• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Metode Demonstrasi Dalam Mata Pelajaran Fikih Pada Materi Sholat Siswa Kelas VIII MTs Nurul Huda Banyubiru Kabupaten Semarang - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pelaksanaan Metode Demonstrasi Dalam Mata Pelajaran Fikih Pada Materi Sholat Siswa Kelas VIII MTs Nurul Huda Banyubiru Kabupaten Semarang - Test Repository"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

i

PELAKSANAAN METODE DEMONSTRASI

DALAM MATA PELAJARAN FIKIH

MATERI SHALAT PADA SISWA KELAS VIII

MTs NURUL HUDA BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG

TAHUN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

NUR KHOLIS

114-13-028

JURUSANPENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)

iii

PELAKSANAAN METODE DEMONSTRASI

DALAM MATA PELAJARAN FIKIH

MATERI SHALAT PADA SISWA KELAS VIII

MTs NURUL HUDA BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG

TAHUN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

NUR KHOLIS

114 13 028

JURUSANPENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

vii MOTTO

Tak harus start No. 1 untuk menjadi juara (Valentino Rossi 46)

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini Saya Persembahkan Kepada:

1. Kedua orang tuaku, tercinta

2. Keluarga Besar di Banyubiru

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim

Puji syukur alhamdulillahi robbil’alamin, penulis panjatkan kepada Allah

SWT yang telah menganugerahkan Rahmat, dan Hidayah-Nya kepada penulis

dalam rangka menyelesaikan karya skripsi ini.

Tidak lupa sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada

nabi agung Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya

yang selalui setia menjakannya suri tauladan yang mana beliaulahh satu-satunya

ummat manusia yang dapat mereformasi ummat manusia dari zaman kegelapan

menuju zaman terang benerang yakni dengan ajarannya agama Islam.

Penulisan skripsi inipun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari

berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

Oleh karena itu penulis mengucapakan banyak terimakasih yang sedalam

dalamnya kepada :

1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN salatiga.

2. Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

3. Siti Ruhayati, M.Ag Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

4. Dr. M. Gufron, M.Ag selaku pembimbing yang telah memberikan bantuan dan

bimbingan dengan penuh kesabaran, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Segenap Bapak dan Ibu dosen serta staf dan karyawan di lingkungan Fakultas

Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga.

6. Bapak Ibu tercinta (Ali Imron &Sumiah) yang telah membesarkan penulis

dengan penuh kasih sayang.

7. Yuyun Nur Hidayati yang tidak pernah lelah memberikan semangat, perhatian

dan selalu mendampingi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga

Allah selalu melindungi kita.

8. Keluarga besar Pondok Pesantren Nurul Asna, terimakasih untuk semua

kenangan manis yang telah terukir bersama. Semua itu tidak akan pernah

(9)

ix

9. Teman-teman seperjuangan mahasiswa PAI Ekstensi angkatan 2013

10.Serta Semua pihak yang selalu memberikan dorongan dan do’a kepada penulis selama masa penulisan. Hanya untaian terima kasih dengan tulus serta iringan

doa, semoga Allah membalas semua amal kebaikan mereka dan selalu

melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah Nya. Dan semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa penulisan skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan. Namun penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat

bagi para pembaca pada umumnya dan penulis khususnya.

Salatiga, 26 Agustus 2017

Penulis,

Nur Kholis

(10)

x ABSTRAK

Kholis, Nur. 2017. Pelaksanaan Metode Demonstrasi dalam Mata Pelajaran Fikih Materi Shalat pada Siswa Kelas VIII di MTs Nurul Huda Banyubiru Tahun Ajaran 2017/2018 Tahun 2017. Skripsi, Salatiga: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

Kata kunci: Metode Demonstrasi dan Mata pelajaran Fikih

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan mengenai, 1) bagaimana pelaksanaan metode demonstrasi dalam mata pelajaran fikih pada materi shalat kelas VIII di MTs Nurul Huda Banyubiru? 2) faktor-faktor apa saja yang menghambat penggunaan metode demonstrasi dalam mata pelajaran Fikih pada materi shalat kelas VIII di MTs Nurul Huda Banyubiru?

Penelitian yang penulis lakukan ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam perjalanan mengumpulkan data, penulis menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan untuk analisisnya, penulis menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Selain itu, untuk keabsahan datanya dicek menggunakan teknik triangulasi dan member check.

(11)

xi DAFTAR ISI

SAMPUL... i

GAMBAR BERLOGO ... ii

HALAMAN JUDUL ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C.Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

E.Definisi Operasional ... 4

1.Metode Demonstrasi ... 5

2.Mata Pelajaran Fikih ... 8

3.Shalat ... 9

(12)

xii

1.Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 9

2.Kehadiran Peneliti ... 10

3.Lokasi Penelitian ... 11

4.Sumber Data ... 11

5.Teknik pengumpulan Data ... 12

6.Teknik Analisis Data ... 14

7.Pengecekan Keabsahan Data ... 15

8.Tahap-tahap Penelitian ... 16

G. Sistematika Pembahasan ... 20

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pelaksanaan Metode Demonstrasi... 18

1.Pengertian dan Macam-macam Metode Pengajaran ... 19

2.Pengertian Metode Demonstrasi, Kekurangan dan Kelebihannya ... 22

B. Proses Belajar Mengajar ... 26

1.Pengertian Proses Belajar Mengajar ... 26

2.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar Mengajar ... 28

C.Bidang Studi Fikih ... 30

1.Pengertian Fikih ... 30

2.Tujuan Fikih di MTs ... 30

3.Ruang Lingkup Fikih di MTs ... 31

(13)

xiii

1.Pengertian shalat ... 31

2.Syarat-syarat sholat ... 32

3.Rukun-rukun sholat ... 34

4.Hal-hal yang membatalkan sholat ... 35

BAB III: LAPORAN HASIL PENELITIAN ... 37

A. Gambaran umum lokasi dan subjek Penelitian ... 37

1.Sejarah Berdirinya MTs Nurul Huda Sepakung... 37

2.Letak Geografis ... 37

3.Visi dan Misi ... 37

4.Struktur Organisasi MTs Nurul Huda ... 39

5.Keadaan Guru di MTs Nurul Huda ... 41

6.Keadaan Siswa-siswi di MTs Nurul Huda... 42

7.Keadaan Sarana dan Prasarana ... 43

B. Penyajian Data Penelitian ... 43

1.Pelaksanaan Metode Demonstrasi Mata pembelajaran fikih di MTs Nurul Huda Banyubiru Tahun2017/2018... 43

2.Faktor pendukung dan penghambat penggunaan metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Shalat siswa kelass VIII MTs Nurul Huda Banyubiru Tahun2017/2018... 51

BAB IV : PEMBAHASAN ... 53

(14)

xiv

B. Faktor pendukung dan penghambat penggunaan metode Demonstrasi

dalam Pembelajaran Shalat siswa kelass VIII MTs Nurul Huda

Banyubiru Tahun2017/2018... 58

BAB V : PENUTUP... 61

A. Kesimpulan ... 61

B.Saran-saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan agama merupakan salah satu bidang studi yang diharapkan

dapat memberikan peranan dalam usaha menumbuhkembangkan sikap

beragama siswa. Sikap dan kemampuan siswa dalam beragama merupakan

cerminan dari keberhasilan guru agama di sekolah dalam menyalurkan ajaran

agama melalui usaha pendidikannya

Salah satu bidang studi yang termasuk dalam pendidikan agama

adalah fikih. Secara umum fikih merupakan salah satu bidang studi agama

yang banyak membahas tentang hukum-hukum yang mengatur pola

hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia dan manusia

dengan lingkungannya. Fikih diharapkan menjadi alat kontrol bagi siswa

dalam mengarungi kehidupannya dan dengan materi fikih diharapkan

aktivitas siswa tidak lepas dari norma-norma agama.

Tentunya harapan-harapan yang ingin dicapai dari pengajaran fikih ini

harus didukung oleh proses belajar mengajar yang efektif yang dapat

mempermudah pemahaman siswa terhadap bidang studi fikih.

Faktor-faktor yang ikut menentukan berhasil atau tidaknya tujuan

pembelajaranya itu anak didik, pendidik, tujuan pendidikan, sarana dan

prasarana juga metode pembelajaran. Kelima faktor tersebut hubungannya

(16)

2

“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia

menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan pena; Dia mengajar manusia tentang sesuatu yang belum diketahuinya.”

Dengan demikian guru memiliki posisi yang sangat penting dalam

pendidikan untuk mencapai suatu keberhasilan dalam proses belajar

mengajar seorang guru diharapkan dapat memilih metode yang tepat. Karena

metode mengajar merupakan komponen dari proses pendidikan yang harus

dikuasai oleh seorang guru dalam mengajar.

Selain itu, karena metode merupakan salah satu komponen pendidikan

yang sangat penting dan besar peranannya dalam menentukan keberhasilan

suatu pendidikan. Maka dituntut adanya suatu kemampuan pada setiap

pendidik untuk dapat memilih dan mempergunakan metode-metode

pendidikan yang ada, sehingga metode-metode tersebut dapat berfungsi

secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan pendidikan yang telah

ditetapkan.

Di dalam pembelajaran terdapat banyak metode yang digunakan oleh

seorang guru untuk mendukung keberhasilan belajar, maka dalam

pembelajaran fikih selain metode ceramah yang sering digunakan oleh guru

mata pelajaran fikih untuk menyampaikan isi materi, metode demonstrasi

juga tepat untuk diterapkan dan digunakan khususnya pada materi-materi

tertentu seperti sholat. Dengan demikian jika guru mata pelajaran fikih

menggunakan metode demonstrasi dalam menyampaikan materi dimana guru

harus mempertunjukkan atau memperagakan isi materi pelajaran yang sedang

dipelajari kepada siswa dengan disertai penjelasan lisan, maka tidak akan

terjadi kekeliruan pada diri siswa dalam mempraktekkannya, selain itu siswa

akan lebih mudah memahami dan menangkap materi yang disampaikan guru

mata pelajaran fikih. Oleh karena itu, jika guru salah dalam memilih suatu

(17)

3

membosankan diri siswa, juga hilangnya pusat perhatian terhadap materi

yang disampaikan.

Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk membahas dalam skripsi

dengan judul PELAKSANAAN METODE DEMONSTRASI DALAM MATA

PELAJARAN FIKIH MATERI SHALAT PADA SISWA KELAS VIII MTs

NURUL HUDA BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG TAHUN

PELAJARAN 2017/2018”.

B. Rumusan Masalah

Untuk mempermudah pengambilan penganalisaan masalah pokok

tersebut, secara bertahap perlu juga dijawab masalah-masalah sebagai berikut:

1.Bagaimana pelaksanaan metode Demonstrasi dalam mata pelajaran Fikih pada

materi shalat kelas VIII di MTs Nurul Huda Banyubiru?

2.Faktor-faktor apa saja yang menghambat penggunaan metode Demonstrasi

dalam mata pelajaran Fikih pada materi shalat kelas VIII di MTs Nurul Huda

Banyubiru?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1.Mengetahui bagaimana pelaksanaan metode Demonstrasi dalam mata

pelajaran Fikih pada materi shalat kelas VIII di MTs Nurul Huda Banyubiru.

2.Mengetahui faktor-faktor apa saja yang menghambat penggunaan metode

Demonstrasi dalam mata pelajaran Fikih pada materi shalat kelas VIII di MTs

Nurul Huda Banyubiru ?

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas

tentang metode demonstrasi dan pelaksanaannya dalam meningkatkan prestasi

belajar siswa pada mata pelajaran fikih. Adapun manfaat yang penulis harapkan

dari penelitian ini antara lain:

1.Secara praktis, dapat bermanfaat bagi para pembaca, pengajar, dan para pihak

(18)

4

penulis khususnya agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaranya melalui

pelaksananaan metode yang efektif dan efisien

2.Secara teoritik, diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan

pendidikan terkait metode pengajaran serta dapat memperkaya khasanah dunia

pendidikan Islam yang diperoleh dari penelitian.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami judul di atas,

maka peneliti merasa perlu untuk menjelaskan beberapa istilah yang ada pada

judul tersebut.

1. Metode Demonstrasi

a. Pengertian Metode Demonstrasi

Kata demonstrasi berasal dari bahasa Inggris yaitu demonstration, secara bahasa demonstrasi berarti “mempertunjukkan atau

mempertontonkan”. Sedangkan menurut Arief (2002:190) yang

dimaksud dengan metode demonstrasi adalah “metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu kepada siswa.”

Dari pengertian tersebut dapat difahami bahwa metode demonstrasi adalah suatu metode atau cara mengajar di mana seorang guru atau orang lain yang sengaja diminta untuk memperlihatkan atau murid sendiri memperlihatkan atau mempertunjukkan kepada seluruh kelas suatu proses kaifiyat melakukan sesuatu.

Memperjelas pengertian tersebut dalam praktiknya metode demonstrasi dapat dilakukan oleh guru sendiri ataupun oleh siswa di depan kelas. Dalam masalah fikih, metode demonstrasi digunakan untuk menerangkan tentang sholat, thaharah, haji dan sebagainya.

(19)

5

1)Memberikan keterampilan tertentu.

2)Memudahkan berbagai jenis penjelasan, sebab penggunaan bahasa lebih banyak.

3)Menghindari verbalisme.

4)Membantu anak dalam memahami dengan jelas jalannya suatu proses dengan penuh perhatian, sebab lebih menarik (Ahmadi, 1997:62).

b. Kebaikan dan Kelemahan Metode Demonstrasi serta Cara Mengatasi

Kelemahannya

1) Segi-segi kebaikan metode demonstrasi adalah:

a) Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses

pembelajaran.

b) Dapat membantu siswa untuk mengingat lebih lama tentang materi

pelajaran yang disampaikan karena siswa tidak hanya mendengar

tetapi juga melihat bahkan mempraktekannya secara langsung.

c) Dapat memfokuskan pengertian siswa terhadap materi pelajaran

dalam waktu yang relatif singkat.

d) Dapat memusatkan perhatian anak didik.

e) Dapat menambah pengalaman anak didik.

f) Dapat mengurangi kesalahpahaman karena pengajaran menjadi

lebih jelas dan konkrit.

g) Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran

setiap siswa karena mereka ikut serta berperan secara langsung

(Arief, 2002:191).

h) Karena gerakan dan proses dipertunjukkan maka tidak

memerlukan keterangan-keterangan yang banyak (Mansyur,

2000:114).

i) Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan siswa akan

(20)

6

j) Memberikan motivasi yang kuat untuk siswa agar lebih giat

belajar (N.K, 2001:84).

Banyak keuntungan psikologis pedagogis yang dapat diraih dengan menggunakan metode demonstrasi, antara lain yang terpenting

adalah:

a) Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.

b) Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang

dipelajari.

c) Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat

dalam diri siswa (Muhibbinsyah, 2004:209).

2) Adapun segi-segi kelemahan metode demonstrasi adalah:

a) Memerlukan waktu yang cukup banyak.

b) Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi jadi tidak

efektif.

c) Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk pembelian

alat- alat.

d) Memerlukan tenaga yang tidak sedikit.

e) Bila siswa tidak aktif maka metode demonstrasi menjadi tidak

efektif (Arief, 2002:192).

f) Tidak semua hal dapat di demonstrasikan di dalam kelas.

g) Kadang-kadang proses yang didemonstrasikan di dalam kelas

akan berbeda jika proses itu didemonstrasikan dalam situasi nyata

atau sebenarnya.

h) Agar demonstrasi mendapatkan hasil yang baik diperlukan

ketelitian dan kesabaran. Kadang-kadang ketelitian dan kesabaran

itu diabaikan, sehingga apa yang diharapkan tidak tercapai

sebagaimana mestinya.

i) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang

(21)

7

dimulai guru telah mengadakan uji coba supaya kelak dalam

melakukannya tepat dan secara otomatis (Mansyur, 2000:114).

2. Mata Pelajaran Fikih

Fikih adalah bahasa Arab dalam bentuk masdar dari kata faquha-yahqahu. Kata fikih semula berarti al-‘ilmu (pengetahuan) dan al-fahmu (pemahaman). Jadi fikih menurut bahasa berarti: “mengerti, faham dan

pintar” (Yunus, 1990, 321). Selain itu menurut Syarifuddin (1997: 20) fikih

secara etimologis berarti: “faham yang mendalam.” Dalam al – Qur’an

disebutkan:

نيدلا ىف اوهقفتيل ةفئاط مهنم ةقرف لك نم رفن لاولف

...Apakah tidak lebih baik dari tiap-tiap golongan ada segolongan yang berangkat untuk memperdalam faham/pengertian dalam urusan agama... (QS. At Taubah: 122)

Menurut para fuqaha fikih berarti: “ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara’ dari dalil-dalil yang rinci“ (Ash Shiddieqy, 1993:17).

Sedangkan definisi ilmu fikih menurut istilah syara’ adalah pengetahuan tentang hukum-hukum syariat Islam mengenai perbuatan

manusia, yang diambil dari dalil-dalilnya secara rinci (Khallaf, 2002:2).

Dari definisi tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan fikih yaitu ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan

hukum-hukum perbuatan mukallaf yang diperoleh dari dalil-dalil yang rinci.

3. Shalat

Sholat menurut bahasa merupakan ism masdar dari kata shalla-yushalli yang memiliki arti beragam yaitu: doa, rahmat, ampunan, sanjungan Allah kepada Rosulullah (Alfairuz, 1995:173). Sedangkan menurut istilah

adalah ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang

(22)

8

Dalam pengertian lain Sholat juga merupakan salah satu sarana

komunikasi antara hamba dengan Tuhannya sebagai bentuk ibadah yang

didalamnya merupakan amalan yang tersusun dari beberapa perkataan dan

perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam, serta sesuai

dengan syarat dan rukun yang telah ditentukan syara’ (Assayuthi, 30). Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Sholat

adalah Suatu ibadah kepada Tuhan, berupa perkataan dengan perbuatan yang

diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam menurut syarat dan rukun

yang telah ditentukan.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatandan Jenis Penelitian

Penelitian tentang pelaksanaan metode demontrasi dalam mata pelajaran

fikih materi sholat pada kelas VIII Madrasah Tsanawiyah menggunakan

pendekatan kualitatif.

Yang membedakan penelitian kualitatif dengan penelitian kuantitatif

adalah:

a. Kejelasan unsur: subjek sampel, sumber data tidak mantap dan rinci,

masih fleksibel, timbul dan berkembangnya sambil jalan (emergent)

b. Langkah penelitian: baru diketahui dengan mantap dan jelas setelah

penelitian selesai

c. Hipotesis: tidak mengemukakan hipotesis sebelumnya, tetapi dapat lahir

selama penelitian berlangsung. Hasil penelitiannya terbuka.

d. Desain: desain penelitiannya adalah fleksibel dengan langkah dan hasil

yang idak dapat dipastikan sebelumnya.

e. Pengumpulan data: kegiatan pengumpulan data harus selalu dilakukan

sendirioleh peneliti.

f. Analisis data: dilakukan bersama-sama dengan pengumpulan data

(23)

9

Bogdan dan Taylor mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai

prosedurpenelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dariorang-orang dan perilaku yang diamati (Harun,2007: 15).

Dengan demikian karena data yang diperoleh berupa kata-kata atau

tindakan, maka jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah jenis penelitian

deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang hanya menggambarkan,

meringkas berbagai kondisi atau berbagai variabel. Sebagaimana yang

diungkapkanoleh Lexy Moleong (2009: 11), bahwa jenis penelitian deskriptif

merupakanpenelitian yang datanya dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan

(24)

10 2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini penulis bertindak sebagai instrumen utama

pengumpulan data. Sedangkan instrument selain (non) manusia dapat pula

digunakan, namun fungsinya hanya sebatas sebagai pendukung dan pembantu

dalam penelitian.

Menurut Lexy J.Moleong (2009: 168) berpendapat bahwa kedudukan

peneliti dalam penelitian kualitatif sekaligus merupakan perencana, pelaksana

pengumpulan data, analisis, penafsir data dan pada akhirnya menjadi pelapor

hasil penelitian.

Berdasarkan pendapat tersebut, untuk mengumpulkan data

sebanyak-banyaknya, maka peneliti terjun langsung dan membaur dalam komunitas

subyek penelitian.. Keterlibatan peneliti dengan komunitas subyek penelitian

tersebut dilakukan sejak tanggal 12 Juni hingga tanggal 29 September 2017.

Akan tetapi, peneliti tidak serta merta ikut sepenuhnya dalam keseharian

komunitas subyek penelitian. Peneliti hanya membaur dan terlibat langsung di

dalamnya sebanyak kurang lebih 23 kali. Dalam kesemua keterlibatan peneliti

itu, peneliti di antranya melakukan observasi, wawancara dan studi

dokumentasi.

3. Lokasi penelitian

Penelitian tentang pelaksanaan metode demonstrasi dalam mata pelajaran fikih

materi sholat ini mengambil lokasi di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda yang

terletak di Dusun Sepakung Wetan Desa Sepakung Kecamatan Banyubiru

Kabupaten Semarang

4. Sumber Data

Sumber data yang digali dalam penelitian ini meliputi:

a. Sumber data utama (primer) yaitu sumber data yang diambil peneliti baik

berupa kata-kata dan tindakan melalui wawancara dan observasi. Sumber

data primer ini adalah data-data yang langsung ditemukan dari sumber

(25)

11

metode demonstrasi dalam mata pelajaran fikih materi sholat adalah

Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran Fikih dan siswa

b. Sumber data tambahan (sekunder), yaitu sumber data yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau

lewat dokumen (Sugiyono, 2008: 62).

Sumber data sekunder untuk menggali data tentang pelaksanaan

metode demonstrasi dalam matap pelajaran fikih materi sholat adalah

dokumen-dokumen atau sumber tertulis lainnya yang berkaitan dengan

kebutuhan penelitian, seperti internet, majalah, dan buku-buku yang

bersangkutan dengan peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu

pendidikan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

yakni penelitian lapangan (field research). Teknik ini dilakukan guna

mendapatkan data-data dari tempat terjadinya kejadian atau kasus. Dalam

field research ini penulis menggunakan teknik: a. Teknik Observasi

Sebagai metode ilmiah, observasi biasa diartikan sebagai

pengamatan dan pencatatan dengan sistematis atas fenomena-fenomena

yang diteliti (Hadi, 2004:130).

Nurkanca menyatakan bahwa observasi adalah suatu cara

pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap

suatu objek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan

secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati (Rahardjo,

2011:43).

Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi

partisipan. Peneliti bekerja sama dengan wali kelas, guru mata pelajaran

(26)

12

Keunggulan dari observasi adalah memperoleh data hanya

dengan melakukan pengamatan saja, selain itu data lebih akurat karena

tanpa sepengetahuan konseli. Alat yang digunakan untuk observasi

adalah pedoman observasi berisi indikator awal subjek penelitian

sebelum diberikan pembelajaran demonstrasi dalam mata pelajaran

fikih antara lain :1) Siswa tidak memahami tentang materi yang

diberikan, 2) Siswa belum mampu mempraktekkan hasil pembelajaran

fikih yang diberikan, 3) Siswa kurang berminat dalam mengikuti

pembelajaran fikih, 4) Siswa tidak mampu menjawab pertanyaan dan

mengulang kembali yang telah dipelajari

b. Teknik Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

penanya atau pewawancara dengan penjawab atau responden atau

informan dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara) (Nazir, 1988:234).

Rahardjo (2011: 125) menjelaskan bahwa wawancara atau

interview adalah suatu teknik memahami siswa dengan cara melakukan komunikasi langsung (face to face relation) antara pewawancara

(interviewer) dengan yang diwawancarai (interviewee) untuk

memperoleh keterangan atau informasi tentang siswa (Rahardjo,

2011:125).

Keunggulan teknik wawancara adalah dalam memperoleh data

yang diharapkan tidak membutuhkan waktu yang lama, sehingga dalam

memperoleh data sangat efektif dan efisien.

Penelitian ini, peneliti melaksanakan wawancara terstruktur

terhadap beberapa responden, antar lain sebagai berikut :

(27)

13

Wawancara dengan guru mata pelajaran untuk mendapatkan

informasi tentang proses pembelajaran mata pelajaran fikih yang

selama ini dipergunakan dan hasil yang diperoleh dari metode

yang digunakan. Berdasarkan wawancara dengan guru mata

pelajaran fikih, diperoleh subjek penelitian yang akan diberikan

metode pembelajaran demonstrasi. Instrumen yang digunakan

adalah pedoman wawancara untuk guru mata pelajaran (terlampir).

2) Wawancara dengan Peserta Didik

Wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai

pelaksanaan pembelajaran sebelum penelitian, tingkat pemahaman

siswa dan tingkat pengetahuan siswa tentang materi yang

diajarkan.

c. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah metode untuk mencari data otentik

yang bersifat dokumentasi baik data itu berupa catatan harian, memori,

dan catatan penting. Dokumen ini dimaksudkan adalah semua data yang

tertulis (Koentjaraningrat, 1997:46).

Teknik ini digunakan untuk memperoleh dokumen-dokumen

yang berhubungan dengan MTs Nurul Huda Banyubiru Semarang

seperti letak geografis, struktur organisasi, daftar pengajar, daftar siswa

dan lain-lain.

Analisis isi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data

dalam penelitian kualitatif yang bersifat non interaktif (Suharsimi,

2006: 32). Analisis isi dokumentasi dilakukan terhadap informasi yang

didokumentasikan dalam rekaman, baik gambar, suara, tulisan atau

lainnya. Dalam hal ini, penelitian menggunakan instrumen yang berupa

tulisan dan catatan sistematis

(28)

14

Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

bahan-bahan lainsehingga mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan

kepada oranglain (Sugiyono, 2008: 88).

Teknik analisis data dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai

berikut:

a. Pengumpulan Data

Dalam hal ini peneliti mencatat semua data secara objektif dan

apa adanya sesuai dengan hasil observasi dan wawancara di lapangan,

yaitu pencatatan data yang diperlukan terhadap berbagai jenis data dan

berbagai bentuk data yang ada di lapangan serta melakukan pencatatan

di lapangan

b. Reduksi data

Data yang direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan

mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya atau

mencari kembali data yang diperoleh bila diperlukan. Maka dalam

penelitian ini data yang diperoleh dari para informan kunci dan

informan pelengkap disusun secara sistematis agar memperoleh

gambaran yang sesuai dengan tujuan penelitian.

c. Penyajian data

Penyajian data ini berupaya menghindarkan data yang

bertumpuk-tumpuk. Laporan tebal dan sulitnya ditangani. Dengan

sendirinya sukar pula melihat gambaran keseluruhannya untuk

mengambil kesimpulan yang tepat. Dengan demikian peneliti

diusahakan menguasai data dan tidak tenggelam dalamtumpukan detail.

(29)

15

Mengambil kesimpulan dan verifikasi ini bermula dari usaha

peneliti untuk mencari makna dari data yang dikumpulkannya. Untuk

itu ia mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering

timbul dan sebagainya.

Ketiga analisis tersebut saling berhubungan dan berlangsung terus

selama penelitian dilakukan. Jadi analisis adalah kegiatan yang kontinue

dari awal sampai akhirpenelitian (Harun, 2007: 77).

7. Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data ini dilakukan agar memperoleh hasil

yang valid dan tetap dapat dipercaya oleh semua pihak. Teknik yang

digunakan untukmengecek keabsahan data dalam penelitian ini adalah:

a. Melakukan teknik triangulasi

Dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi dengan

sumber yakni membandingkan dan mengecek kembali derajat

kepercayaan suatu informasi yang membandingkan dan mengecek

kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui

waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif (Moleong, 2009:

178)

b. Teknik member check

Dalam member check informan dan peneliti mengadakan review

terhadap data yang telah diperoleh dalam penelitian baik isi maupun

bahasanya (Moleong, 2009:221).

8. Tahap-Tahap Penelitian a. Tahap pra lapangan

1) Memilih lapangan penelitian. Dengan pertimbangan bahwa di

(30)

16

terbentuk yakni seiring dengan Surat Keputusan Menteri

Pendidikan Nasional RI Nomor 044/U/2002 tanggal 2 April 2002.

Selain itu, di lokasi ini memungkinkan mempermudah bagi peneliti

untuk melakukan penelitian dan observasi karena letaknya yang

strategis.

2) Mengurus perijinan penelitian secara formal.

3) Melakukan penjajakan lapangan.

b. Tahap pelaksanaan penelitian

Pada tahap ini meliputi 2 kegiatan, yaitu: pengumpulan data yang

diperlukan dan mengidentifikasi data tersebut.

c. Tahap akhir penelitian

Pada tahap akhir ini ada dua hal yang perlu dilakukan yaitu:

menyajikan data dalam bentuk deskripsi dan menganalisa data sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai.

G. Sistematika Penulisan

Adapun penulisan skripsi ini disusun dalam 5 BAB, dengan sistematika

penulisan sebagai berikut:

BAB I berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

penelitian, definisi operasional, metode penelitian, serta sistematika penelitian

BAB II tinjauan teoritis, kajian umum metode pembelajaran, metode

Demonstrasi, mata pelajaran Fikih di Madrasah Tsanawiyah, konsep tentang

shalat, dan tata cara shalat.

BAB III berisi loporan hasil penelitian, meliputi: yang pertama gambaran umum

lokasi dan subjek penelitian yang meliputi: sejarah berdirinya Madrasah

Tsanawiyah Nurul Huda, letak geografis Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda, visi

(31)

17

Tsanawiyah Nurul Huda, keadaan guru di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda,

keadaan siswa-siswi di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda, serta keadaan sarana

dan prasarana di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda. Yang kedua penyajian data

yang terdiri dari: penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran fikih dan

faktor pendukung dan penghambat penggunaan metode demonstrasi dalam

pembelajaran fikih

BAB IV berisi pembahasan hasil penelitian yaitu penerapan metode demonstrasi

dalam pembelajaran fikih dan faktor pendukung dan penghambat penggunaan

metode demonstrasi dalam pembelajaran fikih

BAB V penutup, berisikan simpulan dan saran-saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pelaksanaan Metode Demonstrasi

1. Pengertian dan Macam-macam Metode Pengajaran a. Pengertian Metode Pengajaran

Metode berasal dari bahasa latin “meta” yang berarti melalui, dan

hodos” yang berarti jalan atau ke atau cara ke. Dalam bahasa Arab

metode disebut “thariqah” artinya jalan, cara, sistem atau ketertiban dalam mengerjakan sesuatu. Sedangkan menurut istilah ialah suatu sistem atau

cara yang mengatur suatu cita- cita (Uhbiyati, 2005:123).

(32)

18

petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut).

Berdasarkan arti ini kemudian kamus besar bahasa Indonesia itu

mengartikan pengajaran sebagai proses perbuatan, cara mengajar atau

mengajarkan. Selanjutnya dalam bahasa Arab, pengajaran disebut “taklim

yang berasal dari kata “allama”. Dalam kamus Arab-Inggris susunan Elias dan Elias kata-kata tersebut berarti to educate, to train, to teach, to instruct, yakni mendidik, melatih, dan mengajar selanjutnya istilah pengajaran dalam bahasa Inggris disebut instruction atau teaching. Akar kata instruction adalah to instruct, artinya to direct to do something, to teach todo something, to purnish with information yakni memberi pengarahan agar melakukan sesuatu, mengajar agar melakukan sesuatu,

memberi informasi. Istilah instruction atau pengajaran menurut Reber berarti pendidikan atau proses perbuatan mengajarkan pengetahuan.

Sementara itu Tardif memberi arti instruction secara rinci yaitu a preplanned, goal directed educational process designed to facilitate learning, artinya pengajaran adalah proses kependidikan yang sebelumnya direncanakan dan diarahkan untuk mencapai tujuan serta

dirancang untuk mempermudah belajar (Muhibbinsyah, 2004:32).

Dari uraian tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa metode

pengajaran adalah suatu usaha atau cara yang dilakukan oleh guru dalam

menyampaikan materi pengajaran kepada siswa yang bertujuan agar murid

dapat menerima dan menanggapi serta mencerna pelajaran dengan mudah

secara efektif dan efisien, sehingga apa yang menjadi tujuan dari

pembelajaran tersebut dapat tercapai dengan baik.

b. Macam-macam Metode Pengajaran

Agar proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik dan

mencapai sasaran, maka salah satu faktor yang diperhatikan adalah

(33)

19

memperhatikan tingkat kelas, umur dan lingkungannya tanpa

mengabaikan faktor-faktor lainnya.

Banyak metode yang digunakan dalam mengajar. Untuk memilih

metode-metode mana yang tepat digunakan dalam menyampaikan materi

pengajaran ada beberapa syarat yang harus diperhatikan di dalam

menggunakan satu atau lebih metode, yaitu sebagai berikut :

1) Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat membangkitkan

motif, minat, atau gairah belajar siswa.

2) Metode mengajar yang digunakan harus dapat menjamin

perkembangan kegiatan kepribadian siswa.

3) Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat memberikan

kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya.

4) Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat merangsang

keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut melakukan eksplorasi dan

inovasi (pembaharuan).

5) Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat mendidik murid

dalam tehnik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan

melalui usaha pribadi.

6) Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat meniadakan

penyajian yang bersifat verbalitas dan menggantinya dengan

pengalaman atau situasi yang nyata dan bertujuan.

7) Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat menanamkan dan

mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikap utama yang diharapkan

dalam kebiasaan cara bekerja yang baik dalam kehidupan sehari-hari

(Ahmadi, 1997:53).

Di dalam Al Qur’an dapat dijumpai berbagai metode pendidikan

seperti metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, penugasan,

teladan, pembiasaan, karya wisata, cerita, hukuman, nasihat, dan

(34)

20

materi yang diajarkan, dan dimaksudkan demikian agar pendidikan tidak

membosankan anak didik (Nata, 2007:88).

Dari banyak metode pengajaran maka sesuai dengan judul

penelitian, dalam hal ini penulis hanya akan menjelaskan lebih rinci

macam metode yakni metode demonstrasi yang meliputi pengertian

metode demonstrasi, langkah-langkah metode demonstrasi, kelebihan dan

kekurangan metode demonstrasi serta cara mengatasi kelemahannya.

2. Pengertian Metode Demonstrasi, Kekurangan dan Kelebihannya a. Pengertian Metode Demonstrasi

Kata demonstrasi berasal dari bahasa Inggris yaitu demonstration,

secara bahasa demonstrasi berarti “mempertunjukkan atau

mempertontonkan”. Sedangkan menurut Arief (2002:190), yang dimaksud

dengan metode demonstrasi adalah “ metode mengajar yang menggunakan

peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk

memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan

tertentu kepada siswa.”

Dari pengertian tersebut dapat difahami bahwa metode demonstrasi

adalah suatu metode atau cara mengajar di mana seorang guru atau orang

lain yang sengaja diminta untuk memperlihatkan atau murid sendiri

memperlihatkan atau mempertunjukkan kepada seluruh kelas suatu proses

kaifiyat melakukan sesuatu.

Memperjelas pengertian tersebut dalam praktiknya metode

demonstrasi dapat dilakukan oleh guru sendiri ataupun oleh siswa di

depan kelas. Dalam masalah fikih, metode demonstrasi digunakan untuk

menerangkan tentang sholat, thaharah, haji dan sebagainya.

Metode demonstrasi sangat tepat digunakan jika bertujuan:

1) Memberikan keterampilan tertentu.

2) Memudahkan berbagai jenis penjelasan, sebab penggunaan bahasa

(35)

21 3) Menghindari verbalisme.

4) Membantu anak dalam memahami dengan jelas jalannya suatu proses

dengan penuh perhatian, sebab lebih menarik (Ahmadi, 1997:62)

b. Langkah-Langkah Metode Demonstrasi

Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam memakai

metode demonstrasi menurut Moejiono (1992:74) dalam bukunya Stategi

Belajar Mengajar adalah:

1) Persiapan pemakaian metode demonstrasi, meliputi: 1) mengkaji

kesesuaian metode terhadap tujuan yang akan dicapai. 2) analisis

kebutuhan peralatan untuk demonstrasi. 3) mencoba peralatan dan

analisis kebutuhan waktu. 4) merancang garis-garis besar

demonstrasi.

2) Pelaksanaan pemakaian metode demonstrasi, meliputi: 1)

mempersiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan untuk

demonstrasi. 2) memberi pengantar demonstrasi untuk

mempersiapkan para siswa mengikuti demonstrasi, berisikan

penjelasan tentang prosedur dan intruksi keamanan demonstrasi. 3)

memeragakan tindakan, proses atau prosedur yang disertai

penjelasan, ilustrasi, dan pertayaan.

3) Tindakan lanjut pemakaian metode demonstrasi, meliputi: 1) diskusi

tentang tindakan, proses atau prosedur yang baru saja

didemonstrasikan.2) memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mencoba melakukan segala hal yang telah didemonstrasikan.

Menurut N. K. (2001:83), agar demonstrasi berjalan efektif maka

hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

1) Guru harus mampu menyusun rumusan tujuan instruksional, agar

(36)

22

2) Pertimbangkanlah baik-baik apakah pilihan tekhnik anda mampu

menjamin tercapainya tujuan yang telah dirumuskan.

3) Amatilah apakah jumlah siswa memberi kesempatan untuk suatu

demonstrasi yang berhasil, bila tidak anda harus mengambil

kebijaksanaan lain.

4) Apakah guru telah meneliti alat-alat dan bahan yang akan digunakan

mengenai jumlah, kondisi dan tempatnya.

5) Harus sudah menentukan garis besar langkah-langkah yang akan

dilakukan.

6) Apakah tersedia waktu yang cukup, sehingga anda dapat memberi

keterangan bila perlu, dan siswa bisa bertanya.

7) Selama demonstrasi berlangsung guru harus memberi kesempatan

pada siswa untuk mengamati dengan baik dan bertanya.

8) Guru perlu mengadakan evaluasi apakah demonstrasi yang dilakukan

itu berhasil, dan bila perlu demonstrasi bisa diulang.

c. Kebaikan dan Kelemahan Metode Demonstrasi serta Cara Mengatasi

Kelemahannya

1) Segi-segi kebaikan metode demonstrasi adalah:

a) Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses

pembelajaran.

b) Dapat membantu siswa untuk mengingat lebih lama tentang materi

pelajaran yang disampaikan karena siswa tidak hanya mendengar

tetapi juga melihat bahkan mempraktekannya secara langsung.

c) Dapat memfokuskan pengertian siswa terhadap materi pelajaran

dalam waktu yang relatif singkat.

d) Dapat memusatkan perhatian anak didik.

e) Dapat menambah pengalaman anak didik.

f) Dapat mengurangi kesalahpahaman karena pengajaran menjadi

(37)

23

g) Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran

setiap siswa karena mereka ikut serta berperan secara langsung

(Arief, 2002:191).

h) Karena gerakan dan proses dipertunjukkan maka tidak memerlukan

keterangan-keterangan yang banyak (Mansyur, 2000:114).

i) Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan siswa akan dapat

dijawab waktu mengamati proses demonstrasi (Hasibuan, 1988:30).

j) Memberikan motivasi yang kuat untuk siswa agar lebih giat

belajar (N.K, 2001:84).

Banyak keuntungan psikologis pedagogis yang dapat diraih

dengan menggunakan metode demonstrasi, antara lain yang terpenting

adalah:

a) Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.

b) Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang

dipelajari.

c) Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat

dalam diri siswa (Muhibbinsyah, 2004:209).

2) Adapun segi-segi kelemahan metode demonstrasi adalah:

a) Memerlukan waktu yang cukup banyak.

b) Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi jadi tidak

efektif.

c) Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk pembelian

alat- alat.

d) Memerlukan tenaga yang tidak sedikit.

e) Bila siswa tidak aktif maka metode demonstrasi menjadi tidak

efektif (Arief, 2002:192).

(38)

24

g) Kadang-kadang proses yang didemonstrasikan di dalam kelas akan

berbeda jika proses itu didemonstrasikan dalam situasi nyata atau

sebenarnya.

h) Agar demonstrasi mendapatkan hasil yang baik diperlukan

ketelitian dan kesabaran. Kadang-kadang ketelitian dan kesabaran

itu diabaikan, sehingga apa yang diharapkan tidak tercapai

sebagaimana mestinya.

i) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang

akan dilaksanakan. Dan sebaiknya sebelum demonstrasi itu dimulai

guru telah mengadakan uji coba supaya kelak dalam melakukannya

tepat dan secara otomatis (Mansyur, 2000:114).

3) Sedangkan cara untuk mengatasi kelemahan metode demonstrasi dapat

dengan cara sebagai berikut:

a) Lakukan dengan metode demonstrasi dalam hal-hal yang bersifat

praktis dan urgen dalam masyarakat.

b) Arahkan pendemonstrasian agar murid-murid dapat memperoleh

pengertian yang lebih jelas, pembentukan sikap, serta kecakapan

praktis.

c) Usahakan agar anak dapat mengikuti demonstrasi.

d) Berilah pengertian sejelas-jelasnya landasan teori dari apa yang

(39)

25 B. Proses Belajar Mengajar

1. Pengertian Proses Belajar Mengajar a. Makna Proses

Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin “processus” yang berarti berjalan ke depan. Kata ini mempunyai konotasi urutan langkah

atau kemajuan yang mengarah pada suatu sasaran atau tujuan

(Muhibinsyah, 2004:113).Dalam psikologi belajar, Reber mengartikan

proses yaitu cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya

beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu.

Sedangkan menurut Chaplin, proses adalah suatu perubahan yang

menyangkut tingkah laku atau kejiwaan. Jadi proses belajar dapat

diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan

psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat

positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan

sebelumnya.

b. Makna Belajar

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang

sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang

pendidikan. oleh karenanya pemahaman yang benar mengenai arti belajar

dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh

para pendidik khususnya para guru. Ini berarti bahwa berhasil atau

gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses

belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di

lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.

Definisi belajar itu sendiri menurut Skinner yang dikutip Barlow

dalam bukunya Educational Psychology The Theaching Learning Process, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Sedangkan

(40)

26

organisme manusia atau hewan disebabkan oleh pengalaman yang dapat

mempengaruhi perubahan tingkah laku organisme tersebut (Muhibinsyah,

2004:90).

Sedangkan menurut Jerome Brunner belajar adalah suatu proses

aktif di mana siswa membangun (mengkonstruksi) pengetahuan baru

berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang sudah dimilikinya

(Trianto, 2009:15).

Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah proses yang menyebabkan adanya perubahan dalam

pengetahuan dan perilaku makhluk hidup sebagai hasil latihan,

pendidikan dan pengalaman.

c. Makna Mengajar

Didaktik berasal dari bahasa Yunani “didoskein”, yang berarti

pengajaran atau “didaktos” yang berarti pandai mengajar (Ahmadi,

1997:39). Menurut Tardif bahwa mengajar adalah perbuatan yang

dilakukan seseorang (dalam hal ini guru) dengan tujuan membantu atau

memudahkan siswa melakukan kegiatan belajar” (Muhibinsyah, 2004:113).

Jadi, mengajar bukanlah semata-mata menyampaikan pelajaran

kepada anak didik tetapi sama halnya dengan belajar, mengajarpun sama

hakikatnya adalah suatu proses yakni proses mengatur,

mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga dapat

menumbuhkan dan mendorong siswa untuk melakukan proses belajar.

Dari pengertian-pengertian di atas maka pengertian proses belajar

mengajar merupakan suatu proses yang berkesinambungan dan terencana

yang dilakukan oleh guru dan murid, yang didalamnya terdapat

aktivitas-aktivitas dalam suasana edukatif serta saling mempunyai hubungan timbal

balik guna tercapainya tujuan belajar mengajar yang ditandai dengan

(41)

27

psikomotoriknya. Dan dapat dikatakan bahwa, proses belajar mengajar

dalam suatu lembaga pendidikan formal dikatakan efektif apabila tujuan

yang ditentukan oleh sekolah tersebut dapat tercapai sesuai dengan tujuan

yang diharapkan.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar

Selain dari sistem pengolahan dan administrasi yang baik dalam suatu

sekolah ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi efektif tidaknya

kegiatan belajar mengajar tersebut, diantaranya:

a. Faktor murid atau subjek belajar

Murid atau anak didik merupakan potensi yang harus

dikembangkan. Sebagai subjek belajar, murid memiliki kepribadian yang

unik. Oleh karena itu di dalam mendidik atau membimbingnya harus

melihat potensi-potensi yang ada pada diri anak didik tersebut, sehingga

potensi-potensi tersebut dapat dikembangkan dengan baik pula.

b. Faktor guru

Belajar mengajar adalah aktivitas interaksi antara guru dan murid.

Dimana interaksi itu bukan hanya membutuhkan keterlibatan dari pihak

murid saja melainkan juga keterlibatan seorang guru, sehingga tidak berat

sebelah atau dalam artian harus saling mengisi sehingga terdapat feed back ( umpan balik) diantara keduanya.

Sebagai guru, ia harus memiliki pandangan yang luas mengenai

substansi yang berhubungan dengan pengajarannya. Ia harus

memahami beberapa kondisi baik di dalam, maupun di luar kelas.

Kondisi yang berada di luar kelas antara lain teman sejawat, murid, dan

lingkungan masyarakat. Sedangkan kondisi dalam kelas yang dimaksud

disini adalah sikap guru terhadap pelajaran yang akan disampaikan

kepada subjek didik. Di samping itu, satu hal yang tak boleh dilupakan

(42)

28

Sebagai pemimpin, ia harus membuat perencanaan pengajaran yang baik

sekaligus mengoperasikannya di kelas. Ia juga harus memotivasikan

subjek didik sedemikian rupa agar dapat terjadi proses belajar semaksimal

mungkin. Ia juga perlu menciptakan pendekatan yang manusiawi, baik

terhadap teman sejawatnya, maupun anak didiknya. Guru perlu juga

mengkoordinasikan dan mengaktifkan kelompok kelas. Ia juga dituntut

untuk dapat menemukan sekaligus menerapkan ide-ide baru sebagai

bahan inovasi bagi terciptanya proses belajar mengajar yang baik.

Kemauan guru untuk menerapkan ide-ide baru hendaknya

mempertimbangkan keadaan murid sehingga tidak terjadi penolakan oleh

murid.

c. Faktor lingkungan sekolah

Yang dimaksud dengan lingkungan sekolah adalah bagaimana

menciptakan situasi dan kondisi yang menyenangkan di lingkungan

sekolah, sehingga membantu kegiatan belajar mengajar.

C. Bidang Studi Fikih 1. Pengertian Fikih

Fikih adalah bahasa Arab dalam bentuk masdar dari kata faquha-yahqahu. Kata fikih semula berarti al-‘ilmu (pengetahuan) dan al-fahmu (pemahaman). Jadi fikih menurut bahasa berarti: “mengerti, faham dan

pintar” (Yunus, 1990, 321). Selain itu menurut Syarifuddin (1997: 20) fikih

secara etimologis berarti: “faham yang mendalam.” Dalam al – Qur’an

disebutkan:

نيدلا ىف اوهقفتيل ةفئاط مهنم ةقرف لك نم رفن لاولف

(43)

29

Menurut para fuqaha fikih berarti: “ilmu yang menerangkan hukum

-hukum syara’ dari dalil-dalil yang rinci “ (Ash Shiddieqy, 1993:17).

Sedangkan definisi ilmu fikih menurut istilah syara’ adalah pengetahuan tentang hukum-hukum syariat Islam mengenai perbuatan manusia, yang

diambil dari dalil-dalilnya secara rinci (Khallaf, 2002:2).

Dari definisi tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan fikih yaitu ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan

hukum-hukum perbuatan mukallaf yang diperoleh dari dalil-dalil yang rinci.

2. Tujuan Fikih di MTs a. Tujuan Fikih

Menurut Khallaf (2002:6), tujuan ilmu fikih adalah menerapkan

hukum-hukum syariat Islam terhadap perbuatan dan ucapan manusia.

Sedangkan tujuan pembelajaran fikih di MTs yang dikutip dari I. W.

Ahmad dalam delapan perangkat pembelajaran MTs adalah:

1) Membekali peserta didik agar dapat mengetahui dan memahami

pokok- pokok hukum Islam dalam mengatur ketentuan dan tata cara

menjalankan hubungan manusia dengan Allah yang diatur dalam fikih

ibadah dan hubugan manusia dengan sesama yang diatur dalam fikih

muamalah.

2) Membekali peserta didik agar dapat melaksanakan dan mengamalkan

ketentuan hukum Islam dengan benar dalam melaksanakan ibadah

kepada Allah dan ibadah sosial. Pengamalan tersebut diharapkan

menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan

tanggung jawab yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosial.

3. Ruang Lingkup Fikih di MTs

Ruang lingkup bidang studi fikih MTs yang dikutip dari I. W. Ahmad

dalam delapan perangkat pembelajaran MTs meliputi ketentuan pengaturan

(44)

30

antara hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan

sesama manusia. Adapun ruang lingkup mata pelajaran fikih di MTs adalah:

a. Aspek fikih ibadah: ketentuan dan tata cara thaharah, sholat fardhu, sholat

sunah, dan sholat dalam keadaan darurat, sujud , azan dan iqomah,

berdzikir dan berdoa setelah sholat, puasa, zakat, haji dan umrah, qurban

dan aqiqah, makanan, perawatan jenazah dan ziarah kubur.

b. Aspek fikih muamalah: ketentuan hukum jual-beli, qiradh, riba, pinjam-

meminjam, utang-piutang, gadai dan borong serta upah.

D. Shalat

1. Pengertian shalat

Sholat menurut bahasa merupakan ism masdar dari kata shalla-yushalli yang memiliki arti beragam yaitu: doa, rahmat, ampunan, sanjungan Allah kepada Rosulullah (Alfairuz, 1995:173). Sedangkan menurut istilah

adalah ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang

dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.

Dalam pengertian lain Sholat juga merupakan salah satu sarana

komunikasi antara hamba dengan Tuhannya sebagai bentuk ibadah yang

didalamnya merupakan amalan yang tersusun dari beberapa perkataan dan

perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam, serta sesuai

dengan syarat dan rukun yang telah ditentukan syara’ (Imam Basyahri

Assayuthi, 30).

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Sholat

adalah Suatu ibadah kepada Tuhan, berupa perkataan dengan perbuatan yang

diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam menurut syarat dan rukun

yang telah ditentukan.

2. Syarat-syarat sholat

Syarat menurut bahasa ialah alamat atau tanda. Sedangkan menurut

(45)

31

yang dilakukan ketika shalat (hal-hal yang wajib ada atau terpenuhi bagi

pelaku shalat) (Syamsuddin, 2010:13).

Jelasnya syarat itu tidak meliputi rukun shalat, karena rukun adalah

bagian yang harus dikerjakan dalam shalat. Adapun syarat-syarat wajib dan

sahnya shalat, yaitu:

a. Syarat wajib shalat

1) Syarat wajib shalat ada tiga, yaitu:

a) Islam, orang kafir tidak wajib shalat dan tidak pula mengqadha

shalat-shalat yang ditinggalkan selama ia kafir (ketika ia masuk

islam)

b) Berbeda dengan orang murtad (asalnya islam lalu berbalik

memusuhi islam), maka semua shalat fardhu yang ditinggalkan

selama ia murtad, wajib dibayar (diqadha) kalau nantinya masuk

islam lagi

c) Baligh, maka bagi anak yang belum baligh baik pria maupun

wanita, tidak wajib shalat, tapi orangtua wajib menyuruhnya

ketika anak menginjak 7 tahun atau lebih, kalau sudah tamziy

(mengerti arah), atau dinantikan sampai lewat tamziy, bahkan

setelah umur 10 tahun belum juga melaksanakan shalat (enggan

shalat) maka orangtua diperbolehkan memukulnya

نينس رشع ءانبأ مهو اهيلع مهوبرضاو نينس عبس ءانبأ مهو ةلاصلاب مكدلاوأ اورم

عجاضملا يف مهنيب اوقرفو

“ Suruhlah anak-anakmu mengerjakan shalat ketika

(46)

32

d) Berakal sehat, maka bagi yang gila (akalnya tidak sehat) tidak

wajib shalat

b. Syarat-syarat sahnya shalat

1) Syarat sahnya shalat ada lima, yaitu:

a) Suci (suci dari hadas, haid dan nifas nifas) (Bakar, 2010:14).

Sabda Rasulullah Saw:

ةلاصلا يعدف ةضيحلا تلبقا اذا : شيبح يبا تنب ةمطافل ملسو هيلع للها ىلص للها لوسر لاق

“ Beliau berkata kepada Fatimah binti Abi Hubaisyi, “apabila datang haid, tinggalkanlah shalat.” (HR. Bukhari)

أضوتي ىتح ثدحا اذا مكدحا ةلاص للها لبقي لا

“ Allah tidak menerima shalat seseorang di antara kamu apabila ia berhadas hingga ia berwudhu” (HR. Bukhari Muslim)[6]

b) Menutup aurat, orang yang akan shalat hendaknya mentup aurat.

Firman Allah Swt :

دجسم لك دنع مكتنيز اوذخ مدا ينبي

“ Hai anak adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap

(memasuki) masjid.” (Al-A’raf : 31)

c) Berdiri di tempat yang suci, maka tidak sah shalat seseorang yang

bagian tubuhnya atau pakaiannya terkena najis, baik ketika berdiri,

duduk tahiyat, rukuk atau sujud

d) Mengetahui bahwa waktu shalat telah masuk

e) Menghadap kiblat

Firman Allah Swt :

هرطش مكهوجو اولوف متنكام ثيحو مارحلا دجسملا رطش كهجو لوف

“ Palingkanlah mukamu ke arah masjidil haram. Dan di mana

saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.” (Al

(47)

33 3. Rukun-rukun sholat

Amalan-amalan yang dilakukan saat melakukan ibadah shalat, yaitu:

a) Niat, yaitu sengaja atau menuju sesuatu dibarengi dengan (awal)

pekerjaan tersebut, tempatnya di hati (diucapkan oleh suara hati)

(Syamsuddin, 2010:13). Sabda Rasulullah saw :

تايناب لمعلاا امنا

“ Sesungguhnya segala amal itu hendaklah dengan niat” (HR. Bukhari

Muslim) (Sulaiman, 2015:11).

b) Takbiratul ihram, diucapkan bagi yang bisa mengucapkan dengan

lisannya

c) Berdiri tegak, bagi yang kuasa ketika shalat fardhu. Boleh duduk,atau

berbaring bagi yang sedang sakit

d) Membaca surat Al-Fatihah pada tiap-tiap raka’at Sabda Rasulullah saw:

باتكلا ةحتافب أرقي نمل ةلاصلا

“ Tiadalah shalat bagi seseorang yang tidakmembaca surat Fatikhah.”

(HR. Bukhari)

e) Ruku’ dengan tumakninah

Sabda Rasulullah Saw :

اعكار نئمطت ىتح عكرا مث

“ Kemudian rukuklah engkau hingga engkau diam sebentar untuk rukuk” (HR. Bukhari Muslim)

f) I’tidal dengan tumakninah Sabda Rasulullah saw:

(48)

34

“Kemudian bangkitlah engkau sehingga berdiri tegak untuk I’tidal” (HR

Bukhari Muslim)

g) Sujud dua kali dengan tumakninah

h) Duduk antara dua sujud dengan tumakninah

i) Duduk tasyahud akkhir dengan tumakninah

j) Membaca tasyahud akhir

k) Membaca shalawat nabi pada tasyahud akhir

l) Membaca salam yang pertama

Sabda Rasulullah saw:

ميلستلا اهليلحتو ريبكتلا اهميرحت

“Permulaan shalat itu takbir dan penghabisannya salam.” (HR Abu

Daud dan Tirmizdi)

Sabda Rasulullah saw:

يلصا ينومتيأر امك اولص

“Shalatlah kamu sebagaimana kamu lihat saya shalat.” (HR Bukhari)

4. Hal-hal yang membatalkan sholat

Hal-hal yang membatakan shalat ada 14, yaitu:

a) Sengaja berbincang atau ngomong-ngomong layaknya dengan manusia,

baik berbicara dalam rangka pembenahan shalat atau bukan (Syamsuddin,

2010:22).

b) Banyak bertingkah, yang berkesinambngan, misalnya 3x melangkah,

disengaja atau tidak.

c) Berhadas ( kecil maupun besar)

d) Meninggalkan salah satu rukun sholat atau sengaja memutuska rukun

sebelum sempurna, misalya melakukan i’tidal sebelum sempurna ruku’

(49)

35

e) Sengaja membuka auratnya bukan karena ditiup angin sedangkan bagi

yang terbuka auratnya akibat angin, lalu segera menutupnya kembali

maka tidak batal shalanya (Syamsuddin, 2010:24).

f) Terkena najis (baik badan, pakaian atau tempat shalat) yang bukan najis

ma’fu. Lain halnya kalau najis itu kering dan menimpa atau mengenai

pakaian, lalu dengan segera najis itu dikibaskan dari pakaiannya, maka

tidak batal shalatnya

g) Makan atau minum baik sedikit ataupun banyak keduanya membatalkan

shalat

h) Membelakangi kiblat

i) Gelak tawa ketika shalat, itu dapat membatalkan shalat

j) Mendahului imam dalam shalat jama’ah

k) Murtad ( keluar dari islam ), mati, gila atau hilang akal

l) Berubah niat, seseorang yang sedang shalat lalu iba-tiba terbetik niat

untuk tidak shalat di dalam hatinya, saat itu juga shalatnya telah batal.

Sebab, niatnya telah merusak meskipun dia belum melakukan hal-hal

yang membatalkan shalat

m) Terdapat air bagi orang yang shalatnya dengan tayammum

Seseorang yang bertayammum sebelum shalat, lalu saat shalat

tiba-tiba terdapat air yang bisa dijangkaunya dan cukup untuk digunakan

berwudhu maka shalatnya batal, dia harus berwudhu saat itu dan

mengulangi lagi shalatnya

n) Mengucapkan salam secara sengaja

Bila seseorang mengucapkan salam secara sengaja dan sadar,

shalatnya menjadi batal. Dasarnya aalah hadist Nabi saw. yang

menyatakan bahwa salam adalah hal yang mengakhiri shalat. Kecuali

(50)

36 BAB III

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Sejarah Berdirinya MTs Nurul Huda Sepakung

Berdasarkan data dokumen yang peneliti peroleh di lapangan

menunjukkan bahwa pada mulanya MTs Nurul Huda Sepakung merupakan

sekolah filial MTs Rodhotul Furqon pada tahun 1997 dengan tujuan sebagai

sekolah yang menampung sebagian siswa MTs Rodhotul Furqon yang

melebihi target jumlah kelas yang disediakan. Seluruh guru dan staf

akademika MTs Nurul Huda Sepakung mulanya juga berasal dari MTs

Rodhotul Furqon, sedangkan yang menjabat sebagai kepala sekolah pada

waktu itu adalah Bapak Suparman, S.P.d.

Menurut penuturan Bapak Suparman sebagai berikut :

Sekolah filial ini bertempat di MI Nurul Huda sepakung dengan jumlah kelas sebanyak 1 ruang untuk kelas 1. Akhir tahun 1999 MTs Nurul Huda mulai mendapat bantuan pembangunan gedung sekolah di Dusun Sepakung bagian timur. Akhirnya pada tahun 2000 MTs Nurul Hudafilial MTs Rodhotul Furqon diresmikan menjadi MTs Nurul Huda Sepakung, dengan jumlah murid sebanyak 47, jumlah kelas sebanyak 3 kelas dan tenaga pengajar sebanyak 10 orang. Sejak dibangunnya gedung sekolah yang baru, MTs Nurul Huda mengalami kemajuan jumlah siswa yang sangat pesat.

Sejak berdiri sampai saat ini, MTs Nurul Huda telah mengalami

tiga kali pergantian kepala sekolah,yaitu sebagai berikut:

a. H. Sugiri, A.Ma.(Tahun1997-2002)

b. H.Edi Istiawan, S.Pd.I (Tahun 2002-2016)

(51)

37

MTs Nurul Huda bertempat di Dusun Sepakung bagian timur.

Latitude (lintang) -7.3433, dan longitude (bujur) +110.41.

3. Visi danMisi

Visi adalah gambaran sekolah yang digunakan di masa depan

secara utuh, sedangkan misi adalah tindakan untuk mewujudkan visi,

antara visi dan misi merupakan dua hal yang saling berkaitan, adapun

visi dan misi MTs Nurul Huda yaitu:

a. Visi Sekolah

“ Terwujudnya lembaga pendidikan agama tingkat dasar yang

komprehensif dengan memadukan pendidikan akhlaq dan pendidikan

formal ”

b. Misi Sekolah

1) Menumbuhkan penghayatan pengamalan terhadap ajaran agama

dan budi pekerti.

2) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara efektif agar

mencapai prestasi yang optimal.

3) Menerapkan disiplin ke dalam kegiatan sehari-hari sehingga

tercipta suasana kondusif.

4) Menyediakan wadah penyaluran bakat dan minat siswa dalam

bidang seni dan olah raga.

5) Menyediakan sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan

belajar mengajar dan kegiatan ekstra kurikuler.

c. Strategi Sekolah

1) Menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agama.

2) Menumbuhkan penghayatan dan menjunjung tinggi budaya

bangsa

3) Bersikap santun terhadap orang yang lebih tua

4) Melaksanakan bimbingan belajar intensif agar unggul dalam

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mareti (2010) yang berjudul Pengaruh Aromaterapi terhadap Penurunan Kejadian Insomnia pada Usia Lanjut di Dusun Kramen Kring

Dalam pengambilan keputusan pendanaan bagi perusahaan yang berkaitan dengan penentuan struktur modal, manajer harus berhati-hati karena keputusan ini dapat

Setelah dilakukan identifikasi dan analisis terhadap sumber daya sistem informasi dan kualtas informasi yang dihasilkan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) Ditjen Perbendaharaan,

Menurut perumusan yang berlaku yang diterangkan dalam KUHP Pasal 285, pelaku perkosaan sebagai suatu tindak kejahatan adalah “Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman

ZAENAL

Tujuan dari aplikasi sistem pakar ini yaitu akan membantu dan mempermudah masyarakat untuk mengetahui penyakit yang diderita serta solusi dengan memasukkan gejala-gejala

“ how does the Indonesian language affect the use of English while talking to foreign tourists ,” the researcher was not only classified the sentences and phrases

Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa karakteristik individu yang berhubungan secara bermakna dengan pemilihan makanan adalah status alergi berhubungan dengan pemilihan