• Tidak ada hasil yang ditemukan

107 agus hadi nuryanto

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "107 agus hadi nuryanto"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Korelasi antara Kemampuan Berpikir Kritis dan Penguasaan Konsep

ABSTRAK: Pelajaran fisika dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan(KTSP) dimaksudkan sebagai wahana menumbuhkan kemampuan berpikir siswa. Kemampuan berpikir tersebut berguna untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu aspek yang diharapkan terbentuk melalui serangkaian proses berpikir adalah kemampuan berpikir kritis. Siswa yang mempunyai kemampuan berpikir kritis dapat menggunakan kemampuan nalarnya untuk memutuskan tindakan logis ketika menghadapi suatu permasalahan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat adakah korelasi antara kemampuan berpikir kritis dan penguasaan konsep. Jenis penelitian ini adalah non eksperimen korelasional dengan subyek 64 siswa kelas XI IPA pada dua sekolah menengah atas negeri di kabupaten Magetan. Instrumen penelitian ini adalah soal penguasaan konsep dan soal kemampuan berpikir kritis serta angket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa memiliki nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis ( = 46,06(10,56)) dan nilai rata-rata penguasaan konsep ( = 59,88(14,38)). Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa diperoleh korelasi yang kuat antara kemampuan berpikir kritis dan penguasaan konsep materi suhu dan kalor sebesar r = 0,786. Hal ini menunjukkan makin tinggi kemampuan berpikir kritis makin tinggi pula penguasaan konsep siswa, dan makin rendah kemampuan berpikir kritis makin rendah pula penguasaan konsep siswa. Hasil angket menunjukkan bahwa terdapat 79 % siswa menyatakan materi suhu dan kalor yang diberikan termasuk materi yang membingungkan dan sulit dipahami karena dalam proses pembelajarannya mengutamakan penyampaian rumus-rumus dan tidak melibatkan siswa dalam proses penemuan.

Kata Kunci: Kemampuan Berpikir Kritis, Penguasaan Konsep.

PENDAHULUAN

Pelajaran fisika dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan(KTSP) dimaksudkan sebagai wahana menumbuhkan kemampuan berpikir siswa. Kemampuan berfikir siswa tidak hanya menghafal dan mengingat kembali pengetahuan yang diberikan guru namun diharapkan dapat menjadi bekal yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang ditemui dalam kehidupan sehari hari dan kehidupan masa mendatang (Brookhart, 2010; Wiyono, 2012). Dwijananti(2010) dan Ibrahim (2007) menjelaskan kemampuan berpikir merupakan salah satu modal yang harus dimiliki siswa sebagai bekal dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa sekarang, untuk dapat berhasil dalam kehidupannya. Aspek kemampuan berpikir yang diharapkan tumbuh dalam pembelajaran fisika salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis.

(2)

Berpikir kritis sangat penting dalam kehidupan sehari-hari karena dapat menjadi bekal yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang ditemui sekarang dan kehidupan masa mendatang (Wiyono, 2012; Kurniawati, 2014). Naafidza dan Budiarto (2014) menyebutkan berpikir kritis sangat penting karena cara mengarahkan hidup seseorang bergantung kepada pernyataan-pernyataan yang diterimanya. Artinya dalam proses pembelajaran fisika bisa dikondisikan pernyataan-pernyataan yang merangsang berkembangnya kemampuan berpikir kritis. Hal ini karena kemampuan berpikir kritis bisa dikembangkan jika dengan sengaja ditanamkan dan dilatih dalam bidang studi yang dipelajarinya(Zohar, 1994; Herayanti dan Habibi, 2013). Dengan berkembangnya kemampuan berpikir kritis diharapkan kemampuan menyerap konsep akan meningkat sehingga diperoleh penguaasaan konsep yang baik.

Konsep merupakan kategori-kategori mengelompokkan objek, kejadian dan karakteristik berdasarkan ciri dan bentuk umum (Arends, 2012). Sedangkan menurut Amnirullah, (2015) konsep merupakan hasil pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum dan teori. Konsep bisa diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berpikir abstrak. Memahami konsep berarti mempelajari seluruh elemen konsep dan perbedaann perbedaan yang telah diklasifikasikan menurut karakteristiknya berdasarkan ciri dan bentuk umum.

Berdasarkan hasil angket yang disebar pada 32 siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Kawedanan dan 32 siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Karas pada studi pendahuluan diperoleh data bahwa materi suhu dan kalor merupakan materi yang dianggap sulit (79%). Berdasarkan angket juga diperoleh informasi banyak siswa yang memperoleh nilai yang tidak tuntas (58%) dalam mempelajari materi suhu dan kalor sehingga harus mengikuti remedial. Salah satu penyebab kesulitan siswa tersebut adalah karakteristik materi yang bersifat abstrak. Konsep materi yang abstrak menimbulkan berbagai pemikiran yang berbeda pada siswa ketika mempelajarinya (Sozbilir,2003). Persepsi pemikiran yang berbeda dengan konsep yang sebenarnya akan menurunkan penguasaan konsep siswa. Faktor lain penyebab kesulitan siswa adalah kurangnya minat dan perhatian siswa saat pembelajaran berlangsung, kurangnya kesiapan siswa dalam menerima materi atau konsep baru, kurangnya penekanan pada konsep-konsep prasyarat yang penting, penanaman konsep yang kurang mendalam dan kurangnya variasi latihan soal (Marsita, 2010)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat korelasi kemampuan berpikir kritis dengan penguasaan konsep siswa SMA. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan landasan pelaksanaan pembelajaran fisika di SMA, dan dijadikan pertimbangan untuk memperbaiki pembelajaran.

METODE PENELITIAN

(3)

suatu analisis untuk mengetahui tingkat kekuatan hubungan antara dua variabel. Besar atau tingginya hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi. Koefisien korelasi menerangkan sejauh mana dua atau lebih variabel berkorelasi (Sugiyono, 2015). Teknik korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi Pearson Product Moment. Interpretasi kuatnya hubungan menggunakan pedoman seperti pada tabel berikut

Tabel 1. Interpretasi koefisien korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,80 1,000 Sangat Kuat

0,60 0,799 Kuat

0,40 0,599 Cukup Kuat

0,20 0,399 Rendah

0,00 0,199 Sangat Rendah

(Sumber: Sugiyono 2015: 227)

Angket yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari sejumlah pertanyaan dengan jawaban yang telah disediakan. Butir-butir pada angket digunakan untuk mengidentifikasi kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa dalam pembelajaran fisika. Bagian akhir angket disediakan kolom yang diisi siswa berupa saran, maupun kritik siswa pada pembelajaran fisika yang selama ini diterima.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Kritis dan Penguasaan Konsep

Penelitian ini melibatkan 64 siswa yang berasal dari SMA Negeri 1 Kawedanan sebanyak 32 siswa dan SMA Negeri 1 Karas sebanyak 32 siswa. Hasil skor rata-rata kemampuan berpikir kritis dan penguasaan konsep serta standard deviasi yang diperoleh siswa adalah sebagai berikut

Tabel 2. Rekapitulasi Rerata Skor dan Standart Deviasi Kemampuan Berpikir Kritis dan Penguasaan Konsep

Mean Std.

Deviation N

Kemampuan Berpikir

Kritis 46.06 10.556 64

Penguasaan Konsep 59.88 14.382 64

Tabel 2 diatas menunjukkan rata-rata pencapaian kemampuan berpikir kritis dan penguasaan konsep serta standar deviasinya. Dari tabel tersebut terlihat bahwa rata-rata kemampuan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa masih rendah jauh dibawah kriteria ketuntasan. Artinya kemampuan berpikir kritis siswa masih rendah demikian juga penguasaan konsep siswa juga masih rendah jauh dari kriteria ketuntasan.

(4)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Penguasaan Konsep Berpikir Kritis Jumlah Siswa

Gambar 1

Grafik Pencapaian Kemampuan berpikir kritis dan Penguasaan Konsep

Grafik pada gambar 1 menunjukkan pencapaian kemampuan berpikir kritis yang mendekati pencapaian penguasaan konsep siswa. Grafik diatas menjelaskan semakin tinggi kemampuan berpikir kritis yang dimiliki siswa maka semakin tinggi pula pencapaian penguasaan konsep siswa, dan makin rendah kemampuan berpikir kritis makin rendah pula penguasaan konsep yang diperoleh siswa. Hal ini menjelaskan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa berpengaruh terhadap penguasaan konsep siswa (Prasetyowati dan Suyatno, 2016).

B.

Korelasi Antara Kemampuan Berpikir Kritis dan Penguasaan Konsep

Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa data skor hasil tes berpikir kritis dan penguasaan konsep berdistribusi normal karena nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov dan signifikansi Shapiro-Wilk lebih besar dari 0,05 (Yamin dan Kurniawan, 2013). Hasil korelasi untuk mengetahui nilai signifikansi hubungan kemampuan berpikir kritis dengan penguasaan konsep dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 3. Korelasi kemampuan berpikir kritis penguasaan konsep

Kemampuan Berpikir Kritis Penguasaan Konsep Kemampuan Berpikir

Kritis Pearson Correlation 1 .786

**

Sig. (2-tailed) .000

N 64 64

Penguasaan Konsep Pearson Correlation .786** 1

Sig. (2-tailed) .000

(5)

dengan yang disampaikan Johnson dan Siegal (2010) bahwa ketrampilan kemampuan berpikir dapat membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan dalam penguasaan konsep yang utuh. Selain itu hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penguasaan konsep dapat ditingkatkan secara signifikan melalui latihan ketrampilan berpikir tertentu (Langrehr, 2006). Juga ditemukan terdapat korelasi positif antara peningkatan kemampuan berpikir kritis dengan penguasaan konsep siswa(Gunawan, 2012; Herayanti dan Habibi, 2013; Prasetyowati dan Suyatno, 2016).

Dari hasil korelasi tersebut bisa diketahui sumbangan variabel kemampuan berpikir kritis (KBK) adalah sebesar r2x100% = 61,8%. Dengan demikian 61,8% kemampuan

penguasaan konsep tergantung dari kemampuan berpikir kritis siswa. Sedangkan 38,2% penguasaan konsep ditentukan oleh variabel lain yang tidak dapat dijelaskan dalam penelitian ini.

C. Angket

Dari hasil angket yang diberikan kepada siswa, sebesar 65% siswa mengatakan fisika pelajaran yang menantang. Sebesar 31% mengatakan pelajaran fisika sulit difahami dan membingungkan dan 2 % mengatakan fisika mudah dan menyenangkan. Siswa mengatakan mudah karena konsep fisika sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan gaya mengajar guru yang cenderung menyenangkan. Selain itu, menurut wawancara pada beberapa siswa, mereka mengatakan mudah jika materi yang sedang dipelajari secara nyata dapat mereka aplikasikan langsung. Fisika itu sulit, menurut siswa disebabkan karena terlalu banyak rumus, grafik, dan materinya abstrak. Untuk materi suhu dan kalor sebesar 79% siswa mengatakan sulit. Materi suhu dan kalor menurut siswa sulit karena terlalu banyak rumus yang sulit difahami.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan bisa disimpulkan terdapat korelasi positif yang kuat antara kemampuan berpikir kritis dan penguasaan konsep materi suhu dan kalor. Materi fisika suhu dan kalor merupakan materi yang sulit karena materinya abstrak dan banyak rumus yang sulit difahami.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dr. Parno, M.Si dan Dr. Wartono, M.Pd selaku dosen yang telah membimbing terlaksananya penelitian ini, kepada lembaga yang telah memberikan kontribusi pada data penelitian, SMA Negeri 1 Kawedanan, Magetan dan SMA Negeri 1 Karas, Magetan.

DAFTAR

RUJUKAN

Arends, Richard I. 2012. Learning To Teach. New York NY 10020: McGraw Hill Companies, Inc,

Amnirullah, Lalu. 2015. Analisis Kesulitan Penguasaan Konsep Mahasiswa pada Topik Rotasi Benda Tegar Dan Momentum Sudut. Jurnal Fisika Indonesia No: 55, Vol XIX, Edisi November 2015 ISSN : 1410-2994

Brookhart, susan. 2010. How To assess Higher Order Thinking Skill In your Classroom. ASCD : Virginia USA.

Dwijananti, P. dan Yulianti, D. 2010. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Melalui Pembelajaran Problem Based Instruction Pada Mata Kuliah Fisika Lingkungan. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, (Online), 6(108-114) ISSN 693-1246.

Ennis, Robert H. 2011. The Nature of Critical Thinking: An Outline of Critical Thinking Dispositions and Abilities, University of Illinois (Online), 32 (3

(6)

Gunawan, 2012. Model Virtual Laboratory Fisika Modern untuk Meningkatkan Disposisi Berpikir Kritis Calon Guru. Jurnal Ilmiah Cakrawala Pendidikan,

LPPMP UNY. Juni 2012, Th XXXI, No.2.185 - 199

Herayanti, L dan Habibi. 2013. Korelasi Penguasaan Konsep dan Berpikir Kritis Mahasiswa dengan menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Simulasi Komputer.Jurnal Kependidikan12(2): 155 - 159

Howard, Larry., Thomas, W., Ping Tang, Li. & Austin, M. Jill. 2014. Teaching Critical Thinking Skills: Ability, Motivation, Intervention, and the Pygmalion Effect.

Springer Science+Business Media Dordrecht, (Online), 128:133 147

Johnson, S. and Siegal, H. 2010. Teaching Thingking Skils. British Library, New York Kemdikbud, 2006. Dokumen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kemdikbud:

Jakarta

Kurniawati, I. D. 2014. Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Integrasi Peer Instruction Terhadap Penguasaan Konsep Dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, (Online),10 (2014) 36-46,

Langrehr, J. 2006. Mengajar Anak Anak Kita untuk Berpikir, Penerjemah Alexander Sindoro. Interaksa, Batam

Marsita, R.A., Priatmoko, S., Kusuma E., 2010. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 4(1) 512 520.

Naafidza, Zullifah Qurrotu Ainun dan Budiarto, Mega Teguh. 2014. Identifikasi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Smp Dalam Memecahkan Masalah Matematika Ditinjau Dari Perbedaan Kemampuan Matematika Dan Jenis Kelamin. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, Mathedunesa, (Online), vol 3 No 3 tahun 2014.

Prasetyowati, E N dan Suyatno. 2016. Peningkatan Penguasaan Konsep dan Ketrampilan Berpikir Kritis Siswa Melalui Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri pada Materi Pokok Larutan Penyangga. Jurnal Kimia dan Pendidikan Kimia(JKPK),(Online), Vol 1 No 1 tahun 2016. ISSN: 2503 4146.

Sozbilir, Mustofa. 2003. A Review of Selected Literature on Student s Misconception of Heat and Temperature. Journal of Education, 20(1).

Sugiyono. 2015. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfa Beta

Wiyono, Ketang. 2012. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa Calon Guru Dengan Model Mia-Piza. Forum MIPA (Majalah Ilmiah Jurusan PMIPA FKIP Unsri)Volume 14 No.1 Januari 2012, ISSN: 1410-1262 (Hal 10-16)

Yamin, S. dan Kurniawan, H. 2013. SPSS Complete. Jakarta: Salemba Infotek

(7)

Gambar

Tabel 1. Interpretasi koefisien korelasiInterval Koefisien
Gambar 1Grafik Pencapaian Kemampuan berpikir kritis dan Penguasaan Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Kepatuhan Wajib Pajak di kota surakarta masih rendah dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya, hal ini dapat dilihat dari rendahnya kontribusi pajak dari sektor

Hasil dari uji regresi linier berganda diperoleh bahwa konstanta yang diperoleh sebesar -0,385 sedangkan leverage perusahaan yang diperoleh sebesar -0,103, ukuran

Akhlak dalam hubungan horisontal merupakan perwujudan dari baik-buruknya dalam hubungan vertikal (akhlak terhadap Allah). Metode pendidikan akhlak yang telah

Pada teknik ini, peneliti bertatap muka dan melakukan Tanya jawab secara langsung dengan responden (subjek) yang diteliti, untuk menemukan yang dijadikan

Identitas Indonesia sebagai negara kepulauan yang diatur dalam UNCLOS 1982 menjadi dasar dari kepentingan Indonesia di bawah pemerintahan Joko Widodo untuk

Ford Dow n Home Reedology The Claw Jif fy Jam Papa’s Knee. Taught by

 Asam lemak tidak jenuh, bersifat esensial karena tidak dapat disintesis oleh tubuh dan umunya berwujud cair pada suhu kamar.. Asam

Demikianlah untuk dapat diketahui dan disebarluaskan kepada yang berkepentingan.