• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Teori - PENERAPAN LATIHAN SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNUIKASI PADA PASIEN ISOLASI SOSIAL DI RUANG SADEWA DI INSTALASI KESEHATAN JIWA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Teori - PENERAPAN LATIHAN SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNUIKASI PADA PASIEN ISOLASI SOSIAL DI RUANG SADEWA DI INSTALASI KESEHATAN JIWA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS - repository perpustakaan"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori

1. Pengertian Isolasi Sosial

Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Klien mungkin merasa ditolak, tidak terima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain. Isolasi sosial merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain maupun komunukasi dengan orang lain. (Deden dan Rusdi, 2013).

(2)

Setelah individu memiliki potensi untuk terlibat dalam hubungan sosial, pada berbagai tingkat hubungan, yaitu hubungan intim yang biasa hingga ketergantungan. Keintiman pada tingkat ketergantungan, dibutuhkan individu dalam menghadapi dan mengatasi kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari. Individu tidak mampu memenuhi kebutuhannya tanpa adanya hubungan dengan lingkungan sosial.

2. Etiologi

a. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi penyebab isolasi sosial meliputi faktor perkembangan, faktor biologis dan faktor sosiokultural. Berikut ini merupakan penjelasan dari faktor predisposisi :

1) Faktor perkembangan

Tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dalam orang lain adalah keluarga. Kurangnya stimulasi maupun kasih sayang dari ibu atau pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak nyaman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri.

2) Faktor komunikasi dalam keluarga

(3)

bertentangan alam waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan di luar keluarga.

3) Faktor sosial budaya

Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan suatu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Gangguan ini juga bisa disebabkan oleh adanya norma-norma yang salah dianut oleh keluarga, dimana setiap anggota yang tidak produktif yang diasingkan dari lingkungan sosialnya. Selain itu, norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap oranng lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif.

4) Faktor biologis

(4)

b. Faktor presipitasi 1) Faktor eksternal

Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang di timbulkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.

2) Faktor internal

Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress terjadi akibat ansietas atau kecemasan yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya (Direja,2011).

3) Perilaku

(5)

4) Rentang Respon

Rentang respon menurut Prabowo, 2014 pada klien dengan isolasi sosial sebagai berikut :

Respon Adaptif Respon Maladaptif

(sumber : Stuart, 2013)

Keterangan :

a) Respon Adaptif

Respon adaptif adalah respons individu menyelesaikan suatu hal dengan cara yang dapat diterima oleh norma-norma masyarakat. Respon ini meliputi :

1) Menyendiri (Solitude)

Respon yang dilakukan individu dalam merenungkan hal yang telah terjadi atau dilakukan dengan tujuan mengevaluasi diri untuk kemudian menentukan rencana-rencana.

Menyendiri

Otonomi

kebersamaan

Independen

Kesepian

Menarik diri

Ketergantungan

Manipulasi

Implusif

(6)

2) Otonomi

Kemampuan individu menentukan dan menyampaikan ide, pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial. individu mampu menetapkan diri untuk interdependen dan pengaturan diri.

3) Kebersamaan (Mutualisme)

Kondisi hubungan interpersonal dimana individu mampu untuk saling memberi dan menerima.

4) Saling ketergantung (Interdependen)

Suatu hubungan saling tergantung antar individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.

b) Respon Maladaptif

Respon Maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah dengan cara yang bertentangan dengan norma agama dan masyarakat. Respon maladaptif tersebut antara lain :

1) Manipulasi

(7)

frustasi dan dapat digunakan sebagai alat berkuasa atas orang lain.

2) Implusif

Respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subjek yang tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu merencanakan, tidak mampu untuk belajar dari pengalaman dan tidak dapat melakukan penilaian secara objektif.

3) Narsisme

Respon sosial ditandai dengan individu memiliki tigkah laku egosentris, harga diri rapuh, berusaha mendapatkan penghargaan dan mudah marah jika tidak mendapat dukungan dari orang lain. Patofisiologi

Menurut Stuart and Sudeen, Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga, yang biasa dialami klien dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan dan kecemasan.

(8)

Klien semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku primitive antara lain pembicaraan yang autistic dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi halusinasi (Dalami dkk, (2009).

3. Proses Terjadinya Masalah

Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya isolasi sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bisa dialami oleh klien dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan dan kecemasan. Perasaan tidak berharga mernyebabkan klien makin sulit dalam mengembangkan berhubungan dengan orang lain. Akibatnya klien menjadi regresi atau mundur, mengalami penurunan dalam aktivitas dan kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri. Klien semakin tenggelam perjalinan terhadap penampilan dan tingkah laku masa lalu serta tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut halusinasi.

4. Tanda dan Gejala

(9)

dikamar. Menolak berhubungan dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan sehari-hari, meniru posisi janin pada saat lahir, sedangkan untuk data subjektif adalah sukar didapat, jika klien menolak komunikasi, beberapa data subjektif adalah menjawab dengan singkat dengan kata-kata “tidak”, “ya” dan “tidak tahu”.

5. Mekanisme Koping

Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi ansietas yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme koping yang sering digunakan adalah proyeksi, splitting(memisah), dan isolasi. Proyeksi merupakan keinginan yag tidak mampu ditoleransi dan klien mencurahkan emosi kepada orang lain karena kesalahan sendiri. Splitting adalah kegagalan individu dalam menginterpretasikan dirinya dalam menilai baik buruk. sementara itu, isolasi merupakan perilaku mengasingkan diri dari orang lain maupun lingkungan. (Sutejo, 2013).

6. Sumber koping

(10)

7. Pohon masalah

Pohon masalah menurut Fitria 2009, pada pasien dengan menarik diri adalah sebagai berikut :

8. Masalah Keperawatan

Masalah keperawatan menurut Yosep (2014). Pada klien dengan isolasi sosial adalah sebagai berikut :

1) Isolasi sosial 2) Harga diri rendah

3) Perubahan persepsi sensori : halusinasi 4) Koping individu tidak efektif

5) Koping keluarga tidak efektif 6) Intoleransi aktivitas

7) Defisit perawatan diri

8) Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko Perubahan Sensori Persepsi : Halusinasi

Halusinasi

Isolasi Sosial

(11)

9. Data yang perlu dikaji :

1) Data subjektif

- Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain

- Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain.

- Klienmengatakanhubungan yang tidak berarti dengan orang lain.

- Respon verbal kurang dan sangat singkat.

- Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu. - Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan. - Klien merasa tidak berguna.

2) Data objektif

- Klien banyak diam dan tidak mau bicara.

- Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat

- Kurang spontan

- Apatis (acuh terhadap lingkungan) - Ekspresi wajah kurang berseri

- Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri

- Tidak ada atau kurang komunikasi verbal - Mengisolasi diri

(12)

10.Tindakan keperawatan

1) Membina hubungan saling percaya, tindakan yang harus dilakukan dalam membina hubungan saling percaya adalah sebagai berikut :

a) Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan klien b) Berkenalan dengan pasien : perkenalkan nama panggilan

yang disukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan klien

c) Menanyakan perasaan dan keluhan klien saat ini

d) Buat kontrak asuhan : apa yang akan dilakukan bersama klien, berapa lama akan dikerjakan dan tempatnya dimana. e) Jelaskan perawat akan merahasiakan informasi yang

diperoleh untuk kepentingan terapi.

f) Setiap saat tunjukan sikap empati terhadap klien g) Penuhi kebutuhan dasar klien saat berinteraksi

2) Membantu klien mengenal penyebab isolasi sosial, langkah-langkah untuk melakukan tindakan ini adalah :

a) Menanyakan pendapat klien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain.

b) Menanyakan apa yang menyebabkan klien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain.

(13)

d) Inventarisir kelebihan klien yang dapat dijadikan motivasi untuk membangun kepercayaan diri klien dalam pergaulan. e) Ajarkan pada klien koping mekanisme yang konstruktif f) Libatkan klien dalam interaksi dan terapi kelompok secara

bertahap.

g) Diskusikan dengan keluarga pentingnya interaksi klien yang dimulai dengan keluarga terdekat

h) Eksplorasi keyakinan agama klien dalam menumbuhkan sikap pentingnya sosialisasi dengan lingkungan sekitar.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial

1. Pengkajian Keperawatan

Data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat di kelompokan menjadi faktor predisposisi, faktor presipitasi, sumber koping dan kemampuan koping yang dimiliki klien (Stuart,2013). Adapun isi dari pengkajian meliputi : identitas klien, keluhan utama atau alasan masuk, faktor predisposisi, aspek fisik atau biologis, aspek psikologis, status mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping dan aspek medik. Data dalam pengkajian dikelompokan dalam dua macam meliputi data subjektif dan data objektif.

a. Isi pengkajian

1) Identitas pengkajian

(14)

dapat dilihat pada rekam medik atau wawancara langsung dengan klien bila memungkinkan.

2) Alasan masuk

Alasan saat masuk atau keluhan utama dapat ditanyakan langsung pada klien. Pada pasien dengan isolasi sosial : menarik diri biasanya ditemukan klien mengatakan bahwa dirinya malas bergaul dan berbicara dengan orang lain dan tidak mau berkomunikasi.

3) Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi sendiri adalah konflik emosional yang terjadi diantara faktor psikologis, faktor sosial budaya dan fakktor biologis (Stuart, 2013). Kepatuhan dalam pengobatan dapat diartikan sebagai perilaku pasien yang menaati semua nasehat dan petunjuk yang dianjurkan oleh kalangan tenaga medis seperti, dokter, perawat dan apoteker. Mengenai segala sesuatu yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan pengobatan, salah satu diantaranya adalah kepatuhan dalam minum obat. Hal ini adalah syarat utama tercapainya keberhasilan tujuan pengobatan yang dilakukan.

b. Faktor pertumbuhan dan perkembangan

(15)

yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi atau lebih komplek melalui proses pematangan atau maturasi dan pembelajaran. Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang harus dilakukan dan berinterkasi dengan orang lain dalam hubungan sosial. Apabila dalam tugas-tugas perkembangan ini ada yang tidak dapat dilalui atau terpenuhi maka akan dapat menghambat tahapan perkembangan sosial yang nantinya dan hal ini yang menjadi penyebab timbulnya suatu masalah. Berikut adalah perkembangan kepribadaian menurut Eick H. Erickson :

1) Masa bayi

(16)

tahap ini tidak tercapai rasa percaya pada lingkungan, maka akan timbul berbagai masalah.

2) Masa bermain

Pada masa ini alat gerak dan rasa telah matang, setelah terjalin rasa percaya terhadap ibu dan lingkungan. Perkembangan otonomi pada periode ini berfokus pada peningkatan kemampuan anak untuk mengontrol tubuh, diri dan lingkungan. 3) Masa Pra Sekolah

Pada tahap ini, anak belajar mengendalikan diri dan memanipulasi lingkungan. Selain itu, pada tahap ini Erickson mementingkan perkembangan pada fase bermain yaitu : identifikasi dengan orang tua, mengembangkan gerakan tubuh, keterampilan bahasa, rasa ingin tahu, imajinasi dan kemampuan menentukan tujuan.

4) Masa Sekolah

Pada tahap ini, anak dapat menghadapi dan menyelesaikan tugas dan perbuatan yang akhirnya dapat menghasilkan sesuatu. Pada usia ini, dunia sosial anak meluas keluar dari dunia keluarga, anak bergaul dengan teman sebaya, guru dan orang dewasa lainnya.

5) Masa Remaja

(17)

identitas ego yang cukup baik. Bagi Erickson pubertas penting bukan karena kematangan seksual, tetapi karena pubertas memacu harapan peran dewasa pada masa yang akan datang, pencarian integritas ego mencapai puncaknya pada tahapan ini, karena remaja krisis pada identitas pada tahap absolescence adalah kesetiaan yaitu setia dalam beberapa pandangan ideologi atau visi masa depan.

6) Masa dewasa muda

Perkembangan psikoseksual tahap ini disebut perkelaminan, keakraban, adalah kemampuan untuk menyatukan identitas diri dengan identitas orang lain tanpa ketakutan kehilangan identitas diri itu. Cinta adalah kesetiaan yang matang sebagai dampak dari perbedaan dasar antara pria dan wanita.

7) Masa Dewasa Tengah

Tahap dewasa adalah waktu menempatkan diri dimasyarakat dan ikut bertanggung jawab terhadap apapun yang dihasilkan dari masyarakat.

8) Masa Dewasa Akhir

(18)

c. Faktor komunikasi dalam keluarga

Gangguan komunikasi pada keluarga merupakan faktor pendukung dapat terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini termasuk dalam masalah komunikasi sehingga menimbulkan ketidakjelasan yaitu suatu keadaan dimana seorang anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu yang bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dalam lingkungan di luar keluarga.

d. Faktor Sosial Budaya

Isolasi sosial atau menarik diri merupakan suatu faktor pendukug terjadinya gangguan dalam interaksi sosial. Hal ini disebabkan oleh noram-norma yang salah dianut oleh keluarga dimana setiap anggota keluarga yang tidak produktif seperti uis lanjut, berpenyakit kronis, dan penyandang cacat diasingkan dari lingungan sosialnya.

e. Faktor biologis

Faktor biologis yang merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam berhubungan sosial yang baik dari seseorang. Faktor biologis sendiri dapat berupa adanya anggota keluarga yang juga memiliki atau pernah mengalami gangguan jiwa

(19)

f. Faktor Presipitasi

Terjadinya gangguan hubungan sosial menurut Ade Surya Herman (2011). Juga dapat ditimbulkan oleh faktor internal dan faktor eksternal dari seseorang. Faktor stressor presipitasi dapat dikelompoan sebagai berikut :

1) Faktor eksternal

Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang ditibulkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga. Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam membina hubungan dengan orang lain.

2) Faktor internal

Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu strees yang terjadi akibat kecemasan atau kecemasan yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya.

2. Pemeriksaan atau keadaan fisik

Pengkajian atau pemeriksaan fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ tubuh. Pada paien dengan isolasi sosial : menarik diri ditemukan kondisi fisik pada saat tidur menyerupai bentuk fetus atau janin

3. Aspek psikososial

(20)

4. Pengelompokan Data a) Data Subjektif

Data subjektif adalah data yang didapat dari klien maupun dari keluarga klien ataupun dari orang terdekat klien. Dalam kasus isolasi sosial : menarik diri ditemukan klien mengatakan malas untuk bergaul dengan orang lain, klien mengatakan dirinya tidak ingin ditemani perawat dan meminta untuk sendirian. Klien juga mengatakan tidak mau berbicara dengan orang lain, tidak mau berkomunikasi dan data tentang klien biasanya dapat pula didapat dari keluarga klien yang mengetahui keterbatasan klien sepeti suami, istri, anak, ibu, ayah, atau teman klien terdekat.

b) Data Objektif

Data objektif yang di dapat dari klien isolasi sosial : menarik diri antara lain meliputi kurang spontan, apatis, ekspresi wajah kurang berseri, tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri, kurang komunikasi verbal, mengisoasi diri, kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya.

c) Diagnosa

1) Isolasi sosial : menarik diri

2) Gangguan konsep diri : harga diri rendah 3) Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi d) Perencanaan

(21)

1) Tujuan umum : klien dapat berinteraksi dengan orang lain 2) Tujuan khusus :

 Klien dapat membina hubungan saling percaya

 Klien dapat mengetahui keuntungan dan kerugian

berhubungan dengan orang lain

 Klien dapat mengidentifikasi penyebab isolasi sosial

 Klien dapat berkenalan dengan orang lain

 Klien dapat menentukan topik pembicaraan

 Klien dapat berinteraksi dengan orang lain secara

bertahap. 3) Intervensi :

 Beri salam terapeutik dan panggil nama klien

 Sebutkan nama perawat dan sambil berjabat tangan  Jelaskan tujuan interaksi

 Jelaskan kontrak yang akan dibuat

 Beri rasa aman dan tunjukan sikap empati

 Beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya

 Bantu klien mengungkapkan alasan klien dibawa

kerumah sakit

 Utamakan memberikan pujian realistik kepada klien

 Beri kesempatan klien mengungkapkan keuntungan

(22)

 Beri kesempatan klien mengungkapkan kerugian

berinteraksi dengan orang lain.

 Beri kesempatan klien mencontohkan teknik

berkenalan dengan orang lain. b. Harga diri rendah

1) Tujuanumum :

Kliendapatmeningkatkanhargadirinyadenganlatihanberpikir positifdankemampuanbersyukuruntukmengenaldirinyasendi ri.

2) Tujuankhusus :

 Klienmampumembinahubungansalingpercaya

 Kliendapatmengidentifikasikemampuanpositif yang

dimiliki

 Kliendapatmenilaikemampuanpositif yang

digunakan.

 Kliendapatmengidentifikasikemampuanbersyukurde

nganlatihanberpikirpositifuntukmengenaldirinyasen diri.

 Kliendapatmengidentifikasipenerimaandirinya.  Kliendapatmerencanakankegiatansesuaidengankema

mpuan yang dimiliki.

 Kliendapatmelakukankegiatan.

(23)

3) Intervensi :

 Binahubunganterapeutikantarakliendanperawat

 Berisalamterapeutikdanpanggilnamaklien  Sebutkannamaperawatdansambilberjabattangan

 Diskusikankemampuandanaspekpositif yang

masihdimilikiklien

 Berikesempatanklienuntukmencobaaspekpositifdan

kemampuanbersyukurmengenaidirinyasendiri  Setiapbertemuklienhindarkanpenilaianagresifdan

negative

 Utamakanpemberianpujianrealistik kepadaklien.

c. Perubahanpersepsisensori : Halusinasi 1) Tujuanumum :

Kliendapatmengontrolhalusinasi 2) Tujuankhusus :

 Kliendapatmembinahubungansalingpercaya  Kliendapatmengenalhalusinasi

 Kliendapatmengontrolhalusinasi

 Klienmemilihcaramengatasiseperti yang telah di

diskusikan

 Kliendapatdukungandarikeluargadapatmengontrolha

lusinasi

(24)

3) Intervensi :

 Binahubungansalingpercayadenganmengungkapkan

prinsipkomunikasiterapeutik

 Sapakliendanpanggilnamakliendenganramah

 Tanya namalenggkapklien

 Jelaskantujuanpertemuaninteraksi

 Beri rasa amandantunjukansikapempatiklien

 Beriperhatiankepadaklien

 Observasitingkahlakuklienterkaitdenganhalusinasi  Bantu klienmengenalhalusinasi yang muncul

 Diskusikandengankliensituasi yang

menimbulkanhalusinasi

 Mengidentifikasibersamakliencaratindakan yang

dilakukanjikaterjadihalusinasi

 Beri reinforcement positifatasusahaklien

 Bantu klienmelatihcaramemutushalusinasi

 Berikesempatanklienuntukmelakukancara yang

(25)

C. Terapi Individu Latihan Komunikasi Terapeutik

a) Pengertian Komunikasi Terapeutik

Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan, dan meningkatkan kontrak dengan orang lain. Komunikasi merupakan proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan non verbal dari informasi dan ide. Dalam ilmu keperawatan, komunikasi merupakan hal yang sangat penting untuk menetapkan hubungan terapeutik antara perawat dan klien (Potter & Perry, 2012).

Dalam Pengertian lain, komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan dan dilakukan untuk membantu penyembuhan atau pemulihan pasien. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi profesional bagi perawat (Faturrochman, 2011)

b) Tujuan Komunikasi

Tujuan adanya proses komunikasi yang terjadi antara perawat dan pasien antara lain :

 Meningkatkan keterampilan komunikasi

 Meningkatkan kepekaan perawat terhadap kebutuhan

pasien

 Mempermudah perkembangan dan perubahan pendekatan

(26)

 Memberikan dasar pembelajaran, yang berarti bahwa

analisis proses interaksi (API) merupakan alat untuk mengkaji kemampuan perawat dalam berinteraksi dengan pasien dan menjadi data bagi pembimbing klinik untuk memberi arahan.

 Membantu perawat dalam menerapkan proses keperawatan.

c) Fungsi Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik yang terjadi antara perawat dan klien memiliki beberapa fungsi sebagai berikut :

 Mendorong dan menganjurkan kerjasama antara perawat

dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien.

 Melalui komunikasi perawat dapat mengungkapkan

perasaan, mengidentifikasi, dan mengkaji masalah, serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam perawatan.  Komunikasi yang baik dapat memberikan pengertian

tingkah laku pasien dan membantu pasien dalam mengatasi masalah yang dihadapi.

 Pada tahap preventif dapat mencegah adanya tindakan yang

negatif terhadap diri pasien. d) Sifat Hubungan Komunikasi Terapeutik

(27)

 Kesadaran diri, kemampuan diri dan meningkatkan

kehormatan diri.

 Identitas pribadi yang jelas dan meningkatkan integritas

pribadi.

 Meningkatkan fungsi dan kemampuan terhadap kebutuhan

yang memuaskan dan mencapai tujuan pribadi yang realistik.

Tujuan diatas dapat dicapai jika perawat memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengekpresikan perasaan, persepsi dan perasaannya.

Komunikasi terapeutik memiliki beberapa perbedaan dengan komunikasi yang dilakukan sehari hari pada aktivitas sosial. Adapun perbedaannya dapat dilihat dalam tabel berikut :

No. Komunikasi Terapeutik Komunikasi Sosial Terjadi antara perawat

dengan pasien atau anggota tim kesehatan.

Terjadi setiap hari antar individu dalam lingkungan pergaulan, maupun lingkungan kerja.

Hubungan komunikasi terjalin lebih akrab karena mempunyai tujuan tertentu

Komunikasi bersifat dangkal karena tidak memiliki tujuan tertentu.

Perawat berperan aktif dalam memberi respons kepada pasien

Pembicaraan tidak memiliki fokus tertentu, hanya mengarah pada kebersamaan dan kesenangan.

Terencana dan terorganisasi dengan baik karena tujuan tertentu.

(28)

D. Penerapan latihan sosialisasi terhadap kemampuan komunikasi pada

pasien skizofrenia dengan isolasi sosial

Dalam melakukan penelitian menggunakan paradigma dalam memandang realitas diartikan sebagai semua yang telah dikonsepkan sebagai sesuatu yang mempunyai wujud. Metode penelitian yang digunakan deskriptif kualitatifyaitu mengemukakan gambaran atau pemahaman (understanding) mengenai bagaimana dan mengapa suatu gejala atau realitas komunikasi terjadi (Purwito, 2007)

Referensi

Dokumen terkait

Sistem pengelolaan pendidikan, penelitian, pelayanan/ pengabdian kepada masyarakat, dan kerjasama harus terintegrasi dengan penjaminan mutu program studi untuk

dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “ Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kayu Produk Ekspor pada CV Aryasena Art

“Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, ROA, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen (Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

“ pendekatan matematika realistik untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan segiempat di SMP N 1 Kapetakan Kabupaten Cirebon”. Serta penelitian yang

Berdasarkan uraian latar belakang diatas serta melihat betapa pentingnya sebuah budaya dan religiusitas seseorang terhadap kinerja sumber daya manusia atau

Kalau ekspresi_boolean bernilai false, m aka Pernyat aan2 n.. Cet ak SELESAI ,

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Cirebon adalah perusahaan milik Pemerintah Daerah Kota Cirebon yang melayani penyediaan air bersih kepada warganya, yang

Hasil dari penelitian ini ditemukan bukti bahwa dengan pemberian insentif quota kinerja individu tertinggi ada pada subjek dengan kondisi penetapan target mudah dan tidak