• Tidak ada hasil yang ditemukan

7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori - UPAYA MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL LEARNING CYCLE 7E BERBANTU LKS MATA PELAJARAN IPA MATERI TANAH KELAS V SDN AJIBARANG WETAN - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori - UPAYA MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL LEARNING CYCLE 7E BERBANTU LKS MATA PELAJARAN IPA MATERI TANAH KELAS V SDN AJIBARANG WETAN - repository perpustakaan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Rasa Percaya Diri

a. Pengertian Percaya Diri

Rasa percaya diri bukanlah karunia Tuhan semata seperti halnya fisik. Rasa percaya diri juga tidak ada begitu saja saat seseorang membutuhkan. Perasaan percaya diri dimiliki seseorang jika ditumbuhkan, dibangun, dan diupayakan secara terus-menerus semenjak masih kanak-kanak hingga lanjut usia. Aunurrahman (2011: 184) menyatakan bahwa percaya diri merupakan salah satu kondisi psikologis seseorang yang berpengaruh terhadap aktifitas fisik dan mental terhadap proses pembelajaran. Rasa percaya diri muncul ketika seseorang akan melakukan atau terlibat dalam suatu aktivitas tertentu untuk mencapai sesuatu hasil yang diinginkan.

(2)

seseorang, dengan percaya diri seseorang akan sadar dengan eksistensi diri dan inti kepribadian diri yang tidak dapat berubah berlangsung selama hidup.

Rasa percaya diri yang dimiliki seseorang membuat tidak sulit dalam menyesuaikan lingkungan sekitar. Percaya diri (self-confidence) adalah kemampuan seseorang untuk dapat memahami dan meyakini seluruh potensinya agar dapat dipergunakan dalam menghadapi penyesuaian diri dengan lingkungan hidupnya (Dariyo 2007: 206). Individu yang mempunyai percaya diri biasanya mempunyai insiatif, kreatif dan optimis terhadap masa depan, mampu menyadari kekurangan dan kelebihan pada diri sendiri, berfikir positif, menganggap semua permasalahan ada jalan keluarnya. Orang yang tidak percaya diri ditandai dengan sikap-sikap yang cenderung melemahkan semangat hidupnya, seperti minder, pesimis, pasif, apatis (tidak peduli) dan cenderung apriori (tidak mengetahui).

Percaya diri juga terdapat dalam Al Quran pada surat Al Imran

ayat 139 yang menjelaskan bahwa: “Janganlah kamu bersikap lemah,

dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang

beriman”. Ayat ini menjelaskan bahwa sebagai manusia janganlah

(3)

Percaya diri dapat disimpulkan yaitu sikap meyakini dan memahami seluruh potensi yang dimiliki agar dapat dikembangkan dan dipergunakan dalam kehidupannya. Rasa percaya diri sangat penting dibutuhkan semua orang terutama siswa, karena dengan memiliki rasa percaya diri, siswa akan mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya

b. Ciri-Ciri Percaya Diri

Seseorang yang memiliki rasa percaya diri akan memahami kemampuan yang dimilikinya dengan mengetahui ciri-ciri rasa percaya diri. Lina dan Klara (2010: 16) mengemukakan bahwa ciri-ciri rasa percaya diri yaitu:

1) Percaya akan kompetensi atau kemampuan diri, sehingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, ataupun rasa hormat orang lain;

2) Tidak terdorong untuk menunjukan sikap menyesuaikan diri demi diterima oleh orang lain atau kelompok;

3) Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain, serta berani menjadi diri sendiri;

4) Punya pengendalian diri yang baik;

5) Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau kegagalan, ketergantungan dari usaha diri sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak tergantung mengharapkan bantuan orang lain);

6) Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi di luar dirinya;

7) Memiliki harapan yang realistis terhadap diri sendiri, sehingga ketika harapan itu tidak terwujud, seseorang tetap mampu melihat sisi positif diri dan situasi yang terjadi.

c. Langkah-Langkah Percaya Diri

(4)

memperbaiki kepercayaan diri sendiri untuk yakin terhadap kemampuannya yang di jelaskan Lautser (2002: 11) yaitu sebagai berikut:

1) Cari sebab-sebab merasa rendah diri. Jika sudah mengetahui sebab itu, maka dapat dilakukan suatu perbaikan;

2) Atasi kelemahan yang dimiliki, hal yang terpenting harus memiliki kemauan yang kuat, sehingga akan memandang perbaikan kecil sebagai keberhasilan yang sebenarnya;

3) Mencoba mengembangkan bakat dan kemampuan lebih jauh, sehingga dapat mengadakan kompensasi bagi kelemahan yang dimilliki; bakat melalui hobby, sehingga akan mengobati kekecewaan dan dapat menjaga diri dari tidak yakin atas diri sendiri;

7) Jika dituntut untuk melakukan pekerjaan atau tugas yang sulit, coba melakukan pekerjaan atau tugas tersebut dengan rasa optimis;

8) Jangan terlalu bercita-cita, karena cita-cita yang kelewat batas tidak baik. Makin besar cita-cita maka akan semakin sulit untuk memenuhi tuntutan tersebut;

9) Jangan terlalu sering membandingkan diri sendiri dengan orang lain;

10) Jangan mengambil motto yang dilakukan orang lain pasti dapat dilakukan diri sendiri, karena tidak seorang pun mempunyai hasil yang sama persis.

d. Indikator Rasa Percaya Diri

(5)

1) Yakin terhadap Kemampuan Diri Sendiri

Seorang individu yakin terhadap kemampuan yang dimiliki dengan optimis. Individu yang memiliki rasa optimis tidak akan merasa ragu, malu, dan minder. Rasa optimis dibutuhkan semua individu agar termotivasi untuk melakukan hal yang lebih baik. 2) Berani Melakukan Sesuatu yang Positif

Seseorang yang mempunyai rasa percaya diri akan berani mengungkapkan pendapat yang dimilikinya, seseorang akan berusaha melakukan yang terbaik dalam menyelesaikan suatu masalah dan bertanggung jawab terhadap perbuatannya.

3) Bersungguh-sungguh dalam Melakukan Sesuatu

Seseorang yang mempunyai rasa percaya diri akan melakukan berbagai hal dengan yakin dan optimis. Orang yang bersungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu akan dapat berhasil meraih cita-cita dan keinginannya.

2. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Prestasi dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Istilah prestasi belajar (achievement) berbeda dengan hasil belajar (learning outcome). Prestasi belajar pada umumnya berkenaan

(6)

yang bersifat perenial (dapat hidup secara terus-menerus) dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing (Arifin, 2011:12). Prestasi belajar dapat disimpulkan yaitu hasil yang dicapai siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam penguasaan materi yang telah disampaikan oleh guru. b. Fungsi Prestasi Belajar

Prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi bagi kehidupan manusia, karena manusia selalu mengejar prestasi selama masih dalam lingkungan belajar. Prestasi belajar menjadi sangat penting, karena mempunyai beberapa fungsi utama yang dikemukakan Arifin (2011; 12) yaitu sebagai berikut:

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa;

2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu yang biasa disebut sebagai tendensi keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia;

3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi siswa dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan;

(7)

5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasaan) siswa dalam proses pembelajaran, siswa menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena siswa diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.

c. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dalam individu maupun luar diri individu. Pengenalan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting artinya dalam rangka membantu siswa dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Ahmadi dan Supriyono (2013: 138) menyatakan beberapa faktor internal dapat dijelaskan dibawah ini:

1) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh. 2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang

diperoleh terdiri atas:

(8)

b) Faktor non pengetahuan, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi. 3) Faktor kematangan fisik maupun psikis, yang tergolong faktor

eksternal yaitu:

a) Faktor sosial meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, lingkungan kelompok; b) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan,

teknologi, kesenian;

c) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim.

4) Faktor lingkungan spiritual

Faktor jasmaniah, psikologis, kematangan fisik atau psikis dan lingkungan spiritual saling berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar. Banyak faktor belajar dapat digolongkan menjadi tiga yaitu faktor stimulus belajar, faktor-faktor metode belajar, faktor-faktor individual.

3. Model Learning Cycle 7E

a. Pengertian Learning Cycle 7E

Learning Cycle adalah suatu model pembelajaran yang berpusat

pada siswa (student centered) (Febriana & Arief, 2013: 243). Learning Cycle merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase)

(9)

(nyata) sehingga siswa memiliki pengalaman sendiri untuk membangun pengetahuannya (Ngalimun, 2015: 171). Hartono (2013) berpendapat bahwa penggunaan model Learning Cycle 7E dapat memberikan perubahan pada gaya belajar siswa yaitu:

Model pembelajaran Learning Cycle 7E memberikan situasi belajar yang melibatkan siswa aktif langsung dalam proses pembelajaran untuk melakukan sebuah eksperimen atau penyelidikan. Peran guru dalam penggunaan model Learning Cycle 7E sebagai fasilitator dalam pengelolaan aktivitas siswa untuk mengarahkan siswa dalam proses pembelajaran.

Model pembelajaran Learning Cycle pertama kali diperkenalkan oleh Robert Karplus (1997) dalam Science Curriculum Improvment Study (SCIS). Siklus belajar ini merupakan pembelajaran

(10)

1) Elicit (mendatangkan pengetahuan awal)

Fase ini untuk mengetahui perkembangan awal siswa terhadap materi yang akan dipelajari dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat merangsang minat dan respon siswa.

2) Engage (motivasi dan membangkitkan siswa)

Fase pertukaran informasi antara guru dan siswa mengenai pertanyaan awal yang diberikan. Pada fase ini guru juga memberitahukan tujuan pelajaran sekaligus memberikan motivasi pada siswa.

Langkah-langkah selanjutnya dalam penggunaan model Learning Cycle 7E dijelaskan Warsono dan Haryanto (2013:

100) yaitu:

3) Explore (menyelidiki)

(11)

menyediakan bahan-bahan pembelajaran yang diperlukan dan memandu agar siswa fokus dalam pembelajaran.

4) Explain (menjelaskan)

Tahap ini siswa diberikan kesempatan untuk mengkomunikasikan materi yang telah dipelajarinya sejauh ini dan menjelaskan maksudnya. Pada tahap ini, para siswa menjelaskan pemahaman yang telah dipelajarinya dengan berkomunikasi kepada rekan-rekannya.

5) Elaborate (menerapkan)

Tahap ini bertujuan untuk membuat siswa mampu menerapkan konsep-konsep yang sudah siswa temukan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan.

6) Evaluate (Evaluasi)

Tahap ini, baik siswa maupun guru menilai proses pembelajaran dan pemahaman yang sudah dilakukan. Guru menilai siswa dalam memperoleh pemahaman tentang konsep-konsep pokok bahan ajar dan memperoleh pengetahuan baru. Evaluasi dan penilaian dapat berlangsung selama proses pembelajaran.

7) Extend (mengebangkan)

(12)

mengembangkan konsep-konsep yang telah di pelajarinya, membuat jalinan dengan konsep yang terkait lainnya, kemudian mengaplikasikan pemahamannya di dalam dunia nyata.

b. Keuntungan dan kekurangan model Learning Cycle 7E dapat

memberikan pengaruh dalam keberhasilan pembelajaran. Beberapa keuntungan model Learning Cycle 7E yang dijelaskan Ngalimun (2016: 176) sebagai berikut:

1) Meningkatkan motivasi belajar karena siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran;

2) Membantu mengembangkan sikap ilmiah siswa; 3) Pembelajaran menjadi lebih bermakna;

Beberapa kekurangan model Learning Cycle 7E pada proses pembelajaran yaitu:

1) Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran;

2) Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran;

3) Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi;

4) Memerlukan waktu dan tenaga lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran.

(13)

4. LKS (Lembar Kerja Siswa) a. Pengertian LKS

Lembar Kerja Siswa yang digunakan guru dan siswa dalam membantu proses pembelajaran. LKS merupakan lembaran-lembaran tugas yang harus dikerjakan oleh siswa (Prastowo 2011: 203). LKS bukan merupakan singkatan dari lembar kegiatan siswa, akan tetapi lembar kerja siswa, yaitu materi yang sudah dikemas sesuai dengan kompetensi dasar, sehingga siswa diharapkan dapat mempelajari materi ajar khususnya tentang tanah secara mandiri. Lembar kerja siswa akan mendapatkan materi, ringkasan, dan tugas yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan. Lembaran kerja siswa berisikan petunjuk atau langkah-langkah untuk menyelesaikan tugas (Rofi‟ah & Azizah, 2014: 101).

(14)

b. Fungsi LKS

LKS digunakan dalam membantu guru dalam proses pembelajaran. Berdasarkan pengertian mengenai LKS, dapat diketahui bahwa LKS memiliki empat fungsi yang di jelaskan Prastowo (2011: 205) sebagai berikut:

1) Sebagai bahan ajar yang dapat meminimalkan peran guru, namun lebih mengaktifkan siswa;

2) Sebagai bahan ajar yang mempermudah siswa untuk memahami materi yang diberikan;

3) Sebagai bahan ajar yang ringkas, dan kaya akan tugas untuk berlatih;

4) Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada siswa.

c. Tujuan Penyusunan LKS yang di jelaskan Prastowo (2011: 206) sebagai berikut:

1) Menyajikan bahan ajar yang memudahkan siswa untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan;

2) Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan materi siswa terhadap materi yang diberikan;

3) Melatih kemandirian belajar siswa;

4) Memudahkan guru dalam memberikan tugas kepada siswa. 5. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

a. Pengertian IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau sains yang berasal dari bahasa Inggris science. Kata science berasal dari bahasa Latin scientia yang berarti saya tahu. Ilmu

(15)

IPA adalah pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi (penarikan kesimpulan dari umum ke khusus) (Trianto, 2014: 136). Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alam semesta melalui kegiatan eksperimen yang dapat menjelaskan suatu kejadian. Hasil dari kejadian alam akan menghasilkan sebuah kesimpulan.

b. Fungsi dan Tujuan IPA

Secara khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi (Trianto, 2014: 138) yaitu:

1) Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; 2) Mengembangkan ketrampilan, sikap dan nilai ilmiah;

3) Mempersiapkan siswa menjadi warga yang mengerti sains dan teknologi;

4) Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat. B. Penelitian yang Relevan

(16)

rata-rata nilai aktivitas belajar siswa pada siklus I tindakan I aspek mengemukakan pendapat yaitu 1,62, bekerja sama 1,94. Siklus II aspek mengemukakan pendapat yaitu 1,98, bekerjasama yaitu 2,31. Siklus III aspek mengemukakan pendapat yaitu 2,42, bekerjasama yaitu 2,57. Penggunaan model Learning Cycle 7E menjadikan siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar, karena siswa terlibat langsung dari awal sampai akhir pembelajaran. Sedangkan nilai rata-rata hasil evaluasi siklus I yaitu 52,95, siklus II yaitu 70,94 dan siklus III yaitu 86,99. Hasil peningkatan tersebut menunjukan bahwa hasil belajar siswa sudah mencapai tujuan yang ditetapkan.

(17)

Kajian penelitian yang ketiga oleh Balta & Sarac (2016) tentang The Effect of 7E Learning Cycle on Learning in Science Teaching: A Metanalysis

Study, menyatakan bahwa by using the learnig cycle students can learn science concepts, fix the incorrect or incomplete knowledge, leran the

concepts profoundly, and adapt the learnings ganied in school to their daily

life. Penelitian ini memperoleh hasil bahwa siklus belajar 7E memiliki efek yang positif pada prestasi belajar siswa. Ukuran keseluruhan efek nilai yang diperoleh dari studi independen dihitung sebagai 1,245 (% 95 CI, SE= 0,148) antara keyakianan interval 956 dan 1,534 sesuai dengan model efek acak. Di antara semua efek ukuran 32 memiliki efek positif sedangkan 3 lain memiliki efek negatif.

Kajian penelitian yang keempat oleh Naqeeb (2015) yang berjudul Improving Student’s Achievement in Biology Using 7E Instructional Model:

An Experimental Study. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan

(18)

Disimpulkan bahwa penggunaan model Learning Cycle 7E lebih efektif dari model pembelajaran tradisional dalam halprestasi siswa.

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir dibuat sesuai dengan latar belakang pada penelitian ini yaitu menemukan sebuah permasalahan pada kelas V (lima) C di SD Negeri Ajibarang Wetan. Permasalahan yang muncul dalam pembelajaran kelas V C adalah rendahnya rasa percaya diri yang dimiliki siswa dan rendahnya prestasi belajar siswa pada pelajaran IPA. Permasalahan tersebut muncul karena siswa masih pasif dan merasa malu ketika bertanya, mengeluarkan pendapat dan di tunjuk ke depan kelas. Siswa menolak untuk maju ke depan kelas, hal ini disebabkan karena siswa takut jika pendapat yang dikeluarkan salah dan ditertawakan oleh siswa lain. Siswa kelas VC hanya saling tunjuk antar teman, sehingga siswa yang berani maju hanya tertentu saja. Perasaan malu siswa muncul karena siswa kurang percaya diri terhadap kemampuan yang dimilikinya, sehingga membuat siswa jarang bertanya ketika mengalami kesulitan memahami materi dan juga kurang memperhatikan guru pada saat pembelajaran berlangsung. Kurangnya percaya diri siswa menyebabkan siswa menerima materi tidak sesuai dengan indikator pembelajaran, hal ini menjadikan prestasi belajar siswa rendah.

(19)

model atau media ketika pembelajaran berlangsung. Model yang akan digunakan yaitu model Learning Cycle 7E berbantu LKS. Model Learning Cycle 7E, diperkuat dengan penelitian sebelumnya oleh Febriana dan Arief

dengan judul penelitiannya yaitu Efektifitas Penerapan Pembelajaran Model Learning Cycle 7E Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Listrik

Dinamis Kelas X MAN Bangkalan, diketahui bahwa diperoleh bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang cukup signifikan antara sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan model Learning Cycle 7E. Peningkatan yang dialami kelas eksperimen 1 berkategori rendah 0%, berkategori sedang sebanyak 88% dan berkategori tinggi sebanyak 12%. Sedangkan peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen 2 berkategori rendah 3%, berkategori sedang 69%, dan berkategori tinggi 28%. Rata-rata hasil analisis keterlaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 berturut-turut adalah 3,6 dan 3,4 termasuk dalam kategori sangat baik, maka penelitian ini mencoba menerapkan model pembelajaran Learning Cycle 7E berbantu LKS untuk meningkatkan rasa percaya diri dan

(20)

Skema Kerangka Pikir

Bagan 2.1 Skema Kerangka Pikir

Kondisi awal Tindakan Kondisi akhir

Dalam siklus I guru mengajarkan K.D 7.1 mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan, dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E berbantu LKS untuk meningkatkan rasa percaya diri dan prestasi belajar siswa kelas V. Jika dalam siklus 1 belum menapai indikator keberhasilan maka perlu adanya perbaikan disiklus selanjutnya

Pada siklus II ini guru mengajarkan KD 7.2 mengidentifikasi jenis-jenis tanah, dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E berbantu LKS untuk meningkatkan rasa percaya diri dan prestasi belajar siswa kelas V.

Siswa kurang aktif Jika dalam siklus I dan siklus

II belum tercapai indikator keberhasilan maka penelitian tetap berlanjut.

Siklus ?

(21)

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka rumusan hipotesis tindakan sebagai berikut:

1. Penggunaan model Learning Cycle 7E berbantu LKS pada materi tanah

kelas V di SD Negeri Ajibarang Wetan dapat meningkatkan rasa percaya diri pada siswa.

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa jurus ia memandang kepadaku. Dan melalui sinar matanya itu seolah-olah mengalirlah perasaan kasih sayang yang mesra yang berlimpah-limpah tercurah dari hatinya ke

This study will address the issue of masculinity represented by the characters in Tiger and Bunny anime and the myths behind the show.. The method used is based on the

sahat muse hamu tu Jakarta (xβas a dependent temporal enhancement clause).. nugga sempat karejo hamu nadua di si (αas an

Puji syukur dihaturkan penulis kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat dan perlindungan – Nya, maka Penilis dapat menyelesaikan laporan skripsi dengan judul

fasilitas parkir, harus ada kendaraan lain yang menunggu untuk memasuki.. tempat pelayanan segera mungkin sesudah tersebut tempat tersebut

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Privasi, Keamanan, Kepercayaan, dan Pengalaman Mahasiswa Akuntansi UPN “Veteran” Yogyakarta Terhadap Niat Bertransaksi Secara Online ” yang

a) Setelah player menyelesaikan permainan, kemudian dilanjutkan dengan memainkan permainan pada level selanjutnya atau player mengirim pesan untuk melakukan play next level

Pengontrolan seperti ini biasa digunakan untuk mengontrol pintu garasi yang bisa membuka dan menutup dengan pengontrolan jarak jauh.. Pengontrolan pintu ini menggunakan