STUDI KOMPARATIF MODEL PEMBELAJARAN SOMATIC,
AUDITORY, VISUALIZATION, INTELLECTUALLY (SAVI) DAN
AUDITORY, INTELLECTUALLY, REPETITION (AIR)
TERHADAP HASIL BELAJAR TIK SISWA
KELAS X SMA NEGERI 2 MENGWI
TAHUN AJARAN 2015/2016
I Made Adi Palguna
1, Ketut Agustini
2, Nyoman Sugihartini
3Jurusan Pendidikan Teknik Informatika
Universitas Pendidikan Ganesha
Email : imadeadipalguna1994@gmail.com
1, ketutagustini@undiksha.ac.id
2,
sugihartini@undiksha.ac.id
3Abstrak – Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis (1) perbedaan hasil belajar siswa antara kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran SAVI dan AIR, (2) respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran SAVI dan AIR.
Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan rancangan Post Test Only Control Group
Design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas X di SMA Negeri 2 Mengwi tahun ajaran 2015/2016. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas X1 sebagai kelas eksperimen 1 dengan model pembelajaran SAVI, kelas X2 sebagai kelas eksperimen 2 dengan model pembelajaran AIR dan X5 sebagai kelas kontrol. Terdapat dua jenis variabel dalam penelitian ini yaitu (1) variabel bebas adalah model pembelajaran SAVI dan AIR, dan (2) variabel terikat adalah hasil belajar. Pengumpulan data dilakukan dengan metode tes pilihan ganda untuk mengukur kemampuan ranah kognitif, uji keterampilan untuk mengukur kemampuan ranah psikomotor dan respon siswa menggunakan metode angket.
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh hasil uji normalitas dan homogenitas ketiga kelompok berdistribusi normal dan homogen. Terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan setelah dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan rumus Anova satu jalur (Fhitung=180,00) dan uji lanjut t-Scheffe yang dilakukan sebanyak 3 kali uji pasangan antara penggunaan model pembelajaran
SAVI dan AIR (t=5,74), SAVI dan pembelajaran
konvensional (t=18,55), AIR dan pembelajaran konvensional (t=12,81). Dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar model pembelajaran SAVI (54,00), model pembelajaran AIR (49,55) dan pembelajaran konvensional (39,63), maka dapat disimpulkan model pembelajaran SAVI lebih baik daripada model pembelajaran AIR dan pembelajaran konvensional dengan hasil belajar yang lebih tinggi.
Rata-rata skor respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran SAVI adalah 80,25 dapat dikategorikan sangat positif, dan respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran AIR adalah 78,98 dapat dikategorikan positif.
Kata Kunci - Somatic, Auditory, Visualization,
Intellectually (SAVI), Auditory, Intellectually, Repetition (AIR), hasil belajar dan respon siswa. Abstract – The purposes of this research are to determine (1) the difference in students study result between groups of students that uses learning model of SAVI and AIR, (2) students respond towards learning model of SAVI and AIR.
The type of this research is quasi-experiment with Post Test Only Control Group Design. Research population is all students of Class X at SMA Negeri 2 Mengwi, class of 2015/2016. Samples are class XI as experimental class 1 with learning model of SAVI, class X2 as experimental class 2 with learning model of AIR, and class X5 as control class. There are two variable types in this research, which are (1) learning model of SAVI and AIR as independent variable, and (2) study result as despendent variable. Data are collected through objective test methods to measure the cognitive domain, skill test to measure the psycho-motoric domain and student responds by using questionnaire method.
Based on the data analysis, it is obtained that normality test result and homogeneity’s of all three groups are distributed normally and homogen, thus the hypothesis test using One Way Anova Formula (Fvalue = 180,00) and further test of t-Scheffe is run 3
times to groups of learning model SAVI and AIR (t=5,74), SAVI and conventional learning model (t=18,55), AIR and conventional learning model (t=12,81). Based on the mean value of learning model SAVI (54,00), learning model AIR (49,55) and conventional learning model (39,36), it could be
concluded that learning model SAVI is better than learning model AIR and conventional learning model, with the highest study result. Mean value of student respond towards learning model SAVI is 80,25 is categorized as positive, and student respond towards learning model AIR is 78,98 is categorized positive as well.
Keyword - Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually (SAVI), Auditory, Intellectually, Repetition (AIR), study result and student respond.
I. PENDAHULUAN
Sejalan dengan perkembangan manusia dan teknologi yang mulai berkembang dengan pesat belakangan ini, berbagai hal mulai diperhatikan untuk mendukung segala sesuatunya. Suatu bangsa tidak akan maju jika tidak mampu mencerdaskan sumber daya manusia yang dimiliki. Salah satu upaya untuk dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah dengan memajukan bidang pendidikan. Oleh karena itu bidang pendidikan harus mendapat pembenahan. Dalam hal ini salah satu pembenahan yang dapat dilakukan adalah terhadap proses pembelajaran di sekolah.
Sekolah sebagai ujung tombak dari pendidikan harus mendapatkan perhatian khusus sehingga proses pembelajaran di sekolah dapat berjalan efektif. Melalui pendidikan siswa diharapkan mampu memperoleh ilmu pengetahuan yang nantinya dapat menjadi bekal untuk ikut mendukung kemajuan bangsa. Untuk itu TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) sebagai salah satu mata pelajaran harus diberikan di sekolah agar nantinya siswa sebagai penerus bangsa dapat menyeimbangi perkembangan teknologi yang ada.
Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), mata pelajaran TIK menekankan pada kemampuan dan keterampilan menggunakan komputer [1]. Oleh karena itu mata pelajaran TIK perlu diperkenalkan, dipraktekkan, dan dikuasai siswa sedini mungkin. Berhasil tidaknya proses belajar mengajar ditentukan oleh kualitas pendidik dan peserta didik. Jadi tidak hanya peserta didik, namun kualitas pendidik juga sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hasil belajar merupakan nilai yang diperoleh siswa dari hasil evaluasi setelah kegiatan proses pembelajaran. Dalam dunia pendidikan khususnya sekolah hasil belajar merupakan nilai yang diperoleh siswa terhadap suatu mata pelajaran tertentu.
Dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa diperlukan beberapa usaha. Salah satunya adalah usaha dari pendidik dalam mengemas pembelajaran, dengan cara menggunakan pendekatan, strategi, metode atau model pembelajaran yang tepat untuk siswa sehingga pada akhirnya akan berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa. Pembelajaran yang sering terjadi selama ini di sekolah adalah pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional lebih menekankan pada pemberian informasi dari guru kepada siswa, sumber pembelajaran konvensional lebih banyak bersifat tekstual daripada kontekstual, pembelajaran konvensional cenderung lebih menekankan pada hasil dibandingkan dengan proses, dan pembelajaran konvensional bersifat teacher center, karena guru lebih mendominasi kegiatan pembelajaran [2].
SMA Negeri 2 Mengwi adalah salah satu sekolah yang masih menerapkan kurikulum KTSP dan TIK sebagai salah satu mata pelajaran penting dalam kurikulum KTSP. Berdasarkan hasil observasi awal, wawancara dan hasil sebaran angket siswa yang telah dilakukan di kelas X SMA Negeri 2 Mengwi terdapat beberapa permasalahan terkait dengan proses pembelajaran khususnya mata pelajaran TIK yang berlangsung dalam suatu proses belajar mengajar di kelas diantaranya : Guru dalam mengajar terkadang lebih sering menggunakan pembelajaran konvensional, terdapat beberapa siswa yang masih merasa kesulitan dan kurang memahami materi pembelajaran, guru jarang mengaitkan materi pembelajaran yang akan diajarkan dengan materi pembelajaran yang sudah diajarkan serta kurangnya terobosan atau inovasi baru dalam mengajar, kemampuan siswa dalam menerima materi yang diajarkan berbeda satu sama lain sebab daya tangkap siswa berbeda-beda.
Menyikapi permasalahan yang terjadi, maka diperlukan solusi agar pembelajaran yang mendukung agar siswa aktif dan dapat menumbuhkan kreativitas siswa untuk memperoleh pengetahuan sendiri melalui proses belajar, sehingga akan memberikan hasil belajar yang optimal pada mata pelajaran TIK. Solusi yang dapat dilakukan adalah dengan pemilihan model pembelajaran yang inovatif. Salah satu dari pembelajaran inovatif adalah model pembelajaran kooperatif.
Pemilihan model pembelajaran kooperatif yang sesuai menjadikan siswa aktif dan kreatif adalah model pembelajaran Somatic, Auditory,
Visualization, Intellectually (SAVI) dan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition
(AIR). Model pembelajaran Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually (SAVI) adalah model pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indra yang dapat berpengaruh besar pada pembelajaran. Somatic adalah dengan menyajikan materi yang melibatkan siswa agar lebih aktif dengan seluruh kemampuan yang mereka miliki.
Auditory adalah belajar dengan cara
mendengarkan dan berbicara. Siswa diharapkan mampu menyimak dan bertanya tentang hal – hal yang belum mereka ketahui dari penjelasan yang dijabarkan oleh guru. Visualization adalah mengamati dan memerhatikan materi yang diajarkan. Intelellectualy adalah belajar dengan memecahkan masalah dan memikirkannya agar masalah dapat terpecahkan [3].
Sedangkan model pembelajaran Auditory,
Intellectually, Repetition (AIR) adalah
pembelajaran seperti ini menganggap bahwa akan efektif apabila memperhatikan tiga hal tersebut.
Auditory yang berarti bahwa pada proses
pembelajaran siswa diharapkan keaktifannya khusunya dalam mendengarkan, berbicara, memberikan ide atau argumentasi secara lisan,
Inttelectually yang berarti kemampuan berpikir perlu dilatih melalui latihan bernalar, mencipta, memecahkan masalah, mengkonstruksi dan menerapkan, dan Repetition yang berarti pengulangan, agar pemahaman lebih mendalam dan lebih luas, siswa perlu dilatih melalui pengerjaan soal, pemberian tugas atau kuis [4].
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually (SAVI), dan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition
(AIR) merupakan dua model pembelajaran yang sesuai untuk mengatasi permasalahan yang dialami guru dan siswa. Untuk itu perlu dilakukan studi perbandingan dari kedua model pembelajaran ini untuk mengetahui model pembelajaran manakah yang memiliki pengaruh yang lebih signifikan terhadap hasil belajar siswa yang dikenal dengan studi komparatif. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti ingin melakukan penelitian eksperimen dengan judul
“Studi Komparatif Model Pembelajaran Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually (SAVI) dan Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) Terhadap Hasil Belajar TIK Siswa Kelas X
SMA Negeri 2 Mengwi Tahun Ajaran
2015/2016”.
II. KAJIAN TEORI
A. Teori Belajar
Belajar adalah aktivitas manusia yang sangat vital dan secara terus-menerus akan dilakukan selama manusia tersebut masih hidup. Belajar dalam idealisme berarti suatu perubahan perilaku yang relatif tetap dan merupakan hasil praktif yang diulang-ulang. Belajar memiliki makna bahwa subjek belajar harus dibelajarkan bukan diajarkan. Subjek belajar yang dimaksud adalah siswa atau disebut juga pembelajar yang menjadi pusat kegiatan belajar. Siswa sebagai subjek belajar dituntut untuk aktif mencari, menemukan, menganalisis, merumuskan, memecahkan masalah, dan menyimpulkan suatu masalah [5].
Teori belajar Behavioristik sebuah teori tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman [5].
Teori Konstruktivisme adalah memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya. Adanya motivasi siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa [5].
B. Model Pembelajaran Somatic, Auditory,
Visualization, Intellectually (SAVI)
Model pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari Somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan melakukan , Auditory yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, dan mengemukakan pendapat,
Visualization yang bermakna belajar haruslah
menggunakan indera mata melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga dan
Intellectually yang bermakna bahwa belajar
haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, menciptakan, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan [6].
Langkah-langkah model pembelajaran
Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually
(SAVI) yaitu [4] :
1) Guru mengajak siswa mengingat kembali materi sebelumnya yang terkait dengan materi yang akan dipelajari melalui tanya jawab secara lisan, kemudian guru
menjelaskan materi dan guru membagi siswa dalam kelompok untuk berdiskusi serta membagikan LKS sebagai bahan diskusi kelompok (Auditory).
2) Guru membimbing setiap kelompok untuk menyiapkan yel-yel penyemangat (Somatic).
3) Guru menugaskan siswa untuk membuat media/alat peraga untuk mempresentasikan hasil diskusi (Vizualization).
4) Guru membimbing siswa dan mengarahkan kelompok dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan (Intellectualy).
5) Memberikan kesempatan kepada salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan kelompok lain memberikan pendapat atau pertanyaan
(Somatic, Auditory, Vizualization dan
Intellectually).
6) Guru memberikan PR kepada siswa dilanjutkan dengan siswa menyimpulkan proses pembelajaran yang sudah berlangsung
(Auditory dan Intellectually).
C. Model Pembelajaran Auditory, Intellectually,
Repetition (AIR)
Model pembelajaran AIR adalah singkatan dari
Auditory, Intelectually and Repetition.
Pembelajaran seperti ini menganggap bahwa akan efektif apabila memperhatikan tiga hal tersebut.
Auditory yang berarti bahwa indera telinga
digunakan dalam belajar dengan cara mendengarkan, menyimak, berbicara, persentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat dan menanggapi. Intectually berpikir yang berarti bahwa kemampuan berpikir perlu dilatih melalui latihan bernalar, mencipta, memecahkan masalah, mengkonstruksi dan menerapkan. Repetition yang berarti pengulangan, agar pemahaman lebih mendalam dan lebih luas, siswa perlu dilatih melalui pengerjaan soal, pemberian tugas atau kuis [7].
Langkah-langkah model pembelajaran
Auditory, Intellectually, Repetition (AIR)yaitu [4] :
1) Guru mengajak siswa mengingat kembali apa yang telah dipelajari dan membagi siswa dalam kelompok untuk berdiskusi (Auditory)
2) Guru melakukan tanya jawab singkat mengenai materi yang akan dipelajari, membagikan LKS sebagai bahan diskusi kelompok (Auditory).
3) Guru membimbing siswa dan mengarahkan kelompok dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan (Intellectualy). 4) Memberikan kesempatan kepada salah satu
kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi dan kelompok lain memberikan pendapat atau pertanyaan (Auditory dan Intellectually).
5) Guru memberikan tes berupa PR dan kuis yang merupakan pengulangan terhadap pembelajaran yang telah dilakukan
(Repetition).
6) Guru dan siswa menyimpulkan proses pembelajaran yang sudah berlangsung
(Auditory dan Intellectually).
D. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pembelajaran pada satu pokok bahasan. Hasil belajar adalah salah satu tujuan yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran atau bisa dikatakan pencapaian yang diraih selama proses pembelajaran. Hasil belajar atau pembelajaran dapat juga dipakai sebagai pengaruh yang memberikan suatu ukuran nilai dari metode (strategi) alternatif dalam kondisi yang berbeda. Secara spesifik hasil belajar adalah suatu kinerja (performance) yang diindikasikan sebagai suatu kapabilitas (kemampuan) yang telah diperoleh. Hasil belajar selalu dinyatakan dalam bentuk tujuan (khusus) dan perilaku (unjuk kerja) [3].
E. Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK)
Teknologi Informasi dan Komunikasi mempunyai pengertian dari dua aspek, yaitu Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi. Teknologi Informasi, mempunyai pengertian luas yang meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Teknologi Komunikasi mempunyai pengertian segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya [1].
III.METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa antara kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually (SAVI)dan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) di kelas X pada mata pelajaran TIK di SMA Negeri 2 Mengwi. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di SMA Negeri 2 Mengwi Tahun Ajaran 2015/2016 dan sampel penelitain ini yaitu kelas X1 sebagai kelas eksperimen 1 sebanyak 40 siswa, X2 sebagai kelas eksperimen 2 sebanyak 40 siswa dan X5 sebagai kelas kontrol sebanyak 40 siswa. Pada penelitian ini diberikan perlakuan yang berbeda terhadap ketiga kelas sampel. Kelas eksperimen 1 diberikan perlakuan berupa penerapan model pembelajaran Somatic, Auditory, Visualization,
Intellectually (SAVI), kelas eksperimen 2
diberikan perlakuan berupa penerapan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition
(AIR) dan kelas kontrol diberikan perlakuan berupa penerapan pembelajaran konvensional yaitu Pembelajaran langsung. Desain penelitian yang digunakan adalah post-test only with non equivalent control group design. Rancangan ini dipilih karena selama melakukan eksperimen tidak memungkinkan mengubah kelas yang sudah ada. Terdapat 2 variabel dalam penelitian ini yaitu variable bebas dan variable terikat. Variabel bebas terdiri dari model pembelajaran Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually (SAVI)dan Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) serta veriabel terikat terdiri dari hasil belajar. Tahapan penelitian dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1 Tahapan Penelitian
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes dan angket. Metode tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar TIK siswa dengan menggunakan tes pilihan ganda (kognitif) dan tes unjuk kerja (psikomotor), sedangkan metode angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terkait dengan penerapan model pembelajaran model pembelajaran Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually (SAVI)dan Auditory, Intellectually,
Repetition (AIR) dalam proses pembelajaran.
Sebelum diterapkan pada kelas sampel penelitian, instrumen terlebih dahulu akan dilakukan uji ahli maupun uji coba. Uji prasyarat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji normalitas dilakukan untuk mengetahui sebaran data tersebut normal atau tidak normal terhadap hasil belajar TIK pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Selanjutnya uji homogenitas yang dilakukan untuk mengetahui apakah varians kelompok eksperimen dan kelompok kontrol homogen atau tidak homogen dan uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis alternatif yang telah diajukan diterima atau ditolak dengan menggunakan rumus Anova satu jalur dengan uji lanjut t-Scheffe.
Implementasi Model Pembelajaran Langsung Implementasi Model
Pembelajaran AIR
Melakukan Orientasi dan Observasi
Menentukan Sampel Penelitian
Uji Judges Instrumen Penelitian Menyusun Instrumen dan Perangkat
Pembelajaran
Uji Coba Instrumen (uji validitas, uji reliabilitas, tingkat kesukaran soal,
daya beda, keefektifan pengecoh)
Implementasi Model Pembelajaran SAVI
Mengadakan post-test (terakhir) terhadap pemahaman konsep untuk mengetahui hasil belajar TIK. Pemberian angket respon siswa.
Analisis Data dan Uji Hipotesis
Laporan
Uji Hipotesis :
H0 : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar
siswa yang menggunakan model pembelajaran Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually (SAVI), menggunakan model pembelajaran
Auditory, Intellectually, Repetition
(AIR), dan menggunakan pembelajaran konvensional.
Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar siswa
yang menggunakan model pembelajaran Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually (SAVI), menggunakan model pembelajaran
Auditory, Intellectually, Repetition
(AIR), dan menggunakan pembelajaran konvensional.
Skor rata-rata angket respon siswa didapatkan dengan membagi jumlah skor angket jawaban siswa dengan jumlah siswa.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Data dari hasil pengukuran terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada kelompok eksperimen 1 yang berjumlah 40 siswa diperoleh skor tertinggi adalah 59 dan skor terendah adalah 45 dengan rentangan 14, banyak kelas interval 6, dan panjang kelas interval 3.
Rata-rata atau Mean (M) post-test hasil belajar TIK yang dicapai pada siswa kelas eksperimen 1 sebesar 54,00. Analisis deskriptif data kelompok eksperimen 1 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Analisis Deskriptif Data Kelompok Eksperimen 1
Interval Fi Xi XiFi Xi-X Fi*(Xi-X)2 FK
44-46 2 45 90 -9.00 162.00 2 47-49 2 48 96 -6.00 72.00 4 50-52 7 51 357 -3.00 63.00 11 53-55 15 54 810 0.00 0.00 26 56-58 11 57 627 3.00 99.00 37 59-61 3 60 180 6.00 108.00 40 Jumlah 40 315 2160 -9.00 504.00
Data dari hasil pengukuran terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada kelompok eksperimen 2 yang berjumlah 40 siswa diperoleh skor tertinggi adalah 56 dan skor terendah adalah 45 dengan rentangan 11, banyak kelas interval 6, dan panjang kelas interval 2.
Rata-rata atau Mean (M) post-test hasil belajar TIK yang dicapai pada siswa kelas eksperimen 2
sebesar 49,55. Analisis deskriptif data kelompok eksperimen 2 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Analisis Deskriptif Data Kelompok Eksperimen 2
Interval Fi Xi XiFi Xi-X
Fi*(Xi-X)2 FK 45-46 8 45.5 364 -4.05 131.22 8 47-48 8 47.5 380 -2.05 33.62 16 49-50 10 49.5 495 -0.05 0.02 26 51-52 5 51.5 257.5 1.95 19.01 31 53-54 7 53.5 374.5 3.95 109.22 38 55-56 2 55.5 111 5.95 70.81 40 Jumlah 40 303 1982 5.70 363.90
Data dari hasil pengukuran terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada kelompok kontrol yang berjumlah 40 siswa diperoleh skor tertinggi adalah 48 dan skor terendah adalah 33 dengan rentangan 15, banyak kelas interval 6, dan panjang kelas interval 3.
Rata-rata atau Mean (M) post-test hasil belajar TIK yang dicapai pada siswa kelas eksperimen 1 sebesar 39,63. Analisis deskriptif data kelompok eksperimen 2 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Analisis Deskriptif Data Kelompok Kontrol
Interval Fi Xi XiFi Xi-X Fi*(Xi-X)2 FK
33-35 7 34 238 -5.63 221.48 7 36-38 6 37 222 -2.63 41.34 13 39-41 17 40 680 0.38 2.39 30 42-44 6 43 258 3.38 68.34 36 45-47 3 46 138 6.38 121.92 39 48-50 1 49 49 9.38 87.89 40 Jumlah 40 249 1585 11.25 543.38
Hasil perhitungan uji normalitas dan homogenitas kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki data yang normal dan homogen. Berdasarkan uji normalitas yang telah dilakukan, diperoleh bahwa distribusi data dari ketiga kelas normal, dimana hasil perhitungan pada kelas eksperimen 1 memperoleh X2
hitung sebesar 4,606,
kelas eksperimen 2 memperoleh X2
hitung sebesar
5,884 sedangkan pada kelas kontrol memperoleh X2
hitung sebesar 6,114 dengan X2tabel sebesar 7,815.
Karena X2
hitung dari ketiga kelas lebih kecil dari
X2
tabel maka dapat dinyatakan bahwa distribusi
data dari ketiga kelas tersebut normal, sedangkan dari uji homogenitas yang telah dilakukan diperoleh bahwa varians antara kelas eksperimen dan kelas kontrol homogen, dimana diperoleh nilai Fhitung sebesar 1,49 dengan Ftabel sebesar 1,69,
dinyatakan bahwa varians dari ketiga kelas homogen.
Setelah diketahui bahwa sebaran data pada kelas eksperimen dan kelas kontrol normal dan homogen, maka dilakukan pengujian hipotesis menggunakan rumus Anova satu jalur dengan taraf signifikansi 5% dan 1%, dimana dari perhitungan tersebut memperoleh Fhitung sebesar
180,08 dengan Ftabel 5% sebesar 3,07 dan Ftabel 1%
sebesar 4,78. Hasil uji Anova satu jalur dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Hasil Uji Anova
Sumber Variansi JK db RJK Fhit Ftab 5% Kep Antar 4325.42 2 2162.71 180.05 3.07 Sig Dalam 1405.38 117 12.01 - - - Total 5730.79 119 - - - -
Berdasarkan hasil analisis uji Anova satu jalur didapatkan harga maka Fhitung > Ftabel (180,08 >
3,07) sehingga dapat dikatakan terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang menggunakan model pembelajaran Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually (SAVI) , menggunakan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR), dan menggunakan pembelajaran konvensional. Selanjutnya dilakukan uji lanjutan dengan rumus t-Scheffe
untuk mengetahui model pembelajaran manakah yang hasil belajarnya lebih tinggi antara model pembelajaran Somatic, Auditory, Visualization,
Intellectually (SAVI), model pembelajaran
Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) dan pembelajaran konvensional.
Dari hasil perhitungan uji t-Scheffe yang dilakukan 3 kali uji pasangan 1 antara model pembelajaran SAVI dan AIR dengan thitung sebesar
5,74 dengan Ftabel sebesar 4,10, maka dapat
dikatakan hasil belajar kelompok eksperimen 1 dengan model pembelajaran SAVI lebih tinggi daripada hasil belajar siswa kelompok eksperimen 2 dengan model pembelajaran AIR.
Uji pasangan 2 antara model pembelajaran
SAVI dan kelompok kontrol dengan thitung sebesar
18,55 dengan Ftabel sebesar 4,10, maka dapat
dikatakan hasil belajar kelompok eksperimen 1 dengan model pembelajaran SAVI lebih tinggi daripada hasil belajar kelompok kontrol.
Uji pasangan 3 antara model pembelajaran AIR
dan kelompok kontrol dengan thitung sebesar 12,81
dengan Ftabel sebesar 4,10, maka dapat dikatakan
hasil belajar kelompok eksperimen 2 dengan model pembelajaran AIR lebih tinggi daripada
hasil belajar kelompok kontrol. Hasil uji t-sheffe
dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Hasil Uji t-sheffe
Perbandingan Fhit Ftab Keputusan
t X1 - X2 5.74 4.10 Signifikan
t X1 - X5 18.55 4.10 Signifikan
t X2 - X5 12.81 4.10 Signifikan
Berdasarkan hasil analisis uji lanjutan dengan menggunakan rumus uji t-Scheffe pada setiap pasangan kelompok menunjukkan bahwa semua harga Fhitung > Ftabel = 4,10 dengan taraf signifikan
5% dan hasil dari uji Anova satu jalur didapatkan harga Fhitung > Ftabel (180,08 > 3,07) serta diketahui
nilai rata – rata dari masing – masing kelompok adalah kelompok eksperimen 1 dengan model pembelajaran SAVI mempunyai nilai rata – rata sebesar 54,00, kelompok eksperimen 2 dengan model pembelajaran AIR mempunyai nilai rata – rata sebesar 49,50, dan kelompok kontrol mempunyai nilai rata – rata sebesar 39,62, model pembelajaran SAVI mempunyai nilai rata-rata lebih besar, maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually (SAVI), menggunakan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR), dan menggunakan pembelajaran konvensional. Penerapan model pembelajaran Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually (SAVI) memberikan hasil belajar yang lebih tinggi daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) dan pembelajaran konvensional. Sehingga model pembelajaran
Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually
(SAVI) lebih baik dibanding model pembelajaran
Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) dan pembelajaran konvensional.
Hasil analisis respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran Somatic,
Auditory, Visualization, Intellectually (SAVI)
pada kelas eksperimen 1 memiliki rata-rata 80,25 dan berkategori sangat positif dengan rincian 53% siswa merespon sangat positif, 45% merespon positif dan 3% siswa merespon cukup positif dan 0% siswa merespon kurang positif dan sangat kurang positif. Grafik respon siswa terhadap model pembelajaran SAVI dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2 Respon Siswa Terhadap Model Pembelajaran SAVI
Selanjutnya Hasil analisis respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran
Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) pada kelas eksperimen 2 memiliki rata-rata 78,98 dan berkategori positif dengan rincian 43% siswa merespon sangat positif, 50% merespon positif dan 8% siswa merespon cukup positif dan 0% siswa merespon kurang positif dan sangat kurang positif. Grafik respon siswa terhadap model pembelajaran AIR dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3 Respon Siswa Terhadap Model Pembelajaran AIR
B. Pembahasan
Model pembelajaran SAVI memiliki rata-rata hasil belajar yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan model pembelajaran AIR dan pembelajaran konvensional hal ini disebabkan masing-masing model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Berdasarkan hasil dari pengamatan peneliti
terhadap proses pembelajaran pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dapat disimpulkan bahwa kelompok eksperimen 1 dengan model pembelajaran SAVI lebih baik daripada kelompok eksperimen 2 dengan model pembelajaran AIR dan kelompok kontrol, kelebihan yang peneliti dapatkan dari penerapan model pembelajaran SAVI pada kelompok eksperimen 1 sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Shoimin (2014:182) karena model pembelajaran SAVI merupakan model pembelajaran yang bersifat kooperatif atau proses pembelajaran secara berkelompok hampir sama dengan model pembelajaran AIR akan tetapi cara penyajiannya yang berbeda, perbedaannya terletak pada sintaks/langkah-langkah pada saat proses pembelajaran, selain itu kelebihan dari model pembelajaran SAVI yang peneliti temukan adalah (1) memunculkan suasana belajar yang lebih baik, efektif dan kondusif, (2) memaksimalkan konsentrasi siswa, (3) memupuk kerja sama antar siswa, (4) melatih siswa untuk terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat, (5) siswa tidak mudah lupa karena siswa membangun sendiri pengetahuannya dan (6) siswa mampu membangkitkan kreativitas serta meningkatkan kemampuan psikomotor siswa [4].
Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan terhadap data hasil penyebaran angket respon siswa di kelas eksperimen 1 dengan model pembelajaran SAVI dan model pembelajaran AIR
pada mata pelajaran TIK dengan butir pernyataan sebanyak 20 butir pernyataan, diperoleh data rata – rata hasil penyebaran angket respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran SAVI
adalah 80,25 dapat dikategorikan sangat positif, dan respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran AIR adalah 78,98 dapat dikategorikan positif. Hal ini berarti siswa merespon dengan sangat baik penggunaan model pembelajaran SAVI dan model pembelajaran AIR
pada mata pelajaran TIK. Melalui hasil perhitungan data hasil penyebaran angket respon siswa terhadap penggunaa model pembelajaran
SAVI dan model pembelajaran AIR, dapat diimplikasi bahwa terdapat respon yang sangat positif dari siswa setelah penggunaan model pembelajaran SAVI dan respon yang positif positif dari siswa setelah penggunaan model pembelajaran AIR pada mata pelajaran TIK kelas X di SMA Negeri 2 Mengwi.
Pada saat proses pembelajaran berlangsung terdapat beberapa kendala yang dialami peneliti yaitu : (1) rentang waktu belajar mata pelajaran
TIK di sekolah yang singkat yaitu 2x45 menit dan terkadang kurang dari waktu yang ditetapkan, (2) siswa sebagian besar belum terbiasa dalam melaksanakan kegiatan praktikum secara mandiri, (3) siswa belum terbiasa dalam melaksanakan kegiatan presentasi di kelas, (4) pada saat pengumpulan tugas rumah/PR, terdapat beberapa siswa yang masih malas untuk mengumpulkan tugas dan mengulangnya untuk mencapai nilai diatas KKM. Pada pelaksanaan proses pembelajaran, peneliti dapat menghadapi semua kendala dengan cara memberikan solusi untuk mengatasi permasalahan pada saat proses pembelajaran.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, pengajuan hipotesis dan analisis data penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1) Terdapat perbedaan hasil belajar antara kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran SAVI, menggunakan model pembelajaran AIR, dan menggunakan pembelajaran konvensional. Penerapan model pembelajaran SAVI memberikan hasil belajar yang lebih tinggi daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran AIR dan pembelajaran konvensional. Sehingga model pembelajaran SAVI lebih baik dibanding model pembelajaran AIR dan pembelajaran konvensional. 2) Terdapat respon yang sangat positif terhadap penggunaan model pembelajaran SAVI dengan nilai rata-rata respon sebesar 80,25 yang tergolong pada kategori sangat positif dan terdapat respon yang positif terhadap penggunaan model pembelajaran AIR dengan nilai rata-rata respon siswa sebesar 78,98 yang tergolong pada kategori positif.
Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut guna meningkatkan kualitas pembelajaran TIK : (1) bahwa siswa yang belajar dengan model pembelajaran Somatic, Auditory, Visualization,
Intellectually (SAVI) secara signifikan
memperoleh hasil belajar TIK yang lebih tinggi daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition
(AIR) dan pembelajaran konvensional. Oleh karena itu, penulis menyarankan kepada guru agar model pembelajaran Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually (SAVI)dapat menjadi salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan. (2) Peneliti menyadari bahwa perlakuan yang diberikan kepada siswa sangat
singkat jika digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa. Hal ini terjadi karena keterbatasan peneliti hanya pada pokok bahasan Microsoft Word. Ada kemungkinan pokok bahasan lain akan memberikan hasil yang berbeda dengan pokok bahasan yang dijadikan materi perlakuan. Disarankan penelitian lain agar melaksanakan penelitian sejenis dengan pemilihan materi yang berbeda dan waktu yang lebih lama untuk mendapatkan gambaran yang lebih meyakinkan mengenai hasil belajar TIK siswa. (3) Bagi guru atau peneliti lainnya yang ingin melakukan penelitian dengan studi komparatif model pembelajaran Somatic, Auditory, Visualization,
Intellectually (SAVI) dan model pembelajaran
Auditory, Intellectually, Repetition (AIR)
disarankan agar memperhatikan kendala-kendala yang peneliti hadapi sebagai bahan pertimbangan untuk dilakukan perbaikan maupun penyempurnaan dalam penelitian selanjutnya.
REFERENCES
[1] Depdiknas. 2007. Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran TIK. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. [2] Suparya, Ketut. 2010. Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) terhadap Hasil Belajar dan
Kemampuan Berpikir Kritis pada
Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar. Tesis
(tidak diterbitkan). Program Pascasarjana, Undiksha Singaraja.
[3] Suprihatiningrum, Jamil. 2013 Strategi
Pembelajaran. Yogyakarta : AR-RUZZ
MEDIA.
[4] Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Bandung : AR-RUZZMEDIA.
[5] Thobroni Muhamad & Arif Mustofa. 2011.
Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta :
AR-RUZZ MEDIA.
[6] Suyatno. 2011. Menjelajah Pembelajaran
Inovatif. Surabaya : Masmedia Buana
Pustaka.
[7] Suherman, Erman. 2011. Common Text Book
Strategi Pembelajaran Matematika
Contemporer. Bandung : JICA Universitas Pendidikan Indonesia.