HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN SISTEM GANDA,
PRESTASI BELAJAR DAN PENYESUAIAN DIRI SISWA
DENGAN KESIAPAN KERJA
Studi Kasus Pada SMK Kristen 2 Klaten
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Disusun Oleh:
Andreas Winasis Widyatmoko
011334038
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
MOTTO
“Jika kamu meminta sesuatu
kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku
akan melakukannya”
(Yoh. 14:14)
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 04 Desember 2007
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN SISTEM GANDA,
PRESTASI BELAJAR DAN PENYESUAIAN DIRI SISWA
DENGAN KESIAPAN KERJA
Studi Kasus Pada SMK Kristen 2 Klaten
Andreas Winasis Widyatmoko Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2007
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan antara pelaksanaan pendidikan sistem ganda terhadap kesiapan kerja; (2) hubungan antara prestasi belajar terhadap kesiapan kerja; (3) hubungan antara penyesuaian diri siswa terhadap kesiapan kerja; dan (4) hubungan antara pelaksanaan pendidikan sistem ganda, prestasi belajar, dan penyesuaian diri siswa dengan kesiapan kerja.
Penelitian dilaksanakan di SMK Kristen 2 Klaten pada bulan Juni 2007. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMK jurusan akuntansi. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas 2 jurusan akuntansi SMK Kristen 2 Klaten yang berjumlah 97 siswa. Teknik analisa data menggunakan korelasiproduct momentdan regresi ganda.
ABSTRACT
THE CORRELATION BETWEEN THE IMPLEMENTATION
OF DOUBLE SYSTEM, STUDENT`S LEARNING
ACHIEVEMENTS, STUDENT’S ADAPTATION AND
STUDENT`S WORKING READINESS
A Case Study at 2 Christian Vocational Senior High School in Klaten Regency
Andreas Winasis Widyatmoko Sanata Dharma University
Yogyakarta 2007
The aims of this research are to know the correlation between (1) the implementation of double system and student’s working readiness; (2) student’s learning achievement and student’s working readiness; (3) student’s adaptation and student’s working readiness; and (4) the implementation of double system , student’s learning achievements, student’s adaptation and student’s working readiness.
This research done at 2 Christian Vocational Senior High School in Klaten Regency in June 2007. The techniques of data collection were questionnaire, and documentation. The population of this research were all students of accounting department of Vocational Senior High School. The samples are 97 students of the second year of accounting department of 2 Christian Vocational Senior High School in Klaten Regency. The techniques of data analysis wereProduct Moment Correlation and Double Regression.
The result of this research shows that (1) there isn’t any correlation between the implementation of double system and student’s working readiness (r = 0.039 > ρ = 0.703); (2) there is correlation between student’s learning
achievement and student’s working readiness (r = 0.274 > ρ =0.007); (3) there
isn’t any correlation between student’s adaptation and student’s working readiness
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Kasih atas berkat dan kasih-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi
Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulisan skripsi ini mengalami banyak tantangan dan hambatan yang merupakan pelajaran yang berharga bagi penulis. Namun akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapat
banyak bimbingan, saran, masukan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan rasa hormat dan terima kasih
kepada :
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.d. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Drs. F.X Muhadi M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu, memberikan bimbingan, memberikan kritik
dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Sutomo Wardoyo selaku Kepala Sekolah SMK Kristen 2
5. Bapak Parmanto, S.Pd selaku guru Sekolah SMK Kristen 2 Klaten yang telah membantu dalam melakukan penelitian.
6. Para dosen Program Studi Pendidikan Akuntasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah banyak memberikan bekal ilmu dan
pengalaman kepada penulis selama kuliah.
7. Semua karyawan di sekretariat Pendidikan Akuntasi atas segala keramahannya dalam membantu penulis selama kuliah di USD.
8. Bapak S. Sukisno dan Mama B. Marjati yang tercinta, yang tidak pernah lelah memberikan doa, kasih sayang, dukungan baik moril maupun
materiel, serta semangat kepada penulis. Berkat Allah Bapa selalu menyertai bapak dan ibu tercinta.
9. Bapak R. Supadno dan Ibu Sukarsiwi yang tercinta, yang tidak pernah
lelah memberikan doa, kasih sayang dan dukungan baik moril serta semangat kepada penulis. Berkat Allah Bapa selalu menyertai bapak dan
ibu tercinta.
10. Florentina Eka Ratnaningsih, S. Farm., Apt. Terima kasih atas semua yang kau berikan. Tak ada kata-kata yang dapat menggambarkan kasih sayang
dan cinta kasihmu yang menjadikan aku tambah dewasa. Aku selalu sayang dan cinta kepadamu. Berkat Tuhan selalu menyertai Naning.
11. Arum Woro Winangsih, S.Pd, yang tidak pernah lelah menemani aku selama ini.
12. V. Kuliana Deta Dewi, S.Pd, terima kasih atas doa, dukungan dan nasehat,
13. Mas Yunatan Aribawa, Mas Bernardus Riwi, Mbak Okta, Adikku Cornelius Adiastu dan Bona Ventura, Mas A. Widi “Lecek” untuk
persahabatan, sayang, semangat, dan doanya.
14. Buat Mbak Dhanik “ pincoek” dan Gendis maaf atas gangguannya dan
terima kasih atas sarannya. Buat simbah Samto atas dukungan dan doa yang telah diberikan terima kasih yang sebesar-besarnya.
15. SangkurianG Crew : Beni “bendot”, Yudha “gudhel”, Eka “colly” Beda
Diar, Adi “Sardjoe”, Sigit “wewek”, Joko “suthur”, Detha “miyabi”, Taryono “kentir”, Heru “Compos”, Alan “jembling”, Dwi “duwek”, Edi
“bingung”, Wawan “A”, Cipi “Celeng”, Remond “G”, Singgih dan Satya, “menjalin persatuan dan AM serta bersaudara dalam hidup dan mati” 16. Buat teman-teman WAGU, terima kasih atas semangatnya.
17. Teman-teman satu angkatan Pendidikan Akuntasi 2001.
18. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada
penulis yang tidak dapat disebut satu persatu.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik dan masukan
sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
Yogyakarta, 04 Desember 2007 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT... vii
KATA PENGANTAR... viii
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 4
C. Rumusan Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A. Tinjauan Pustaka ... 7
2. Prestasi belajar ... 9
3. Penyesuaian Diri Siswa ... 10
4. Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda ... 14
B. Kerangka Berfikir ... 23
C. Hipotesis Penelitian ... 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 27
A. Jenis Penelitian ... 27
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27
C. Subyek dan Obyek Penelitian... 27
D. Populasi ... 28
E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 28
F. Teknik Pengumpulan Data ... 32
G. Teknik Analisis Data ... 32
BAB IV HASIL TEMUAN LAPANGAN... 41
A. Gambaran Umum Sekolah ... 41
B. Visi dan Misi ... 45
C. Organisasi ... 47
D. Sumber Daya Manusia ... 47
E. Siswa SMK Kristen 2 Klaten ... 49
F. Sarana Prasarana dan Fasilitas Sekolah ... 49
G. Kurikulum ... 50
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... 52
1. Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda ... 52
2. Prestasi Belajar ... 53
3. Penyesuaian Diri Siswa ... 54
4. Kesiapan Mental Kerja... 55
B. Pengujian Prasyaratan Penelitian ... 55
1. Uji Normalitas ... 55
2. Uji Linearitas ... 56
C. Pengujian Hipotesis ... 58
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 62
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN... 72
A. Kesimpulan ... 72
B. Keterbatasan Penelitian ... 73
C. Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA ... 76
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Kategori Kecenderungan Variabel... 28
Tabel 3.2 Kisi - kisi Indikator Penelitian ... 30
Tabel 3.3 Rangkuman Hasil Pengukuran Validitas ... 33
Tabel 3.4 Rangkuman Hasil Uji reliabilitas Instrumen Penelitian... 35
Tabel 4.1 Daftar Guru dan Karyawan ... 47
Tabel 4.2 Daftar Siswa SMK Kristen 2 Klaten ... 49
Tabel 5.1 Interpretasi Penilaian Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda ... 52
Tabel 5.2 Interpretasi Penilaian Prestasi Belajar Siswa ... 53
Tabel 5.3 Interpretasi Penilaian Penyesuaian Diri Siswa... 54
Tabel 5.4 Pedoman Interpretasi Penilaian Kesiapan Mental Kerja... 55
Tabel 5.5 Rangkuman Hasil Uji Linieritas... 57
Tabel 5.6 Hasil korelasi antara variabel bebas dan variabel terikat ... 58
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Kuesioner ... 78
Lampiran 2 Data Induk Penelitian... 82
Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas... 90
Lampiran 4 Distribusi Frekuensi ... 93
Lampiran 5 Rata-rata dan deviasi Standar ... 97
Lampiran 6 Interpretasi Terhadap Variable-variabel Penelitian ... 104
Lampiran 7 Normalitas dan Linearitas ... 108
Lampiran 8 Analisis Korelasi dan Regresi ... 109
Lampiran 9 Daftar Tabel F dan r ... 111
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan industri saat ini perlu diantisipasi dengan mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. SDM yang berkualitas merupakan modal dasar dan sekaligus sebagai kunci keberhasilan
pembangunan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu SDM melalui sektor pendidikan.
Secara umum sektor pendidikan dapat diklasifikasikan ke dalam sektor formal dan sektor non formal. Pada sektor formal, penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan secara berjenjang dari sekolah dasar (SD) sampai
perguruan tinggi (PT). Tiap-tiap jenjang pendidikan yang berbeda-beda memiliki tujuan dan misi yang berbeda. Pada jenjang pendidikan menengah,
sekolah menengah kejuruan (SMK) dimaksudkan untuk mempersiapkan tenaga kerja tingkat menengah yang siap pakai. Untuk itu SMK menyelenggarakan program life skill, yang menekankan perilaku personal
disiplin, tanggung jawab, serta kerja sama dan toleransi serta perpaduan secara dinamis dan serasi antara pendidikan di sekolah dengan pelatihan di lapangan
kerja. Meskipun demikian dalam praktiknya lulusan SMK tidak selalu dapat diterima dunia usaha. Hal ini nampak dari data terakhir di dinas tenaga kerja dan transmigrasi Daerah Istimewa Yogyakarta, jumlah pengangguran di
lulusan SMK dan sederajat berjumlah 62,11 persen. Banyaknya jumlah pengangguran dari lulusan SMK disebabkan sebagian besar siswa tidak siap
untuk bekerja (Gatot Haripriowirjanto, Kompas 15 Juni 2004).
Untuk menyiapkan tenaga kerja yang siap pakai banyak usaha dilakukan
pemerintah dan pihak sekolah. Salah satunya adalah dengan menyelenggarakan pendidikan sistem ganda (PSG). PSG adalah proses pembelajaran siswa yang terjadi di 2 tempat yaitu di SMK dan dunia
usaha/dunia industri (DU/DI) yang menjadi institusi pasangannya. Dengan program pendidikan sistem ganda ini diharapkan siswa tidak hanya dituntut
handal di bidangnya, tetapi juga cukup fleksibel, memiliki kemampuan menghitung, mampu berkomunikasi secara baik, bertanggung jawab dan bisa bekerja dalam sebuah kelompok. Di samping itu siswa juga memperoleh
banyak pengalaman di dunia kerja, di mana aspek kedisiplinan, kejujuran, kemampuan mengatasi masalah yang muncul mutlak diperlukan dalam dunia
kerja. Jadi, PSG merupakan sarana bagi siswa untuk mempersiapkan mental memasuki dunia kerja.
Di samping PSG, prestasi belajar juga berperan dalam mempersiapkan
siswa memasuki dunia kerja. Prestasi belajar merupakan suatu hasil dari proses belajar yang telah dilakukan. Tinggi rendahnya prestasi belajar siswa
ditunjukkan oleh seberapa besar siswa mampu menyerap informasi yang terkait dengan bidang ilmunya. Kemampuan siswa dalam menyerap pengetahuan dari pelajaran yang diajarkan di sekolah semakin baik maka
akan meningkatkan kepercayaan diri. Kepercayaan diri yang baik akan menjadikan siswa lebih berani untuk menerima tanggung jawab. Semakin
tinggi kepercayaan diri dan keberanian siswa maka siswa akan lebih siap secara mental untuk bekerja.
Kesiapan mental kerja siswa ditentukan juga oleh penyesuaian diri siswa. Menurut Vembriarto (1984:17), penyesuaian diri merupakan segala reaksi yang timbul terhadap adanya tuntutan-tuntutan pada dirinya. Dengan
adanya reaksi yang berupa kerja sama dengan orang lain, bersikap menyenangkan terhadap partisipasi sosial, merasa puas terhadap peran yang
dimainkan, menjadikan siswa lebih mudah menyesuaikan diri. Penyesuaian diri perlu dilakukan karena dalam dunia kerja siswa dituntut untuk dapat mengenal situasi dan kondisi lingkungan kerja, mengenal peluang dan
ancaman, mampu menjawab setiap tugas dan kewajiban, mempunyai keinginan untuk berkembang. Oleh karena itu, siswa harus dapat
menyesuaikan dirinya dengan baik untuk menjawab setiap perubahan yang terjadi dalam dunia kerja. Dengan demikian semakin baik siswa dalam menyesuaikan diri semakin baik pula siswa dalam menghadapi berbagai
macam tuntutan tugas, tanggung jawab, serta kewajiban dalam setiap jabatan atau peran yang akan diembannya dalam dunia kerja.
Ketiga faktor di atas diduga dapat mempengaruhi kesiapan mental kerja siswa, khususnya siswa kelas dua SMK Kristen 2 Klaten. Berdasar latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul
BELAJAR, DAN PENYESUAIAN DIRI SISWA DENGAN KESIAPAN KERJA”.
B. Batasan Masalah
Kesiapan adalah mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam kesadaran akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk jasmani dan mental. Pada penelitian
ini peneliti memfokuskan perhatian pada kemampuan dalam bentuk mental. Dari fokus penelitian yaitu kesiapan mental kerja peneliti hanya mengambil
tiga faktor yang mempengaruhi kesiapan mental kerja yaitu faktor pendidikan sistem ganda, prestasi belajar dan penyesuaian diri siswa. Alasan penulis memilih faktor tersebut karena diduga memiliki hubungan dengan kesiapan
mental kerja. Sedangkan faktor pendidikan sistem ganda yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelaksanaan pendidikan sistem ganda.
C. Rumusan Masalah
1. Apakah ada hubungan positif dan signifikan antara pelaksanaan
pendidikan sistem ganda dengan kesiapan kerja?
2. Apakah ada hubungan positif dan signifikan antara prestasi belajar dengan
kesiapan kerja?
4. Apakah ada hubungan positif dan signifikan antara pelaksanaan sistem ganda, prestasi belajar, penyesuaian diri siswa dengan kesiapan kerja?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara pelaksanaan pendidikan sistem ganda dengan kesiapan kerja.
2. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara prestasi belajar dengan
kesiapan kerja.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara penyesuaian diri siswa
dengan kesiapan kerja.
4. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara pelaksanaan sistem ganda, prestasi belajar, penyesuaian diri siswa dengan kesiapan kerja
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam menerapkan teori yang
diperoleh dibangku kuliah. 2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini dapat menambah referensi bacaan ilmiah dan bahan studi yang bermanfaat bagi mahasiswa untuk penelitian selanjutnya.
Hasil penelitian ini dapat sebagai masukan pada sekolah untuk menentukan kebijakan dalam kaitanya dengan kesiapan kerja.
4. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam
membuat kebijakan untuk SDM.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Kesiapan Kerja
Pengertian kerja menurut kamus pendidikan pengajaran adalah perbuatan yang dilakukan (Saliman dan Sudarsono, 1993:119)
Menurut WS. Wingkel (1983:153) kesiapan adalah mencakup
kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam kesadaran akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam
bentuk jasmani dan mental. Hal ini berarti kesiapan dapat dipandang sebagai suatu karakteristik tertentu yang diperlukan seseorang untuk melakukan kegiatan tertentu. Kesiapan menunjukkan perilaku yang sudah
dimiliki seseorang sebelum mencapai perilaku yang diinginkan. Dengan kata lain kesiapan menunjukkan keadaan pengetahuan dan ketrampilan
yang dimiliki seseorang dalam kaitannya dengan keadaan berikutnya yang akan dicapai seseorang.
Menurut Sukirin (1975:3) kesiapan dipengaruhi oleh tiga faktor yang
dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Tingkat kemasakan (matturation) adalah suatu saat dalam proses
b. Pengalaman-pengalaman yang diperlukan yaitu pengalaman tertentu yang diperoleh anak yang ada sangkut pautnya dengan keadaan
lingkungan, kesempatan-kesempatan tertentu yang tersedia dan pengaruh yang disengaja seperti pendidikan dan pengajaran yang
terorganisasi serta pengaruh faktor penentu kesiapan maka terbentuknya kesiapan terhadap sesuatu dapat direncanakan dengan pengalaman apa saja yang diberikan kepada siswa.
c. Keadaan mental dan emosi yang serasi adalah suatu keadaan yang meliputi sikap kritis, memiliki pertimbangan logis dan obyektif,
bersifat dewasa dan emosinya terkendali.
Dari aspek mental atau afektif, dalam pidatonya Sukirin (1975: 4) mengemukakan beberapa ciri yang menandai seseorang memiliki kesiapan
kerja yaitu : kondisi seseorang yang menunjukkan keadaan telah memiliki kesiapan kerja yaitu keadaan yang meliputi sikap kritis, memiliki
pertimbangan yang logis dan obyektif, memiliki kemampuan dan kemauan untuk mengadakan kerja sama dengan orang lain, memiliki keberanian untuk menerima tanggungjawab secara individu, mudah beradaptasi, serta
berambisi untuk maju dan mengikuti perkembangan bidang keahliannya. Kesiapan kerja seorang individu ditinjau dari aspek mental menurut Sri
Pangestu (1990:16) memiliki beberapa ciri yaitu: a. Pertimbangan logis dan obyektif.
b. Mempunyai kemampuan dan kemauan untuk bekerjasama dengan
c. Mempunyai sikap kritis.
d. Mempunyai keberanian untuk menerima tanggungjawab secara
individu.
e. Mempunyai ambisi untuk maju dan berusaha mengikuti
perkembangan bidang keahlian yang ditekuninya.
Dari beberapa uraian tersebut maka yang dimaksud dengan kesiapan kerja adalah suatu kondisi keadaan mental dan emosi dalam individu calon
tenaga kerja. 2. Prestasi Belajar
Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Menurut W.S. Winkel (1983:15), belajar
pada manusia merupakan suatu proses psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif subyek dengan lingkungannya dan yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan dan pemahaman, ketrampilan, nilai-sikap, yang bersifat konstan atau menetap. Perubahan itu dapat berupa sesuatu yang baru, yang segera nampak dalam perilaku atau yang
masih tinggal tersembunyi, mungkin juga perubahan hanya berupa penyempurnaan terhadap hal yang sudah pernah dipelajari.
digunakan secara nyata dan dapat diukur dengan menggunakan alat yaitu tes (W.S. Winkel, 1983:161).
Uraian di atas menunjukkan bahwa prestasi belajar merupakan tingkah laku seseorang dari hasil aktualisasi diri yang dilakukan secara sadar dan
nyata disertai dengan tingkatan yang menggunakan pikiran dan otot untuk dapat memperoleh pengetahuan dan ketrampilan baru, dan hasilnya dapat diukur dengan menggunakan alat yaitu tes, dan dapat memberikan
informasi tentang apa yang telah dikuasai oleh anak tersebut dalam bentuk angka maupun huruf.
3. Penyesuaian Diri Siswa
Konsep penyesuaian diri ini berasal dari ilmu biologi dan merupakan konsep dasar dalam teori evolusi Darwin. Dalam biologi, istilah
penyesuaian diri yang digunakan adalah adaptasi. Menurut teori tersebut hanya organisme yang paling berhasil menyesuaikan diri terhadap
lingkungan fisiknya sajalah yang dapat berhasil hidup.
Menurut Vembriarto (1984:17) penyesuaian diri merupakan segala reaksi yang timbul terhadap adanya tuntutan-tuntutan pada dirinya. Proses
penyesuaian diri dapat diartikan baik dalam arti penyesuaian diri terhadap lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
Vembriarto (1984:17) juga berpendapat bahwa dalam proses penyesuaian diri terdapat tuntutan-tuntutan.
Tuntutan-tuntutan itu adalah :
Adalah tuntutan yang berupa dorongan/kebutuhan yang timbul dari dalam, baik yang bersifat fisik maupun sosial.
Misalnya : Kebutuhan makan, minum, penghargaan sosial, persahabatan.
b. Tuntutan Eksternal
Adalah tuntutan yang berasal dari luar diri individu baik bersifat fisik maupun sosial.
Misalnya : Keadaan iklim, lingkungan alam, individu lain, masyarakat.
Vembriarto (1984:18) berpendapat mengenai empat kriteria penilaian berhasil atau tidaknya penyesuaian diri, yaitu:
a. Kepuasan Psikis
Penyesuaian diri yang berhasil akan menimbulkan kepuasan psikis, sedangkan yang gagal akan menimbulkan rasa tidak puas yang
menjelma dalam bentuk perasaan kecewa, gelisah, lesu, depresi, dan sebagainya.
b. Efisiensi Kerja
Penyesuaian diri yang berhasil akan tampak dalam kerja atau kegiatan yang efisien, sedangkan yang gagal akan tampak dalam kerja atau
kegiatan yang tidak efisien. c. Gejala-gejala Fisik
Penyesuaian diri yang gagal akan tampak dalam gejala-gejala fisik
d. Penerimaan Sosial
Penyesuaian diri yang berhasil akan menimbulkan reaksi setuju dari
masyarakat, sedangkan yang gagal akan mendapatkan reaksi tidak setuju dari masyarakat.
Vembriarto (1984:18) menyebutkan dua tipe penyesuaian diri, yaitu sebagai berikut:
a. Dalam rangka penyesuaian diri itu individu mengubah atau menahan
impuls-impuls dalam dirinya atau lebih dikenal dengan sebutan akomodasi.
b. Dalam rangka penyesuaian diri itu individu mengubah tuntutan atau kondisi-kondisi lingkungannya atau lebih dikenal dengan sebutan asimilasi.
Suatu aspek dalam penyesuaian diri itu disebut dengan proses sosial. Proses sosial menurut Vembriarto (1984:19) adalah proses belajar yang
bersifat khusus. Vembriarto (1984:21) berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses sosial, yaitu:
a. Sifat Dasar.
Yaitu merupakan keseluruhan potensi-potensi yang diwarisi oleh seseorang dari ayah dan ibunya.
b. Lingkungan Prenatal.
Yaitu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses sosial yang meliputi perbedaan dalam ciri-ciri fisik, fisiologik, personal dan
sosial. d. Lingkungan.
Yaitu kondisi-kondisi di sekitar individu yang mempengaruhi proses sosialnya. Lingkungan ini dapat dikategorikan menjadi:
1) Lingkungan alam, yaitu keadaan tanah, iklim, flora dan fauna
disekitar individu.
2) Kebudayaan, yaitu cara hidup masyarakat tempat individu itu
hidup, baik aspek material maupun aspek non material. 3) Manusia lain dan masyarakat disekitar individu.
e. Motivasi.
Yaitu kekuatan-kekuatan dari dalam diri individu yang menggerakkan individu untuk berbuat.
Menurut Hurlock (1988: 287) ada beberapa kriteria penyesuaian sosial antara lain :
a. Penampilan nyata.
Bila perilaku sosial anak, seperti yang dinilai berdasarkan standar kelompoknya, memenuhi harapan kelompok, dia akan menjadi
anggota yang diterima kelompok.
b. Penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok.
Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap berbagai
dewasa secara sosial dianggap sebagai orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik.
c. Sikap sosial.
Anak harus menunjukkan sikap yang menyenangkan terhadap orang
lain, terhadap partisipasi sosial, dan terhadap perannya dalam kelompok sosial, bila ingin dinilai sebagai orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik secara sosial.
d. Kepuasan pribadi.
Untuk dapat menyesuaikan diri dengan baik secara sosial, anak harus
merasa puas terhadap kontak sosialnya dan terhadap peran yang dimainkannya dalam situasi sosial, baik sebagai pemimpin maupun sebagai anggota.
4. Pendidikan Sistem Ganda
a. Pengertian Pendidikan Sistem Ganda
Memahami pendidikan sistem ganda (PSG), perlu pemahaman terhadap hakekat dari sekolah menengah kejuruan (SMK), karena
antara PSG dengan SMK mempunyai hubungan yang erat, yaitu pelaksanaan PSG diselenggarakan di pendidikan kejuruan. Pendidikan
pendidikan SMK disesuaikan dengan jenis-jenis pekerjaan di lapangan kerja.
Sesuai dengan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 080/U/1993, Bab III, Program Pendidikan SMK
dikelompokkan menjadi enam kelompok yaitu : (1) kelompok pertanian dan kehutanan, (2) kelompok teknologi dan industri, (3) kelompok bisnis dan manajemen, (4) kelompok kesejahteraan
masyarakat, (5) kelompok pariwisata, dan (6) kelompok seni dan kerajinan.
SMK bisnis dan manajemen termasuk program yang muncul karena adanya kebutuhan atau tumbuhnya berbagai lapangan kerja di masyarakat. Di sini nampak adanya jalinan antara lembaga pendidikan
kejuruan dengan lembaga industri yang saling memerlukan. Dunia industri memerlukan tenaga yang terampil dan berkualitas dari
lembaga pendidikan, sehingga perlu adanya kerja sama yang saling menguntungkan. Keterkaitan dan keterpaduan dalam proses belajar yang melibatkan keduanya dikenal dengan Pendidikan Sistem Ganda.
Pengertian Pendidikan Sistem Ganda menurut Depdikbud adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional yang
memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu
Menurut Wardiman Djojonegoro (2000: 10) pendidikan sistem ganda pada dasarnya adalah suatu penyelenggaraan pendidikan, yang
mengintegrasikan secara tersistem kegiatan pendidikan (teori) di sekolah dengan kegiatan pendidikan (praktik) di industri.
b. Tujuan Pendidikan Sistem Ganda
PSG merupakan subsistem dari pendidikan kejuruan maka semua kegiatan PSG hendaknya mengacu pada prinsip dasar pendidikan
kejuruan. Untuk itu semua komponen yang terlibat dalam PSG harus saling bekerja sama dan saling mendukung. Komponen dalam
pelaksanaan PSG yaitu pihak sekolah dan pihak dunia usaha/industri yang menjadi pasangannya.
Adapun kegiatan yang perlu dilakukan agar pelaksanaan PSG
berjalan dengan baik dan sistematis yaitu:
1) Menyusun program kerja yang jelas tentang rencana pendidikan
sistem ganda, sebagai pegangan bagi SMK bersangkutan sekaligus sebagai bahan kajian serta pertimbangan pihak dunia usaha yang akan diajak bekerjasama.
2) Memantapkan ikatan antara SMK dengan dunia usaha pasangannya, sehingga menjamin kelangsungan penyelenggaraan
PSG.
4) Menyiapkan tenaga yang akan terlibat dalam PSG khususnya tenaga pengajar, pelatih/instruktur dunia kerja dan tenaga tehnis
lainya.
5) Melaksanakan pendidikan dengan sistem ganda sesuai dengan
program yang telah dibuat.
6) Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan PSG.
7) Melaporkan proses dan hasil pelaksanaan PSG (Depdikbud,
1997: 6).
Tujuan pelaksanaan PSG di Indonesia (Depdikbud, 1991:7)
adalah sebagai berikut:
1) Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional yaitu tenaga kerja yang memiliki tingkat pengetahuan
/ketrampilan dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja.
2) Memperkokoh “Link and Match” antara SMK dengan dunia kerja.
3) Meningkatkan efisiensi program pendidikan dan pelatihan
ketenagakerjaan yang berkualitas.
4) Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman
kerja sebagai bagian dari proses pendidikan. c. Karakteristik Pendidikan Sistem Ganda
Karakteristik pendidikan sistem ganda menurut konsep sistem
karakteristik pendidikan sistem ganda yaitu: Standar Pendidikan dan Pelatihan, Pengujian dan Sertifikasi, kerjasama dengan Dunia Usaha
dan Industri, Peraturan Pendukung, Nilai Tambah, Insentif, dan Kelembagaan.
Pendidikan Sistem Ganda sebagai bagian integral pengembangan sumber daya manusia bertujuan mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu. Tujuan ini mengandung arti
bahwa tamatan PSG harus memiliki kemampuan/kompetensi yang dipersyaratkan oleh industri, sehingga segala sesuatu yang
berhubungan dengan perencanaan penyelenggaraan dan penilaian pendidikan dan pelatihan harus mengacu pada pencapaian standar kemampuan profesional sesuai dengan tuntutan profesi, oleh karena itu
standar profesi harus memuat ukuran kemampuan dan menggambarkan kewenangan.
Untuk mencapai kewenangan dan penguasaan standar kemampuan tamatan yang telah ditetapkan diperlukan suatu proses pendidikan dan pelatihan yang terstandar dengan ukuran isi, waktu dan
metode. Khusus untuk program PSG di SMK isi atau materi program pendidikan dan pelatihan tidak lepas dari pertimbangan isi atau materi
1) Komponen Pendidikan Umum (Normatif) menyangkut pembentukan watak dan kepribadian sebagian warga bangsa
Indonesia.
2) Komponen Pendidikan Dasar (Adaptif) menyangkut pembekalan
kemampuan mengembangkan diri untuk secara berkelanjutan. 3) Komponen pendidikan dan pelatihan kejuruan, menyangkut
pembentukan kemampuan keahlian tertentu untuk bekal kerja.
Komponen pendidikan dan pelatihan kejuruan dapat dibagi menjadi:
a) Teori Kejuruan untuk membekali pengetahuan tentang teori kejuruan bidang keahlian yang bersangkutan.
b) Praktek Dasar Kejuruan yaitu berupa latihan dasar untuk
menguasai dasar-dasar tehnik bekerja secara baik dan benar sesuai persyaratan keahlian profesi.
c) Praktek Keahlian Produktif yaitu berupa kegiatan langsung secara terprogram dalam situasi sebenarnya, untuk mencapai tingkat keahlian dan sikap kerja profesional. (Depdikbud,
1991 :10-11).
Dalam pelaksanaan PSG, kesepakatan waktu pelaksanaan sangat
penting sekali, sehingga penyelenggaraannya disesuaikan dengan tuntutan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menguasai/mencapai standar profesi yang telah ditetapkan dan disepakati oleh kedua belah
penyelenggaraannya menurut Depdikbud (1997: 10) dapat berbentuk days release, blocks release, hours release atau kombinasi ketiganya.
Dalam bentuk days release disepakati bersama dari enam hari belajar dalam satu minggu, berapa hari di institusi pasangan dan berapa hari di
sekolah. Model blocks release disepakati bersama bulan/catur wulan mana di institusi pasangan dan bulan/catur wulan mana di sekolah. Sedangkan modelhours release disepakati jam-jam belajar yang harus
dilepas dari sekolah dan diganti menjadi jam-jam bekerja di institusi pasangan.
Menurut Depdikbud (1991) adanya pengujian terhadap siswa perlu dilakukan untuk mengetahui keberhasilan dalam mencapai kemampuan sesuai dengan profesi yang telah ditetapkan. Bagi siswa
yang telah menguasai kemampuan yang dipersyaratkan dinyatakan lulus dan dibekali dengan sertifikat oleh tim penguji, yang terdiri dari
unsur SMK, Industri/Perusahaan pasangan, Asosiasi Profesi dan Organisasi Pekerja.
Pendidikan Sistem Ganda hanya dapat diselenggarakan apabila
ada kesediaan dan kemauan industri/perusahaan untuk menjadi pasangan SMK, oleh karena itu dituntut kemauan dan kemampuan
SMK untuk berinisiatif kerjasama dengan dunia usaha/industri.
Dengan dilaksanakannya PSG di SMK akan memberikan nilai tambah/keuntungan bagi pihak-pihak yang bekerjasama antara lain:
a) Perusahaan dapat mengenal persis kualitas peserta didik yang belajar dan bekerja. Kalau perusahaan menilai orang tersebut
dapat menjadi aset dapat direkrut di perusahaan tersebut. b) Pada umumnya peserta didik telah ikut dalam proses
produktif aktif, sehingga pada batas-batas tertentu selama masa pendidikan, peserta didik adalah tenaga kerja yang dapat memberi keuntungan.
c) Selama proses pendidikan melalui kerja di industri peserta didik lebih mudah diatur dalam disiplin karena itu sikap
peserta didik dapat dibentuk sesuai ciri perusahaan tersebut. d) Perusahaan dapat memberi tugas kepada peserta didik untuk
mencari ilmu pengetahuan dan teknologi di sekolah demi
kepentingan khusus perusahaan.
e) Memberi kepuasaan bagi dunia usaha/industri karena diakui
serta menentukan hari depan bangsa melalui PSG. 2) Nilai Tambah Bagi Sekolah
a) Tujuan pendidikan untuk memberikan keahlian profesional
bagi peserta didik lebih terjamin.
b) Tanggungan biaya pendidikan menjadi lebih ringan.
c) Terdapat kesesuaian yang lebih pas, antar program pendidikan dan kebutuhan.
d) Memberikan kepuasan bagi penyelenggaraan pendidikan
bermakna untuk kepentingan tamatan, maupun untuk dunia kerja dan bangsa.
3) Nilai Tambah Bagi Peserta Didik
a) Hasil belajar peserta didik akan lebih banyak, karena setelah
tamat akan betul-betul memiliki keahlian profesional sebagai bekal untuk meningkatkan taraf hidupnya dan sebagai bekal untuk pengembangan diri secara berkelanjutan.
b) Lead time untuk mencapai keahlian profesional menjadi singkat. Setelah tamat sekolah dengan sistem ganda tidak
memerlukan waktu latihan lanjutan untuk mencapai keahlian siap pakai.
c) Keahlian yang diperoleh melalui pendidikan dengan sistem
ganda dapat mengangkat harga dan rasa percaya diri tamatan yang selanjutnya dapat mendorong mereka untuk
meningkatkan keahlian profesional pada tingkat yang lebih tinggi (Made Wena, 34-36).
Karena PSG melibatkan berbagai pihak maka diharapkan adanya
kerjasama yang erat dengan prinsip saling membantu, saling mengisi untuk kepentingan bersama. Dan untuk menjamin efektifitas
pelaksanaan PSG perlu adanya rangsangan/insentif bagi dunia usaha agar lebih antusias dalam melaksanakan kerjasama, yang dimantapkan dengan peraturan tertentu yang dapat mengatur mekanisme kerja
nasional dalam satu sistem terpadu, sehingga dapat memperjelas hak dan kewajiban masing-masing pihak, dan dapat menjamin
keberkelangsungan pelaksanaannya.
Sebagai seorang pembimbing baik di sekolah dan instruktur di
industri merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pelaksanaan PSG. Karena dari pembimbing dan instruktur siswa dapat memperoleh informasi dan pengetahuan yang diperlukan. Oleh karena itu, dalam
pelaksanaan PSG, pembimbing dan instruktur bertugas untuk mempersiapkan, memotivasi, mengarahkan, melatih, menilai dan
membimbing dalam melaksanakan kegiatan praktik dasar dan kejuruan serta praktik keahlian pada kemampuan produksi.
Untuk dapat mengemban tugas tersebut pihak industri harus
selektif dalam menunjuk instruktur, sehingga didapat instruktur yang memenuhi syarat. Seorang instruktur hendaknya mempunyai struktur
pekerjaan setingkat supervisor yang memiliki pengalaman kerja dan memiliki kemampuan pedagogis dalam memimpin bawahannya.
B. Kerangka Berpikir
1. Hubungan antara pelaksanaan pendidikan sistem ganda dengan kesiapan
mental kerja.
Pendidikan sistem ganda adalah suatu program yang memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program
dunia kerja. Dengan adanya perpaduan program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian diharapkan siswa dapat mengenal secara
memadai mengenai kultur dunia industri.
Sekolah yang telah melaksanakan pendidikan sistem ganda
mengharuskan siswa melaksanakan kegiatan yaitu bekerja langsung di dunia kerja. Dengan adanya kegiatan tersebut siswa akan memperoleh pengalaman di dunia kerja, di mana aspek kedisiplinan, kejujuran,
mengatasi masalah yang muncul dan kerja sama mutlak diperlukan dalam dunia kerja. Dengan demikian jika pelaksanaan sistem ganda dilaksanakan
dengan baik diduga akan meningkatkan kesiapan mental kerja siswa untuk terjun dalam dunia kerja.
2. Hubungan antara prestasi belajar dengan kesiapan mental kerja.
Prestasi belajar merupakan suatu hasil dari proses belajar yang telah dilakukan. Prestasi belajar siswa menunjukkan kemampuan siswa
dalam menyerap informasi yang terkait dengan bidang ilmunya. Prestasi belajar siswa nampak dalam hasil studi yang berupa nilai-nilai pelajaran yang tercermin dalam rata-rata nilai rapornya. Tinggi rendahnya prestasi
belajar siswa ditunjukkan oleh seberapa besar siswa mampu menyerap informasi yang terkait dengan bidang ilmunya. Kemampuan siswa dalam
menyerap pengetahuan dari pelajaran yang diajarkan di sekolah semakin baik maka prestasi belajar siswa juga semakin baik.
Dengan prestasi belajar yang baik akan meningkatkan kepercayaan
baik kepercayaan diri dan keberanian untuk menerima tanggung jawab diduga kesiapan mental bekerja siswa juga semakin baik.
3. Hubungan antara penyesuaian diri siswa dengan kesiapan mental kerja. Menurut Vembriarto (1984:17), penyesuaian diri merupakan segala
reaksi yang timbul terhadap adanya tuntutan-tuntutan pada dirinya. Reaksi-reaksi itu adalah kerja sama dengan orang lain, sikap menyenangkan terhadap partisipasi sosial, puas terhadap peran yang
dimainkan. Reaksi-reaksi yang sesuai dengan dunia kerja menjadikan siswa lebih mudah menyesuaikan diri. Penyesuaian diri perlu dilakukan
karena dalam dunia kerja siswa dituntut untuk dapat mengenal situasi dan kondisi lingkungan kerja, mengenal peluang dan ancaman, mampu menjawab setiap tugas dan kewajiban, mempunyai keinginan untuk
berkembang. Oleh karena itu, siswa harus mampu menyesuaikan dirinya dengan baik untuk menjawab setiap perubahan yang terjadi dalam dunia
kerja. Dengan demikian semakin baik siswa dalam menyesuaikan diri diduga semakin baik pula siswa dalam menghadapi berbagai macam tuntutan tugas, tanggung jawab, serta kewajiban dalam setiap jabatan atau
peran yang akan diembannya atau dengan kata lain lebih siap kerja.
4. Hubungan antara pelaksanaan pendidikan sistem ganda, faktor prestasi
belajar dan penyesuaian diri siswa dengan kesiapan mental kerja.
Kesiapan mental kerja siswa yang baik akan menumbuhkan keinginan untuk maju, keberanian untuk menerima tanggung jawab secara
Siswa yang di sekolah melaksanakan PSG, memiliki prestasi yang baik, dan dapat menyesuaikan diri dengan baik maka siswa tersebut cenderung
lebih siap mental dibanding siswa yang berasal dari sekolah yang tidak melaksanakan PSG, siswa yang kurang berprestasi dan kurang mampu
menyesuaikan diri. Hal ini disebabkan siswa yang berasal dari sekolah yang melaksanaan program PSG mendapat pengalaman di dunia kerja, di mana aspek kedisiplinan, kejujuran, mengatasi masalah yang muncul dan
kerja sama merupakan syarat mutlak dalam dunia kerja. Siswa yang didukung dengan prestasi belajar dan penyesuaian diri yang baik akan
meningkatkan kepercayaan diri dan kemampuan beradaptasi dalam dunia kerja. Dengan demikian siswa yang di sekolah melaksanakan PSG, memiliki prestasi yang baik, dan dapat menyesuaikan diri dengan baik
diduga ada hubungan dengan kesiapan mental kerja.
C. Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan positif antara pelaksanaan pendidikan sistem ganda dengan kesiapan mental kerja.
2. Ada hubungan positif antara prestasi belajar dengan kesiapan mental kerja.
3. Ada hubungan positif antara penyesuaian diri siswa dengan kesiapan mental kerja.
4. Ada hubungan positif antara pelaksanaan pendidikan sistem ganda,
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini berupa studi kasus, yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengambil suatu tempat yang telah ditentukan sebagai tempat penelitian, maka kesimpulan yang ditarik hanya terbatas pada subyek yang
diteliti.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di SMK Kristen 2 Klaten.
2. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juni 2007.
C. Subyek dan obyek penelitian
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah orang-orang yang terlibat dalam penelitian, dalam hal ini yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas 2 jurusan
akuntansi SMK Kristen 2 Klaten. 2. Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah pelaksanaan pendidikan sistem ganda, prestasi
D. Populasi
Populasi adalah kumpulan yang lengkap dari seluruh elemen yang
sejenis akan tetapi dapat dibedakan satu sama lain yang disebabkan karena adanya karakteristik yang berlainan (Suharsimi Arikunto, 1989:102).
Dalam penelitian ini yang dimaksud populasi adalah siswa-siswi kelas 2 jurusan akuntansi SMK Kristen 2 Klaten.
E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya
1. Variabel Penelitian
Variabel bebas (independent variabel) adalah variabel yang mendahului atau mempengaruhi variabel terikat, dalam penelitian ini adalah pelaksanaan pendidikan sistem ganda, prestasi belajar dan
penyesuaian diri siswa. Sedangkan variabel terikat (dependent variabel) adalah variabel yang merupakan akibat atau tergantung pada variabel yang
mendahului, yaitu kesiapan mental kerja. 2. Kategori kecenderungan variabel
Kategori kecenderungan terhadap variabel bebas dan variabel
terikat dinilai dengan penilaian acuan patokan (PAP) tipe II (Ign. Masidjo, 1991:46). Penilaian menggunakan PAP tipe II adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Kategori kecenderungan variabel
Tingkat Penguasaan Kompetensi Kategori Kecenderungan Variabel
81%-100% Sangat baik
66%-80% baik
56%-65% Cukup
46%-55% Kurang
3. Pengukuran Variabel a) Prestasi belajar siswa
Prestasi belajar siswa adalah sejauh mana anak menguasai dan memahami materi pelajaran yang ditunjukan dengan nilai yang
berhasil dicapai siswa. Dalam Penelitian ini prestasi belajar siswa diukur dari nilai rata-rata raport semester yang lalu.
b) Pendidikan Sistem Ganda (PSG)
Bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di
sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja. Pengukuran variabel pelaksanaan pendidikan sistem ganda menggunakan skala likert yaitu:
1) Selalu diberi skor 4 2) Sering diberi skor 3
3) Jarang diberi skor 2 4) Tidak pernah diberi skor 1 c) Penyesuaian diri siswa
Penyesuaian diri/adaptasi merupakan segala reaksi baik reaksi positif atau negatif yang timbul terhadap adanya tuntutan-tuntutan pada diri
siswa. Untuk mengukur variabel penyesuaian diri ini digunakan skala likert sebagai berikut:
1) Selalu diberi skor 4
3) Jarang diberi skor 2 4) Tidak pernah diberi skor 1
d) Kesiapan mental kerja
Kesiapan mental kerja adalah suatu keadaan mental dan emosi dalam
individu calon tenaga kerja baik pengetahuan atau ketrampilan. Untuk mengukur variabel kesiapan mental kerja ini digunakan skala likert sebagai berikut:
1) Selalu diberi skor 4 2) Sering diberi skor 3
3) Jarang diberi skor 2 4) Tidak pernah diberi skor 1
Tabel 3.2
Kisi - kisi Indikator Penelitian
Variabel Penelitian Dimensi Indikator No
Item 1. Prestasi Belajar
2. Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda
Nilai Raport
a. Teori kejuruan untuk membekali pengetahuan tentang teori kejuruan bidang keahlian yang bersangkutan.
b. Praktek dasar kejuruan yaitu berupa latihan dasar untuk menguasai dasar-dasar teknik bekerja secara baik dan benar sesuai persyaratan keahlian profesi.
c. Praktek keahlian produktif yaitu berupa kegiatan langsung secara terprogram dalam situasi sebenarnya, untuk mencapai tingkat keahlian dan sikap kerja profesional.
1) Menganalisa dokumen sumber asli pembukuan. 2) Membukukan hasil analisis dokumen kedalam jurnal yang sesuai.
3) Membukukan ke rekening yang sesuai. 4) Membukukan hasil
analisis dokumen sumber ke rekening pembantu yang sesuai. 5) Membuat ayat jurnal
penyesuaian pada akhir tahun buku.
6) Menutup rekening buku besar dan menyusunan neraca saldo setelah penutupan
3. Penyesuaian Diri Siswa
4. Kesiapan mental kerja
a. Penampilan nyata
b. Penyesuaian diri terhadap kelompok
c. Sikap sosial
d. Kepuasan Pribadi
a. Mempunyai pertimbangan logis dan obyektif
b. Bersikap kritis
c. Mempunyai keberanian untuk menerima tanggung jawab secara individual
d. Berambisi untuk maju
1) Penampilan tubuh secara fisik
2) Perilaku sosial terhadap kelompok
1) Mampu menyesuaikan diri dengan teman sebaya
2) Mampu menyesuaikan diri dengan kelompok orang dewasa
1) Sikap yang
menyenangkan terhadap orang lain
2) Sikap yang
menyenangkan
terhadap partisipasi sosial
3) Sikap menyenangkan terhadap perannya dalam kelompok sosial 1) Merasa puas terhadap
kontak sosial
2) Merasa puas terhadap peran yang dimainkan dalam situasi sosial
1) Mengedepankan cara berfikir baik dan benar sebelum memulai suatu kegiatan, tindakan, perbuatan tertentu 2) Mengenal kelebihan dan
kekurangan dalam diri 1) Mengenal situasi,
kondisi linkungan kerja 2) Mengenal peluang dan
ancaman
1) Tahu akan tugas dan kewajiban
2) Kompeten dalam bidang/peran yang dijalankan
3) Menjawab setiap tugas dan kewajiban yang diemban
1) Mempunyai keinginan untuk berkembang 2) Mengambil tiap
kesempatan yang ada
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Kuesioner/angket
Kuesioner yaitu metode pengumpulan data yang menggunakan sejumlah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk diisi
dengan keadaan yang sebenarnya, melalui cara ini dimaksudkan untuk memperoleh data pelaksanaan pendidikan sistem ganda, penyesuian diri siswa, kesiapan mental kerja dalam praktek kerja.
2. Dokumentasi
Metode ini digunakan untuk pengumpulan data siswa yang bersifat
historis seperti prestasi belajar siswa, yang diyakini kebenarannya.
F. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini pengujian hipotesis menggunakan analisis korelasi product moment dari Karl Pearson. Agar kesimpulan tidak menyimpang dari
yang seharusnya maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji linearitas sebagai prasyarat untuk dilakukannya analisis data.
1. Pengujian Kuesioner
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah instrumen dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sudjana 1996:38).
2 2
2 2
y y
n y x
n
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi x = Skor item
y = Skor total semua item n = Jumlah item pertanyaan
Dalam pengujian koefisien korelasi ini digunakan taraf signifikansi 5%. Jika r hitung > r tabel, maka suatu butir instrumen mampu mengukur
apa yang diinginkan (valid). Sebaliknya, jika r hitung < r tabel maka suatu butir instrumen adalah tidak valid atau sahih.
Pelaksanaan uji coba instrumen penelitian ini dilakukan pada SMK Kristen 2 KLATEN dengan jumlah responden 97 orang. Dari hasil uji coba tersebut diketahui derajat kebebasan sebesar 95 (97-2), dengan harga
kritik product moment tabel (rtabel) sebesar 0,137 dengan taraf signifikansi
5%. Adapun rangkuman hasil penelitian uji coba validitas sebagai berikut (lampiran 3):
Tabel 3.3
Rangkuman hasil pengukuran validitas
X1 X3 Y
No
Item r hitung r
tabel ket r hitung r
tabel ket r hitung r
tabel ket 1 0.402596 0,137 Valid 0.490127 0,137 Valid 0.533454 0,137 Valid 2 0.477897 0,137 Valid 0.498283 0,137 Valid 0.327924 0,137 Valid 3 0.331124 0,137 Valid 0.351775 0,137 Valid 0.482354 0,137 Valid 4 0.539702 0,137 Valid 0.308388 0,137 Valid 0.249898 0,137 Valid 5 0.349553 0,137 Valid 0.443863 0,137 Valid 0.231605 0,137 Valid 6 0.684397 0,137 Valid 0.584431 0,137 Valid 0.626688 0,137 Valid 7 0.762923 0,137 Valid 0.345329 0,137 Valid 0.255647 0,137 Valid 8 0.754268 0,137 Valid 0.348324 0,137 Valid 0.330698 0,137 Valid 9 0.709153 0,137 Valid 0.36094 0,137 Valid 0.542169 0,137 Valid 10 0.696512 0,137 Valid 0.604233 0,137 Valid 0.495696 0,137 Valid 11 0.732504 0,137 Valid 0.469302 0,137 Valid 0.324148 0,137 Valid 12 0.715339 0,137 Valid 0.538386 0,137 Valid 0.626599 0,137 Valid 13 0.713871 0,137 Valid 0.544501 0,137 Valid 0.340419 0,137 Valid 14 0.262376 0,137 Valid 0.50649 0,137 Valid 0.459664 0,137 Valid 15 0.169629 0,137 Valid 0.437351 0,137 Valid 0.393399 0,137 Valid
17 0.435338 0,137 Valid 0.616624 0,137 Valid
18 0.40901 0,137 Valid 0.441872 0,137 Valid
19 0.388616 0,137 Valid 0.274979 0,137 Valid
20 0.342232 0,137 Valid 0.528614 0,137 Valid
21 0.412572 0,137 Valid
22 0.475947 0,137 Valid
23 0.576839 0,137 Valid
24 0.486209 0,137 Valid
25 0.516776 0,137 Valid
26 0.375946 0,137 Valid
27 0.560689 0,137 Valid
28 0.477757 0,137 Valid
29 0.437769 0,137 Valid
30 0.515845 0,137 Valid
31 0.476923 0,137 Valid
32 0.463992 0,137 Valid
33 0.461518 0,137 Valid
34 0.508905 0,137 Valid
35 0.345376 0,137 Valid
36 0.444709 0,137 Valid
37 0.46937 0,137 Valid
38 0.439107 0,137 Valid
39 0.516786 0,137 Valid
40 0.357373 0,137 Valid
41 0.562041 0,137 Valid
42 0.46697 0,137 Valid
43 0.524298 0,137 Valid
44 0.441829 0,137 Valid
45 0.659313 0,137 Valid
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas kuesioner adalah sejauh mana suatu alat pengukuran
bisa dipercaya atau diandalkan. Cara untuk mengetahui reliabilitas instrumen adalah dengan menggunakan rumus Alpha (Suharsimi
Arikunto, 1998:154) sebagai berikut:
22
11 1 1 t b k k r Keterangan:
r11 = Reliabilitas instrumen.
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal.
2
t
2
b
= Jumlah varians butir
Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus
Cronbach-Alpha dan dikerjakan dengan program SPSS for Windows
versi 12. Hasil perhitungan menunjukkan koefisien r tabel pada N = 97 adalah sebesar 0,137 dan dari hasil pengujian reliabilitas diperoleh
hasil sebagai berikut (lampiran 3):
Tabel 3.4
Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
Variabel Nilai rhitung Nilai rtabel Status
Pelaksanaan pendidikan sistem ganda 0,890 0,137 Andal
Penyesuaian Diri Siswa 0,929 0,137 Andal
Kesiapan Mental Kerja 0,830 0,137 Andal
Dengan demikian berdasarkan perhitungan validitas dan reliabilitas tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian tersebut
dianggap sudah memenuhi persyaratan sebagai alat ukur pengumpulan data.
2. Deskripsi data
Analisis ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan data hasil observasi yang sudah didapat dari penelitian di lapangan yang meliputi
responden, variabel pelaksanaan pendidikan sistem ganda, prestasi belajar, penyesuaian diri siswa dan kesiapan mental kerja. Untuk keperluan
deskripsi data digunakan tabel distribusi frekuensi untuk setiap variabel. 3. Pengujian Prasyarat Analisis
Pengujian normalitas dimaksudkan untuk mengetahui pengujian syarat korelasi sederhana. Untuk menguji normalitas setiap data
variabel, digunakan uji one sampel Kolmogorov-Smirnov. Pengujian normalitas dilakukan dengan bantuan program SPSS 12.0. Jika nilai
masing-masing variabel di bawah α = 0,05 maka distribusi data variabel tersebut adalah tidak normal. Jika masing-masing variabel mempunyai nilai di atas 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel
penelitian berditribusi normal, adapun rumus ujiKolmogorov-Smirnov sebagai berikut (Imam Ghozali, 2002: 36):
X S
X FDmax 0 n
Keterangan:
D = Deviasi maksimum
F0(X) = Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang ditentukan
Sn = Distribusi frekuensi kumulatif observasi
Selanjutnya untuk mengetahui apakah distribusi frekuensi masing -masing variabel normal atau tidak dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut yaitu jika probabilitas lebih besar dariα = 0,05 berarti sebaran data normal dan jika nilai probabilitas lebih kecil dari α =0,05 berarti sebaran data tidak normal.
b. Pengujian Linieritas
Pengujian linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah masing -masing variabel bebas mempunyai hubungan linier atau tidak dengan
variabel terikatnya. Untuk uji linieritas ini digunakan rumus persamaan garis regresi dengan menguji signifikansi nilai F, adapun rumus yang
2 2 e TC S S F
Dimana:
2 2 K TC JK STC
K n E JK Se 2 Keterangan:F : Nilai F untuk garis Regresi S2TC : Varians tuna cocok
Se2 : Varians kekeliruan
JK(TC) : Jumlah kuadrat tuna cocok JK(E) : Jumlah kuadrat kekeliruan 4. Pengujian Hipotesis Penelitian
a. Rumusan Hipotesis
1) Rumusan Hipotesis I
Ho = Tidak ada hubungan positif antara pelaksanaan sistem ganda
dengan kesiapan mental kerja dalam praktek kerja industri. Ha = Ada hubungan positif antara pelaksanaan sistem ganda
dengan kesiapan mental kerja dalam praktek kerja industri.
2) Rumusan Hipotesis II
Ho = Tidak ada hubungan positif antara prestasi belajar dengan
kesiapan mental kerja dalam praktek kerja industri.
Ha = Ada hubungan positif antara prestasi belajar dengan kesiapan mental kerja dalam praktek kerja industri.
3) Rumusan Hipotesis III
Ho = Tidak ada hubungan positif antara penyesuaian diri siswa
Ha = Ada hubungan positif antara penyesuaian diri siswa dengan kesiapan mental kerja dalam praktek kerja industri.
4) Rumusan hipotesis IV
Ho = Tidak ada hubungan positif antara pelaksanaan sistem ganda,
prestasi belajar, penyesuaian diri siswa dengan kesiapan mental kerja dalam praktek kerja industri.
Ha = Ada hubungan positif antara pelaksanaan sistem ganda,
prestasi belajar, penyesuaian diri siswa dengan kesiapan mental kerja dalam praktek kerja industri.
b. Pengujian hipotesis dan penarikan kesimpulan
Untuk menguji hipotesis pertama yaitu terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pelaksanaan sistem ganda (X1) dengan
kesiapan mental kerja dalam praktek kerja industri (Y) dan menguji hipotesis kedua, yaitu terdapat hubungan yang positf dan signifikan
antara prestasi belajar (X2) dengan kesiapan mental kerja dalam praktek kerja industri (Y), dan menguji hipotesis ketiga yaitu terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara penyesuaian diri siswa
(X3) dengan kesiapan mental kerja dalam praktek kerja industri (Y) penulis menggunakan product moment.
Teknik analisis yang digunakan untuk menjawab permasalahan hipotesis ke-1, ke-2, ke-3 (Suharsimi Arikunto, 1998:20).
Keterangan:
r = Koefisien korelasi X = Variabel bebas Y = Variabel terikat
n = Jumlah item pertanyaan
Pada hakikatnya nilai korelasi dapat bervariasi dari 1 melalui 0 hingga -1.
Bila r = 0 berarti tidak ada hubungan
Bila r = 1 berarti kedua variabel mempunyai hubungan yang sempurna
dan positif.
Bila r = -1 berarti hubungannya sempurna dan negatif.
Untuk menguji hipotesis ke-4 apakah ada hubungan antara
pelaksanaan pendidikan sistem ganda, prestasi belajar, penyesuaian diri siswa dengan kesiapan mental kerja digunakan analisis sebagai
berikut:
1) Menentukan persamaan regresi ganda melalui persamaan sebagai berikut:
Y = a0+a1X1+a2X2+a3X3
Keterangan :
a0, a1, a2, a3 : koefisien berdasarkan hasil pengamatan
X1 : status sosial ekonomi orang tua
X2 : faktor lingkungan belajar
X3 : prestasi belajar (Sudjana 1990:347)
2) Mencari koefisien korelasi antara kriterium Y dengan prediktor X1,X2, dan X3dengan rumus:
1 1 2 22 3 3
123
y
Keterangan:
Rxy : koefisien korelasi antara variabel y dengan x1, x1, x3 a1 : koefisien variabel bebas x1
a2 : koefisien variabel bebas x2 a3 : koefisien variabel bebas x3
x1y: jumlah produk antara x1 dan y
x2y: jumlah produk antara x2 dan y
x3y: jumlah produk antara x3 dan y
2y
: jumlah kuadrat kriterium y
3) Selanjutnya untuk menguji apakah koefisien korelasi tersebut signifikan atau tidak maka digunakan uji f dengan rumus sebagai berikut (Suharsimi Arikunto, 1998:579):
1
/
1
/
2 2
k n R
k R F
Keterangan :
k = banyaknya variable bebas n = banyaknya sampel
R2= jumlah kuadrat koefisien korelasi ganda
Nilai Fhitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan nilai
F kritis pada tingkat signifikan alpha 5%. Jika nilai F hitung lebih
besar dari nilai F kritis berarti hipotesis alternatif diterima atau
hipotesis nol ditolak dan sebaliknya jika nilai F hitung lebih kecil
dari nilai Fkritisberarti hipotesis alternatif ditolak atau hipotesis nol
BAB IV
GAMBARAN UMUM SEKOLAH
A. Gambaran Umum Sekolah
1. Sejarah Sekolah
SMK Kristen 2 Klaten berdiri tanggal 1 Januari 1968 dengan surat persetujuan pendirian dari Kanwil Depdikbud propinsi Jawa Tengah No.
Purjursus/UP/SWT 030/69 tanggal 18 Agustus 1969.
SMK Kristen 2 Klaten berdiri dibawah Yayasan Pendidikan Kristen
Klaten. Awal mulai berdiri SMK Kristen bertempat di Jalan Pemuda Selatan No. 151, menyewa sebuah rumah milik Ibu Broto Condromo dengan kepala sekolah Bapak Harsono, BA. Tahun 1978 membeli tanah
dan membangun 9 kelas dengan kepala sekolah Bapak Dwijoharseno, BA. Pada bulan Juli 1979 sekolah pindah ke bangunan baru yang
beralamat di Jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo 42 Desa Plosoarum Klaten dan dikepalai oleh Bapak Drs. Sutomo Wardoyo hingga sekarang.
Sebagaimana SMK pada umumnya SMK Kristen 2 Klaten
mempunyai masa studi tiga tahun. Kepala sekolah yang pernah menjabat di SMK Kristen 2 dari tahun 1968-2007 adalah:
a. Bapak Harsono, BA b. Bapak Dwidjoharseno, BA c. Bapak Mulyadi, BA
e. Bapak Drs. Sutomo Wardoyo
Setelah sekian lama berdiri dan melalui masa-masa yang
kadang-kadang mengalami sulit mencari murid, akhirnya sekarang sampai status disamakan.
2. Data Sekolah
Nama Sekolah : SMK Kristen 2 Klaten No. Identitas Sekolah : 340050
No. Statistik Sekolah : 342033203005
Alamat : Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo No. 42
Desa/Kalurahan : Sekarsuli
Kecamatan : Klaten Utara
Kabupaten/Kota : Klaten
Propinsi : Jawa Tengah
Kode Pos : 57432
Telp. : (0272) 322233
Fax : (0272) 322233
E-mail : smkkristen2 klt@yahoo.com
Status Sekolah : Swasta
Nama Yayasan : Yayasan Pendidikan Kristen Klaten
Pendirian/Kelembagaan : PUJURSUS/UPE Swt/030/69 Tanggal pendirian : 2 Januari 1968
Luas Tanah : 4655 m2
No. Sertifikat tanah : B.8953472 dan 3607784 Jenjang Akreditasi : Disamakan
Waktu Sekolah : pagi
Bentuk bangunan SMK Kristen 2 Klaten beraturan dan ada sebagian
gedung yang bertingkat. Kondisi bangunannya permanen, kokoh dan berlantai tegel. Sirkulasi udara sangat baik dan terdapat banyak jendela sehingga cahaya cukup mendukung proses belajar-mengajar. Terdapat
taman di depan semua kelas sehingga menambah kesejukan, keindahan dan kenyamanan lingkungan.
SMK Kristen 2 Klaten terbagi 2 yaitu sisi timur dan barat dikelilingi pagar permanen terbuat dari batu bata, untuk sisi timur dengan rincian sebagai berikut:
a. Timur : tembok setinggi 2 m b. Utara : tembok setinggi 2 m
c. Barat : batu bata setinggi 1 m dengan 1 buah pintu gerbang dari besi. Untuk pengamanan, kecuali pagar, maka dibuat pintu besi yang menghubungkan antar kedua lokasi yang dipisahkan oleh sebuah jalan
kampung.
d. Selatan: tembok setinggi 2 m
Untuk sisi barat dengan rincian sebagai berikut:
menghubungkan antar kedua lokasi yang dipisahkan oleh sebuah jalan kampung.
b. Utara : batu bata setinggi 1 m dengan 2 buah pintu gerbang dari besi. c. Barat : batu bata setinggi 1 m dengan 2 buah pintu gerbang dari besi.
Untuk pengamanan, kecuali pagar, maka dibuat pintu besi yang menghubungkan halaman parkir tamu dan guru dengan halaman dalam sebanyak 1 pintu
Halamannya tergolong sempit namun sungguh indah, yang terbagi menjadi:
a. bagian utara : pot bunga permanen yang berisi berbagai macam tanaman hias
b. bagian selatan : pot bunga permanen yang berisi berbagai macam
tanaman hias yang lebih kecil dibanding sisi utara.
Adapun ruangan-ruangan lain yang ada di SMK Kristen 2 Klaten antara
lain:
a. Ruang Kepala Sekolah : 5 x 6 m
b. Ruang Guru : 7 x 12 m
c. Ruang Tata Usaha : 3 (@ 3 x 3 m)
d. Ruang BK : 3 x 3 m
e. Ruang Tamu : 3 x 3 m
f. UKS : 3 x 2 m
g. Ruang Komite Sekolah : 3 x 3 m
i. Ruang Multimedia : 8 x 8 m
j. Aula : 14 x 16 m
k. Gudang : 2 x 3 m
l. Kantin : 7 x 8 m
m. Halaman Sekolah : 2200 m2 n. Perpustakaan : 56 m2
o. Ruang Komp. : 7 x 8 m
p. Laboratorium : 7 x 8 m
q. Lab. Bahasa : 4 x 5 m
r. Lab. Kesenian : 3 x 2 m s. Ruang Olah Raga : 2000 m2 t. Toilet Siswa Laki-laki : 2 x 1,5 m
u. Toilet Siswa Perempuan : 2 x 1,5 m v. Toilet Kepsek : 2 x 2 m
p. Toilet Guru/Karyawan : 2 x 2 m
B. Visi dan misi
1. Visi
Terwujudnya Lembaga Diklat Kejuruan yang tamatannya berstandart
profesional dan beriman 2. Misi
a. Mengembangkan sistem pendidikan menengah kejuruan yang permeable dan fleksible.
b. Mewujudkan pelayanan yang maksimal dalam upaya memberdayakan sekolah.
c. Mengembangkan sistem Pendidikan yang terintegrasi antar jalur pendidikan sekolah yang berwawasan mutu dan keunggulan, sesuai tuntutan kebutuhan pasar kerja.
d. Memberdayakan iklim belajar berwawasan global yang berakar pada norma dan nilai budaya bangsa Indonesia.
3. Tujuan Pendidikan SMK Kristen 2 Klaten
a. Menyiapkan siswa untuk kerja serta mengembangkan sikap yang profesional
b. Menyiapkan siswa agar mampu memilih karier, mampu berkompetisi dan mampu mengembangkan dirinya didalam era globalisasi
c. Menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia usaha/dunia industri pada saat ini maupun dimasa yang akan datang
d. Menyiapkan tamatan yang peduli terhadap dirinya sendiri, keluarga maupun lingkungan
C. Organisasi
PENGURUS
YPKK KABUPATEN KLATENDINAS P & K
MAJELIS SEKOLAH KEPALA SEKOLAH
KEPALA TATAUSAHA
WAKASEK KURIKULUM
WAKASEK
HUMAS / DUDI KESISWAANWAKASEK PRASARANAWAKASEK
KAPOLRI
POKJA PSG PEMBINA OSIS PERENCANAAN
PERPUS BKK BP / BK
WALI KELAS
SISWA
KET:
= GARIS KONSULTASI = GARIS KOMANDO
D. Sumber Daya Manusia
SMK Kristen 2 Klaten terdiri dari 12 guru tetap yayasan, 16 guru tidak
tetap, 13 guru negeri dan tenaga non guru terdiri dari 12 pegawai tetap yayasan serta 7 pegawai tidak tetap. Adapun kesemuanya itu adalah:
Tabel 4.1
Daftar Guru dan Karyawan
No Nama NIP/NIK/G Mata Pelajaran
1. Drs. Sutomo Wardoyo 130922485/Iva BP/BK Kepala Sekolah 2. Drs. Untung 130267703/Iva PKn dan Sejarah 3. Sumarsih,B.Sc 130934041/IIId Matematika 4. Dra. Sekti Bujayanti 131672515/Iva Komp. AK
5. Warsini, BA 130922505/IIIc Komp. PJ
6. Riwi Handayani, BA 131674190/IIIa Komp. PJ 7. Teguh Sugiharto, BA 131913432/IIIa B. Indonesia
8. Subardiyoto, SPd - Bahasa Inggris
9. Dra. Endang Daryati - Komp. PJ
11. Agnes Trihartati, SPd - Komp. AP
12. Woro Ari Cendani, SPd - BP/BK
13. Kristian Sapto N, SPd - BP/BK
14. Drs. Sabar 289/IIIb B. Indonesia
15. Anton Maryoso, BA 229/IIIb B. Indonesia
16. Drs. Supadi 331/IIIa Komp. AK
17. Sarniati, BA 323/IIIa Komp. PJ
18. Sumirah, BTh 283/IIIb PAK
19. Dra. Kristiana K -/IIIa Komp. AP
20. Indiyah Jawi H, S. Pd 349/Iid PKn dan Sejarah
21. Dra. Nugraheni P -/Iid B. Inggris
22. Drs. Robin Elmo P - Matematika
23. Ika Mustikawati, SS -/Iid B. Inggris
24. Sri Marsini, S. Pd -/Iid B. Inggris
25. Sugiyarto, S. Pd - PKn dan Sejarah
26. Suyanto, BBA - KWU
27. Drs. Sudiyarto - Komp. AK
28. Dra. Rini Widyastuti - Komp. AP
29. Drs. Sutanto - Penjaskes
30. Joko Umbaran, S.Pd - Komp. AP
31. Parmanto, S.Pd - Komp. AK
32. Rina Dwi Sulistyowati, S.Pd - Komp. AP
33. Drs. Kris Sumarwanto - Komp. PJ
34. Nugrahawati CS, S.PAK - PAK
35. Heni Susilohady, S.Pd - Matematika
36. Dra. Sri Purwanti - Penjaskes
37. M Ratna Kris, S.Pd - Komp. AP
38. Petrus Dwi H, ST - Komp. AK
39. LM Yongki TW, S.Pd - Penjaskes
40. Mardanung PC, SE - Komp. AK
41. Yahya Sudikan - B. Jawa
42. Sukisno 217/IIIa Ka. TU
43. Marjanto -/IIIa Pelayanan SPP
44. Sri Haryanti - Bendahara
45. Surat Tri Warsi - Perpustakaan
46. Riyanto - Pelayanan SPP
47. Musinah - Pertokoan
48. Setyaningsih N - TU
49. Saminah - Pelayanan SPP
50. Slamet Riyanto - TU
51. Endang Wulandari - Toolman
52. Hesti Sudarwati - TU
53. Gunawan - Satpam
54. Suratin - Pesuruh
55. Rismadi - Pesuruh
56. Matno - Pesuruh
57. Samakun - Pesuruh
58. Sukiman - Pesuruh
59. Noyodikromo - Penjaga Malam
E. Siswa SMK Kristen 2 Klaten
SMK Kristen 2 Klaten memiliki 842 siswa yang terdiri dari 3 kelas
untuk setiap angkatannya, yaitu kelas 1 AP1, AP2, AK1, AK2, AK3, PJ1, PJ2, PJ3, kelas 2 PK1, PK2, KU1, KU2, KU3, PJ1, PJ2, PJ3, kelas 3 SK1, SK2,
AK1, AK2, AK3, AK4, PJ1, PJ2, PJ3 dengan rincian jumlah siswa sebagai berikut:
Tabel 4.2
Daftar Siswa SMK Kristen 2 Klaten
Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1 15 281 296
2 15 261 276
3 13 257 270
842
F. Sarana dan Prasarana dan Fasilitas Sekolah
Tersedianya sarana dan prasarana suatu lembaga pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap tujuan pendidikan. Oleh sebab itu, SMK Kristen 2
Klaten telah berupaya meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai supaya tercipta lingkungan yang kondusif sehingga tercipta tujuan pendidikan secara optimal. Adapun fasilitas vital untuk menunjang proses
pendidikan tersebut antara lain: 1. Perpustakaan
Tujuan didirikannya perpustakaan pada hakekatnya adalah untuk menyediakan sumber informasi bagi semua warga sekolah untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar. Demikian pula dengan
perbendaharaan buku-bukunya dan meningkatkan kualitasnya agar senantiasa memperluas pengetahuan warga sekolah di samping
meningkatkan budaya membaca. 2. Laboratorium dan ruang praktik
SMK Kristen 2 Klaten memiliki 7 unit tempat praktik dan laboratorium yaitu ruang bahan praktik, ruang alat-alat praktik, ruang toolman, ruang unit produksi, lab. Bahasa, ruang kesenian, ruang olah
raga.
3. Bimbingan dan Konseling
Salah satu tujuan diadakannya layanan Bimbingan dan Konseling adalah untuk menyelaraskan kebutuhan jasmani dan rohani sehingga perkembangannya dapat sejalan, yang pada akhirnya proses belajar
mengajar dapat berjalan dengan efektif. 4. UKS (Usaha Kesehatan Sekolah)
UKS dimaksudkan untuk menjaga kesehatan dan memberikan pertolongan pertama bagi seluruh