• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN AKTIVITAS FISIK PADA LANJUT USIA (LANSIA) HIPERTENSI DI POSBINDU “SUMBER SEHAT” DI DESA KANGKUNG KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK - Repository Universitas Muhammadiyah Semarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "GAMBARAN AKTIVITAS FISIK PADA LANJUT USIA (LANSIA) HIPERTENSI DI POSBINDU “SUMBER SEHAT” DI DESA KANGKUNG KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK - Repository Universitas Muhammadiyah Semarang"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN AKTIVITAS FISIK PADA LANJUT USIA (LANSIA)

HIPERTENSI DI POSBINDU “SUMBER SEHAT” DI DESA

KANGKUNG KECAMATAN MRANGGEN

KABUPATEN DEMAK

Manuscript

OLEH :

IKE FITRI HANDAYANI

G2A216037

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

(2)

GAMBARAN AKTIVITAS FISIK PADA LANJUT USIA

(LANSIA) HIPERTENSI DI POSBINDU

SUMBER SEHAT

DI DESA KANGKUNG KECAMATAN MRANGGEN

KABUPATEN DEMAK

Ike Fitri Handayani1, Edy Soesanto2, Khoiriyah3 1, 2, 3

Fikkes Universitas Muhammadiyah Semarang Email Peneliti : ifhandayani95@gmail.com

Abstrak

Aktivitas fisik merupakan serangkaian gerakan dari otot anggota tubuh yang memerlukan tenaga. Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik yang melebihi angka 140 mmHg dan peningkatan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan tenang. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran tingkat aktivitas fisik lansia penderita hipertensi di Posbindu Sumber Sehat di Desa Kangkung Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. Jenis penelitian ini adalah Deskriptif dengan menggunakan desain Cross Sectional. Penelitian dilakukan di Posbindu Sumber Sehat di Desa Kangkung Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak dengan teknik Proportional Stratified Random Sampling. Jumlah sampel penelitian ini adalah 63 responden lansia penderita hipertensi. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ). Analisis data yang digunakan distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas fisik pada lansia penderita hipertensi termasuk dalam kategori aktivitas fisik sedang (60,3%), tekanan darah pada lansia penderita hipertensi sebagian besar termasuk dalam kategori hipertensi ringan (54,0%). Berdasarkan hasil tersebut diharapkan lansia penderita hipertensi untuk selalu meningkatkan aktivitas fisik terutama frekuensi dan durasi yang dilakukan sesuai kemampuan. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menyusun kegiatan aktivitas fisik maupun jadwal olahraga setiap minggunya.

Kata kunci : Aktivitas Fisik, Lansia Penderita Hipertensi, Tekanan Darah. Pustaka : 62 (2006-2016)

Abstract

Physical activity is a movement of the muscle limbs hich takes energy. Hypertension is a rise blood pressure systolic that exceed the number 140 mmHg and increase in blood pressure diastolik more than 90 mmHg upon twice measurement with a hose five minutes in a quite state. The purpose of this research was to know the level of physical activity elderly patients hypertension in Posbindu Sumber Sehat in the Kangkung village in Mranggen Demak. The type of research was a Descriptive using Cross Sectional design. The research was conducted in Posbindu Sumber Sehat in the Kangkung village in Mranggen Demak using Proportional Stratified Random Sampling Tehnique. The sample were 63 respondents elderly patiens hypertension. The data collection used Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ). Data analysis used frequency distribution. The result showed that physical activity on elderly patients hypertension was in a moderate physical activity category ( 60,3 %), blood pressure on the most elderly patients hypertension were in a mild hypertension category ( 54,0 % ). The results were expected elderly patients hypertension to always improve physical activity especially the frequency and duration which done according to their ability. The efforts to be made were to develop the physical activity and schedule sports every week.

(3)

PENDAHULUAN

Peningkatan kesejahteraan, kesehatan dan jumlah penduduk lansia pada

suatu negara seringkali dikaitkan dengan peningkatan angka harapan hidup

(AHH) / Usia harapan hidup (UHH) (Kemenkes RI, 2013). Disebutkan dalam

(Kementerian Kesehatan RI, 2016) perkiraan UHH pada tahun 2045-2050 adalah

77,6. Terdapat 18,27 juta penduduk lansia di Indonesia berdasarkan Statistik

Penduduk Lanjut Usia Di Indonesia tahun 2011 atau sekitar 7,58% dari

keseluruhan jumlah penduduk Indonesia. Biro Pusat Statistik tahun 2015 juga

mengemukakan bahwa Indonesia merupakan negara yang menjadi urutan nomor 4

dengan jumlah penduduk lansia terbanyak. Hal ini dapat mencerminkan majunya

sebuah negara, sebab bangsa yang maju adalah bangsa yang semakin sehat dengan

jumlah penduduk lansia yang besar dan bangsa yang memiliki usia harapan hidup

yang panjang (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

Proses menua (degeneratif) adalah sebuah proses alamiah yang tidak dapat

dikendalikan oleh seseorang dan merupakan sebuah proses fisiologis tubuh pada

setiap manusia (Darmojo, 2004: 635). Berdasarkan data WHO dikategorikan

sebagai lansia yaitu ketika seseorang berada pada usia 60 tahun ke atas. Dimana

pada saat usia ini, lansia lambat laun akan mengalami penurunan fungsi baik dari

segi biologis, psikologis, sosial, spiritual maupun seluruh fungsi organ dan sistem

tubuhnya (Darmojo, 2004). Terkait dengan perubahan fisiologis pada sistem

kardiovaskular pada manusia, terdapat beberapa perubahan yang muncul selama

manusia berada pada periode usia dewasa. Otot jantung akan kehilangan efisiensi

dan kekuatan kontraktil ketika manusia berada pada masa dewasa sehingga akan

mengurangi curah jantung pada kondisi stress fisiologis. Sel pacu jantung pun

akan menjadi tidak beraturan dan berkurang jumlahnya, serta selubung yang

mengelilingi nodus sinus pun mengental. Kontraksi dan waktu relaksasi pada

ventrikel kiri membutuhkan banyak waktu. Siklus pengisian diastolik dan

pengosongan sistolik membutuhkan lebih banyak waktu untuk diselesaikan

(4)

Proses degeneratif lansia dapat menimbulkan berbagai macam gangguan

yang sangat kompleks yang dapat mengancam jiwa. Salah satu diantara gangguan

yang sering dialami lansia adalah gangguan kardiovaskuler yang merupakan

terganggunya sistem pembuluh darah. Menurut (Mubarak, 2006) terganggunya

sistem pembuluh darah ini merupakan akibat dari penurunan fungsi organ dan

labilitas tekanan darah yang terjadi secara alami pada tubuh lansia. Gangguan

kardiovaskuler ini mengakibatkan penurunan relaksasi pada otot polos pembuluh

darah yang mampu mengakibatkan kondisi aterosklerosis dan kondisi hilangnya

elastisitas jaringan ikat sehingga terjadi penurunan kemampuan daya regang serta

penurunan kemampuan pembuluh darah untuk berdistensi (Brunner & Suddart,

2014). Berbagai penurunan yang terjadi berangsur-angsur akan ditandai dengan

penurunan tingkat aktivitas. (Stanley & Beare, 2007: 179).

Dari hasil survei Badan Pusat Statistik Penduduk Lansia Indonesia tahun

2011 penyakit kronis yang salah satunya adalah hipertensi mencapai angka

28,53% untuk lansia muda, 38,26% untuk lansia madya dan 44,27% lansia tua.

Dilihat dari aktivitas patofisiologisnya hipertensi dapat dikatakan sebagai penyakit

“silent killer” (Aspiani, 2014). Tekanan darah tinggi terjadi ketika tekanan darah siastolik mengalami peningkatan yaitu berkisar pada angka lebih dari 140 mmHg

(milimeter hidrogen), dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (milimeter

hidrogen) (Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2014). Menurut Rasdi (2006:

304) penyakit hipertensi yang tidak terkontrol dapat menjadikan penderitanya

berpeluang untuk mengalami stroke 7 kali lebih besar, berpeluang 5 kali lebih

besar untuk penyakit gagal jantung, serta dapat terkena serangan jantung 3 kali

lebih besar.

Terapi penyembuhan penyakit hipertensi adalah dengan terapi farmakologi

dan terapi non farmakologi (Manungkalit & Maria, 2016). Salah satu aktivitas

atau kegiatan terapi non farmakologi adalah dengan menjalani pola hidup sehat,

gaya hidup sedentary people, menciptakan suasana rileks, serta melakukan

aktivitas fisik yang ringan (Khomarun, 2014). Aktivitas fisik merupakan semua

kegiatan yang dilakukan secara terencana, terstruktur dan berulang-ulang yang

(5)

peningkatan kebugaran jasmani (Farizati, 2002). Aktivitas fisik lansia

memberikan dampak terhadap perubahan kekuatan otot polos pada jantung

sehingga denyutan pada jantung dapat kuat dan teratur (Mutiarawati, 2009).

United States Departement of Health and Human Services (2008)

menyebutkan beberapa tingkatan dari aktivitas fisik. Level dari aktivitas fisik

yaitu meliputi level inactive (tidak aktif), low activity (aktivitas tingkat rendah),

medium activity (aktivitas tingkat sedang) dan high activity (aktivitas tingkat

tinggi) yang ditentukan dalam rentang menit berdasarkan standar aktivitas fisik

yang dilakukan selama satu mingggu. United States Departement of Health and

Human Services (2008) pun membagi kategori aktivitas fisik yang meliputi

aktivitas dengan intensitas sedang (moderate intensity) dan aktivitas dengan

intensitas kuat (vigorous intensity).

Menurut penelitian yang dilakukan (Khomarun, 2014) aktivitas fisik

sangat berpengaruh terhadap tinggi dan rendahnya tekanan darah. Penelitian ini

menunjukkan bahwa aktivitas fisik seperti berjalan mampu menurunkan tekanan

darah khususnya tekanan darah sistolik. Khomarun (2014) menyebutkan bahwa

tekanan darah sistolik pre dan post aktivitas berjalan pada lansia menunjukkan

angka yang berbeda. Keduanya sama-sama menunjukkan penurunan yang

signifikan. Tekanan darah sistolik pre aktivitas fisik berkisar 140 mmHg-158

mmHg. Sedangkan tekanan darah sistolik post aktivitas berjalan menunjukkan

angka 133 mmHg-153 mmHg. Intervensi aktivitas berjalan tersebut dilakukan

selama 8 minggu dengan 40 kali intervensi.

Berdasarkan (Badan Pusat Statistik Kabupaten Demak, 2015) pada tahun

2010 Kabupaten Demak merupakan Kabupaten dengan jumlah penduduk tertinggi

di Jawa Tengah dengan berpenduduk sebanyak 1.177 jiwa/km dan jumlah

penduduk tertinggi di Kabupaten Demak diduduki oleh Kecamatan Mranggen

dengan angka 158.597 penduduk. Penduduk usia lanjut dikawasan Kabupaten

Demak mayoritas berempat tinggal di daerah pedesaan. Desa Kangkung

Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak merupakan salah satu desa yang

(6)

Berdasarkan data dari Badan Pemberdayaan Masyarakat dan KB

Kabupaten Demak terdapat 13,4% dari total keseluruhan penduduk Desa

Kangkung yang berkisar 7.478 penduduk adalah penduduk lansia atau setara

dengan 726 penduduk lansia berada di Desa Kangkung. Hasil dari data kunjungan

usia lanjut dari Puskesmas Mranggen ditahun 2012 pun menjelaskan bahwa

penyakit yang paling sering diderita oleh sebagian besar lansia di Desa Kangkung

adalah hipertensi dengan presentasi 57%.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada tanggal 28 Juli 2017 pukul

19.30 dengan ketua kader setempat diperoleh data bahwa RW 05 Desa Kangkung

Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak memiliki sebuah posbindu yang

dibentuk pada tahun 2009 dan diberi nama Posbindu “Sumber Sehat” dan menurut

Ketua Kader sebagian besar lansia di Desa Kangkung merupakan lansia yang

sebagian besar menderita penyakit tidak menular hipertensi. Berdasarkan hasil

wawancara sebagian besar lansia di Desa Kangkung melakukan aktivitas fisik

sesuai dengan kemampuan lansia tersebut. Aktivitas fisik pada lansia di Desa

Kangkung adalah kategori aktivitas dengan intensitas sedang.

Ketua kader menyatakan lansia di Desa kangkung bekerja sebagai petani

dan ibu rumah tangga. Mereka bekerja dari pagi hingga larut sore sehingga untuk

melakukan beberapa jenis aktivitas rutin dan terkontrol sangatlah sulit diakibatkan

lansia tidak memiliki banyak waktu untuk melakukan beberapa aktivitas fisik

pilihan yang rutin dan teratur sebagai upaya pencegahan penyakit hipertensi.

Ketua kader pun menambahkan faktor penyebab yang menjadikan lansia

menderita hipertensi yaitu dikarenakan gaya hidup lansia yang kurang baik yang

dibuktikan dengan lansia yang jarang melakukan olahraga maupun aktivitas fisik

sehingga menyebabkan penyakit tidak menular hipertensi di Desa Kangkung

meningkat. Soesanto (2010) pun menambahkan terdapat 59,6% lansia di Desa

Kangkung kurang melakukan kegiatan olahraga secara teratur.

METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah Deskriptif dengan desain cross

sectional (Setiadi, 2013). Dalam penelitian ini Populasi adalah lansia penderita

(7)

Kabupaten Demak. Cara pengambilan sampel ini adalah dengan metode

Probability sampling dengan pendekatan Proportional Stratified random

sampling sehingga menjadi 63 responden (Notoatmodjo, 2014). Penelitian

dilakukan pada lansia penderita hipertensi di Posbindu sumber Sehat di Desa

Kangkung Kecamatan mranggen Kabupaten Demak. Alat pengumpulan data

menggunakan lembar observasi atau kuesioner penelitian dari GPAQ (Global

Physical Activity Questionnaire). Proses Penelitian berlanggsung dari bulan

juni-januari 2018. Data dianalisis secara univariat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik responden sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu

sebanyak 63 responden (100%), sebagian besar usia rata-rata dalam kategori usia

lansia (60-74 tahun) sebanyak 28 responden (44,4%), pendidikan sebagian besar

responden berpendidikan rendah yaitu sebanyak 63 responden (100%), dan

sebagian responden tidak bekerja sebanyak 41 responden (65,1%).

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Reponden Berdasarkan karakteristik responden Lansia Hipertensi di Desa Kangkung Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak

Tanggal 19-21 Bulan Januari 2018 n = 63

Karakteristik Frekuensi (N) Persentase (%)

(8)

7. Jenis Aktivitas

Hasil Karakteristik responden sebagian besar berjenis kelamin perempuan

yaitu sebanyak 63 responden (100%), sebagian besar usia rata-rata dalam kategori

usia lansia (60-74 tahun) sebanyak 28 responden (44,4%), pendidikan sebagian

besar responden berpendidikan rendah yaitu sebanyak 63 responden (100%), dan

sebagian responden tidak bekerja sebanyak 41 responden (65,1%).

Berdasarkan hasil penelitian, gambaran aktivitas fisik pada lansia

hipertensi didapatkan data bahwa sebagian besar lansia termasuk dalam kategori

aktivitas fisik sedang yaitu sebanyak 38 orang (60,3%), sebanyak 13 orang

(20,6%) masuk dalam kategori aktivitas fisik ringan dan 12 orang (19,0%)

diantaranya adalah termasuk dalam kategori aktivitas fisik berat. (Anggara, 2013)

menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi diantaranya

adalah usia, pendidikan, pekerjaan, dan kebiasaan berolahraga atau beraktivitas.

Faktor tersebut terbukti berhubungan secara statistik dengan tekanan darah yang

dapat dibuktikan dari hasil p value dimana (p < 0,05). (Ambardini, 2010)

menunjukkan beberapa aktivitas fisik intensitas sedang dapat menurunkan tekanan

siastolik 11 poin dan tekanan diastolik sebanyak 8 poin. Aktivitas intensitas

sedang ini merupakan aktivitas yang membuat seseorang dapat menahan beban

tubuhnya sendiri seperti berjalan maupun aktivitas yang tidak secara langsung

dapat menahan beban tubuhnya sendiri seperti bersepeda.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurul Firdaus

Mayasari, dimana terdapat hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada

lansia penderita hipertensi dengan p value sebesar 0,012 (α = 0,05). Penelitian

(9)

memiliki kategori hipertensi yang ringan. responden yang aktif melakukan jalan

kaki (20 menit dalam 1,6 km) (45,2%) dan menyapu daun kering (45,0%)

sehingga tekanan darah sistolik paling tinggi 150 mmHg dengan tekanan diastolik

90 mmHg.

Aktivitas fisik merupakan pergerakan dari seluruh anggota tubuh yang

dapat menjadi penyebab pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi

pemeliharaan kesehatan fisik, mental, serta mempertahankan kualitas hidup agar

tetap sehat sepanjang hari (Fatmah, 2010: 166). Aktivitas fisik dapat membantu

meningkatkan kondisi kesehatan seseorang. Dalam penelitian ini aktivitas fisik

dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu kategori aktivitas fisik ringan, aktivitas

fisik sedan dan aktivitas fisik berat. Kategori aktivitas fisik dikelompokkan

berdasarkan pertanyaan dari kuesioner Global Physical Activity Questionnaire

(GPAQ). Kuesioner Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) ini membagi

pertanyaan menjadi 6 sub kategori pertanyaan. Diantara pertanyaan yang

diberikan kepada responden adalah pertanyaan mengenai aktivitas bekerja berat,

aktivitas bekerja ringan, aktivitas pada saat transportasi, aktivitas

rekreasi.olahraga berat, aktivitas rekreasi/olahraga sedang serta aktivitas menetap.

Aktivitas bekerja berat yang diteliti adalah berapa lama dan berapa sering

seseorang melakukan aktivitas berat seperti membaa barang berat, berkebun,

bersepeda serta mengangkat barang yang berat. Pada aktivitas bekerja ringan yang

diteliti adalah aktivitas fisik yang meliputi 40% dari aktu yang digunakan adalah

untuk duduk dan berdiri serta 60% untuk kegiatan bekerja khusus dalam bidang

pekerjaannya. Contoh aktivitas yang diteliti pada sub bagian aktivitas bekerja

sedang adalah mencuci kendaraan, bersepeda pergi dan pulang beraktivitas,

berjalan sedang dan cepat, menggosok lantai, mencuci kendaraan serta menanam

tanaman. Pada aktivitas transportasi yang diteliti meliputi berapa lama seseorang

melakukan perjalanan ke tempat aktivitas atau ketika berbelanja dan beribadah

diluar rumah yang dilakukan minimal 10 menit secara rutin baik dengan

menggunakan kendaraan seperti sepeda motor, sepeda maupun berjalan kaki.

Aktivitas rekreasi atau aktivitas olahraga yang di teliti adalah seberapa

(10)

berat maupun olahraga/rekreasi yang tergolong sedang seperti berjalan cepat,

berenang dan bersepeda yang dapat mengakibatkan peningkatan nafas dan denyut

nadi minimal 10 menit secara rutin. Sub aktivitas rekreasi/olahraga berat yang

diteliti adalah intensitas dan durasi dari responden mengenai aktivitas olahraga

dan rekreasi yang berat yang meliputi lari, dan sepak bola. Kemudian sub ketiga

mengenai aktivitas menetap. Aktivitas menetap ini merupakan aktivitas yang tidak

memerlukan banyak gerak seperti duduk ketika bekerja, duduk di dalam

kendaraan, berbaring maupun menonton televisi.

Aktivitas fisik yang teratur dilakukan dapat meningkatkan efisiensi

jantung. Secara umum seseorang yang memiliki keaktivan dalam beraktivitas

cenderung memiliki tekanan darah yang lebih rendah dan lebih jarang terkena

tekanan darah tinggi. Penyebabnya adalah seseorang yang aktif akan memiliki

fungsi otot dan sendi yang lebih kuat dan lentur serta dapat mempertahankan

kebugaran dan ketahanan kardio-respirator (Eliopoulos, 2010).

Perubahan-perubahan dalam tubuh didapatkan ketika seseorang rutin melakukan aktivitas.

Aktivitas fisik dapat menghilangkan endapan kolesterol dan pembuluh darah, otot

polos pada jantung pun akan cenderung lebih kuat sehingga denyut nadi dan

frekuensinya pun kuat dan teratur, selain itu elastisitas pembuluh darah akan

bertambah akibat adanya relaksasi dan vasodilatasi sehingga timbunan lemak

berkurang dan dapat meningkatkan kontraksi otot dinding pembuluh darah.

Kerusakan jantung dan pembuluh darah diakibatkan oleh karena kondisi

jantung dan pembuluh darah yang rusak akibat dari meningkatnya sistem kerja

otot jantung dan akibat pembuluh darah yang menerima aliran darah yang

bertekanan tinggi. Sebaliknya, kondisi daya pompa jantung yang kurang optimal

akan terjadi pada seseorang yang cenderung rendah aktivitasnya dimana ketika

rendahnya aktivitas seseorang, aliran darah dalam tubuh tidak lancar. Aktivitas

fisik sangat penting untuk dilakukan guna terbentuknya otot jantung yang kuat

ketika memompakan darah. Hal tersebut dapat dilihat dari fakta yang ada di

lapangan dimana dari hasil aancara yang menggunakan kuesioner berdasarkan

Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) didapatkan data bahwa lansia

(11)

orang (20,6%) masuk dalam kategori aktivitas fisik ringan dan 12 orang (19,0%)

diantaranya adalah termasuk dalam kategori aktivitas fisik berat.

Berdasarkan hasil penelitian terdapat beragam nilai MET dari lansia

penderita hipertensi yang meliputi aktivitas dengan nilai MET-menit/minggu yaitu

mulai dari nilai terendah 0 menit/minggu dan nilai tertinggi 7480

MET-menit/minggu. Dari hasil penelitian diperoleh data sebanyak 38 responden

(60,3%) memiliki nilai MET dalam interval 3000 > MET ≥ 600 sehingga dapat

dikategorikan sebagai aktivitas fisik dengan kategori sedang. Sebanyak 13

responden (20,6%) memiliki nilai MET dalam interval 600 < MET yang termasuk

dalam kategori aktivitas ringan. Dikategorikan aktivitas berat ketika nilai MET

berada pada interval MET ≥ 3000 yaitu sebanyak 12 responden (19,0%) lansia

hipertensi. Nilai MET dari keseluruhan lansia penderita hipertensi memiliki

rata-rata sebesar 1757,97 MET-menit/minggu yang berada pada interval 3000 > MET

≥ 600 sehingga dapat disebutkan dari hasil tersebut sebagian besar aktivitas fisik

lansia penderita hipertensi di posbindu sumber sehat di desa kangkung kecamatan

mranggen kabupaten demak termasuk dalam kategori aktivitas fisik sedang. Hasil

rerata median untuk total aktivitas fisik adalah 1320,00 dengan st.deviasi

1576,960.

Hasil penelitian pun menjelaskan bahwa waktu terlama yang diperlukan

untuk melakukan aktivitas fisik adalah waktu ketika aktivitas bekerja. Nilai

MET-menit/minggu untuk aktivitas ketika rekreasi dan transportasi tidak berbeda jauh.

Hasil penelitian menunjukkan waktu yang digunakan untuk aktivitas menetap

lebih lama sehingga dapat dikatakan bahwa lansia cenderung pasif dalam

beraktivitas dibandingkan dengan waktu untuk rekreasi maupun untuk

transportasi. Hal tersebut dikarenakan oleh lansia yang semakin lemah dan mudah

lelah ketika melakukan sedikit aktivitas meskipun aktivitas tersebut tergolong

ringan seperti berjalan perlahan, mencuci piring dan memasak.

Hasil rerata nilai MET-menit/minggu berdasarkan kategori setiap aktivitas

yaitu 1302,22 menit/minggu untuk aktivitas bekerja, 168,58

MET-menit/minggu untuk aktivitas transportasi dan perjalanan, kemudian aktivitas

(12)

memiliki nilai 455,40 MET-menit/minggu. Nilai MET-menit/minggu untuk

aktivitas bekerja cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kategori aktivitas

lainnya hal ini terjadi karena beberapa lansia memiliki berbagai macam kegiatan

dengan intensitas yang sedang dan berat baik ketika sedang berada dirumah

maupun ketika berada diluar rumah seperti berkebun, bersepeda, merawat hewan

peliharaan, maupun berjalan membawa beban berat di atas kepala. Aktivitas

rekreasi memiliki nilai waktu yang lebih besar dari nilai aktivitas perjalanan atau

transportasi.

Dari hasil penelitian menunjukkan aktivitas transport memiliki nilai waktu

yang lebih sedikit dibanding dengan nilai pada setiap kategori aktivitas fisik. Hasil

Penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas untuk bekerja, dan aktivitas rekreasi

memberikan dukungan terbanyak terhadap total aktivitas fisik. Dari data tersebut

dapat diketahui bahwa selain aktivitas bekerja yang tinggi yang dilakukan baik di

rumah maupun diluar rumah lansia masih menyempatkan untuk melakukan

aktivitas rekreasi meski harus mengimbangi aktivitas bekerjanya yang tinggi.

Sebagian besar lansia hipertensi di posbindu sumber sehat di Desa

Kangkung Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak memiliki kategori aktivitas

fisik sedang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa meski aktivitas perjalanan

atau transportasi cenderung lebih rendah namun lansia penderita hipertensi di

posbindu sumber sehat di Desa Kangkung Kecamatan Mranggen Kabupaten

Demak mencapai kriteria MET-menit/minggu yang minimal untuk kriteria lansia

sehat dengan lebih banyak melakukan aktivitas fisik intensitas sedang baik ketika

bekerja, rekreasi maupun perjalanan. Berdasarkan data total aktivitas fisik lansia

penderita hipertensi memiliki jumlah MET-menit/minggu 93,7% lebih tinggi

dibandingkan dengan lansia penderita hipertensi laki-laki. Lansia penderita

hipertensi yang cenderung baeraktivitas fisik rendah sebagian besar disebabkan

oleh kegiatan aktivitas bekerja yang rendah. Hal ini terjadi akibat adanya proses

degeneratif.

Aktivitas fisik yang cenderung rendah akan meningkatkan frekuensi

denyut jantung sehingga otot jantung harus bekerja lebih keras setiap kontraksi.

(13)

tekanan yang dibebankan pada arteri. Sehingga aktivitas rendah cenderung

menjadi penyebab seseorang mengalami gangguan kesehatan khususnya penyakit

kardiovaskuler (Sherwood, 2014). Melakukan aktivitas fisik setiap hari minimal

30 menit dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas kardiovaskular. Kegiatan

yang perlu dilakukan yaitu seperti berkebun, menyapu halaman, bersepeda, dan

bermain dengan anak. Aktivitas fisik secara teratur direkomendasikan untuk

meningkatkan kebugaran fisik, membantu membangun dan menjaga kesehatan

tulang, otot, dan sendi serta dapat mengurangi resiko penyakit jantung dan

membantu pengontrolan tekanan darah (Harikedua, 2012). (Kementerian

Kesehatan RI, 2016) menambahkan bahwa salah satu upaya pengendalian faktor

resiko terjadinya hipertensi yaitu dengan rajin beraktivitas fisik. Semua kegiatan

olahraga, gerakan tubuh, pekerjaan, rekreasi serta semua kegiatan sehari-hari

sampai kegiatan pada waktu berlibur atau waktu senggang tersebut merupakan

beberapa cakupan dari aktivitas fisik yang dapat dilakukan oleh semua orang

(Suiraoka: 149, 2012). Dapat disimpulkan bahwa lansia yang beraktivitas fisik

berat cenderung memiliki tekanan darah ringan begitu sebaliknya responden

lansia yang beraktivitas fisik ringan cenderung lebih besar beresiko terkena

hipertensi berat. Jadi aktivitas fisik dapat mempengaruhi hipertensi pada lansia.

KESIMPULAN

Hasil penelitian di masyarakat Kelurahan Rowosari Kota Semarang dengan

responden sebanyak 63 didapatkan, sebagian besar responden dengan aktivitas

sedang sebanyak 38 orang (60,3%), sedangkan 13 orang (20,6%) memiliki

kategori aktivitas fisik ringan, dan yang terendah 12 orang (19,0%). Berdasarkan

kategori hipertensi sebagian besar responden memiliki kategori hipertensi ringan

yaitu sebanyak 34 orang (54,0%), sedangkan 16 orang (25,4%) memiliki kategori

hipertensi sedang, dan yang terendah 13 orang (20,6%) memiliki kategori

hipertensi berat. Hasil ini menunjukkan ada hubungan dan pengaruh yang

signifikan antara aktivitas fisik dan tekanan darah tinggi (hipertensi) pada lansia

penderita hipertensi di Posbindu Sumber Sehat di Desa Kangkung Kecamatan

(14)

SARAN

Bagi masyarakat diharapkan masyarakat mampu mengatur antara aktivitas yang

dilakukan dirumah dan aktivitas yang dilakukan di luar rumah khususnya bagi

lansia yang masih bekerja sehingga dapat meminimalisir terjadinya peningkatan

tekanan darah. Bagi Institusi Pendidikan diharapkan dengan adanya penelitian ini

institusi pendidikan dapat menciptakan generasi penerus yang dapat

mengembangkan ilmu pengetahuan dalam hal penelitian tentang aktivitas fisik

beserta faktor-faktor yang mempengaruhi angka kejadian hipertensi. Bagi

Responden diharapkan lansia (lanjut usia) tetap berolahraga atau minimal aktif

dalam melakukan aktivitas fisik untuk menjaga vitalitas tubuh sehingga dapat

mengurangi resiko terkena penyakit degenerative, diharapkan lansia perlu

melakukan kegiatan aktivitas fisik maupun berolahraga sesuai dengan

kemampuan, jangan memaksakan, serta diharapkan lansia (lanjut usia) untuk lebih

teratur dalam mengikuti kegiatan posbindu lansia supaya lansia dapat mengetahui

status kesehatan secara umum dan dapat memeriksakan tekanan darahnya secara

rutin dan teratur. Bagi perawat atau teman sejawat diharapkan penelitian ini dapat

memberikan wawasan baru dan informasi tambahan tentang seperti apa gambaran

aktivitas fisik dan pengaruhnya terhadap perubahan tekanan darah pada lansia.

Bagi Peneliti diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengalaman yang

nyata dalam melaksanakan penelitian secara ilmiah dalam rangka

mengembangkan diri dalam melaksanakan fungsi perawatan sebagai perawat

peneliti yang dapat digunakan dalam penelitiannya. Bagi peneliti selanjutnya

diharapkan dapat meneliti mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat memotivasi

lansia dalam melakukan aktivitas fisik yang perlu dilakukan oleh lansia khususnya

lansia yang menderita hipertensi.guna menurunkan angka kejadian hipertensi,

melakukan penelitian yang sejenis dengan variabel yang berbeda, sampel yang

lebih besar serta lokasi yang berbeda misalnya di daerah pesisir pantai. Sehingga

dapat diketahui apakah ada perbedaan faktor resiko hipertensi dan

(15)

UCAPAN TERIMA KASIH

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Desa Kangkung

Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak khususnya lansia penderita hipertensi

yang sudah membantu bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Ketua

Kader beserta anggota Kader di Posbindu Sumber Sehat yang sudah membantu

ketika proses penelitian berlangsung. Kepada Kepala Desa di Desa Kangkung

Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak yang sudah bersedia memberikan izin

dalam penelitian ini serta Dinas Kesehatan Kota Semarang dan Puskesmas

Rowosari.

DAFTAR PUSTAKA

Ambardini, R. L. (2008). Aktivitas Fisik Pada Lanjut Usia, 1–10. Retrieved from https://schoolar.google.co.id/

Anggara, F. H. (2013). Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Tekanan Darah Di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012. Jurnal Ilmiah

Kesehatan Keperawatan, 5. Retrieved from https://schoolar.google.co.id/.

Aspiani. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Aplikasi NANDA, NIC, NOC. Jakarta: Trans Info Media.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Demak. (2015). Statistik Daerah Kabupaten

Demak Tahun 2015. Demak: Badan Pusat Statistik Kabupaten Demak.

https://doi.org/1101002.3321

Brunner & Suddart. (2014). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (12th ed.). Jakarta: EGC.

Darmojo, B. (2004). Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Eliopoulos, C. (2010). Gerontological Nursing (7th ed). China: Wolters Kluwer Health/ Lippincott Williams & Wilkins.

Farizati, K. (2002). Panduan Kesehatan Olahraga Bagi Petugas Kesehatan. Depkes RI.

(16)

Harikedua, Vera., Naomi, M. (2012). Aktivitas Fisik dan Pola Makan Dengan Obesitas Sentral Pada Tokoh Agama Di Kota Manado. Jurnal Gizido, 4 No.1, 289–298. Retrieved from https://schoolar.google.co.id/. Diakses pada Tanggal 23 Juni 2017 Pukul 22.57 WIB.

Kemenkes RI. (2013). Data Dasar Puskesmas. Journal of Chemical Information

and Modeling (Vol. 53). https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013.

Laporan Nasional 2013, 1–384. https://doi.org/1 Desember 2013.

Kementerian Kesehatan RI. (2016). Infodatin Lanjut Usia (lansia). Pusat Data

dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.

Khomarun, Wahyuni, E. S., & Nugroho, M. A. (2014). Pengaruh Aktivitas Fisik Jalan Pagi Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Stadium I Di Posyandu Lansia Desa Makamhaji. Jurnal Terpadu

Ilmu Kesehatan, 3.2(Nopember), 41–155. Retrieved from

https://schoolar.google.co.id. Diakses pada Tanggal 02 Juni 2017 Pukul 12.50 WIB.

Manungkalit, & Maria. (2016). Perbedaan Efektifitas Senam Kebugaran Jasmani (SKJ) 2012 dan Rendam Kaki Air Hangat dalam Menurunkan Tekanan Darah Lansia dengan Hipertensi Ringan. Jurnal Ners Lentera, 4(2), 114–

123. Retrieved from

http://journal.wima.ac.id/index.php/NERS/article/view/875. Diakses pada Tanggal 08 Juni 2017 Pukul 23.30 WIB.

Mubarak. W.H. (2006). Pengantar Keperawatan Komuniitas 2. Jakarta: Sagung Seto.

Mutiarawati, R. (2009). Hubungan Antara Riwayat Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Pada Usia 45-54 Tahun Study Di wilayah Kelurahan Tlogosaari Kulon Semarang Tahun 2009. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 63. Retrieved from http.schoolar.google.co.id. Diakses pada Tanggal 17 Juni 2017 Pukul 22.01 WIB.

Notoatmodjo, S. (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. (2014). Situasi Kesehatan Jantung. (Kementerian Kesehatan RI, Ed.). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Rasdi, N, dkk. (2006). Analisis Faktor Resiko Kejadian Hipertensi Pada Dewasa

Muda Di Unit Rawat Jalan RSU Labuang Baji Makassar. Kemas. Volume II,

(17)

Setiadi. (2013). Konsep dan Praktek Penulisan Riset Keperaatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sherwood, L. (2014). Fisiologi Manusia: Dari Sel Ke Sistem. Jakarta: EGC.

Soesanto, E. (2010). Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Praktik Lansia Hipertensi Dalam Mengendalikan Kesehatannya Di Puskesmas Mranggen Demak. Jurnal Keperawatan, 3(2), 98–108. Retrieved from http://jurnal.unimus.ac.id. Diakses pada Tanggal 23 Juni 2017 Pukul 23.03 WIB.

Stanley, Mickey., P. G. B. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik (2nd ed.). Jakarta: EGC.

Suiraoka, IP. (2012). Penyakit Degeneratif, Mencegah, Mengenal, dan

Mengurangi Faktor Resiko Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Nuha Medika.

U.S Departement of Health and Human Services. (2008). 2008 Physical Activity

Guidelines for Americans. (U.S Departement of Health and Human Services,

Ed.), U.S Departement of Health and Human Services. washington D.C: U.S Departement of Health and Human Services. Retrieved from www.health.gov/paguidelines. Diakses pada Tanggal 02 Agustus 2017 Pukul 12.12 WIB.

(18)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ike Fitri Handayani

Tempat Tanggal Lahir : Tegal, 3 Maret 1995

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia

Alamat : Jalan Sakura II No.6 Rt 07 Rw 06 Kelurahan Kejambon, Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal

Alamat Email : ifhandayani95@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD Negeri Mangkukusuman (MKK) 02 Kota Tegal : 1999 – 2006

2. SMP Negeri 08 Kota Tegal : 2006 – 2009

3. MA Negeri 01 Kota Tegal : 2009 – 2012

4. Akademi Keperawatan Pemerintah Kota Tegal : 2013 – 2016

Gambar

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Reponden Berdasarkan karakteristik responden Lansia

Referensi

Dokumen terkait

impact intensitas sedang terhadap penurunan tekanan darah pada lansia.

Pengaruh Senam Aerobik Low Impact Intensitas Sedang Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada lansia dengan Hipertensi di Posyandu Lansia Desa Wironanggan Sukoharjo.. FIK

peningkatan tekanan darah terhadap kualitas tidur penderita hipertensi lansia di desa wonorejo kecamatan polokarto yaitu diamana tekanan darah pada lansia di kategorikan

Tujuan dari penelitian mengetahui pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah pada lanjut usia dengan hipertensi.. Jenis penelitian

Judul Skripsi : Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Posyandu Lansia Purwodiningratan Jebres.. Dengan ini

Kesimpulan: Gambaran tentang aktivitas fisik lansia dan kualitas tidur lansia di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata Cilacap dalam katagori aktivitas fisik

Yang artinya ada pengaruh melakukan senam lansia terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar lansia yang mengalami hipertensi melakukan aktivitas fisik, responden yang melakukan aktivitas fisik dengan baik karena merupakan