• Tidak ada hasil yang ditemukan

. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan ". CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

KEUANGAN

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i BAB I P E N D A H U L U A N

1.1 Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan I - l 1.2 Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan 1-2 1.3 Sistematika Penyusunan Catatan Atas Laporan Keuangan 1-4

BAB II K E B D A K A N K E U A N G A N DAN INDIKATOR PENCAPAIAN T A R G E T KINERJA A P B D BADAN PELAYANAN PERIJINAN T E R P A D U KOTA B A N D U N G

2.1 Kebijakan Keuangan I I - l 2.2 Indikator Pencapaian Target Kinerja A P B D BPPT II-2

BAB III IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA BADAN PELAYANAN PERIJINAN T E R P A D U KOTA B A N D U N G

3.1 Realisasi Pencapaian Target Pendapatan BPPT Kota I I I - l Bandung

3.2 Realisasi Pencapaian Target Belanja BPPT Kota Bandung III-2 3.3 Ikhtisar Pencapaian Kinerja Sasaran Strategis pada BPPT III-6

Kota Bandung BAB IV KEBIJAKAN A K U N T A N S I

4.1 Entitas Akuntansi / Entitas Pelaporan Keuangan Daerah IV-1 4.2 Basis Akuntansi yang Mendasari Penyusunan Laporan IV-1

Keuangan

4.3 Basis Pengukuran yang Mendasari Penyusunan Laporan IV-2 Keuangan

4.4 Penerapan Kebijakan Akuntansi berkaitan dengan IV-4 Ketentuan yang ada dalam Standar Akuntansi

Pemerintahan

(3)

BAB V PENJELASAN POS - POS LAPORAN KEUANGAN

5.1 Rincian penjelasan masing-masing pos-pos pelaporan V - l keuangan

BAB VI PENJELASAN ATAS INFORMASI - INFORMASI NON K E U A N G A N VI-1 BADAN PELAYANAN PERIJINAN T E R P A D U KOTA B A N D U N G

BAB VII PENUTUP V I M

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 M A K S U D DAN T U J U A N P E N Y U S U N A N L A P O R A N K E U A N G A N

Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan adalah penyampaian laporan keuangan yang memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu dan disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Dalam ketentuan pengelolaan keuangan daerah ditetapkan bahwa Kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang mempunyai tugas diantaranya menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang dipimpinnya. Kepala SKPD sebagai entitas akuntansi menyusun laporan keuangan SKPD yang disampaikan kepada PPKD untuk digabung menjadi laporan keuangan pemerintah daerah. Laporan keuangan SKPD terdiri dari:

a. laporan realisasi anggaran; b. neraca; dan

c. catatan atas laporan keuangan.

Laporan keuangan per 31 Desember 2014 ini disusun sebagai bentuk implementasi akuntabilitas Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Bandung dan perwujudan pelaksanaan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana diubah kedua kalinya melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.

Maksud Penyusunan Laporan keuangan

Maksud dari penyusunan laporan keuangan Per 31 Desember 2014 ini adalah :

a. Menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Bandung selama 1 (satu) periode anggaran;

b. Menyajikan pertanggungjawaban pelaksanaan A P B D dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan baik terhadap anggaran maupun antar periode;

(5)

c. Menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, dan kinerja keuangan sebagai bahan evaluasi dan pengambilan keputusan mengenai alokasi sumber daya.

T u j u a n P e n y u s u n a n Laporan Keuangan

Penyusunan laporan keuangan Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Bandung Per 31 Desember 2014 bertujuan untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya, dengan :

1) Memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan mengenai sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi;

2) Menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya;

3) Menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya.

1.2 L A N D A S A N H U K U M P E N Y U S U N A N L A P O R A N K E U A N G A N

Landasan hukum penyusunan laporan keuangan Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Bandung yaitu :

1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 3) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;

4) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008;

5) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;

6) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;

7) Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah;

8) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

(6)

9) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 T a h u n 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah kedua kalinya melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011;

10) Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 7 Tahun 2006 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah;

11) Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12 T a h u n 2009 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kota Bandung;

12) Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12 T a h u n 2011 tentang Penyelenggaraan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dan Retribusi Penggantian Biaya Peta;

13) Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 01 T a h u n 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2014;

14) Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 16 T a h u n 2012 tentang Penyelenggaraan Perhubungan dan Retribusi di Kota Bandung;

15) Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 19 Tahun 2012 tentang Izin Gangguan dan Retribusi Izin gangguan;

16) Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 08 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 01 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Bandung Tahun Anggaran 2014;

17) Peraturan Walikota Bandung Nomor 300 Tahun 2013 tentang Rincian Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas dan Tata Kerja Badan Pelayanan

Perijinan Terpadu Kota Bandung;

18) Peraturan Walikota Bandung Nomor 835 Tahun 2010 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kota Bandung;

19) Peraturan Walikota Bandung Nomor 085 T a h u n 2014 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2014;

20) Peraturan Walikota Bandung Nomor 1224 T a h u n 2014 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Walikota Bandung Nomor 085 Tahun 2014 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2014.

(7)

1.3 S I S T E M A T I K A P E N Y U S U N A N C A T A T A N A T A S L A P O R A N K E U A N G A N Sistematika penyusunan Catatan Atas Laporan Keuangan Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Bandung per 31 Desember 2014 yaitu sebagai berikut:

BAB I P E N D A H U L U A N

1.1. Maksud dan tujuan penyusunan laporan keuangan 1.2. Landasan hukum penyusunan laporan keuangan

1.3. Sistematika penyusunan catatan atas laporan keuangan

BAB II KEBIJAKAN KEUANGAN DAN INDIKATOR PENCAPAIAN T A R G E T KINERJA APBD

2.1. Kebijakan keuangan

2.2. Indikator pencapaian target kinerja APBD BAB III IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA

3.1. Ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja

3.2. Hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah ditetapkan

3.3. Upaya dan solusi yang dilakukan BAB IV KEBIJAKAN A K U N T A N S I

4.1. Entitas akuntansi/entitas pelaporan keuangan daerah

4.2. Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan

4.3. Basis pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan

4.4. Penerapan kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada dalam standar akuntansi pemerintahan

BAB V PENJELASAN POS-POS U\PORAN KEUANGAN

5.1. Rincian penjelasan masing-masing pos-pos pelaporan keuangan

BAB VI PENJELASAN ATAS INFORMASI-INFORMASI NON KEUANGAN BAB VII PENUTUP

(8)

BAB II

KEBIJAKAN KEUANGAN DAN INDIKATOR

PENCAPAIAN TARGET KINERJA APBD

BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU

KOTA BANDUNG

2.1 K E B I J A K A N K E U A N G A N

Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dinilai dengan uang, termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah dalam kerangka pendapatan, belanja dan pembiayaan. Hal tersebut menjadikan keuangan daerah merupakan salah satu faktor penentu dalam penyelenggaraan fungsi-fungsi pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat.

Kebijakan keuangan di lingkungan Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Bandung diarahkan untuk meningkatkan struktur keuangan yang lebih baik melalui peningkatan target penerimaan serta peningkatan efektifitas dan efisiensi belanja.

Kebijakan keuangan meliputi komponen-komponen dan kinerja pelayanan yang diharapkan pada setiap kewenangan yang akan dilaksanakan dalam satu tahun anggaran.

2.1.1. Pendapatan

Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Bandung diperoleh dari pendapatan retribusi pelayanan perijinan, dengan target sebesar Rp. 65.360.026.267,00 dan realisasi sebesar Rp. 52.330.616.242,00 atau 80,07 %. Apabila dibandingkan dengan realisasi pendapatan tahun 2013 terdapat penurunan persentase realisasi sebesar 33,06%.

2.1.2. Belanja

Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan peningkatan pelayanan publik, pengaturan alokasi belanja diupayakan untuk efisien, efektif dan proporsional. Belanja pada Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota Bandung yang dibiayai oleh

(9)

A P B D Kota Bandung Tahun Anggaran 2014 adalah sebesar Rp. 31.234.348.573,00 dengan realisasi sebesar Rp. 20.548.471.709,00 atau 65,79%. Terdapat peningkatan sebesar 8 , 1 % dari persentase realisasi tahun 2013.

2.2 I N D I K A T O R P E N C A P A I A N T A R G E T KINERJA A P B D BPPT

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 08 Tahun 2007 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kota Bandung, Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12 tahun 2007 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kota Bandung dan Peraturan Walikota Bandung Nomor 300 Tahun 2013 tentang Rincian Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas dan Tata Kerja Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Bandung dan Renstra BPPT Kota Bandung Tahun 2013-2018 Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Bandung melaksanakan Urusan Wajib Penanaman Modal dengan indikator kinerja sasaran strategis sebagai berikut:

T A B E L I I . l

I N D I K A T O R KINERJA S A S A R A N S T R A T E G I S T A H U N 2014

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

Meningkatkan dan menjamin kepuasan masyarakat dalam pelayanan perizinan terpadu

Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) 3 (Baik)

Meningkatkan akuntabilitas kinerja BPPT

Nilai evaluasi AKIP CC

Meningkatkan akuntabilitas kinerja

BPPT Persentase temuan BPK/Inspektorat yang ditindakianjuti

100% Meningkatkan

akuntabilitas kinerja BPPT

Persentase tertib administrasi barang/asset daerah

100%

T a h u n 2014 Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Bandung melaksanakan Urusan Wajib Penanaman Modal yang dijabarkan ke dalam 9 program dan 30 kegiatan sebagai berikut:

(10)

T A B E L II.2

P R O G R A M DAN K E G I A T A N T A H U N 2014 BESERTA I N D I K A T O R DAN T A R G E T KINERJA

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR KINERJA TARGET

1 2 3 4 1. Program pengembangan Data/informasi 1.1 Pengumpulan, updating dan analisis data informasi capaian target kinerja program dan kegiatan Keluaran :

Laporan bulanan dan triwulanan pelaksanaan program dan kegiatan

Hasil : Terwujudnya akuntabilitas kinerja BPPT 1 paket dokumen laporan 100% 2. Program Perencanaan pembangunan daerah 2.1 Penyusunan Renstra dan Renja SKPD Keluaran :

Rencana kerja (Renja) tahun 2015

Rencana Strategis (Renstra) tahun 2013-2018 Hasil : Terwujudnya akuntabilitas kinerja BPPT 1 dokumen 1 dokumen 100% 3. Pelayanan Administrasi Perkantoran 3.1 Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik

Keluaran :

Tersedianya Jasa Telepon, Listrik, paket/pengiriman dan jasa pemasangan iklan

Hasil :

Kelancaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsi

1 tahun 100% 3. Pelayanan Administrasi Perkantoran 3.2 Penyediaan jasa kebersihan kantor Keluaran :

Kantor BPPT rapi dan bersih

Hasil :

Kelancaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsi

1 tahun 100% 3. Pelayanan Administrasi Perkantoran 3.3 Penyediaan jasa perbaikan peralatan Kerja Keluaran : Terpeliharanya Peralatan kerja Hasil : Kelancaran pelaksanaan t u n a s nokok rian f u r i o s i I U U U J L / UJ \w f\ vJ LJ 1 1 1 LJ 1 1 sU _j 1 1 tahun 100% 3. Pelayanan Administrasi Perkantoran 3.4 Penyediaan alat tulis kantor Keluaran :

Alat tulis kantor

Hasil :

Kelancaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsi

1 tahun 100% 3. Pelayanan Administrasi Perkantoran 3.5 Penyediaan barang cetakan dan penggandaan Keluaran :

Barang cetakan dan penggandaan dokumen

Hasil :

Kelancaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsi

1 tahun 100% 3. Pelayanan Administrasi Perkantoran 3.6 Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang-perundangan Keluaran :

Surat kabar, majalah dan Buku Peraturan Perundang-undangan

1 tahun

(11)

n n n rD A M [ \ L V J 1 H 1 M i l TNDTKATOR K I N E R J A TARGET

1 2 3 4

Hasil : 100%

Kelancaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsi 3.7 Penyediaan Keluaran :

makanan dan Makanan dan minuman 1 tahun minuman rapat,tamu, harian pegawai

dan kegiatan

Hasil :

Kelancaran pelaksanaan 100% tugas pokok dan fungsi

J. O r\d po L i a |Ja l \i p 111 a ra n *

i\CIUu 1 ull •

koordinasi ddn Laporan Kooruinasi uan 1 paket konsultasi ke luar knnciilt'^crii\ui ibUfLdbi t\c lUal Uaci Oi I C P I I I P T Hpipr^h 1 \aia a nnrp n 11

daerah \a nnrp n ia a 11 Hasil : K e i a n r a r a n n p i a k s a n a a n I \ L- 1 CJ 1 1 \w.CU 1 Lil 1 L7 L. 1 CJ [\ _u CJ 1 1 CJ CJ 1 1 100% tugas pokok dan fungsi

"2 q P p n v p d i a a n ia^a K e l u a r a n 1

f p n a n a Keamanan kantor BPPT 1 tahun

pel iy di i ldi ldi I

k a n f n r

Hasil :

Kelancaran pelaksanaan 1UU% tugas pokok dan fungsi

4. Peningkatan 4.1 Pembangunan Keluaran :

oarana udn Gedung Kantor Dokumen perencanaan - 1 dokumen

Prasarana pembangunan gedung

A r3 t"i i r

/Apd i a LU1 pciiyirnparian arbip D r r i

\ r\r\\ r x e i r x \ / » r"rn r\*3 n ^ n

oeuung penyirnpanan - 1 unit prcin RPPT df bip Drr 1 LJUKUII lcl 1 1 r\ rx I/ i i m a r* i cjuKUineri P \ / 311 i 3 c i / n o n n a i A / a c 3 n evdlUdbl/ptriiydWdbdll pembangunan gedung n e n v i m n a n a n a r s i n RPPT L^ C ^ I i y i l l L U C J J I C J I I CJ * CJ 1 L_J U I 1 1 Hasil : Kplnnr^rTin n p l p k ^ a n a a n

I \ C I Q I iL,ui ui i jjciafxjai luai I

100%

f i i n a ^ nnknk r l a n fimn^i tuy a J |jtji\ur\ uai i i u 11y J I

4 ?i.4_ rci lyouuui i P p n n a r l a a n K P Ii\ciuai all > I iP r 'A n *

KpnH^rs^n

r\ci I U C I I a a 11 IfpnHprppn hprmnfnr rnrlp i\ci iua i aa11 u c i i1 H J L U I I U U C I - 1 11 nif 1 U I ML Dinas/Operasional empat Sepeda - 10 unit Hasil : K e l a n r a r a n n e l a k ^ a n a a n 100% t u n a c ; nnknk H a n f i i n n^ i L U y CJ j wu r\u r\ LI ci i i luiiyai 4 Ppnn^Hj^^n

" . J r L I lyouaai i \( pFxciUdi all • 111 PI n n 1 1i pafxCL n^Lpf

Perlengkapan Perlengkapan peralatan

P e r a l a t a n 1 V- 1 U 1 U L U 1 1 a n a r a t u r Aparatur Hasil : Kelancaran pelaksanaan 100% tugas pokok dan fungsi

4.4 Pemeliharaan Keluaran : 1 tahun rutin/berkala Terpeliharanya bangunan

gedung kantor gedung kantor

Hasil :

Kelancaran pelaksanaan 100% tugas pokok dan fungsi

(12)

r K U u K M r l KFfiTATAN INDIKATOR KINERJA 1 1 1 VJ A. I \ M 1 V / l\ IX A 1 » I— • w r x

TARGET

1 2 3 4

4.5 Pemeliharaan Keluaran :

rutin/berkala Terpeliharanya kendaraan kendaraan dinas/operasional :

dinas/operasional - Kendaraan roda empat - 11 unit - Kendaraan roda dua - 26 unit

Hasil :

Kelancaran pelaksanaan 100% tugas pokok dan fungsi

4.6 Rehabilitasi Keluaran :

Sedang/Berat Dokumen review - 1 dokumen Gedung Kantor perencanaan renovasi

interior gedung

Dokumen perencanaan - 1 dokumen renovasi gedung

Hasil :

Kelancaran pelaksanaan 100% tugas pokok dan fungsi

5. Peningkatan 5.1 Pengadaan Keluaran :

Disiplin pakaian dinas Pakaian dinas harian - 1 paket

Aparatur beserta warna khaki - 1 paket

perlengkapannya Pakaian dinas harian - 1 paket warna bebas

- Pakaian hansip - 1 paket - Pakaian adat daerah - 1 paket

Hasil :

Kelancaran pelaksanaan 100% tugas pokok dan fungsi

6. Peningkatan 6.1 Pendidikan dan Keluaran :

Kapasitas pelatihan Formal Pegawai BPPT mengikuti 1 tahun Sumber Daya kegiatan pendidikan dan

Aparatur pelatihan, bimbingan teknis, seminar, kursus dan Iain-Iain

Hasil :

Kelancaran pelaksanaan 100% tugas pokok dan fungsi

6.2 Pembinaan Kinerja Keluaran :

Aparatur Pegawai BPPT mengikuti 1 kegiatan pembinaan kinerja

aparatur/peningkatan motivasi kerja pegawai

Hasil :

Kelancaran pelaksanaan 100% tugas pokok dan fungsi

7. Peningkatan 7.1 Penyusunan Keluaran : 1 dokumen Pengembangan laporan capaian Laporan Akuntabilitas

Sistem kinerja dan Kinerja BPPT Tahun 2013 Pelaporan ikhtisar realisasi

Capaian Kinerja kinerja SKPD dan Keuangan

Hasil :

Terwujudnya akuntabilitas 100% kinerja BPPT

7.2 Penyusunan Keluaran :

pelaporan Laporan Keuangan Semester 1 dokumen keuangan I BPPT Tahun 2014

semesteran

(13)

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR KINERJA TARGET 1 2 A H Hasil : Terwujudnya akuntabilitas kinerja BPPT 100% 7.3 Penyusunan pelaporan keuangan akhir tahun Keluaran : Laporan Keuangan BPPT Tahun 2013 Hasil : Terwujudnya akuntabilitas kinerja BPPT 1 dokumen 100% 8. Program Peningkatan dan Pengembangan Penyelenggaraa n Pelayanan Perijinan Terpadu 8.1 Penyusunan/ Penyempurnaan Rancangan Produk Hukum Keluaran :

- Draft Raperwal tentang Izin Gangguan (HO) - Dokumen Standar

Pelayanann Publik (SPP)

Hasil:

Terwujudnya peningkatan kualitas dan kinerja pelayanan perijinan - 1 dokumen - 1 dokumen 100% 8.2 Penyusunan/ Penyempurnaan dan Pemeliharaan Sistem Informasi Keluaran : - Aplikasi Pelayanan Perizinan Terpadu yang dikembangkan

- Aplikasi ODS (One Day Service)

Hasil:

Terwujudnya peningkatan kualitas dan kinerja pelayanan perijinan - 1 aplikasi - 1 aplikasi 100% 8.3 Fasilitasi Pelayanan Administrasi Perijinan Keluaran :

Laporan hasil pelayanan administrasi perijinan

Hasil:

Terwujudnya peningkatan kualitas dan kinerja pelayanan perijinan 1 dokumen 100% 8.4 Sosialisasi/Publikasi Pelayanan Perijinan Keluaran : - Terselenggaranya sosialisasi pelayanan perijinan - Terselenggaranya publikasi pelayanan perijinan Hasil: Terwujudnya peningkatan kualitas dan kinerja pelayanan perijinan - 1 kegiatan - 1 kegiatan 100% 8.5 Penyelenggaraan Pameran Perijinan Terpadu Satu Pintu

Keluaran :

Terselenggaranya pameran tentang pelayanan perizinan

Hasil:

Terwujudnya peningkatan kualitas dan kinerja pelayanan perijinan 1 tahun 100% 8.6 Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Keluaran :

Laporan hasil monitoring dan evaluasi

penyelenggaraan pelayanan perizinan

1 dokumen

(14)

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR KINERJA TARGET

1 2 3 4

Hasil:

Terwujudnya peningkatan kualitas dan kinerja pelayanan perijinan 100% 9 Program perbaikan system administrasi kearsipan 9.1 Penataan Arsip SKPD Keluaran : Tertatanya arsip BPPT Hasil : Kelancaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsi

1 tahun

100%

(15)

BAB III

IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA

BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU

KOTA BANDUNG

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah kedua kalinya melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011, Catatan Atas Laporan Keuangan menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja A P B D yang berisi gambaran realisasi pencapaian efektifitas dan efisiensi program dan kegiatan selama pelaksanaan A P B D T a h u n 2014.

3.1 I K H T I S A R P E N C A P A I A N T A R G E T P E N D A P A T A N BPPT KOTA B A N D U N G

Realisasi pendapatan Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Bandung periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2014 sebesar Rp 52.330.616.242,00 dari target sebesar Rp 65.360.026.267,00 (80,07%) diperoleh dari pendapatan retribusi izin. Rincian Realisasi Pendapatan dapat diuraikan sebagai berikut :

NO URAIAN TARGET REALISASI %

1 Retribusi Izin Gangguan (IG)/(ITU)

4.000.000.000 2.723.896.471 68,10%

2 Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

61.290.026.267 49.218.086.494 80,30%

3 Retribusi Izin Trayek 70.000.000 101.800.000 145,43%

4 Denda Izin Tertentu 280.829.402

5 Pendapatan Lain-lain 6.003.875

JUMLAH 65.360.026.267 52.330.616.242 80,07%

Beberapa hambatan dan kendala yang dihadapi dalam pencapaian target Pendapatan Tahun 2014 diantaranya :

1. Hilangnya potensi retribusi dari daftar ulang Izin Gangguan (Herregistrasi) sesuai dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Surat Edaran Walikota Bandung Nomor 188.342/6305-Bag.Huk.Ham Tanggal 24 Januari 2012 Tentang Sinkronisasi Produk Hukum dan Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 188.34/529/SJ Tanggal 5 Februari 2013 Perihal Klarifikasi Peraturan Daerah.

(16)

2. Masih rendahnya Indeks Gangguan dalam perhitungan retribusi Izin Gangguan baru sebagaimana diatur pada Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 19 Tahun 2012 Tentang Izin Gangguan dan Retribusi Izin Gangguan.

3. Kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Kota Bandung terkait dengan pengendalian pemanfaatan ruang Kawasan Bandung Utara (KBU) berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bandung Utara, dimana lokasi dimaksud sampai dengan saat ini masih menjadi tujuan investasi pembangunan.

Upaya dan solusi yang dilakukan terhadap hambatan dan kendala yang dihadapi dalam pencapaian target Pendapatan antara lain :

1. Rasionalisasi target Pendapatan Tahun 2015; 2. Sosialisasi/publikasi pelayanan perijinan; 3. On-line system pelayanan perijinan.

3.2 I K H T I S A R P E N C A P A I A N T A R G E T BELANJA BPPT KOTA B A N D U N G Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan pelaksanaan program dan kegiatan pada Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Bandung dapat diuraikan sebagai berikut :

NO PROGRAM /

KEGIATAN ANGGARAN REALISASI °/o

1 2 3 4 5 I Program pengembangan data/informasi 124.000.000 120.720.000 97,35 I.l Pengumpulan,

updating, dan analisis data informasi capaian target kinerja program dan kegiatan 124.000.000 120.720.000 97,35 II Program perencanaan pembangunan daerah 62.873.250 62.349.250 99,17

II.1 Penyusunan Renstra dan Renja SKPD

62.873.250 62.349.250 99,17 III Program Pelayanan

Administrasi Perkantoran

2.967.484.880 2.797.869.616 94,28

(17)

NO PROGRAM / KEGIATAN ANGGARAN REALISASI °/o

1 2 3 4 5

TTT 1

1X1.1 r c n y c u l a a n J d b a komunikasi, sumber daya air dan listrik

?14 17 S snn 203 670 674 95,10

III.2 Penyediaan jasa kebersihan kantor

335.604.020 284.875.410 84,88

III.3 Penyediaan jasa perbaikan peralatan kerja

154.900.000 154.715.370 99,88

III.4 Penyediaan alat tulis kantor

440.044.360 /IPO A A~) PCfl 438.44/.360

on CA

99,64

III.5 Penyediaan barang cetakan dan penggandaan

469.661.000 465.691.660 99,15

III.6 Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang-undangan

106.000.000 105.636.550 99,66

III.7 Penyediaan makanan dan minuman

167.100.000 156.299.450 93,54

III.8 Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi ke luar daerah

920.000.000 828.533.142 90,06

III.9 Penyediaan jasa pengamanan kantor 160.000.000 160.000.000 100,00 IV Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 11.818.889.371 3.106.642.292 26,29

IV.1 Pembangunan Gedung Kantor

7.905.300.000 159.753.000 2,02

IV.2 Pengadaan Kendaraan Dinas/Operasionai 360.602.500 360.402.500 99,94 IV.3 Pengadaan Perlengkapan Peralatan Aparatur 1.875.786.000 1.397.440.400 74,50 IV.4 Pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor 630.848.670 571.530.470 90,60 IV.5 Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasional 585.450.000 538.187.472 91,93 IV.6 Rehabilitasi Sedang/Berat Gedung Kantor 460.902.201 79.328.450 17,21 V Program peningkatan disiplin aparatur 249.405.000 249.405.000 100,00 V . l Pengadaan pakaian dinas beserta perlengkapannya 249.405.000 249.405.000 100,00

(18)

NO PROGRAM / KEGIATAN ANGGARAN REALISASI % 1 2 3 4 5 VI Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur 361.703.500 320.219.500 88,53

VI.1 Pendidikan dan pelatihan formal

1 AC" A A A A A A

1 0 5. 0 0 0 . 0 0 0 66.b41.UUU

c"j "5-7

bb,b/ VI.2 Pembinaan Kinerja

Aparatur 256.703.500 253.678.500 98,82 VII Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan

159.970.340 159.914.340 r\r\ CSC

99,96

VII.1 Penyusunan laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja SKPD

48.493.750 48.493.750 100,00

VII.2 Penyusunan pelaporan keuangan semesteran

/ I T / m ~~7 A A

43.432.700 a "1

">~7r i n n

43.376.700 A A O99,87 ~7 VII. 3 Penyusunan pelaporan

keuangan akhir tahun

68.043.890 68.043.890 100,00 VIII Program Peningkatan dan Pengembangan Penyelenggaraan Pelayanan Perijinan Terpadu 3.415.102.959 2.465.726.150 72,20 VIII.1 Penyusunan/ Penyempurnaan Rancangan Produk Hukum 1(7 17 r r n A A A 155.650.000 1 CA 1 A A A A A 154.140.000 A A A "3 99,03 VIII.2 Penyusunan/ renyempurnaan aan Pemeliharaan Sistem 1111 Ul 11 Idbl 1.059.540.000 158.947.000 15,00

VIII.3 Fasilitasi Pelayanan Administrasi Perijinan 1.707.527.959 1.684.131.450 98,63 \/TTTv i l l . x 4 CD U b l d l l b d b l / r U U U r \ d b l A Ci p i l i c p a c i / D i ihliLiPci Pelayanan Perijinan 1 68 524 0 0 0 1 eo e.ye n n n 1 no 0 0 VIII.5 Penyelenggaraan Pameran Perijinan Terpadu Satu Pintu

245.860.000 233.047.700 94,79

VIII.6 Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan 7 8. 0 0 0 . 0 0 0 6 6 . 9 3 5. 0 0 0 85,81 IX Program Perbaikan Sistem Administrasi Kearsipan 40.570.700 36.229.700 89,30

IX.1 1 Penataan Arsip SKPD 40.570.700 36.229.700 89,30

JUMLAH 19.200.000.000 9.319.075.848 48,54

(19)

Berdasarkan data di atas, terdapat efisiensi anggaran pada 26 kegiatan yang realisasi anggarannya tidak mencapai 1 0 0 % dan terdapat 2 kegiatan target kinerja keluaran tidak tercapai.

Beberapa hambatan dan kendala yang dihadapi dalam pencapaian belanja pelaksanaan program dan kegiatan diantaranya :

(1) Terlambatnya penetapan A P B D dan APBD perubahan tahun 2014;

(2) K e m a m p u a n SDM pengelola keuangan dan pelaksana teknis kegiatan yang masih perlu ditingkatkan;

(3) Penetapan Panitia Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ) pada tahun 2013 ditetapkan oleh Kepala SKPD baik mekanisme Lelang, Penunjukan Langsung maupun Pengadaan Langsung. Tetapi untuk tahun 2014 ada perubahan mekanisme dikarenakan adanya Peraturan Walikota Nomor 033 Tahun 2014 Tanggal 13 Januari 2014 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Unit Layanan Pengadaan Kota Bandung, oleh karena itu untuk mekanisme pembentukan kelompok kerja kepanitiaan Lelang harus membuat Surat Permohonan kepada Unit Layanan Pengadaan (ULP) Kota Bandung berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 027/Kep.089/BPSDA/2014 Tanggal 29 Januari 2014 tentang Penetapan Keanggotaan Kelompok Kerja Pengadaan Barang dan Jasa pada Unit Layanan Pengadaan Kota Bandung untuk dibuatkan surat keputusan pembentukan Tim Kelompok Kerja (Pokja), sedangkan mekanisme Pengadaan Langsung dan Penunjukan Langsung masih ditetapkan oleh Kepala SKPD;

(4) Pekerjaan pembangunan gedung arsip pada kegiatan pembangunan gedung kantor yang semula direncanakan akan dilaksanakan pada tahun 2014 tidak dimungkinkan untuk terealisasi dengan pertimbangan dan penjelasan sebagai berikut :

• Memperhatikan ketentuan dalam Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 05 Tahun 2010 tentang Bangunan Gedung, maka kegiatan pembangunan gedung kantor baru dapat dilaksanakan apabila persyaratan administratif dan persyaratan teknis telah dipenuhi;

• Tahapan kegiatan pembangunan gedung kantor yang sedang dilaksanakan sampai dengan saat ini adalah penyusunan dokumen teknis kegiatan berupa Detail Engineering Design (DED) sebagai bahan acuan utama dalam proses pelelangan dan pelaksanaan pembangunan gedung;

(20)

• Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut dan terbatasnya waktu pelaksanaan, sesuai dengan hasil rapat pembahasan yang dihadiri oleh unsur BPPT, Bappeda dan DPKAD Kota Bandung, pekerjaan fisik konstruksi pembangunan gedung tidak dimungkinkan untuk dilaksanakan pada anggaran Tahun 2014.

(5) Pekerjaan renovasi gedung dan interior built in/fix furniture pada kegiatan rehabilitasi sedang/berat gedung kantor yang semula direncanakan akan dilaksanakan pada tahun 2014 tidak dimungkinkan untuk terealisasi dengan pertimbangan sebagai berikut:

• Sehubungan dengan terjadinya bencana kebakaran pada tanggal 04 Oktober 2014 di kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Bandung yang merupakan objek yang akan dikerjakan oleh kontraktor pemenang pemilihan langsung , maka proses Pelelangan U m u m dibatalkan dengan alasan sebagai berikut :

> Rincian pekerjaan yang tercantum pada Rencana Anggaran dan Biaya (RAB) yang dilelangkan adalah renovasi interior, sehingga dengan terjadinya bencana kebakaran menjadi tidak sesuai lagi dengan kondisi di lapangan;

> Waktu pelaksanaan pekerjaan tidak mencukupi karena gedung sebagaimana dimaksud baru dapat diakses pada tanggal 3 november 2014.

Upaya dan solusi yang dilakukan terhadap hambatan dan kendala yang dihadapi dalam pencapaian target Belanja pelaksanaan program dan kegiatan antara lain :

(1) Mengikutsertakan pengelola keuangan dan pelaksana teknis kegiatan dalam pelatihan-pelatihan.

3.3 I K H T I S A R P E N C A P A I A N KINERJA S A S A R A N S T R A T E G I S PADA BPPT KOTA B A N D U N G

Ikhtisar pencapaian kinerja sasaran strategis pada Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Bandung dapat diuraikan sebagai b e r i k u t :

(21)

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA

TARGET REALISASI

Meningkatkan dan menjamin kepuasan masyarakat dalam pelayanan perizinan terpadu

Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)

3 (Baik) 3,3

(Sangat Baik) Meningkatkan akuntabilitas kinerja

BPPT

Nilai evaluasi AKIP CC CC

Persentase temuan BPK/Inspektorat yang ditindaklanjuti 100% 100% Persentase tertib administrasi barang/asset daerah 100% 100%

Hambatan dan kendala yang dihadapi dalam pencapaian indikator kinerja sasaran strategis diantaranya :

(1) Regulasi mengenai pelayanan perijinan yang sangat dinamis (sering berubah-ubah);

(2) Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam pengurusan perijinan. Upaya dan solusi yang dilakukan terhadap hambatan dan kendala yang dihadapi dalam pencapaian indikator kinerja sasaran strategis antara lain :

(1) Melakukan penyesuaian secara cepat terhadap berbagai perubahan akibat dari regulasi yang berubah melalui pengajuan usulan perubahan regulasi daerah yang terkait dengan pelayanan perijinan;

(2) Melakukan sosialisasi mengenai penyelenggaraan pelayanan perijinan secara intensif melalui berbagai media, baik media cetak, media elektronik, papan informasi, sosialisasi dll.

(22)

BAB IV

KEBIJAKAN AKUNTANSI

4.1 E N T I T A S A K U N T A N S I / E N T I T A S P E L A P O R A N K E U A N G A N DAERAH

Entitas akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah kedua kalinya melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 T a h u n 2011, Kepala SKPD sebagai entitas akuntansi menyusun laporan keuangan SKPD yang disampaikan kepada PPKD untuk digabung menjadi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan A P B D entitas akuntansi menyusun laporan keuangan yang meliputi:

a. laporan realisasi anggaran; b. neraca; dan

c. catatan atas laporan keuangan.

Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Bandung sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Lingkungan Pemerintah Kota Bandung selaku pengguna anggaran/pengguna barang adalah entitas akuntansi sehingga wajib menyusun Laporan Keuangan sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2014.

Periode akuntansi yang digunakan dalam penyusunan Laporan Keuangan Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Bandung Tahun 2014 ini adalah 1 Januari 2014 sampai dengan 31 Desember 2014.

4.2 BASIS A K U N T A N S I Y A N G M E N D A S A R I P E N Y U S U N A N L A P O R A N K E U A N G A N

Basis akuntansi yang digunakan dalam penyusunan Laporan Keuangan Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Bandung T a h u n 2014 adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban dan ekuitas dana dalam neraca.

(23)

Basis kas untuk Laporan Realisasi Anggaran berarti bahwa pendapatan diakui pada saat kas diterima oleh kas daerah dan belanja diakui pada saat kas dikeluarkan dari kas daerah. Pemerintah daerah tidak menggunakan istilah laba melainkan menggunakan sisa perhitungan anggaran (lebih/kurang) untuk setiap tahun anggaran. Sisa perhitungan anggaran tergantung pada selisih realisasi pendapatan dengan belanja.

Basis akrual untuk neraca berarti bahwa aset, kewajiban dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah daerah, bukan pada saat kas diterima atau dibayar oleh kas daerah.

Azas Bruto adalah suatu prinsip yang tidak memperkenankan pencatatan secara neto penerimaan setelah dikurangi pengeluaran pada suatu unit organisasi atau tidak memperkenankan pencatatan pengeluaran setelah dilakukan kompensasi antara penerimaan dan pengeluaran.

4.3 BASIS P E N G U K U R A N Y A N G M E N D A S A R I P E N Y U S U N A N L A P O R A N K E U A N G A N

Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukan setiap pos dalam Laporan Keuangan Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Bandung. Pengukuran pos-pos dalam laporan keuangan menggunakan

nilai perolehan historis. Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut. Kewajiban dicatat sebesar nilai rupiah. Pengukuran pos-pos laporan keuangan menggunakan mata uang rupiah.

Basis pengukuran yang mendasari penyusunan Laporan Keuangan Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Bandung adalah sebagai berikut :

1. P E N D A P A T A N

Pendapatan diukur dan dicatat berdasarkan azas bruto, yaitu dengan m e m b u k u k a n penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).

2. B E L A N J A

Belanja diukur dan dicatat berdasarkan nilai perolehan. 3. KAS

Kas diukur dan dicatat sebesar nilai nominal. Nilai nominal artinya disajikan sebesar nilai rupiahnya.

(24)

4. P I U T A N G

Piutang dinilai serta disajikan di neraca sebesar nilai nominal. 5. P E R S E D I A A N

1) Biaya perolehan persediaan meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung dapat dibebankan pada perolehan persediaan. Potongan harga, rabat, dan lainnya yang serupa mengurangi biaya perolehan.

2) Nilai pembelian yang digunakan adalah biaya perolehan persediaan yang terakhir diperoleh.

6. A S E T T E T A P

1) Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan.

2) Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aset tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dipergunakan.

3) Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari harga belinya atau konstruksinya, termasuk bea impor dan setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dalam m e m b a w a aset tersebut ke kondisi yang m e m b u a t aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan.

4) Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah : (a) biaya persiapan tempat;

(b) biaya pengiriman awal {initial delivery} dan biaya simpan dan bongkar muat {handling cost);

(c) biaya pemasangan {installation cost);

(d) biaya profesional seperti arsitek dan insinyur; (e) biaya konstruksi; dan

(f) biaya kepanitiaan. 7. K E W A J I B A N

Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Nilai nominal atas kewajiban mencerminkan nilai kewajiban pemerintah daerah pada saat pertama kali transaksi berlangsung. Aliran ekonomi setelahnya, seperti transaksi pembayaran dan perubahan lainnya selain perubahan nilai pasar, diperhitungkan dengan

(25)

menyesuaikan nilai tercatat kewajiban tersebut. Pengguna nilai nominal dalam menilai kewajiban mengikuti karakteristik dari masing-masing pos.

8. E K U I T A S D A N A

Pengakuan dan Pengukuran Ekuitas Dana telah dijabarkan berkaitan dengan akun investasi jangka pendek, investasi jangka panjang, aset tetap, aset lainnya, dana cadangan, penerimaan pembiayaan, pengeluaran pembiayaan, dan pengakuan kewajiban.

4.4 P E N E R A P A N K E B I J A K A N A K U N T A N S I B E R K A I T A N D E N G A N K E T E N T U A N Y A N G A D A D A L A M S T A N D A R A K U N T A N S I P E M E R I N T A H A N

4.4.1 K E B I J A K A N A K U N T A N S I P E N D A P A T A N

1) Tujuan kebijakan akuntansi pendapatan adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi atas pendapatan dan informasi lainnya dalam rangka memenuhi tujuan akuntabilitas sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.

2) Pendapatan Pemerintah Daerah adalah semua penerimaan Rekening Kas U m u m Daerah yang m e n a m b a h ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak Pemerintah Daerah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh Pemerintah Daerah. Penerimaan Rekening Kas artinya harus dalam bentuk kas atau setara kas yang m e n a m b a h ekuitas dana lancar.

3) Pengakuan pendapatan dengan berbasis kas diakui dan dicatat pada saat kas atau setara kas diterima yang m e n a m b a h ekuitas dana lancar. 4) Pengakuan pendapatan di SKPD dengan mempertimbangkan

Bendahara Penerimaan adalah pejabat fungsional y a n g melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran DPA SKPD, yang secara fungsional bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya pada PPKD selaku BUD.

5) Pencatatan dari setiap jenis pendapatan dan masing-masing nilai pendapatannya dicatat sampai dengan rincian obyek.

6) D o k u m e n sumber yang digunakan sebagai dasar pencatatan transaksi pendapatan PAD adalah surat ketetapan retribusi daerah dan surat tanda bukti pembayaran.

(26)

7) Akuntansi pendapatan disusun untuk memenuhi kebutuhan pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan dan untuk keperluan pengendalian bagi manajemen Pemerintah Daerah, baik yang dicatat oleh SKPD maupun PPKD.

8) Pendapatan diukur dan dicatat berdasarkan azas bruto, yaitu dengan m e m b u k u k a n penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).

4.4.2 K E B I J A K A N A K U N T A N S I BELANJA

1) Tujuan kebijakan akuntansi belanja adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi atas belanja dan informasi lainnya dalam rangka memenuhi tujuan akuntabilitas sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.

2) Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas U m u m Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Pemerintah Daerah.

3) Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas U m u m Daerah untuk seluruh transaksi di SKPD setelah dilakukan pengesahan definitif oleh fungsi BUD untuk masing-masing transaksi yang terjadi di SKPD.

4) Pengeluaran dari rekening kas umum daerah ditandai dengan terbitnya SP2D-LS sebagai bukti kejadian yang paling penting {critical event) dari proses pengakuan belanja telah terjadi.

5) Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh BUD/Kuasa BUD/pengguna anggaran.

6) Belanja diakui pada saat kas keluar yang ditandai dengan realisasi belanja di SKPD menggunakan pengesahan SPJ atas penggunaan dana UP/TU oleh PPK SKPD.

7) Realisasi anggaran belanja dilaporkan sesuai dengan klasifikasi yang ditetapkan dalam dokumen anggaran.

8) Akuntansi belanja disusun selain untuk memenuhi kebutuhan pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan, juga dapat dikembangkan untuk keperluan pengendalian bagi manajemen dengan cara yang memungkinkan pengukuran kegiatan belanja tersebut.

(27)

9) Suatu pengeluaran belanja akan diakui sebagai belanja modal (nantinya akan menjadi aset tetap) jika memenuhi seluruh kriteria sebagai b e r i k u t :

(a) manfaat ekonomi barang yang dibeli lebih dari 12 (dua belas) bulan;

(b) perolehan barang tersebut untuk operasional dan pelayanan, serta tidak untuk dijual, dihibahkan, disumbangkan, ataupun diserahkan kepada pihak ketiga;

(c) nilai rupiah pembelian barang material atau pengeluaran untuk pembelian barang tersebut melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap yang telah ditetapkan.

10) Khusus untuk tanah dan konstruksi dalam pengerjaan berapapun nilai perolehannya harus dikapitalisasi.

11) Penetapan nilai minimal materialitas pada saat proses penganggaran dengan dokumen DPA.

12) Suatu pengeluaran belanja pemeliharaan akan diperlakukan sebagai belanja modal (dikapitalisasi menjadi aset tetap) jika memenuhi seluruh kriteria sebagai berikut :

(a) Manfaat ekonomi atas barang/aset tetap yang dipelihara : a. bertambah ekonomis/efisien, dan/atau

b. bertambah umur ekonomis, dan/atau c. bertambah volume, dan/atau

d. bertambah kapasitas produksi, dan/atau

(b) Nilai rupiah pengeluaran belanja atas pemeliharaan barang/aset tetap tersebut material/melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap yang telah ditetapkan.

13) Untuk butir a manfaat ekonomi atas barang/aset tetap tersebut melampaui 1 tahun (jangka panjang). Bila ada pengeluaran bersifat rutin untuk memperbaiki/memelihara aset tetap meskipun jumlahnya material, tetap digolongkan sebagai revenue expenditure. Sedangkan

revenue expenditure mempunyai makna pengeluaran untuk

mempertahankan kapasitas yang ada saat ini pada periode tahun berjalan.

(28)

4.4.3 K E B I J A K A N A K U N T A N S I A S E T

1) Tujuan kebijakan akuntansi aset adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk aset dan pengungkapan informasi penting lainnya yang harus disajikan daiam laporan keuangan.

2) Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh oleh pemerintah daerah, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.

3) Aset diklasifikasikan ke dalam : (a) aset lancar;

(b) aset non lancar.

4) Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan segera untuk dapat direalisasikan atau dimiliki untuk dipakai atau dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Aset yang tidak dapat dimasukkan dalam kriteria tersebut diklasifikasikan sebagai aset non lancar.

5) Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang, dan persediaan. Sedangkan aset nonlancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang, dan aset tak berwujud yang digunakan baik langsung maupun tidak langsung untuk kegiatan pemerintah daerah atau yang digunakan masyarakat u m u m . Aset nonlancar diklasifikasikan menjadi investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan, dan aset lainnya.

6) Aset diakui :

a) Pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh oleh pemerintah daerah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal;

b) Pada saat diterima atau kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah.

7) Kas dan setara kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintah daerah/investasi jangka pendek yang sangat likuid yang siap dicairkan menjadi kas serta bebas dari risiko perubahan nilai yang signifikan. Kas

(29)

juga meliputi seluruh Uang Yang Harus Dipertanggungjawabkan, Saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat ditarik atau digunakan untuk melakukan pembayaran. Dalam pengertian kas ini juga termasuk setara kas yaitu investasi jangka pendek yang sangat likuid yang siap dicairkan menjadi kas yang mempunyai masa jatuh tempo yang pendek, yaitu 3 (tiga) bulan atau kurang dari tanggal perolehannya. 8) Piutang adalah hak atau klaim kepada pihak ketiga yang diharapkan

dapat dijadikan kas dalam satu periode akuntansi. Piutang dapat berupa tagihan hasil penjualan barang, kewajiban pihak ketiga yang belum dilunasi, seperti pajak/retribusi, lain-lain pendapatan daerah yang sah yang telah diterbitkan atau pinjaman uang yang belum dilunasi pada saat pencatatan.

9) Piutang diakui pada saat timbulnya hak atas piutang tersebut. Piutang Retribusi diakui sebagai piutang apabila telah diterbitkan dasar retribusi yaitu Keputusan Retribusi Daerah (SKRD).

10) Pada dasarnya tidak terdapat perbedaan definisi antara piutang dengan piutang lain-lain, hanya klasifikasinya saja yang berbeda.

11) Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah daerah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

a. Persediaan diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh pemerintah daerah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.

b. Pada akhir periode akuntansi, persediaan dicatat berdasarkan hasil inventarisasi fisik {stock opname).

12) Aset Tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah daerah atau dimanfaatkan oleh masyarakat u m u m

13) Aset Tetap terdiri dari : a. T a n a h ;

b. Peralatan dan Mesin; c. Gedung dan Bangunan; d. Jalan, Jaringan dan Instalasi; e. Aset Tetap Lainnya;

f. Konstruksi Dalam Pengerjaan;

(30)

g. Akumulasi Penyusutan.

14) Pengeluaran yang dikapitalisasikan dilakukan terhadap pengadaan tanah, pembelian peralatan dan mesin sampai siap pakai, pembuatan peralatan, mesin dan bangunan, pembangunan gedung dan bangunan, pembangunan jalan/irigasi/jaringan, pembelian aset tetap lainnya sampai siap pakai, dan pembangunan/pembuatan aset tetap lainnya. 15) Pada dasarnya, pengeluaran-pengeluaran untuk aset tetap setelah

perolehan, dapat dikategorikan menjadi belanja modal {capital expenditures) dan pengeluaran pendapatan {revenue expenditures).

16) Belanja modal adalah pengeluaran-pengeluaran yang harus dicatat sebagai aset (dikapitalisir). Pengeluaran-pengeluaran yang akan mendatangkan manfaat lebih dari satu periode akuntansi termasuk dalam kategori ini, misalnya penambahan satu unit AC dalam sebuah mobil atau penambahan teras pada gedung yang telah dimiliki, merupakan belanja modal.

17) Demikian juga halnya dengan pengeluaran-pengeluaran yang akan m e n a m b a h efisiensi, memperpanjang umur aset atau meningkatkan kapasitas atau mutu produksi. Contoh mengenai pengeluaran-pengeluaran yang akan memperpanjang umur aset atau meningkatkan kapasitas produksi adalah pengeluaran untuk perbaikan besar-besaran. 18) Untuk dapat diakui sebagai aset tetap, suatu aset harus berwujud dan

memenuhi kriteria :

(1) mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan; (2) biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;

(3) tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas; dan (4) diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.

19) Tujuan utama dari perolehan aset tetap adalah untuk digunakan oleh pemerintah daerah dalam mendukung kegiatan operasionalnya dan bukan dimaksudkan untuk dijual.

20) Pengakuan aset tetap akan sangat andal bila aset tetap telah diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan atau pada saat penguasaannya berpindah.

(31)

4.4.4 K E B I J A K A N A K U N T A N S I K E W A J I B A N

Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah daerah.

1) Kewajiban Jangka Pendek

Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika diharapkan dibayar (atau jatuh tempo) dalam waktu 12 bulan.

Pendapatan Diterima Dimuka, terdiri dari :

a) setoran kelebihan pembayaran kepada Pihak III;

b) uang muka penjualan produk Pemerintah Daerah dari Pihak III; c) uang muka lelang penjualan Aset Daerah.

2) Kewajiban Jangka Panjang

Kewajiban jangka panjang biasanya muncul sebagai akibat dari pembiayaan yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk menutup defisit anggarannya. Secara umum, kewajiban jangka panjang adalah semua kewajiban pemerintah daerah yang waktu jatuh temponya lebih dari 12 bulan sejak tanggal pelaporan.

3) Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya ekonomi akan dilakukan atau telah dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sekarang, dan perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan andal. Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima atau pada saat kewajiban timbul.

4) Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Nilai nominal atas kewajiban mencerminkan nilai kewajiban pemerintah daerah pada saat pertama kali transaksi berlangsung.

4.4.5 K E B I J A K A N A K U N T A N S I EKUITAS DANA

Ekuitas dana adalah kekayaan bersih pemerintah daerah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban.

Ekuitas dana terdiri dari : 1) Ekuitas dana lancar

Ekuitas dana lancar adalah selisih antara aset dan kewajiban jangka pendek.

2) Ekuitas dana investasi

(32)

Ekuitas dana investasi mencerminkan kekayaan pemerintah yang tertanam dalam investasi jangka panjang, aset tetap, aset lainnya dikurangi dengan kewajiban jangka panjang.

3) Ekuitas dana cadangan

Ekuitas dana cadangan mencerminkan kekayaan pemerintah yang dicadangkan untuk tujuan tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(33)

BAB V

PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN

Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran sampai dengan 31 Desember 2014, realisasi pendapatan Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Bandung dari retribusi izin adalah sebesar Rp. 52.330.616.242,00 (80,07%) dari target pendapatan T a h u n 2014 sebesar Rp. 65.360.026.267,00 dan realisasi belanja adalah sebesar Rp 20.548.471.709,00 (65,79%) dari anggaran belanja T a h u n 2014 sebesar Rp. 31.234.348.573,00. Dengan demikian terdapat surplus sebesar Rp 31.782.144.533,00.

Neraca Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Bandung menyajikan informasi mengenai posisi aset, kewajiban dan ekuitas dana per 31 Desember 2014. Neraca Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Bandung ditutup dengan jumlah akhir sebesar Rp. 20.685.592.403,00.

Nilai Aset sebesar Rp. 20.685.592.403,00 terdiri dari aset lancar sebesar Rp. 5.817.964.154,00 aset tetap sebesar Rp. 12.575.357.687,00 dan aset lainnya sebesar Rp. 2.292.270.562,00. Sedangkan nilai kewajiban dan ekuitas dana sebesar Rp. 20.697.270.372,00 terdiri dari kewajiban sebesar Rp. 1.460.692.325,00, ekuitas dana lancar sebesar Rp. 4.357.271.829,00 dan ekuitas dana investasi sebesar Rp. 14.867.628.249,00.

5.1 R I N C I A N P E N J E L A S A N M A S I N G - M A S I N G P O S - P O S P E L A P O R A N K E U A N G A N

Sampai dengan 31 Desember 2014, Realiasasi A P B D Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung yaitu realisasi pendapatan sebesar Rp. 52.330.616.242,00 atau 8 0 , 0 7 % dari target yang telah ditetapkan Rp. 65.360.026.267,00 sedangkan realisasi belanja Rp. 20.548.471.709,00 atau 6 5 , 7 9 % dari anggaran sebesar Rp. 31.234.348.573,00. Realisasi pendapatan dan Belanja Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung T a h u n 2014 (sampai dengan 31 Desember 2014) dapat diuraikan sebagai

b e r i k u t :

5.1.1 P E N D A P A T A N

Realisasi pendapatan Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Bandung periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2014 sebesar Rp 52.330.616.242,00 dari target sebesar Rp 65.360.026.267,00 (80,07%)

(34)

diperoleh dari pendapatan retribusi izin. Rincian Realisasi Pendapatan dapat diuraikan sebagai b e r i k u t :

NO URAIAN TARGET REALISASI %

1 Retribusi Izin Gangguan (IG)/(ITU)

4.000.000.000 2.723.896.471 68,10% 2 Retribusi Izin Mendirikan

Bangunan

61.290.026.267 49.218.086.494 80,30% 3 Retribusi Izin Trayek 70.000.000 101.800.000 145,43%

4 Denda Izin Tertentu 280.829.402

5 Pendapatan Lain-lain 6.003.875

JUMLAH 65.360.026.267 52.330.616.242 80,07%

5.1.2 B E L A N J A

Realisasi Belanja periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp. 20.548.471.709,00 atau 6 5 , 7 9 % dari anggaran tahun 2014 sebesar Rp. 31.234.348.573,00.

Realisasi belanja sebesar Rp. 20.548.471.709,00 tersebut terdiri dari : a. Belanja Operasi Rp. 18.884.111.259,00 b. Belanja Modal R^ 1.664.360.450.00

Jumlah RP. 20.548.471.709,00 1) Belanja Operasi

Realisasi Belanja Operasi periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp. 18.884.111.259,00 atau 8 7 , 3 5 % dari anggaran sebesar Rp. 21.619.533.673,00.

Realisasi Belanja Operasi sebesar Rp. 18.884.111.259,00 terdiri dari : a. Belanja Tidak Langsung Rp. 11.229.395.861,00 b. Belanja Langsung

Belanja Pegawai Rp. 940.502.000,00 Belanja Barang dan Jasa Rp. 6.714.213.398,00

Jumlah Rp. 18.884.111.259,00 2) Belanja Modal

Realisasi Belanja Modal periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp. 1.664.360.450,00 atau 17,31 % dari anggaran sebesar Rp. 9.614.814.900,00.

(35)

Realisasi belanja Modal sebesar Rp. 1.664.360.450,00 terdiri dari : a. Peralatan dan Mesin

b. Gedung dan Bangunan c. Aset Tetap Lainnya

Jumlah 5.1.3 A S E T

1) A S E T L A N C A R 1. Kas

a. Kas di Bendahara Pengeluaran

Rp. 1.621.394.500,00 Rp. 23.099.400,00 Rp. 19.866.550.00 Rp. 1.664.360.450,00 31 Desember 2014 31 Desember 2013 Rp. 0,00 Rp. 91.432,00

Nilai saldo kas per 31 Desember 2014 telah sesuai dengan Berita Acara Pemeriksaan Kas dan Berita Acara Penutupan Kas. b. Kas di Bendahara Penerimaan

31 Desember 2014 31 Desember 2013

Rp. 0,00 Rp. 0,00

Nilai saldo kas per 31 Desember 2014 sebesar Rp. 0,00 telah sesuai dengan Berita Acara Pemeriksaan Kas dan Berita Acara Penutupan Kas.

2. Piutang Retribusi

31 Desember 2014 31 Desember 2013 Rp. 3.988.582.946,00 Rp. 3.490.011.126,00

Piutang per 31 Desember 2014 sebesar Rp. 3.988.582.946,00 merupakan sisa tunggakan retribusi perijinan tertentu yang telah diterbitkan sampai dengan tanggal 31 Desember 2014 pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung dengan perhitungan sebagai berikut:

Saldo Piutang Per 31 Desember 2013 Mutasi Penambahan Tahun 2014 Pembayaran pada Tahun 2014

Penyelesaian Pendapatan Diterima Dimuka Tahun 2012

Double catat piutang Tahun 2013 Saldo Piutang Per 31 Desember 2014

Rp. 3.490.011.126,00 Rp. 52.675.004.064,00 (Rp. 52.049.786.840,00) (Rp. 115.421.938,00) (Rp. 22.346.256.00) Rp. 3.977.460.156,00

(36)

Piutang per 31 Desember 2014 sebesar Rp. 3.977.460.156,00 terdiri atas :

NO JENIS RETRIBUSI JUMLAH

1 Izin Mendirikan Bangunan 3.485.063.582 2 Izin Gangguan (HO) / ITU Rp. 138.187.680

3 Izin Trayek Rp. 25.900.000

4 Retribusi Perijinan Tertentu Lainnya Rp. 328.308.894

JUMLAH PIUTANG Rp. 3.977.460.156

Usaha yang dilakukan BPPT dalam mengelola piutang retribusi diantaranya :

a. Usulan Perwal Penghapusan Piutang Retribusi Daerah sesuai Undang-Undang No.28 tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.

b. Mengirim surat pemberitahuan kepada wajib retribusi untuk melunasi pembayaran atas izin yang diterbitkan.

c. Melakukan aging schedule umur piutang retribusi. d. M e m b e n t u k T i m /lo'/tocpenagihan piutang.

e. Pengembangan System Online berbasis paperless.

Progres nilai piutang retribusi 2013 per 31 desember 2014 sebagai b e r i k u t :

. z

URAIAN PIUTANG PER 31

DES 2013 PEMBAYARAN D I T A H U N SISA PIUTANG 1 Izin Gangguan (HO)/rru 359.885.544 232.952.064 126.933.480

2 Izin Mendirikan Bangunan 2.770.303.438 1.459.306.479 1.310.996.959

3 Izin Trayek 27.450.000 10.200.000 17.250.000 4 Izin Lainnya 332.372.144 4.063.250 328.308.894 JUMLAH PIUTANG 1 3.490.011.126 I 1.706.521.793 1.783.489.333 (data terlampir). 3. Piutang Lainnya 31 Desember 2014 31 Desember 2013 Rp. 625.006.748,00 Rp. 349.118.331,00

Piutang Lainnya per 31 Desember 2014 sebesar Rp. 625.006.748,00 merupakan piutang denda atas tunggakan retribusi perijinan

(37)

tertentu pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung, dengan perhitungan sebagai berikut:

Saldo Piutang Lainnya Per 31 Desember 2013 Rp. 349.118.331,00 Mutasi Penambahan Tahun 2014 Rp. 557.272.998,00

Pembayaran pada Tahun 2014 (Rp.280.829.402,00) Koreksi a.n Meigi telah dibayar tahun 2011 (Rp 555.179,00)

Saldo Piutang Lainnya Per 31 Desember 2014 Rp. 625.006.748,00

Saldo Piutang Lainnya Per 31 Desember 2014 Rp. 625.006.748,00 terdiri atas :

NO. JENIS RETRIBUSI JUMLAH

1 Denda 1MB Rp 512.901.730

2 DendaIPPT Rp 112.105.018

JUMLAH PIUTANG LAINNYA Rp 625.006.748

4. Persediaan

31 Desember 2014 31 Desember 2013 Rp. 1.215.497.250,00 Rp. 732.690.195,00

Persediaan per 31 Desember 2014, adalah persediaan untuk digunakan yang dikuasakan pada Pemegang Barang/Pengelola Persediaan yang terdiri atas :

a. Alat Tulis Kantor b. Cetakan

c. Alat-alat Kebersihan d. Alat Listrik dan Elektronik

Jumlah Persediaan (data terlampir)

Jumlah Aset Lancar Per Rp. 5.817.964.154,00 Rp. 141.591.150,00 Rp. 1.044.225.500,00 Rp. 3.712.050,00 Rp. 25.968.550.00 Rp. 1.215.497.250,00 31 Desember 2014 sebesar 2) Investasi J a n g k a Panjang 1) Investasi Non Permanen

31 Desember 2014 31 Desember 2013

Rp. 0,00 Rp. 0,00

Investasi Non Permanen per 31 Desember 2014 sebesar Rp. 0,00.

(38)

2) Investasi Permanen

31 Desember 2014 31 Desember 2013

Rp. 0,00 Rp. 0,00

Investasi Permanen per 31 Desember 2014 sebesar Rp. 0,00. 3) Aset T e t a p

31 Desember 2014 31 Desember 2013

Rp. 12.575.357.687,00 Rp. 12.760.489.799,00 a. Saldo aset per 31 Desember 2013 Rp. 12.760.489.799,00 b. Reklasifikasi aset tetap ke aset lainnya (Rp. 2.292.132.562,00)

(Aset Rusak Berat/Proses Penghapusan)

c. Mutasi aset 2014 Rp. 2.107.000.450.00 Jumlah aset tetap Rp. 12.575.357.687,00

Reklasifikasi aset tetap ke aset lainnya Rp. 2.292.132.562,00 merupakan Aset Rusak Berat yang disebabkan oleh musibah kebakaran di Kantor BPPT Kota Bandung pada tanggal 4 Oktober 2014 (data terlampir).

Mutasi aset 2014 sebesar Rp. 2.107.000.450,00 terdiri atas :

Peralatan dan Mesin Rp. 2.064.034.500,00 Gedung dan Bangunan Rp. 23.099.400,00 Aktiva Tetap Lainnya Rp. 19.866.550,00 Jumlah mutasi aset 2014 Rp. 2.107.000.450,00

Terdapat perbedaan antara nilai Mutasi Aset Tetap pada Neraca dengan Realisasi Belanja Modal pada Laporan Realisasi Anggaran (LRA), sebagai b e r i k u t :

Nilai Mutasi Aset Tetap pada Neraca Rp. 2.107.000.450,00 Nilai Belanja Modal pada LRA Rp. 1.664.360.450.00 Selisih Rp. 442.640.000,00

(39)

Selisih sebesar Rp. 442.640.000,00 merupakan Mutasi Aset Tetap atas Utang jangka pendek lainnya pada kegiatan T a h u n 2014 yang belum terbayarkan kepada pihak ketiga pada tahun berjalan (data terlampir). Sampai dengan 31 Desember 2014 Aset Tetap belum dilakukan penyusutan, Pemerintah Kota Bandung belum menetapkan kebijakan akuntansi mengenai penyusutan aset.

4) D a n a C a d a n g a n

31 Desember 2014 31 Desember 2013

Rp. 0,00 Rp. 0,00

Dana Cadangan per 31 Desember 2014 sebesar Rp. 0,00. 5) A s e t Lainnya

31 Desember 2014 31 Desember 2013

Rp. 2.292.270.562,00 Rp. 138.000,00 Aset Lainnya per 31 Desember 2014 sebesar Rp. 2.292.270.562,00 merupakan jumlah Aset Rusak Berat, dengan rincian sebagai b e r i k u t : a. Saldo Aset Lainnya per 31 Desember 2013 Rp. 138.000,00 b. Reklasifikasi Aset Tetap ke Aset Lainnya Rp. 2.292.132.562,00

Jumlah Aset Lainnya per 31 Desember 2014 Rp. 2.292.270.562,00

5.1.4 K E W A J I B A N

1) K e w a j i b a n J a n g k a Pendek

31 Desember 2014 31 Desember 2013

Rp. 1.460.692.325,00 Rp. 210.695.813,00

a. Kewajiban jangka pendek per 31 Des 2013 Rp. 210.695.813,00 b. Penyelesaian Pendapatan Diterima Dimuka (Rp. 115.421.938,00) c. Utang jangka pendek lainnya Rp. 1.365.418.450,00 Jumlah kewajiban jangka pendek per 31 Des 2014 Rp. 1.460.692.325,00 Kewajiban jangka pendek tahun 2014 sebesar Rp. 1.460.692.325,00 terdiri dari Rp. 95.273.875,00 merupakan utang jangka pendek lainnya atas kelebihan pembayaran retribusi perizinan tertentu, Rp. 1.365.418.450 merupakan utang kepada pihak ketiga pada tahun berjalan karena keterlambatan dokumen pengadaan barang dan jasa dari pihak ketiga, dan Pendapatan Diterima Dimuka sebesar

(40)

Rp. 115.421.938,00 diselesaikan dengan terbitnya Izin Mendirikan Bangunan Nomor 503.643.4/1270/BPPT tanggal 16 April 2014 atas nama Pudjianto Gondo Sasmito untuk PT. Planet Properindo Jaya dengan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) Nomor 1284/SKRD-IMB/BPPT/2014 sebesar Rp. 129.265.984,00, selisih S K R D dengan Pendapatan Dibayar Dimuka dibayarkan pada tanggal tersebut (data terlampir).

2) Kewajiban J a n g k a Panjang

31 Desember 2014 31 Desember 2013

Rp. 0,00 Rp. 0,00

Kewajiban Jangka Panjang per 31 Desember 2014 sebesar Rp. 0,00. 5.1.5 E K U I T A S D A N A

1) Ekuitas Dana Lancar

31 Desember 2014 31 Desember 2013

Rp. 4.357.271.829,00 Rp. 4.361.215.271,00

Ekuitas dana lancar per 31 Desember 2014 adalah selisih antara Aset Lancar dengan Kewajiban Lancar dengan perhitungan sebagai b e r i k u t : (1) Piutang

(2) Persediaan

(3) Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka pendek Ekuitas dana lancar

2) Ekuitas Dana Investasi

Rp 4.602.466.904,00 Rp 1.215.497.250,00 Rp.(r1.460.692.325,00J Rp. 4.357.271.829,00 31 Desember 2014 31 Desember 2013 Rp. 14.867.628.249,00 Rp. 12.760.627.799,00

Ekuitas dana Investasi per 31 Desember 2014 adalah selisih antara jumlah nilai investasi jangka panjang, aset tetap dan aset lainnya, dengan jumlah nilai kewajiban jangka panjang dengan rincian sebagai b e r i k u t :

(1) Investasi Jangka Panjang Rp. 0,00 (2) Aset Tetap Rp. 14.867.490.249,00

(3) Aset lainnya R & 138.000.00 Jumlah Ekuitas Dana Investasi Rp. 14.867.628.249,00

(41)

3) Ekuitas Dana C a d a n g a n

31 Desember 2014 31 Desember 2013

Rp. 0,00 Rp. 0,00

Ekuitas Dana Cadangan per 31 Desember 2014 sebesar 0,00.

J U M L A H Ekuitas Dana adalah Jumlah Ekuitas Dana Lancar ditambah dengan Jumlah Ekuitas Dana Investasi dengan rincian sebagai b e r i k u t :

(1) Ekuitas Dana Lancar Rp. 4.357.271.829,00 (2) Ekuitas Dana Investasi Rp. 14.867.628.249.00 Jumlah Ekuitas Dana Rp. 19.224.900.078,00

(42)

BAB VI

PENJELASAN ATAS INFORMASI-INFORMASI

NON KEUANGAN

BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU

KOTA BANDUNG

Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota Bandung merupakan lembaga teknis daerah yang memegang peranan dan fungsi strategis di bidang penyelenggaraan pelayanan perijinan terpadu Kota Bandung, yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12 T a h u n 2009 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kota Bandung.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kota Bandung, tugas pokok Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Bandung adalah melaksanakan koordinasi dan menyelenggarakan pelayanan administrasi di bidang perizinan secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplifikasi, keamanan dan kepastian.

Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud di atas Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Bandung mempunyai fungsi :

a. Pelaksanaan penyusunan program;

b. Penyelenggaraan pelayanan administrasi perizinan; c. Pelaksanaan koordinasi proses pelayanan perizinan; d. Pelaksanaan administrasi pelayanan perizinan;

e. Pemantauan dan evaluasi proses pemberian pelayanan perizinan; f. Pelaksanaan pelayanan teknis administratif badan; dan

g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai tugas pokok dan fungsinya.

Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Bandung dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12 T a h u n 2009 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12 Tahun 2007 tentang

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan teknik penelitian kualitatif tipe deskriptif, diantaranya melalui observasi partisipasi dan wawancara mendalam diharapkan kemudian penulis dapat

Hasil penelitian lain dari Goleman (2001) juga membuktikan pada staff organisasi Egon Zehnder International bahwa dengan kecerdasan emosi dapat meningkatkan

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik observasi dan teknik dokumentasi, yakni meneliti iklan televisi air mineral Aqua yang pernah ditayangkan di

Pelayanan jasa Bank kepada nasabah dalam bentuk komunikasi atau melakukan interaksi dengan Bank penyedia layanan internet banking secara terbatas dan tidak melakukan eksekusi

Dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning Peserta didik dapat Mendeskrifsikan dan menentukan jarak dalam ruang (antar titik, titik ke garis, atau

Penelitian bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak ada perbedaan hasil belajar antara mahasiswa yang belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Setelah memiliki integritas sebagai fondasi utama dalam mem- bangun komunikasi efektif, perlu memperhatikan Lima Hukum Komunikasi Yang Efektif yaitu REACH (Respectc, Emphaty,

Pada hari ini ALLAH telah menyerahkan Tuanku ke dalam tangan hamba, tetapi hamba tidak mau mencelakakan orang yang dilantik ALLAH. 24 Sebagaimana nyawa Tuanku berharga di mataku