Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT
Brand loyalty is one indicator of the success of the company through customers who have been loyal to the product or brand to promote the new consumer. Elements that influence the brand loyalty that is: brand community integration consisting of product, brand community, and the company. This study aims to examine the influence of brand community integration of brand loyalty: satisfaction as mediating variables. This research was conducted in Bandung using the 250 respondents who can be studied. The characteristics used were based on membership, ownership of the card member, the length of a member, member loyalty, product purchase Viking, and Viking product use on the Viking community. Methods of data analysis used method of path analysis by SPSS version of the tool 11:50. The research instrument was adopted from Mc. Alexander et el (2002) Based on the results of research, community and Viking brand community to yield significant results in brand loyalty, brand community and the Viking community to yield significant results in satisfaction, brand and Viking community communtiy to yield significant results in brand loyalty through satisfaction. . The biggest influence is the influence of brand community has the greatest influence on brand loyalty.
Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
Brand loyalty merupakan salah satu indicator kesuksesan perusahaan melalui konsumen yang telah setia pada produk atau merek untuk meningkatkan konsumen yang baru. Elemen yang mempengaruhi brand loyalty yaitu: brand community integration yang terdiri dari product, brand community, dan company. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh brand community integration pada brand loyalty: satisfaction sebagai variabel mediasi. Penelitian ini dilakukan di Bandung dengan menggunakan 250 responden yang dapat diteliti. Karakteristik yang digunakan adalah berdasarkan keanggotaan, kepemilikan kartu member, lamanya menjadi anggota, kesetiaan anggota, pembelian produk Viking, dan penggunaan produk Viking pada komunitas Viking. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis jalur dengan alat bantu SPSS versi 11.50. Instrumen penelitian diadopsi dari Mc. Alexander et el (2002) Berdasarkan hasil penelitian, brand community dan Viking community memberikan hasil yang signifikan pada brand loyalty; brand community dan Viking community memberikan hasil yang signifikan pada satisfaction; brand communtiy dan Viking community memberikan hasil yang signifikan pada brand loyalty melalui satisfaction.. Pengaruh terbesar adalah pengaruh brand community memiliki pengaruh paling besar pada brand loyalty.
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii
SURAT PERNYATAAN MENGADAKAN PENELITIAN TIDAK MENGGUNAKAN PERUSAHAAN ...iv
KATA PENGATAR ... i
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
ABSTRAKSI ... xiii
ABSTRACT ... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 13
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 14
1.4 Kegunaan Penelitian... 15
Universitas Kristen Maranatha
2.2 Brand Equity (Ekuitas Merek) ... 18
2.3 Brand Relationship (Hubungan Merek) ... 21
2.4 Brand Loyalty (Loyalitas Merek) ... 22
2.5 Brand Community (Komunitas Merek) ... 25
2.6 Satisfaction (Kepuasaan) ... 27
2.7 Pengaruh Langsung Brand Community Integration pada Brand Loyalty ... 28
2.8 Pengaruh Langsung Brand Community Integration pada Satisfaction ... 28
2.9 Pengaruh tidak langsung Brand Community Integration pada Brand Loyalty: yang dimediasi Satisfaction ... 30
2.10 Rerangka Pemikiran ... 31
2.11 Model Penelitian ... 31
2.12 Hipotesis Penelitian ... 32
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 35
3.2 Populasi dan Sampel ... 36
3.3 Metode Pengambilan Sampel ... 36
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 37
3.5 Uji Validitas ... 39
3.5.1 Metode Confirmatory Factor Analysis ... 40
3.5.2 Hasil Uji Validitas ... 41
Universitas Kristen Maranatha
3.6.1 Hasil Uji Reliabilitas ... 46
3.7 Uji Asumsi Klasik ... 47
3.7.1 Uji Outlier ... 47
3.7.2 Uji Normalitas ... 50
3.7.3 Uji Heteroskedisitas ... 52
3.7.4 Uji Multikolinearitas ... 55
3.8 Definisi Operasional Variabel ... 57
3.8.1 Operasional Variabel ... 58
3.10 Metode Analisis Data ... 66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Respon Kuesioner ... 68
4.2. Karakteristik Responden ... 69
4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Keanggotaan pada Komunitas Viking ... 69
4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Kepemilika Kartu Member Komunitas Viking ... 70
4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya Menjadi Anggota Komunitas Viking ... 71
4.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Kesetiaan Anggota
Terhadap Komunitas Viking 73
4.2.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pembelian Produk
Viking 74
Universitas Kristen Maranatha
Produk Viking ... 75
4.3 Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ... 75
4.3.1 Hasil Pengujian Hipotesis Pertama (H1) ... 77
4.3.2 Hasil Pengujian Hipotesis Kedua (H2) ... 81
4.3.3 Hasil Pengujian Hipotesis Ketiga (H3) ... 85
4.4 Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ... 86
4.4.1 Hasil Pengujian Hipotesis Keempat (H4) ... 88
4.4.2 Hasil Pengujian Hipotesis Kelima (H5) ... 93
4.4.3 Hasil Pengujian Hipotesis Keenam (H6) ... 97
4.4.4 Hasil Pengujian Hipotesis Ketujuh (H7) ... 98
4.4.5 Hasil Pengujian Hipotesis Kedelapan (H8) ... 99
4.5Pembahasan Hasil Penelitian ... 101
4.6Perbandingan dengan Penelitian Terdahulu ... 110
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 114
5.2 Implikasi Manajerial ... 116
5.3 Keterbatasan Penelitian ... 116
5.4 Saran ... 117
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR TABEL
Tabel 1 KMO and Barlett’s Test Komunitas Viking ... 41
Tabel 2 Rotated Component Matrix Komunitas Viking ... 42
Tabel 3 Ringkasan Hasil Pengujian Komunitas Viking ... 44
Tabel 4 Hasil Pengujian Reliabilitas Komunitas Viking ... 46
Tabel 5 Uji Hasil Outlier ... 49
Tabel 6 Uji Hasil Outlier ... 50
Tabel 7 Hasil Uji Normalitas (One- Sample Kolmogorov- Smirnov Test) ... 51
Tabel 8 Hasil Uji Normalitas (One-Sample Kolmogorov- Smirnov Test) ... 52
Tabel 9 Coefficients – Uji Heteroskedisitas ... 54
Tabel 10 Coefficiens – Uji Heteroskedasitas ... 54
Tabel 11 Cofficients – Uji Multikolinearitas ... 56
Tabel 12 Cofficients – Uji Multikolineartias ... 57
Tabel 13 Operasionalisasi Variabel ... 60
Tabel 14 Karakteristik Responden Berdasarkan Keanggotaan pada Komunitas Viking ... 69
Tabel 15 Karakteristik Responden Berdasarkan Kepemilikan Kartu Member ... 70
Tabel 16 Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya Menjadi Anggota Komunitas Viking ... 71
Universitas Kristen Maranatha
Tabel 18 Karakteristik Responden Berdasarkan Pembelian Produk Viking .... 74
Tabel 19 Karakteristik Berdasarkan Penggunaan Produk Viking ... 75
Tabel 20 Hasil Uji Anova Hipotesis Pertama (H1) ... 77
Tabel 21 Hasil Uji Model Summary Hipotesis Pertama (H1) ... 79
Tabel 22 Hasil Uji Analisis jalur Hipotesis Pertama (H1) ... 79
Tabel 23 Hasil Uji Anova Hipotesis Kedua (H2) ... 81
Tabel 24 Hasil Uji Model Summary Hipotesis Kedua (H2) ... 83
Tabel 25 Hasil Uji Analisis Jalur Hipotesis Kedua (H2) ... 84
Tabel 26 Hasil Uji Anova Hipotesis Keempat (H4) ... 89
Tabel 27 Hasil Uji Model Summary Hipotesis Keempat (H4) ... 91
Tabel 28 Hasil Uji Analisis Jalur Hipotesis Keempat (H4) ... 92
Tabel 29 Hasil Uji Anova Hipotesis Kelima (H5) ... 94
Tabel 30 Hasil Uji Model Summary Hipotesis Kelima (H5) ... 95
Tabel 31 Hasil Uji Analisis Jalur Hipotesis Kelima (H5) ... 96
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Pemikiran ... 31
Gambar 2 Model Penelitian ... 32
Gambar 3 Model Penelitian ... 33
Gambar 4 Pengujian Hipotesis ... 76
Gambar 5 Hasil Penelitian ... 86
Gambar 6 Pengujian Hipotesis ... 87
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Kuesioner Penelitian
Lampiran B Hasil Uji Validitas dan Realibilitas
Lampiran C Hasil Uji Asumsi Klasik
Lampiran D Karakteristik Responden
Lampiran E Analisis Jalur
1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penulisan
Merek merupakan atribut produk yang harus diperhitungkan oleh setiap
perusahaan karena pemilihan merek yang tepat dan dipilih secara hati-hati
merupakan aset bisnis yang berharga bagi kelangsungan hidup perusahaan. Hal
ini didukung oleh Kertajaya (2004) yang menjelaskan bahwa merek dapat
menjadi komponen keunggulan bersaing yang sangat kuat dan sulit ditiru oleh
pesaing. Dengan demikian, sebagai pemasar perlu memperhatikan merek
sebagai alat bersaing dan merebut hati konsumen.
Kotler & Keller (2007:82) menjelaskan merek sebagai suatu nama, istilah,
tanda, simbol, desain, atau kombinasi semuanya yang mana digunakan untuk
mengidentifikasi barang atau jasa seorang atau sekelompok penjual dan
membedakan barang dan jasa pesaing. Merek adalah penggunaan nama, tanda,
desain (atau kombinasi akan ketiga hal tersebut) untuk membedakan suatu
barang atau jasa yang dibuat oleh satu atau sekelompok produsen dengan
barang dan jasa yang dihasilkan oleh produsen lain (Aaker, 1997:231). Merek
adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,
susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya
pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa (Alma,
Bab I Pendahuluan 2
Universitas Kristen Maranatha Stanton (1994:269) menjelaskan merek adalah nama, istilah, simbol
desain khusus atau beberapa kombinasi unsur-unsur yang dirancang untuk
mengidentifikasikan barang atau jasa yang ditawarkan penjual. Kotler
(2003:82) mengatakan bahwa merek merupakan janji penjual untuk secara
konsisten memberikan tampilan, manfaat, dan jasa tertentu pada pembeli.
Merek-merek terbaik memberikan jaminan mutu. Dengan demikian, merek
tidak hanya sebuah simbol tetapi mengandung makna mendalam.
Sebagai sebuah simbol, persaingan antar merek yang beroperasi di pasar
semakin meningkat tetapi hanya produk yang memiliki kekuatan brand equity
yang kuat tetap mampu bersaing, merebut dan menguasai pasar (Durianto,
Darmadi, Sugiarto, Sitinjak Tony, 2004, hal. 3). Aaker (1996); Kapferer
(2004); Keller (2003) dalam Esch & Langner et al (2006) menjelaskan bahwa
merek yang kuat dapat mengakibatkan arus pendapatan lebih tinggi dalam
jangka panjang dan jangka pendek. Jika perusahaan memiliki ekuitas merek
maka perusahaan mendapatkan keuntungan antara lain (Pitta & Katsanis, 1995
dalam Rajh, 2005): meningkatkan peluang serta seleksi merek, menciptakan
nilai kepada konsumen dan memberikan nilai kepada perusahaan,
mempengaruhi rasa percaya diri konsumen dalam mengambil keputusan
pembelian, berdampak pada loyalitas konsumen terhadap merek tertentu, serta
secara tidak langsung berdampak untuk masa depan perusahaan tersebut.
Dengan kata lain, ekuitas merek adalah sebuah investasi masa depan
perusahaan terhadap sebuah merek yang mana terjadi karena pelanggan
Bab I Pendahuluan 3
Universitas Kristen Maranatha perusahaan lain yang serupa. Dengan melihat manfaat perusahaan memiliki
brand equity maka sebagai pemasar perusahaan perlu memahami brand equity.
Aaker (1997) menjelaskan ekuitas merek sebagai seperangkat aset dan
liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbol
perusahaan yang mana dapat menambah atau mengurangi nilai yang diberikan
oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan atau para pelanggan
perusahaan. Kotler (2005:86) mendefinisikan ekuitas merek sebagai efek
diferensial positif yang ditimbulkan oleh pengetahuan nama merek terhadap
tanggapan pelanggan atas produk atau jasa tersebut.
Beberapa elemen-elemen membangun brand equity terdiri dari: brand
awareness, brand image, brand responses dan brand relationship (Keller,
2008). Penelitian ini lebih menekankan pada brand relationship yang mana
konsumen mempunyai hubungan dengan brand seperti hubungan pribadi ke
pribadi atau seperti hubungan teman karib yang terbentuk dengan orang lain
(Fournier & Yao, 1998 dan Muniz & O’Guinn, 2001 dalam Esch & Langner et
al., 2006 yang dikutip oleh Cahyadi, 2007). Dengan demikian, Brand
relationship memberikan dampak jangka panjang bagi kelangsungan hidup
perusahaan.
Fournier & Yao (1998) dan Muniz & O’Guinn (2001) dalam Esch &
Langner et al (2006) yang dikutip oleh Cahyadi (2007) menjelaskan brand
relationship adalah hasil imajinasi atau keikutsertaan nyata konsumen di dalam
merek tertentu. Aaker (1997) dalam Kotler & Keller (2006:262) menjelaskan
Bab I Pendahuluan 4
Universitas Kristen Maranatha item yang baru, untuk menumbuhkan hubungan kesetiaan antara pelanggan
dengan merek yang dipakainya. Dengan demikian, brand relationship
berhubungan dengan loyalitas merek sehingga ekuitas merek juga berkaitan
dengan loyalitas merek. Hal ini didukung oleh Aaker (1997) yang menjelaskan
bahwa ekuitas merek mempunyai hubungan positif dengan loyalitas merek.
Dengan kata lain, ekuitas merek meningkatkan peluang adanya seleksi merek
sehingga menciptakan loyalitas konsumen terhadap merek tertentu.
Loyalitas pelanggan merupakan tujuan inti yang diupayakan pemasar.
Jika loyalitas terjadi sesuai dengan yang diharapkan, maka perusahaan dapat
dipastikan perusahaan akan meraih keuntungan. Loyalitas merek
mencerminkan loyalitas pelanggan pada merek tertentu (Dharmmesta, 1999).
Pertanyaan mendasar tentang loyalitas merek adalah merek cukup kuat untuk
membuat pelanggan kembali membeli (Hislop, 2001). Namun demikian
banyak diantara peneliti Dick & Basu, (1994); Jacoby & Olson, (1970) dalam
Dharmmesta, (1999) berpendapat bahwa jika pengertian loyalitas pelanggan
menekankan pada runtutan pembelian, proporsi pembelian atau dapat juga
probabilitas pembelian, hal ini lebih bersifat operasional, bukan teoritis.
Sedangkan Jacoby & Kryner (1973) dalam Dharmmesta (1999)
mendefinisikan enam kondisi yang secara kolektif mengenai loyalitas merek
yaitu respon keperilakuan yaitu pembelian, bersifat bias (nonrandom),
terungkap secara terus-menerus, unit pengambilan keputusan, memperhatikan
satu atau beberapa merek alternatif dari sejumlah merek sejenis, dan fungsi
Bab I Pendahuluan 5
Universitas Kristen Maranatha pemasar perlu memahami arti loyalitas konsumen pada merek (brand loyalty)
yang ditawarkan perusahaan berdasarkan keprilakuan konsumen.
Menurut Lovelock (2007), loyalitas sebagai kemauan pelanggan untuk
terus mendukung sebuah perusahaan dalam jangka panjang, membeli dan
menggunakan produk dan jasa perusahaan atas dasar rasa suka yang ekslusif
dan secara sukarela merekomendasikan produk perusahaan pada para
kerabatnya. Sedangkan loyalitas merek adalah suatu bentuk sikap dan perilaku
konsumen terhadap suatu merek atau bisa juga didefinisikan sebagai bentuk
sikap dan perilaku konsumen yang memiliki preferensi terhadap suatu merek
walaupun tersedia alternatif merek dan menyangkut seluruh perasaan
konsumen mengenai produk dan merek serta kecenderungan membeli kembali
produk dan merek tersebut (Schiffman & Kanuk, 2004). Mowen dan Minor
(2002) menjelaskan loyalitas merek merupakan sejauh mana seorang
pelanggan menunjukan sikap positif terhadap suatu merek, mempunyai
komitmen pada merek tertentu, dan berniat untuk terus membelinya di masa
depan.
Reichfield (2001) dalam Gommans et al., (2001) menjelaskan manfaat
yang diperoleh oleh suatu merek jika memiliki loyalitas merek adalah dapat
mempertahankan harga secara optimal, memiliki posisi tawar menawar yang
kuat dalam saluran distribusi, mengurangi biaya penjualan. Sedangkan
menurut Giddens (2002) juga menambahkan dengan adanya loyalitas merek
maka dapat meningkatkan volume penjualan, kehilangan konsumen dapat
Bab I Pendahuluan 6
Universitas Kristen Maranatha
(http://pksm.mercubuana.ac.id/new/elearning/files.../43032-1-558160032402.doc)
Griffin (2003:223) juga mengemukakan manfaat yang diperoleh
perusahaan apabila memiliki pelanggan yang loyal antara lain mengurangi
biaya pemasaran (karena biaya untuk menarik pelangan baru lebih mahal),
word of mouth yang lebih positif dengan asumsi bahwa pelanggan yang loyal
juga berarti mereka yang merasa puas, mengurangi biaya kegagalan (seperti
biaya pergantian, dll). Dengan demikian, apabila perusahaan memiliki
loyalitas merek maka membantu perusahaan untuk mengurangi biaya
penjualan, mengurangi biaya transaksi serta pemasaran, kemudian mengurangi
biaya kegagalan, serta secara tidak langsung mengetahui bahwa konsumen
merasa puas akan produk yang ditawarkan oleh perusahaan.
Dengan memahami manfaat loyalitas merek bagi perusahaan, maka
pemasar perlu mengetahui berbagai faktor yang mempengaruhi terbentuknya
loyalitas merek. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh
McAlexander & Kim (2003) dalam Mc.Alexander et al (2002) menjelaskan
bahwa brand community integration dan satisfaction merupakan faktor-faktor
yang mempengaruhi loyalitas merek. Brand community integration berasal
dari kelompok sosial atau social groups (McAlexander, Schouten & Koenig,
2002). Kelompok sosial merupakan lingkungan sosial di sekitar konsumen
(Gounaris & Stathokopoulus, 2004). Kertajaya (2004) mengidentikkan
kelompok sosial ini dengan komunitas yang mana merupakan sekelompok
Bab I Pendahuluan 7
Universitas Kristen Maranatha itu, komunitas merupakan terjadinya relasi pribadi yang erat antar para
anggota komunitas tersebut. Relasi pribadi ini terjadi karena adanya
kesamaan kepentingan dari sebuah values atau nilai yang dianut. Selain itu,
relasi ini terjadi karena proses pembentukan bersifat horisontal yang mana
dilakukan oleh individu-individu berkedudukan setara.
Menurut Gounaris & Stathokopoulus (2004), kelompok sosial atau
komunitas ini berpengaruh secara langsung terhadap sikap dan perilaku
seseorang. Dengan kata lain, suatu kelompok akan menjadi referensi utama
seseorang dalam membeli suatu produk. Selain itu, pengaruh kelompok
referesi yang kuat dengan mudah dapat mengubah perilaku anggota atau calon
anggotanya.
Oliver (1999) menngatakan bahwa tumbuhnya berbagai komunitas
pelanggan belakangan ini sedikit-banyak berpengaruh terhadap strategi
pengembangan sebuah merek. (
http://www.int-res.com/articles/ame/18/a018p275.pdf), komunitas terbukti punya pengaruh
yang sangat besar bagi preferensi merek yang digunakan oleh anggota
komunitas. Sebuah komunitas yang beranggotakan para pengguna suatu
produk/merek tertentu, atau merupakan sekumpulan orang dengan hobi yang
sama. Hasil survey di tampilkan pada majalah SWA edisi No.24/XXIII/8-21
November 2007 menyatakan keyakinan akan komunitas adalah merupakan
pasar potensial masa depan, potensi dan manfaat komunitas belum
dimanfaatkan secara maksimal sebagai sarana pemasaran, belum banyak
Bab I Pendahuluan 8
Universitas Kristen Maranatha yang kian marak ini. Saat komunitas berkumpul, sesungguhnya mereka
sedang berinteraksi intens dengan sebuah merek. Merek-merek itu bahkan
berfungsi menjadi pengikat yang menyatukan anggota komunitas. Oleh
karena itu tujuan survey yang dilakukan oleh SWA adalah untuk melihat
sejauh mana komunitas konsumen dapat menjulangkan merek dan nama baik
perusahaan, juga bisa menjadi indikator positif arus kas perusahaan. Setelah
dilakukan survey yang dilakukan majalah SWA terhadap 17 komunitas di
Indonesia dengan jumlah responden 1.173 orang, menghasilkan gambaran
bahwa keberadaan komunitas konsumen selama ini kebanyakan masih
berproses sederhana, tidak banyak produsen yang memperhatikan secara
penuh dan mengemasnya dengan baik, walaupun semuanya tampak turut
berkontribusi, tapi umumnya hal itu terjadi secara alamiah, dengan sedikit
polesan.
Pada paragraf diatas disebutkan bahwa saat komunitas berkumpul,
sesungguhnya mereka sedang berinteraksi intens dengan sebuah merek. Hal
ini didukung oleh Giddens (2002) yang mengatakan bahwa konsumen yang
loyal terhadap suatu merek memiliki ciri salah satunya adalah merek
(konsumen) dan mereka menjadi semacam juru bicara dari merek tersebut dan
mereka selalu mengembangkan hubungan dengan merek tersebut sehingga
mereka disebut sebagai komunitas merek.
Sedangkan pemahaman integration atau integrasi adalah pegabungan
dari beberapa kelompok yang terpisah menjadi satu kesatuan yang
Bab I Pendahuluan 9
Universitas Kristen Maranatha integritas adalah suatu keadaan di mana kelompok-kelompok etnik
beradaptasi dan bersikap komformitas terhadap kebudayaan mayoritas
masyarakat, namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka
masing-masing. Sedangkan menurut Gostik & Telford (2000), integrasi
berasal dari bahasa inggris "integration" yang berarti kesempurnaan atau
keseluruhan dan integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di
antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat
sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki keserasian
fungsi. Dengan adanya penyesuaian di antara unsur-unsur yang berbeda tetapi
memiliki keserasian fungsi yang sama maka berkaitan dengan namanya
brand community dimana brand community itu terjadi akibat berkumpulnya
orang-orang dengan kesukaan yang sama walaupun mereka mempunyai
karakter yang berbeda tetapi mereka mempunyai tujuan yang sama.
(http://organisasi.org/arti-pengertian-dari-integritas-loyalitas-dan
tanggung-jawab).
Muniz & O’Guinn (2001) menjelaskan komunitas merek adalah
sesuatu yang spesial, hubungan yang tak terbatas wilayahnya, berdasarkan
kepada seperangkat struktur hubungan sosial diantara pecinta merek. Muniz
& O’Guinn (2001) menyatakan bahwa komunitas merek adalah bentuk
legitimasi dari komunitas, namun hanya pada aliran (stripe) tertentu dan pada
waktu tertentu. Komunitas merek mencerminkan bentuk kumpulan manusia
dalam konteks konsumsi, dalam hal ini komunitas merek hanya terbentuk
Bab I Pendahuluan 10
Universitas Kristen Maranatha merek secara eksplisit merupakan kumpulan sosial komersial yang tergabung
seputar satu merek dan tidak berhubungan dengan pihak komersial (pemasar
atau perusahaan). Komunitas merek dapat terbentuk pada merek apapun
namun cenderung terbentuk pada merek dengan citra yang kuat, kaya akan
sejarah, merek yang berkompetisi ketat, dan dikonsumsi dihadapan publik.
Mereka mengobservasi bahwa ikatan sosial yang dibangun melalui
penggunaan suatu merek mungkin berimplikasi pada loyalitas dan brand
equity.
Sedangkan brand community integration adalah kumulatif dari
hubungan konsumen dengan produk, merek, konsumen lainnya, dan
perusahaan (McAlexander et al., 2002). Konsep brand community integration
dapat memberikan pemasar wawasan segar dalam membangun loyalitas
karena adanya komunitas sosial tersebut dapat menjadi perlindungan dari
serangan persaingan. (Jeep; Manchitosh; Saab; 2000).
Manfaat brand community integration adalah berpengaruh terhadap
strategi pengembangan sebuah merek, sebagai alat untuk memahami
konsumen, mendapatkan banyak masukan berharga untuk perbaikan kualitas
maupun produk layanan dan lebih mudah mengembangkan program-program
loyalitas, yang akhirnya diharapkan mampu meningkatkan penjualan. Bahkan,
seperti yang terjadi di negara maju, ide-ide inovasi produk atau jasa sering
bersumber dari anggota-anggota komunitas. Dengan melihat manfaat dari
Bab I Pendahuluan 11
Universitas Kristen Maranatha mempelajari tentang, mengorganisasikan, dan memfasilitasi brand community
(McAlexander, Shcouten, & Koenig, 2002).
Selain itu, loyalitas merek dipengaruhi oleh kepuasaan (Satisfaction).
Sudah menjadi pendapat umum jika konsumen merasa puas dengan suatu
produk atau merek maka konsumen cenderung terus membeli dan
menggunakan serta memberitahukan kepada orang lain, kelompok atau
komunitas tentang pengalaman yang menyenangkan dengan produk atau
tersebut (Paul, 1999). Dengan demikian, pemasar perlu memahami arti dari
kepuasan konsumen.
Satisfaction adalah tingkat perasaan seseorang atau masyarakat setelah
membandingkan hasil yang dirasakan dengan harapannya. Apabila hasil yang
dirasakannya sama atau melebihi harapannya, akan timbul perasaan puas,
sebaliknya akan timbul perasaan kecewa atau ketidakpuasan apabila hasil
yang dirasakannya tidak sesuai dengan harapannya (Oliver, 1980). Kepuasan
adalah perasaan senang atau kecewa seseorang sebagai hasil dari
perbandingan antara prestasi atau produk yang dirasakan dan yang
diharapkan (Tjiptono, 2004).
Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang atau masyarakat setelah
membandingkan hasil yang dirasakan dengan harapannya. Apabila hasil yang
dirasakannya sama atau melebihi harapannya, akan timbul perasaan puas,
sebaliknya akan timbul perasaan kecewa atau ketidakpuasan apabila hasil
Bab I Pendahuluan 12
Universitas Kristen Maranatha Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh McAlexander et al.,
(2002) bahwa secara tidak langsung brand community integration
berpengaruh pada loyalitas konsumen melalui kepuasan. Penelitian lainnya
dilakukan oleh Oliver (1999), Gabrino & Johnson (1999) dalam
McAlexander et al., (2002) mengatakan bahwa pengalaman konsumen
berdampak dari kepuasan konsumen dan brand community terlahir dari
kepuasan konsumen akan sebuah produk atau merek.
Untuk mendukung beberapa penelitian sebelumnya maka peneliti
bertujuan untuk menguji model yang sama mengenai loyalitas yang
dipengaruhi oleh brand community integration & satisfaction. Dalam
penelitian ini sampel yang digunakan adalah yaitu Komunitas Pecinta Sepak
Bola Bandung yaitu komunitas Viking. Berdasarkan blog milik Muhammad
reza bahwa komunitas Viking-persib salah satu komunitas yang terbesar dan
tersolid di jagad pendukung olahraga sepakbola di Indonesia. Kegemaran akan
sepakbola para anggotanya diwujudkan secara positif melalui dukungan penuh
terhadap kesebelasan sepakbola regional Jawa Barat (Persib). Komunitas
Viking merupakan sesuatu yang dapat diancungi jempol karena mereka
membuka badan usaha seperti memproduksi kaos, aksesori, minuman,
kaset-kaset, hingga majalah komunitas Viking persib dan toko-toko buku terkemuka.
Sebagian dari pendapatan usaha-usaha disisihkan untuk membiayai kegiatan
komunitas tersebut
Bab I Pendahuluan 13
Universitas Kristen Maranatha Berdasarkan blog imronrisidin mengatakan bahwa Viking
menggambarkan warna lain loyalitas sekaligus mewakili nilai, etika dalam
tata kelola komunitas (community governance). Viking sebagai kelompok
masyarakat yang mendukung penuh kepada PERSIB
(http://www.scribd.com/doc/30875576/Viking).
Berdasarkan analisis tersebut maka, peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai “Pengaruh Brand Community
Integration pada Brand Loyalty: Satisfaction sebagai Variabel Mediasi”
(Studi Kasus: Komunitas Viking Persib).
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut maka dapat diidentifikasikan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh langsung brand community integration dan
satisfaction pada brand loyalty ?
2. Apakah terdapat pengaruh langsung brand community integration pada
satisfaction ?
3. Apakah terdapat pengaruh tidak langsung brand community integration pada
brand loyalty: satisfaction sebagai variabel mediasi?
4. Apakah terdapat pengaruh langsung product, brand community, Viking
Bab I Pendahuluan 14
Universitas Kristen Maranatha 5. Apakah terdapat pengaruh langsung product, brand community dan Viking
community pada satisfaction?
6. Apakah terdapat pengaruh tidak langsung product pada brand loyalty : satisfaction sebagai variabel mediasi?
7. Apakah terdapat pengaruh tidak langsung brand community pada brand loyatly:
satisfaction sebagai variabel mediasi ?
8. Apakah terdapat pengaruh tidak langsung Viking community pada brand loyalty:
satisfaction sebagai variabel mediasi ?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Penilitian ini bermaksud untuk mengkonfirmasi teori dan hasil temuan penelitian
mengenai brand community integration, satisfaction dan brand loyalty , selain itu
tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah:
1. Untuk menguji pengaruh langsung brand community integration dan satisfaction
pada brand loyalty.
2. Untuk menguji pengaruh langsung brand community integration pada
satisfaction.
3. Untuk menguji pengaruh tidak langsung brand community integration pada
brand loyalty: satisfaction sebagai variabel mediasi.
4. Untuk menguji pengaruh langsung product, brand community, dan Viking
community pada brand loyalty.
5. Untuk menguji pengaruh langsung product, brand community dan Viking
Bab I Pendahuluan 15
Universitas Kristen Maranatha 6. Untuk menguji pengaruh tidak langsung product pada brand loyalty :
satisfaction sebagai variabel mediasi.
7. Untuk menguji pengaruh tidak langsung brand community pada brand loyalty:
satisfaction sebagai variabel mediasi.
8. Untuk menguji pengaruh tidak langsung Viking community pada brand loyalty:
satisfaction sebagai variabel mediasi.
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi:
1. Akademisi, Peneltian ini memberikan sumbangan bagi perkembangan keilmuan,
terutama ilmu manajemen pemasaran dalam pengujian model secara empirical
mengenai variabel brand community integration, brand loyalty dan satisfaction.
Brand community integration terdiri dari product, Viking community dan brand
community.
2. Bagi perusahaan, peneltian ini dapat memberikan masukan dan pemikiran yang
bermanfaat. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan untuk
penelitian selanjutnya. Bagi pengelolaan strategi merek khususnya yang
berhubungan dengan komunitas. Dalam hal ini, perusahaan perlu memperhatikan
114 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini membahas mengenai simpulan dari hasil penelitian, implikasi managerial,
keterbatasan penelitian dan saran untuk penelitian selanjutnya.
5.1 Simpulan
Penelitian ini menekankan pada pengujian pegaruh langsung brand
community integration pada brand loyalty yang dimediasi oleh brand
loyalty. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel pada member
anggota komunitas pecinta sepak bola Bandung yaitu Viking.
Penilitian ini menggunakan metode penyebaran kuesioner kepada
member anggota komunitas Viking. Responden yang layak untuk
dianalisis yaitu sebanyak 250 responden. Penelitian ini dilakukan di
Bandung dengan sampel penelitian adalah para anggota member Viking
yang memiliki kartu member Viking. Instrumen penelitian diadopsi dari
Mc. Alexander et al (2002) mengenai product, brand community, Viking
community, satisfaction dan brand loyalty.
Metode analisis data yang digunakan adalah untuk menguji data dan
instrument penelitian dengan melakukan pengujian awal yaitu uji
Bab V Simpulan dan Saran 115
Universitas Kristen Maranatha uji multikolinearitas dan uji heteroskedasitas. Metode analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis jalur.
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa brand
community integration memberikan hasil yang signifikan pada brand
loyalty secara langsung. Brand community integration memberikan hasil
yang signifikan pada satisfaction secara langsung. Brand community
integration memberikan hasil yang signifikan pada brand loyalty yang
mediasi melalui satisfaction. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
pengaruh langsung brand community integration pada brand loyalty
memberikan pengaruh yang paling besar yaitu sebesar 0.213
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa brand
community dan Viking community memberikan hasil yang signifikan pada
brand loyalty secara langsung. Brand community dan Viking community
memberikan hasil yang signifikan pada satisfaction secara langsung.
Brand community dan Viking community memberikan hasil yang
signifikan pada brand loyalty yang mediasi melalui satisfaction.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pengaruh langsung brand
community pada brand loyalty memberikan pengaruh yang paling besar
yaitu sebesar 0.235
Jadi dapat disimpulkan bahwa sebuah perusahaan atau Komunitas
Viking perlu lebih memperhatikan satisfaction yang mereka rasakan di
dalam suatu komunitas, sehingga membuat brand loyalty pada komunitas
Bab V Simpulan dan Saran 116
Universitas Kristen Maranatha 5.2 Implikasi Manajerial
Penelitian ini dapat memberikan impilikasi kepada perusahaan yang ingin
mendirikan komunitas harus memperhatikan dan meningkatkan
kepuasaan akan anggota dari setiap komunitasnya. Dengan peningkatan
yang dilakukan dapat memberikan efek yang besar bagi perusahaan
tersebut yaitu kesetiaan komunitas yang telah yang dipilih dan dari
anggota komunitas tersebut dapat memberikan ide-ide ataupun inovasi
yang menyebabkan perusahaan dapat berkembang dalam hal
meningkatkan brand atau merek dan anggota komunitas yang loyal secara
tidak langsung dapat meningkatkan anggota yang baru atau pelanggan
baru dengan melakukan promosi terhadap komunitas yang dibentuk oleh
perusahaan.
5.3 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memecah variabel yang diteliti, penelitian sebelumnya
brand community integration dijadikan satu untuk masalah product,
brand community dan Viking community. Peneliti memecah menjadi
satu hal yang diteliti dan product yang diteliti tidak spesifik sehingga
menyebabkan variabel product tidak berpengaruh langsung secara
signifikan pada satisfaction dan brand loyalty taupun pengaruh tidak
Bab V Simpulan dan Saran 117
Universitas Kristen Maranatha Ketidaktahuan peneliti tentang anggota komunitas dan tentang
pengalaman anggota terhadap komunitas tersebut.
Tidak melakukan wawancara atau survey kualitatif dan hanya
melakukan survei kuantitatif jadi berbeda dengan peneliti yang
terdahulu.
Data yang diolah pada saat uji asumsi klasik, data ini terkena
heteroskedasitisitas.
5.4 Saran
Sebaiknya melakukan penelitian secara kualitatif.
Sebaiknya mencari tahu jika ingin melakukan peneliti bagi supporter
sepak bola kapan ada pertandingan untuk klub sepak bola mereka.
Sebaiknya mencari tahu secara detail produk apa saja yang
benar-benar sering dipakai oleh anggota komunitas Viking. Sehingga
kemungkinan produk yang memang dijual oleh komunitas tersebut
tetapi jarang diminati oleh anggota member komunitas tersebut
sehingga dapat mendukung penelitian Mc.Alexander et el (2003)
Penelitian selanjutnya diharapkan sebaiknya pada saat menyebarkan
kuesioner tidak dititipkan di toko-toko diharapkan peneliti dapat
berada di saat pengisiian kuesioner terjadi sehingga pada saat ada
Bab V Simpulan dan Saran 118
Universitas Kristen Maranatha ditanyakan, peneliti dapat segera menjelaskan sehingga pengisiian
akan kuesioner menjadi benar dan tidak ada intrumen pertanyaan
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA
Aaker, D.A., (1997). Manajemen Ekuitas Merek, memanfaatkan nilai dari suatu merek. Jakarta: Mitra Utama
Alma, Buchari (2007). “Manajemen Pemasarana dan Pemasaran Jasa”, Alfabeta: Bandung.
Cahyadi, Hadi. (2007). Analisis Pengaruh Brand Relationship Pada Perilaku Pembelian Produk High-Involvement & Low-Involment. Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Maranatha (tidak dipublikasikan).
Chaudhuri,Arjun & Holbrook, B. Morris. (2001), “The Chain Of Effect From Brand trust and Brand Affect To Brand performance : The Role Of Brand Loyalty”, Journal Of Marketing, 65 (April): 81-93.
Chaudhuri,Arjun & Holbrook, B. Morris (2002), “Product-class effects on brand commitment
and brand outcomes: The role of brand`trust and brand affect”, Journal
Of Marketing, 10 (Sep): 33.
Dharmmesta, B.S., dan Irawan (1997), “Manajemen Pemasaran Moderen.” Edisi kedua, Liberrty,
Yogyakarta.
Dharmmesta, B.S. (1999). Loyalitas Pelanggan: sebuah kajian Konseptual Sebagai Panduan Bagi Peneliti. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 14, No. 3, h. 73-88.
Durianto, Darmadi, Sugiarto, dan Sijintak, Tony. (2004). Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Rist Ekuitas dan Perilaku Merek. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Esch, F.R., Langner, T., Schmitt, B.H., Geus, P., (2006). “Are brand forever? How brand
knowledge and brand relationship affect current and future purchases,“ Journal of
Products & Brand Management, 15 (Februari): 98-105
Ghozali, Imam. (2005). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro.
Gounaris, S. & Stathakopoulus, V. (2004). Antecedent and consequences of brand loyalty: an empirical study. Journal of brand management.(On-line), vol 11, Iss 4, pg. 284, 24pgs.
G. M. M. Gommans, F. M. van der Zant, T. G. van der Schors, A. van Dongen, G. J. J. Teule, W. W. J. Clarijs, B. L. A. M. Langenhorst and J. W. D. de Waard.
Griffin, Jill, 2002 Customer Loyalty, Alih Bahasa oleh Dwi Kartini, 2003, Loyalitas Pelanggan, Jakarta: Erlangga.
Hair, J.R., Anderson, R.E., Tatham, R. L., and Black, W.C. (1998). Multivariate Data Analysis. Fifth Edition. New Jersey: Upper Saddle River, Prentice Hall, Inc
Hislop, K.J. 2001, “Brand New Forms”, Architecture Australia, 90, 4, pp. 68 - 70
Universitas Kristen Maranatha
Kartajaya, Hermawan. (2004), “Hermawan Kartajaya on Brand seri 9 Elemen Marketing”,
Bandung: PT Mizan Pustaka.
Keller, Kevin Lane. (2008). Strategic Brand Management: Building, Measuring, and Managing Brand Equity. Third Edition. New Jersey: Pearson Education, Inc.
Kotler, Philip. (2003). “Manajemen Pemasaran,” dialihbahasakan oleh Molan, B Edisi 11. Jakarta: Prentice Hall, Prehallindo.
Kotler, P., & Keller, K. 2006. “Marketing Management, ” 12th ed., Upper Saddle River, New Jersey: Prentice Hall. Inc.
Kotler, Philip and Keller, Kevin Lane. (2007). Manajemen Pemasaran. Jilid Kesatu. Edisi Keduabelas. (Diterjemahkan oleh: Drs. Benyamin Molan). PT. Indeks. Jakarta
Lovelock, Christopher and Jochen Wirtz, (2007), Services Marketing, 6th Edition. Pearson Prentice Hall.
Magdalena, Nonie (2005). “Analisis Pengaruh Situasi, Produk, Individu Pada Perilaku Membeli
dan Mengkonsumsi Makanan Ringan,” Tesis, Fakultas Ekonomi, Universitas Gadjah
Mada (tidak dipublikasikan).
Mc.Carthy, Jerome E. (1983), “ Dasar-Dasar Pemasaran,” dialihbahasakan oleh Simatupang dkk, Jakarta: Erlangga.
Mc. Alexander et el, “ Loyalty: The Influence Of Satisfaction And Brand Community Integration, Journal of Consumer Research.
Mowen, John C., and Minor, Michael. (2002), “Perilaku Konsumen”, Dialihbahasakan oleh
Yahya, Dwi Kartini, Edisi 5, Jilid 2, Jakarta: Erlangga.
Muniz, A.M. Jr. And T.C. O’Guinn. 1995. „Brand Community‟, Journal of Consumer Research, 27(4): 412-32.
Permadi. 2008. Pengaruh Brand Trust dan Brand Affect Pada Brand Performance: Brand Loyalty Sebagai Faktor Mediasi (Sudi Kasus Coffee Shop Starbucks). Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Maranatha (tidak dipublikasikan).
Peter, J. Paul., (1999). Consumer Behaviour, perilaku konsumen dan strategi pemasaran. Jakarta: Erlangga
Peter, J. P., dan Olson, J.C. (2000). “Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran,” dialihbahasakan oleh Damos Sihombing, MBA.. Edisi 4. Jakarta: Penerbit Erlangga
Rajh, Edo. (2005). “The Effects of Marketing Mix Elements of Brand Equity”. Economic Trend and Economic Policy, 102 (30-59). The Institute of Economic, Zagreb.
Rangkuti, Freddy. (2004). The Power of Brand : Teknik Mengelola Brand Equity dan Strategi Pengembangan Merek. Jakarta: PT. Gramedia Media Pustaka.
Universitas Kristen Maranatha Simamora, Bilson. (2001). Remarketing For Business Recovery. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Sinaga, M., (2010). Pengaruh Hedonic Product dan Self Experissive Brand Pada Brand Loyalty Dan Word Of Mouth: Brand Love Sebagai Variabel Mediasi. Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Maranatha (tidak dipublikasikan).
Stanton, J., William and Charles Futrell, (1994). Edisi 8. “Fundamental of Marketing”. New York : McGraw-Hill Co., Inc
Suliyanto. (2006). Metode Riset Bisnis. Yogyakarta: Andi
Tjiptono, Fandy, Chandra, Yanto, Diana, Anastasia. 2004. Marketing Scales. Yogyakarta: Andi.
http://frommarketing.blogspot.com/2009/06/pengertian-loyalitas.html http://marketing-teori.blogspot.com/2007/04/loyalitas-pelanggan.html
http://organisasi.org/arti-pengertian-dari-integritas-loyalitas-dan tanggung-jawab.
http://muhammadreza.multiply.com/journal/item/55/komunitas_Viking_Persib.
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/05/brand-equity-kekuatan-suatu-merek.html
http://www.scribd.com/doc/30875576/Viking
http://airachma.wordpress.com/2009/10/11/pengertiankomunitas/
http://pksm.mercubuana.ac.id/new/elearning/files.../43032-1-558160032402.doc