleh perusahaan dan dapat memperbesar biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam upaya pengumpulan piutang.

Untuk itu penulis tertarik untuk membahas mengenai tingkat efisiensi pengumpulan piutang pada CV Hesta Abadi Jaya agar dapat mengetahui dan mengevaluasi serta memberi

(3)

3

saran bagi CV Hesta Abadi Jaya dan berupaya memberikan kesimpulan dan saran untuk lebih baik di tahun berikutnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dengan uraian di atas yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana tingkat efisiensi pengumpulan piutang pada CV Hesta Abadi Jaya dari tahun 2007 s/d tahun 2011.

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

“Mengetahui tingkat efisiensi pengumpulan piutang pada CV Hesta Abadi Jaya dari tahun 2007 s/d tahun 2011”.

II TINJAUAN TEORITIS

Pengertian Efisiensi dan efektivitas merupakan 2 macam kriteria yang biasa digunakan untuk menentukan prestasi suatu pusat pertanggungjawaban. Menurut Dearden yang di terjemahkan oleh agus Maulana (2003:250) pengertian efisiensi adalah Kemampuan menjalankan tugas dengan baik dan tepat (dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga dan biaya). Sedangkan menurut Melayu S.P Hasibuan (2006:7) pengertian efisien adalah Perbandingan terbaik antara input (masukan ) dan output (hasil), antara keuntungan dengan biaya (antara hasil pelaksanaan dengan sumber yang digunakan), seperti halnya juga hasil optimal yang dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa efisiensi merupakan kemampuan perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya untuk memperoleh hasil tertentu dengan menggunakan masukan (input yang serendah-rendahnya) untuk menghasilkan suatu keluaran (output), dan juga merupakan kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar.

Produktivitas

Suatu pusat pertanggungjawaban dikatakan efisiensi jika pusat pertanggungjawaban tersebut : 1. Menggunakan sumber, atau biaya atau masukan lebih kecil untuk menghasilkan keluaran

dalam jumlah yang sama.

2. Mengguanakan sumber, atau biaya, atau masukan yang sama untuk menghasilkan keluaran dalam jumlah yang lebih besar.

Piutang merupakan komponen aktiva lancar yang penting dalam aktivitas ekonomi suatu perusahaan karena merupakan aktiva lancar perusahaan yang paling besar setelah kas. Piutang timbul karena adanya penjualan barang atau jasa secara kredit, bisa juga melalui

(4)

4

pemberian pinjaman. Adanya piutang menunjukkan terjadinya penjualan kredit yang dilakukan perusahaan sebagai salah satu upaya perusahaan dalam menarik minat beli konsumen untuk memenangkan persaingan. Kebijakan piutang yang efektif dan prosedur penagihan yang tepat waktu sangat penting untuk ditetapkan, sehingga dapat mengurangi resiko terganggunya likuiditas perusahaan akibat adanya piutang tak tertagih. Kebijakan piutang yang baik adalah kebijakan piutang yang bisa mengoptimalkan trade-off keuntungan dan kerugian dari piutang.

Definisi piutang menurut Alexandri,dkk. (2009:117) piutang merupakan sejumlah uang hutang dari konsumen pada perusahaan yang membeli barang dan jasa secara kredit kepada perusahaan. Sedangkan menurut Martono,dkk. (2007:95) piutang merupakan tagihan perusahaan kepada pelanggan atau pembeli atau pihak lain yang membeli produk perusahaan. Menurut James, et al.(2005:258) piutang adalah jumlah uang yang dipinjam dari perusahaan oleh pelanggan yang telah membeli barang atau memakai jasa secara kredit. Sedangkan menurut Manulang,dkk. (2005:36) dalam Debora Siahaan (2009) Piutang adalah semua tuntutan terhadap pelanggan, baik berbentuk perkiraan uang, barang maupun jasa serta segala hal yang berbentuk perkiraan seperti transaksi.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa piutang terjadi jika perusahaan memberi pinjaman uang kepada perusahaan, pihak lain atau melakukan suatu jasa, ataupun beberapa tipe transaksi lainnya yang menciptakan suatu hubungan antara pihak yang memberi pinjaman dengan pihak yang berhutang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi piutang Menurut Sutrisno (2008:55) Besar kecilnya dana yang diinvestasikan ke dalam piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: 1. Besarnya Volume Penjualan Kredit

Volume penjualan kredit yang diberikan kepada pelanggan akan ikut menentukan besar-kecilnya investasi dalam piutang. Semakin besar volume penjualan kredit akan semakin besar investasi pada piutang. Demikian sebaliknya bila volume penjualan kredit maka akan menurunkan investasi pada piutang.

2. Syarat Pembayaran

Dalam penjualan kredit selalu tertera kapan piutang tersebut jatuh tempo dan apakah ada diskon yang diberikan. Misalnya ada syarat pembayaran 5/10-n/60, artinya bila piutang dibayar paling lambat 10 hari dari tanggal penjualan akan diberikan diskon 5%, dan batas akhir pembayaran selama 60 hari. Semakin panjang jangka waktu kredit yang diberikan semakin besar investasi pada piutang.

3. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit (Plafon Kredit)

Pada sistem penjualan kredit, masing-masing pelanggan akan diberikan batas maksimal kredit yang bisa diambil (plafon kredit) untuk masing-masing pelanggan harus sama, tetapi tergantung dari besarnya usaha yang dimiliki oleh pelanggan dan tingkat kepercayaan perusahaan kepada pelanggan. Semakin besar plafon kredit yang diberikan untuk pelanggan semakin besar investasi untuk piutang.

4. Kebiasaan Pembayaran Pelanggan

Seperti disebutkan di atas bahwa dalam syarat pembayaran biasanya menawarkan diskon atau potongan bila dibayar lebih awal. Apabila kebiasaan pelanggan dalam membayar

(5)

5

memanfaatkan masa diskon, maka investasi pada piutang semakin kecil. tetapi bila kebiasaan pelanggan membayar saat jatuh tempo investasi pada piutang semakin kecil . tetapi bila kebiasaan pelanggan membayar saat jatuh tempo investasi pada piutang semakin besar.

5. Kebijakan dalam Penagihan Piutang

Kebijakan dalam penagihan piutang, secara aktif maupun pasif, dapat dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan yang menjalankan kebijakan aktif dalam menagih piutang akan mempunyai pengeluaran dana yang lebih besar untuk membiayai aktivitas ini, namun dapat memperkecil resiko tidak tertagihnya piutang. Perusahaan juga berharap agar pelanggan menyetor pembayaran hutang tepat waktu. Kebijakan ini ditempuh dengan cara:

a. Menagih secara langsung.

b. Memberi peringatan dengan mengirim surat kepada pelanggan.

Setelah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi piutang usaha, alangkah lebih baik perusahaan memperhatikan faktor-faktor tersebut dengan mengelola piutang usaha secara efektif dan efisien.

Biaya atas piutang Sebagaimana halnya dengan kegiatan operasi perusahaan, penerapan kebijakan kredit juga juga dapat menimbulkan biaya. Menurut Gitosudarmo,dkk. (2002:82) dengan dilaksanakanya penjualan secara kredit yang kemudian menimbulkan piutang maka perusahaan sebenarnya tidak terlepas dari penanggungan risiko berupa biaya. Biaya yang timbul akibat adanya piutang adalah:

1. Biaya penghapusan piutang, Biaya penghapusan piutang atau piutang ragu-ragu (bad debt) risiko terhadap tidak tertagihnya sejumlah tertentu dari piutang akan dimasukkan sebagai biaya piutang ragu-ragu yang nantinya akan diadakan penghapusan piutang. Oleh karena itu perlu diperhitungkan pada setiap periode.

2. Biaya pengumpulan piutang, Dengan adanya piutang maka timbul kegiatan penagihan piutang yang akan mengeluarkan biaya yang disebut sebagai biaya pengumpulan piutang. 3. Biaya administrasi, Terhadap piutang diperlukan kegiatan administrasi yang akan

mengeluarkan biaya.

4. Biaya sumber dana, Dengan terjadinya piutang maka diperlukan dana dari dalam maupun dari luar perusahaan untuk menjaganya. Dana tersebut diperlukan biaya untuk sumber dana.

(6)

6 Kerangka Pikir C. D. E. F.

III METODE PENELITIAN A. Data-data yang diperlukan:

1. Gambaran umum CV Hesta Abadi Jaya.

2. Neraca, per 31 desember 2007 s/d 31 desember 2011.

3. Laporan rugi-laba untuk tahun yang berakhir 31 desember 2007 s/d 31 desember 2011.

B. Jangkauan Penelitian

ANALISIS TINGKAT EFISIENSI PENGUMPULAN PIUTANG PADA CV HESTA ABADI JAYA DI

SAMARINDA

Bagaimana tingkat efisiensi pengumpulan piutang pada CV Hesta Abadi Jaya dari tahun 2007 s/d tahun 2011.

Menurut Perusahaan:

Untuk mengukur tingkat efisiensi pengumpulan piutang perusahaan membuat catatan untuk jumlah piutang yang tidak tertagih dan dari catatan tersebut perusahaan dapat mengetahui jumlah piutang tak tertagih setiap periodenya.

Menurut Teori:

Tingkat efisiensi pengumpulan piutang dapat dilihat dari :

1. Perputaran piutang yaitu mengukur seberapa sering piutang berubah menjadi kas dalam setahun.

2. Rata-rata pengumpulan piutang yaitu angka yang menunjukkan waktu rata-rata yang diperlukan untuk menagih piutang.

Alat Analisis: 1. Perputaran piutang

2. Rata-rata pengumpulan piutang

(7)

7

Jangkauan penelitian untuk penulisan skripsi ini adalah CV Hesta Abadi yang beralamatkan di Jl. KH. H.Saman Hudi No.32A (Ex.Jl.Rajawali) Samarinda, agar tidak menyimpang dari pokok permasalahan dan untuk lebih terarah dalam pembahasan, maka penulis memberikan batasan penelitian pada masalah analisis pengumpulan piutang pada CV Hesta Abadi Jaya di Samarinda.

C. Teknik Pengumpulan Data

Adapun cara atau teknik yang dilakukan dalam usaha mengumpulkan semua data yang diperlukan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Studi Kepustakaan (Library Research) Yaitu merupakan teknik penelitian pengumpulan data yang bersumber dari buku-buku pelajaran atau litelatur yang terdapat mengenai teori-teori dan informasi yang berhubungan dengan penelitian yang sedang dilakukan saat ini.

2. Penelitian Lapangan (Field Work Research)

Adalah metode penelitian yang didapatkan melalui hasil langsung terjun ke tempat penelitian. Adapaun cara-cara yang ditempuh dalam penelitian lapangan ini adalah sebagai berikut:

a. Wawancara (Interview)

Yaitu pengumpulan data-data yang dilakukan dengan wawancara langsung terhadap pemilik usaha dan para pegawai.

b. Dokumentasi

Yaitu pencarian informasi dengan cara melihat data-data yang terdapat dalam dokumentasi-dokumentasi tempat usaha.

D. Alat Analisis

Alat analisis yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pengumpulan piutang adalah sebagai berikut:

a. Perputaran piutang. Menurut Sutrisno (2008:57).

Perputaran piutang merupakan sebuah ukuran seberapa sering piutang usaha berubah menjadi kas dalam setahun dimana dengan ketentuan kredit, piutang usaha harus berputar sedikit diatas 12 kali dalam setahun. Niswonger diterjemahkan oleh Alfonus Sirait (2002:337). Rata-rata piutang dihitung dengan menambahkan saldo awal dan saldo akhir piutang pada periode tersebut dan membaginya dengan dua.

Perputaran piutang yang semakin tinggi adalah semakin baik karena modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk piutang akan semakin rendah.

(8)

8

Jangka waktu pengumpulan piutang adalah angka yang menunjukkan waktu rata-rata yang diperlukan untuk menagih piutang. Semakin lama jangka waktu piutang usaha, resiko tidak tertagihnya piutang semakin besar. hari rata-rata pengumpulan piutang ini baru akan berarti jika dibandingkan dengan syarat pembayaran yang telah ditetapkan perusahaan.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tingkat Perputaran Piutang (receivable turn over)

Rasio ini memperlihatkan kecepatan perputaran piutang selama periode yang digambarkan sebagai berikut

Rincian Jumlah Piutang. Rata-rata Piutang dan Penjualan CV Hesta Abadi Jaya Samarinda Tahun 2007 sampai 2011

(Dalam Ribuan Rupiah)

Uraian 2007 2008 2009 2010 2011

Piutang Usaha Rp.630.926.150 Rp.592.910.000 Rp.634.413.700 Rp.666.584.385 Rp.692.351.650

Piutang Lain-lain Rp.48.074.882 Rp.48.316.464 Rp.51.698.616 Rp.42.881.403 Rp.48.523.652

Rata-Rata Piutang Rp.339.500.516 Rp.320.613.232 Rp.343.056.158 Rp.354.697.894 Rp.370.437.651

Penjualan Rp.966.332.929 Rp.805.654.402 Rp.1.034.292.878 Rp.1.185.036.305 Rp.1.326.138.481

(9)

9

B. Jumlah Hari Rata-Rata Pengumpulan Piutang

Jumlah hari rata-rata pengumpulan piutang adalah menggambarkan lamanya piutang yang dapat terkumpul (tertagih).

(10)

10 C. Tingkat Efisiensi Pengumpulan Piutang

Tingkat Perputaran Piutang, Jumlah hari rata-rata pengumpulan piutang, Rata-rata piutang dan Penjualan CV Hesta Abadi Jaya

selama tahun 2007 sampai 2011

Uraian 2007 2008 2009 2010 2011

Penjualan Rp.966.332.929 Rp.805.654.402 Rp.1.034.292.878 Rp.1.185.036.305 Rp.1.326.138.481

Rata-rata Piutang

Rp.339.500.516 Rp.320.613.232 Rp.343.056.158 Rp.354.697.894 Rp.370.437.651

Tingkat Perputaran

Piutang 3 kali 2,5 kali 3,1 kali 3,3 kali 3.6 kali

Jumlah Hari Rata-Rata Pengumpulan Piutang

120 hari 144 hari 116 hari 109 hari 100 hari

D. Pembahasan

Pada tahun 2007 dengan penjualan Rp.966.332.929, tingkat rata-rata piutang yang terjadi adalah Rp.339.500.516. Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa tingkat perputaran piutang adalah 3 kali, hal ini terjadi karena jika kita membandingkan antara penjualan dengan rata-rata piutang, kita melihat bahwa rata-rata-rata-rata piutang cukup besar yang merupakan indikasi banyaknya piutang yang tak tertagih hal ini dikarenakan pembayaran yang dilakukan kreditur melewati waktu jatuh tempo dan kurangnya usaha perusahaan untuk mengumpulkan piutang yang dapat berpotensi mengalami kredit macet. Dengan tingkat perputaran piutang sebanyak 3 kali dan jumlah hari rata-rata pengumpulan piutang 120 hari, dapat disimpulkan bahwa untuk tahun 2007 tingkat perputaran piutang pada CV Hesta Abadi Jaya adalah sebesar 3 kali dengan rata-rata pencairan piutang adalah 120 hari yang artinya perusahaan akan menerima pelunasan piutang sebanyak 3 kali dalam satu tahun dengan rata-rata jangka waktu pencairan 120 hari.

(11)

11

Tahun 2008, penjualan sebesar Rp.805.654.402 dan tingkat rata-rata piutang yang terjadi adalah sebesar Rp.320.613.232. Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa tingkat perputaran piutang adalah sebesar 2,5 kali, hal ini terjadi karena jika kita membandingkan antara penjualan dengan rata-rata piutang, kita melihat bahwa rata-rata piutang menurun dibandingkan pada tahun 2007, hal ini terjadi karena perusahaan aktif melakukan penagihan piutang yang telah jatuh tempo melalui surat, telpon maupun kunjungan pribadi sehingga piutang yang tak tertagih dapat diminimalisir sehingga didapat tingkat perputaran piutang sebanyak 2,5 kali dengan jumlah hari rata-rata pengumpulan piutang 144 hari, sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk tahun 2008 tingkat perputaran piutang CV Hesta Abadi Jaya adalah sebesar 2,5 kali dengan rata-rata pencairan piutang adalah 144 hari yang artinya perusahaan akan menerima pelunasan piutang sebanyak 2,5 kali dalam satu tahun dengan rata-rata jangka waktu pencairan 144 hari.

Untuk tahun 2009 dengan penjualan Rp.1.034.292.878 tingkat rata-rata piutang yang terjadi adalah Rp.343.056.158. Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa tingkat perputaran piutang adalah 3,1 kali, hal ini terjadi karena jika kita membandingkan antara penjualan dengan rata-rata piutang, kita melihat bahwa rata-rata-rata-rata piutang jumlahnya lebih besar dibandingkan pada tahun 2008 dan 2007 yang merupakan indikasi banyaknya piutang yang tak tertagih. Hal ini dikarenakan pembayaran yang dilakukan kreditur melewati waktu jatuh tempo dan kurangnya usaha perusahaan untuk mengumpulkan piutang. Dengan tingkat perputaran piutang sebanyak 3,1 kali dan jumlah hari rata-rata pengumpulan piutang 116 hari, dapat disimpulkan bahwa untuk tahun 2009 tingkat perputaran piutang pada CV Hesta Abadi Jaya adalah sebesar 3,1 kali dengan rata-rata pencairan piutang adalah 116 hari yang artinya perusahaan akan menerima pelunasan piutang sebanyak 3,1 kali dalam satu tahun dengan rata-rata jangka waktu pencairan 116 hari.

Tahun 2010, penjualan sebesar Rp.1.185.036.305 dan tingkat rata-rata piutang yang terjadi adalah sebesar Rp.354.697.894. Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa tingkat perputaran piutang adalah sebesar 3,3 kali, hal ini terjadi karena jika kita membandingkan antara penjualan dengan rata-rata piutang, kita melihat bahwa rata-rata piutang lebih besar dibandingkan pada tahun 2009, 2008 dan 2007, Hal ini dikarenakan pembayaran yang dilakukan kreditur melewati waktu jatuh tempo, kurangnya kesadaran kreditur untuk tepat waktu dalam membayar dan kurangnya usaha perusahaan untuk menerapkan teknik pengumpulan piutang sehingga mengakibatkan piutang yang tak tertagih meningkat. sehingga didapat tingkat perputaran piutang sebanyak 3,3 kali dengan jumlah hari rata-rata pengumpulan piutang 109 hari, sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk tahun 2010 tingkat perputaran piutang pada CV Hesta Abadi Jaya adalah sebesar 3,3 kali dengan rata-rata pencairan piutang adalah 109 hari yang artinya perusahaan akan menerima pelunasan piutang sebanyak 3,3 kali dalam satu tahun dengan rata-rata jangka waktu pencairan 109 hari.

Tahun 2011, penjualan sebesar Rp.1.326.138.481 dan tingkat rata-rata piutang yang terjadi adalah sebesar Rp.370.437.651. Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa tingkat perputaran piutang adalah sebesar 3,6 kali, hal ini terjadi karena jika kita membandingkan antara penjualan dengan rata-rata piutang, kita melihat bahwa rata-rata piutang meningkat dibandingkan pada tahun 2010,2009,2008 dan 2007, Hal ini dikarenakan pembayaran yang dilakukan kreditur melewati waktu jatuh tempo, kurangnya kesadaran kreditur untuk tepat waktu dalam membayar dan kurangnya usaha perusahaan untuk menerapkan teknik pengumpulan piutang sehingga mengakibatkan piutang yang tak tertagih meningkat sehingga didapat tingkat perputaran piutang sebanyak 3,6 kali dengan jumlah hari rata-rata pengumpulan piutang 100 hari, sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk tahun 2011 tingkat perputaran piutang pada CV Hesta Abadi Jaya adalah sebesar 3,6 kali dengan rata-rata

(12)

12

pencairan piutang adalah 100 hari yang artinya perusahaan akan menerima pelunasan piutang sebanyak 3,6 kali dalam satu tahun dengan rata-rata jangka waktu pencairan 100 hari.

Pada Tabel 4.2 diatas dilihat bawah tingkat efisiensi pengumpulan piutang pada tahun 2011 lebih tinggi bila dibandingkan dengan tingkat efisiensi pengumpulan piutang pada tahun 2010, 2009, 2008 dan 2007. Hal ini dapat dilihat dari tingkat perputaran piutang pada tahun 2007 sebesar 3 kali, tahun 2008 sebesar 2,5 kali, tahun 2009 sebesar 3,1 kali, tahun 2010 sebesar 3,3 kali dan tahun 2011 sebesar 3,6 kali. Untuk rata-rata pengumpulan piutang pada tahun 2007 adalah 120 hari, tahun 2008 adalah 144 hari, tahun 2009 adalah 116 hari , tahun 2010 adalah 109 hari dan tahun 2011 adalah 100 hari. Hal ini membuktikan efisiensi pengumpulan piutang setiap tahunnya berfluktuasi, tetapi setiap tahunnya tingkat perputaran piutang meningkat kecuali tahun 2008 karena semakin besar tingkat perputaran piutang semakin baik karena penagihan piutang dilakukan dengan cepat.

Dari Hasil analisis (lihat tabel 4.2) tingkat perputaran piutang CV Hesta Abadi Jaya selama tahun 2007 s/d 2011 berfluktuasi. Perputaran piutang pada CV Hesta Abadi Jaya belum efisien karena bila mengacu pada teori perputaran piutang menurut Niswonger yang diterjemahkan oleh Alfonus Sirait (2002:337) perputaran piutang merupakan sebuah ukuran seberapa sering piutang usaha berubah menjadi kas dalam setahun dimana dengan ketentuan kredit, piutang usaha harus berputar sedikit diatas 12 kali dalam setahun. Pada CV Hesta Abadi Jaya Perputaran piutang dari tahun 2007 s/d 2011 tidak ada perputaran piutang yang mencapai 12 kali. Hal ini disebabkan Turunnya piutang dan diikuti turunnya penjualan, Naiknya penjualan diikuti oleh naiknya piutang. Untuk lebih meningkatkan perputaran piutang sebaiknya CV Hesta Abadi Jaya meningkatkan penjualan dan lebih selektif dalam mengevaluasi calon pelanggan dalam rangka untuk memperkecil resiko pada piutang.

Untuk Rata-rata hari pengumpulan piutang CV Hesta Abadi Jaya selama tahun 2007 s/d 2011 bila mengacu pada teori jumlah hari rata-rata pengumpulan piutangnya semakin baik. Hal ini terlihat dari tahun 2007 s/d 2011 jumlah hari rata-rata pengumpulan piutang semakin menurun. Hal ini sesuai dengan teori menurut Sutrisno (2008:57) Jangka waktu pengumpulan piutang adalah angka yang menunjukkan waktu rata-rata yang diperlukan untuk menagih piutang. Semakin lama jangka waktu piutang usaha, resiko tertagihnya piutang semakin besar dan bila semakin singkat waktu pengumpulan maka resiko tidak tertagihnya semakin kecil. Tapi bila jumlah hari rata-rata piutang dikaitkan dengan kebijakan jangka waktu pembayaran yang diterapkan CV Hesta Abadi Jaya, jumlah hari rata-rata pengumpulan piutang tersebut belum efisien karena pada kebijakan jangka waktu pembayaran yang diterapkan CV Hesta Abadi Jaya adalah 30 hari, sedangkan pada analisis jumlah hari rata-rata pengumpulan piutang yang paling baik terjadi pada tahun 2011 yaitu 100 hari. Untuk lebih meminimalisir waktu penagihan piutang. CV Hesta Abadi Jaya agar lebih meningkatkan dan mempertimbangkan lagi kebijakan kredit yang akan diberikan yaitu dalam hal pemberian pelonggaran jangka waktu kredit dan potongan pembayaran.

V. PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh melalui analisis dan pembahasan yang dilakukan pada CV Hesta Abadi Jaya, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan yang perlu dikemukakan agar dapat lebih dimengerti maksud dan tujuan dari penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Tingkat Efisiensi Pengumpulan Piutang Pada CV Hesta Abadi Jaya di

(13)

13

Samarinda” sehingga dapat dilihat hubungan antara teori dan praktik yang dilakukan pada perusahaan.

1. Tingkat efisiensi pengumpulan piutang pada CV Hesta Abadi Jaya belum efisien karena bila mengacu pada teori perputaran piutang menurut Niswonger yang diterjemahkan oleh Alfonus Sirait (2002:337) perputaran piutang merupakan sebuah ukuran seberapa sering piutang usaha berubah menjadi kas dalam setahun dimana dengan ketentuan kredit, piutang usaha harus berputar sedikit diatas 12 kali dalam setahun. Pada CV Hesta Abadi Jaya Perputaran piutang dari tahun 2007 s/d 2011 tidak terdapat perputaran piutang yang perputarannya mencapai 12 kali.

2. Sedangkan untuk jumlah hari rata-rata pengumpulan piutang bila mengacu pada teori jumlah hari rata-rata pengumpulan piutang semakin baik. Hal ini sesuai dengan teori menurut Sutrisno (2008:57) Jangka waktu pengumpulan piutang adalah angka yang menunjukkan waktu rata-rata yang diperlukan untuk menagih piutang. Semakin lama jangka waktu piutang usaha, resiko tertagihnya piutang semakin besar dan bila semakin singkat waktu pengumpulan maka resiko tidak tertagihnya semakin kecil. Tapi bila jumlah hari rata-rata piutang dikaitkan dengan kebijakan jangka waktu pembayaran yang diterapkan CV Hesta Abadi Jaya, jumlah hari rata-rata pengumpulan piutang tersebut belum efisien karena kebijakan jangka waktu pembayaran yang diterapkan CV Hesta Abadi Jaya adalah 30 hari, sedangkan pada analisis jumlah hari rata-rata pengumpulan piutang yang paling baik terjadi pada tahun 2011 yaitu 100 hari.

B. Saran

Saran yang dapat penulis berikan untuk CV Hesta Abadi Jaya adalah:

1. Untuk lebih meningkatkan perputaran piutang sebaiknya CV Hesta Abadi Jaya meningkatkan penjualan dan lebih selektif dalam mengevaluasi calon pelanggan dalam rangka untuk memperkecil resiko pada piutang.

2. Agar CV Hesta Abadi Jaya lebih meningkatkan dan mempertimbangkan lagi kebijakan kredit yang akan diberikan yaitu dalam hal pemberian pelonggaran jangka waktu kredit dan potongan pembayaran.

3. Kebijakan pengumpulan piutang pada CV Hesta Abadi Jaya harus ditingkatkan lagi dalam hal pelaksanaan penagihan piutang, agar dapat memperkecil resiko piutang tidak tertagih sehingga dapat meminimalisir biaya tambahan untuk menagih piutang.

DAFTAR PUSTAKA

Alexandri, Benny. 2009. Manajemen Keuangan Bisinis, Edisi 2. Penerbit Alfabeta. IKAPI, Bandung.

Agus Maulana, Ir. 2003. Struktur Pengendalian Manajemen, Edisi 6. Binaputra Angkasa. Jakarta.

Astuti, Dewi. 2004. Manajemen Keuangan Perusahaan, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Atmaja, Lukas Setia. 2003. Manajemen Keuangan, Edisi Revisi, CV Andi Offset, Yogyakarta.

(14)

14

Belkaoui, Ahmed. 2007. Accounting Theory Teori akuntansi, Buku dua. Salemba Empat, Jakarta.

Baridwan, Zaki. 2006. Intermediate Accounting, Cetakan Ketujuh. BPFE Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Basu Swastha dan Irawan. 2005. Manajemen Pemasaran Modern, Liberty, Yogyakarta.

Gitosudarmo, Indryo. 2002. Manajemen Keuangan, Edisi Keempat. BPFE. Yogyakarta.

Hanafi, Mamduh, 2004. Manajemen Keuangan, Cetakan Pertama. BPFE.Yogyakarta.

Horngren, Horrison, Bamber. 2006. Akuntansi, Edisi Keenam. PT Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta.

Husnan, Suad. 2002. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi Ketiga. Cetakan Pertama. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.

James, C.Horne. 2005. Akuntansi Lanjutan 2. PT. Raja Grafindo.

Jusup, Al Haryono. 2009. Dasar-Dasar Akuntansi, Jilid 1, Edisi 6. Cetakan Kedelapan. BPSTIE YKPN, Yogyakarta.

Kieso Donald E. dan Weigand. 2002. Akuntansi Keuangan, Buku I. Salemba Empat. Jakarta.

Kotler, Philip, dan Susanto, A.B. 2001. Manajemen Pemasaran di Indonesia,

Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian, Edisi Pertama.

Jilid II. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Machfoedz, Mas’ud dan Mahmudi. 2008. Akuntansi Manajemen, Edisi 1, Cetakan Kelima. Universitas Terbuka. Jakarta.

Martono & Harjito. 2007. Manajemen Keuangan Perusahaan, Cetakan Kelima. Ekonisia, Jakarta.

Melayu S.P Hasibuan. 2006. Manajemen sumber daya manusia, Edisi Revisi. Bumi Aksara. Jakarta.

Mulyadi. 2002. Auditing, Buku Dua, Edisi Ke Enam. Salemba Empat. Jakarta. Munawir, S. 2002. Analisa Laporan Keuangan, Penerbit Liberty. Yogyakarta. Niswonger, Rollin, Warren, James M, Reeve & Philip. E. Fess.2002.Prinsip

–prinsip Akuntansi,Edisi Dua Puluh,Terjemahan Alfonus Sirait & Helda

Gunawan. Erlangga. Jakarta.

Noor, Hendry Faizal. 2009. Investasi, Edisi Pertama. PT Index, Jakarta. Riahi, Ahmed. 2004. Teori Akuntansi, Buku Satu, Edisi Kelima. Salemba

(15)

15

Riyanto, Bambang. 2008. Dasar - dasar Pembelanjaan

Perusahaan, Gajah Mada. Yogyakarta.

Siahaan, Debora. 2009. Analisis Penerapan Kebijakan Manajemen Piutang Serta Pengaruhnya Terhadap Cash Ratio, Net Profit Margin Dan Earning Power pada PT. Wijaya Indonesia Makmur Bicycle Industry Cabang

Setia Budi Medan, Skripsi Universitas Sumatera Utara.

Soemarso. 2005. Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi Revisi, Salemba Empat. Jakarta.

Stice, Skousen. 2005. Intermediate Accounting, Edisi kelima belas, Terjemahan Ariyanto. Salemba Empat. Jakarta.

Supriyono. 2001. Akuntansi Manajemen: Struktur Pengendalian Manajemen, BPFE.Yogyakarta.

Sutrisno. 2008. Manajemen Keuangan: Teori, Konsep dan Aplikasi, Edisi Pertama. EKONISIA. Yogyakarta.

Syahyunan. 2004. Manajemen Keuangan I (Perencanaan, Analisis

dan Pengendalian Keuangan), Cetakan Pertama. USU Press. Medan.

Syamsuddin, Lukman. 2002. Manajemen Keuangan Perusahaan, Grafindo. Jakarta.

Warren & Reeve. 2006. Pengantar Akuntansi, Buku Satu, Edisi Kedua puluh satu. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Nickels, William G. 2005. Understanding Business, McGraw-Hill. New York.

Wild, John J, Subramanyam, K.R, Halsey, Robert F. 2005. Analisa

Laporan Keuangan, Jilid 1, Salemba Empat. Jakarta.

Winardi. 2004. Manajemen Perilaku Organisasi, Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, struktur pembentukan identitas etnik dalam arena ekonomi politik merupakan relasi dialektikal antara aktor dengan kelompok etnik sehingga membentuk

Berdasarkan hasil analisis dari faktor-faktor pendukung dalam pelaksanaan kontra terorisme di Indonesia, dapat disimpulkan bahwa: (1) Hubungan bilateral antara Indonesia

Seperti halnya pada DIAC, maka TRIAC pun dapat mengaliri arus bolak-balik, tidak seperti SCR yang hanya mengalirkan arus searah (dari terminal anoda ke terminal katoda)..

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa Univariat dengan distribusi frekuensi untuk menggambarkan pengetahuan suami dan dukungan istri tentang

dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang sekaligus pembimbing terimaksaih atas bimbingan, pengarahan dan kesabarannya sehingga penulisan skripsi

Dari hasil uji statistik yang dilakukan antara variabel bakeri patogen dengan kejadian pneumonia pada balita menunjukan tidak ada hubungan yang signifikan

Distribution facilities (service area).. The figure below shows the diagrammatic interrelationship of the elements of water supply system. Figure 2: Interrelationship of the

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui proses pengambilan keputusan oleh konsumen, posisi dari tingkat kepuasan konsumen gerai kopi di Kota Medan, kontribusi bauran