• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM BUKU “TUHAN, MAAF KAMI SEDANG SIBUK” KARYA AHMAD RIFA’I RIF’AN SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM BUKU “TUHAN, MAAF KAMI SEDANG SIBUK” KARYA AHMAD RIFA’I RIF’AN SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM BUKU

TUHAN, MAAF KAMI SEDANG SIBUK

KARYA AHMAD RIFA’I RIF’AN

SKRIPSI

Diajukan untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)

Oleh

MUHAMMAD SOLEHAN

NIM 111 11 167

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

ااق َلَمخ ممُ ُنُ َ سمحَأ انًاَمميِا َ ميِْنِممؤُمملا ُلَمكَْأ

(7)

PERSEMBAHAN

Skripsi Ini Penulis Persembahkan Untuk:

1. Kepada kedua orangtua penulis, Ayahanda Khoiron dan Ibunda Farida yang karena segala limpahan kasih sayang, pengorbanan dan doanya penulis dapat menyelesaikan studi dan penulisan skripsi ini dengan baik dan lancar. Semoga Allah swt selalu dan akan selalu melimpahkan rahmat, kasih sayang, dan kucuran karunia kesehatan bagi beliau berdua.

2. Kakak-kakak dan adik-adik penulis yang telah banyak berkorban untuk kelancaran studi penulis.

3. Dra. Sri Suparwi, M.A yang membimbing dan memotifasi penulis dengan sabar dari bangku studi sampai terselesaikannya skripsi ini.

4. Seluruh dosen di IAIN Salatiga yang telah memberika hikmah dan pengajaran, motifasi dan apresiai, sehingga penulis selalu bersemangat untuk terus maju dan berkembang, semoga Allah membalas segala amal dan menjadikannya ladang ilmin tuntafa‟u bih yang terus mengalir dan menyebar. Sehat dan panjang umur untuk beliau semua.

5. Semua guruku yang mendidik dan mengajarkanku tentang pentingnya ilmu dan arti hidup.

6. Keluarga besar dan sahabat di LDK Fathir Ar-Rasyid senior junior, teruskan karya yang bermanfaat, di manapun dan kapanpun.

(8)

KATA PENGANTAR

Terucap syukur kepada Allah SWT Yang Maha Sempurna beserta Asmaul HusnaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi iniu sebagai salah satu persyaratan wajib untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Srata Satu Pendidikan Islam (S.Pd.I) Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Tak lupa sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Baginda Rasulullah SAW.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menemui hambatan, tetapi dengan rahmat-Nya dan perjuangan penulis serta bantuan berbagain pihak sehingga skripsi ini terselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan banyak terimakasih atas segala nasehat, bimbingan, dukungan, dan bantuannya kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Kajur PAI IAIN Salatiga.

(9)

5. Segenap dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga yang telah banyak memberikan hikmah dan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama di bangku perkuliahan.

6. Ayah dan Ibuku tercinta Bapak Khoiron dan Ibu Farida yang selalu memberikan dukungan, semangat, serta dengan tulus dan ikhlas mengetuk pintu langit berdoa untuk kelancaran dalam menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini.

7. Kakak-kakakku tercinta Siti Nadlirah, Khabibillah, dan Muhammad Faizin yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada penulis serta almarhumah adikku Miftahul Jannah yang tak henti menginspirasi untuk memaknai hidup.

8. Ustadz Bambang Nugroho, Ustadz Walyono dan Ustadz Imam Masarum yang terus mentransfer ilmu, hikmah dan semangat untuk tak henti memperbaiki diri dan memperbaiki kehidupan.

9. Para pustakawan di IAIN Salatiga yang telah memberikan pelayanan kepada penulis dalam menggali wacana.

10.Saudara-saudaraku seperjuangan di LDK Fathir Ar-Rasyid, Cosmo Trainer (comumunity of spritual motivator) dan Komunitas kecil Pandala (Pasukan Pemuda Langit) yang menjadi laboratorium kehidupan untuk bermanfaat bagi sesama.

(10)

12.Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu demi satu. Terimaksih atas segala bantuan dan doanya.

Akhirnya penulis hanya bisa berdoa semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan kebaikan yang berlipat ganda kepada semua pihak.

Jazakumullahu ahsanal jaza‟. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh

dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk kajian yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.

Salatiga, September 2015 Penulis,

Muhammad Solehan

(11)

ABSTRAK

Solehan, Muhammad. 2015. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Buku Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk Karya Ahmad Rifa‟i Rif‟an. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Sri Suparwi, M.A

Kata Kunci: Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak, Tuhan Maaf Kami Sedang Sibuk Pendidikan akhlak merupakan bagian terpenting dalam pendidikan Islam. Buku Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk merupakan sebuah buku karya Ahmad

Rifa‟i Rif‟an. Sebuah buku non fiksi inspirasional yang membahas seputar pengembangan diri, pendidikan akhlak dan religiusitas. Berisikan renungan dan nasehat yang diarahkan kepada pembentukan akhlak terpuji. Penelitian ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana biografi Ahmad Rifa‟i

Rif‟an?. Bagaimana nilai-nilai pendidikan akhlak dalam buku Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk?. Bagaimana metodologi penerapan pendidikan akhlak dalam buku tersebut? Bagaimana implementasi nilai-nilai pendidikan akhlak dalam buku Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk?.

Penelitian ini menggunakan pendekatan studi pustaka (library research), yaitu meneliti secara mendalam mengenai buku Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk. Sumber data penelitian di sini berasal dari sumber data primer dan sumber data sekunder, sedangkan untuk menganalisis data yang ada penulis mengorganisir, memilih dan memilah untuk disintesiskan kemudian menemukan pola dan menyimpulkannya. Adapun metode analisis ini menggunakan metode analisis induktif dan deduktif.

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

DEKLARASI KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 6

E. Metode Penelitian ... 8

F. Penegasan Istilah ... 11

G. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II BIOGRAFI AHMAD RIFA‟I RIF‟AN A. Biografi Ahmad Rifa‟i Rif‟an ... 16

B. Karya-karya Ahmad Rifa‟i Rif‟an ... 19

(13)

D. Corak Umum Pemikiran Ahmad Rifa‟i Rif‟an ... 23

E. Sistematika Penulisan Buku Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk ... 26

F. Sinopsis Buku Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk ... 28

BAB III NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM BUKU “TUHAN, MAAF KAMI SEDANG SIBUK” A. Pengertian, Sumber, Tujuan, Metode, dan Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak ... 31

B. Sumber Pendidikan Akhlak ... 35

C. Tujuan Pendidikan Akhlak ... 38

D. Metode Pendidikan Akhlak ... 40

E. Macam dan Ruang Lingkup Akhlak ... 47

1. Akhlak Terhadap Allah ... 47

2. Akhlak Terhadap Makhluk ... 48

F. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Dalam Buku Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk ... 50

BAB IV ANALISIS DATA A. Tinjauan Pendidikan Akhlak Perspektif Islam ... 61

B. Implementasi Pendidikan Akhlak Dalam Buku Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk di Sekolah... 65

1. Implementasi Materi Pendidikan Akhlak ... 65

2. Implementasi Metode Pendidikan Akhlak ... 79

3. Implementasi Tujuan Pendidikan Akhlak ... 92

(14)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 98

B. Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 102

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 105

(15)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Semakin merosotnya akhlak warga negara telah menjadi salah satu keprihatinan para pejabat negara. Hal itu juga menjadi keprihatinan para pemerhati pendidikan, terutama para pemerhati pendidikan Islam. Globalisasi kebudayaan sering dianggap sebagai salah satu penyebab kemerosotan akhlak tersebut. Memang, kemajuan filsafat, sains, dan teknologi telah menghasilkan kebudayaan yang semakin maju pula. Proses itu disebut globalisasi kebudayaan. Namun kebudayaan yang semakin mengglobal itu, ternyata sangat berdampak terhadap aspek moral. Kemerosotan akhlak agaknya terjadi pada semua lapisan masyarakat. Meskipun demikian, pada lapisan remajalah kemerosotan akhlak itu lebih nyata terlihat (Tafsir, 2002: 1).

(16)

Dekadensi moral, kenakalan remaja, pergaulan bebas (freesex), penggunaan obat-obatan terlarang (narkoba), tawuran, meningkatnya tindak kekerasan, korupsi, kolusi, nepotisme, dan berbagai permasalahan sosial berakibat pada pergeseran tata nilai dan norma di masyarakat. Menununjukkan bahwasanya bangsa ini telah sampai pada titik nadhir krisis akhlak yang sangat membahayakan bagi masa depan negara. Membutuhkan penyelamatan generasi dengan terus mengupayakan melalui pembentukan akhlak.

Dalam UU No. 20 Tahun 2003 bahwasanya pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Rachman, 2003: 6).

(17)

penyampaian pengetahuan, yaitu pengajaran (kognitif) saja. membutuhkan penanaman karakter melalui kebiasaan-kebiasaan yang ditanamkan dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat.

Pendidikan akhlak (yang bersumber dari agama) yang seharusnya memiliki peran besar dalam mengatasi persoalan dekadensi moral seperti kehilangan gigi taringnya, tak berdaya dan kurang memberikan kontribusi yang cukup untuk mengatasinya atau paling tidak menetralisir keadaan. Itu semua disebabkan kurang adanya keseimbangan dalam penanaman akhlak yang baik dari lingkungan keluarga, pergaulan (Sekolah, kantor), dan masyarakat.

(18)

gambaran bahwasanya agama belum bisa menjadi ruh bagi setiap aktifitas manusia. Penanaman akhlak dalam beragama tentulah dibentuk melalui pembiasaan. Dan pendidikan akhlak dimulai dari lingkungan yang terkecil, yaitu keluarga.

Lembaga pendidikan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama, tempat anak didik pertama-tama menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tua atau anggota keluarga lainya. Didalam keluarga inilah tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian anak didik pada usia yang masih muda, karena pada usia-usia ini anak lebih peka terhadap pengaruh dari pendidiknya (Zuhairini, 1995: 177).

(19)

Buku Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibukkarya Ahmad Rifa‟i Rif‟an, merupakan buku yang menjelaskan tentang konsep pendidikan akhlak sesuai pada ajaran Islam. Penulis harapkan mampu memberikan gambaran mengenai pendidikan akhlak yang ideal, yang mampu memberikan solusi praktis sehingga memberikan kontribusi yang nyata bagi permasalahan sosial yang terjadi saat ini.

Berangkat dari latar belakang di atas, penulis berusaha menelaah konsep pendidikan akhlak yang telah lalu dikomparasikan dengan konsep pendidikan kontemporer agar dapat memberikan sumbangan pemikiran terbaru. Dengan harapan mampu menjawab permasalahan kekinian terkait dekadensi moral berikut beberapa hal yang melingkupinya. Karenanya penulis tertarik untuk mengangkat sebuah fokus pembahasan mengenai

pendidikan akhlak dengan judul ”NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM BUKU TUHAN, MAAF KAMI SEDANG SIBUK

KARYA AHMAD RIFA‟I RIF‟AN”

B. Fokus Penelitian

1. Bagaimana biografi Ahmad Rifa‟i Rif‟an?

2. Bagaimana nilai pendidikan akhlak dalam buku Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibukkarya Ahmad Rifa‟i Rif‟an?

3. Bagaimana implementasi nilai-nilai pendidikan akhlak dalam buku Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk di sekolah?

C. Tujuan Penelitian

(20)

2. Mengetahui nilai-nilai pendidikan akhlak dalam buku Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk.

3. Mengetahui implementasi nilai-nilai pendidikan akhlak dalam buku Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk di sekolah.

D. Kegunaan Penelitian

Dari paparan tujuan yang hendak dicapai dari pelaksanaan penelitian ini, maka dapat dirumuskan manfaat yang dapat diperoleh dari kajian ilimiah ini. Pada penelitian ini penulis mengategorikannya menjadi manfaat teoritis dan manfaat praktis. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat ini memberikan sumbangan pemikiran dan konsep baru mengenai pendidikan akhlak di kalangan praktisi pendidikan maupun akademisi sebagai bahan acuan dan rujukan. Bisa juga sebagai pijakan atau acuan para peneliti dalam melaksanakan penelitian lebih lanjut terkait nilai-nilai pendidikan akhlak. Manfaat lainnya yaitu hasil laporan penelitian ini nantinya dapat menambah khazanah pengetahuan mengenai konsep baru tentang pendidikan akhlak.

2. Manfaat Praktis

(21)

konsep praktis bagi masyarakat secara luas dalam mengatasi masalah-masalah pendidikan akhlak.

a. Manfaat Bagi Penyelenggara Pendidikan

Beberapa manfaat yang dapat diambil oleh lembaga penyelenggara pendidikan antara lain sebagai berikut:

1) Sebagai bahan masukan dalam menentukan kebijakan sekolah terutama yang berkaitan erat dengan pendidikan akhlak atau budi pekerti di sekolah.

2) Memberikan sumbangan dalam menghadapi permasalahan budi pekerti yang ada di sekolah.

b. Manfaat Bagi Guru Pendidikan Agama

1) Menjadi sumber pertimbangan guru dalam menghadapi masalah kenakalan siswa didik melalui perbaikan akhlak siswa.

2) Menjadi sumber bagi guru dalam bersikap dan berperilaku agar sesuai dengan tujuan pembelajaran agama.

c. Manfaat Bagi Para Orang Tua

Manfaat penelitian ini juga bisa dipakai oleh para orangtua siswa diantaranya sebagai berikut:

1) Menjadi pedoman teoritis bagi orangtua untuk menangani permasalahan kenakalan anak di rumah.

(22)

E. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan studi pustaka (library research), karena objek kajian studi difokuskan pada kajian sebuah buku. Data-data yang terkait dengan analisis pembahasan penelitian berkaitan dengan biografi, latar belakang pendidikan penulis, dan berbagai hal yang mungkin berpengaruh pada kondisi penulis, baik secara langsung atau tidak langsung.

Penelitian Pustaka (library research), yaitu jenis penelitian yang dilakukan degan menelaah dan menggunakan bahan-bahan pustaka berupa buku-buku, ensklopedi, jurnal, majalah, dan sumber pustaka lainya yang relevan dengan topik atau permasalahan yang dikaji sebagai sumber datanya (Hadi, 1990: 9).

Agar terlaksana penelitian sebagaimana yang diharapkan maka dalam penelitian ini secara runtut menggunakan metode sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian

Library research merupakan suatu metode penelitian yang menjadikan sebuah tulisan ilmiah sebagai objek kajian utama. Dalam penggunaan metode ini penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Meneliti Buku Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk karya Ahmad

(23)

b. Mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang ada pada buku tersebut terutama yang berkaitan dengan masalah pendidikan akhlak.

c. Menganalisis pokok permasalahan dengan cara mengemukakan dan membandingkan konsep pendidikan akhlak dari teori-teori lain.

d. Menyimpulkan beberapa konsep pendidikan akhlak yang ada pada buku tersebut.

2. Sumber Data Penelitian

Sumber data penelitian terdiri dari sumber primer dan sumber sekunder (pendukung).

a. Sumber data primer

Sumber data primer adalah sumber data utama yang akan dikaji dalam permasalahan. Sumber data utama dalam penelitian ini adalah buku Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk

Karya Ahmad Rifa‟i Rif‟an.

b. Sumber Data Sekunder

(24)

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data penulis lakukan dengan cara membaca buku-buku sumber, baik primer maupun sekunder. Mempelajari dan mengkaji serta memahami kajian yang terdapat dalam buku-buku sumber. Menganalisis untuk diteruskan identifikasi dan mengelompokkan sesuai dengan sifatnya masing-masing dalam bentuk per bab.

4. Teknik Analisis Data

Melihat objek penelitian ini adalah buku-buku atau literatur yang termasuk dalam kategori penelitian kepustakaan, maka penelitian ini adalah merupakan library research. Data yang terkumpul selanjutnya akan penulis analisa dengan menggunakan teknik analisa kualitatif dengan cara:

a. Deduktif

Maksudnya adalah bertolak dari hal-hal atau teori yang bersifat umum untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus. Dalam arti pengambilan kesimpulan yang berawal dari suatu pertanyaan tentang pendidikan akhlak dalam Islam secara umum kemudian dilakukan penarikan kesimpulan dari nilai pendidikan akhlak dalam buku Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk karya Ahmad

(25)

b. Induktif

Maksudnya adalah mengambil kesimpulan yang bertitik tolak dari hal-hal yang bersifat khusus dan mengambil atau menarik kesimpulan yang bersifat umum (Warsito, 1993: 99). Dalam arti penarikan kesimpulan yang berangkat dari uraian-uraian khusus tentang pendidikan akhlak dalam buku Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk karya Ahmad Rifa‟i Rif‟an, kemudian diformulasikan ke dalam kesimpulan yang bersifat umum.

F. Penegasan Istilah 1. Nilai

(26)

2. Pendidikan Akhlak

Menurut UU No.20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan secara sederhana diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan (Hasbullah, 2009: 1). Pendidikan merupakan proses perbaikan, penguatan, dan penyempurnaan terhadap semua kemampuan dan potensi manusia. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai suatu ikhtiar manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dan kebudayaan yang ada dalam masyarakat (Rokib, 2009: 15)

(27)

tersebut didasarkan kepada kehendak khaliq (Tuhan), sehingga akhlak tidak saja merupakan norma yang mengatur hubungan antara manusia dengan Allah, namun juga dengan alam semesta sekalipun. (Assegaf, 2014: 42)

Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan, dan kebiasaan yang menyatu membentuk suatu kesatuan tindak akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian (Drajat, 1995: 10). Akhlak awalnya dapat tumbuh melalui pengetahuan, jika dapat memahaminya selanjutnya dengan pembiasaan sebab ilmu dapat diperoleh melalui belajar, dan akhlak dapat diperoleh melalui pembiasaan (Kastolani, 2009:120).

Nilai pendidikan akhlak adalah suatu esensi yang terkandung dalam sebuah proses perbaikan, penguatan, dan penyempurnaan perilaku sesuai dengan kehendak Sang Khaliq (Pencipta) ataupun norma agama sehingga menjadi seimbang antara Hablum-minallah (Hubungan Vertikal) dan hablum minan-nas (Hubungan Horisontal). Pendidikan akhlak disini terbatas pada pendidikan akhlak dalam agama Islam.

3. Buku Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk

(28)

karya penulis muda berbakat, yaitu Ahmad Rifa‟i Rif‟an. Di dalam buku ini dari segi isinya menggunakan metode mauidzah atau pemberian nasehat dan pengalaman penulis serta memberikan arahan-arahan kepada generasi muda khususnya, dan semua kalangan pada umumnya.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif dan menyeluruh maka diperlukan sebuah sistematika penulisan yang runtut dari satu bab ke bab yang selanjutnya. Sedangkan sistematika sendiri memiliki arti suatu tata urutan yang saling berkaitan, saling berhubungan, dan saling melengkapi. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

(29)

pendidikan akhlak dalam dunia pendidikan di sekolah, serta peranan orangtua dalam mengajarkan nilai pendidikan akhlak pada anak.

Bab V : penutup berisi kesimpulan dari teori pendidikan akhlak yang ada dalam buku Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk, saran berikut metode yang dapat dipakai dan diterapkan pada pendidikan masa kini dan penutup.

BAB II

(30)

A. Biografi Ahmad Rifa‟i Rif‟an

Ahmad Rifa‟i Rif‟an atau lebih akrab dengan panggilan Fai, lahir di Lamongan 3 Oktober 1987. Usia remajanya ia sibukkan dalam dunia pesantren. Ia nyantri di pesantren Miftahul Qulub Lamongan, yang pada saat itu dibawah bimbingan KH. Asyikin Asghori (Rif‟an, 2010: 235). Ia menikah di usia 24 tahun. Istrinya adalah Ary Mita Christy Yanti, yang menjadi penulis buku “Ya Allah, Bimbing Hamba Menjadi Wanita

Shalihah”(Rif‟an, 2013: 2).

Ia menikmati pendidikan formal di MI Islamiyah, SMPN 1 Turi, SMAN 1 Lamongan. Lulus SMA ia mengambil S1-nya di Mechanical Engineering ITS Surabaya. Saat menjadi mahasiswa, ia aktif di beragam organisasi intra maupun ekstra kampus. Menjadi Wakil Ketua Kelompok Studi Islam (KSI), Ketua Bidang Kajian di Indonesian Islamic of Student Movement, Ketua Bidang Kaderisasi UKM Penalaran ITS, Ketua Bidang Jurnalistik Indonesian Islamic of Student Movement Cabang Surabaya, Pimpinan Redaksi di Islam Rahmatan Lil Alamin Network, Pengajar di Sekolah Rakyat Keputih Surabaya ( http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate. Riwayat Hidup Penulis. diakses tanggal 18 Juni 2015).

Beliau juga aktif di organisasi Jemaah Maiyah, Smasala Futuh, Komunitas Pecinta Pena, dan Program Wirausaha Mahasiswa ITS.

(31)

pertengahan kuliah. Bermula dari sebuah blog. Ia rutin menulis dan hanya karena semangat untuk berbagi cerita dan pengalaman melalui artikel-artikel sederhana yang ia upload di blog. Hingga suatu hari ada seorang sahabat penulis yang berkomentar terhadap tulisan-tulisan di blog tersebut. Sahabat itu memberi saran “Terus menulis ya. Ntar tulisan-tulisannya dikumpulin, kan lama-lama bisa jadi buku”. Dari sanalah penulis mulai terpikir untuk membuat buku.

Adapun buku yang paling sering ia baca adalah non fiksi jenis motivasi, renungan, dan biografi. Itulah sebabnya hampir semua buku yang ia tulis jenisnya motivasi, renungan, dan bertabur cerita inspiratif. Awal mulai menulis, ia ingin karyanya terpajang di toko buku. Tetapi begitu terbit dan terpajang di toko buku, ternyata rasanya gitu aja. Akhirnya ia ingin buku yang ia tulis menjadi best seller. Tetapi setelah best seller rasanya gitu aja. Maka ia pun mencari motivasi apa yang bisa membuat ia terus menulis. Akhirnya ditemukanlah jawaban yang sangat idealis. Mungkin jawabannya terlihat klise, tetapi inilah yang menyemangatinya untuk konsisten menulis puluhan buku Islami populer. Yakni, ketika nanti di Padang Mahsyar ia terbelalak melihat catatan amalnya, “Ya Allah, bukankah timbangan amal saya tak sebesar ini?”, kemudian ia merasakan betapa indahnya ketika menerima jawaban dari Allah, “Ya, Rifai, kau benar. Tapi ribuan orang telah tergerak beramal kebaikan setelah membaca tulisan-tulisanmu. Berantai amal sunnah

(32)

Penulis muda berbakat ini terus aktif menulis karena terinspirasi oleh Ulama‟ masa lampau, dimana meskipun fasilitas menulis sangat terbatas, belum ada notebook, belum ada gadget, tetapi produktifitasnya luar biasa. Sementara pada saat ini berlimpah fasilitas untuk menulis, rasanya kurang bersyukur jika tidak menggunakan nikmat tekhnologi seperti saat ini (http://www.pesantrenpenulis.com. Menjadi Penulis Sukses

di akses tanggal 18 Juni 2015).

Pemuda yang menjadi Owner Penerbit Marsua Media ini

menggunakan waktu emas untuk menulis yaitu sebelum subuh dan ba‟da

subuh. Termotivasi dari semangat berbagi dan menjadi pelaku dari Hadits Rasulullah Saw,

سِا نَّل سِا مْ رُ رُ خَ مْيْ خَ سِا نَّلا رُ مْيْ خَ

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia

lainnya.” (H.R Thabrani dan Daruqutni, Hadis ini dihasankan oleh

al-Albani di dalam Shahihul Jami‟ . no. 3289)

Ia menjadikan tulisannya sebagai bentuk dari multi-level pahala, yang bisa dinikmati bagi banyak orang.

(33)

B. Karya-karya Ahmad Rifa‟i Rif‟an

Ahmad Rifa‟i Rif‟an adalah penulis muda berbakat. Diusia yang

masih muda telah mencetak puluhan karya. Adapun karya-karya Ahmad

Rifa‟i Rif‟an dalam bentuk buku sesuai dengan pengamatan penulis adalah sebagai berikut:

1. Jadikan Aku Halal Bagimu. 2. Ya Allah, Siapa Jodohku? 3. Don‟t Cry, Allah Loves You 4. My Life My Adventure 5. 9 Rahasia Doa Lulus Ujian 6. From Kuper to Super 7. Jomblo Sebelum Nikah

8. Surat Cinta Untuk Kekasih Sejatiku 9. Nikah Muda, Siapa Takut?

10.Jangan Sampai Ada dan Tiadamu Di Dunia Ini Tak Ada Bedanya 11.Allah, inilah Proposal Cintaku (Rif‟an, 2015: 355).

12.Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk 13.The Perfect Muslimah

14.Man Shabara Zhafira

15.Hidup Sekali, Berarti, Lalu Mati

(34)

19.Muslim: Never Ending to Succes 20.From School To Heaven

21.Kiat Menjadi Pelajar Berprestasi dan Dirindukan Syurga (Rif‟an, 2010: 235)

22.Siapa Bilang Nulis Buku Itu Susah?

23.Inilah Rahasia Terbesar Nulis Buku Best Seller 24.Buka Penerbitan Modal Nol

25.Dijamin Nulis 1 Buku Per Bulan

26.Time: 50 Cara Mengatur Waktu agar Hidup Makin Produktif 27.Ketika Muslimah Jatuh Cinta

28.Allah, I Need You 29.Shalihah, Cerdas, Gaul

30.Aku Mencintaimu Karena Allah 31.Life Is Never Flat

32.Ketika Mencintai Tak Bisa Memiliki

33.Tuhan Memberi Yang Kita Butuhkan Bukan Yang Kita Inginkan 34.Allah, Mengapa Engkau Pisahkan Kami

35.Jangan Manja, Hidup Emang Nggak Mudah 36.25 Kebiasaan Anak Berprestasi

37.Ya Allah Aku Ingin Curhat

38.Izinkan Anakmu Memilih Jalan Hidupnya 39.Student Of Love

(35)

41.Tuhan, Maaf Aku Belum Siap Berhijab. 42.You‟re Not Alone, Allah Is Always With You 43.Tuhan, Jangan Biarkan Hamba Hidup Sendiri

44.Pacaran Lillahi Ta‟ala (https://rifay.wordpress.com, diakses pada 25 September 2015)

45.Aku Bukan Siti Nurbaya

46.Izrail Bilang, Ini Hari Terakhirku 47.Ya Allah Dia Bukan Jodohku

48.Muda Kaya Raya Mati Masuk Surga 49.Agar Ujian Di Tolong Allah

50.Akhirnya Kita Menikah

51.Pekerjaan Yang Membuatmu Sukses dan Bahagia 52.Bahkan Tuhanpun Berkurban

53.Karena Allah Tidak Tidur

54.Menggapai Malam Lailatul Qadar

55.Beginilah Cara Tuhan Mengubah Nasibku

56.Saudagar Langit: Membongkar 5 Kunci Kesuksesan Bisnis Manusia-Manusia Langit

57.Merokok Haram 58.Menjemput Pelangi

59.Tombo Ati: Menyingkap 5 Rahasia Kebahagiaan Muslim

(http://www.duniaparcelbuku.com/products/21/0/Ahmad-Rifai-Rifan/

(36)

60.Be Amazing Muslimah

61.Allah, Cukuplah Engkau Sebagai Penolong

(http://www.gramedia.com/catalogsearch/result/?q=Ahmad+Rifai+RIf an diakses pada 27 September 2015)

C. Latar Belakang Penulisan Buku Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk

Ketika membaca judul bukunya, sebagian orang akan merasa bahwa judul buku ini sangatlah berani, terkesan lancang, dan tergolong sangat nekat. Bahkan beberapa penerbit sempat menolak untuk menerbitkan naskah buku ini. Namun, tak disangka ternyata buku ini tembus menjadi nationalbestseller dan telah mencapai cetakan ke-14.

Secara umum, buku ini merupakan sebuah buku renungan bagi para pekerja kantoran yang seringkali merasa sangat sibuk dengan kegiatan sehari-harinya, sampai-sampai menjadi lalai dengan urusan terhadap tuhannya. Seolah aktifitas duniawi menyita waktu dan perhatian, padahal umur manusia didunia hanya sekitar 60-70 tahun, sementara kehidupan akhirat sifatnya adalah kholidiina fiiha abada (kekal selamanya). Oleh karena itu sudah semestinya akhirat menjadi prioritas, namun tak meninggalkan dunia. Dunia adalah media beribadah sebaik-baiknya untuk mencari bekal kehidupan akhirat. Dunia bukanlah tujuan

utama, namun akhiratlah tujuan akhir hidup manusia. Ahmad Rifa‟i Rif‟an

(37)

tumbuh. Dunia adalah rumput dan akhirat adalah padi. Memprioritaskan akhirat, maka akan mendapatkan dunia.

Inspirasi menulis buku Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk berawal saat penulis diundang ke Jakarta beberapa tahun yang lalu mengisi acara bedah buku, “Izrail Bilang Ini Ramadhan Terakhirku”. Dengan alasan ingin merasakan suasana kota Jakarta di bulan Ramadhan, penulis menolak untuk untuk dijemput panitia. Ia menuju lokasi dengan naik bus umum. Di bus yang ditumpangi, disimaklah sebuah lagu yang di lantunkan oleh pengamen cilik yang berjudul Pantaskah Syurga Untukku. Saat itulah penulis langsung menangis karena lagu yang dibawakan pengamen tersebut. Berangkat dari peristiwa itu, maka ditulislah buku Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk (Seminar Nasional Tuhan Maaf Kami Sedang Sibuk, 2014).

D. Corak Umum Pemikiran Ahmad Rifa‟i Rif‟an

(38)

dunia masa kini. Bahasa sindiran yang sering digunakan menjadikan pembaca merenung kembali akan makna hidupnya.

Adapun pembahasan yang sering ditulis adalah sebagai berikut 1. Seputar keagamaan, mencangkup kecerdasan emosional dan spiritual.

Menghadirkan Allah dalam setiap aktifitas adalah kenikmatan. Menanamkan iman sekuat-kuatnya dalam diri, maka dunia pun akan mengikuti. Sebagaimana perumpamaan padi dan rumput yang ia tulis, bahwa jika kita menanam padi, maka rumput akan ikut tumbuh. Namun bila hanya menanam rumput maka tak akan ada padi yang tumbuh. Padi ibarat iman (orientasi akhirat), sementara rumput adalah fana (orientasi keduniaan).

2. Mengajak pembaca untuk senang membaca dan menulis, dengan membaca menjadikan sesorang bertambah wawasannya, sementara dengan menulis adalah sebagai media untuk memberikan kemanfaatan bagi lebih banyak orang. Sebagaimana yang menjadi inspirasi bagi

Ahmad Rifa‟i Rif‟an bahwa ketika nanti di Padang Mahsyar ia terbelalak melihat catatan amalnya, “Ya Allah, bukankah timbangan

amal saya tak sebesar ini?”, kemudian ia merasakan betapa indahnya ketika menerima jawaban dari Allah, “Ya, Rifai, kau benar. Tapi ribuan orang telah tergerak beramal kebaikan setelah membaca tulisan-tulisanmu. Berantai amal sunnah terkerjakan setelah ribuan manusia

(39)

3. Mengajak para pembaca untuk senang berwirausaha semuda mungkin, karena berwirausaha adalah solusi untuk mengurangi jumlah pengangguran. Dengan berwirausaha dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat, melihat begitu banyaknya pengangguran di negeri tercinta ini. Serta melatih diri bermental pemberi, bukan peminta. Karena dengan berwirausaha seseorang bisa bebas secara finansial. Sehingga lebih banyak orang yang bisa dibantu.

4. Penulis sekaligus entrepreneur ini juga selalu menyisipkan ajakan

untuk „Nikah Muda‟. Berangkat dari keprihatinannya terhadap pemuda

hari ini yang memilih jalan „Pacaran‟ dengan alasan ingin saling

(40)



mereka dengan keutamaan dari-Nya.” (Q.S An-Nur: 32).

Menikahlah maka seseorang akan dikayakan oleh Allah. Kalau memang belum memiliki kemampuan, maka menjaga diri dengan akhlak yang baik adalah pilihan terbaik. Menikah akan lebih menjaga seseorang, terutama dari perilaku zina. Dengan mendewasakan diri lebih dini, tentunya membuat seseorang mandiri dan memiliki kemampuan untuk segera menikah, dan menghindari perbuatan zina. 5. Ajakan yang juga tak pernah luput yaitu memaknai hidup dalam

kemanfaatan. Kebahagiaan sejati dalam hidup adalah dengan memberikan kemanfaatan bagi sesama. Kunci kesuksesan adalah mendapatkan kebahagiaan, dan kebahagiaan sejati ialah dimana setiap hembusan nafas menjadi rahmat bagi orang di sekitar. Kedatangan kita membuat orang lain tersenyum. Sebagaimana prinsip penulis buku ini,

“Jika kita memikirkan orang lain, tuhan akan memikirkan kita. Tetapi

jika kita memikirkan diri sendiri, yakinlah, tuhan akan memikirkan

orang lain.”

E. Sistematika Penulisan Buku Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk

Sistematika buku Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk karya Ahmad

(41)

Halaman berikutnya adalah daftar isi yang dibagi dalam 4 Bab. Halaman selanjutnya adalah kata pengantar dari penulis terkait latar belakang yang mendorong penulis untuk menuliskan buku tersebut dengan selipan cerita perjalanan penulisan buku ini dengan bahasa yang menarik dan sopan, serta diikuti dengan ucapan terima kasih kepada orang-orang yang terlibat dalam penyelesaian buku.

Selanjutnya adalah pembahasan pembuka yang berisi renungan, kisah dan motivasi. Pada lembar penutup dilampirkan profil penulis, daftar pustaka, kumpulan karya-karya Best Seller penulis, serta testimoni para pembaca buku, “Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk.” Lebih simpelnya, sistematika penulisan buku tersebut adalah sebagai berikut:

1. Halaman Judul 2. Daftar Isi

3. Kata Pengantar Penulis 4. Pembahasan

Materi pembahasan terdiri dari 4 Bab, yaitu: a. Menata Hati, Membenahi Nurani

b. Rumahku, Syurgaku

c. Memancarkan Cahaya Syurga di Tempat Kerja d. Memperkokoh Semangat dan Visi Hidup 5. Profil Penulis

(42)

7. Halaman Sinopsis Beberapa Buku Karya Ahmad Rifa‟i Rif‟an yang Best Seller.

8. Testimoni Para Pembaca buku Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk F. Sinopsis Buku Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk

“Tuhan, harap maklumi kami, manusia-manusia yang begitu

banyak kegiatan. Kami benar-benar sibuk, sehingga kami amat kesulitan

menyempatkan waktu untuk-Mu. Tuhan, kami sangat sibuk. Jangankan

berjemaah, bahkan munfarid pun kami tunda-tunda. Jangankan rawatib,

zikir, berdoa, tahajud, bahkan kewajiban-Mu yang lima waktu saja sudah

sangat memberatkan kami. Jangankan puasa Senin-Kamis, jangankan

ayyaamul baith, jangankan puasa nabi Daud, bahkan puasa Ramadhan

saja kami sering mengeluh. Tuhan, maafkan kami, kebutuhan kami di

dunia ini masih sangatlah banyak, sehingga kami sangat kesulitan

menyisihkan sebagian harta untuk bekal kami di alam abadi-Mu.

Jangankan sedekah, jangankan jariah, bahkan mengeluarkan zakat yang

wajib saja sering kali terlupa. Tuhan, urusan-urusan dunia kami masih

amatlah banyak. Jadwal kami masih amatlah padat. Kami amat kesulitan

menyempatkan waktu untuk mencari bekal menghadap-Mu. Kami masih

belum bisa meluangkan waktu untuk khusyuk dalam rukuk, menyungkur

sujud, menangis, mengiba, berdoa, dan mendekatkan jiwa sedekat

mungkin dengan-Mu. Tuhan, tolong, jangan dulu Engkau menyuruh Izrail

(43)

Demikianlah potongan paragraf yang menyindir manusia untuk kembali merenungkan tujuan hidup didunia. Apakah semua aktifitas yang menyibukkannya didunia justru menjadikan manusia makin jauh dengan Allah. Atau justru sebaliknya menjadikan manusia makin dekat dengan Allah.

Buku ini berisi renungan sekaligus motivasi dari penulis tentang betapa pentingnya menghadirkan Allah dalam setiap aktifitas kehidupan sehari-hari. Memberikan makna hidup yang terbaik serta melakukan hal-hal yang memberikan manfaat bagi diri sendiri dan manfaat bagi lebih banyak manusia, serta berisi tips-tips menjadikan hidup semakin dekat dengan Allah (Hubungan Vertikal), dan dekat dengan manusia secara sosial kemasyarakatan (Hubungan Horizontal).

Buku yang terdiri dari empat bab ini disusun dengan klasifikasi berdasarkan wilayah kehidupan manusia. Membahas tentang dimensi vertikal dan dimensi horisontal. Diawali dengan bab pertama yaitu

“Menata Hati Membenahi Nurani” dimana pembaca diajak untuk

bercengkrama tentang pemaknaan tauhid, takdir, serta beberapa tema yang menyentuh wilayah jiwa. Bab kedua yaitu “Baiti Jannati” yang mengeksplorasikan tips dan trik Islam untuk menggapai kesuksesan dalam wilayah keluarga. Bab ketiga yaitu “Memancarkan cahaya Syurga di

Tempat Kerja” dimana pembaca akan diajak memaknai ulang seluruh

aktifitas pekerjaan, pergaulan, sebagai media peghambaan diri kepada

(44)

Semangat dan Visi Hidup” yang memotivasi setiap muslim untuk meraih kebahagiaan dengan memberikan kontribusi dan kemanfaatan bagi banyak orang, sehingga hidup semakin berada dalam keberkahan.

(45)

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM BUKU “TUHAN MAAF KAMI SEDANG SIBUK” KARYA AHMAD RIFA‟I RIF‟AN

A. Pengertian, Sumber, Tujuan, Metode, dan Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak

1. Pengertian Nilai Pendidikan Akhlak a. Nilai

Menurut Rokeach dan Bank (1996: 62) nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan yang dalam seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan , atau menghindari suatu tindakan, atau mengenai sesuatu yang pantas atau tidak pantas dikerjakan. Gazalba berpendapat bahwa nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, namun ideal, nilai bukan konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan soal penghayatan yang dikehendaki, disenangi atau tidak disenangi. Sementara menurut Thoha (1996: 62) nilai adalah esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat berarti bagi kehidupan manusia. Kebermaknaan esensi tersebut semakin meningkat sesuai dengan peningkatan daya tangkap dan pemaknaan manusia sendiri.

(46)

Green memandang nilai sebagai kesadaran yang secara relatif berlangsung dengan disertai emosi terhadap objek, ide, dan perseorangan. Lain halnya dengan Woods, yang menyatakan bahwa nilai merupakan petunjuk-petunjuk umum yang telah berlangsung lama, yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari (Mujib, 1993: 110).

Nilai adalah ukuran untuk menghukum atau memilih tindakan dan tujuan tertentu. Tidak terletak pada barang atau peristiwa, tetapi manusia memasukkan nilai kedalamnya. Karena nilai adalah cita, ide, bukan fakta. Sebab itulah tiadak ada ukuran-ukuran yang obyektif tentang nilai dan karenanya ia tidak dapat dipastikan secara kaku (Rosyadi, 2004: 114).

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa nilai adalah suatu sudut pandang yang bersifat abstrak, tentang baik-buruknya suatu hal sebagai bentuk kesadaran yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Pendidikan

(47)

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan secara sederhana diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadianya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. (Hasbullah, 2009: 1).

Pendidikan merupakan proses perbaikan, penguatan, dan penyempurnaan terhadap semua kemampuan dan potensi manusia. Pendidikan juga daat diartikan sebagai suatu ikhtiar manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dan kebudayaan yang ada dalam masyarakat (Rokib, 2009: 15).

Pendidikan adalah usaha yang dilakukan untuk mendidik manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang serta memiliki potensi atau kemampuan sebagaimana mestinya (Muchtar, 2008: 14).

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk melakukan proses perbaikan, penguatan, penyempurnaan terhadap semua potensi dalam diri, sehingga menjadikan seseorang tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik.

c. Akhlak

(48)

tercakup pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak khaliq (Pencipta) dengan perilaku makhluk (Manusia). Atau dengan kata lain, tata perilaku seseorang terhadap orang lain dan lingkunganya baru mengandung nilai akhlak yang hakiki jika tindakan atau perilaku tersebut didasarkan kepada kehendak khaliq (Tuhan), sehingga akhlak tidak saja merupakan norma yang mengatur hubungan antara manusia dengan Allah, namun juga dengan alam semesta sekalipun (Assegaf, 2014: 42).

Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan, dan kebiasaan yang menyatu membentuk suatu kesatuan tindak akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian (Drajat, 1995: 10). Akhlak awalnya dapat tumbuh melalui pengetahuan, jika dapat memahaminya selanjutnya dengan pembiasaan sebab ilmu dapat diperoleh melalui belajar, dan akhlak dapat diperoleh melalui pembiasaan (Kastolani, 2009: 120).

(49)

d. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak

Dari berbagai paparan diatas dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai pendidikan akhlak adalah sekumpulan nilai pendidikan dalam rangka memperbaiki, memperkuat, serta menyempurnakan perilaku melalui pembiasaan sehingga tertanam kepribadian yang baik dalam diri seseorang sesuai dengan ajaran agama. Dimana dalam pembahasan ini fokus pada ajaran agama Islam.

2. Sumber Pendidikan Akhlak

Dalam cakupan pendidikan Islam sumber pendidikan akhlak adalah dari Al-Qur‟an, Al-Hadis, Ra‟yu/ Akal (Ali, 2008: 89) : a. Al-Qur‟an

Al-Qur‟an merupakan himpunan wahyu Tuhan yang sampai kepada nabi Muhammad Saw dengan perantara malaikat Jibril. Al-Qur‟an diturunka secara berangsur-angsur, bertujuan untuk memecahkan setiap problema yang timbul dalam masyarakat. Al-Qur‟an sebagai tempat pengambilan yang enjadi sandaran segala cabang, yang menjelaskan tentang pranata susila yang benar bagi kehidupan manusia. Berisi aturan yang sangat lengkap dan tidak punya cela, mempunyai nilai universal dan tidak terikat oleh ruang dan waktu, nilai ajaranya mampu menembus segala dimensi ruang dan waktu. Kalau Al-Qur‟an merupakan sumber inspirasi dan aktifitas manusia dalam setiap sendi kehidupanya, maka

(50)

orientasi pengembangan intelektual, spiritual, dan keparipurnaan hidup manusia secara hakiki (Rosyadi, 2004: 153-155).

b. Al-Hadis

Al-Hadis adalah sumber kedua agama dan ajaran islam. Apa yang telah disebut dalam Al-Qur‟an dijelaskan atau dirinci lebih lanjut oleh Rasulullah dengan sunnah beliau. Dan sunnah beliau itulah yang merupakan penafsiran serta penjelasan otientik tentang Al-Qur‟an (Ali,2008: 110). Ada 3 peranan hadis disamping Al-Qur‟an, yaitu: pertama, menegaskan lebih lanjut ketentuan yang terdapat di Al-Qur‟an. Kedua, sebagai penjelasan isi dari

Al-Qur‟an. Ketiga, Menambahkan atau mengembangkan sesuatu yang tidak ada atau samar-samar ketentuanya didalam Al-Qur‟an (Ali,2008: 112).

c. Ra‟yu/ Akal Yang Dilakukan Dengan Ijtihad

(51)

kurang bermakna. Sementara kemampuan berbicara merupakan

manifestasi „keunggulan‟ manusia.denganya ia dapat menyatakan

dirinya dan manusia mampu menghubungkan diri dengan tuhannya (Ali, 2008: 120).

Sebagai sumber ajaran yang ketiga, kedudukan akal pikiran manusia yang memenuhi syarat penting sekali dalam sistem ajaran Islam. istilah ar-ra‟yu seringkali disebut ijtihad, yang bermakna usaha yang sungguh-sungguh yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang yang mempunyai ilmu pengetahuan dan pengalaman tertentu yang memenuhi syarat untuk mencari, menemukan, dan menetapkan nilai dan norma yang tidak jelas atau tidak terdapat patokanya didalam Al-Qur‟an dan Al-Hadis. Adapun hasil dari proses ijtihad, terutama yang dilakukan secara berkelompok yaitu sering disebut ijma‟ (Ali,2008: 121). Selain

Ijma‟(Kesepakatan para ulama‟/ mujtahid), juga terdapat beberapa

bentuk hasil ijtihad lainnya, yaitu qiyas, istihsan, maslahah mursalah, urf, istishab, saddu dzariah, dan madzab shahabi

(Khallaf, 1994: 17).

(52)

sementara interpretasi dari Al-kaun adalah ilmu pengetahuan (Rosyadi, 2004: 158).

3. Tujuan Pendidikan Akhlak

Dalam cakupan pendidikan Islam, tujuan pendidikan akhlak Prof. M. Athiyah Al-Abrashy menyimpulkan 5 tujuan umum

pendidikan Islam:

a. Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia.

Kaum muslim telah setuju bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa dari pendidikan Islam, dan bahwa mencapai akhlak yang sempurna adalah tujuan pendidikan yang sebenarnya.

b. Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.

Pendidikan islam sangat menaruh perhatian penuh untuk kedua kehidupan itu sebagai tujuan diatara tujuan-tujuan umum yang asasi. Sebab, memang itulah tujuan tertinggi dan terakhir pendidikan.

c. Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan.

(53)

d. Menumbuhkan roh ilmiah (scientific spirit) pada pelajar dan memuaskan keinginan arti untuk mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji ilmu sekedar ilmu.

e. Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknis dan perusahaan supaya ia juga dapat menguasai profesi tertentu, teknis tertentu dan perusahaan tertentu agar dapat mencari rezeki (Rosyadi, 2004: 161-162).

Sementara Muhammad Qutb (2004: 165) berpendapat bahwasanya tujuan pendidikan Islam adalah manusia yang taqwa. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur‟an surah Al-Hujurat: 13,

...Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S Al-Hujurat: 13)

Adapun ciri-cirinya adalah: Jasmani sehat (sehat, kuat, berketrampilan), kecerdasan dan berkepribadian, dan memiliki hati yang bertakwa (sukarela melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah) (Rosyadi, 2004: 165-167).

(54)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwasanya metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai yang dikehendaki (Depdiknas, 2007: 741). Sementara menurut Mahmud Yunus (2002: 87) metode adalah jalan yang hendak ditempuh oleh seseorang supaya sampai kepada tujuan tertentu, baik dalam lingkungan perusahaan atau perniagaan, maupun dalam kupasan ilmu pengetahuan dan lainya. Penggunaan metode sangatlah penting, karena metode adalah salah satu komponen yang menentukan berhasil tidaknya suatu pendidikan (Arief, 2002: 87). Pendidikan agama diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk membentuk manusia agamis dengan menanamkan akidah keimanan, amaliah, dan budi pekerti (akhlak al-karimah) agar menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah Swt (Usman, 2002: 4).

Beberapa metode yang dapat digunakan dalam melaksanakan pendidikan akhlak adalah sebagai berikut:

a. Metode Pembiasaan

(55)

mengembangkan potensi dasar yang ada padanya, salah satu caranya adalah melalui kebiasaan yang baik. Al-Qur‟an memuat prinsip umum pemakaian metode pembiasaan dalam proses pendidikan. Dalam merubah perilaku negatif misalnya, Al-Qur‟an menggunakan pendekatan pembiasaan yang dilakukan secara berangsur-angsur. Kasus pengharaman khamr misalnya (Arief, 2002: 110-111).

Diawali dengan menerangkan bahwasanya khamr lebih banyak negatifnya dibandingkan manfaatnya (lihat Q.S Al-Baqarah: 219), dilanjutkan dengan larangan mendekati shlalat bagi para peminum khamr yang dalam keadaan mabuk (lihat Q.S An-Nisa‟: 43), dan pada tahap akhir Allah dengan tegas melarang meminum khamr (lihat Q.S Al-Maidah: 5).

b. Metode Keteladanan

(56)

sebagai hamba dan Rasul-Nya menjadi teladan bagi manusia dalam

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (Q.S Al- Ahzab: 21)

Pada ayat diatas dijelaskan bahwa Allah memerintahkan hambanya untuk menjadikan Rasulullah Saw sebagai teladan dalam membentuk Akhlakul Karimah. Kebutuhan manusia akan figur teladan bersumber dari kecenderungan meniru yang sudah menjadi karakter manusia (An Nahlawi, 1995: 263).

Dalam konsep teori belajar sosial-kognitif yang dikemukakan Albert Bandura, teori ini termasuk teori belajar sosial yang disebut dengan imitasi, karena perilaku terbentuk melalui proses imitasi, mengamati perilaku orang lain termasuk mengamati terhadap efek dari perilaku orang lain. Teori ini juga dikenal dengan belajar model, karena proses pembentukan perilaku memerlukan model yang dicontoh atau diikuti (Sriyanti, 2011: 73).

(57)

Metode nasihat merupakan sebuah cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam rangka mendidik anak didiknya dalam hal pembelajaran agama atau akhlak dengan cara memberikan nasihat atau ceramah secara langsung (oral). Allah Swt mencontohkan apabila seorang hendak memberikan pengajaran melalui ceramah dilakukan dengan cara yang baik pula.

Sebagaimana terkandung dalam Q.S. al-Nahl: 125:

Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S An- Nahl: 125)

Nasehat adalah salah satu cara dari al- mau‟idzah al- hasanah yang bertujuan mengingatkan bahwa segala perbuatan pasti ada sangsi dan akibat. Al-Asfahani memberikan pemahaman bahwa makna al-

mau‟idzah merupakan tindakan mengingatkan seseorang dengan baik

(58)

Kelemahlembutan dalam menasehati (al-mau‟izhah) seringkali dapat meluluhkan hati yang keras dan menjinakkan kalbu yang liar. Bahkan ia lebih mudah melahirkan kebaikan ketimbang larangan dan ancaman (Fadlullah, 1997: 49).

d. Metode Kisah dan Cerita

Diantara metode pendidikan Nabi Saw lian ialah menuturkan kisah. Kisah dijadikan oleh beliau sebagai alat (media dan sarana) untuk membantu menjelaskan suatu pemikiran dan mengungkapkan suatu masalah (Al-Maliki, 2002: 94). Metode kisah merupakan salah satu metode pendidikan yang mashur dan terbaik, sebab kisah itu mampu menyentuh jiwa jika didasari oleh ketulusan hati yang mendalam (Arief, 2002: 160).

Allah dan Rasul-Nya juga menggunakan metode ini dalam mendidik akhlak umat manusia pada waktu itu, bahkan dalam

Al-Qur‟an lebih banyak mengemukakan cerita manusia zaman dahulu

dalam menanamkan sikap moral. Seperti cerita Nabi-Nabi dalam

Al-Qur‟an, cerita orang saleh zaman dahulu, dan juga cerita mengenai

hamba-hamba-Nya yang maksiat kepada Allah. Biasa disebut dengan

“Kisah Qur‟ani” karena bersumber pada Al-Qur‟an, dan “Kisah

Nabawi” yang bersumber pada hadits Nabi Saw.

(59)





Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan) nya adalah Termasuk orang-orang yang belum mengetahui. (Q.S Yusuf: 3)

e. Pemberian ganjaran dan hukuman

Dalam bahasa indonesia, ganjaran dapat dipahami dengan balasan baik maupun balasan buruk. Sementara dalam bahasa arab

diistilahkan dengan “tsawab” yang berarti pahala, upah dan balasan.

Kata “tsawab” dalam Al-Qur‟an selalu diterjemahkan dengan balasan yang baik (Arief, 2002: 125). Ganjaran adalah alat pendidikan preventif dan represif yang menyenangkan dan bisa menjadi pendorong atau motivator belajar bagi murid. Sementara pemberian hukuman (iqab) adalah alat pendidikan preventif dan represif yang paling tidak menyenangkan, imbalan dari perbuatan yang tidak baik (Arief, 2002: 131).

Dalam teori belajar, metode pemberian ganjaran dan hukuman merupakan teori behavioristik-koneksionisme yang dikemukakan oleh Edward Thorndike, yang biasa disebut reward dan punishment (Sriyanti: 2011, 43).

f. Metode Perintah dan larangan

(60)

menjadi pribadi muslim yang baik sesuai dengan ajaranNya. Baik berupa perintah wajib untuk dilaksanakan atau wajib ditinggalkan, dengan menggunakan fi’lu al-amar atau nahiy ataupun dengan menggunakan kalimat berita berupa kebaikan dan keburukan.

Allah berfirman dalam Q.S Luqman: 17:





Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (Q.S Luqman: 17)

g. Metode Perumpamaan

Termasuk metode pendidikan Nabi Saw yang mendekatkan pengertian suatu masalah dengan membuat perumpamaan (tamsil). Perumpamaan merupakan cara yang tepat untuk lebih menggambarkan, menjelaskan dan mendekatkan hakikat masalah tertentu dihati pendengar (Al-Maliki, 2002: 115).

(61)

yang menggerakkan aspek emosi dan mental manusia (An-Nahlawi, 1995: 254-259). Dalam pendidikan Islam, perumpamaan terdapat dalam Al-Qur‟an dan Hadits yang disebut perumpamaan Qur‟ani dan Nabawi.

5. Macam dan Ruang Lingkup Akhlak

Akhlak berdasarkan macamnya terdiri atas Akhlakul karimah /akhlak mulia (akhlak Islami) dan Akhlakul Madzmumah/ akhlak tercela (akhlak jahiliyyah). Akhlak Islami adalah perilaku terpuji yang ada pada diri seseorang untuk menggapai ridha Allah, sedangkan akhlak jahiliyyah adalah perilaku tercela yang ada pada seseorang sebagai refleksi dari pengingkaran terhadap perintah Allah (Assegaf, 2014: 43). Sedangkan untuk ruang lingkup akhlak mempunyai kaitan erat bahkan persamaan dengan takwa. Ruang lingkup akhlak diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Akhlak terhadap Allah (Khalik)

Hubungan manusia dengan Allah merupakan prima causa hubungan-hubungan yang lain, karena itu hubungan inilah yang seyogyanya diutamakan dan secara tertib diatur tetap terpelihara. Sebab dengan menjaga hubungan dengan Allah, manusia akan terkendali tidak akan melakukan kejahatan terhadap dirinya sendiri, masyarakat, dan lingkungan hidup (Ali, 1998: 367-367).

(62)

yang diajarkan-Nya melalui wahyu yang menjadi petunjuk dan pedoman hidup manusia. (2) Beribadah kepada-Nya dengan jalan melaksanakan shalat lima kali sehari semalam, menunaikan zakat apabila telah sampai nishab dan haul-nya, berpuasa selama sebulan dalam setahun, melakukan ibadah haji sekali seumur hidup, menurut cara-cara yang ditetapkan-Nya. (3) mensyukuri nikmat-Nya dengan jalan menerima, mengurus, memanfaatkan, semua pemberian Allah kepada manusia. (4) Bersabar menerima cobaan Allah dalam makna tabah, tidak putus asa ketika mendapat musibah atau menerima bencana. (5) memohon ampun atas segala dosa dan taubat dalam makna sadar untuk tidak lagi melakukan segala perbuatan jahat dan tercela (Ali, 1998: 369)

b. Akhlak terhadap makhluk 1) Akhlak terhadap manusia

Terdiri atas:

a) Akhlak terhadap Rasulullah Saw

Mencintai rasulullah secara tulus dengan mengikuti semua sunnahnya, dan menjadikan beliau idola sekaligus teladan dalam hidup dan kehidupan.

b) Akhlak terhadap orang tua

(63)

kepada keduanya dengan sebaik-baiknya, serta mendoakan keselamatan dan ampunan kendati keduanya telah meninggal dunia.

c) Akhlak terhadap diri sendiri

Memelihara kesucian diri, menutup aurat, jujur dalam perkataan dan perbuatan, ikhlas, sabar, rendah hati, malu, menjauhi dengki dan dendam.

d) Akhlak terhadap keluarga, karib kerabat

Saling membina rasa cinta dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga, saling menunaikan hak dan kewajiban, mendidik anak-anak dengan kasih sayang, serta memelihara silaturahim dan melanjutkan silaturahim yang dibina orang tua yang telah meninggal dunia.

e) Akhlak terhadap tetangga

Saling mengunjungi, saling menolong dalam keadaan senag maupun susah, saling menghormati, saling memberi, serta menghindari permusuhan.

f) Akhlak terhadap masyarakat

(64)

2) Akhlak terhadap bukan manusia (Lingkungan Hidup)

Sadar dan memelihara kelestarian lingkungan hidup, sayang kepada sesama makhluk (Ali, 2008: 356).

B. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Buku Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk Karya Ahmad Rifa‟i Rif‟an

Sebagaimana dalam ruang lingkup akhlak, buku Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk juga memiliki ranah pendidikan akhlak meliputi akhlak terhadap Allah dan akhlak terhadap makhluk. Akhlak terhadap Allah biasa disebut dengan akhlak vertikal, sementara akhlak terhadap manusia biasa disebut akhlak horisontal. Berikut adalah nilai-nilai pendidikan akhlak dalam buku Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk :

1. Penjelasan tentang tujuan penciptaan

Tuhan, maaf kami orang-orang sibuk. Kami memang takut neraka, tetapi kami kesulitan mencari waktu untuk mengerjakan amalan yang dapat menjauhkan kami dari neraka-Mu. Kami memang berharap syurga, tapi kami hampir tidak ada waktu untuk mencari bekal menuju syurga-Mu. ... Kita seolah makhluk yang begitu sibuk, bahkan untuk beribadah dan berkomunikasi dengan Allah saja kita harus menyempatkannya. Kita seolah pelit, bahkan untuk akhirat kita justru menyedekahkan harta yang tersisih. Tak sadar dihadapan Tuhan seolah-olah kita adalah orang-orang tersibuk, padahal seluruh waktu, seluruh jatah usia, bahkan hidup kita seharusnya kita persembahkan dalam pengabdian kepada-Nya (Rif‟an, 2015: 3-4)

2. Penjelasan tentang cara menjaga iman manusia

(65)

naik, maka kita menjadi tekun beribadah. Tetapi berlaku juga sebaliknya, ketika kita tekun beribadah, maka iman meningkat(Rif‟an, 2015: 29-30)

3. Penjelasan tentang anjuran untuk ber-islam secara menyeluruh (kaffah) Asyhadu an laa ilaaha illallah bukan hanya di lisan, tapi justru penjelmaan kalimat itu di perilaku keseharian, itu yang utama. Andaikan syahadat hanya untuk diucap lisan, cukuplah anak kita yang masih bermain di playgroup atau taman kanak-kanak bisa mengucapkanya dengan fasih. Andaikan ber-Islam hanya dibutuhkan persaksian lisan, burung beo-pun bisa, bisa punya kesempatan jadi muslim. Ber-Islam-lah secara kaffah, menyeluruh. Jika syahadat telah kita ucap, perilaku sehari-hari layaklah untuk segera kita benahi

(Rif‟an, 2015: 39).

4. Penjelasan tentang taubat

Ketika orang shaleh ditanya oleh seseorang dengan pertanyaan, ”Mengapa masalah tak kunjung beralih dari hidupku?” Biasanya yang pertama kali keluar dari lisanya adalah anjuran untuk bertaubat kepada Allah. Karena ia tahu bahwa dengan bertaubat terhadap dosa-dosa, maka tak ada yang namanya masalah. Masalah adalah ketika kita berbuat dosa dan tak kunjung mentaubatinya (Rif‟an, 2015: 52)

5. Penjelasan tentang berdoa kepada Allah

Saudaraku, doa adalah bentuk pengakuan terhadap ketidakmampuan kita dalam mengatasi segala persoalan hidup tanpa pertolongan Allah. Doa adalah bentuk kerendahhatian seorang hamba yang lemah terhadap kekuatan Tuhannya. Bahkan dengan kalimat tegas Rasulullah mewanti-wanti, “Barang siapa yang tidak memohon kepada Allah, murkalah Allah kepada-Nya.”(H.R At-Tirmidzi). Jika Allah sudah murka , apalah artinya hidup kita didunia ini. Semua hanya menjadi bencana. Semua hanya kesengsaraan (Rif‟an, 2015: 64).

6. Penjelasan tentang makna jihad

(66)

guru berjihad dengan metode pendidikannya, pemimpin dengan keadilannya, penulis berjihad dengan karya inspiratif dari jemarinya, ulama berjihad dengan ilmunya, dan pengusaha tentu dengan inovasi dan dengan kejujurannya (Rif‟an, 2015: 197).

7. Penjelasan tentang puasa sebagai terapi kredibilitas

Untuk mengatasi kerusakan moral yang sedemikian akut, tentu perlu sebuah metode khusus. Salah satunya puasa. Puasa merupakan ibadah yang paling ampuh dan efektif untuk melatih kejujuran. Berbeda dengan sifat ibadah yang ada, puasa adalah ibadah sirriyah (rahasia). Dikatakan sirriyah, karena yang mengetahui seseorang itu berpuasa atau tidak , hanyalah orang yang berpuasa itu sendiri dan Allah. Kita bisa saja makan dan minum seenaknya ditempat sunyi yang tidak terlihat seorang pun. Namun kita tidak melakukannya, karena dalam diri kita tertanam satu keyakinan ada Allah yang Maha Melihat. Puasa melatih manusia untuk senantiasa menyadari kehadiran Tuhan dalam setiap detik hidupnya. Dengan puasa kita dilatih untuk menyadari bahwa segala aktifitas yang kita lakukan selalu diawasi oleh Allah

(Rif‟an, 2015: 237).

8. Penjelasan tentang memaknai shalat sebagai kebutuhan

Wajar hingga saat ini dengan mudah kita menjumpai orang yang shalatnya genap lima waktu, tapi ketika tiba di meja kerja ia dengan begitu beringasnya menggelembungkan dana ini itu agar bisa di tilap. Wajar jika kita masih dengan mudah melihat orang yang shalat lima waktunya lancar tapi masih saja berani mengurangi timbangan. Orang yang rajin shalat lima waktu tapi masih suka menipu konsumen. Karena kita selama ini tidak menjadikan shalat sebagai kebutuhan hidup. Kita hanya menjadikan shalat sebagai kewajiban yang memaksa

(Rif‟an, 2015: 254-255) 9. Penjelasan tentang uzlah

(67)

10.Penjelasan tentang khusnudhon kepada Allah

Ketika permasalahan hidup tak kunjung berhenti menimpa seseorang, jangan buru-buru menyimpulkan bahwa Allah sedang membenci orang tersebut. Mungkin Allah ingin menyaksikan hamba yang dicintainya itu menyungkur sujud di sepertiga malam terakhir untuk mengadukan permasalahn hidupnya (Rif‟an, 2015: 202).

11.Penjelasan tentang bersyukur

Jika kita bersyukur, Tuhan akan menambah nikmat-Nya kepada kita. Jika saya tanya kepada anda, apa yang akan kita lakukan supaya Allah berkenan menambah nikmat-Nya kepada kita? Ya, jawabanya adalah dengan bersyukur....Selama ini kebiasaan kita adalah bersyukur setelah nikmat itu hadir. Kita dengan mudah mengucap hamdalah setelah rezeki datang menghampiri. Padahal syukur adalah metode mengundang nikmat. Jika selama ini urutan yang kita anut adalah

Berdoa kepada Tuhan-> Doa kita dikabulkan -> Baru bersyukur” Mulai sekarang, mari logikanya kita balik, “Bersyukur terlebih dahulu -> Berdoa kepada Tuhan -> Doa kita pun dikabulkan.”(Rif‟an, 2015: 71-72).

12.Penjelasan tentang jujur kunci kesuksesan

“Indikasi kesuksesan adalah kebahagiaan. Lalu darimana bisa memperoleh kebahagiaan itu? Tentu saja salah satunya dilihat dari

kejujuran dalam meraihnya.” (Rif‟an, 2015: 206). 13.Penjelasan tentang anjuran untuk menjauhi ghoshab

Saat ini ghoshab seringkali disepelekan karena memang dirasa sebagai hal lumrah atau biasa saja. apalagi kepada teman akrab yang sudah lama saling pinjam, saling pakai, saling bagi, saling minta, dan saling-kasih barang-barang yang dimiliki. Persahabatan yang begitu akrab menghadirkan sebuah rasa yang menganggap, milikku adalah milikmu, milikmu adalah milikku. Keakraban itu kemudian menimbulkan satu

(68)

14.Penjelasan tentang akhlak muslimah yang berkarier

“Prestasi wanita karier harus dinilai dengan penilaian ganda, ditempat kerja ia berprestasi dalam karier, dan di rumah ia sukses menempatkan

diri sebagai istri dan ibu.”(Rif‟an, 2015: 163).

Bagi anda para perempuan yang memilih untuk tidak bekerja diluar dengan alasan khawatir pada terabaikannya tugas anda sebagai istri bagi suami serta ibu bagi anak-anak anda, tidaklah apa. Tugas sebagai ibu rumah tangga tak kalah mulia dari usaha mencari nafkah. Namun bagi anda yang telah memilih hidup dalam karier, yakinlah bahwa Islam tak pernah menempatkan perempuan pada derajat rendah kehidupan. Islam tak meminta perempuan untuk mengunci diri dalam bilik kecil rumahnya. Silahkan meniti profesi, asalkan profesi yang dipilih tidak menganjurkan pada pelanggaran etika dan naluri sebagai wanita (ibu dan istri). Namun ada aturan yang harus dipegang erat agar kaum wanita tetap berada ditempat tehormat. Pertama, patuhi adab keluarnya wanita dari rumahnya, misalnya perihal pakaian. Semoga tidak ada lagi perempuan muslim membeber auratnya dengan alasan,

“Maklumlah, tuntutan profesi!” (Rif‟an, 2015: 167).

15.Penjelasan tentang mengingat mati sebagai motivasi beramal

Umur manusia memang misteri. Kita tak tahu kapan usia kita berakhir. Namun terkadang kita lupa bahwa Allah menjadikan usia kita sebagai misteri justru agar kita bisa mendayagunakan pikir, bahwa kita bisa mati kapan saja. betapa bodohnya ketika kita tahu bahwa kematian bisa datang kapan pun, namun masih saja dengan tenang mengerjakan dan pekerjaan yang sia-sia dalam hidup (Rif‟an, 2015: 332).

16.Penjelasan tentang anjuran bekerja keras

“Ketika kita melihat orang lain sukses, yang kita lhat seringkali hanya enaknya saja. banyak dari kita yang tidak berminat untuk melihat betapa susahnya orang tersebut dalam menggapai tangga-tangga

suksesnya.” (Rif‟an, 2015: 213).

Hidup itu berproses. Ketika kebanyakan manusia melihat hasilnya, percayalah bahwa Tuhan lebih melihat bagaimana perjalananmu dalam meraihnya. Ketika niatmu sudah lurus, usahamu sudah tulus, perbaikan diri kau lakukan terus-menerus, insya Allah penilaian terhadapmu pun bagus (Rif‟an, 2015: 222).

Referensi

Dokumen terkait

Ini membuat sistem bekerja berubah menjadi suatu kondisi dimana orang sudah tidak perlu lagi masuk ke dalam sebuah ruangan khusus dengan berbagai fasilitas

The yardsticks frequently used is a ratio, or index, relating two pieces of financial data to each other (untuk mengevaluasi kondisi dan kinerja keuangan

“ Pelaksanaan Sidang Keliling Perkara Perceraian Kaitannya dengan Asas Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan di Pengadilan Agama. Brebes (Studi Kasus di

Dari data yang dikumpulkan selama masa penelitian disimpulkan bahwa cacat dominan yang sering terjadi dengan nilai RPN tertinggi disebabkan antara lain karena beberapa faktor

Jadi, permasalahan dalam penelitian ini, bagaimana menghasilkan cat tembok dari getah karet, tepung tapioka dan air sehingga dapat membentuk cat tembok dengan komposisi yang tepat

kata asing yang belum dikenal memang akan membangkitkan rasa ingin tahu, namun itu akan menghambat kelancaran komunikasi. Pilihan kata hendaknya juga disesuaikan dengan pokok

Kegiatan warga negara yang senantiasa menampilkan perilaku tanggap (responsif) terhadap berbagai tahapan kebijakan pemerintah atau dengan kata lain apabila seseorang

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah telah melimpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akhir ini yang merupakan