• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS MENKONSEPSI SISWA SMA DI KOTA MEDAN PADA MATA PELAJARAN FISIKA MATERI POKOK SUHU DAN KALOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE CERTAINLY OF RESPONSE INDEX (CRI).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS MENKONSEPSI SISWA SMA DI KOTA MEDAN PADA MATA PELAJARAN FISIKA MATERI POKOK SUHU DAN KALOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE CERTAINLY OF RESPONSE INDEX (CRI)."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS MIS KO NSE PSI SISWA S MA DI KOT A ME DAN PADA MATA PELAJARAN FISIKA MATERI POKOK SUHU

DAN KALOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE CERTAINLY OF RESPONSE INDEX(CRI)

Oleh :

Pangeran Affandy Siregar NIM 409121064

Program Studi Pendidikan Fisika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

ii

RIWAYAT HIDUP

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan berkat-Nya yang memberikan hikmat kepada penulis hingga penelitian ini dapat selesai tepat pada waktunya. Skripsi berjudul “Analisis Miskonsepsi Siswa SMA Di Kota Medan Pada Mata Pelajaran Fisika Materi Pokok Suhu Dan Kalor Dengan Menggunakan Metode Certainly Of Response Index (CRI)”. Adapun skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Ratna Tanjung, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Beliau telah banyak memberikan bimbingan, masukan, serta saran-saran kepada penulis sejak awal hingga akhir penulisan skipsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. Rahmatsyah, M.Si, selaku dosen pembanding I, Ibu Dr. Derlina, M.Si selaku dosen pembanding II, dan Bapak Drs. J.B. Sinuraya, M.Pd selaku dosen pembanding III yang telah memberikan masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai penyusunaan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Almarhum Drs. Manter Sihotang selaku Pembimbing Akademik membimbing dan memotivasi serta membantu penulis selama perkuliahan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Drs. Motlan Sirait, M.Sc, Ph. D selaku Dekan FMIPA Unimed, Ibu Dr. Derlina, M.Si selaku Ketua Jurusan Fisika dan Bapak Drs. Sehat Simatupang, M.Si selaku Ketua Prodi dan Bapak dan Ibu dosen serta Staf Pegawai Jurusan Fisika yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan membantu penulis selama perkuliahan.

(5)

v

kepala sekolah Laksamana Martadinata, Bapak Drs. Sandi Basuki selaku kepala sekolah SMA Swasta Budi Agung dan para guru fisika khususnya, serta staf administrasi yang telah memberikan kesempatan dan bantuan kepada penulis selama melakukan penelitian. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh bapak dan ibu guru dari TK sampai SMA yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.

Teristimewa penulis ucapkan terimakasih kepada Ayahanda tercinta Arna Irfansyah Siregar dan Ibunda tercinta Rabiatun Adawiyah yang terus memberikan motivasi dan doa serta kasih sayang yang tak pernah henti, serta Adinda Ratu Dwi Fadillah Siregar serta sanak keluarga yang senantiasa memberikan motivasi dan doa yang tulus kepada penulis dalam menyelesaikan studi di UNIMED hingga selesainya skripsi ini. Dan tidak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Nazli Ramadhani selaku penyemangat dari penulis serta sahabat-sahabat penulis, terutama Keter Bonengs: Rahmat, Sondang, Selvia, Aisyah, Novi, Citra, dan Putri. Sahabat-sahabat seperjuangan: Inel, Icha, Nurul, Cheche, Fitri, Ajeng, Junisa, Juniwati, Thamrin, Nasir, Fajar, dan Oji yang telah memberi semangat dan membantu menyelesaikan skripsi ini, teman–teman laskar skripsi: Rizka, Afifah, Dwi, Taufik dan Kak Nanda, serta sahabat-sahabat lainnya tak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan.

Medan, Pebruari 2014 Penulis,

(6)

ANALISIS MIS KO NSE PSI SISWA S MA DI KOT A ME DAN PADA MATA PELAJARAN FISIKA MATERI POKOK SUHU

DAN KALOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE CERTAINLY OF RESPONSE INDEX(CRI)

Pangeran Affandy Siregar (NIM 409121064) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui miskonsepsi yang terjadi pada siswa SMA di kota Medan pada pelajaran fisika khususnya materi pokok suhu dan kalor.

Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah adalah seluruh siswa-siswi SMA di kota Medan. Sekolah yang dijadikan sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan teknik penggambilan sampel wilayah, yaitu pusat kota, pertengahan kota dan pinggiran kota, masing-masing adalah SMA Negeri 7 Medan dan SMA Medan Putri dipilih untuk wilayah pusat kota, SMA Negeri 8 Medan dan SMA Laksamana Martadinata dipilih untuk wilayah pertengahan kota, SMA Negeri 9 Medan dan SMA Budi Agung dipilih untuk wilayah pinggiran kota. Sampel kelompok responden tiap sekolah dipilih dengan menggunakan teknik cluster random sampling dengan rincian SMA Negeri 7 Medan sebanyak 37 siswa, SMA Negeri 8 Medan sebanyak 38 siswa, SMA Negeri 9 Medan sebanyak 29 siswa, SMA Medan Putri sebanyak 14 siswa, SMA Laksamana Martadinata sebanyak 38 siswa, SMA Budi Agung sebanyak 36 siswa. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah tes pilihan berganda dengan menggunakan alasan. Soal tes diberikan sebanyak 15 soal tentang suhu dan kalor. Sebelum soal tes ini digunakan, terlebih dahulu instrumen divalidkan dan diuji reabilitasnya. Setelah tes dilakukan di keenam sekolah, data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metodeCertainty of Response Index.

(7)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar isi vi

Daftar gambar viii

Daftar tabel ix

Daftar lampiran x

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 5

1.3. Batasan Masalah 5

1.4. Rumusan Masalah 5

1.5. Tujuan Penelitian 6

1.6. Manfaat Penelitian 6

1.7. Defenisi Operasional 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teoritis 8

2.1.1. Pengertian Belajar 8

2.1.2. Hasil Belajar 9

2.1.2.1 Taksonomi Bloom 9

2.1.3. Prakonsepsi 14

2.1.4. Konsep 15

2.1.5. Konsepsi 16

2.1.6. Miskonsepsi dan Konsep Alternatif 16

2.1.7. Derajat Pemahaman Konsep 18

2.1.8. Penyebab Miskonsepsi 20

2.1.8.1. Siswa/Mahasiswa 20

2.1.8.2. Guru/Pengajar 25

2.1.8.3. Buku Teks 26

2.1.8.4. Konteks 28

2.1.8.5. Metode Mengajar 29

2.1.9. Miskonsepsi Dari Sudut Filsafat Konstuktivisme 32

2.1.10. Teknik Mendeteksi Miskonsepsi 33

2.1.10.1. Tes Pilihan Berganda Beralasan 33

2.1.10.2.Certainty of Response Index(CRI) 34

2.1.11. Suhu dan Kalor 37

2.1.11.1. Suhu dan Pemuaian 37

2.1.11.2. Kalor dan Perubahan Wujud 45

2.1.11.3. Perpindahan Kalor 51

(8)

2.3. Kerangka Konseptual 53

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 54

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 54

3.3. Instrumen Penelitian 54

3.3.1. Validitas Tes 56

3.3.2. Reliabilitas Tes 56

3.4. Jenis Penelitian 57

3.5. Teknik Pengumpulan Data 57

3.6. Teknik analisa data 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian 60

4.2. Pembahasan 65

4.2.1. Miskonsepsi Yang Muncul Pada Setiap Soal 65

4.2.2. Analisis Grafik 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 81

5.2. Saran 84

DAFTAR PUSTAKA 85

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Tabel Taksonomi 9

Tabel 2.2. Tipe-Tipe Utama Pengetahuan dalam Dimensi Pegetahuan 10

Tabel 2.3. Dimensi Proses Kognitif 12

Tabel 2.4. Kategori derajat pemahaman konsep 19 Tabel 2.5. Indikator derajat pemahaman konsep 19 Tabel 2.6. Penyebab miskonsepsi siswa 29

Tabel 2.7. CRI dan kriterianya 35

Tabel 2.8. Tabel ketentuan untuk membedakan antara tahu konsep, miskonsepsi, dan tidak tahu konsep untuk responden

secara individu 37

Tabel 2.9 Koefisien muai berbagai zat pada suhu kamar 43 Tabel 2.10 Kalor jenis berbagai zat (pada 200C dan tekanan tetap 1

atm) 47

Tabel 3.1. Kisi-kisi hasil belajar fisika pada materi pokok

Suhu dan Kalor 55

Tabel 3.2. Lembar jawaban responden dengan empat option beserta

kolom derajat keyakinan (CRI) 58 Tabel 3.3. Tabel ketentuan untuk membedakan antara tahu konsep,

miskonsepsi, dan tidak tahu konsep untuk responden

secara individu. 59

Tabel 3.4 Tabel profil miskonsepsi per item soal 59 Tabel 4.1. Tabel ketentuan untuk membedakan antara tahu konsep,

miskonsepsi, dan tidak tahu konsep untuk responden

secara individu 60

Tabel 4.2. Tabel perbandingan pemahaman konsep masing-masing

SMA Negeri di kota Medan 61

Tabel 4.3. Tabel perbandingan pemahaman konsep masing-masing

SMA Swasta di kota Medan 61

Tabel 4.4. Tabel profil pemahaman konsep masing-masing SMA

di wilayah bagian pusat kota Medan 62 Tabel 4.5. Tabel profil pemahaman konsep masing-masing SMA

di wilayah bagian pertengahan kota Medan 63 Tabel 4.6. Tabel profil pemahaman konsep masing-masing SMA

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Pemuaian luas hanya terjadi ke satu arah saja. 26 Gambar 2.2. Dua gelas air yang masing-masing suhu airnya 300C

dicampur menjadi satu 38

Gambar 2.3. Hubungan linear antara panjang kolom raksa X dan suhu

dalam0C 40

Gambar 2.4. Pemuaian Panjang 41

Gambar 2.5. Pemuaian Luas 43

Gambar 2.6. Pemuaian Volum 44

Gambar 2.7. Menuangkan air dingin kedalam air panas 47

Gambar 2.9. Diagram perubahan wujud zat 49

Gambar 2.8. Kalorimeter Alumunium 48

Gambar 4.1. Pemuaian pada besi yang dipanaskan oleh lilin 66 Gambar 4.2. Pemuaian dua buah batang tembaga yang dipanaskan 67 Gambar 4.3. Timah, besi dan alumunium didiamkan beberapa saat lamanya

dalam ruangan bersuhu T 68

Gambar 4.4. Logam K, logam L, logam M, dan logam N didinginkan di

dalam kulkas 69

Gambar 4.5. Titik-titik air pada dinding luar gelas 72 Gambar 4.6. Gelas A dan gelas B bersuhu sama besar dan massanya

berbeda 72

Gambar 4.7. Benda A dan benda B ditempelkan satu sama lain 73 Gambar 4.8. Grafik profil tidak tahu konsep yang terjadi pada SMA

di kota Medan 77

Gambar 4.9. Grafik profil tidak tahu konsep yang terjadi pada SMA

swasta di kota Medan 78

Gambar 4.10. Grafik profil pemahaman konsep yang terjadi pada SMA

di kota Medan 78

(11)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Instrumen soal 87

Lampiran 2. Lembar jawaban siswa 92

Lampiran 3. Kisi-kisi soal 93

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Fisika merupakan ilmu fudamental karena merupakan dasar dari semua

bidang sains yang lain. Fisika juga menjadi dasar perkembangan ilmu

pengetahuan lain dan perkembangan teknologi. Hampir semua teknologi yang

ada saat ini memanfaatkan konsep-konsep fisika, seperti telepon, internet, air

conditioner, rice cooker, pemanas ruangan, microwave, hingga panel surya.

Mengingat begitu pentingnya peranan ilmu fisika pada kehidupan manusia, sudah

semestinya ilmu fisika dipahami dengan benar dan terus dikembangkan, terutama

oleh generasi muda, baik siswa maupun mahasiswa. Dan yang terpenting ketika

mempelajari fisika adalah pemahaman konsep yang benar.

Namun, hasil belajar fisika siswa di Indonesia kurang memuaskan.

Walaupun pada ajang kompetisi fisika tingkat dunia, misalnya olimpiade fisika,

siswa-siswi Indonesia sering menyabet gelar juara dan meraih medali, baik medali

perunggu, medali perak, bahkan medali emas. Namun, prestasi yang diperoleh

oleh beberapa siswa tersebut tidak bisa menunjukkan bahwa seluruh siswa-siswi

di Indonesia sudah memahami konsep fisika dengan baik.

Para peneliti bidang pendidikan fisika di Indonesia menyebutan bermacam

alasan kurangnya pemahaman fisika siswa. Banyak pihak mengatakan bahwa

penyebab kurangnya pemahaman fisika siswa adalah guru yang tidak qualified,

fasilitas praktikum yang kurang memadai, jumlah mata pelajaran yang banyak,

silabus yang terlalu padat, gaji guru yang kecil sehingga memaksanya mencari

pekerjaan lain, dan lain-lain (Berg: 1991). Lain halnya dengan Suparno (2005:

29), yang menyatakan bahwa kemampuan dan cara mengajar guru ditengarai

sebagai penyebab lemahnya pemahaman konsep fisika siswa.

Dalam belajar fisika, kemampuan pemahaman konsep merupakan syarat

mutlak untuk mencapai keberhasilan belajar. Akan tetapi, kebanyakan guru fisika

jarang memperhatikan konsep yang sudah ada di kepala siswa. Bahkan banyak

(13)

2

penyelesaian soal hitungan daripada konsep rumus itu sendiri. Hasilnya siswa

mungkin mahir dalam menyelesaikan soal-soal berupa hitungan, namun

mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan fisika sederhana tetapi

memerlukan pemahaman konsep di dalamnya. Padahal diketahui kalau siswa

memasuki pelajaran fisika tidak dengan kepala kosong. Melainkan sudah

memiliki pengalaman dan pengetahuan yang berhubungan dengan konsep fisika

itu sendiri.

Pada dasarnya konsep-konsep fisika begitu dekat dengan kehidupan setiap

orang. Hanya saja banyak yang tidak menyadarinya. Banyak fenomena fisika

yang bisa manusia rasakan secara langsung. Misalnya penerapan konsep

pemuaian pada sambungan rel kereta api, penerapan konsep konduksi pada

gagang panci, alasan penggunaan mantel di hari yang dingin, dan lain sebagainya.

Contoh-contoh tadi menunjukkan bahwa pelajaran fisika bukanlah pelajaran

menghapal rumus, tetapi lebih menuntut pemahaman konsep serta aplikasi konsep

tersebut.

Senada dengan yang kemukakan oleh Suparno (2005: 2-3) bahwa siswa

dan mahasiswa bukanlah kertas kosong yang dalam proses pembelajaran akan

ditulisi oleh guru atau dosen. Siswa dan mahasiswa, sebelum mengikuti proses

pembelajaran formal di sekolah ternyata sudah membawa konsep tertentu yang

dikembangkan lewat pengalaman hidup siswa sebelumnya. Konsep itu bisa sesuai

dengan konsep ilmiah, dan terkadang konsep itu bisa juga tidak sesuai dengan

konsep ilmiah atau bertentangan dengan konsep yang diterima para ahli.

Miskonsepsi kerap terjadi pada semua bidang sains, seperti biologi, kimia,

fisika dan astronomi. Tidak ada bidang yang luput dari miskonsepsi. Bahkan

menurut Wandersee, Minities dan Novak dalam Suparno (2005: 11) menjelaskan

bahwa miskonsepsi terjadi dalam semua bidang fisika. Ditambah lagi pada

penelitian Kasmiati yang dikutip oleh Hasibuan (2011: 4) menyatakan bahwa

miskonsepsi terjadi bukan hanya dari kategori siswa yang memiliki nilai rendah

(14)

Ed van den Berg (1991) menyatakan bahwa miskonsepsi yang sering

dialami oleh siswa adalah :

1. Suhu dan kalor sulit bedakan.

2. Kalor masih sering dianggap suatu fluida (materi).

3. Kalor panas dan kalor dingin yang masing-masing dianggap dapat mengalir

tersendiri.

4. Kalor adalah energi dari benda panas.

5. Suhu adalah ukuran dari campuran kalor panas dan kalor dingin.

6. Kalor panas mengalir dari benda panas ke benda dingin sedangkan arah arus

kalor dingin sebaliknya.

7. Suhu sering kali dianggap sebagai variabel ekstensif yang besarnya

berhubungan dengan jumlah materi (massa). Misalnya, jika 1 liter air dengan

suhu 600C dipisahkan dalam dua kali ½ liter, ada siswa yang berpendapat

bahwa suhu masing-masing bagian menjadi 300C

Suparno (2005) menyatakan bahwa miskonsepsi yang sering dialami oleh

siswa adalah:

1. Mendidih adalah suhu tertinggi yang dicapai oleh benda.

2. Suhu air mendidih bertambah jika terus dipanaskan

3. Panas bukan energi.

4. Panas itu suatu substansi.

5. Panas hanya berpindah ke atas

6. Pengertian suhu sama dengan pengertian kalor.

7. Panas dan dingin tidak sama.

8. Suhu adalah sifat dari suatu materi.

9. Suhu suatu benda tergantung pada besarnya benda.

10. Suhu es tetap dan tidak bisa berubah.

Desti Nurhayati (2012) dalam penelitiannya menemukan 5 macam

miskonsepsi yang berkaitan dengan Suhu dan Kalor, di antaranya:

1. Besar suhu sebanding dengan massa bahan.

(15)

4

3. Benda yang cepat naik suhunya cenderung lambat untuk turun suhunya, dan

sebaliknya.

4. Kalor jenis dan kapasitas kalor dapat berpindah seperti suhu.

5. Miskonsepsi tentang kesetimbangan termal.

Noly Pramu Iriyanti (2012) dalam penelitiannya menemukan 12 macam

miskonsepsi yang berkaitan dengan suhu dan kalor, beberapa di antaranya:

1. Panas merupakan ukuran suhu benda.

2. Panas dan dingin memiliki sifat yang berbeda

3. Mendidih adalah suhu maksimum yang dicapai suatu zat

4. Air selalu mendidih pada suhu 100oC bagaimanapun keadaannya.

5. Suhu es selalu sama dengan 0oC.

6. Penguapan hanya terjadi setelah zat mendidih.

7. Semua zat padat dapat meleleh ketika dipanaskan.

Mengingat begitu pentingnya pemahaman konsep dalam mempelajari

fisika maka sebaiknya perlu melakukan penyelidikan terlebih dahulu tentang

kesalahan-kesalahan konsep yang dialami siswa saat memamahi materi fisika.

Karena sangat disayangkan jika miskonsepsi pada diri siswa tetap dibiarkan

berkembang tanpa terdeteksi oleh guru. Hal ini juga akan membantu guru agar

bisa mengarahkan miksonsepsi siswa ke arah konsep ilmiah.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis bermaksud menganalisis

miskonsepsi siswa khususnya dalam materi Suhu dan Kalor. Pada penelitian ini

uapaya untuk mengidentifikasi miskonsepsi dengan menggunakan metode CRI

(Certainly Of Respons Index). Metode ini dikembangkan oleh Saleem Hasan dan

juga sudah pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya pada sebuah penelitian

yang berjudul “ Analisis Miskonsepsi Siswa SMA Negeri Kota Medan Pada Mata

Pelajaran Fisika (Mekanika) Dengan Menggunakan Metode CRI (Certainly Of

Respons Index)” oleh Muhammad Zul Abror Hasibuan. Pada penelitian tersebut,

tes yang dilakukan adalah dengan menggunakan sebuah tes pilihan berganda yang

disertai dengan kolom CRI. Metode ini yang akan diikuti oleh penulis untuk

mengkaji dan menganalisis lebih lanjut miskonsepsi atau salah konsep yang

(16)

“Analisis Miskonsepsi Siswa SMA Di Kota Medan Pada Mata Pelajaran

Fisika Materi Pokok Suhu Dan Kalor Dengan Menggunakan Metode

Certainly Of Response Index(CRI).”

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi

masalah-masalah yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil mata pelajaran fisika masih rendah.

2. Pemahaman konsep fisika siswa masih rendah.

3. Pengalaman siswa dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari serta

pengaruh masyarakat dapat menyebabkan miskonsepsi siswa.

4. Kebanyakan siswa hanya menghafal persamaan matematik tanpa

memahami konsepnya.

5. Siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai dua-duanya

mengalami miskonsepsi.

1.3. Batasan Masalah

Mengingat bahwa luasnya permasalahan, maka perlu dilakukan

pembatasan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1. Materi yang dianalisis dalam penelitian ini dibatasi pada materi Suhu

dan Kalor.

2. Sampel pada penelitian ini adalah siswa siswi kelas X SMA di Kota

Medan.

3. Analisis miskonsepsi dilakukan dengan menggunakan metode CRI

(17)

6

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini dinyatakan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perbandingan antara, siswa yang tidak tahu konsep,

tahu konsep dan yang mengalami miskonsepsi pada materi Suhu dan

Kalor ?

2. Bagaimanakah miskonsepsi siswa yang terjadi pada materi Suhu dan

Kalor pada tingkat SMA di Kota Medan ?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yang berdasarkan

dari rumusan masalah adalah :

1. Untuk mengetahui perbandingan antara, siswa yang tidak tahu konsep,

tahu konsep dan yang mengalami miskonsepsi pada materi Suhu dan

Kalor.

2. Untuk mengetahui miskonsepsi siswa yang terjadi pada materi Suhu

dan Kalor pada tingkat SMA di Kota Medan.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Sebagai tambahan pengetahuan dan memperluas wawasan peneliti

tentang miskonsepsi pada mata pelajaran fisika.

2. Sebagai pegangan sekaligus masukkan bagi peneliti untuk lebih

memperhatikan pemahaman konsep fisika siswa dalam proses belajar

mengajar ketika melaksanakan tugas mengajar nantinya.

3. Sebagai bahan informasi untuk pembaca termasuk para guru mata

pelajaran fisika tentang miskonsepsi yang terjadi pada materi fisika di

(18)

4. Sebagai bahan pertimbangan serta masukkan bagi guru dan calon guru

bidang studi fisika untuk menemukan perlakuan yang sesuai untuk

meminimalisir miskonsepsi siswa.

5. Sebagai pedoman penelitian lanjutan bagi peneliti selanjutnya.

1.7. Definisi Operasional

Untuk menghindari persepsi yang berbeda digunakan dalam penelitian ini

dipandang perlu memberikan defenisi secara operasional terhadap istilah-istilah

yang perlu. Defenisi operasional yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. CRI (Certainty Response Index) merupakan tingkat

keyakinan/kepastian responden dalam menjawab berbagai pertanyaan

(19)

81

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data, analisis, dan pembahasan data hasil

penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan di SMA Negeri 7 Medan

terhadap pemahaman konsep suhu dan kalor kelas XI IPA-5, diperoleh

hasil 39,4% mengalami miskonsepsi, 28,8% tidak tahu konsep, dan 31,7%

memahami konsep yang benar.

Untuk SMA Negeri 8 Medan kelas XI IPA-3 diperoleh hasil 46,5%

mengalami miskonsepsi, 37,0% tidak tahu konsep, dan 17,7% memahami

konsep yang benar.

Untuk SMA Negeri 9 Medan kelas XI IPA-1 diperoleh hasil 40,2%

mengalami miskonsepsi, 19,8% tidak tahu konsep, dan 40,0% memahami

konsep yang benar.

Untuk SMA Medan Putri kelas XI IPA diperoleh hasil 23,8% mengalami

miskonsepsi, 32,7% tidak tahu konsep, dan 42,4% memahami konsep

yang benar.

Untuk SMA Laksamana Martadinata kelas XI IPA-1 diperoleh hasil

32,5% mengalami miskonsepsi, 23,7% tidak tahu konsep, dan 43,8

memahami konsep yang benar.

Untuk SMA Budi Agung kelas XI IPA diperoleh hasil 55,6 % mengalami

miskonsepsi, 28,1 % tidak tahu konsep, dan 16,3% memahami konsep

yang benar.

2. Miskonsepsi secara keseluruhan yang terjadi untuk keenam sekolah yang

diteliti adalah sebesar 41,3%, siswa yang tidak mengetahui konsep sebesar

28,3%, dan siswa yang tahu konsep sebesar 30,4%. Dengan demikian

(20)

materi suhu dan kalor secara umum di kota tempat keenam sampel yang

diteliti sangat tinggi.

Adapun miskonsepsi-miskonsepsi yang terjadi pada materi suhu yang

mencakupi submateri suhu, pemuaian, dan kesetimbangan termal sebesar

12,69% siswa dari keseluruhan sampel. Di antaranya yaitu:

a. Suhu nol mutlak dianggap terjadi pada suhu 0oC, suhu nol mutlak juga

dianggap terjadi pada skala fahrenheit tanpa disebutkan besar

skalanya, dan terjadi ketika gas berubah wujud menjadi padat.

b. Siswa menganggap pemuaian panjang hanya terjadi ke satu arah saja.

c. Siswa beranggapan pemuaian panjang hanya terjadi jika dipanaskan

hanya dengan api yang besar.

d. Besarnya diameter batang dianggap mempengaruhi besarnya

pemuaian panjang batang.

e. Siswa tidak memahami konsep kesetimbangan termal. Siswa

berpendapat jika dua benda atau lebih, bermassa sama dan suhu

awalnya sama ditempatkan dalam suatu ruangan bersuhu tinggi, maka

beberasa saat lama kemudian benda yang paling tinggi suhunya adalah

benda yang cepat menyerap panas dan benda yang paling rendah

suhunya adalah benda yang cepat melepas panas.

Adapun miskonsepsi-miskonsepsi yang terjadi pada materi kalor yang

mencakupi submateri kalor, kalor jenis, kalor laten, perubahan wujud dan

perpindahan kalor sebesar 28,61% siswa dari keseluruhan sampel. Di

antaranya yaitu:

a. Siswa masih belum mampu membedakan antara panas/kalor dan

suhu. Siswa beranggapan alat pengukur panas itu termometer.

b. Siswa mengkaitkan antara massa dan kalor jenis sehingga keduanya

saling mempengaruhi.

c. Siswa beranggapan semakin besar kalor jenis benda maka semakin

cepat benda itu melepas atau menyerap kalor.

d. Siswa tidak menganggap zat berkalor jenis tinggi itu lambat naik

(21)

83

e. Siswa mengabaikan pernyataan zat berkalor jenis tinggi memerlukan

banyak kalor untuk menaikan suhunya dan memiliki kapasitas kalor

yang besar.

f. Kalor dianggap terkandung di dalam zat.

g. Siswa beranggapan massa air yang mendidih berbanding lurus

terhadap suhunya. Siswa megganggap massa air mendidih berkurang

sehingga suhunya juga turut berkurang.

h. Siswa beranggapan suhu air mendidih terus bertambah jika

terus-terusan dipanasan atau diberikan kalor.

i. Siswa menganggap titik didih air mutlak 100oC tidak bisa kurang dan

tidak bisa lebih.

j. Menurut siswa, titik-titik air muncul di dinding luar gelas akibat dari

penguapan, baik itu penguapan yang dialami es atau penguapan udara

yang berada di sekitar gelas.

k. Siswa mengganggap jika dua buah zat yang memiliki suhu sama

dicampurkan maka suhu campurannya adalah jumlah suhu kedua zat

tersebut.

l. Kenaikan suhu pada air dianggap berbanding lurus dengan

pertambahan massanya.

m. Siswa berpendapat bahwa kalor jenis dan temperatur bisa berpindah

dari satu benda ke benda yang lain jika benda-benda tersebut

bersentuhan.

n. Siswa berpendapat bahwa kalor dapat berpindah satu benda ke benda

yang lain walaupun suhu kedua benda sama besar.

o. Siswa mengganggap konduksi hanya terjadi pada zat padat.

(22)

5.2. Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan dalam penelitian ini, maka peneliti

mempunyai beberapa saran sebagai berikut:

1. Mengingat tingginya persentase miskonsepsi fisika siswa pada materi suhu

dan kalor di SMA yang ditemukan pada penelitian ini maka disarankan

kepada guru-guru fisika untuk lebih peduli pada miskonsepsi yang terjadi

pada siswa.

2. Penelitian ini masih memiliki kelemahan yaitu beberapa siswa kurang

serius menjawab soal dan enggan menuliskan alasan memilih jawaban.

Atas dasar itu kepada peneliti selanjutnya disarankan agar lebih persuasif

menginstruksikan siswa untuk lebih serius mengerjakan soal dan

menuliskan alasan memilih jawaban. Sehingga penelitian selanjutnya

(23)

85

DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard I., (2008), Learning To Teach: Belajar Untuk Mengajar Jilid 1, Pelajar Timur, Yogyakarta.

Arikunto, Suharsimi., (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta.

Berg, E.V.D., (1991), Miskonsepsi Fisika dan Remediasi, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.

Cutnell & Johnson., (2007),Physics Fifth Edition, National Print-o-Pack, Noida.

Dahar, Ratna Wilis., (1989). Teori-Teori Belajar Cetakan kedua, Erlangga, Bandung.

Djamarah, Syaiful Bahri & Aswan Zain., (2006), Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta, Jakarta.

Hakim, Ikmalul., (2010), Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dengan Media Vcd Untuk Mengetahui Adanya Miskonsepsi Fisika Siswa Kelas X SMA Pada Pokok Bahasan Perpindahan Kalor., Proposal Penelitian, FMIPA, Unnes, Semarang.

http://id.scribd.com/doc/32709982/Penerapan-kooperatif-tipe-STAD-dengan-Media-VCD-untuk-mengetahui-miskonsepsi-pokok-bahasan-kalor

Hasibuan, Muhammad Zul., (2011),Analisis Miskonsepsi Siswa SMA Negeri Kota Medan Pada Mata Pelajaran Fisika (Mekanika)Dengan Menggunakan Metode Certainty OF Response Index (CRI)., Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.

Hewitt, Paul G., (2006),Conceptual Physics Tenth edition. Pearson educational, New York.

Irayani, Noly Pramu., (2011), Identifikasi Miskonsepsi Pada Materi Wujud Zat Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Bawang Tahun Ajaran 2009/2010., Skripsi, FMIPA, UNS, Surakarata.

http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=showview&id=26824

Kanginan, Marthen., (2007),Fisika SMA Kelas X B, Erlangga, Jakarta.

(24)

Maharani, Eva., (2011), Analisis Miskonsepsi Fisika Siswa Dalam Materi Kinematika Di Kelas XI Semester I SMA Di Kabupaten Aceh Tengah., Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.

Maharta, Nengah., (2010), Analisis Miskonsepsi Fisika Siswa Sma Di Bandar Lampung.

http://id.scribd.com/doc/41470237/Jurnal-Analisis-Miskonsepsi-Fisika

Nugroho, Djoko., (2009), Mandiri Fisika Untuk SMA/MA Kelas X, Erlangga, Jakarta.

Nurhayati, Desi., (2012),Profil Miskonsepsi Pada Materi Suhu dan Kalor Kelas x SMA., Skripsi, FMIPA, UNS, Surakarata.

http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=showview&id=29135

Rusman., (2010), Model-Model Pembelajaran, Rajawali Pers, Jakarta.

Saputra, Haris Ady., (2011). Identifikasi Miskonsepsi Siswa Pada Konsep Listrik Dinamis Kelas X SMA Tahun Ajaran 2010/2011., Skripsi, FMIPA, UNS, Surakarata.

http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=showview&id=22281

Slameto., (2010), Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta.

Sudjana, N., (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Remaja

Rosdakarya, Bandung

Syaodih, Nana Sukmadinata., (2010), Metode Penelitian Pendidikan, Rosda, Bandung.

Suparno, Paul., (2005), Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika, Grasindo, Jakarta.

Tipler, Paul A., (1998),Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid 1, Erlangga, Jakarta

Trianto., (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana,

Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Namun besarnya peran dan potensi kelapa ini tidak diikuti kinerja industri kelapa yang memuaskan, dimana produksi dan produktivitas kelapa Indonesia masih belum

1) Guru dapat menerapkan pendekatan SAVI pada pembelajaran Bahasa Indonesia pada aspek kemampuan membaca pemahaman. 2) Guru dapat memahami dengan tepat langkah-langkah

Polimer biodegradabel seperti kopolimer poli(asam laktat)-poli(asam glikolat) (PLGA) biasanya dibuat melalui kopolimerisasi pembukaan cincin D,L-laktida dan glikolida

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ukuran partikel tanah terhadap stabilitas lereng pada model tanggul dengan menggunakan software Geo Slope , sehingga

Serat yang digunakan berupa serat Agave Cantula Roxb dengan. variasi fraksi berat anyaman 3D serat

[r]

masalah, Menanya masalah Fase 3 Membimbing penyelidikan individu dan kelompok Memberi kesempatan kepada kelompok untuk menggali informasi Melakukan penyelidikan dengan

[r]