i
PELAKSANAAN METODE DEMONSTRASI
DALAM MATA PELAJARAN FIKIH
MATERI SHALAT PADA SISWA KELAS VIII
MTs NURUL HUDA BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
NUR KHOLIS
114-13-028
JURUSANPENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
iii
PELAKSANAAN METODE DEMONSTRASI
DALAM MATA PELAJARAN FIKIH
MATERI SHALAT PADA SISWA KELAS VIII
MTs NURUL HUDA BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
NUR KHOLIS
114 13 028
JURUSANPENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
vii MOTTO
Tak harus start No. 1 untuk menjadi juara (Valentino Rossi 46)
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini Saya Persembahkan Kepada:
1. Kedua orang tuaku, tercinta
2. Keluarga Besar di Banyubiru
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohim
Puji syukur alhamdulillahi robbil’alamin, penulis panjatkan kepada Allah
SWT yang telah menganugerahkan Rahmat, dan Hidayah-Nya kepada penulis
dalam rangka menyelesaikan karya skripsi ini.
Tidak lupa sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
nabi agung Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya
yang selalui setia menjakannya suri tauladan yang mana beliaulahh satu-satunya
ummat manusia yang dapat mereformasi ummat manusia dari zaman kegelapan
menuju zaman terang benerang yakni dengan ajarannya agama Islam.
Penulisan skripsi inipun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari
berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu penulis mengucapakan banyak terimakasih yang sedalam
dalamnya kepada :
1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN salatiga.
2. Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.
3. Siti Ruhayati, M.Ag Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
4. Dr. M. Gufron, M.Ag selaku pembimbing yang telah memberikan bantuan dan
bimbingan dengan penuh kesabaran, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Segenap Bapak dan Ibu dosen serta staf dan karyawan di lingkungan Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga.
6. Bapak Ibu tercinta (Ali Imron &Sumiah) yang telah membesarkan penulis
dengan penuh kasih sayang.
7. Yuyun Nur Hidayati yang tidak pernah lelah memberikan semangat, perhatian
dan selalu mendampingi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga
Allah selalu melindungi kita.
8. Keluarga besar Pondok Pesantren Nurul Asna, terimakasih untuk semua
kenangan manis yang telah terukir bersama. Semua itu tidak akan pernah
ix
9. Teman-teman seperjuangan mahasiswa PAI Ekstensi angkatan 2013
10.Serta Semua pihak yang selalu memberikan dorongan dan do’a kepada penulis selama masa penulisan. Hanya untaian terima kasih dengan tulus serta iringan
doa, semoga Allah membalas semua amal kebaikan mereka dan selalu
melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah Nya. Dan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa penulisan skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan. Namun penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat
bagi para pembaca pada umumnya dan penulis khususnya.
Salatiga, 26 Agustus 2017
Penulis,
Nur Kholis
x ABSTRAK
Kholis, Nur. 2017. Pelaksanaan Metode Demonstrasi dalam Mata Pelajaran Fikih Materi Shalat pada Siswa Kelas VIII di MTs Nurul Huda Banyubiru Tahun Ajaran 2017/2018 Tahun 2017. Skripsi, Salatiga: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Kata kunci: Metode Demonstrasi dan Mata pelajaran Fikih
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan mengenai, 1) bagaimana pelaksanaan metode demonstrasi dalam mata pelajaran fikih pada materi shalat kelas VIII di MTs Nurul Huda Banyubiru? 2) faktor-faktor apa saja yang menghambat penggunaan metode demonstrasi dalam mata pelajaran Fikih pada materi shalat kelas VIII di MTs Nurul Huda Banyubiru?
Penelitian yang penulis lakukan ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam perjalanan mengumpulkan data, penulis menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan untuk analisisnya, penulis menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Selain itu, untuk keabsahan datanya dicek menggunakan teknik triangulasi dan member check.
xi DAFTAR ISI
SAMPUL... i
GAMBAR BERLOGO ... ii
HALAMAN JUDUL ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
PENGESAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... xi
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C.Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 3
E.Definisi Operasional ... 4
1.Metode Demonstrasi ... 5
2.Mata Pelajaran Fikih ... 8
3.Shalat ... 9
xii
1.Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 9
2.Kehadiran Peneliti ... 10
3.Lokasi Penelitian ... 11
4.Sumber Data ... 11
5.Teknik pengumpulan Data ... 12
6.Teknik Analisis Data ... 14
7.Pengecekan Keabsahan Data ... 15
8.Tahap-tahap Penelitian ... 16
G. Sistematika Pembahasan ... 20
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pelaksanaan Metode Demonstrasi... 18
1.Pengertian dan Macam-macam Metode Pengajaran ... 19
2.Pengertian Metode Demonstrasi, Kekurangan dan Kelebihannya ... 22
B. Proses Belajar Mengajar ... 26
1.Pengertian Proses Belajar Mengajar ... 26
2.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar Mengajar ... 28
C.Bidang Studi Fikih ... 30
1.Pengertian Fikih ... 30
2.Tujuan Fikih di MTs ... 30
3.Ruang Lingkup Fikih di MTs ... 31
xiii
1.Pengertian shalat ... 31
2.Syarat-syarat sholat ... 32
3.Rukun-rukun sholat ... 34
4.Hal-hal yang membatalkan sholat ... 35
BAB III: LAPORAN HASIL PENELITIAN ... 37
A. Gambaran umum lokasi dan subjek Penelitian ... 37
1.Sejarah Berdirinya MTs Nurul Huda Sepakung... 37
2.Letak Geografis ... 37
3.Visi dan Misi ... 37
4.Struktur Organisasi MTs Nurul Huda ... 39
5.Keadaan Guru di MTs Nurul Huda ... 41
6.Keadaan Siswa-siswi di MTs Nurul Huda... 42
7.Keadaan Sarana dan Prasarana ... 43
B. Penyajian Data Penelitian ... 43
1.Pelaksanaan Metode Demonstrasi Mata pembelajaran fikih di MTs Nurul Huda Banyubiru Tahun2017/2018... 43
2.Faktor pendukung dan penghambat penggunaan metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Shalat siswa kelass VIII MTs Nurul Huda Banyubiru Tahun2017/2018... 51
BAB IV : PEMBAHASAN ... 53
xiv
B. Faktor pendukung dan penghambat penggunaan metode Demonstrasi
dalam Pembelajaran Shalat siswa kelass VIII MTs Nurul Huda
Banyubiru Tahun2017/2018... 58
BAB V : PENUTUP... 61
A. Kesimpulan ... 61
B.Saran-saran ... 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan agama merupakan salah satu bidang studi yang diharapkan
dapat memberikan peranan dalam usaha menumbuhkembangkan sikap
beragama siswa. Sikap dan kemampuan siswa dalam beragama merupakan
cerminan dari keberhasilan guru agama di sekolah dalam menyalurkan ajaran
agama melalui usaha pendidikannya
Salah satu bidang studi yang termasuk dalam pendidikan agama
adalah fikih. Secara umum fikih merupakan salah satu bidang studi agama
yang banyak membahas tentang hukum-hukum yang mengatur pola
hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia dan manusia
dengan lingkungannya. Fikih diharapkan menjadi alat kontrol bagi siswa
dalam mengarungi kehidupannya dan dengan materi fikih diharapkan
aktivitas siswa tidak lepas dari norma-norma agama.
Tentunya harapan-harapan yang ingin dicapai dari pengajaran fikih ini
harus didukung oleh proses belajar mengajar yang efektif yang dapat
mempermudah pemahaman siswa terhadap bidang studi fikih.
Faktor-faktor yang ikut menentukan berhasil atau tidaknya tujuan
pembelajaranya itu anak didik, pendidik, tujuan pendidikan, sarana dan
prasarana juga metode pembelajaran. Kelima faktor tersebut hubungannya
2
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan pena; Dia mengajar manusia tentang sesuatu yang belum diketahuinya.”
Dengan demikian guru memiliki posisi yang sangat penting dalam
pendidikan untuk mencapai suatu keberhasilan dalam proses belajar
mengajar seorang guru diharapkan dapat memilih metode yang tepat. Karena
metode mengajar merupakan komponen dari proses pendidikan yang harus
dikuasai oleh seorang guru dalam mengajar.
Selain itu, karena metode merupakan salah satu komponen pendidikan
yang sangat penting dan besar peranannya dalam menentukan keberhasilan
suatu pendidikan. Maka dituntut adanya suatu kemampuan pada setiap
pendidik untuk dapat memilih dan mempergunakan metode-metode
pendidikan yang ada, sehingga metode-metode tersebut dapat berfungsi
secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan.
Di dalam pembelajaran terdapat banyak metode yang digunakan oleh
seorang guru untuk mendukung keberhasilan belajar, maka dalam
pembelajaran fikih selain metode ceramah yang sering digunakan oleh guru
mata pelajaran fikih untuk menyampaikan isi materi, metode demonstrasi
juga tepat untuk diterapkan dan digunakan khususnya pada materi-materi
tertentu seperti sholat. Dengan demikian jika guru mata pelajaran fikih
menggunakan metode demonstrasi dalam menyampaikan materi dimana guru
harus mempertunjukkan atau memperagakan isi materi pelajaran yang sedang
dipelajari kepada siswa dengan disertai penjelasan lisan, maka tidak akan
terjadi kekeliruan pada diri siswa dalam mempraktekkannya, selain itu siswa
akan lebih mudah memahami dan menangkap materi yang disampaikan guru
mata pelajaran fikih. Oleh karena itu, jika guru salah dalam memilih suatu
3
membosankan diri siswa, juga hilangnya pusat perhatian terhadap materi
yang disampaikan.
Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk membahas dalam skripsi
dengan judul “PELAKSANAAN METODE DEMONSTRASI DALAM MATA
PELAJARAN FIKIH MATERI SHALAT PADA SISWA KELAS VIII MTs
NURUL HUDA BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG TAHUN
PELAJARAN 2017/2018”.
B. Rumusan Masalah
Untuk mempermudah pengambilan penganalisaan masalah pokok
tersebut, secara bertahap perlu juga dijawab masalah-masalah sebagai berikut:
1.Bagaimana pelaksanaan metode Demonstrasi dalam mata pelajaran Fikih pada
materi shalat kelas VIII di MTs Nurul Huda Banyubiru?
2.Faktor-faktor apa saja yang menghambat penggunaan metode Demonstrasi
dalam mata pelajaran Fikih pada materi shalat kelas VIII di MTs Nurul Huda
Banyubiru?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1.Mengetahui bagaimana pelaksanaan metode Demonstrasi dalam mata
pelajaran Fikih pada materi shalat kelas VIII di MTs Nurul Huda Banyubiru.
2.Mengetahui faktor-faktor apa saja yang menghambat penggunaan metode
Demonstrasi dalam mata pelajaran Fikih pada materi shalat kelas VIII di MTs
Nurul Huda Banyubiru ?
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas
tentang metode demonstrasi dan pelaksanaannya dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran fikih. Adapun manfaat yang penulis harapkan
dari penelitian ini antara lain:
1.Secara praktis, dapat bermanfaat bagi para pembaca, pengajar, dan para pihak
4
penulis khususnya agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaranya melalui
pelaksananaan metode yang efektif dan efisien
2.Secara teoritik, diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan
pendidikan terkait metode pengajaran serta dapat memperkaya khasanah dunia
pendidikan Islam yang diperoleh dari penelitian.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami judul di atas,
maka peneliti merasa perlu untuk menjelaskan beberapa istilah yang ada pada
judul tersebut.
1. Metode Demonstrasi
a. Pengertian Metode Demonstrasi
Kata demonstrasi berasal dari bahasa Inggris yaitu demonstration, secara bahasa demonstrasi berarti “mempertunjukkan atau
mempertontonkan”. Sedangkan menurut Arief (2002:190) yang
dimaksud dengan metode demonstrasi adalah “metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu kepada siswa.”
Dari pengertian tersebut dapat difahami bahwa metode demonstrasi adalah suatu metode atau cara mengajar di mana seorang guru atau orang lain yang sengaja diminta untuk memperlihatkan atau murid sendiri memperlihatkan atau mempertunjukkan kepada seluruh kelas suatu proses kaifiyat melakukan sesuatu.
Memperjelas pengertian tersebut dalam praktiknya metode demonstrasi dapat dilakukan oleh guru sendiri ataupun oleh siswa di depan kelas. Dalam masalah fikih, metode demonstrasi digunakan untuk menerangkan tentang sholat, thaharah, haji dan sebagainya.
5
1)Memberikan keterampilan tertentu.
2)Memudahkan berbagai jenis penjelasan, sebab penggunaan bahasa lebih banyak.
3)Menghindari verbalisme.
4)Membantu anak dalam memahami dengan jelas jalannya suatu proses dengan penuh perhatian, sebab lebih menarik (Ahmadi, 1997:62).
b. Kebaikan dan Kelemahan Metode Demonstrasi serta Cara Mengatasi
Kelemahannya
1) Segi-segi kebaikan metode demonstrasi adalah:
a) Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran.
b) Dapat membantu siswa untuk mengingat lebih lama tentang materi
pelajaran yang disampaikan karena siswa tidak hanya mendengar
tetapi juga melihat bahkan mempraktekannya secara langsung.
c) Dapat memfokuskan pengertian siswa terhadap materi pelajaran
dalam waktu yang relatif singkat.
d) Dapat memusatkan perhatian anak didik.
e) Dapat menambah pengalaman anak didik.
f) Dapat mengurangi kesalahpahaman karena pengajaran menjadi
lebih jelas dan konkrit.
g) Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran
setiap siswa karena mereka ikut serta berperan secara langsung
(Arief, 2002:191).
h) Karena gerakan dan proses dipertunjukkan maka tidak
memerlukan keterangan-keterangan yang banyak (Mansyur,
2000:114).
i) Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan siswa akan
6
j) Memberikan motivasi yang kuat untuk siswa agar lebih giat
belajar (N.K, 2001:84).
Banyak keuntungan psikologis pedagogis yang dapat diraih dengan menggunakan metode demonstrasi, antara lain yang terpenting
adalah:
a) Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.
b) Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang
dipelajari.
c) Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat
dalam diri siswa (Muhibbinsyah, 2004:209).
2) Adapun segi-segi kelemahan metode demonstrasi adalah:
a) Memerlukan waktu yang cukup banyak.
b) Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi jadi tidak
efektif.
c) Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk pembelian
alat- alat.
d) Memerlukan tenaga yang tidak sedikit.
e) Bila siswa tidak aktif maka metode demonstrasi menjadi tidak
efektif (Arief, 2002:192).
f) Tidak semua hal dapat di demonstrasikan di dalam kelas.
g) Kadang-kadang proses yang didemonstrasikan di dalam kelas
akan berbeda jika proses itu didemonstrasikan dalam situasi nyata
atau sebenarnya.
h) Agar demonstrasi mendapatkan hasil yang baik diperlukan
ketelitian dan kesabaran. Kadang-kadang ketelitian dan kesabaran
itu diabaikan, sehingga apa yang diharapkan tidak tercapai
sebagaimana mestinya.
i) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang
7
dimulai guru telah mengadakan uji coba supaya kelak dalam
melakukannya tepat dan secara otomatis (Mansyur, 2000:114).
2. Mata Pelajaran Fikih
Fikih adalah bahasa Arab dalam bentuk masdar dari kata faquha-yahqahu. Kata fikih semula berarti al-‘ilmu (pengetahuan) dan al-fahmu (pemahaman). Jadi fikih menurut bahasa berarti: “mengerti, faham dan
pintar” (Yunus, 1990, 321). Selain itu menurut Syarifuddin (1997: 20) fikih
secara etimologis berarti: “faham yang mendalam.” Dalam al – Qur’an
disebutkan:
نيدلا ىف اوهقفتيل ةفئاط مهنم ةقرف لك نم رفن لاولف
...Apakah tidak lebih baik dari tiap-tiap golongan ada segolongan yang berangkat untuk memperdalam faham/pengertian dalam urusan agama... (QS. At Taubah: 122)
Menurut para fuqaha fikih berarti: “ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara’ dari dalil-dalil yang rinci“ (Ash Shiddieqy, 1993:17).
Sedangkan definisi ilmu fikih menurut istilah syara’ adalah pengetahuan tentang hukum-hukum syariat Islam mengenai perbuatan
manusia, yang diambil dari dalil-dalilnya secara rinci (Khallaf, 2002:2).
Dari definisi tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan fikih yaitu ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
hukum-hukum perbuatan mukallaf yang diperoleh dari dalil-dalil yang rinci.
3. Shalat
Sholat menurut bahasa merupakan ism masdar dari kata shalla-yushalli yang memiliki arti beragam yaitu: doa, rahmat, ampunan, sanjungan Allah kepada Rosulullah (Alfairuz, 1995:173). Sedangkan menurut istilah
adalah ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang
8
Dalam pengertian lain Sholat juga merupakan salah satu sarana
komunikasi antara hamba dengan Tuhannya sebagai bentuk ibadah yang
didalamnya merupakan amalan yang tersusun dari beberapa perkataan dan
perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam, serta sesuai
dengan syarat dan rukun yang telah ditentukan syara’ (Assayuthi, 30). Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Sholat
adalah Suatu ibadah kepada Tuhan, berupa perkataan dengan perbuatan yang
diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam menurut syarat dan rukun
yang telah ditentukan.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatandan Jenis Penelitian
Penelitian tentang pelaksanaan metode demontrasi dalam mata pelajaran
fikih materi sholat pada kelas VIII Madrasah Tsanawiyah menggunakan
pendekatan kualitatif.
Yang membedakan penelitian kualitatif dengan penelitian kuantitatif
adalah:
a. Kejelasan unsur: subjek sampel, sumber data tidak mantap dan rinci,
masih fleksibel, timbul dan berkembangnya sambil jalan (emergent)
b. Langkah penelitian: baru diketahui dengan mantap dan jelas setelah
penelitian selesai
c. Hipotesis: tidak mengemukakan hipotesis sebelumnya, tetapi dapat lahir
selama penelitian berlangsung. Hasil penelitiannya terbuka.
d. Desain: desain penelitiannya adalah fleksibel dengan langkah dan hasil
yang idak dapat dipastikan sebelumnya.
e. Pengumpulan data: kegiatan pengumpulan data harus selalu dilakukan
sendirioleh peneliti.
f. Analisis data: dilakukan bersama-sama dengan pengumpulan data
9
Bogdan dan Taylor mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai
prosedurpenelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dariorang-orang dan perilaku yang diamati (Harun,2007: 15).
Dengan demikian karena data yang diperoleh berupa kata-kata atau
tindakan, maka jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah jenis penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang hanya menggambarkan,
meringkas berbagai kondisi atau berbagai variabel. Sebagaimana yang
diungkapkanoleh Lexy Moleong (2009: 11), bahwa jenis penelitian deskriptif
merupakanpenelitian yang datanya dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan
10 2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini penulis bertindak sebagai instrumen utama
pengumpulan data. Sedangkan instrument selain (non) manusia dapat pula
digunakan, namun fungsinya hanya sebatas sebagai pendukung dan pembantu
dalam penelitian.
Menurut Lexy J.Moleong (2009: 168) berpendapat bahwa kedudukan
peneliti dalam penelitian kualitatif sekaligus merupakan perencana, pelaksana
pengumpulan data, analisis, penafsir data dan pada akhirnya menjadi pelapor
hasil penelitian.
Berdasarkan pendapat tersebut, untuk mengumpulkan data
sebanyak-banyaknya, maka peneliti terjun langsung dan membaur dalam komunitas
subyek penelitian.. Keterlibatan peneliti dengan komunitas subyek penelitian
tersebut dilakukan sejak tanggal 12 Juni hingga tanggal 29 September 2017.
Akan tetapi, peneliti tidak serta merta ikut sepenuhnya dalam keseharian
komunitas subyek penelitian. Peneliti hanya membaur dan terlibat langsung di
dalamnya sebanyak kurang lebih 23 kali. Dalam kesemua keterlibatan peneliti
itu, peneliti di antranya melakukan observasi, wawancara dan studi
dokumentasi.
3. Lokasi penelitian
Penelitian tentang pelaksanaan metode demonstrasi dalam mata pelajaran fikih
materi sholat ini mengambil lokasi di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda yang
terletak di Dusun Sepakung Wetan Desa Sepakung Kecamatan Banyubiru
Kabupaten Semarang
4. Sumber Data
Sumber data yang digali dalam penelitian ini meliputi:
a. Sumber data utama (primer) yaitu sumber data yang diambil peneliti baik
berupa kata-kata dan tindakan melalui wawancara dan observasi. Sumber
data primer ini adalah data-data yang langsung ditemukan dari sumber
11
metode demonstrasi dalam mata pelajaran fikih materi sholat adalah
Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran Fikih dan siswa
b. Sumber data tambahan (sekunder), yaitu sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau
lewat dokumen (Sugiyono, 2008: 62).
Sumber data sekunder untuk menggali data tentang pelaksanaan
metode demonstrasi dalam matap pelajaran fikih materi sholat adalah
dokumen-dokumen atau sumber tertulis lainnya yang berkaitan dengan
kebutuhan penelitian, seperti internet, majalah, dan buku-buku yang
bersangkutan dengan peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
yakni penelitian lapangan (field research). Teknik ini dilakukan guna
mendapatkan data-data dari tempat terjadinya kejadian atau kasus. Dalam
field research ini penulis menggunakan teknik: a. Teknik Observasi
Sebagai metode ilmiah, observasi biasa diartikan sebagai
pengamatan dan pencatatan dengan sistematis atas fenomena-fenomena
yang diteliti (Hadi, 2004:130).
Nurkanca menyatakan bahwa observasi adalah suatu cara
pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap
suatu objek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan
secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati (Rahardjo,
2011:43).
Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi
partisipan. Peneliti bekerja sama dengan wali kelas, guru mata pelajaran
12
Keunggulan dari observasi adalah memperoleh data hanya
dengan melakukan pengamatan saja, selain itu data lebih akurat karena
tanpa sepengetahuan konseli. Alat yang digunakan untuk observasi
adalah pedoman observasi berisi indikator awal subjek penelitian
sebelum diberikan pembelajaran demonstrasi dalam mata pelajaran
fikih antara lain :1) Siswa tidak memahami tentang materi yang
diberikan, 2) Siswa belum mampu mempraktekkan hasil pembelajaran
fikih yang diberikan, 3) Siswa kurang berminat dalam mengikuti
pembelajaran fikih, 4) Siswa tidak mampu menjawab pertanyaan dan
mengulang kembali yang telah dipelajari
b. Teknik Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
penanya atau pewawancara dengan penjawab atau responden atau
informan dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara) (Nazir, 1988:234).
Rahardjo (2011: 125) menjelaskan bahwa wawancara atau
interview adalah suatu teknik memahami siswa dengan cara melakukan komunikasi langsung (face to face relation) antara pewawancara
(interviewer) dengan yang diwawancarai (interviewee) untuk
memperoleh keterangan atau informasi tentang siswa (Rahardjo,
2011:125).
Keunggulan teknik wawancara adalah dalam memperoleh data
yang diharapkan tidak membutuhkan waktu yang lama, sehingga dalam
memperoleh data sangat efektif dan efisien.
Penelitian ini, peneliti melaksanakan wawancara terstruktur
terhadap beberapa responden, antar lain sebagai berikut :
13
Wawancara dengan guru mata pelajaran untuk mendapatkan
informasi tentang proses pembelajaran mata pelajaran fikih yang
selama ini dipergunakan dan hasil yang diperoleh dari metode
yang digunakan. Berdasarkan wawancara dengan guru mata
pelajaran fikih, diperoleh subjek penelitian yang akan diberikan
metode pembelajaran demonstrasi. Instrumen yang digunakan
adalah pedoman wawancara untuk guru mata pelajaran (terlampir).
2) Wawancara dengan Peserta Didik
Wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai
pelaksanaan pembelajaran sebelum penelitian, tingkat pemahaman
siswa dan tingkat pengetahuan siswa tentang materi yang
diajarkan.
c. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah metode untuk mencari data otentik
yang bersifat dokumentasi baik data itu berupa catatan harian, memori,
dan catatan penting. Dokumen ini dimaksudkan adalah semua data yang
tertulis (Koentjaraningrat, 1997:46).
Teknik ini digunakan untuk memperoleh dokumen-dokumen
yang berhubungan dengan MTs Nurul Huda Banyubiru Semarang
seperti letak geografis, struktur organisasi, daftar pengajar, daftar siswa
dan lain-lain.
Analisis isi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data
dalam penelitian kualitatif yang bersifat non interaktif (Suharsimi,
2006: 32). Analisis isi dokumentasi dilakukan terhadap informasi yang
didokumentasikan dalam rekaman, baik gambar, suara, tulisan atau
lainnya. Dalam hal ini, penelitian menggunakan instrumen yang berupa
tulisan dan catatan sistematis
14
Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
bahan-bahan lainsehingga mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan
kepada oranglain (Sugiyono, 2008: 88).
Teknik analisis data dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut:
a. Pengumpulan Data
Dalam hal ini peneliti mencatat semua data secara objektif dan
apa adanya sesuai dengan hasil observasi dan wawancara di lapangan,
yaitu pencatatan data yang diperlukan terhadap berbagai jenis data dan
berbagai bentuk data yang ada di lapangan serta melakukan pencatatan
di lapangan
b. Reduksi data
Data yang direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan
mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya atau
mencari kembali data yang diperoleh bila diperlukan. Maka dalam
penelitian ini data yang diperoleh dari para informan kunci dan
informan pelengkap disusun secara sistematis agar memperoleh
gambaran yang sesuai dengan tujuan penelitian.
c. Penyajian data
Penyajian data ini berupaya menghindarkan data yang
bertumpuk-tumpuk. Laporan tebal dan sulitnya ditangani. Dengan
sendirinya sukar pula melihat gambaran keseluruhannya untuk
mengambil kesimpulan yang tepat. Dengan demikian peneliti
diusahakan menguasai data dan tidak tenggelam dalamtumpukan detail.
15
Mengambil kesimpulan dan verifikasi ini bermula dari usaha
peneliti untuk mencari makna dari data yang dikumpulkannya. Untuk
itu ia mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering
timbul dan sebagainya.
Ketiga analisis tersebut saling berhubungan dan berlangsung terus
selama penelitian dilakukan. Jadi analisis adalah kegiatan yang kontinue
dari awal sampai akhirpenelitian (Harun, 2007: 77).
7. Pengecekan Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data ini dilakukan agar memperoleh hasil
yang valid dan tetap dapat dipercaya oleh semua pihak. Teknik yang
digunakan untukmengecek keabsahan data dalam penelitian ini adalah:
a. Melakukan teknik triangulasi
Dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi dengan
sumber yakni membandingkan dan mengecek kembali derajat
kepercayaan suatu informasi yang membandingkan dan mengecek
kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif (Moleong, 2009:
178)
b. Teknik member check
Dalam member check informan dan peneliti mengadakan review
terhadap data yang telah diperoleh dalam penelitian baik isi maupun
bahasanya (Moleong, 2009:221).
8. Tahap-Tahap Penelitian a. Tahap pra lapangan
1) Memilih lapangan penelitian. Dengan pertimbangan bahwa di
16
terbentuk yakni seiring dengan Surat Keputusan Menteri
Pendidikan Nasional RI Nomor 044/U/2002 tanggal 2 April 2002.
Selain itu, di lokasi ini memungkinkan mempermudah bagi peneliti
untuk melakukan penelitian dan observasi karena letaknya yang
strategis.
2) Mengurus perijinan penelitian secara formal.
3) Melakukan penjajakan lapangan.
b. Tahap pelaksanaan penelitian
Pada tahap ini meliputi 2 kegiatan, yaitu: pengumpulan data yang
diperlukan dan mengidentifikasi data tersebut.
c. Tahap akhir penelitian
Pada tahap akhir ini ada dua hal yang perlu dilakukan yaitu:
menyajikan data dalam bentuk deskripsi dan menganalisa data sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai.
G. Sistematika Penulisan
Adapun penulisan skripsi ini disusun dalam 5 BAB, dengan sistematika
penulisan sebagai berikut:
BAB I berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, definisi operasional, metode penelitian, serta sistematika penelitian
BAB II tinjauan teoritis, kajian umum metode pembelajaran, metode
Demonstrasi, mata pelajaran Fikih di Madrasah Tsanawiyah, konsep tentang
shalat, dan tata cara shalat.
BAB III berisi loporan hasil penelitian, meliputi: yang pertama gambaran umum
lokasi dan subjek penelitian yang meliputi: sejarah berdirinya Madrasah
Tsanawiyah Nurul Huda, letak geografis Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda, visi
17
Tsanawiyah Nurul Huda, keadaan guru di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda,
keadaan siswa-siswi di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda, serta keadaan sarana
dan prasarana di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda. Yang kedua penyajian data
yang terdiri dari: penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran fikih dan
faktor pendukung dan penghambat penggunaan metode demonstrasi dalam
pembelajaran fikih
BAB IV berisi pembahasan hasil penelitian yaitu penerapan metode demonstrasi
dalam pembelajaran fikih dan faktor pendukung dan penghambat penggunaan
metode demonstrasi dalam pembelajaran fikih
BAB V penutup, berisikan simpulan dan saran-saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pelaksanaan Metode Demonstrasi
1. Pengertian dan Macam-macam Metode Pengajaran a. Pengertian Metode Pengajaran
Metode berasal dari bahasa latin “meta” yang berarti melalui, dan
“hodos” yang berarti jalan atau ke atau cara ke. Dalam bahasa Arab
metode disebut “thariqah” artinya jalan, cara, sistem atau ketertiban dalam mengerjakan sesuatu. Sedangkan menurut istilah ialah suatu sistem atau
cara yang mengatur suatu cita- cita (Uhbiyati, 2005:123).
18
petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut).
Berdasarkan arti ini kemudian kamus besar bahasa Indonesia itu
mengartikan pengajaran sebagai proses perbuatan, cara mengajar atau
mengajarkan. Selanjutnya dalam bahasa Arab, pengajaran disebut “taklim”
yang berasal dari kata “allama”. Dalam kamus Arab-Inggris susunan Elias dan Elias kata-kata tersebut berarti to educate, to train, to teach, to instruct, yakni mendidik, melatih, dan mengajar selanjutnya istilah pengajaran dalam bahasa Inggris disebut instruction atau teaching. Akar kata instruction adalah to instruct, artinya to direct to do something, to teach todo something, to purnish with information yakni memberi pengarahan agar melakukan sesuatu, mengajar agar melakukan sesuatu,
memberi informasi. Istilah instruction atau pengajaran menurut Reber berarti pendidikan atau proses perbuatan mengajarkan pengetahuan.
Sementara itu Tardif memberi arti instruction secara rinci yaitu a preplanned, goal directed educational process designed to facilitate learning, artinya pengajaran adalah proses kependidikan yang sebelumnya direncanakan dan diarahkan untuk mencapai tujuan serta
dirancang untuk mempermudah belajar (Muhibbinsyah, 2004:32).
Dari uraian tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa metode
pengajaran adalah suatu usaha atau cara yang dilakukan oleh guru dalam
menyampaikan materi pengajaran kepada siswa yang bertujuan agar murid
dapat menerima dan menanggapi serta mencerna pelajaran dengan mudah
secara efektif dan efisien, sehingga apa yang menjadi tujuan dari
pembelajaran tersebut dapat tercapai dengan baik.
b. Macam-macam Metode Pengajaran
Agar proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik dan
mencapai sasaran, maka salah satu faktor yang diperhatikan adalah
19
memperhatikan tingkat kelas, umur dan lingkungannya tanpa
mengabaikan faktor-faktor lainnya.
Banyak metode yang digunakan dalam mengajar. Untuk memilih
metode-metode mana yang tepat digunakan dalam menyampaikan materi
pengajaran ada beberapa syarat yang harus diperhatikan di dalam
menggunakan satu atau lebih metode, yaitu sebagai berikut :
1) Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat membangkitkan
motif, minat, atau gairah belajar siswa.
2) Metode mengajar yang digunakan harus dapat menjamin
perkembangan kegiatan kepribadian siswa.
3) Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat memberikan
kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya.
4) Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat merangsang
keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut melakukan eksplorasi dan
inovasi (pembaharuan).
5) Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat mendidik murid
dalam tehnik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan
melalui usaha pribadi.
6) Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat meniadakan
penyajian yang bersifat verbalitas dan menggantinya dengan
pengalaman atau situasi yang nyata dan bertujuan.
7) Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat menanamkan dan
mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikap utama yang diharapkan
dalam kebiasaan cara bekerja yang baik dalam kehidupan sehari-hari
(Ahmadi, 1997:53).
Di dalam Al Qur’an dapat dijumpai berbagai metode pendidikan
seperti metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, penugasan,
teladan, pembiasaan, karya wisata, cerita, hukuman, nasihat, dan
20
materi yang diajarkan, dan dimaksudkan demikian agar pendidikan tidak
membosankan anak didik (Nata, 2007:88).
Dari banyak metode pengajaran maka sesuai dengan judul
penelitian, dalam hal ini penulis hanya akan menjelaskan lebih rinci
macam metode yakni metode demonstrasi yang meliputi pengertian
metode demonstrasi, langkah-langkah metode demonstrasi, kelebihan dan
kekurangan metode demonstrasi serta cara mengatasi kelemahannya.
2. Pengertian Metode Demonstrasi, Kekurangan dan Kelebihannya a. Pengertian Metode Demonstrasi
Kata demonstrasi berasal dari bahasa Inggris yaitu demonstration,
secara bahasa demonstrasi berarti “mempertunjukkan atau
mempertontonkan”. Sedangkan menurut Arief (2002:190), yang dimaksud
dengan metode demonstrasi adalah “ metode mengajar yang menggunakan
peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk
memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan
tertentu kepada siswa.”
Dari pengertian tersebut dapat difahami bahwa metode demonstrasi
adalah suatu metode atau cara mengajar di mana seorang guru atau orang
lain yang sengaja diminta untuk memperlihatkan atau murid sendiri
memperlihatkan atau mempertunjukkan kepada seluruh kelas suatu proses
kaifiyat melakukan sesuatu.
Memperjelas pengertian tersebut dalam praktiknya metode
demonstrasi dapat dilakukan oleh guru sendiri ataupun oleh siswa di
depan kelas. Dalam masalah fikih, metode demonstrasi digunakan untuk
menerangkan tentang sholat, thaharah, haji dan sebagainya.
Metode demonstrasi sangat tepat digunakan jika bertujuan:
1) Memberikan keterampilan tertentu.
2) Memudahkan berbagai jenis penjelasan, sebab penggunaan bahasa
21 3) Menghindari verbalisme.
4) Membantu anak dalam memahami dengan jelas jalannya suatu proses
dengan penuh perhatian, sebab lebih menarik (Ahmadi, 1997:62)
b. Langkah-Langkah Metode Demonstrasi
Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam memakai
metode demonstrasi menurut Moejiono (1992:74) dalam bukunya Stategi
Belajar Mengajar adalah:
1) Persiapan pemakaian metode demonstrasi, meliputi: 1) mengkaji
kesesuaian metode terhadap tujuan yang akan dicapai. 2) analisis
kebutuhan peralatan untuk demonstrasi. 3) mencoba peralatan dan
analisis kebutuhan waktu. 4) merancang garis-garis besar
demonstrasi.
2) Pelaksanaan pemakaian metode demonstrasi, meliputi: 1)
mempersiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan untuk
demonstrasi. 2) memberi pengantar demonstrasi untuk
mempersiapkan para siswa mengikuti demonstrasi, berisikan
penjelasan tentang prosedur dan intruksi keamanan demonstrasi. 3)
memeragakan tindakan, proses atau prosedur yang disertai
penjelasan, ilustrasi, dan pertayaan.
3) Tindakan lanjut pemakaian metode demonstrasi, meliputi: 1) diskusi
tentang tindakan, proses atau prosedur yang baru saja
didemonstrasikan.2) memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mencoba melakukan segala hal yang telah didemonstrasikan.
Menurut N. K. (2001:83), agar demonstrasi berjalan efektif maka
hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1) Guru harus mampu menyusun rumusan tujuan instruksional, agar
22
2) Pertimbangkanlah baik-baik apakah pilihan tekhnik anda mampu
menjamin tercapainya tujuan yang telah dirumuskan.
3) Amatilah apakah jumlah siswa memberi kesempatan untuk suatu
demonstrasi yang berhasil, bila tidak anda harus mengambil
kebijaksanaan lain.
4) Apakah guru telah meneliti alat-alat dan bahan yang akan digunakan
mengenai jumlah, kondisi dan tempatnya.
5) Harus sudah menentukan garis besar langkah-langkah yang akan
dilakukan.
6) Apakah tersedia waktu yang cukup, sehingga anda dapat memberi
keterangan bila perlu, dan siswa bisa bertanya.
7) Selama demonstrasi berlangsung guru harus memberi kesempatan
pada siswa untuk mengamati dengan baik dan bertanya.
8) Guru perlu mengadakan evaluasi apakah demonstrasi yang dilakukan
itu berhasil, dan bila perlu demonstrasi bisa diulang.
c. Kebaikan dan Kelemahan Metode Demonstrasi serta Cara Mengatasi
Kelemahannya
1) Segi-segi kebaikan metode demonstrasi adalah:
a) Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran.
b) Dapat membantu siswa untuk mengingat lebih lama tentang materi
pelajaran yang disampaikan karena siswa tidak hanya mendengar
tetapi juga melihat bahkan mempraktekannya secara langsung.
c) Dapat memfokuskan pengertian siswa terhadap materi pelajaran
dalam waktu yang relatif singkat.
d) Dapat memusatkan perhatian anak didik.
e) Dapat menambah pengalaman anak didik.
f) Dapat mengurangi kesalahpahaman karena pengajaran menjadi
23
g) Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran
setiap siswa karena mereka ikut serta berperan secara langsung
(Arief, 2002:191).
h) Karena gerakan dan proses dipertunjukkan maka tidak memerlukan
keterangan-keterangan yang banyak (Mansyur, 2000:114).
i) Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan siswa akan dapat
dijawab waktu mengamati proses demonstrasi (Hasibuan, 1988:30).
j) Memberikan motivasi yang kuat untuk siswa agar lebih giat
belajar (N.K, 2001:84).
Banyak keuntungan psikologis pedagogis yang dapat diraih
dengan menggunakan metode demonstrasi, antara lain yang terpenting
adalah:
a) Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.
b) Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang
dipelajari.
c) Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat
dalam diri siswa (Muhibbinsyah, 2004:209).
2) Adapun segi-segi kelemahan metode demonstrasi adalah:
a) Memerlukan waktu yang cukup banyak.
b) Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi jadi tidak
efektif.
c) Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk pembelian
alat- alat.
d) Memerlukan tenaga yang tidak sedikit.
e) Bila siswa tidak aktif maka metode demonstrasi menjadi tidak
efektif (Arief, 2002:192).
24
g) Kadang-kadang proses yang didemonstrasikan di dalam kelas akan
berbeda jika proses itu didemonstrasikan dalam situasi nyata atau
sebenarnya.
h) Agar demonstrasi mendapatkan hasil yang baik diperlukan
ketelitian dan kesabaran. Kadang-kadang ketelitian dan kesabaran
itu diabaikan, sehingga apa yang diharapkan tidak tercapai
sebagaimana mestinya.
i) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang
akan dilaksanakan. Dan sebaiknya sebelum demonstrasi itu dimulai
guru telah mengadakan uji coba supaya kelak dalam melakukannya
tepat dan secara otomatis (Mansyur, 2000:114).
3) Sedangkan cara untuk mengatasi kelemahan metode demonstrasi dapat
dengan cara sebagai berikut:
a) Lakukan dengan metode demonstrasi dalam hal-hal yang bersifat
praktis dan urgen dalam masyarakat.
b) Arahkan pendemonstrasian agar murid-murid dapat memperoleh
pengertian yang lebih jelas, pembentukan sikap, serta kecakapan
praktis.
c) Usahakan agar anak dapat mengikuti demonstrasi.
d) Berilah pengertian sejelas-jelasnya landasan teori dari apa yang
25 B. Proses Belajar Mengajar
1. Pengertian Proses Belajar Mengajar a. Makna Proses
Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin “processus” yang berarti berjalan ke depan. Kata ini mempunyai konotasi urutan langkah
atau kemajuan yang mengarah pada suatu sasaran atau tujuan
(Muhibinsyah, 2004:113).Dalam psikologi belajar, Reber mengartikan
proses yaitu cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya
beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu.
Sedangkan menurut Chaplin, proses adalah suatu perubahan yang
menyangkut tingkah laku atau kejiwaan. Jadi proses belajar dapat
diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan
psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat
positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan
sebelumnya.
b. Makna Belajar
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang
pendidikan. oleh karenanya pemahaman yang benar mengenai arti belajar
dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh
para pendidik khususnya para guru. Ini berarti bahwa berhasil atau
gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses
belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di
lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.
Definisi belajar itu sendiri menurut Skinner yang dikutip Barlow
dalam bukunya Educational Psychology The Theaching Learning Process, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Sedangkan
26
organisme manusia atau hewan disebabkan oleh pengalaman yang dapat
mempengaruhi perubahan tingkah laku organisme tersebut (Muhibinsyah,
2004:90).
Sedangkan menurut Jerome Brunner belajar adalah suatu proses
aktif di mana siswa membangun (mengkonstruksi) pengetahuan baru
berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang sudah dimilikinya
(Trianto, 2009:15).
Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah proses yang menyebabkan adanya perubahan dalam
pengetahuan dan perilaku makhluk hidup sebagai hasil latihan,
pendidikan dan pengalaman.
c. Makna Mengajar
Didaktik berasal dari bahasa Yunani “didoskein”, yang berarti
pengajaran atau “didaktos” yang berarti pandai mengajar (Ahmadi,
1997:39). Menurut Tardif bahwa mengajar adalah perbuatan yang
dilakukan seseorang (dalam hal ini guru) dengan tujuan membantu atau
memudahkan siswa melakukan kegiatan belajar” (Muhibinsyah, 2004:113).
Jadi, mengajar bukanlah semata-mata menyampaikan pelajaran
kepada anak didik tetapi sama halnya dengan belajar, mengajarpun sama
hakikatnya adalah suatu proses yakni proses mengatur,
mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga dapat
menumbuhkan dan mendorong siswa untuk melakukan proses belajar.
Dari pengertian-pengertian di atas maka pengertian proses belajar
mengajar merupakan suatu proses yang berkesinambungan dan terencana
yang dilakukan oleh guru dan murid, yang didalamnya terdapat
aktivitas-aktivitas dalam suasana edukatif serta saling mempunyai hubungan timbal
balik guna tercapainya tujuan belajar mengajar yang ditandai dengan
27
psikomotoriknya. Dan dapat dikatakan bahwa, proses belajar mengajar
dalam suatu lembaga pendidikan formal dikatakan efektif apabila tujuan
yang ditentukan oleh sekolah tersebut dapat tercapai sesuai dengan tujuan
yang diharapkan.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar
Selain dari sistem pengolahan dan administrasi yang baik dalam suatu
sekolah ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi efektif tidaknya
kegiatan belajar mengajar tersebut, diantaranya:
a. Faktor murid atau subjek belajar
Murid atau anak didik merupakan potensi yang harus
dikembangkan. Sebagai subjek belajar, murid memiliki kepribadian yang
unik. Oleh karena itu di dalam mendidik atau membimbingnya harus
melihat potensi-potensi yang ada pada diri anak didik tersebut, sehingga
potensi-potensi tersebut dapat dikembangkan dengan baik pula.
b. Faktor guru
Belajar mengajar adalah aktivitas interaksi antara guru dan murid.
Dimana interaksi itu bukan hanya membutuhkan keterlibatan dari pihak
murid saja melainkan juga keterlibatan seorang guru, sehingga tidak berat
sebelah atau dalam artian harus saling mengisi sehingga terdapat feed back ( umpan balik) diantara keduanya.
Sebagai guru, ia harus memiliki pandangan yang luas mengenai
substansi yang berhubungan dengan pengajarannya. Ia harus
memahami beberapa kondisi baik di dalam, maupun di luar kelas.
Kondisi yang berada di luar kelas antara lain teman sejawat, murid, dan
lingkungan masyarakat. Sedangkan kondisi dalam kelas yang dimaksud
disini adalah sikap guru terhadap pelajaran yang akan disampaikan
kepada subjek didik. Di samping itu, satu hal yang tak boleh dilupakan
28
Sebagai pemimpin, ia harus membuat perencanaan pengajaran yang baik
sekaligus mengoperasikannya di kelas. Ia juga harus memotivasikan
subjek didik sedemikian rupa agar dapat terjadi proses belajar semaksimal
mungkin. Ia juga perlu menciptakan pendekatan yang manusiawi, baik
terhadap teman sejawatnya, maupun anak didiknya. Guru perlu juga
mengkoordinasikan dan mengaktifkan kelompok kelas. Ia juga dituntut
untuk dapat menemukan sekaligus menerapkan ide-ide baru sebagai
bahan inovasi bagi terciptanya proses belajar mengajar yang baik.
Kemauan guru untuk menerapkan ide-ide baru hendaknya
mempertimbangkan keadaan murid sehingga tidak terjadi penolakan oleh
murid.
c. Faktor lingkungan sekolah
Yang dimaksud dengan lingkungan sekolah adalah bagaimana
menciptakan situasi dan kondisi yang menyenangkan di lingkungan
sekolah, sehingga membantu kegiatan belajar mengajar.
C. Bidang Studi Fikih 1. Pengertian Fikih
Fikih adalah bahasa Arab dalam bentuk masdar dari kata faquha-yahqahu. Kata fikih semula berarti al-‘ilmu (pengetahuan) dan al-fahmu (pemahaman). Jadi fikih menurut bahasa berarti: “mengerti, faham dan
pintar” (Yunus, 1990, 321). Selain itu menurut Syarifuddin (1997: 20) fikih
secara etimologis berarti: “faham yang mendalam.” Dalam al – Qur’an
disebutkan:
نيدلا ىف اوهقفتيل ةفئاط مهنم ةقرف لك نم رفن لاولف
29
Menurut para fuqaha fikih berarti: “ilmu yang menerangkan hukum
-hukum syara’ dari dalil-dalil yang rinci “ (Ash Shiddieqy, 1993:17).
Sedangkan definisi ilmu fikih menurut istilah syara’ adalah pengetahuan tentang hukum-hukum syariat Islam mengenai perbuatan manusia, yang
diambil dari dalil-dalilnya secara rinci (Khallaf, 2002:2).
Dari definisi tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan fikih yaitu ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
hukum-hukum perbuatan mukallaf yang diperoleh dari dalil-dalil yang rinci.
2. Tujuan Fikih di MTs a. Tujuan Fikih
Menurut Khallaf (2002:6), tujuan ilmu fikih adalah menerapkan
hukum-hukum syariat Islam terhadap perbuatan dan ucapan manusia.
Sedangkan tujuan pembelajaran fikih di MTs yang dikutip dari I. W.
Ahmad dalam delapan perangkat pembelajaran MTs adalah:
1) Membekali peserta didik agar dapat mengetahui dan memahami
pokok- pokok hukum Islam dalam mengatur ketentuan dan tata cara
menjalankan hubungan manusia dengan Allah yang diatur dalam fikih
ibadah dan hubugan manusia dengan sesama yang diatur dalam fikih
muamalah.
2) Membekali peserta didik agar dapat melaksanakan dan mengamalkan
ketentuan hukum Islam dengan benar dalam melaksanakan ibadah
kepada Allah dan ibadah sosial. Pengamalan tersebut diharapkan
menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan
tanggung jawab yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosial.
3. Ruang Lingkup Fikih di MTs
Ruang lingkup bidang studi fikih MTs yang dikutip dari I. W. Ahmad
dalam delapan perangkat pembelajaran MTs meliputi ketentuan pengaturan
30
antara hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan
sesama manusia. Adapun ruang lingkup mata pelajaran fikih di MTs adalah:
a. Aspek fikih ibadah: ketentuan dan tata cara thaharah, sholat fardhu, sholat
sunah, dan sholat dalam keadaan darurat, sujud , azan dan iqomah,
berdzikir dan berdoa setelah sholat, puasa, zakat, haji dan umrah, qurban
dan aqiqah, makanan, perawatan jenazah dan ziarah kubur.
b. Aspek fikih muamalah: ketentuan hukum jual-beli, qiradh, riba, pinjam-
meminjam, utang-piutang, gadai dan borong serta upah.
D. Shalat
1. Pengertian shalat
Sholat menurut bahasa merupakan ism masdar dari kata shalla-yushalli yang memiliki arti beragam yaitu: doa, rahmat, ampunan, sanjungan Allah kepada Rosulullah (Alfairuz, 1995:173). Sedangkan menurut istilah
adalah ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang
dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.
Dalam pengertian lain Sholat juga merupakan salah satu sarana
komunikasi antara hamba dengan Tuhannya sebagai bentuk ibadah yang
didalamnya merupakan amalan yang tersusun dari beberapa perkataan dan
perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam, serta sesuai
dengan syarat dan rukun yang telah ditentukan syara’ (Imam Basyahri
Assayuthi, 30).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Sholat
adalah Suatu ibadah kepada Tuhan, berupa perkataan dengan perbuatan yang
diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam menurut syarat dan rukun
yang telah ditentukan.
2. Syarat-syarat sholat
Syarat menurut bahasa ialah alamat atau tanda. Sedangkan menurut
31
yang dilakukan ketika shalat (hal-hal yang wajib ada atau terpenuhi bagi
pelaku shalat) (Syamsuddin, 2010:13).
Jelasnya syarat itu tidak meliputi rukun shalat, karena rukun adalah
bagian yang harus dikerjakan dalam shalat. Adapun syarat-syarat wajib dan
sahnya shalat, yaitu:
a. Syarat wajib shalat
1) Syarat wajib shalat ada tiga, yaitu:
a) Islam, orang kafir tidak wajib shalat dan tidak pula mengqadha
shalat-shalat yang ditinggalkan selama ia kafir (ketika ia masuk
islam)
b) Berbeda dengan orang murtad (asalnya islam lalu berbalik
memusuhi islam), maka semua shalat fardhu yang ditinggalkan
selama ia murtad, wajib dibayar (diqadha) kalau nantinya masuk
islam lagi
c) Baligh, maka bagi anak yang belum baligh baik pria maupun
wanita, tidak wajib shalat, tapi orangtua wajib menyuruhnya
ketika anak menginjak 7 tahun atau lebih, kalau sudah tamziy
(mengerti arah), atau dinantikan sampai lewat tamziy, bahkan
setelah umur 10 tahun belum juga melaksanakan shalat (enggan
shalat) maka orangtua diperbolehkan memukulnya
نينس رشع ءانبأ مهو اهيلع مهوبرضاو نينس عبس ءانبأ مهو ةلاصلاب مكدلاوأ اورم
عجاضملا يف مهنيب اوقرفو
“ Suruhlah anak-anakmu mengerjakan shalat ketika
32
d) Berakal sehat, maka bagi yang gila (akalnya tidak sehat) tidak
wajib shalat
b. Syarat-syarat sahnya shalat
1) Syarat sahnya shalat ada lima, yaitu:
a) Suci (suci dari hadas, haid dan nifas nifas) (Bakar, 2010:14).
Sabda Rasulullah Saw:
ةلاصلا يعدف ةضيحلا تلبقا اذا : شيبح يبا تنب ةمطافل ملسو هيلع للها ىلص للها لوسر لاق
“ Beliau berkata kepada Fatimah binti Abi Hubaisyi, “apabila datang haid, tinggalkanlah shalat.” (HR. Bukhari)أضوتي ىتح ثدحا اذا مكدحا ةلاص للها لبقي لا
“ Allah tidak menerima shalat seseorang di antara kamu apabila ia berhadas hingga ia berwudhu” (HR. Bukhari Muslim)[6]
b) Menutup aurat, orang yang akan shalat hendaknya mentup aurat.
Firman Allah Swt :
دجسم لك دنع مكتنيز اوذخ مدا ينبي
“ Hai anak adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap
(memasuki) masjid.” (Al-A’raf : 31)
c) Berdiri di tempat yang suci, maka tidak sah shalat seseorang yang
bagian tubuhnya atau pakaiannya terkena najis, baik ketika berdiri,
duduk tahiyat, rukuk atau sujud
d) Mengetahui bahwa waktu shalat telah masuk
e) Menghadap kiblat
Firman Allah Swt :
هرطش مكهوجو اولوف متنكام ثيحو مارحلا دجسملا رطش كهجو لوف
“ Palingkanlah mukamu ke arah masjidil haram. Dan di manasaja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.” (Al
33 3. Rukun-rukun sholat
Amalan-amalan yang dilakukan saat melakukan ibadah shalat, yaitu:
a) Niat, yaitu sengaja atau menuju sesuatu dibarengi dengan (awal)
pekerjaan tersebut, tempatnya di hati (diucapkan oleh suara hati)
(Syamsuddin, 2010:13). Sabda Rasulullah saw :
تايناب لمعلاا امنا
“ Sesungguhnya segala amal itu hendaklah dengan niat” (HR. Bukhari
Muslim) (Sulaiman, 2015:11).
b) Takbiratul ihram, diucapkan bagi yang bisa mengucapkan dengan
lisannya
c) Berdiri tegak, bagi yang kuasa ketika shalat fardhu. Boleh duduk,atau
berbaring bagi yang sedang sakit
d) Membaca surat Al-Fatihah pada tiap-tiap raka’at Sabda Rasulullah saw:
باتكلا ةحتافب أرقي نمل ةلاصلا
“ Tiadalah shalat bagi seseorang yang tidakmembaca surat Fatikhah.”
(HR. Bukhari)
e) Ruku’ dengan tumakninah
Sabda Rasulullah Saw :
اعكار نئمطت ىتح عكرا مث
“ Kemudian rukuklah engkau hingga engkau diam sebentar untuk rukuk” (HR. Bukhari Muslim)f) I’tidal dengan tumakninah Sabda Rasulullah saw:
34
“Kemudian bangkitlah engkau sehingga berdiri tegak untuk I’tidal” (HR
Bukhari Muslim)
g) Sujud dua kali dengan tumakninah
h) Duduk antara dua sujud dengan tumakninah
i) Duduk tasyahud akkhir dengan tumakninah
j) Membaca tasyahud akhir
k) Membaca shalawat nabi pada tasyahud akhir
l) Membaca salam yang pertama
Sabda Rasulullah saw:
ميلستلا اهليلحتو ريبكتلا اهميرحت
“Permulaan shalat itu takbir dan penghabisannya salam.” (HR Abu
Daud dan Tirmizdi)
Sabda Rasulullah saw:
يلصا ينومتيأر امك اولص
“Shalatlah kamu sebagaimana kamu lihat saya shalat.” (HR Bukhari)
4. Hal-hal yang membatalkan sholat
Hal-hal yang membatakan shalat ada 14, yaitu:
a) Sengaja berbincang atau ngomong-ngomong layaknya dengan manusia,
baik berbicara dalam rangka pembenahan shalat atau bukan (Syamsuddin,
2010:22).
b) Banyak bertingkah, yang berkesinambngan, misalnya 3x melangkah,
disengaja atau tidak.
c) Berhadas ( kecil maupun besar)
d) Meninggalkan salah satu rukun sholat atau sengaja memutuska rukun
sebelum sempurna, misalya melakukan i’tidal sebelum sempurna ruku’
35
e) Sengaja membuka auratnya bukan karena ditiup angin sedangkan bagi
yang terbuka auratnya akibat angin, lalu segera menutupnya kembali
maka tidak batal shalanya (Syamsuddin, 2010:24).
f) Terkena najis (baik badan, pakaian atau tempat shalat) yang bukan najis
ma’fu. Lain halnya kalau najis itu kering dan menimpa atau mengenai
pakaian, lalu dengan segera najis itu dikibaskan dari pakaiannya, maka
tidak batal shalatnya
g) Makan atau minum baik sedikit ataupun banyak keduanya membatalkan
shalat
h) Membelakangi kiblat
i) Gelak tawa ketika shalat, itu dapat membatalkan shalat
j) Mendahului imam dalam shalat jama’ah
k) Murtad ( keluar dari islam ), mati, gila atau hilang akal
l) Berubah niat, seseorang yang sedang shalat lalu iba-tiba terbetik niat
untuk tidak shalat di dalam hatinya, saat itu juga shalatnya telah batal.
Sebab, niatnya telah merusak meskipun dia belum melakukan hal-hal
yang membatalkan shalat
m) Terdapat air bagi orang yang shalatnya dengan tayammum
Seseorang yang bertayammum sebelum shalat, lalu saat shalat
tiba-tiba terdapat air yang bisa dijangkaunya dan cukup untuk digunakan
berwudhu maka shalatnya batal, dia harus berwudhu saat itu dan
mengulangi lagi shalatnya
n) Mengucapkan salam secara sengaja
Bila seseorang mengucapkan salam secara sengaja dan sadar,
shalatnya menjadi batal. Dasarnya aalah hadist Nabi saw. yang
menyatakan bahwa salam adalah hal yang mengakhiri shalat. Kecuali
36 BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Sejarah Berdirinya MTs Nurul Huda Sepakung
Berdasarkan data dokumen yang peneliti peroleh di lapangan
menunjukkan bahwa pada mulanya MTs Nurul Huda Sepakung merupakan
sekolah filial MTs Rodhotul Furqon pada tahun 1997 dengan tujuan sebagai
sekolah yang menampung sebagian siswa MTs Rodhotul Furqon yang
melebihi target jumlah kelas yang disediakan. Seluruh guru dan staf
akademika MTs Nurul Huda Sepakung mulanya juga berasal dari MTs
Rodhotul Furqon, sedangkan yang menjabat sebagai kepala sekolah pada
waktu itu adalah Bapak Suparman, S.P.d.
Menurut penuturan Bapak Suparman sebagai berikut :
Sekolah filial ini bertempat di MI Nurul Huda sepakung dengan jumlah kelas sebanyak 1 ruang untuk kelas 1. Akhir tahun 1999 MTs Nurul Huda mulai mendapat bantuan pembangunan gedung sekolah di Dusun Sepakung bagian timur. Akhirnya pada tahun 2000 MTs Nurul Hudafilial MTs Rodhotul Furqon diresmikan menjadi MTs Nurul Huda Sepakung, dengan jumlah murid sebanyak 47, jumlah kelas sebanyak 3 kelas dan tenaga pengajar sebanyak 10 orang. Sejak dibangunnya gedung sekolah yang baru, MTs Nurul Huda mengalami kemajuan jumlah siswa yang sangat pesat.
Sejak berdiri sampai saat ini, MTs Nurul Huda telah mengalami
tiga kali pergantian kepala sekolah,yaitu sebagai berikut:
a. H. Sugiri, A.Ma.(Tahun1997-2002)
b. H.Edi Istiawan, S.Pd.I (Tahun 2002-2016)
37
MTs Nurul Huda bertempat di Dusun Sepakung bagian timur.
Latitude (lintang) -7.3433, dan longitude (bujur) +110.41.
3. Visi danMisi
Visi adalah gambaran sekolah yang digunakan di masa depan
secara utuh, sedangkan misi adalah tindakan untuk mewujudkan visi,
antara visi dan misi merupakan dua hal yang saling berkaitan, adapun
visi dan misi MTs Nurul Huda yaitu:
a. Visi Sekolah
“ Terwujudnya lembaga pendidikan agama tingkat dasar yang
komprehensif dengan memadukan pendidikan akhlaq dan pendidikan
formal ”
b. Misi Sekolah
1) Menumbuhkan penghayatan pengamalan terhadap ajaran agama
dan budi pekerti.
2) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara efektif agar
mencapai prestasi yang optimal.
3) Menerapkan disiplin ke dalam kegiatan sehari-hari sehingga
tercipta suasana kondusif.
4) Menyediakan wadah penyaluran bakat dan minat siswa dalam
bidang seni dan olah raga.
5) Menyediakan sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan
belajar mengajar dan kegiatan ekstra kurikuler.
c. Strategi Sekolah
1) Menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agama.
2) Menumbuhkan penghayatan dan menjunjung tinggi budaya
bangsa
3) Bersikap santun terhadap orang yang lebih tua
4) Melaksanakan bimbingan belajar intensif agar unggul dalam