• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penatalaksanaan Patient Safety Di Laboratorium Klinik Pramita Periode Maret - Desember 2010.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penatalaksanaan Patient Safety Di Laboratorium Klinik Pramita Periode Maret - Desember 2010."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

iv

Dita Ludiananda, 2010. Pembimbing : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes.

Laboratorium klinik adalah awal dalam upaya meminimalkan kesalahan medis dan meningkatkan keselamatan pasien. Pemeriksaan laboratorium digunakan secara ekstentif dalam pemeriksaan pasien, sehingga kesalahan laboratorium memiliki dampak yang luar biasa terhadap keselamatan pasien. WHO sebagai organisasi kesehatan internasional, memiliki inisiatif untuk menciptakan suatu upaya di banyak bidang, termasuk pemberian hasil laboratorium, dan bantuan dalam penafsiran data laboratorium.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penatalaksanaan, hambatan serta harapan yang berkaitan dengan penatalaksanaan Patient Safety Laboratorium Klinik Pramita.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan rancangan penelitian berupa grounded theory. Data primer dikumpulkan dengan wawancara mendalam dan observasi partisipan. Penarikan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan pendekatan homogenous sampling meliputi analis dan petugas laboratorium.

Hasil penelitian ini adalah pelaksanaan Patient Safety di Laboratorium Klinik Pramita sudah diterapkan dengan baik seperti pendataan pasien secara teliti, penggunaan jarum suntik sekali pakai, menjaga kebersihan dalam setiap pemeriksaan, dan pelayanan yang baik bagi pasien. Dengan demikian penatalaksanaan Patient Safety di Laboratorium Klinik Pramita sudah dilakukan secara optimal.

(2)

v PERIOD MARCH-DECEMBER 2010

Dita Ludiananda, 2010. Advisor: Dr. Felix Kasim, dr., M. Kes.

Clinical laboratory is the first in an efforts to minimize medical errors and improve patient safety. Ekstentif laboratory tests used in examination of patients, so that laboratory errors have a tremendous impact on patient safety. WHO as an international health organization, has the initiative to create an effort in many areas, including the provision of laboratory results, and aid in the interpretation of laboratory data.

The purpose of this study is to investigate the management, constraints and expectations relating to the management of Patient Safety Clinical Laboratory Pramita.

This research is a qualitative research design of grounded theory. Primary data was collected with in-depth interviews and participant observation. The sample using purposive sampling method with homogenous approach to sampling include analysts and laboratory personnel.

The results of this study is the implementation of Patient Safety in Clinical Laboratory Pramita been implemented well as patient data accurately, the use of disposable syringes, maintain cleanliness in every examination, and good service for patients. Thus the management of Patient Safety in Clinical Laboratory Pramita already done optimally.

(3)

viii

2.3Kesalahan Medis dalam Praktik Kedokteran ……… 13

2.4Nine Patient Safety Solution ………. 14

2.5Medication Error ……… 32

2.5.1 Penggolongan Medication Error ……… 32

(4)

ix

………..

3.1.3 Tempat dan Waktu Penelitian ……….. 35

3.1.3.1 Tempat Penelitian ... 35

3.1.3.2 Waktu Penelitian ... 35

3.2Metode Penelitian ………. 36

3.2.1 Desain Penelitian ……….. 36

3.2.2 Variabel Penelitian ……… 36

3.2.2.1 Definisi Operasional Variabel ……….. 36

3.2.3 Sampel Penelitian ………. 38

3.2.4 Prosedur Kerja ……….. 38

3.2.5 Metode Analisis……… 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 40

(5)
(6)
(7)

xii

Gambar 4.2 Vacutainer ... 50

Gambar 4.3 Ruang pendaftaran pasien ... 51

Gambar 4.4 Ruang pengambilan sampel ... 53

Gambar 4.5 Pengambilan sampel pada pasien ... 53

Gambar 4.6 Ruang pemeriksaan ulang sampel ... 54

Gambar 4.7 Vacutainer ... 55

Gambar 4.8 Tempat sampah jarum suntik dan sampah laboratorium ... 56

(8)

xiii

Lampiran 3 Prosedur Tetap Informed Consent ... 73

Lampiran 4 Format Informed Consent ... 74

Lampiran 5 Surat Izin ... 75

(9)

Lampiran 1

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

Penatalaksanaan Patient Safety di Laboratorium Klinik Pramita periode

Maret-Desember 2010

Responden Analis dan Perawat

Tujuan Wawancara :

Saya ingin mengetahui bagaimana penatalaksanaan Patient Safety di

Laboratorium Klinik Pramita periode Maret-Desember 2010 mulai dari

pelaksanaannya, hambatan yang dihadapi, usaha – usaha yang dilakukan untuk

mengatasi hambatan hingga harapan kedepannya. Saya harap Bapak / Ibu

bersedia untuk meluangkan waktu menerangkan mengenai program ini. Atas

kesediaan Bapak / Ibu saya ucapkan terima kasih.

Wawancara diawali dengan :

1. Dapatkan Anda menerangakan mengenai nama dan umur?

2. Bisakah Anda menceritakan sekilas mengenai pekerjaan Anda?

3. Sejak kapan Anda bekerja di Laboratorium Klinik Pramita?

Pertanyaan Mengenai Nama Obat yang Terdengar dan Berbentuk Mirip  Bagaimanakah penatalaksanaan perolehan dan pemberian obat disini?  Apakah ada hambatan yang dialami dalam penatalaksanaannya?  Sebutkan harapan-harapan Anda terhadap penatalaksanaannya? Pertanyaan Mengenai Identifikasi Pasien

(10)

Pertanyaan Mengenai Komunikasi Selama Proses Serah Terima Pasien

(hand-over)

 Bagaimanakah penatalaksanaan serah terima pasien disini?  Apakah ada hambatan yang dialami dalam penatalaksanaannya?  Sebutkan harapan-harapan Anda terhadap penatalaksanaannya? Pertanyaan Mengenai Prosedur Benar pada Sisi Tubuh yang Benar  Bagaimanakah penatalaksanaan pengecekan identitas pasien disini?  Bagaimanakah penatalaksanaan informed consent?

 Bagaimanakah penatalaksanaan penandaan daerah pengambilan sampel?  Apakah ada hambatan yang dialami dalam penatalaksanaannya?

 Sebutkan harapan-harapan Anda terhadap penatalaksanaannya? Pertanyaan Mengenai Memastikan Keakuratan Pengobatan  Bagaimanakah penatalaksanaan pengobatan pasien?

 Apakah ada hambatan yang dialami dalam penatalaksanaannya?  Sebutkan harapan-harapan Anda terhadap penatalaksanaannya? Pertanyaan Mengenai Penggunaan Jarum Suntik Sekali Pakai  Bagaimanakah penatalaksanaan pengunaan jarum suntik disini?  Bagaimanakah penatalaksanaan pembuangan jarum suntik disini?  Apakah ada hambatan yang dialami dalam penatalaksanaannya?  Sebutkan harapan-harapan Anda terhadap penatalaksanaannya?

Pertanyaan Mengenai Penjagaan Kebersihan Tangan Untuk Mencegah

Terjadinya Infeksi Nosokomial

 Bagaimanakah penatalaksanaan mencuci tangan disini?

(11)

Lampiran 2 ingin melakukan wawancara mengenai keselamatan pasien di laboratorium Pramita,

R 1 : Oh, boleh! saya harus mulai dari mana ?

P : Ibu sebagai petugas pengambilan sampel disini, ibu bisa jelaskan tata cara pengambilan dan pengumpulan sampel disini, setelah pasien di panggil untuk ambil sampel.

R 1 : Setelah pasien di panggil, pasien masuk ke ruangan pengambilan sampel, disini kita serah terima dan pengecekan data pasien, memastikan data pasien dan jenis pemeriksaan antar bagian. Kalau sudah cocok baru kita lakukan pengambilan sampel. Sebelumnya pasien diberi tahu prosedur pemeriksaannya. Untuk pengambilan sampel urin kita suruh pasien yang melakukan sendiri, tapi kita jelaskan dahulu cara-cara pengumpulan urinnya, kadang suka ada pasien yang jumlah urinnya kurang. Pengambilan darah juga sama, kita jelaskan terlebih dahulu prosedur pemeriksaannya, lalu kita tandai tempat yang akan diambil darah nya, dan menunjukan jarum suntik yang kita gunakan masih baru dan steril, pastikan tabung sampel darah sesuai dengan anti koagulannya. Setelah itu baru kita lakukan pengambilan darah. Lalu tempel label pada sampel pasien tersebut.

P : Tempat sampel dan jarum suntik yang digunakan steril atau tidak ?

(12)

R 1 : Ya, steril.. Baik itu tempat sampel maupun jarum suntik yang digunakan disini hanya sekali pakai untuk setiap pasien. Kita selalu lihatkan pada pasien semua tabung sampel atau jarum yang digunakan masih baru dan steril.

Selain sesuai dengan prosedur pemeriksaan, pada saat pengambilan sampel pun harus benar, misalnya kita ambil darah. Kita pastikan apakah tempat pengambilan darah sudah benar atau tidak pada bagian tubuh pasien, posisi lengannya benar atau tidak. Pokoknya pada semua jenis pemeriksaan harus sesuai prosedur yang ditetapkan (baik secara umum maupun sesuai ketentuan laboratorium Pramita), baik itu pengambilan sampel seperti darah, urin, sputum, dll.

P : Apakah reagen yang digunakan tidak akan tertukar, kadang kan bentuk dan warnanya sama, misalnya anti koagulan yang digunakan.?

R 1 : Tidak akan tertukar karena ada nama anti koagulasenya di luar tabung, dan warna tutupnya juga dibedakan. Kalau soal nama anti yang mirip sih jarang ya. Soalnya kita sudah hafal dengan melihat warna dari tutupnya juga.

P : Kalau dalam hal kebersihan tangan bagaimana ? Apakah selalu cuci tangan.?

Setiap pengambilan sampel , petugas selalu menggunakan handschoon, tapi sebelum nya petugas harus cuci tangan terlebih dahulu. Biasanya handscoon disini tidak sekali pakai tapi biasanya setelah 2 atau 3 kali pakai baru diganti, karena di masing-masing ruangan tersedia cairan antiseptik untuk membersihkan handschoon, jadi tetap steril. Pokoknya semuanya harus bersih.

Untuk jarum suntik atau alat-alat lain seperti tempat sampel atau handschoon yg sudah tidak terpakai langsung di buang kedalam tempat sampah yg sudah disediakan di setiap ruangan pengambilan sampel. Dan sampah-sampah tersebut biasanya di bawa ke belakang lalu di bakar.setelah itu tidak tahu lagi. Walaupun seharusnya kita tahu kalau limbah dari laboratorium diolah seperti apa.

P : Kalau disini sarana cuci tangan nya baik,? Apakah setiap petugas melakukan cuci tangan sesuai prosedur.? Sebelum dan sesudah pemeriksaan.?

(13)

Kalau cuci tangan, ya cuci tangan aja, harus bersih. Dan sebelum pengambilan sampel ataupun sesudah pengambilan sampel petugas sudah pasti cuci tangan.

P : Bagaimana kita memastikan untuk sampel darah atau urin supaya tidak tertukar antara pasien yang satu sama dan yang lain.?

R 1 : Sudah ada tulisan di masing-masing tabung nya, jadi kita tidak akan salah atau ketuker. Pada masing-masing sampel pasien diberi label supaya tidak tertukar. Label yang di temple pada sampel berisi data sampai jenis pemeriksaan pasien. Soalnya pendataan disini menggunakan komputer yang tersambung dari depan sampai akhir pengambilan hasil.

P : Apakah para petugas disini selalu cuci tangan sebelum dan sesudah pengambilan sampel.?

R 1 : Ya,.tapi kita tidak tahu dia mencuci tangan nya seperti apa yang jelas tersedia bak cuci tangan, sabun, dan harus pakai antiseptik setelah memakai handscoon sekalipun. Pokoknya sebelum dan sesudah pengambilan sampel petugas diharus kan untuk mencuci tangan. Makanya ruang pengambilan sampel deket sama bak cuci tangan..

Setelah selesei mengambil sampel, sampel dikumpulkan ditempat yang sudah disediakan, untuk nanti diambil oleh petugas laboratorium. Kemudian sampel diliat lagi apakah layak atau tidak, cukup atau tidak. Kalau masih kurang jumlahnya harus dilakukan pengambilan ulang sampel.

Setelah semuanya selesai, data dan sampelnya, baru kita serah terima ke bagian laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan..!!

P : Terima kasih atas penjelasan dan waktu yang sudah di luangkan.

(14)

Responden 2 Analis

R 2 : Setelah tadi sampel dikumpulkan ditempat yang telah disediakan, petugas laboratorium seperti saya, membawa sampel ke laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan.

P : Ibu bisa menjelaskan apa saja yg dilakukan di laboratorium, mengenai jenis pemeriksaan, reagen yang dipakai,dll.?

R 2 : Setelah sampel sampai di laboratorium, petugas melakukan pengecekan ulang data, jenis pemeriksaan dan sampel pasien pada saat serah terima antar petugas. Setelah semua cocok, baru kita lakukan pemeriksaan sesuai yang diminta.

Cara pemeriksaan pasien dilakukan sesuai prosedur pemeriksaan, jika ada penggunaan reagen kita lakukan dengan teliti sehingga mengurangi kesalahan, terutama pada reagen yang warna dan namanya mirip kita harus teliti. Makanya reagen sudah ada tempatnya masing-masing sesuai labelnya, supaya petugas mudah mengambilnya dan tidak tertukar,

Kebersihan di dalam laboratorium sangat di perhatikan. Petugas harus menggunakan jas laboratorium dan handschoon, sebelum memakai handschoon tangan harus dalam keadaan bersih minimal petugas harus cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pemeriksaan sampel, reagen tidak boleh berceceran, harus sesuai label dan tempatnya.

Setelah hasilnya keluar, kita lakukan pengecekan ulang, cocok atau tidak antara data dan jenis pemeriksaan pasien. Baru setelah itu hasil kita serah kan ke bagian pengelolaan hasil untuk diberikan kepada pasien.

P : sampah-sampah seperti tempat sampel atau tempat reagen yang sudah habis di buang kemana,?

R 2 : Ya ke tempat sampah yang sudah disediakan, nanti ada pegawai yang ngambil, biasanya dikumpulkan di tempat pembuangan lalu dibakar,

Ya kalau di laboratorium cuma gitu aja lah, pokoknya harus sesuai antara sampel pasien dengan jenis pemeriksaan, dan seminimal mungkin tidak melakukan kesalahan dan selalu jaga kebersihan selama di laboratorium..

(15)
(16)

Responden 3 Perawat

P : Siang pak! Maaf mengganggu, bisa minta waktu nya untuk melakukan wawancara mengenai keselamatan pasien di bagian rontgen..

R 3 : silahkan, mau tanya tentang apa.?

P : bisa bapak jelaskan tentang prosedur pemeriksaan disini,

R 3 : OK.!! Pertama kan kita ambil blanko pasien/ formulir pemeriksaan pasien, di cocok kan kembali antara data dan jenis pemeriksaan nya, setelah serah terima selesai baru pasien di panggil untuk melakukan foto rontgen sesuai posisi bagian yang akan di foto.

Bila hasil foto yang dilakukan kurang bagus, harus diulang guna mendapatkan hasil yang baik, biasanya pasien suka berubah posisi atau bergerak pada saat di foto,

Kemudian hasilnya di skrining

Baru hasil diberikan kepada dokter untuk dibaca, dan dokter radiologi memberi keterangan untuk hasil foto pasien.

Kemudian divalidasi oleh petugas, yaitu menentukan kecocokan data pasien dan jenis pemeriksaan, pada hasil masing-masing pasien sudah ada labelnya jadi tidak akan tertukar. Setiap setelah pemeriksaan selalu dilakukan pengecekan ulang. Bahkan sampai ke tangan pasien hasil masih di cek lagi oleh petugas.

P : Adakah ketentuan khusus untuk pasien yang akan melakukan foto.?

R 3 : ketentuan khusus sih ngga ada ya,,,

(17)

R 3 : ya gitu aja,,biasa nya kalo laki-laki tidak menggunakan baju saat foto thorax misalnya, tapi kalo yang wanita di suruh ganti baju yang sudah kita sediakan.

P : adakah hal untuk menjaga keamanan atau keselamatan buat pasien.?

R 3 : paling kita meminimalisir radiasi (itu sudah pasti), pokok nya kita lakukan sesuai prosedur dan undang-undang yang sudah ada ketentuan nya.

P : keamanan atau keselamatan buat pegawainya sendiri gimana.?

R 3 : disini setiap bulannya dilakukan monitoring personal oleh petugas khusus, untuk memeriksa apakah dosis masih sesuai atau tidak,. Biasanya untuk petugas yang melebihi dosis radiasi maka petugas tersebut akan di istirahat kan dalam waktu yang ditentukan.

Radiasi diruangan pun harus dalam kadar aman atau kolimasi dikecilkan yaitu kondisi yang bisa diterima tapi pemeriksaan maksimal.

Ruangan pun selalu di cek, takutnya ada kebocoran radiasi, oleh karena itu disini tiap tahunnya suka dilakukan pemeriksaan,.dari segi ruangan foto rontgen pun disesuai kan dengan ketentuan, baik yang sudah ada ataupun ketentuan dari laboratorium pramitanya itu sendiri.

Disini ada yang namanya PPR (Petugas Proteksi Radiasi) yang tugasnya membatasi batas-batas radiasi baik ke pasien maupun ke petugas. Dan keamanan selalu dijaga disini,

Kalau dosis radiasi kita mengikuti umumnya

Untuk jenis pemeriksaan disini ada foto polos (bisa dilakukan kapan aja) dan foto kontras ( perlu penjadwalan pasien terlebih dahulu). Jika ada pemotretan yang mengambil resiko petugas laboratorium akan memberikan informed consert sebelum dilakukan pemeriksaan. Dan menjelaskan pemeriksaan beserta informed consert.

P : Suka ada komplen dari pasien.?

(18)

Responden 4

P : Siang bu!

R 4 : Ya.. saya sudah tau, kamu pasti mau minta dijelasin mengenai pendataan pasien disini kan.?

P : Iya bu,

R 4 : Saya mulai dari pasien datang kesini sampai administrasi selesai ya..

P : Iya bu..

R 4 : Pasien datang, mengambil nomor antrian, kita panggil pasien sesuai nomor antrian..

Input nama, tanggal lahir ( untuk me recall data), bila pasien pertama kali datang ke pramita kita input baru, dengan meminta KTP pasien,

Untuk pasien atas rujukan dia sudah membawa blanko dari dokter yang bersangkutan, bila pasien datang dengan kemauan dia sendiri, maka kita kasih blanko. Lalu di tawarkan pemeriksaan yang ada.

Untuk pendataan pasien kita langsung masukin data ke komputer, disini pasien tidak mengisi data sendiri.

Lalu kita tanya lagi pemeriksaan apa yang dimau, di tandai pada blanko..jika sudah OK dan setuju kemudian pasien tinggal tanda tangan dan tulis nama jelas.

P : Kalau pasien rujukan dari dokter berupa resep atau surat pengantar.?

R 4 : Biasanya berupa surat pengantar dokter atau blanko pramita

P : Pasien tetap di minta datanya atau ngga.?

R 4 : Tidak usah, karena kita sudah tau dari surat pengantar dokter, kalo sudah OK prosedurnya kita input dan lakukan pembayaran. Kita harus jelas ketika menjelaskan pada pasien mulai dari data, jenis pemeriksaan, dan prosedur pemeriksaan nya.

(19)

R 4 : Ada, informed consert diberikan pada pemeriksaan tertentu, dan itu tercantum dalam blanko. Sebisa mungkin kita harus bisa menjelaskan dengan jelas pada pasien.

P : data pasien harus lengkap.?

R 4 : Ya, makanya kita meminta kartu identitas pasien jadi data yang ada pun lengkap., mulai dari nama, nomor telepon dan agama..

Soalnya ada hasil yang dikirim ke rumah jadi harus lengkap datanya terutama alamat pasien biar pengiriman tidak salah.

Pokoknya kita input ulang,. Siapa nama dokternya, pemeriksaan apa yang dilakukan, permintaan sendiri atau rujukan.. kalo udah fix baru kita tanya hasilnya mau di ambil atau dikirim ke rumah,.

Biasanya untuk hasil pemeriksaan, kalo pemeriksaan rutin dalam waktu 4 jam bisa selesai (kalo pasien dateng d bawah jam 12.00). Tapi tergantung pemeriksaan juga,

Setelah itu lanjut ke pembayaran..

P : apakah blanko tetep dibawa sama pasien nya.?

R 4 : Tidak, pasien hanya membawa formulir pembayaran yang kita beri.

Setelah pembayaran pasien kan dapet kartu kontrol dan print nota pembayaran, yang sudah di salin oleh petugas.

Jadi nanti kalau pasien dipanggil untuk pengambilan sampel petugas pengambilan sampel dan petugas laboratorium sudah tahu pemeriksaan apa yang harus di lakukan dan sampel apa yang harus di ambil dan berapa banyak, dan data tersebut online sampai bagian belakang (hasil akhir).

Untuk kartu kontrol yang dikasih ke pasien, terus di bawa oleh pasien, dalam satu kartu kontrol semua jenis pemeriksaan tercantum, jadi pasien hanya mendapat satu kartu kontrol untuk semua pemeriksaan yang dilakukan.

(20)
(21)
(22)
(23)
(24)

Lampiran 6

Gambar 4.1 Laboratorium Klinik Pramita di Jl. LL. RE. Martadinata No. 135,

(25)

Lampiran 7

Gambar 4.2 Ini adalah vacutainer yang digunakan untuk pengambilan sampel

darah pasien, warna tutup yang berbeda pada tabung untuk membedakan isi

antikoagulan di dalam tabung

Lampiran 8

Gambar 4.3 Pasien melakukan administrasi pendaftaran terlebih dahulu pada saat

(26)

Lampiran 9

Gambar 4.4 Peralatan yang digunakan pada saat pengambilan sampel pasien

Lampiran 10

(27)

Lampiran 11

Gambar 4.6 Alat-alat yang digunakan untuk memastikan keakuratan dan

kelayakan sampel sebelum dilakukan pemeriksaan di laboratorium

Lampiran 12

Gambar 4.7 Vacutainer yaitu jarum suntik yang digunakan untuk mengambil

(28)

Lampiran 13

Gambar 4.8 Tempat sampah khusus untuk jarum suntik (kiri) dan tempat sampah

(29)

Lampiran 14

Gambar 4.9 antiseptik yang digunakan untuk pembersih pada saat menggunakan

(30)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dita Ludiananda

NRP : 0510049

Tempat, tanggal lahir : Bandung, 3 September 1986

Alamat : Jl. Bukit Permata Blok B4-1 Padalarang

Riwayat Pendidikan :

- TK Bandung Raya , Bandung, tahun lulus 1992

- SD Sukamaju 1, Bandung, tahun lulus 1998

- SLTPN 2, Cimahi, tahun lulus 2001

- SMAN 1, Cimahi, tahun lulus 2004

(31)

1 1.1 Latar Belakang

Pada era globalisasi ini masyarakat cenderung menuntut pelayanan kesehatan

yang bermutu. Pengukur mutu sebuah pelayanan dapat dilihat secara subjektif dan

objektif. Secara subjektif, ukuran keberhasilan pelayanan kesehatan dinilai

melalui perasaaan puas dari pasien maupun keluarganya atas pelayanan kesehatan

yang telah diberikan. Secara objektif, ukuran keberhasilan dinilai melalui proses

perbaikan klinik penyakit dan tidak terjadi kesalahan dalam proses asuhan medik.

Baik secara subjektif maupun objektif dimensi mutu pelayanan kesehatan diukur

berdasarkan keselamatan pasien (safety), efisiensi (efficiency), efektifitas

(effectivity), ketepatan waktu (timeliness), keberorientasian pada pasien (patient

centeredness), dan keadilan (equity). (Cahyono, 2008)

Keselamatan pasien merupakan langkah kritis pertama untuk memperbaiki

kualitas pelayanan kesehatan. Hal ini tercermin dari laporan Institute Of Medicine

(IOM) pada tahun 1999 yang melaporkan tentang hasil penelitiannya yang

kesalahan penanganan medis (medical error) maupun bukan karena kesalahan

penanganan medis (non error). (Guwandi, 2005)

Laporan IOM yang dijelaskan tersebut mencerminkan sampai saat ini

keselamatan pasien dalam pelayanan kesehatan masih kurang diterapkan,

sehingga banyak timbul Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) pada praktik

kedokteran sehari-hari, yang akhirnya menciptakan pelayanan kesehatan yang

(32)

(Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit) oleh PERSI (Perhimpunan Rumah

Sakit Indonesia). (DepKes, 2006)

Indonesia sendiri, penerapan program keselamatan pasiennya masih relatif

baru. Uji coba program keselamatan yang melibatkan perwakilan hampir seluruh

rumah sakit di Indonesia telah dilakukan pada tahun 2006, hingga Menteri

Kesehatan Siti Fadilah pada tanggal 21 Agustus 2005 dalam Seminar Nasional

VIII PERSI, mencanangkan Gerakan Nasional Keselamatan Pasien yang wajib

diterapkan oleh tiap rumah sakit, sehingga diharapkan dapat memperbaiki

pelayanan kepada pasien. (Pusat Data & Informasi PERSI, 2006)

Adapun pengertian keselamatan pasien di rumah sakit adalah kondisi seorang

pasien tercegah dari terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat

melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya

diambil, dan bukan akibat penyakit yang diderita pasien. (KKP-RS, 2006)

Berawal dari sebuah niat yang kuat untuk menghadirkan sebuah layanan

Laboratorium Klinik yang lengkap, simpel, cepat dengan mutu hasil yang baik

dan harga terjangkau, maka dibukalah Laboratorium Klinik Pramita yang

merupakan Laboratorium yang menyediakan pelayanan kesehatan untuk wilayah

Bandung. Dengan visi menjadi Laboratorium Klinik terbaik dalam kualitas

diagnosis dan pelayanan, dan misi membangun usaha pelayanan Laboratorium

Klinik terlengkap dan berkualitas yang didukung oleh sumber daya manusia

bermutu dan teknologi tinggi. Hal ini tentunya juga berlaku pada keselamatan

pasien di laboratorium Pramita yang mana tak luput dari risiko untuk terjadinya

kesalahan dalam keselamatan pasien. Dari sebuah niat yang kuat untuk

menghadirkan sebuah layanan laboratorium klinik yang lengkap, cepat dengan

mutu hasil yang baik dan harga terjangkau, dibukalah Laboratorium Klinik

Pramita di Surabaya pada bulan Oktober 1987.

Berbekal dari pengalaman mendirikan Laboratorium di Surabaya,

dikembangkanlah Laboratorium Klinik Pramita di berbagai kota besar lainnya

seperti Jember, Bandung, Yogyakarta, Cirebon, Jakarta dan Medan, hingga tahun

(33)

Sejak tahun 2004, Laboratorium Klinik Pramita telah mengadopsi sistem

menejemen mutu ISO 9001:2000. Penerapan sistem prosedur baku (SOP)

berpedoman pada standar ISO tersebut memberikan jaminan bahwa setiap

pekerjaan dilaksanakan secara baku dengan mutu yang terukur dan terkendali.

Disamping itu juga menjamin kemampuan telusur setiap detail pekerjaan yang

telah dilakukan.

Sesuai dengan Visi dan Misi Perusahaan, serta konsep layanan pemeriksaan

lengkap dalam satu atap, Laboratorium Klinik Pramita senantiasa berupaya

meningkatkan kemampuannya baik dari segi jenis maupun mutu pelayanan.

Atas dasar pentingnya Patient Safety inilah, maka peneliti ingin mengetahui

bagaimana konsep Patient Safety diterapkan di Laboratorium Klinik Pramita.

1.2 Identifikasi Masalah

Bagaimanakah penerapan keselamatan pasien di Laboratorium Klinik Pramita

dalam hal :

Menjaga kebersihan tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan untuk

mencegah infeksi nosokomial

Identifikasi data dan jenis pemeriksaan pasien

Penggunaan nama obat yang terdengar mirip dan berbentuk mirip

Penggunaan jarum suntik dan tabung reaksi sekali pakai serta

penanganan selanjutnya apabila alat sudah tidak terpakai

1.3 Maksud dan Tujuan

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk membangun budaya keselamatan

pasien pada praktik pemeriksaan sehari-hari di Laboratorium Pramita yang

(34)

1.3.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

Menerapkan keselamatan pasien dalam praktik pemeriksaan sehari -

hari dalam higiene tangan

Menerapkan keselamatan pasien dalam praktik pemeriksaan sehari -

hari dalam identifikasi pasien.

Menerapkan keselamatan pasien dalam praktik pemeriksaan sehari -

hari dalam menggunakan nama obat yang terdengar mirip (sound

alike) dan berbentuk mirip (look a like).

Menerapkan keselamatan pasien dalam praktik pemeriksaan sehari -

hari dalam penggunaan jarum suntik, tabung reaksi, dan reagen sekali

pakai.

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Manfaat Karya Tulis Ilmiah bagi peneliti dan institusi, yaitu:

Manfaat akademik bagi peneliti, sebagai tambahan ilmu mengenai

keselamatan pasien.

Manfaat praktik bagi institusi kesehatan, memberikan masukan

kepada pihak laboratorium untuk meningkatkan pelayanan kesehatan

yang lebih baik, dengan cara membiasakan agar para praktisi

kesehatan memberikan pelayanan kesehatan yang aman.

1.5 Kerangka Pemikiran

Patient Safety merupakan suatu sistem pelayanan yang memberikan asuhan

pasien agar menjadi lebih aman.

Pada tahun 2001 The NPSA (National Patient Safety Agency) menerbitkan

tujuh langkah menuju keselamatan pasien. Tujuh langkah menuju keselamatan

pasien dapat membantu penerapan program keselamatan pasien di tingkat institusi

layanan kesehatan (misalnya rumah sakit). Dalam pengimplementasian Patient

(35)

Panduan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien bagi staf rumah sakit yang

menjadi kaidah ataupun pedoman dalam mengimplementasikan Patient Safety.

Sistem Patient Safety, diupayakan untuk mengutamakan keselamatan pasien.

1.6 Metodologi Penelitian

a. Jenis penelitian : kualitatif

b. Rancangan Penelitian : grounded theory

c. Teknik Pengumpulan Data : wawancara dan observasi partisipasi

d. Instrumen pokok Penelitian : pedoman wawancara mendalam, tape

recorder dan kamera.

e. Populasi : perawat, dan petugas Laboratorium Pramita

f. Teknik Penarikan Sampel : Purposive sampling dengan pendekatan

homogenous sampling.

g. Jumlah Sampel : petugas laboratorium : 1 orang

Perawat : 3 orang +

Jumlah : 4 orang

h. Teknik Analisis Data : Content analisis dengan pendekatan kuotasi

dan metafora

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pramita dimulai pada bulan Maret

(36)

58 Berdasarkan observasi dapat disimpulkan:

1. Penatalaksanaan Patient Safety di Laboratorium Klinik Pramita sudah cukup

dilakukan secara optimal, hal ini dapat diketahui dari baiknya pelaksanaan

Patient Safety yang dilakukan.

2. Hambatan yang dirasakan dalam penatalaksanaan Patient Safety ini adalah

identitas yang dicantumkan dalam pengantar dokter tidak sesuai dengan

identitas pasien.

3. Harapan agar dalam penatalaksanaannya dapat lebih baik adalah diadakannya

sosialisasi mengenai pentingnya Patient Safety serta adanya pelatihan guna

peningkatan kualitas sumber daya manusia ditambah dengan adanya

penambahan sarana dan prasarana yang kesemuanya itu mendukung dalam

penatalaksanaan Patient Safety, sehingga kualitas mutu pelayanan meningkat.

5.2 Saran

Dari penelitian yang dilakukan dapat diberikan beberapa saran:

1. Tetap menjaga pelayanan ramah, menyampaikan informasi pemeriksaan yang

akan dilakukan, dan mengupayakan pelayanan yang mengutamakan

keselamatan pasien (Patient Safety).

2. Kepala cabang senantiasa mendukung terciptanya Patient Safety dengan

memastikan staf mengerti dan menjalankan pelayanan sesuai dengan prosedur

tetap yang ada.

3. Standar Operasional Prosedur (SOP) harus selalu ada sebagai dasar acuan

kegiatan.

(37)

59

cxlinical significance. Qual saf health care 2(11) : 340-4

_______. 2006. Panduan nasional keselamatan pasien rumah sakit (patient safety). Jakarta.: DepKes RI Jakarta

J Guwandi.2005.Hospital law (emerging doctrines & jurisprudence).Jakarta : Balai Penerbit FKUI.p.87

J.B. Suharjo B. Cahyono. 2008. Membangun budaya keselamatan pasien dalam praktik kedokteran sehari-hari.Bandung : Kanisius. p.49, 50-2, 63, 280, 283-7, 380-7

Felix Kasim. 2009. Informed Consent. Dalam July Ivone, Bastion, Felix Kasim : Kapita selekta family doctors and community health care. Bandung : Maranatha University Press. p.314, 316, 318-21

Kohn L., et al. 2003. Errors in health care: A leading cause of death and injury. Dalam Institute of Medicine : To Err is Human. National Academy Press. p.26-48

Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit. 2007. Workshop keselamatan pasien dan manajemen risiko klinis.

www.inapatsafety-persi.or.id/?show=detailnews&tbl=agenda&kode=2. 31 Maret 2009

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus besar bahasa indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. p.120

Pusat Data & Informasi PERSI.2006.Gerakan keselamatan pasien rumah sakit (I). www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=10&tbl=tanyars, 31 Maret 2009

Sugiyono.2008.Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan r&d.Bandung:Alfabeta.p.218-9, 225, 227, 233-9, 245-53

WHO Collaborating Center for Patient Safety. 2007. Patient Safety Solution. 1(1) : 165

World Health Organization. 2000. Nine Patient Safety Solution.

(38)

60 _______. 2000. Nine Patient Safety Solution.

http://www.who.int/patientsafety/solution/patientsafety/PS solution 4.pdf

_______. 2000. Nine Patient Safety Solution.

http://www.who.int/patientsafety/solution/patientsafety/PS solution 5.pdf

_______. 2000. Nine Patient Safety Solution.

http://www.who.int/patientsafety/solution/patientsafety/PS solution 6.pdf

_______. 2000. Nine Patient Safety Solution.

http://www.who.int/patientsafety/solution/patientsafety/PS solution 7.pdf

_______. 2010. Help Prevent Errors in Your Care.

Gambar

Gambar 4.1  Laboratorium Klinik Pramita di Jl. LL. RE. Martadinata No. 135,
Gambar 4.2  Ini adalah vacutainer yang digunakan untuk pengambilan sampel
Gambar 4.5 Pengambilan sampel pada bagian tubuh pasien dilakukan sesuai prosedur
Gambar 4.7 Vacutainer yaitu jarum suntik yang digunakan untuk mengambil
+3

Referensi

Dokumen terkait

IMPLEMENTASI MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN ( PATIENT SAFETY ) DALAM USAHA PENCEGAHAN MEDICATION ERROR.. DI

Pelaksanaan Pembelajaran Praktek Laboratorium Asuhan Kebidanan Klinik II Di Prodi DIII Kebidanan Akes Rustida Banyuwangi.. Pembimbing

Pengaturan tentang peran perawat dalam pelaksanaan Patient Safety dan perlindungan hak pasien yang didasarkan pada Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun

Ada perbedaan signifikan motivasi bidan dalam pelaksanaan program patient safety antara kelompok bidan yang dilatih patient safety dengan kelompok bidan yang tidak dilatih

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan pengetahuan dan sikap perawat dengan pelaksanaan keselamatan pasien ( patient safety ) di ruang rawat inap RSUD Liun

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kualitas pelayanan laboratorium dengan tingkat kepuasan pasien Prolanis di Laboratorium Klinik Simpang Lima

keselamatan pasien yang termasuk patient safety attitudes rendah atau faktor yang menghambat patient safety attitudes yaitu pada iklim kerja tim peningkatan

Rekomendasi pelaksanaan program patient safety dengan pendekatan FMEA terhadap sasaran keselamatan pasien di RSUD Sidoarjo adalah (1) Perlu dikembangkan kebijakan untuk