• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Ubikayu

Persiapan lahan. Pengolahan lahan dilakukan dengan traktor. Pembajakan dilakukan dua sampai tiga kali. Pembajakan dilakukan pada saat cuaca sedang cerah. Selang waktu pembajakan dengan pembajakan berikutnya kurang lebih selama 2-3 minggu. Setelah dibajak, tanah kemudian dibentuk guludan. Guludan dibentuk dengan menggunakan bajak dengan alat yang disebut

furrow atau ridger. Jarak antar guludan yang terbentuk dengan furrow yaitu kurang lebih 90 cm (Gambar 2).

Gambar 2. Pembajakan tanah

Persiapan bahan tanam. Bahan yang digunakan yaitu stek bibit. Stek diambil dari batang ubikayu yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda dengan panjang kurang lebih 1 meter. Dari satu batang ubikayu dipotong lagi menjadi lima bagian, sehingga panjang setiap stek kurang lebih sepanjang 20 cm.

Pada saat awal penanaman suatu varietas atau pada saat percobaan suatu varietas, bibit biasanya didapatkan dengan cara membeli dari perusahaan lain. Jika

(2)

bibit merupakan varietas yang sudah ditanam, bibit dapat diambil dari petakan yang sudah dipanen.

Varietas yang banyak ditanam dikebun PT PAL yaitu varietas Kasetsart. Alasan penggunaan varietas Kasetsart yaitu varietas ini relatif tahan hama dan penyakit, kadar air yang cukup rendah, kadar pati yang cukup tinggi, dan memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas lainnya yang pernah ditanam (Tabel 3). Varietas lain yang pernah ditanam di kebun PT PAL yaitu varietas Thailand, Umas (ubi kayu kuning), M31, M30, Mangu, dan Mukibat (ubikayu sambung).

Tabel 3. Produktivitas Varietas yang Pernah Ditanam

Varietas Produktivitas (ton/ha)

Kasetsart (UJ-5) Thailand (UJ-3) UMAS Mukibat (sambung) 20.72 15.83 18.35 18.47 Sumber: PT PAL

Penanaman. Pola tanam yang digunakan yaitu monokultur dengan jarak tanam 90 X 60 cm, sehingga populasi per hektarnya kurang lebih 18 000 tanaman. Penanaman dilakukan pada bulan Agustus sampai bulan Maret, tergantung kesiapan lahan dan kondisi cuaca. Penanaman pada saat curah hujan cukup tinggi dapat menyebabkan biaya perawatan untuk pengendalian gulma menjadi tinggi, karena pada saat tersebut gulma akan cepat tumbuh dan dapat menyaingi tanaman ubikayu.

Penyulaman. Penyulaman tanaman dilakukan pada saat 15-30 hari setelah tanam. Jumlah tanaman yang disulam tidak tentu, biasanya sekitar 20%. Tanaman akan disulam jika persentase bibit tidak tumbuh lebih dari 10%. Bibit sulaman menggunakan bibit sisa penanaman yang biasanya disimpan di pinggiran petakan.

Pemupukan. Pemupukan biasanya dilakukan sebanyak dua sampai tiga kali. Pemupukan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur kurang dari satu bulan, pemupukan kedua pada saat tanaman berumur 3-6 bulan, dan pemupukan

(3)

ketiga pada saat tanaman berumur 7 bulan. Pemupukan ketiga jarang dilakukan, hanya dilakukan jika diperlukan saja.

Pupuk yang diberikan yaitu pupuk Urea, TSP, dan KCl. Perbandingan dosis per hektar untuk pupuk I yaitu 100 kg : 100 kg : 50 kg, pupuk II 50 kg : 0 kg : 150 kg, dan pupuk III 0 kg : 0 kg : 100 kg atau 0 kg : 0 kg : 150 kg. Pupuk diaplikasikan dengan cara ditabur di lubang pupuk yang sudah dibuat (Gambar 3).

Gambar 3. Pemupukan

Selain pemupukan tanah, dilakukan juga pemupukan daun. Pupuk daun dilakukan sebanyak tiga kali pada saat tanaman berumur 2-4 bulan. Pupuk daun yang digunakan yaitu pupuk daun Saputra Nutrient yang berbentuk serbuk dan cair dengan dosis per hektar masing-masing 1 kg dan 2 liter. Pupuk daun serbuk mengandung unsur Nitrogen, Kalium, Fosfor, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan

trace mineral. Pupuk daun cair mengandung prekursor nutrisi esensial (80%), Oligosakarida (12%), trace mineral (2%), dan bahan lain (6%). Kedua pupuk tersebut dicampur dan dilarutkan menggunakan air sebanyak 200 liter. Pupuk diaplikasikan dengan cara disemprotkan dengan menggunakan knapsack sprayer.

Pewiwilan. Pewiwilan dilakukan pada saat umur tanaman kurang dari tiga bulan. Jumlah tunas yang disisakan yaitu sebanyak dua buah.

Pengendalian Gulma. Gulma yang tumbuh di areal ubikayu bermacam-macam, mulai dari gulma berdaun lebar, berdaun sempit, dan teki. Contoh gulma

(4)

yang tumbuh di areal ubikayu yaitu Boreria sp., Chromolaena odorata, Phylantus niruri, Echinocloa colonum, Eleusine indica, Brachiaria mutica,.dll.

Pengendalian gulma dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara manual (penyiangan dan cangkul) dan dengan menggunakan herbisida. Pengendalian dilakukan pada saat umur tanaman 0-3 bulan. Pengendalian terus dilakukan selama gulma masih tumbuh dan kanopi ubikayu belum menutup penuh. Pengendalian diawali dengan pengendalian manual kemudian diikuti dengan pengendalian menggunakan herbisida.

Selain pada tiga bulan pertama, pengendalian pun dilakukan ketika menjelang panen. Pengendalian tersebut dilakukan untuk memudahkan pemanenan dan mengurangi pertumbuhan gulma pada musim tanam berikutnya.

Herbisida yang digunakan yaitu herbisida dari golongan Glifosat dengan bahan aktif isopropilamina Glifosat 480 g/l atau setara dengan Glifosat 356 g/l. Dosis herbisida yang digunakan yaitu sebanyak 2.5 l/ha.

Gambar 4. Penyemprotan Herbisida

Aplikasi herbisida dilakukan dengan cara disemprot menggunakan

knapsack sprayer (Gambar 4). Cara penyemprotan herbisida untuk tanaman muda dan tanaman dewasa berbeda. Pada tanaman muda, ujung alat semprot dilengkapi dengan mangkok. Penyemprotan dilakukan dengan posisi mangkok lebih rendah dari tanaman dan hanya menjangkau satu baris alur guludan. Pada tanaman dewasa, ujung alat semprot tidak dilengkapi mangkok. Ketinggian alat semprot diatur agar semprotan dapat menjangkau tiga baris alur guludan (Gambar 5). Hal

(5)

tersebut dilakukan agar herbisida tidak mengenai daun ubikayu. Jika herbisida mengenai daun ubikayu, tanaman tersebut akan mengalami stress (layu) selama beberapa saat.

Gambar 5. Cara Penyemprotan Herbisida

Pembubunan, pengairan, dan pengendalian hama penyakit biasanya tidak dilakukan. Tanaman yang ditanam bisanya ditanam pada saat awal sampai akhir musim hujan, sehingga tidak diperlukan pengairan. Varietas yang digunakan (Kasetsart) merupakan verietas yang cukup tahan terhadap hama dan penyakit. Meskipun ada beberapa hama yang menyerang seperti ulat dan white scale

(Aonidomytillus albus), seranganyang terjadi tidak begitu signifikan (Gambar 6).

Gambar 6. Hama white scale

Panen. Panen dilakukan pada saat tanaman telah berumur lebih dari 9 bulan dan pada saat kondisi jalan mendukung. Meskipun tanaman telah cukup

(6)

umur, jika kondisi jalan tidak mendukung (rusak, berlumpur, lengket), pemanenan biasanya ditunda, bahkan sampai dengan umur tanaman lebih dari 12 bulan.

Pemanenan dilakukan dengan tiga cara yaitu cabut manual menggunakan tangan (Gambar 7), cabut cangkul, dan cabut mekanis (menggunakan traktor dan bajak). Pemanenan dengan cara cabut cangkul atau mekanis dilakukan jika panen dengan cabut manual sulit dilakukan. Hal tersebut dapat terjadi jika ukuran ubi besar, kondisi tanah berat, dan kondisi tanah keras. Setelah panen biasanya masih ada ubi yang tertinggal di dalam tanah. Ubi yang tertinggal ini harus diambil secara menual dengan menggunakan cangkul dan tangan atau disebut dengan

leles.

Gambar 7. Pemanenan

Hasil panen biasanya dijajarkan untuk memudahkan pengangkutan. Hasil panen yang tidak bisa diangkut pada hari yang sama biasanya akan tetap dibiarkan di lahan untuk kemudian diangkut pada hari berikutnya. Jika kendaraan tidak bisa masuk ke dalam petakan, ubi hasil panen diangkut manual, dengan menggunakan karung, ke pinggir jalan atau dikenal dengan istilah langsir.

(7)

Pemanenan biasanya dilakukan dengan sistem borongan dan dihitung berdasarkan bobot hasil panen yang dapat dipanen oleh para pemanen. Biaya borongan biasanya antara Rp 35 000-Rp 150 000/ton, tergantung hasil panen dan kondisi lahan. Apabila hasil panen sedikit dan kondisi lahan banyak bergulma, harga borongan akan semakin mahal. Dari hasil pengamatan, satu hektar ubikayu memerlukan tenaga kerja pemanen sebanyak 105.46 HK. Dengan kata lain, kapasitas pemanen per orang per harinya yaitu 0.009 ha atau 90 m2.

Kelapa Sawit

Kondisi areal di PT PAL yang ditanami kelapa sawit, berdasarkan kondisi vegetasinya, termasuk areal konversi. Areal tersebut sebelumya merupakan areal yang ditanami ubikayu. Konversi lahan dilakukan segera setelah tanaman ubikayu dipanen. Proses konversi diawali dengan pengajiran untuk menandai titik-titik mana yang akan ditanami kelapa sawit.

Pengawetan tanah terdiri dari pengawetan tanah secara fisik dan pengawetan tanah secara biologis. Pengawetan tanah secara fisik disesuaikan dengan kondisi topografi areal. Topografi areal di PT PAL bervariasi, mulai dari datar hingga berombak dengan tingkat kemiringan 2-5%, sehingga pengawetan secara fisik tidak begitu banyak dilakukan. Pengawetan tanah secara fisik dilakukan dengan membuat parit jalan. Drainase di dalam blok hanya dibuat pada titik-titik dimana air banyak tergenang. Drainase di dalam blok juga sudah terbantu oleh guludan-guludan bekas pertanaman ubikayu.

Pengawetan secara biologis dilakukan dengan cara menanam tanaman penutup tanah (TPT) atau legume cover crop (LCC). TPT yang digunakan yaitu

Peuraria javanica (PJ) dengan dosis 6 kg/ha. Pada saat penanaman, benih PJ dicampur dengan pupuk rock phosphat (RP) dengan perbandingan 1:1.

Pembibitan kelapa sawit di PT PAL dilakukan dengan sistem pembibitan dua tahap (double stage). Sistem pembibitan ini terdiri dari pembibitan awal (pre nursery) dan pembibitan utama (main nursery). Pembibitan awal dilakukan

(8)

selama 2.5-3 bulan. Pada pembibitan awal di PT PAL, biasanya tanaman tidak diberi naungan. Setelah di pembibitan awal, tanaman dipindahkan ke pembibitan utama. Tanaman dipelihara di pembibitan utama sampai dengan umur 12 bulan.

Sebelum kecambah kelapa sawit ditanam di polibag di pembibitan awal, kecambah terlebih dahulu diseleksi dan diberi larutan fungisida. Fungisida yang digunakan yaitu Dithane (Mankozeb 80%) dengan konsentrasi 0.15%. Kecambah ditanam dengan posisi plumula menghadap ke atas. Kecambah yang diafkir yaitu kecambah yang plumula atau radikulanya rusak, bentuk plumula dan radikulanya belum jelas, dan kecambah yang ukuran benihnya kecil.

Pupuk yang diberikan yaitu pupuk majemuk untuk daun dan pupuk organik Essential. Pupuk majemuk yang diberikan yaitu pupuk dalam bentuk serbuk dan dalam bentuk cair. Kedua pupuk majemuk tersebut dicampur dengan campuran 22.5 ml pupuk cair dan 7.5 g pupuk serbuk. Pupuk tersebut dicampur dengan air sebanyak 15 l dan diaplikasikan dengan menggunakan knapsack sprayer. Pupuk organik Essential dilarutkan dengan air dengan konsentrasi 0.05%. Pupuk yang diberikan sebanyak 9 ml per tanaman. Frekuensi pemupukan pupuk majemuk yaitu satu minggu sekali, sedangkan pupuk organik Essential setiap satu bulan sekali.

Ketersediaan air di pembibitan utama merupakan faktor yang sangat penting, oleh karena itu letak pembibitan utama PT PAL berada di dekat sumber air. Sistem penyiraman yang digunakan yaitu sistem penyiraman menggunakan

sprinkler. Penyiraman dilakukan jika kondisi curah hujan kurang. Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari

Pemupukan yang diberikan pada saat pembibitan utama yaitu pupuk majemuk dan pupuk tunggal. Dosis pemupukan diberikan sesuai dengan standar yang ditetapkan PT PAL.

Hama dan penyakit yang menyerang di pembibitan biasanya yaitu kumbang Apogonia (penggerek daun), ulat, dan jangkrik. Pengendalian Apogonia biasanya menggunakan Bestox, sedangkan jangkrik dapat dikendalikan dengan menggunakan Furadan 3G.

(9)

Sebelum bibit ditanam, bibit diseleksi terlebih dahulu. Proses seleksi bibit sudah dimulai sejak di pembibitan awal. Bibit yang diseleksi yaitu bibit yang abnormal dan bibit yang terserang penyakit. Bibit yang abnormal yaitu bibit yang tumbuh tegak dan kaku, sudut pelepah dengan batang kecil, pelepah muda lebih pendek dari pelepah tua, bibit tumbuh lemah, dan bentuk anak daun tidak sempurna.

Pemeliharaan pada TBM terdiri dari konsolidasi tanaman, penyisipan tanaman, pemeliharaan piringan pohon, pemeliharaan tanaman penutup tanah, pemupukan, kastrasi, dan pengendalian hama dan penyakit. Pada TM pemeliharaan yang dilakukan yaitu pengendalian gulma, penunasan pelepah, pengendalian hama dan penyakit, pengawetan tanah dan air, pemupukan, dan pemeliharaan jalan.

Pemeliharaan piringan pada TBM dilakukan dengan dua cara yaitu cara manual dan cara kimia. Cara manual dilakukan dengan menggaruk kacangan dan gulma yang ada di piringan dengan menggunakan pacul dan atau penyiangan. Jari-jari piringan yang harus bersih minimal sepanjang jari-jari proyeksi daun.

Pengendalian piringan dengan cara kimia merupakan alternatif yang dipilih jika terjadi kesulitan tenaga kerja. Kesulitan tenaga kerja biasanya terjadi pada saat-saat musim penghujan. Herbisida yang dipakai biasanya herbisida dengan bahan aktif Glifosat. Konsentrasi yang digunakan 100 ml/tangki semprot (15 l) atau sekitar 0.67%. Rotasi perawatan piringan dilakukan setiap 3-4 kali dalam setahun.

Pemeliharaan pada tanaman penutup tanah terdiri dari dongkel anak kayu dan aplikasi herbisida. Aplikasi herbisida biasanya dilakukan dengan cara wiping

dan spot. Konsentrasi herbisida untuk spot yaitu sekitar 0.67%, sedangkan untuk

wiping menggunakan konsentrasi yang lebih rendah yaitu 0.1-0.2%.

Pada tanaman yang sudah berbunga tapi buahnya masih belum memenuhi kriteria panen perlu dilakukan kastrasi, agar pada saat tanaman memasuki TM buah yang dihasilkan sudah memenuhi kriteria. Kriteria areal yang sudah bisa dipanen yaitu sebanyak 60% dari areal yang hidup sudah mencapai matang panen, sebagian buah sudah memberondol secara alamiah, dan bobot tandan rata-rata

(10)

sudah mencapai 3 kg. Selain itu, kastrasi juga perlu dilakukan untuk mencegah serangan penyakit busuk tandan Marasmius (Marasmius bunch rot). Rotasi kastrasi yang dilakukan yaitu satu sampai dua bulan sekali dan tergantung dari ketersediaan tenaga kerja. Kastrasi dilakukan pada bulan Januari sampai dengan bulan Juni. Setelah bulan Juni, bunga dipersiapkan untuk memasuki masa TM.

Hama menyerang TBM diantaranya yaitu ulat api, ulat kantung, tikus, dan belalang. Pengendalian ulat dan belalang dilakukan sesuai dengan tingkat serangan. Jika tingkat serangan melebihi 20%, pengendalian dilakukan dengan menggunakan insektisida. Dosis dan jenis insektisida disesuaikan dengan jenis hamanya. Pada ulat api, jika tingkat serangan kurang dari 20%, pengendalian dapat dilakukan dengan cara manual yaitu dengan diambil menggunakan tangan atau handpicking. Pengendalian hama tikus dilakukan dengan memberikan racun tikus Klerat.

Penyakit yang menyerang TBM di PT PAL yaitu Crown Disease. Penyakit ini merupakan penyakit genetis. Tanaman yang terjangkit penyakit ini biasanya dibiarkan sampai tumbuh besar. Pada saat tanaman sudah besar biasanya tanaman akan normal kembali. Jika tanaman tetap tidak tumbuh normal, tanaman terpaksa harus dicabut.

Pada TM pemeliharaan yang dilakukan yaitu pengendalian gulma, penunasan pelepah, pengendalian hama dan penyakit, pengawetan tanah dan air, pemupukan, dan pemeliharaan jalan.

Pengendalian gulma pada TM biasanya dilakukan di piringan dan di gawangan. Perawatan piringan pada TM biasanya dilakukan untuk mempermudah panen dan pengutipan brondolan. Diameter piringan yang harus bersih yaitu 1.5 m. Rotasi perawatan piringan TM yaitu 2-3 kali setahun. Cara perawatan sama dengan perawatan piringan pada TBM.

Salah satu tujuan perawatan gawangan yaitu untuk mengendalikan pesaing berat tanaman kelapa sawit seperti alang-alang (Imperata cylindrica) dan gulma-gulma berkayu (Melastosoma malabatricum dan Lantana camara). Pengendalian dapat dilakukan secara kimia maupun manual. Pengendalian dengan cara manual biasanya dilakukan dengan mencampur herbisida Glifosat dan

(11)

Mesulfuron methyl dengan dosis masing-masing 1-2 l/ha dan 20 g/ha. Pengendalian dengan cara manual dengan cara dicabut atau didongkel. Rotasi perawatan gawangan yaitu dua kali setahun.

Penunasan atau pruning pada TM di PT PAL dilakukan setiap 8 bulan sekali. Jumlah daun yang disisakan yaitu songgo dua atau songgo tiga dengan jumlah pelepah antara 48-64 pelepah. Pada TM yang sudah besar biasanya digunakan songgo dua.

Hama yang menyerang TM di kebun PT PAL yaitu tikus. Jika gawangan bersih, biasanya pengendalian tikus jarang dilakukan. Jika dilakukan pengendalian, pengendalian dilakukan dengan memberikan rodentisida Klerat.

Pada kelapa sawit, pemupukan TBM dan TM berbeda. Pada TBM pemupukan dilihat dari jenis tanahnya, tanah mineral atau tanah gambut. Keadaan tanah di kebun PT PAL merupakan tanah mineral, sehingga dosis pemupukan yang diberikan disesuaikan dosis anjuran untuk TBM di tanah mineral. Pada TM, dosis pemupukan didasarkan hasil analisis daun. Hasil analisis daun digunakan sebagai dasar pemberian dosis pemupukan untuk satu tahun.

Tempat pemupukan pada TM disesuaikan dengan jenis pupuknya. Pupuk yang mudah larut seperti Urea diaplikasikan dengan cara disebar di dalam piringan. Pupuk yang tidak mudah larut seperti KCl disebar di sekitar gawangan mati.

Pengawetan tanah di PT PAL tidak banyak dilakukan, karena topografi areal PT PAL yang datar sampai berombak. Perbaikan jalan dilakukan pada titik-titik jalan yang rusak, terutama pada saat musim hujan. Perbaikan dilakukan dengan cara meratakan jalan dengan alat berat Grader.

Sistem panen kelapa sawit ada dua, yaitu ancak panen tetap dan giring. Penetapan sistem panen di PT PAL disesuaikan dengan kebijakan masing-masing mandor panen, karena pada dasarnya penentuan sistem panen didasarkan pada keadaan topografi lahan dan ketersediaan tenaga kerja.

Rotasi panen setiap 10-15 hari, tergantung keadaan cuaca dan ketersediaan tenaga kerja. Pada saat curah hujan cukup banyak, rotasi semakin cepat karena

(12)

proses pemasakan buah semakin cepat. Meskipun begitu, jika ketersediaan tenaga kerja panen tidak mencukupi, rotasi panen bisa terlambat.

Pada saat musim buah sedang banyak, panen dilakukan dengan sistem borongan. Harga setiap tandan berbeda tergantung dari umur tanaman. Pada saat musim buah sedang sedikit (trek) panen dilakukan dengan sistem target dan dibayar dengan upah harian.

Aspek Manajerial

Pendamping Mandor

Mandor mempunyai tugas dan tanggung jawab utama untuk mengawasi dan memberi pengarahan kepada karyawan harian atau borongan untuk pekerjaan di lapangan. Tugas dan tanggung jawab lain dari seorang mandor yaitu membuat laporan kegiatan di lapangan, membantu mencari tenaga kerja harian, dan membuat pengajuan upah karyawan harian. Pelaksanaannya di lapangan, seorang mandor biasanya dibantu oleh ketua-ketua rombongan atau mandor-mandor harian.

Setelah kegiatan di lapangan selesai, para ketua rombongan atau harian membuat laporan hasil pekerjaan. Laporan hasil pekerjaan berisi jumlah tenaga kerja, jumlah HK, dan jumlah saprodi yang digunakan. Laporan ini diserahkan kepada mandor untuk direkap dan diserahkan kepada kepala wilayah untuk selanjutnya dilaporkan kepada manajer/asisten manajer kebun dan bagian administrasi dan keuangan.

Pada saat magang, penulis bekerja sebagai pendamping mandor selama dua bulan. Kegiatan penulis selama menjadi pendamping mandor yaitu membantu mengawasi tenaga kerja harian dan mempelajari pembuatan laporan. Selain itu, penulis juga mendapat tugas tambahan untuk mebuat peta kebun ubikayu menggunakan GPS dan membantu mengaudit kebun sawit.

(13)

Kegiatan yang diawasi selama menjadi pendamping mandor yaitu kegiatan panen, penyiangan, penyemprotan herbisida, dan pemupukan. Hasil pengamatan pada saat pengawasan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Prestasi Kerja

Kegiatan Rata-rata prestasi kerja

(HK/ha) Standar (HK/ha)

Penyemprotan herbisida 1.66 1.07

Pemupukan II 3.73 4.11

Sumber: Data Primer

Kegiatan pemupukan mempunyai prestasi kerja rata-rata yang cukup bagus, karena HK yang dicapai di bawah standar HK perusahaan. Pada kegiatan penyemprotan herbisida, prestasi kerjanya kurang bagus. Rata-rata jumlah HK penyemprotan tidak dapat mencapai standar yang ditetapkan perusahaan. Hal ini akan berdampak pada membengkaknya anggaran yang dikeluarkan oleh perusahaan.

Sistem upah penyemprotan herbisida biasanya dilakukan dengan harian target. Satu hari kerja dihitung jika pekerja telah mencapai target luasan tertentu. Berdasarkan pengamatan selama magang, target yang diberikan untuk satu orang pekerja dalam satu harinya berkisar antara 0.44-0.73 ha/orang, dengan rata-rata target 0.60 ha/orang. Agar standar HK dapat tercapai, sebaiknya target satu orang ditingkatkan menjadi 0.93 ha/orang.

Kegiatan penyiangan tidak bisa dilakukan pembandingan, karena pengawasan tidak dilakukan secara penuh. Untuk kegiatan panen, tidak ada standar dari perusahaan karena dilakukan dengan sistem borongan.

Pendamping Kepala Wilayah

Tugas dan tanggung jawab utama kepala wilayah yaitu melaksanakan jadwal tugas dari atasan untuk selanjutnya didelegasikan kepada mandor-mandor.

(14)

Selain itu, kepala wilayah juga mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mengawasi dan mengevaluasi kerja mandor-mandor. Pelaksanaan di lapangan, kepala wilayah tidak hanya bertanggung jawab langsung terhadap mandor-mandor yang ada di bawahnya, tetapi juga bertanggung jawab terhadap ketua-ketua rombong karyawan harian lepas.

Penulis melakukan magang sebagai pendamping wilayah selama tiga minggu. Penulis ditempatkan di wilayah I yang membawahi kebun ubikayu dan kelapa sawit. Selama menjadi kepala wilayah, penulis juga diperbantukan untuk membantu mandor dan ikut mengontrol kebun bersama manajer kebun dan atau asisten manajer kebun.

Mandor yang diawasi selama menjadi kepala wilayah yaitu mandor perawatan piringan, mandor pupuk, mandor kastrasi, mandor kutip brondol, dan mandor aplikasi herbisida. Berikut ini hasil evaluasi pengawasan terhadap mandor selama kegiatan magang:

1) Kontrol mandor pada kegiatan perawatan piringan masih kurang, masih ada beberapa titik yang kebersihannya kurang.

2) Pengawasan mandor pada kegiatan pemupukan kurang begitu signifikan, karena mandor biasanya bertugas juga untuk mengecer pupuk. Meskipun begitu, para pekerja pemupukan pada umumnya sudah terampil. Hasil pemupukan pada umumnya cukup bagus, tersebar merata di dalam piringan.

3) Hasil kegiatan kastrasi cukup bagus, bunga yang sudah dikastrasi dibuang di luar piringan.

4) Pengawasan mandor terhadap kegiatan kutip brondol masih kurang, masih banyak brondolan yang tertinggal di kebun.

5) Wawasan mandor dan pekerja terhadap penggunaan herbisida masih kurang. Perlu dilakukan semacam pelatihan terhadap mador aplikasi herbisida agar aplikasi yang dilakukan dapat tepat cara, tepat sasaran, tepat dosis, dan aman bagi para pekerja maupun bagi tanaman.

Gambar

Gambar 2. Pembajakan tanah
Tabel 3. Produktivitas Varietas yang Pernah Ditanam
Gambar 3. Pemupukan
Gambar 4. Penyemprotan Herbisida
+4

Referensi

Dokumen terkait

Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen sampel didalam kolom (analisis kualitatif) dan menghitung kadamya (analisis kuantitatif).Detektor yang baik

Dalam kesempatan ini, seperti yang sudah kami janjikan di bagian pendahuluan, kami akan mengajak pembaca menyelam ke dalam samudra pemikiran beberapa tokoh Gereja

Tujuan penelitian (1) mendeskripsikan peningkatan keterampilan membaca pemahaman dalam menemukan informasi pada wacana melalui kegiata merangkum dengan pendekatan

Salah satu bentuk dari pengolahan sinyal suara yang sangat rentan dengan derau adalah pengenalan ucapan (speech recognition) karena derau dapat mempengaruhi

Metode penelitian ini menggunakan Survey Deskriptif dan pengambilan sampel pada tumbuhan air yang ada di rawa RT 03 diambil secara Random dengan titik fokus yang berbeda, di

Selain itu, terdapat amalan yang ditokok tambah dalam amalan orang Bajau, dikhuatiri menjadi perkara yang boleh merosakkan akidah Islam, terutama yang berkaitan dengan

Poster dan baliho untuk memperkenalkan pariwisata kota Muara Teweh menggunkan maskot Arai dengan menggunkan foto-foto tempat wisata kota Muara Teweh. Menggunkan orrnamen

Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “ Faktor-faktor Internal yang Mempengaruhi Mahasiswa Pendidikan Teknologi Agroindustri Dalam. Pemilihan