• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI WILAYAH TEGALLEGA KOTA BANDUNG : Kajian Historis Tahun 1987 – 2005.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI WILAYAH TEGALLEGA KOTA BANDUNG : Kajian Historis Tahun 1987 – 2005."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

KOTA BANDUNG : Kajian Historis Tahun 1987 – 2005

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Pada Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia

OLEH RESTI GISTIANI

0705497

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

WILAYAH TEGALLEGA KOTA BANDUNG :

Kajian Historis Tahun 1987

2005

Oleh Resti Gistiani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Resti Gistiani 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Maret 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)
(4)

Resti Gistiani, 2014

Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 2005

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

(5)

Resti Gistiani, 2014

Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 2005

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

referensi serta dapat memperkaya khazanah pengetahuan dalam pembelajaran Sejarah Lokal, sebagai implementasi dari kurikulum 2013.

ABSTRACT

(6)

Resti Gistiani, 2014

Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 2005

(7)

Resti Gistiani, 2014

Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987

2005

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan dan Batasan Masalah ... 6

1.3Tujuan Penelitian ... 6

1.4Manfaat Penelitian ... 8

1.5Metode Penelitian ... 8

1.6Struktur Organisasi Skripsi ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perubahan Sosial Ekonomi ... 13

2.2 Masyarakat Perkotaan ... 17

2.3 Pembangunan ... 31

2.4 Pengembangan Wilayah ... 37

2.5 Penelitian Terdahulu ... 42

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian ... 50

3.1.1 Penentuan Tema Penelitian ... 51

3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian ... 51

3.1.3 Mengurus Perizinan ... 52

3.1.4 Mempersiapkan Persiapan Penelitian ... 53

(8)

Resti Gistiani, 2014

Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987

2005

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.2.3 Penafsiran Sumber (Interpretasi) ... 61

3.3 Laporan Hasil Penelitian ... 62

BAB IV PROSES PEMBANGUNAN DAN PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI WILAYAH TEGALLEGA 1987-2005 4.1 Gambaran umum Wilayah Tegallega ... 65

4.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif ... 65

4.1.2 Kondisi Demografis ... 69

4.2 Upaya Pemerintah dalam Membangun Wilayah Tegallega (1987-2005) ... 77

4.2.1 Pembangunan Sentra Industri ... 77

4.2.2 Pembangunan Sentra Perdagangan ... 88

4.2.3 Pembangunan Perumahan ... 94

4.2.4 Pembangunan Terminal Angkutan ... 103

4.3 Dampak Pembangunan terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Wilayah Tegallega 1987-2005 ... 107

4.3.1 Urbanisasi dan permasalahannya ... 112

4.3.1.1 Sektor Informal ... 112

4.3.2.2 Pengangguran ... 119

4.3.2.3 Permukiman Kumuh ... 121

4.3.1.2 Perubahan Fungsi Lahan ... 128

4.3.2. Tingkat Pendapatan dan Kesejahteraan Masyarakat di Wilayah Tegallega .... 133

4.3.2.1. Pegawai Pabrik... 134

4.3.2.2. Pengusaha Industri Kecil ... 136

4.3.2.3 Pedagang ... 139

4.3.2.4 Sektor Informal ... 140

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 143

(9)

Resti Gistiani, 2014

Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987

2005

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

RIWAYAT HIDUP PENULIS

DAFTAR TABEL

4.1 Jumlah Penduduk Wilayah Tegallega 1989-2005 ... 65

4.2 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Wilayah Tegallega 1991-2005 ... 68

4.3 Rata-rata Mata Pencaharian Penduduk di Wilayah Tegallega 1989-2005 ... 70

4.4 Banyaknya Perusahaan Industri Brsar dan Sedang di Wilayah Tegallega ... 74

4.5 Sentra Industri di Wilayah Tegallega ... 77

4.6 Jumlah Pasar di Wilayah Tegallega 1989-2005... 84

4.7 Perumahan yang berada di Wilayah Tegallega ... 93

4.8 Banyaknya Tenaga Kerja yang diserap Sektor Industri Besar dan Sedang di Wilayah Tegallega ... 103

4.9 Pendaftaran, Lowongan dan Penempatan Kerja di Kota Bandung ... 114

4.10 Penggunaan Lahan di Wilayah Tegallega... 123

4.11 Harga Bahan Pokok di Kotamadya Bandung ... 128

4.12 Rata-rata Pendapatan dan Pengeluaran Per Bulan Pekerja Pabrik tahun 2005 ... 129

4.13 Rata-rata Pendapatan dan Pengeluaran Per Bulan Pengusaha Industri Kecil (2005) ... 131

4.14 Rata-rata Pendapatan dan Pengeluaran Per Bulan Pedagang tahun 2005 ... 133

(10)

Resti Gistiani, 2014

Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987

2005

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

(11)

Resti Gistiani, 2014

Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 2005

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan sebuah kota, merupakan topik yang selalu menarik untuk dikaji, karena memiliki berbagai permasalahan kompleks yang menjadi ciri khas

dan membedakan antara satu kota dengan kota yang lain. Kota Bandung merupakan salah satu kota besar yang memiliki sejarah panjang dan berperan penting di Indonesia. Kota Bandung dengan berbagai corak masyarakat di dalamnya menjadikan kota ini memiliki ciri khas tersendiri. Kota Bandung adalah Ibukota Provinsi Jawa Barat dan Ibukota Kotamadya Bandung, pernah menjadi Ibukota Keresidenan Priangan dan Kabupaten Bandung, bahkan sempat akan menjadi ibukota pemerintahan Hindia Belanda semasa Indonesia menjadi jajahan Belanda (Katam, 2006 : 2). Secara umum, Kota Bandung dibagi menjadi lima bagian yakni Bandung Utara, Bandung Barat, Bandung Selatan, Bandung Tengah dan Bandung Timur. Sebenarnya tidak ada perbedaan mendasar antara kelima wilayah ini, karena pada umumnya kota tumbuh mengikuti irama masyarakatnya. Namun, seiring dengan pertumbuhannya, masing-masing wilayah kemudian berkembang dan memiliki kekhasan maupun keistimewaannya tersendiri (Panitia Hari Buku Nasional IKAPI Jawa Barat, 2008 : 17).

Pemerintah Kota Bandung membuat suatu perencanaan kota yang tertuang dalam Rencana Induk Kotamadya (RIK) Bandung. Rencana Induk ini kemudian dijadikan dasar dalam pengembangan dan pembangunan di Kota Bandung.. Dalam Rencana Induk Kotamadya Bandung tersebut dijelaskan bahwa Kota

Bandung memiliki program pembangunan yang menjadikan Bandung sebagai kota dengan 5 fungsi. Sesuai dengan potensi yang dimiliki, telah ditetapkan fungsi

(12)

4. Pusat pendidikan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan, 5. Pusat Pariwisata dan Kebudayaan (Dinas Tata Kota Kotamadya Bandung, 1985 : III-11). Salah satu fungsi dari Kota Bandung adalah sebagai pusat perindustrian, Kebijakan-kebijakan pemerintah saat itu, kemudian merangsang tumbuhnya berbagai industri dan pabrik di Kota Bandung. Dengan kemunculan industri di Kota Bandung kemudian menyebabkan terbukanya perkembangan di berbagai bidang dan

membawa perubahan bagi masyarakat Kota Bandung itu sendiri.

Berdasarkan PP No 16 tahun 1987, wilayah administratif Kota Bandung diperluas dari 8.098 Ha menjadi 17.000 Ha. Dari perluasan wilayah inilah kemudian Kota Bandung dibagi menjadi beberapa wilayah pembangunan. Pembagian wilayah pengembangan ini disesuaikan dengan keadaan dan potensi masing-masing wilayah. Dalam kurun waktu 1987-2005 banyak terjadi perubahan di Kota Bandung, dipicu oleh pertumbuhan sentra-sentra industri dan bisnis yang tersebar di seluruh wilayah Kota Bandung.

Salah satu wilayah yang berkembang dengan cukup pesat adalah wilayah Bandung bagian selatan yaitu Wilayah Tegallega. Wilayah Tegallega pada awalnya merupakan kawasan pertanian dan kawasan pemukiman penduduk, namun sejak munculnya industri-industri besar maupun kecil di wilayah ini kemudian membawa perubahan baik bagi lingkungan fisik maupun keadaan masyarakatnya.

Kelahiran dunia industri membutuhkan banyak tenaga kerja, baik tenaga terampil tingkat atas, menengah maupun tenaga kasar. Kebutuhan akan tenaga kerja ini kemudian diikuti dengan proses urbanisasi yang tinggi (Hariyono, 2007 : 63). Pertumbuhan industri yang menjanjikan kesempatan kerja yang lebih besar

dan beragam mengakibatkan terjadinya arus urbanisasi dari daerah sekitar Kota Bandung, bahkan dari luar Provinsi Jawa Barat ke dalam Wilayah Tegallega.

(13)

Proyek-proyek seperti pembangunan perumahan, sentra perdagangan, transportasi maupun prasarana dan fasilitas masyarakat semakin marak. Sejak 1980-an, dimulai proyek pembangunan dalam skala besar yang sebagian besar dikelola oleh para pemodal swasta. Para pemodal ini mendirikan pusat-pusat pertokoan maupun perumahan yang sebagian ditujukan kepada masyarakat golongan menengah ke-atas. Untuk kepentingan lalu lintas, dibangun pula jaringan jalan baru seperti Jl.

Lingkar Selatan, Jl. Soekarno Hatta dan Jl. Jenderal Soedirman, di sepanjang jalan inilah kemudian muncul berbagai industri, usaha angkutan, ruang pajang

(showroom) mobil dan perusahaan-perusahaan lain. Pada awal 1990 dimulai

pembuatan jalan tol Padalarang-Cileunyi (Padaleunyi) yang melingkari wilayah bandung bagian selatan (Voskuil, 1996 : 192-194).

Pembangunan di Wilayah Tegallega tersebut tidak hanya membawa pengaruh positif, akan tetapi penduduk yang semakin padat kemudian membawa problematikanya tersendiri. Misalnya masalah perkembangan kota yang ditandai dengan perluasan wilayah dan masalah permukiman. Pada saat yang sama muncul pula masalah kesejahteraan masyarakat seperti banyaknya pengangguran, munculnya sektor informal dan menjamurnya permukiman kumuh. Hal ini akibat dari laju urbanisasi yang tinggi, namun daerah tersebut belum sepenuhnya siap menampung kedatangan para urbanisan secara tertata (Hariyono, 2007 : 83).

Pembangunan yang memerlukan lahan, mengakibatkan kawasan terbangun bertambah dan kebutuhan akan lahan meningkat. Kebutuhan akan lahan tersebut mengakibatkan adanya pergeseran penggunaan lahan atau konversi. Areal-areal yang awalnya merupakan lahan pertanian kemudian berubah menjadi wilayah pemukiman atau industri. Lahan pertanian semakin berkurang dari tahun ke tahun

dan beralih fungsi penggunaannya. Hal ini juga tentu menimbulkan dampak bagi masyarakat yang memiliki tanah di daerah ini, tanah tersebut dibeli dan dijadikan

lahan komersil oleh para pemodal.

(14)

ditujukan bagi masyarakat menengah ke atas. Dalam hal penyediaan permukiman penduduk, sejak tahun 1980-an pemerintah mengadakan program pengadaan perumahan yang terjangkau oleh masyarakat seperti Perumnas dan KPR-BTN. Namun pengadaan perumahan ini belum menjangkau semua kalangan masyarakat sehingga masyarakat yang berpenghasilan rendah tidak mampu membelinya. Akibatnya banyak masyarakat tinggal di rumah-rumah petak dan sempit bahkan

menggunakan lahan-lahan illegal, dan muncullah pemukiman-pemukiman kumuh. Banyaknya pendatang yang tidak memiliki pendidikan maupun keahlian yang cukup menambah golongan masyarakat miskin. Jumlah masyarakat tidak seimbang dengan lapangan pekerjaan yang tersedia, hal ini menyebabkan banyaknya pengangguran dan susahnya mencari pekerjaan. Penduduk yang datang dari desa, tanpa pendidikan dan keahlian, tak punya keterampilan sebagai modal kerja, apalagi punya uang untuk berdagang, akhirnya mereka semua tersuruk-suruk menggeluti sektor informal di kota. Bidang kerja yang mereka pilih berkisar pada apa yang disebut “dead-end jobs” seperti tukang beca, buruh, pedagang

asongan, pembantu, tukang sayur, pemulung, tukang semir sepatu, atau “front

-porch business” seperti warung kecil, tukang rokok, tukang jahit dan tukang cukur. Karena penghasilannya minim, maka masyarakat seperti ini tidak mampu menjangkau program perumahan rakyat seperti Perumnas atau BTN sehingga mereka terpaksa menempati lahan-lahan illegal. Hal ini mengakibatkan daerah perkampungan kumuh (slums area) tumbuh dengan pesat (Kunto, 1992 : 210). Dalam mengatasi permukiman kumuh ini pemerintah juga mencanangkan program perbaikan kampung namun program ini hanya mencakup sebagian kecil Wilayah Tegallega, sedangkan sisanya masih belum mengalami perbaikan.

Perkembangan yang terjadi di Wilayah Tegallega menjadi permasalahan tersendiri bagi masyarakat dan pemerintah. Di satu sisi pembangunan diperlukan

(15)

memiliki daya saing dan kemampuan, akan sulit untuk bertahan dalam keadaan daerahnya yang dinamis. Karenanya, muncul golongan masyarakat yang termarjinalkan, mereka yang tidak mampu beradaptasi kemudian menjadi terpinggirkan. Masyarakat yang terpinggirkan tersebut sebagian menjalani pekerjaan di bidang sektor informal. Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah melalui kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan nampaknya belum mampu

menangani urbanisasi dan permasalahan yang timbul karenanya. Permasalahan-permasalahan tersebut membuat penulis merasa tertarik untuk melakukan kajian lebih dalam mengenai keadaan sosial ekonomi masyarakat di Wilayah Tegallega, Kota Bandung.

Penelitian mengenai Kota Bandung secara umum sudah banyak dilakukan, akan tetapi kajian yang menyoroti Wilayah Tegallega masih sangat terbatas. Kebanyakan tulisan-tulisan tentang daerah ini mengkaji sejarah dan pemerintahan, adapun mengenai kehidupan sosial ekonomi masyarakat masih sulit ditemui. Wilayah Tegallega sendiri merupakan salah satu wilayah pembangunan di Kota Bandung yang sangat terlihat perkembangannya dalam berbagai bidang. Dalam beberapa tahun, wilayah ini berubah yang pada awalnya daerah pertanian dan pemukiman, sejak dekade 1970-an berkembang menjadi kawasan industri dan komersial yang berperan penting bagi Kota Bandung. Akan tetapi, perkembangan ini juga membawa dampak negatif bagi masyarakat sekitar akibat terjadinya urbanisasi berlebih. Permasalahan seperti pergeseran lahan, pengangguran, dan pemukiman kumuh muncul seiring dengan perkembangan yang terjadi. Pemerintah sendiri sudah banyak berupaya untuk menangani masalah-masalah tersebut, akan tetapi masih belum mampu menangani hal tersebut dengan baik

(Voskuil, 1996 : 192). Karenanya, penulis merasa tertarik untuk mengkaji mengenai Perubahan Sosial Ekonomi masyarakat di Wilayah Tegallega

1987-2005.

(16)

Selatan, khususnya Wilayah Tegallega. Hal ini menunjukan adanya perubahan yang terjadi pada masyarakat daerah tersebut karena adanya perluasan wilayah. Adapun tahun 2005 diambil sebagai batas akhir kajian ini, karena penulis menganggap untuk mengkaji kehidupan sosial ekonomi dirasa cukup mengalami perubahan selama 18 tahun. Di tahun 2005 pula merupakan akhir Rencana Induk Kota Bandung yang dimulai sejak 1985 untuk kemudian disusun kembali. Hal ini

juga menunjukan adanya perubahan pola pembangunan Kota Bandung setelah 2005 karena perencanaannya yang juga berubah. Jadi tahun 1987-2005 merupakan tahun yang sesuai dengan kajian yang dibahas karena corak pembangunan yang masih mempergunakan Rencana Induk yang sama.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merasa tertarik untuk mengkaji mengenai perubahan sosial ekonomi Kota Bandung untuk kemudian direalisasikan dalam skripsi yang berjudul “Perubahan Sosial Ekonomi di Wilayah Tegallega, Kota Bandung : Kajian Historis Tahun 1987-2005”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah utama yang akan dikaji adalah

Bagaimana perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat di Wilayah Tegallega

1987-2005. Agar pembahasan lebih terfokus, maka penulis mengembangkannya dalam

beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah kondisi sosial ekonomi masyarakat di Wilayah Tegallega Kota Bandung sebelum tahun 1987 ?

2. Bagaimanakah proses pembangunan di Wilayah Tegallega sejak 1987-2005 ?

3. Bagaimanakah dampak pembangunan terhadap kehidupan sosial-ekonomi masyarakat di Wilayah Tegallega selama 18 tahun (1987-2005) ?

1.3 Tujuan Penelitian

(17)

pelajaran berharga dari peristiwa sejarah di masa lampau agar menjadi pijakan dalam melangkah ke depan, sedangkan tujuan khususnya adalah untuk memaparkan perubahan sosial ekonomi masyarakat Wilayah Tegallega dari tahun 1987-2005. Selain itu penulisan skripsi ini bertujuan untuk :

1. Mendeksripsikan mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat di Wilayah Tegallega sebelum terjadinya perluasan wilayah. Gambaran

umum Wilayah Tegallega ini meliputi : kondisi geografis, keadaan administratif serta keadaan sosial ekonomi masyarakat di Wilayah Tegallega Kota Bandung sebelum terjadinya perluasan wilayah pada tahun 1987.

2. Menjelaskan mengenai pembangunan dan perkembangan yang terjadi di Wilayah Tegallega secara fisik. Hal ini meliputi perkembangan industri, perkembangan sentra-sentra bisnis, pembangunan sarana transportasi dan perkembangan permukiman di Wilayah Tegallega.

3. Mendeskripsikan mengenai dampak pembangunan yang dilakukan di Wilayah Tegallega dan menyebabkan terjadinya perubahan baik dalam kehidupan sosial maupun ekonomi masyarakat didalamnya. Hal ini meliputi permasalahan urbanisasi, perubahan fungsi lahan, serta tingkat kesejahteraan masyarakat di Wilayah Tegallega.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari penelitian mengenai Perubahan Sosial-Ekonomi Masyarakat di Wilayah Tegallega pada tahun 1987-2005 ini, diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain :

1. Bagi penulis, dapat menghasilkan sebuah karya ilmiah sebagai aplikasi teori yang didapat selama perkuliahan untuk menarik sebuah kesimpulan dari

(18)

2. Bagi Sekolah-sekolah, dapat dijadikan bahan ajar kajian Sejarah Lokal dalam pembelajaran Sejarah. Dapat dijadikan sumber rujukan bagi penulisan karya ilmiah lainnya.

3. Bagi Pemerintahan Kota Bandung, dapat dijadikan sebagai referensi untuk pengembangan Kota Bandung dan memperkaya penulisan Sejarah Kota Bandung. 4. Bagi Masyarakat, dapat dijadikan suatu referensi dan bahan bacaan.

Memberikan pengetahuan mengenai Kota Bandung, khususnya mengenai keadaan sosial ekonomi masyarakat Kota Bandung dari tahun 1987 hingga tahun 2005. Selain itu, dapat memberikan gambaran bagi generasi muda mengenai kotanya.

1.5 Metode Penelitian

Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah Metode Historis, yaitu proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Metode ini merupakan sebuah cara bagaimana mengetahui sejarah dengan tahapan tertentu (Sjamsuddin, 2007 : 14). Adapun tahapan-tahapan tersebut diwujudkan dalam suatu prosedur penelitian Sejarah yang dikemukakan Louis Gottschalk (1975 : 32), yang terdiri dari empat langkah kegiatan yang saling berurutan sehingga yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Keempat langkah tersebut yaitu Heuristik (pencarian atau penemuan sumber), Kritik sumber, Interpretasi (penafsiran) dan Historiografi (penyajian dalam bentuk cerita sejarah).

1.5.1 Heuristik (pencarian atau penemuan sumber)

Sebagai langkah pertama dalam penelitian sejarah ini adalah Heuristik. Heuristik merupakan kegiatan untuk mencari atau menghimpun data dan

sumber-sumber sejarah atau bahan untuk bukti sejarah seperti dokumen, naskah atau arsip, surat kabar, maupun buku-buku referensi lain yang ada kaitannya dengan

permasalahan yang akan dibahas.

(19)

dengan permasalahan yang diangkat, dengan mengunjungi berbagai perpustakaan dan toko buku. Selain itu juga peneliti mencari sumber yang berhubungan langsung dengan permasalahan yaitu dengan mengunjungi Lembaga-lembaga pemerintahan dan Lembaga-lembaga pemerhati Kota Bandung, seperti Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian Perdagangan, Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya, Badan Pusat Statistik, Arsip dan Perpustakaan Daerah serta Kantor-kantor

Kecamatan yang berada di Wilayah Tegallega. Langkah ketiga adalah mencari beberapa narasumber untuk diwawancarai mengenai keadaan Wilayah Tegallega pada tahun 1987 hingga 2005.

1.5.2 Kritik Sumber

Kritik sumber adalah tahap penilaian atau pengujian terhadap sumber-sumber sejarah yang telah dikumpulkan dilihat dari sudut pandang nilai kebenarannya. Kebenaran dari sumber-sumber sejarah ini dapat diteliti secara otensitas maupun kredibilitasnya, sehingga benar-benar dapat teruji keasliannya. Dalam kritik sumber peneliti melakukan dua cara yaitu kritik ekstern dan kritik intern.

1.5.2.1. Kritik ekstern

Kritik ekstern dapat digunakan untuk menentukan keaslian dan keontetikan suatu sumber sejarah. Dalam penulisan skripsi ini peneliti melakukan kritik ekstern terhadap sumber yang berupa dokumen, arsip dan laporan lembaga. Hal ini berusaha menjawab pertanyaan keaslian sumber sejarah misalnya : kapan dan dimana serta dari bahan apa sumber tersebut ditulis, sumber utamanya merupakan sumber-sumber sejarah yang sejaman.

1.5.2.2. Kritik intern

Penulis melakukan kritik intern dengan tujuan untuk mencari nilai pembuktian yang sebenarnya dari isi sumber sejarah. Kritik intern dilakukan

(20)

Kritik intern ini berusaha menjawab pertanyaan bagaimana nilai pembuktian yang sebenarnya dari sumber itu berhubungan dengan hasil yang diperoleh. Untuk itu diperlukan dua cara yaitu : pertama, penilaian intrinsik sumber yaitu proses yang dimulai dengan menentukan sifat dari sumber-sumber itu, apakah sumber tersebut cocok dengan kajian penelitian atau tidak agar peneliti tidak terjebak dalam pemakaian sumber yang asal-asalan. Kedua, membandingkan

kesaksian-kesaksian berbagai sumber yaitu dimana proses ini dilakukan dengan cara menjelaskan kesaksian dari sumber yang ada sehingga mirip, mana yang sesuai dengan kajian penulis dan mana yang tidak perlu diambil sehingga akan mendapatkan sumber-sumber yang saling berkaitan dan berbobot. Kritik intern dilakukan dengan membandingkan antara data yang satu dengan data yang lainnya, yang merupakan hasil studi kepustakaan. Tujuan dari kritik intern ini adalah untuk menetapkan kebenaran dan dapat dipercaya isi dari sumber tersebut. 1.5.3 Interpretasi

Langkah selanjutnya adalah interpretasi, yaitu usaha untuk mewujudkan rangkaian fakta yang bersesuaian satu dengan yang lain dan menetapkan artinya. Atau usaha untuk menetapkan makna yang saling berhubungan dari fakta yang satu dengan fakta yang lain. Proses menyusun, merangkaikan antara satu fakta sejarah dengan fakta sejarah yang lain, sehingga menjadi satu kesatuan yang dapat dimengerti dan bermakna. Tujuannya agar data yang ada mampu untuk mengungkap permasalahan yang ada sehingga diperoleh pemecahannya. Dalam proses interpretasi tidak semua fakta dapat dimasukkan tetapi harus dipilih mana yang relevan dengan gambaran cerita yang hendak disusun.

1.5.4 Historiografi

Historiografi merupakan langkah terakhir dari metode sejarah yang penulis lakukan. Tahap ini merupakan langkah penulisan sejarah yang disusun secara

(21)

informasi mengenai penulisan skripsi ini, dilakukan beberapa teknik penelitian sebagai berikut :

1. Studi Kepustakaan

Di dalam studi kepustakaan akan diperoleh data yang bersifat primer dan sekunder. Penulis melakukan studi kepustakaan dengan mengumpulkan sumber

dari buku-buku, arsip tertulis, majalah, koran, jurnal dan internet. Tentunya sumber-sumber tersebut dapat dipercaya kebenarannya. Penulis juga mengadakan penelitian lapangan untuk mendapatkan bukti-bukti sejarah, baik primer maupun sekunder yang sesuai dengan masalah yang diteliti.

2. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah penelitian yang dilakukan terhadap informasi yang didokumentasikan dalam rekaman, gambar, suara, tulisan dan sebagainya. Bentuk rekaman biasanya dikenal dengan penelitian analisis dokumen atau analisis isi. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data sekunder. Studi dokumentasi ini dilakukan pada lembaga-lembaga yang diperkirakan memiliki data-data yang dibutuhkan dalam penelitian, yang berupa hasil foto, film, sensus atau statistik, laporan penelitian, brosur dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan objek yang diteliti.

3. Teknik Wawancara

Peneliti juga mencari sumber lisan yaitu melakukan wawancara dengan penduduk yang hidup dan tinggal di kawasan Bandung bagian Selatan pada tahun 1987-2005. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan dengan cara mengajukan pertanyaan yang dijawab secara lisan oleh narasumber. Dengan

menggunakan daftar pertanyaan terstruktur, yang didalamnya terdapat pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian yang akan dikaji.

1.6 Struktur Organisasi Skripsi

(22)

Bab I, merupakan pendahuluan dari penulisan. Dalam bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah yang didalamnya memuat penjelasan mengapa masalah yang diteliti timbul dan penting untuk dikaji, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab II, Kajian kepustakaan. Bab ini berisi tentang berbagai pendapat bersumber pada literature yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dikaji

yaitu mengenai Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat di Wilayah Tegallega tahun 1987-2005.

Bab III, Metodologi Penelitian. Dalam bab ini diuraikan tentang metode dan teknik penelitian yang digunakan penulis dalam mencari sumber-sumber dan cara pengolahan sumber yang dianggap relevan dengan permasalahan yang dikaji.

Bab IV, Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat di Wilayah Tegallega tahun 1987-2005. Dalam bab ini diuraikan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan seluruh hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis. Uraian tersebut berdasarkan pertanyaan penelitian yang dirumuskan pada bab pertama. Dalam hal ini uraian dibagi ke dalam beberapa bagian, yang pertama yaitu gambaran umum Bandung bagian selatan atau Wilayah Tegallega, kemudian mengenai pembangunan yang terjadi di Wilayah Tegallega tahun 1987-2005, ketiga mengenai kondisi masyarakat setelah terjadinya perluasan wilayah dan pembangunan di Wilayah Tegallega 1987, dan keempat mengenai perubahan sosial dan ekonomi yang terjadi di Wilayah Tegallega sebagai dampak dari proses pembangunan yang terjadi.

Bab V, Kesimpulan. Pada bab ini berisi kesimpulan dari keseluruhan deskripsi dan beberapa saran yang bermanfaat bagi beberapa pihak yang

(23)

Resti Gistiani, 2014

Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 2005

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai langkah, prosedur atau metodologi penelitian yang digunakan penulis dalam mengkaji mengumpulkan fakta yang berkaitan dengan permasalahan dalam judul skripsi “Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat di Wilayah Tegallega, Kota Bandung : Kajian Historis Tahun 1987-2005”.

A. Metode dan Teknik Penelitian

Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode historis, penggunaan metode historis ini merupakan cara dalam menjawab permasalahan tentang perubahan sosial ekonomi masyarakat di Wilayah Tegallega. Menurut Helius Sjamsuddin, metode historis ini merupakan sebuah cara bagaimana

mengetahui sejarah dengan tahapan-tahapan tertentu (Sjamsuddin, 2007: 14). Adapun langkah-langkah yang diambil dalam menyusun skripsi dengan

mempergunakan metode historis ini yaitu Heuristik, Kritik, Interpretasi dan Historiografi. Sedangkan dalam melakukan analisis terhadap permasalahan yang menjadi kajian dalam skripsi ini, peneliti menggunakan pendekatan interdisipliner yaitu pendekatan yang dilakukan dalam proses pemecahan suatu masalah dengan menggunakan pendekatan ilmu yang masih satu rumpun dan masih berkaitan..

(24)

Resti Gistiani, 2014

Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 2005

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Sjamsuddin, 2007: 304). Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur, teknik wawancara dan studi dokumentasi. Teknik studi literature dilakukan dengan cara membaca dan mengkaji berbagai buku yang dapat membantu penulis dalam meneliti permasalahan yang diangkat. Berkaitan dengan ini, dilakukan kunjungan ke perpustakaan-perpustakaan yang berada di wilayah Bandung. Setelah literatur terkumpul dan cukup relevan sebagai acuan penelitian, maka penulis mulai mempelajari, mengkaji dan mengidentifikasi serta memilih sumber yang dapat dipergunakan.

Untuk teknik wawancara dilakukan sebagai cara untuk memperoleh data, hal ini diperlukan karena sumber tertulis yang didapat belum cukup dalam mengkaji permasalahan mengenai Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat di Wilayah Tegallega tahun 1987-2005 sehingga wawancara dijadikan sebagai upaya untuk mengumpulkan lebih banyak data. Wawancara dilakukan penulis di sekitar Wilayah Tegallega yang meliputi 5 Kecamatan yaitu Bandung Kulon, Bojongloa

Kaler, Bojongloa Kidul, Babakan Ciparay dan Astana Anyar. Wawancara ini dilakukan kepada warga sekitar daerah tersebut, yaitu warga pribumi, warga

pendatang (kaum migran), para pengusaha dan pemerintah daerah setempat. Teknik wawancara yang dilakukan yaitu dengan wawancara formal dan informal yang diawali dengan membuat daftar pertanyaan yang akan dijawab oleh narasumber. Dalam wawancara ini, studi literatur juga diperlukan untuk mendukung informasi-informasi yang didapat dari wawancara dengan merajuk pada buku-buku referensi yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji. Studi dokumentasi juga dilakukan dalam proses penelitian ini, hal tersebut dilakukan untuk memperoleh informasi yang diabadikan dalam rekaman, foto/gambar, serta tulisan.

(25)

Resti Gistiani, 2014

Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 2005

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.1 Persiapan Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, terdapat beberapa tahap yang harus penulis lakukan. Tahap persiapan penelitian ini merupakan langkah awal yang menentukan keberhasilan tahap selanjutnya. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain: menentukan tema penelitian, menyusun rancangan penelitian, mengurus perizinan, menyiapkan perlengkapan penelitian dan proses bimbingan.

3.1.1 Penentuan Tema Penelitian

Tahap ini merupakan tahap yang paling awal dalam memulai pelaksanaan penelitian. Pada tahap ini penulis melakukan proses memilih dan menentukan topik yang akan dikaji. kemudian penulis melakukan pencarian sumber atau melaksanakan pra penelitian mengenai masalah yang akan dikaji baik melalui observasi ke lapangan atau dengan mencari dan membaca berbagai sumber

literature yang berhubungan dengan tema yang dikaji.

Penulis pada awalnya mengajukan tema mengenai sejarah lokal yang kemudian dijabarkan dalam judul “Perkembangan Kota Bandung : Kajian Historis tentang Perubahan Sosial Ekonomi di Kota Bandung tahun 1917-1945”. Judul tersebut kemudian diajukan kepada Tim Pertimbangan dan Penulisan Skripsi (TPPS) Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI. Langkah selanjutnya setelah judul tersebut disetujui TPPS, penulis mulai menyusun suatu rancangan penelitian yang kemudian dituangkan dalam bentuk proposal skripsi.

3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian

(26)

Resti Gistiani, 2014

Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 2005

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

skripsi. Pada dasarnya sistematika dari rancangan proposal skripsi ini didalamnya memuat :

1. Judul Penelitian

2. Latar Belakang Masalah dalam bentuk deskriptif 3. Rumusan dan Pembatasan Masalah

4. Tujuan Penelitian 5. Manfaat Penelitian

6. Tinjauan Kepustakaan yang berisi mengenai daftar literature yang digunakan

7. Metodologi penelitian yang dipaparkan secara singkat 8. Sistematika Penelitian

9. Daftar Pustaka

Proposal penelitian yang dibuat penulis kemudian diajukan dan dipertimbangkan dalam seminar pra-rancangan penelitian skripsi/karya ilmiah

melalui surat keputusan yang dikeluarkan TPPS dengan No. 008/TPPS/JPS/2011 serta penunjukan calon pembimbing I dan pembimbing II. Seminar dilaksanakan

tanggal 25 Januari 2011. Dan selanjutnya dikeluarkan Surat Keputusan dari TPPS untuk penunjukan Pembimbing I dan II. Rancangan tersebut kemudian disetujui dengan adanya beberapa perubahan dan perbaikan baik dari judul maupun isi dari proposal. Setelah dilaksanakan proses bimbingan, dengan beberapa pertimbangan kemudian judul skripsi mengalami beberapa perubahan yang akhirnya diputuskanlah judul “Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat di Wilayah Tegallega, Kota Bandung : Kajian Historis Tahun 1987-2005”.

3.1.3 Mengurus Perizinan

(27)

Resti Gistiani, 2014

Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 2005

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Jurusan Pendidikan Sejarah untuk mengajukan permohonan melaksanakan pra-penelitian dan pra-penelitian ke Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) untu memperoleh izin dari Dekan FPIPS yang kemudian diajukan lagi ke Rektorat Universitas Pendidikan Indonesia. Adapun surat-surat perijinan itu diajukan kepada :

1. Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Bandung.

2. Badan Pusat Statistik Kota Bandung 3. Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah

4. Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung 5. Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung

6. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu

7. Kecamatan-kecamatan yang berada di wilayan Kota Bandung bagian selatan

3.1.4 Mempersiapkan Peralatan Penelitian

Perlengkapan penelitian merupakan salah satu aspek yang penting dalam pelaksaan penelitian. Agar mendapatkan hasil penelitian yang maksimal, perlengkapan penelitian ini harus dipersiapkan dengan baik. Adapun perlengkapan yang dibutuhkan selama penelitian, diantaranya :

1. Surat Perijinan

2. Instrumen Wawancara 3. Catatan Lapangan 4. Alat Perekam 5. Kamera foto

3.1.5 Proses Bimbingan

(28)

Resti Gistiani, 2014

Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 2005

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ditetapkan oleh TPPS melalui surat keputusan dari TPPS dengan No. 008/TPPS/JPS/2011 ditetapkan bahwa dosen pembimbing I ialah Dra. Murdiyah Winarti, M,Hum dan pembimbing II ialah Drs. Ayi Budi Santosa, M,Si. Bimbingan ini sangat diperlukan untuk membantu penulis dalam menentukan langkah yang tepat dalam proses penyusunan laporan penelitian yang dilakukan secara bertahap. Pada tahap ini penulis diberikan arahan dan masukan yang dapat membantu serta memudahkan dalam proses penelitian oleh para dosen pembimbing. Selain itu, penulis juga diberikan kritik dan saran serta masukan agar skripsi ini menjadi terarah dan tepat sasaran. Dalam proses bimbingan pula, judul skripsi mengalami perubahan dalam kurun waktu (tahun) kajian yang tadinya tahun 1917-1945 menjadi 1987-2005. Hal ini diperlukan mengingat berbagai pertimbangan seperti ketersediaan dokumen, kurangnya narasumber dan beberapa hal lain yang akan menghambat apabila kurun waktu (tahun) yang ada tidak diganti.

Dalam proses bimbingan ini, pembimbing I sangat berkontribusi besar dalam penyelesaian penulisan laporan penelitian ini, beliau telah membantu

penulis dalam penentuan kajian yang akan dibahas. Proses bimbingan dapat berjalan antara penulis dengan pembimbing I setelah sebelumnya penulis menghubungi pembimbing dan kemudian membuat kesepakatan jadwal pertemuan antara penulis dan pembimbing.

Proses bimbingan juga dilakukan dengan pembimbing II, dalam hal ini pembimbing II lebih memberikan arahan kepada sistematika penulisan dan segi tata bahasa dari skripsi yang dibuat. Selain itu pembimbing juga memberikan beberapa pendapat dan saran bagi isi pembahasan skripsi. Selama proses bimbingan, penulis mendapatkan banyak masukan dari kedua pembimbing yang harus dilakukan dalam penulisan laporan. Proses bimbingan ini telah membantu penulis dalam penelitian yang dilakukan dan penulisan laporannya.

(29)

Resti Gistiani, 2014

Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 2005

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pelaksanaan penelitian merupakan faktor yang penting dalam rangkaian proses penelitian. Tahapan awal yang harus dilakukan adalah terlebih dahulu menentukan topik yang akan dikaji. Adapun pelaksaan penelitian terbagi kedalam beberapa tahapan yang sesuai dengan metode sejarah, yaitu :

3.2.1 Pengumpulan Sumber (Heuristik)

Heuristik merupakan langkah awal yang dilakukan dalam proses penelitian. Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan sumber yang relevan dan berkaitan dengan permasalahan yang dikaji yaitu tentang Perubahan sosial ekonomi masyarakat di Wilayah Tegallega, sumber sejarah yang digunakan berupa sumber tertulis dan sumber lisan.

a. Pengumpulan Sumber Tertulis

Dalam pengumpulan sumber tertulis, penulis berusaha mencari berbagai dokumen-dokumen yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji. Sumber-sumber tersebut berupa buku, arsip dan dokumen, artikel, surat kabar maupun

karya tulis ilmiah yang relevan. Untuk memperoleh sumber tersebut, penulis mengunjungi beberapa tempat, sebagai berikut :

1. Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia, Perpustakaan Daerah Jawa Barat, Perpustakaan Angkatan Darat, Perpustakaan Museum Asia Afrika, dan Rumah Buku Kineruku.

2. Badan Pusat Statistik Kota Bandung dan Provinsi Jawa Barat 3. Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung

4. Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian Perdagangan 5. Arsip dan Perpustakaan Kota Bandung

(30)

Resti Gistiani, 2014

Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 2005

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Induk Kota), data-data industri serta profil kota dan kecamatan. Adapun hasil yang didapat dari Perpustakaan dan toko-toko buku yang dikunjungi, penulis menemukan buku-buku yang membahas mengenai Kota Bandung di Rumah Buku Kineruku, Perpustakaan Daerah Jawa Barat dan Perpustakaan Angkatan Darat, buku lainnya yang penulis cari adalah tentang metode penelitian sejarah dan buku-buku yang menjelaskan konsep-konsep yang diangkat dalam penelitian seperti konsep migrasi, perubahan sosial maupun masyarakat perkotaan, buku buku ini penulis temukan di perpustakaan UPI, Perpustakaan Museum KAA dan toko-toko buku yang berada di wilayah Bandung.

b. Pengumpulan Sumber Lisan

Penggunaan sumber lisan dalam penelitian tentang Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat di Wilayah Tegallega tahun 1987-2005 merupakan aspek yang sangat penting. Disamping masih sangat terbatasnya sumber buku yang

khusus menjelaskan tentang kawasan Wilayah Tegallega, penggunaan sumber lisan ini sangat membantu penulis dalam mengumpulkan data dan fakta tentang

keadaan masyarakat di daerah tersebut pada masa 1987-2005.

(31)

Resti Gistiani, 2014

Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 2005

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

juga menyiapkan berbagai perlengkapan untuk merekam dan mencatat semua informasi yang dijelaskan oleh narasumber.

Pada saat melakukan wawancara, narasumber dibagi kedalam beberapa kategori yaitu masyarakat yang bermukim di Wilayah Tegallega baik pribumi maupun pendatang. Penulis juga melakukan wawancara kepada pihak pemerintah, tokoh masyarakat dan pengusaha. Dengan mewawancarai masyarakat, dapat diketahui bagaimana kehidupan sosial ekonomi dan tantangan apa saja yang dialami masyarakat dalam menghadapi perkembangan di daerahnya. Dengan mewawancarai pendatang kita juga dapat melihat alasan-alasan para pendatang untuk datang ke kota dan bagaimana kehidupan mereka setelah tiba di kota. Dengan mewawancarai pribumi, kita dapat melihat perubahan yang terjadi dalam masyarakat setelah banyaknya pendatang dari luar kota serta persaingan dan upaya mereka dalam menghadapi situasi tersebut. Dari pihak pemerintah dapat diketahui kebijakan-kebijakan pemerintah dalam menanggapi permasalahan yang

timbul dalam masyarakat menghadapi perkembangan yang terjadi di daerahnya. Narasumber yang diwawancarai penulis diantaranya :

(32)

Resti Gistiani, 2014

Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 2005

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bandung Kidul dan berprofesi sebagai pedagang, wawancara tanggal 29 November 2012.

2. Warga pendatang, dalam melakukan wawancara terhadap warga pendatang ini penulis mencoba menggali alasan-alasan yang mengakibatkan pendatang tersebut memilih datang ke kota, permasalahan-permasalahan apa saja yang dialami setelah mereka bermukim di kota dan bagaimana upaya mereka dalam menjalani dan mempertahankan kehidupan mereka di kota. Diantaranya Bapak Salman, seorang mantan pegawai pabrik di Jalan Holis, wawancara tanggal 2 Desember 2012. Ibu Sri Rahayu merupakan seorang pedagang kaki lima, tinggal di daerah Astana Anyar, wawancara tanggal 24 November 2012. Nur Sona merupakan seorang wiraswasta di bidang konveksi yang tinggal di Melong Green, wawancara tanggal 30 November 2012.

3. Pemerintah, dalam melakukan wawancara terhadap pihak pemerintah

penulis melakukan dialog dengan staf-staf pemerintahan dari beberapa dinas, seperti Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian Perdagangan dan

juga Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya, serta berdialog dengan staf di Kantor-kantor kecamatan setempat. Wawancara ini dilakukan untuk mendapat informasi tentang kebijakan apa saja yang dikeluarkan pemerintah dalam menghadapi perkembangan sosial-ekonomi di Kota Bandung, khususnya Wilayah Tegallega. Diantaranya wawancara dengan Kepala Seksi Pelayanan Info Rencana Kota yaitu Ir. Drs. Muhammad Djen, wawancara tanggal 10 Agustus 2012 dan Bapak Iwa Kawari selaku Sekertaris Camat Babakan Ciparay pada tanggal 30 Oktober 2012.

(33)

Resti Gistiani, 2014

Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 2005

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

membawa perubahan dalam masyarakat, oleh karena itu wawancara terhadap tokoh masyarakat ini diperlukan dalam mengkaji permasalahan sosial-ekonomi masyarakat. Dalam melakukan wawancara, penulis berupaya memperoleh informasi tentang seluk-beluk daerah-daerah yang ada di Wilayah Tegallega dan perubahan apa saja yang dibawa oleh tokoh tersebut. Seperti wawancara kepada H. Bunyamin Syaefurrohman yang merupakan pengusaha konveksi ALBIS tanggal 28 November 2012, Ibu Neneng Rukmini sebagai Ketua PKK RW 01 Nyengseret pada tanggal 28 November 2012 dan Bapak Dadang Sutisna, ketua RW 07, Kelurahan Cibaduyut pada tanggal 29 November 2012.

Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara tersebut merupakan data yang penting bagi penulis dalam melakukan penelitian tentang Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat di Wilayah Tegallega tahun 1987-2005. Informasi yang diperoleh dari sumber lisan tersebut dapat melengkapi sumber-sumber tertulis,

sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik.

3.2.2 Kritik Sumber

Kritik sumber merupakan tahap kedua dari penelitian skripsi ini. Kritik sumber merupakan proses yang sangat penting dalam penyusunan karya sejarah yang baik. Dalam tahap ini data-data yang telah didapatkan baik tertulis, lisan maupun dokumen kemudian disaring dan dipilih untuk menilai dan menyelidiki keobjektifannya. Fungsi kritik sumber ini erat kaitannya dengan tujuan sejarawan itu dalam rangka mencari kebenaran (truth) (Sjamsuddin, 2007 : 131). Dengan kritik ini akan memudahkan dalam penulisan karya ilmiah yang objektif dan dapat dipertanggung-jawabkan secara ilmiah. Lucey dalam (Sjamsuddin, 2007 : 133) menjelaskan, terdapat lima pertanyaan yang harus digunakan untuk mendapatkan kejelasan keamanan sumber-sumber tersebut, diantaranya :

1. Siapa yang mengatakan itu ?

(34)

Resti Gistiani, 2014

Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 2005

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Apakah sebenarnya yang dimaksud oleh orang itu dengan kesaksiannya?

4. Apakah orang yang memberikan kesaksian itu seorang saksi mata yang kompeten, apakah ia mengetahui fakta itu?

5. Apakah saksi itu mengatakan yang sebenarnya dan memberikan kepada kita fakta yang diketahui itu ? (Sjamsuddin, 2007 : 133). Adapun kritik yang dilakukan dalam penulisan penelitian ini terbagi kedalam dua tahap, yaitu Kritik Eksternal dan Kritik Internal.

a. Kritik Eksternal

Kritik eksternal merupakan cara untuk melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah, baik sumber tertulis maupun sumber lisan. Sebelum semua kesaksian yang berhasil dikumpulkan oleh sejarawan dapat digunakan untuk merekonstruksi masa lalu, maka terlebih dahulu harus dilakukan pemeriksaan yang ketat. Yang dimaksud dengan kritik eksternal

adalah suatu penelitian atas asal-usul dari sumber, suatu pemeriksaan atas catatan atau peninggalan itu sendiri untuk mendapatkan semua informasi yang mungkin,

dan untuk mengetahui apakah pada suatu waktu sejak asal mulanya sumber itu telah diubah oleh orang-orang tertentu atau tidak (Sjamsuddin, 2007 : 134).

Dalam melakukan kritik eksternal, penulis melakukannya baik pada sumber tertulis maupun sumber lisan. Penulis melakukan pemilihan buku-buku yang dianggap relevan dengan permasalahan yang dikaji yaitu dengan melakukan uji kelayakan dengan cara verifikasi dan pengklasifikasian buku. Hal ini dilakukan dengan cara memeriksa identitas buku seperti siapa pengarangnya, dimana dan tahun berapa buku tersebut di terbitkan dan penerbit mana yang menerbitkan buku tersebut. Selain itu juga apakah buku tersebut merupakan buku yang dikarang penulis tunggal, hasil editor atau berupa kumpulan artikel.

(35)

Resti Gistiani, 2014

Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 2005

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

juga proses kritik eksternal terhadap sumber tertulis ini diharapkan sebagai salah satu cara yang dapat dijadikan acuan dalam pengembangan informasi yang didapat oleh penulis.

Salah satu contohnya adalah kritik terhadap buku yang berjudul Riwayat

Kota di Tatar Sunda : Penelitian Sejarah Perkembangan Kota karya Haryoto

Kunto. Hal pertama yang penulis lihat dari buku ini adalah pengarangnya, yang merupakan tokoh yang menulis terntang sejarah perkembangan kota, khususnya mengenai Kota Bandung. Melalui buku ini, penulis mendapatkan gambaran mengenai masalah-masalah yang terdapat di perkotaan, salah satunya di Kota Bandung. Dengan mengkaji buku ini diharapkan semua data yang diperoleh dari sumber tertulis dapat sesuai dengan yang diharapkan.

Adapun dalam melakukan kritik terhadap sumber lisan, dilakukan dengan mempertimbangkan usia narasumber, kedudukan, pekerjaan, pendidikan, agama, tempat tinggal dan keberadaannya pada tahun 1987-2005. Proses ini dilakukan

karena semua data yang diperoleh baik dari sumber lisan maupun tertulis tingkat kebenarannya tidak sama. Sehingga dengan mengetahui kedudukan, pekerjaan,

pendidikan dan agama seorang narasumber, penulis dapat mengerti jika ada subjektifitas yang kemudian terdapat dalam pernyataannya. Selain itu juga, kritik yang dilakukan terhadap sumber lisan, penulis dari aspek usia narasumber untuk melihat ketepatan antara kurun waktu kajian, dengan usia mereka pada waktu itu, sehingga dapat diputuskan jika mereka benar-benar mengetahui tentang permasalahan yang dikaji. Daya ingat narasumber sangat penting karena daya ingat sangat berpengaruh terhadap hasil kajian untuk dapat memberikan informasi yang benar-benar sesuai dengan apa yang dialami olehnya dan apa benar-benar terjadi pada perkembangan Wilayah Tegallega tersebut. Dilihat pula kesehatan fisik dan mental serta kejujuran narasumber sangat penting untuk diperhatikan.

b. Kritik Internal

(36)

Resti Gistiani, 2014

Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 2005

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sumber tersebut dapat diandalkan (reliable) atau tidak. Kritik internal terhadap sumber tertulis berupa buku-buku dilakukan dengan cara membandingkannya dengan sumber lain. Adapun terhadap sumber berupa data arsip maupun dokumen dari pemerintah tidak dilakukan kritik karena dianggap sudah ada lembaga yang berwenang melakukannya.

Terhadap sumber lisan, penulis melakukan kritik dengan cara melihat kredibilitasnya dalam menyampaikan informasi. Kredibilitas narasumber tersebut dikondisikan oleh kualifikasi-kualifikasi seperti usia, watak, pendidikan dan kedudukan (Lucey dalam Sjamsuddin, 2007 :115). Cara lainnya adalah dengan melihat perbandingan antara hasil wawancara narasumber satu sama lain dengan tujuan untuk mendapatkan kecocokan dari fakta-fakta yang ada. Selain itu, dilakukan pula kaji banding antara sumber lisan dengan sumber tertulis untuk mendapatkan kebenaran dari fakta-fakta yang telah didapat.

Kegiatan yang dilakukan setelah sumber-sumber tersebut mengalami

pengujian, maka penulis menetapkan apakah fakta yang diperoleh dari sumber tertulis maupun lisan dapat diandalkan atau tidak. Langkah selanjutnya, penulis

melakukan kaji banding terhadap narasumber dengan sumber tertulis yang lainnya. Kaji banding ini bertujuan untuk memperoleh kebenaran dan fakta yang didapat dari sumber tertulis maupun lisan yang dibutuhkan dalam penelitian.

3.2.3 Penafsiran Sumber (Interpretasi)

(37)

Resti Gistiani, 2014

Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 2005

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dibantu dengan “Historical Thinking”, yaitu dengan cara penulis memikirkan dan mencoba memposisikan diri seakan-akan menjadi pelaku peristiwa di masa lalu itu sehingga penulis akan memperoleh gambaran mengenai permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini.

Penulis menggunakan pendekatan interdisipliner dalam penulisan skripsi ini agar mempermudah dalam merangkaikan fakta-fakta yang didapat. Pendekatan interdisipliner merupakan suatu pendekatan yang menggunakan sudut pandang disiplin ilmu satu rumpun yaitu ilmu sosial. Pendekatan interdisipliner maksudnya ialah dalam menganalisis berbagai peristiwa atau fenomena masa lalu, sejarah menggunakan konsep-konsep dari berbagai ilmu sosial tertentu yang relevan dengan pokok kajiannya (Ismaun, 2005 : 198). Dalam hal ini, ilmu sejarah merupakan disiplin ilmu utama dalam mengkaji permasalahan, namun juga dibantu dengan disiplin ilmu sosial lainnya yang serumpun seperti ilmu sosiologi, ilmu geografi dan ilmu ekonomi. Dengan pendekatan ini diharapkan dapat

membantu penulis memperoleh gambaran lebih jelas mengenai permasalahan yang dikaji.

3.3 Laporan Hasil Penelitian

(38)

Resti Gistiani, 2014

Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 2005

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam penulisan laporan ini, setiap bab memiliki fungsi yang saling berkaitan dengan bab lainnya. Bab I merupakan Pendahuluan, dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang penelitian, yang disertai dengan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian serta sistematika penulisan. Dalam bab II yang merupakan Kajian Pustaka, diuraikan mengenai sumber-sumber literature yang digunakan sebagai acuan penelitian ini yang terbagi ke dalam beberapa konsep. Kemudian bab III merupakan Metodologi Penelitian, dalam bab ini diuraikan mengenai langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian mulai dari persiapan penelitian hingga pelaksanaan penelitian yang terbagi ke dalam empat tahap yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi.

Selanjutnya adalah bab IV yang merupakan isi dari penelitian yang dilakukan, didalamnya berisi uraian dan penjelasan mengenai kajian penelitian yang mengacu kepada perumusan masalah yang telah ditentukan sebelumnya.

Uraian ini didapatkan setelah penulis melakukan pengumpulan sumber, kritik dan penafsiran terhadap informasi yang diperoleh baik dari sumber tertulis maupun

(39)

Resti Gistiani, 2014

Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 2005

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Kota Bandung merupakan salah satu kota besar yang memiliki cirri khas dan corak perkembangan pembangunan tersendiri. Setelah perluasan wilayah

1987, Wilayah Kotamadya Bandung terbagi ke dalam 6 Pemerintah Wilayah yang masing-masing dikepalai oleh seorang Patih (PembantuWalikotamadya). Salah satu wilayah yang mengalami perkembangan dengan cepat adalah Wilayah Tegallega. Sesuai dengan yang tertuang dalam Rencana Induk Kota Bandung, Wilayah Tegallega diperuntukkan sebagai kawasan yang memiliki berbagai fungsi yaitu sebagai Kawasan Perdagangan, Perkantoran, Permukiman dan Industri, karenanya perkembangan kehidupan masyarakat di wilayah tersebut sangatlah dinamis.

Proses pembangunan yang terjadi di Wilayah Tegallega meliputi berbagai bidang, salah satunya adalah pembangunan di sektor industri. Pembangunan industri besar di Wilayah Tegallega sejak tahun 1970-an membawa dampak bagi wilayah tersebut yaitu menjadikan wilayah ini semakin terbuka. Kemunculan berbagai pabrik dan sentra industri membuka peluang kerja yang kemudian menarik para pendatang dari berbagai daerah.Selain berdirinya pabrik-pabrik besar, di Wilayah Tegallega juga berkembang sentra industri rumahan dengan berbagai produk yang dihasilkan.

Seiring dengan perkembangan industri, proses pembangunan di Wilayah Tegallega juga meliputi berbagai sektor lain yang menunjang semakin maju dan

ramainya wilayah tersebut. Pembangunan sentra perdagangan, baik pasar maupun pertokoan dan pusat perbelanjaan semakin marak memasuki era 1990-an. Hal ini

(40)

beberapa wilayah. Adapun pembangunan perumahan di Wilayah Tegallega juga diperlukan untuk memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal yang semakin meningkat seiring dengan bertambahnya kepadatan penduduk di wilayah tersebut. Disamping bertujuan memenuhi kebutuhan akan rumah, pembangunan beberapa perumahan di beberapa daerah pinggiran kota dan perbatasan juga ditujukan untuk membuka wilayah tersebut sehingga bisa muncul pusat ekonomi baru di daerah

tersebut dan membuka peluang usaha bagi masyarakat di wilayah yang dibangun tersebut.

Pembangunan yang tidak kalah pentingnya yaitu pembangunan infrastruktur dan terminal angkutan. Infrastruktur dan jaringan jalan yang baikdiperlukan untuk menunjang mobilitas dan lalu lintas masyarakat di daerah tersebut. Wilayah Tegallega memiliki infrastruktur yang sudah cukup baik dengan wilayah yang dilalui jalan arteri primer Kota Bandung dan dilintasi Jalan Tol Padaleunyi. Pembangunan terminal angkutan yaitu Terminal LeuwiPanjang juga menjadi salah satu faktor penting dalam proses pembangunan dan perkembangan wilayah tersebut.

Pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah sebagai upaya untuk mengembangkan Wilayah Tegallega nampaknya hanya mengutamakan pembangunan yang bersifat fisik saja, seperti berdirinya berbagai bangunan baik yang diperuntukan sebagai pertokoan, kantor, pabrik maupun perumahan. Hal ini tidak sebanding dengan upaya pembangunan yang bersifat non fisik, pemerintah memang merencanakan beberapa upaya dalam rangka mempersiapkan mentalitas masyarakat dalam menghadapi perkembangan wilayahnya diantaranya dengan mengadakan pelatihan kerja guna mempersiapkan tenaga kerja terdidik dan

terampil, maupun mengadakan kursus dan seminar-seminar. Akan tetapi upaya ini dirasakan kurang efektif bagi masyarakat di Wilayah Tegallega. Hal ini terlihat

(41)

diperhatikan. Hal ini juga yang pada akhirnya membawa berbagai permasalahan pembangunan.

Salah satu permasalahan perkotaan yang paling kompleks adalah permasalahan urbanisasi dan dampak yang ditimbulkannya bagi kehidupan masyarakat. Kedatangan kaum migran dari berbagai daerah membawa permasalahannya tersendiri, dikarenakan belum tersedianya sarana dan prasarana

perkotaan yang cukup untuk menampung pendatang dari berbagai daerah tersebut. Permasalahan yang kemudian timbul dari adanya urbanisasi berlebih diantaranya adalah masalah meningkatnya tingkat pengangguran, munculnya pekerjaan di sektor informal dan munculnya permukiman-permukiman kumuh (slums area).

Pembangunan yang disertai dengan masuknya pendatang ke perkotaan, termasuk di Wilayah Tegallega mengakibatkan kepadatan penduduk yang cukup tinggi, keadaan ini juga meningkatkan persaingan dalam memperoleh pekerjaan dan kebutuhan akan permukiman yang sangat tinggi. Kebutuhan masyarakat yang tinggi ini tidak seimbang dengan ketersediaan dan kesiapan wilayah kota, sehingga muncul golongan masyarakat yang termarjinalkan. Sebagian masyarakat yang tidak mampu bertahan dengan pesatnya perkembangan yang terjadi, kemudian menggeluti sektor-sektor informal dan menjalani pekerjaan-pekerjaan kecil di perkotaan, bahkan banyak pula masyarakat yang tergusur ke pinggiran kota dan kembali ke pedesaan.

Pembangunan perumahan yang tidak terjangkau bagi masyarakat kelas bawah tersebut, mengakibatkan menjamurnya permukiman kumuh di Wilayah Tegallega. Masyarakat tersebut terpaksa menempati perkampungan-perkampungan di tengah kota dengan keadaan rumah yang sempit dan utilitas

yang kurang memadai dikarenakan tidak sanggup membeli rumah di perumahan. Selain permasalahan urbanisasi, pembangunan di Wilayah Tegallega juga

(42)

diantaranya beralihnya mata pencaharian penduduk dari sektor pertanian ke dalam jenis-jenis mata pencaharian yang lebih beragam. Selain itu, perubahan fungsi lahan juga menimbulkan dampak bagi lingkungan fisik Wilayah Tegallega, hal ini berpengaruh pada kehidupan sosial dan kebiasaan masyarakat di wilayah tersebut karena terpengaruh dengan budaya masyarakat kota.

5.2. SARAN

Perkembangan suatu kota sudah tentu membawa pengaruh dan perubahan bagi masyarakat yang ada di dalamnya, karenanya diperlukan perhatian dari berbagai pihak agar perkembangan tersebut berpengaruh positif dan tidak membawa permasalahan baru bagi masyarakat di wilayah tersebut.

Bagi pembelajaran sejarah di sekolah-sekolah, diharapkan skripsi ini dapat digunakan sebagai referensi dan bahan ajar dan memperkaya khazanah pembelajaran Sejarah Lokal. Pembahasan materi di dalam skripsi ini termasuk dalam kajian Sejarah Lokal yang terdapat dalam Kurikulum 2013. Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013, pelajaran Sejarah dibagi dua, sejarah umum yang dipelajari semua siswa dan sejarah peminatan. Dalam hal ini kajian mengenai Sejarah Lokal merupakan bagian dari mata pelajaran peminatan sosial yang serumpun dengan ekonomi, sosiologi dan antropologi serta geografi. Sehubungan dengan hal itu, diharapkan skripsi ini dapat memperkaya materi dalam kajian Sejarah Lokal dan dapat dipergunakan sebagai bahan pelajaran sejarah di sekolah-sekolah sebagai implementasi dari Kurikulum 2013.

Bagi Mahasiswa dan Institusi Pendidikan, diharapkan skripsi ini dapat digunakan sebagai referensi bagi pembuatan karya ilmiah selanjutnya yang

mengangkat mengenai Sejarah Lokal maupun Kota Bandung. Diharapkan penelitian mengenai materi tersebut terus dilaksanakan mengingat kajian

(43)

Resti Gistiani, 2014

Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 2005

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Alvin, Y.S.O. (1990). Social Change and Development. London : Sage Publication.

Arndt, H.W. (1987). Pembangunan dan Pemerataan : Indonesia di Masa Orde

Baru. Jakarta: LP3ES.

Bintarto (1975). Pengantar Geografi Pembangunan. Yogyakarta : PB Kedaulatan Rakyat.

Budiman, A. (1993). Pembangunan di Indonesia. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Budiman, A. (1995). Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama..

Burke, P. (2003). Sejarah dan Teori Sosial. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Clements, K. (1997). Teori Pembangunan dari Kiri ke Kanan. Yogya : Pustaka Pelajar.

Dahuri, R & Nugroho, I (2004). Pembangunan Wilayah : Perspektif Ekonomi,

Sosial dan Lingkungan. Jakarta :LP3ES.

Daldjoeni, N. (1978). Seluk Beluk Masarakat Kota (Pusparagam Sosiologi Kota). Bandung: Alumni.

Dana, W D. (1990). Ciri Perancangan Kota Bandung. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Dharmawan, A. (1982). Aspek-aspek dalam Sosiologi Industri. Bandung: Binacipta.

Dhienaputra, R D. (2005). “Bandung 1906-1970 : Studi tentang Perkembangan Ekonomi Kota”, dalam Kota Lama Kota Baru : Sejarah Kota-kota di Indonesia. Yogyakarta : Ombak.

(44)

Resti Gistiani, 2014

Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 2005

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dumairy & Hadiprabowo, Z. (1983). Pembangunan di Indonesia, beberapa

catatan dan cacatan. Yogyakarta : Ananda.

Evers, H. (1985). Sosiologi Perkotaan : Urbanisasi dan Sengketa Tanah di

Indonesia dan Malaysia. Jakarta : LP3ES.

Evers, H & Sumardi, M. (1979). Urbanisasi, Masalah Kota Jakarta. Jakarta : YTKI/FES.

Fakih, M. (2003). Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi. Yogya : Pustaka Pelajar.

Frank, A. (1984). Sosiologi Pembangunan & Keterbelakangan Sosiologi.Jakarta : Alumnus.

Goerjama, H.R.E. (1998). Lintasan Sejarah berdirinya Kota Bandung dan Pilihan

Hari Jadinya. Bandung : Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat 2

Bandung.

Gottschalk, L. (1975). Mengerti Sejarah (Terjemahan: Nugroho Notosusanto). Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Guritno, S. (1999). Budaya Masyarakat di Lingkungan Kawasan Industri Rotan

Desa Tegalwangi, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Jakarta : CV.

Bupara Nugraha

Hardjasaputra, A, dkk. (2000). Sejarah Kota Bandung 1906-1945. Bandung : Pemerintah Kota Bandung.

Hardjasaputra, A. (2002). Sejarah Kota Bandung 1810-1945. Bandung : Pemerintah Kota Bandung.

Hariyono, P. (2007). Sosiologi Kota untuk Arsitek. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Humas Kabupaten DT II Bandung. (1997). Kabupaten Bandung menghadapi PJP

II. Bandung : Humas Kabupaten DT II Bandung.

(45)

Resti Gistiani, 2014

Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 2005

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hutabarat, H. (1973). Masalah Pertambahan Penduduk. Bandung : Lembaga Penelitian Pendidikan Kependudukan IKIP.

Ismaun (2005). Sejarah Sebagai Ilmu. Bandung : Historia Utama Press.

Kartodirjo, S. (1992). Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Katam, S. (2006). Bandung, Kilas Peristiwa di Mata Filatelis: Sebuah Wisata

Sejarah. Bandung : Kiblat.

Katam, S. (2009). Gedung Sate Bandung. Bandung : Kiblat.

Katam, S & Abadi, L. (2009). Album Bandung Tempo Doeloe. Bandung : Kiblat.

Koesoemaatmadja. (1978). Peranan Kota dalam Pembangunan : ditinjau secara

historis, yuridis, komparatif, sosiologis, ekonomis dan politis. Bandung :

Binacipta.

Kunto, H. (1984). Wajah Bandung Tempo Doeleo. Bandung : Granesia.

Kunto, H. (1986). Semerbak Bunga di Bandung Raya. Bandung : Granesia.

Kunto, H. (1992). Riwayat Kota di Tatar Sunda : Penelitian Sejarah

Perkembangan Kota. Bandung : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Provinsi Dati I Jawa Barat.

Kunto, H. (1996). Balai Agung di Kota Bandung (Riwayat Gedung Sate dan

Gedung Pakuan.Bandung : Granesia.

Kunto, H. (2000). Nasib Bangunan Bersejarah di Kota Bandung. Bandung : Granesia.

Kunto, H & Pakpahan, D. (2000). Seabad Grand Hotel Preanger 1897-1997. Bandung : G.H.P Aerowisata.

Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas). (1997). Pembangunan Nasional. Jakarta : Balai Pustaka dan Lemhanas.

Manning, C & Effendi, T.N. (1985). Urbanisasi, Pengangguran, dan Sektor

Referensi

Dokumen terkait

1) Biaya pendidikan untuk level yang ditempuh sebesar Rp1.650.000 (satu juta enam ratus lima puluh ribu rupiah) sesuai ketentuan Pimpinan Pusat.. OIAA di Kairo. Biaya itu

dijelaskan oleh Middlemas dkk., (2013) pada penelitiannya dengan HCl sebagai agen pelindi memberikan hasil bahwa waktu pelindian dan konsentrasi pelarut memiliki pengaruh

245 TK MARDIRINI 1 WONOSALAM KECAMATAN WONOSALAM 246 TK MARDIRINI 2 WONOSALAM KECAMATAN WONOSALAM 247 TK MARDISIWI MRANGGEN KECAMATAN MRANGGEN 248 TK MARGO UTOMO

Tanggal 14 Juli 2005, Dompet Dhuafa meluncurkan unit baru yaitu Tabung Wakaf Indonesia (TWI) yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan menggalang

Pita yang terbentuk dalam gel agarosa merupakan rRNA yang berukuran 28S dan 18S, sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa hasil isolasi RNA dikatakan baik apabila

3 Perbedaaan hasil belajar antara siswa yang diajar dengan menggunakan Makromedia Flash dan siswa yang diajar dan menggunakan Media Charta pada materi sistem pencernaan

Menurut Scott A.Bernard (2005, p73), Teknologi adalah jenis sumber daya yang memungkinkan informasi dan sumberdaya lainya mengalor untuk mendukung penciptaan dan

Keberadaan ternak sapi sangat menunjang kegiatan budidaya jambu mete karena memberikan beberapa keuntungan seperti tambahan pendapatan (dari proses produksi), sumber tenaga