Riska Restiana Ahmad, 2013
Sistem Pengelolaan Koperasi Sekolah Dalam Membina Karakter Kebangsaan (Studi Deskriptif Pada Koperasi Sekolah di SMK Negeri 1 Ciamis)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
SISTEM PENGELOLAAN KOPERASI SEKOLAH DALAM
MEMBINA KARAKTER KEBANGSAAN
(Studi Deskriptif pada Koperasi Sekolah di SMK Negeri 1 Ciamis)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar
Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan
Oleh:
Riska Restiana Ahmad
1103345
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Riska Restiana Ahmad, 2013
Sistem Pengelolaan Koperasi Sekolah Dalam Membina Karakter Kebangsaan (Studi Deskriptif Pada Koperasi Sekolah di SMK Negeri 1 Ciamis)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
SISTEM PENGELOLAAN KOPERASI SEKOLAH DALAM
MEMBINA KARAKTER KEBANGSAAN
(Studi Deskriptif pada Koperasi Sekolah di SMK Negeri 1
Ciamis)
Oleh
Riska Restiana Ahmad S.Pd UPI Bandung, 2008
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Kewarganegaraan
© Riska Restiana Ahmad 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Riska Restiana Ahmad, 2013
Sistem Pengelolaan Koperasi Sekolah Dalam Membina Karakter Kebangsaan (Studi Deskriptif Pada Koperasi Sekolah di SMK Negeri 1 Ciamis)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis
LEMBAR PENGESAHAN
SISTEM PENGELOLAAN KOPERASI SEKOLAH DALAM MEMBINA KARAKTER KEBANGSAAN
(Studi Deskriptif pada Koperasi Sekolah di SMK Negeri 1 Ciamis)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Endang Danial, Ar, M.Si. M.Pd NIP. 195005021976031002
Pembimbing II
Dr. Elly Malihah, M.Si NIP. 1966042519920320021
Mengetahui,
Riska Restiana Ahmad, 2013
Sistem Pengelolaan Koperasi Sekolah Dalam Membina Karakter Kebangsaan (Studi Deskriptif Pada Koperasi Sekolah di SMK Negeri 1 Ciamis)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed.
Riska Restiana Ahmad, 2013
Sistem Pengelolaan Koperasi Sekolah Dalam Membina Karakter Kebangsaan (Studi Deskriptif Pada Koperasi Sekolah di SMK Negeri 1 Ciamis)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Riska Restiana Ahmad (1103345) “Sistem Pengelolaan Koperasi Sekolah Dalam Membina Karakter Kebangsaan (Studi Deskriptif pada Koperasi Sekolah di SMK Negeri 1 Ciamis)”
Penelitian ini bertolak dari fakta bahwa masalah yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah memudarnya karakter kebangsaan. Oleh karena itu, perlu adanya pembinaan karakter kebangsaan di Sekolah. Salah satunya melalui sistem pengelolaan Koperasi Sekolah. Dimana Koperasi Sekolah tidak hanya mencari keuntungan, tetapi untuk membina dan mengembangkan karakter kebangsaan warga sekolah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dan menganalisis informasi tentang sistem pengelolaan koperasi sekolah dalam membina karakter kebangsaan peserta didik yang dilaksanakan di SMK Negeri 1 Ciamis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif Adapun teknik pengumpulan datanya melalui wawancara mendalam, observasi, studi dokumentasi dan studi kepustakaan.
Hasil penelitian ini menunjukan: (1) Warga sekolah berpandangan bahwa sistem pengelolaan koperasi sekolah dalam membina karakter kebangsaan di SMK Negeri 1 Ciamis sudah berjalan baik karena dengan adanya pengelolaan koperasi sekolah ternyata dapat membina dan mengembangkan karakter warga sekolah terutama peserta didik; (2) Nilai-nilai yang mendukung program koperasi sekolah dalam mengembangkan karakter kebangsaan adalah nilai religius, kejujuran, tanggungjawab, cinta tanah air, kekompakan, pantang menyerah, disiplin, keberanian, kerja keras, berjiwa wirausaha, toleransi dan kebersamaan. (3) Strategi untuk mengembangkan karakter kebangsaan melalui koperasi sekolah yang paling utama adalah pendidikan serta pelatihan perkoperasian ; (4) Sistem pengelolaan koperasi sekolah dalam membina karakter kebangsaan di SMK Negeri 1 Ciamis berdampak positif yaitu sebagai pengajaran kepada siswa tentang nilai-nilai dasar kemanusiaan seperti kejujuran, keberanian, tanggung jawab, kebaikan dan berdampak negatif yaitu mengarah kepada hilangnya jati diri bangsa ketika dalam pengelolaan koperasi tidak berdasarkan pada karakter kebangsaan. Maka mata pelajaran PKn dijadikan sebaga salah satu penopang dalam mengelola koperasi sekolah terhadap karakter kebangsaan.
Riska Restiana Ahmad, 2013
Sistem Pengelolaan Koperasi Sekolah Dalam Membina Karakter Kebangsaan (Studi Deskriptif Pada Koperasi Sekolah di SMK Negeri 1 Ciamis)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI F. Paradigma Penelitian ... 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...…... 18
A. Karakteristik Koperasi Indonesia …… ...…... 18
1. Pengertian Koperasi ... 18
2. Prinsip-prinsip Koperasi ... 21
Riska Restiana Ahmad, 2013
Sistem Pengelolaan Koperasi Sekolah Dalam Membina Karakter Kebangsaan (Studi Deskriptif Pada Koperasi Sekolah di SMK Negeri 1 Ciamis)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Tujuan Koperasi ... 25
5. Fungsi dan Peran Koperasi ... 6. Nilai-nilai Koperasi ... 26 27 B. Koperasi Sekolah ... 1. Pengertian Koperasi Sekolah ... 28 28 2. Fungsi dan Landasan Hukum Koperasi Sekolah ... 30
3. Ciri-ciri Koperasi Sekolah ……… 31
4. Tujuan Koperasi Sekolah ………... 5. Prinsip-prinsip Koperasi Sekolah ... 31
3. Fungsi, Tujuan dan Media Karakter Kebangsaan ………... 45
4. Tahap-tahap Pembentuk Karakter ………...……….. 5. Pembinaan Nilai Karakter Kebangsaan ... 47 55 D. Koperasi Sekolah sebagai Pengembangan Nilai Kebangsaan di Sekolah …………..……….……… E. Kajian Terdahulu ………. 63 73 BAB III METODE PENELITIAN ………...……… 75
A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 75
1. Pendekatan Penelitian ………... 75
2. Metode Penelitian .………... 76
B. Instrumen Penelitian ………... 77
C. Teknik Pengumpulan Data ……….. 78
1. Observasi Partisipatif ………... 79
2. Wawancara ………... 79
Riska Restiana Ahmad, 2013
Sistem Pengelolaan Koperasi Sekolah Dalam Membina Karakter Kebangsaan (Studi Deskriptif Pada Koperasi Sekolah di SMK Negeri 1 Ciamis)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Studi Literatur ………... 81
D. Lokasi dan Subjek Penelitian ……… 81
1. Lokasi Penelitian ... 81
2. Subjek Penelitian ... 81
E. Tahap-tahap Penelitian ... 82
F. Teknik Analisis Data ... 83
G. Keabsahan data ... 86
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 88
A.Deskripsi Umum SMK Negeri 1 Ciamis ………. 88
8. Program Keahlian Dan Jumlah Siswa ... 9. Rombongan Belajar ... 10.Kurikulum Dan Sistem Pembelajaran ... 11.Kegiatan Kesiswaan ... 12.Sarana Dan Prasarana ... 13.Unit Produksi ... B.Deskripsi Umum Koperasi Sekolah ………. 97
C.Deskripsi Hasil Penelitian ... 100
1. Persepsi Warga Sekolah Mengenai Sistem Pengelolaan Koperasi Sekolah Terhadap Karakter Kebangsaan ... 101
Riska Restiana Ahmad, 2013
Sistem Pengelolaan Koperasi Sekolah Dalam Membina Karakter Kebangsaan (Studi Deskriptif Pada Koperasi Sekolah di SMK Negeri 1 Ciamis)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Strategi Untuk Menanamkan Karakter Kebangsaan Dalam Upaya
Pengelolaan Koperasi Sekolah ..………..… 108
4. Dampak Pelaksanaan Peranan Koperasi Sekolah Dalam Membina Karakter Kebangsaan ………... 110
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 113
1. Persepsi Warga Sekolah Mengenai Sistem Pengelolaan Koperasi Sekolah Terhadap Karakter Kebangsaan ... 113
2. Nilai-Nilai Yang Mendukung Terhadap Program Koperasi Sekolah Mengembangkan Karakter Kebangsaan ……… 128
3. Strategi Untuk Menanamkan Karakter Kebangsaan Dalam Upaya Pengelolaan Koperasi Sekolah ………... 131
4. Dampak Pelaksanaan Peranan Koperasi Sekolah Dalam Membina Karakter Kebangsaan ……… 135
E. Keterbatasan Penelitian ... 143
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 144
A. Kesimpulan ... 144
1. Kesimpulan Umum ... 144
2. Kesimpulan Khusus ... 145
B. Rekomendasi ………. 146
1. Kepada Dinas Pendidikan Terkait……… 146
2. Kepada Pihak Sekolah... 146
3. Kepada Pembina Koperasi Sekolah... 147
4. Kepada Guru PKn ... 147
5. Kepada Peserta Didik ... 148
6. Kepada Peneliti Selanjutnya ... 148
DAFTAR PUSTAKA ………. 149
Riska Restiana Ahmad, 2013
Sistem Pengelolaan Koperasi Sekolah Dalam Membina Karakter Kebangsaan (Studi Deskriptif Pada Koperasi Sekolah di SMK Negeri 1 Ciamis)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
LAMPIRAN 1 ………..
LAMPIRAN 2 ………..
158
159
1. Skenario Penelitian ……….
2. Pedoman Penelitian ……….
3. Pedoman Wawancara ………..
4. Tabel Hasil Wawancara di SMK Negeri 1 Ciamis ………..
160
162
164
166
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ……… 178
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Nilai-nilai Koperasi ... 28
Tabel 2.2 Nilai-Nilai Karakter Yang Perlu Ditanamkan Di Indonesia ... 60
Tabel 2.3 Pedoman Pengembangan Karakter Peserta Didik melalui Ekstrakurikuler ……..………...….. 64
Tabel 4.1 Jumlah Guru dan Karyawan ……….. ……….…... 92
Tabel 4.2 Jumlah Program Keahlian Siswa ……….……. 92
Tabel 4.3 Jumlah Rombongan Belajar ………...…... 93
Tabel 4.4 Ruangan di SMKN 1 Ciamis ………..
Tabel 4.5 Peralatan di SMKN 1 Ciamis ………. 94
95
Tabel 4.6 Nilai yang mendukung terhadap Program Koperasi Sekolah
dalam mengembangkan Karakter Kebangsaan ………...
Tabel 4.7 Karakteristik Dasar Pendidikan Karakter ………
128
Riska Restiana Ahmad, 2013
Sistem Pengelolaan Koperasi Sekolah Dalam Membina Karakter Kebangsaan (Studi Deskriptif Pada Koperasi Sekolah di SMK Negeri 1 Ciamis)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Keterkaitan Antara Komponen Moral Dalam Rangka
Pembentukan Yang Baik Menurut Pandangan Lickona …...… 52
Gambar 2.2 Koherensi Karakter Dalam Konteks Totalitas Proses Psikososial …... 53 Gambar 3.1 Komponen Dalam Analisis Data ….……….. 84
Riska Restiana Ahmad, 2013
Sistem Pengelolaan Koperasi Sekolah Dalam Membina Karakter Kebangsaan (Studi Deskriptif Pada Koperasi Sekolah di SMK Negeri 1 Ciamis)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Sistem Pengelolaan Koperasi Sekolah terhadap Karakter
Kebangsaan……… 17
Riska Restiana Ahmad, 2013
Sistem Pengelolaan Koperasi Sekolah Dalam Membina Karakter Kebangsaan (Studi Deskriptif Pada Koperasi Sekolah di SMK Negeri 1 Ciamis)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Salah satu masalah utama yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah
memudarnya wawasan kebangsaan dan rasa bangga sebagai bangsa atau rasa
nasionalisme yang dikumandangkan dengan penuh heroik pada tahun 1928, yang
dikenal sebagai hari sumpah pemuda. Sudah lebih dari setengah abad bangsa
Indonesia merdeka, tapi sampai saat ini justru bangsa Indonesia semakin
mengalami degradasi karakter kebangsaan. Realitanya di Indonesia telah terjadi
krisis karakter kebangsaan.
Hal ini dapat dilihat dari budaya korupsi para elite politik seperti :
Kasus proyek Hambalang yang melibatkan Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng dan Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum. Mereka diduga bersama-sama melakukan penyalahgunaan wewenang atau perbuatan melawan hukum yang mengakibatkan kerugian negara serta menerima pemberian hadiah atau janji terkait proyek Hambalang dan proyek lain (Kompas, 2013). Selain itu, kasus korupsi yang melibatkan ketua partai politik yang lain yaitu kasus impor daging sapi yang melibatkan mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq. Ia menjadi tersangka kasus dugaan tindak pidana pencucian uang rekomendasi kuota impor daging sapi (Kompas, 2013).
Sehingga dengan meningkatnya tindak kriminal di bangsa ini
menunjukan bahwa masyarakat Indonesia sedang kehilangan jati diri. Belum lagi
ancaman disintegrasi bangsa yang menggejala di berbagai daerah semakin
menguatkan bahwa bangsa ini sedang mengalami kriris karakter kebangsaan.
Dimana krisis karakter kebangsaan ini merupakan muara dari krisis yang lain.
Billy Graham yang dikutip Raka 2011 (dalam Latief, 2012 : 2)
Riska Restiana Ahmad, 2013
Sistem Pengelolaan Koperasi Sekolah Dalam Membina Karakter Kebangsaan (Studi Deskriptif Pada Koperasi Sekolah di SMK Negeri 1 Ciamis)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
You lose your wealth, you lose nothing; You lose your health, you lose something; You lose your character, you lose everything (Anda
kehilangan kesenangan, Anda belum kehilangan apa-apa. Anda kehilangan kesehatan, Anda kehilangan sesuatu, Anda kehilangan karakter, Anda kehilangan segalanya).
Tentu saja kita tidak berharap kehilangan sesuatu apalagi kehilangan
segalanya. Namun, jika kita kehilangan karakter, maka kita akan kehilangan
segalanya. Oleh karena itu, untuk mengurangi dan menghindari proses kehilangan
tersebut, maka langkah awal yang perlu dilakukan adalah mengembangkan
karakter baik karakter individu maupun karakter kebangsaan.
Tergerusnya rasa nasionalisme suatu bangsa dapat disebabkan oleh hal-hal
yang bersifat internal maupun eksternal. Bersifat internal, manakala rasa
kebersamaan antara sesama anak bangsa mulai berkurang, seperti memelihara
persamaan dalam perbedaan dan memelihara perbedaan dalam persamaan. bersifat
eksternal dapat diidentifikasi dalam bentuk rongrongan dan gangguan dari
berbagai kepentingan asing yang bersifat pragmatis, historis, yang bertujuan untuk
memecah belah semangat kebangsaan termasuk integritas wilayah, kedaulatan
nasional dan kemerdekaan politik nasional.
Sementara jika melihat cita-cita kemerdekaan Indonesia tidak hanya untuk
memperjuangkan kedaulatan bangsa secara politik, tetapi juga kedaulatan dan
kemandirian secara ekonomi. Cita-cita kemerdekaan untuk mencapai masyarakat
adil dan makmur (mandiri secara ekonomi) hanya dapat diwujudkan jika seluruh
potensi dan sumber daya bangsa dikelola secara bersinergi melalui pengembangan
dan pengintegrasian seluruh instrumen dan kebijakan politik-ekonomi yang
berorientasi pada kesejahteraan bersama.
Sebagai karakter bangsa Indonesia, sistem ekonomi Indonesia
Riska Restiana Ahmad, 2013
Sistem Pengelolaan Koperasi Sekolah Dalam Membina Karakter Kebangsaan (Studi Deskriptif Pada Koperasi Sekolah di SMK Negeri 1 Ciamis)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
adalah Koperasi., sistem tersebut merupakan sistem ekonomi yang sesuai dengan
cita-cita dan karakter bangsa Indonesia. Yakni, berorientasi pada upaya untuk
menciptakan kesejahteraan bersama, bukan kesejahteraan atau kepentingan
individu semata.
Di sisi lain, Indonesia setelah memasuki era reformasi melalui amandemen
Undang-undang Dasar 1945 tetap mengusung asas demokrasi ekonomi.
Meskipun demokrasi ekonomi yang dimaksud malah menjadi kabur setelah
adanya penambahan dua ayat (ayat 4 dan 5) dalam pasal 33 UUD 1945.
Sebagaimana yang dikutip Rioka (2012), dijelaskan Mubyarto (2003) bahwa :
Pikiran di belakang ayat baru tersebut adalah paham persaingan pasar bebas atau neoliberalisme. Kekeliruan lebih serius dari amandemen keempat UUD 1945 adalah hilangnya kata ”sakral” koperasi sebagai bentuk operasional ekonomi kerakyatan atau demokrasi. Hilangnya kata koperasi, telah menggiring bentuk usaha sesuai pasal empat, yaitu diselenggarakan dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
Selain itu, pembangunan ekonomi nasional juga tengah menghadapi
tantangan yang sangat berat, karena berada pada kondisi kritis yang
berkepanjangan dan menjadi sangat kompleks. Pembangunan ekonomi tidak
hanya dihadapkan pada masalah-masalah tentang cara peningkatan taraf hidup
agar rakyat agar menjadi lebih baik, tetapi juga dihadapkan pada masalah era
globalisasi dalam segala hal. Menurut Aris Munandar (Sutendy, 2003 : 1).
Koperasi merupakan wujud perekonomian Indonesia yang disusun sebagai
usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Hal tersebut tercantum dalam
UUD 1945 pasal 33. Kehadiran koperasi dalam kancah ekonomi nasional sebagai
salah satu pelaku ekonomi utama yang diharapkan akan mampu memberikan
Riska Restiana Ahmad, 2013
Sistem Pengelolaan Koperasi Sekolah Dalam Membina Karakter Kebangsaan (Studi Deskriptif Pada Koperasi Sekolah di SMK Negeri 1 Ciamis)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
timbul, yaitu masalah kesempatan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat,
serta pemerataan pembangunan.
Sementara, Suwandi (1982 : 5) menyatakan bahwa :
Koperasi adalah suatu usaha yang permanen atau bersifat tetap serta diatur menurut ilmu pengetahuan yang modern. Sementara tujuan koperasi yang terutama dan terdekat adalah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup anggota-anggotanya dan tujuan Koperasi Indonesia yang lebih jauh dan luhur adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Sehingga sejak kelahirannya bahwa koperasi disadari sebagai suatu upaya
untuk menolong diri sendiri secara bersama-sama. Oleh karena itu dasar “self help and cooperation” atau “individualitet dan solidaritet” selalu disebut bersamaan sebagai dasar pendirian koperasi. Sejak akhir abad yang lalu gerakan koperasi
dunia kembali memperbaharui tekadnya dengan menyatakan keharusan untuk
kembali pada jati diri yang berupa nilai-nilai dan nilai etik serta prinsip-prinsip
koperasi, dengan menyatakan diri sebagai badan usaha dengan pengelolaan
demoktratis dan pengawasan bersama atas keanggotaan yang terbuka dan
sukarela.
ICA (International Cooperative Alliance) merupakan organisasi gerakan
koperasi tertinggi di dunia menegaskan dalam menghadapi globalisasi maka
pentingnya nilai etik yang harus dijunjung tinggi berupa: kejujuran, keterbukaan,
tanggung jawab sosial dan kepedulian kepada pihak lain (honesty, openness,
social responsibility and caring for others).
Kebersamaan dan hidup bersama sebagai modal sosial menciptakan rasa
saling percaya, kerukunan dan toleransi satu sama lain. Kebersamaan seperti ini
yang dikehendaki oleh kegotong-royongan, saling menolong sebagai perwujudan
dari asas kekeluargaan. Ini adalah modal yang sangat berharga bagi koperasi
Riska Restiana Ahmad, 2013
Sistem Pengelolaan Koperasi Sekolah Dalam Membina Karakter Kebangsaan (Studi Deskriptif Pada Koperasi Sekolah di SMK Negeri 1 Ciamis)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Mengenai kebersamaan, dalam pemikiran Bung Hatta, sejatinya, bahwa
koperasi didirikan atas prinsip kebersamaan, senasib, dan sepenanggungan untuk
bergerak meningkatkan kesejahteraan bersama. Namun, karena sikap pragmatisme
ekonomi yang berkembang, maka makna kebersamaan luntur. Kesenjangan
pendapatan antarpenduduk menganga lebar, menandakan lunturnya kebersamaan
itu. Selain itu, tugas besar Koperasi untuk berperan sebagai soko guru
perekonomian bangsa sampai saat ini belum dapat terwujud.
Padahal Koperasi digerakkan agar distribusi dari kepemilikian kekayaan
dan kesempatan berusaha dalam masyarakat dapat diperbaiki secara fungsional
dan terus menerus. Secara hukum, Koperasi memiliki peran dan fungsi
sebagaimana tercantum dalam Pasal 4 UU Koperasi No. 25/1992 yaitu :
1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.
3. Memperkokoh perekonomian rakyat.
4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional.
Oleh karena itu, peran Koperasi dalam perekonomian nasional harus terus
ditingkatkan sehingga dapat meningkatkan kegairahan berusaha di kalangan
masyarakat dengan cara pembinaan yang intensif agar dapat tumbuh berkembang
sehingga Koperasi benar-benar mampu menunaikan peranannya menjadi kekuatan
ekonomi nasional. Dengan demikian, kita harus berperan aktif dalam
pengembangan koperasi di Negeri ini. Salah satunya yaitu dengan ikut serta dalam
berkoperasi.
Akan tetapi, pada saat ini masih banyak orang yang kurang memahami
Riska Restiana Ahmad, 2013
Sistem Pengelolaan Koperasi Sekolah Dalam Membina Karakter Kebangsaan (Studi Deskriptif Pada Koperasi Sekolah di SMK Negeri 1 Ciamis)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Indonesia. Mungkin masih banyak orang yang menganggap koperasi hanyalah
lembaga keuangan biasa. Namun dari kenyataannya koperasi merupakan salah
satu dari tiga sektor usaha formal dalam perekonomian Indonesia. Dalam
kegiatannya, selain kegiatan ekonomi juga menekankan pada kepentingan moral.
Contoh koperasi misalnya Koperasi Sekolah, Koperasi Nelayan dan sebagainya.
Gerakan memasyarakatkan koperasi di Indonesia berkaitan erat dengan
amanat pasal 33 ayat 1 UUD 1945 yang secara implisit mengandung arti bahwa: “Koperasi sebagai suatu inovasi yang diamanatkan untuk dimasyarakatkan, sedangkan untuk memasyarakatkan koperasi di perlukan adanya peran dari pendidikan.”.
Sehingga jika melihat gagasan diatas, maka koperasi sekolah merupakan
wadah yang cocok untuk mengaktualisasikan paham ekonomi Indonesia dalam
kehidupan sehari-hari peserta didik. Namun pada kenyataannya ada beberapa
kendala yang menyebabkan belum mapan dan mantapnya keberadaan koperasi
sekolah. Jika melihat pada hal ini, salah satunya banyak koperasi yang
perkembangannya hanya berjalan ditempat bahkan ada yang sampai gulung tikar
disebabkan kurangnya partisipasi dari anggotanya. Kurangnya partisipasi dari
anggota dikarenakan kurangnya pembelajaran akan koperasi yang dimiliki
anggota. Koperasi di sekolah merupakan salah satu bagian yang penting dalam
proses belajar mengajar disebuah lembaga pendidikan formal.
Sesuai dengan fungsinya sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah
hendaknya selalu berusaha untuk memberikan pelajaran guna mencapai tujuan
pendidikan dengan sebaik-baiknya.
Adapun yang menjadi instruksi dasar adanya pendidikan koperasi, yaitu:
1. Intruksi Presiden no 3 tahun 1960, tentang pendidikan koperasi,
2. Disusul oleh Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Perdagangan dan
Riska Restiana Ahmad, 2013
Sistem Pengelolaan Koperasi Sekolah Dalam Membina Karakter Kebangsaan (Studi Deskriptif Pada Koperasi Sekolah di SMK Negeri 1 Ciamis)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
719/Kpd/XII/1979-28a/1979, tanggal 31 Desember 1979, tentang pendidikan
perkoperasian di sekolah, universitas dan lembaga lainnya.
3. SKB lainnya adalah SKB Menteri Koperasi, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dan Menteri Dalam Negeri Nomor
125/M/KPTS/X/1984-0447a/V/1984, tanggal 4 Oktober 1984 tentang pembinaan dan pengembangan
Koperasi Siswa.
Selanjutnya, berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 0461/ U/ 1984, tentang Pola Pembinaan dan Pengembangan Kesiswaan
dijelaskan bahwa, dua dari delapan materi pembinaan kesiswaan adalah: (a)
pembinaan kepribadian dan budi pekerti luhur; dan (b) pembinaan ketrampilan
dan kewirausahaan siswa. Salah satu cara dalam membina siswa pada aspek
kepribadian adalah setiap satuan pendidikan harus ada Koperasi Sekolah
Persoalan yang muncul adalah, bagaimana cara yang dapat ditempuh dalam
menumbuhkan sikap/karakter siswa di sekolah melalui lembaga Kopsis sekolah?.
Sehingga dengan adanya kebijakan bersama ini dikeluarkan dengan tujuan
agar Koperasi dapat masuk ke dalam kurikulum sekolah dan kegiatan sekolah,
universitas, serta lembaga lain yang bertujuan memberikan pendidikan dan latihan
kepada para siswa dalam berkoperasi. Ini berarti bahwa secara dasar hukum,
pemerintah telah memikirkan tentang pentingnya usaha pendidikan kesadaran
berkoperasi di sekolah terhadap para siswa sejak usia dini dengan cara learning by
doing. Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu situasi yang melibatkan dua
perbuatan, yakni perbuatan belajar yang dilakukan oleh siswa dan perbuatan
mengajar yang dilakukan oleh guru dalam upaya mencapai tujuan pendidikan.
Tujuan pendidikan nasional sebagaimana dirumuskan dalam Undang-Undang No.
20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, menyatakan
Riska Restiana Ahmad, 2013
Sistem Pengelolaan Koperasi Sekolah Dalam Membina Karakter Kebangsaan (Studi Deskriptif Pada Koperasi Sekolah di SMK Negeri 1 Ciamis)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berkaitan dengan hal itu, Herdani (2011) mengungkapkan pidato
Juwono (mantan Menteri Pertahanan Nasional) dalam pidatonya pada sesi kedua
pembukaan Rembuk Nasional Pendidikan 2010 (3/03) menyatakan bahwa :
Pendidikan dan pertahanan sebuah bangsa selalu berkaitan, karena dengan pendidikan kebangsaan yang baik akan tercipta suatu kebhinekaan, dimana hal tersebut akan menjadi modal pertahanan sebuah negara. Beliau berpendapat setiap percikan budaya merupakan bagian dari ke-Indonesiaan untuk mengisi ulang jati diri bangsa Indonesia.
Ada tiga tempat pendidikan yaitu sekolah, rumah dan masyarakat.
Lembaga pendidikan di rumah sudah jelas yaitu rumah tempat tinggal seseorang,
lembaga pendidikan sekolah yaitu sekolah dengan bermacam tingkat dan jenis.
Adapun lembaga pendidikan yang berlaku di masyarakat ialah di
lembaga-lembaga masyarakat seperti koperasi, kepolisian, pengadilan, organisasi politik
dan lain-lain. Berhasilnya pendidikan membangun akhlak merupakan hal yang
sangat penting bagi kita, karena ia merupakan inti pendidikan kita. Penting juga
untuk meneruskan bangsa ini yang ditandai dengan ketinggian akhlaknya yang
mana bisa didapatkan oleh seseorang melalui pengalaman, pendidikan formal
maupun non formal.
Berhasilnya suatu pendidikan akhlak penting juga dalam rangka
menyiapkan generasi penerus untuk mampu hidup dalam zaman global. Dalam
zaman global itu seseorang memerlukan pengendali yang kuat supaya ia mampu
Riska Restiana Ahmad, 2013
Sistem Pengelolaan Koperasi Sekolah Dalam Membina Karakter Kebangsaan (Studi Deskriptif Pada Koperasi Sekolah di SMK Negeri 1 Ciamis)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
zaman global tahan banting, maka bisa dilakukan dengan pendidikan, Secara
sederhana, fokus pendidikan hanya tiga, yaitu membangun pengetahuan,
membangun keterampilan (skill), dan membangun karakter. Dari ketiga elemen
pendidikan intinya hanya satu yakni berbasis, adalah karakter.
Pendidikan kita cukup berhasil dalam membangun pengetahuan (sains dan
teknologi), cukup berhasil juga dalam membangun keterampilan, namun
pendidikan kita ternyata belum maksimal dalam membangun karakter. Mengapa
demikian ? karena pembangunan karakter itu belum pernah dijadikan fokus dalam
pendidikan kita. Perhatikan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
(UUSPN). Kita telah memiliki 6 UUSPN yaitu UU tahun 1946, UU Tahun 1950,
UU Tahun 1954, TAP-MPR Tahun 1967, UU Nomor 2 Tahun 1989, dan terakhir
UU Nomor 20 Tahun 2003. Tidak satupun UU itu yang menjadikan
pembangunan karakter sebagai fokus pendidikan nasional. Hal ini dlihat,
pendidikan karakter selalu ada sejak undang-undang yang pertama secara
tersamar, pendidikan karakter merupakan bagian dari pendidikan agama dan
pendidikan kewarganegaraan (PKn) tetapi pendidikan karakter itu tidak dijadikan
salah satu fokus pendidikan nasional.
Pendidikan kewarganegaraan (PKn) sebagai mata pelajaran dalam
kurikulum sekolah-sekolah di Indonesia secara formal telah dikenal sejak
kurikulum tahun 1960an. Sejak awal mengalami perkembangan fluktuatif atau
pasang surut, baik dalam istilah maupun isinya. Istilah yang telah digunakan
berubah-ubah yang diantaranya Civic dalam kurikulum 1962, kemudian berubah
menjadi Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan Kewargaan dalam
kurikulum tahun 1968-1969, berubah lagi menjadi Pendidikan Moral Pancasila
dalam kurikulum 1975-1989, kemudian menjadi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan dalam kurikulum 1999, dan yang terakhir sampai sekarang
Riska Restiana Ahmad, 2013
Sistem Pengelolaan Koperasi Sekolah Dalam Membina Karakter Kebangsaan (Studi Deskriptif Pada Koperasi Sekolah di SMK Negeri 1 Ciamis)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Undang-Undang No 20 tahun 2003. Walaupun demikian tetap memiliki tujuan yang sama yakni “mengembangkan karakter warganegara Indonesia yang baik dan cerdas” (Winataputra, 2001).
Karakter warganegara yang baik secara konseptual mencakup pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan yang berkenaan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban sebagai warganegara dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia dengan berdasarkan ideologi Pancasila dan mengacu kepada UUD 1945.
Hal itu menunjukkan betapa pentingnya pembentukan karakter peserta
didik. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai bagian dari mata pelajaran yang ada
dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah memiliki peran strategis untuk
turut serta dalam pembentukan kepribadian peserta didik.
Merujuk pada gagasan tersebut diatas, menurut Mahoney (Nurmalina dan
Syaifullah. 2008:2) bahwa:
Civic education includes and involves those teaching, that type of teaching methode, those student activities, those administrative supervisory-which the school may utilize purposively to make for better living together in the democratic way or (sinonymously) to develop better civic behaviors.
Menurut pengertian tersebut ruang lingkup PKn (Civic Education)
meliputi seluruh kegiatan sekolah termasuk kegiatan ekstrakurikuler seperti
kegiatan didalam kelas dan diluar kelas, diskusi, dan organisasi kegiatan siswa.
Adapun tujuan kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan tujuan yang
tercantum dalam Permendiknas No. 39 Tahun 2008, yaitu:
1. Mengembangkan potensi siswa secara optimal dan terpadu yang meliputi bakat, minat dan kretivitas;
2. Memantapkan kepribadian siswa untuk mewujudkan ketahanansekolah sebagai lingkungan pendidikan sehingga terhindar dari usaha dan pengaruh negatif dan bertentangan dengan tujuan pendidikan;
Riska Restiana Ahmad, 2013
Sistem Pengelolaan Koperasi Sekolah Dalam Membina Karakter Kebangsaan (Studi Deskriptif Pada Koperasi Sekolah di SMK Negeri 1 Ciamis)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Menyiapkan siswa agar menjadi warga masyarakat yang berakhlak mulia, demokratis, menghormati hak-hak asasi manusia dalamrangka mewujudkan masyarakat madani (civil society).
Fungsi dan tujuan di atas, menunjukkan bahwa pendidikan di setiap
satuan pendidikan harus diselenggarakan secara sistematis guna
mencapai tujuan tersebut. Permasalahannya adalah apakah pendidikan di
masing-masing satuan pendidikan telah diselenggarakan dengan baik, dan
mencapai hasil seperti yang diharapkan. Untuk melihat mutu
penyelenggaraan pendidikan dapat dilihat dari beberapa indikator.
Beberapa indikator mutu hasil pendidikan yang selama ini digunakan
diantaranya adalah nilai Ujian Nasional (UN), persentase kelulusan, angka drop
out (DO), angka mengulang kelas, persentase lulusan yang melanjutkan ke
jenjang pendidikan diatasnya. Indikator-indikator tersebut cenderung bernuansa
kuantitatif, mudah pengukurannya dan bersifat universal.
Di samping indikator kuantitatif, indikator mutu hasil pendidikan lainnya
yang sangat penting untuk dicapai adalah indikator kualitatif yang meliputi:
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Indikator kualitatif tersebut berkaitan dengan
pembentukan karakter peserta didik dan berkaitan dengan pembentukan sikap
serta keterampilan/skill berwirausaha peserta didik sehingga mampu bersaing,
beretika, bermoral, sopan santun, memiliki sikap dan ketrampilan/skill
berwirausaha.
Merujuk pada hal tersebut diatas, Nirbito dkk (1985 : 65) menjelaskan
bahwa tujuan pendidikan Koperasi menyangkut 3 aspek yang penting, yaitu :
Riska Restiana Ahmad, 2013
Sistem Pengelolaan Koperasi Sekolah Dalam Membina Karakter Kebangsaan (Studi Deskriptif Pada Koperasi Sekolah di SMK Negeri 1 Ciamis)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengajar di kelas tidaklah mewadahi. Oleh karena itu perlu wadah lain yaitu didirikannya Koperasi Sekolah sebagai wadah untuk melengkapi kegiatan belajar di kelas. Dengan cara ini tercapailah 3 aspek yang mendukung tujuan pendidikan Koperasi tersebut.
Hal ini sejalan dengan Keputusan Bersama Menteri Perdagangan dan
Koperasi R.I. dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. Nomor 719/Kpb/XII/’79 dan Nomor 282a/P/1979, tentang Pendirian Perkoperasian di Sekolah, Universitas dan lain-lain Lembaga Pendidikan di Lingkungan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, tersebut pasal 1 yang berbunyi :
Meningkatkan pendidikan perkoperasian dan praktek perkoperasian di sekolah, universitas dan lain-lain lembaga pendidikan yang ada di Lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan tujuan agar para siswa mempunyai sikap, pengetahuan dan keterampilan berkoperasi sehingga berdaya guna dan berhasil guna dalam ikut serta melaksanakan Pembangunan Nasional.
Koperasi sekolah dilaksanakan dengan menanamkan nilai-nilai koperasi
kepada peserta didik, nilai-nilai tersebut antara lain jujur, percaya diri, kreatif,
kepemimpinan, inovatif, dan berani menanggung resiko berbasis kebangsaan.
Nilai-nilai tersebut merupakan bagian dari nilai-nilai pendidikan karakter.
Sehingga pendidikan koperasi bukan hanya menyumbangkan penanaman
nilai-nilai kewirausahaan sesuai dengan karakter yang ada, tetapi juga akan
membentuk karakter bangsa.
Sejalan dengan hal itu, Coon (Zubaedi, 2011:8) mendefinisikan karakter
sebagai “suatu penilaian subjektif terhadap kepribadian seseorang yang berkaitan
dengan atribut kepribadian yang dapat atau tidak dapat diterima oleh masyarakat”. Karakter berarti tabi’at atau kepribadian. Karakter merupakan “keseluruhan disposisi kodrati dan disposisi yang telah dikuasai secara stabil yang
Riska Restiana Ahmad, 2013
Sistem Pengelolaan Koperasi Sekolah Dalam Membina Karakter Kebangsaan (Studi Deskriptif Pada Koperasi Sekolah di SMK Negeri 1 Ciamis)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu menjadikannya tipikal dalam cara berfikir dan bertindak.
Karakter bangsa untuk membentuk manusia secara utuh (holistik), sebagai
insan yang memiliki nilai-nilai kebangsaan yang berpola pada cinta tanah air.
Dalam fungsinya sebagai pengembangan kepribadian siswa, koperasi siswa
bertujuan untuk mengembangkan rasa tanggung jawab, kesadaran berkoperasi,
setia kawan, pembinaan persatuan dan kesatuan siswa serta pengembangan jiwa
demokratis pada diri siswa. Agar dapat memenuhi fungsi tersebut maka perlu
ditanamkan pengalaman teoritis dan praktis dalam berkoperasi. Para siswa tidak
hanya perlu diberikan pengalaman konseptual tetapi juga perlu diberi kesempatan
melihat secara dekat dan dilibatkan secara langsung hidup bergotong royong
dalam setiap kegiatan Koperasi.
Penanaman nilai-nilai koperasi melalui pengembangan koperasi sekolah di
semua jenjang pendidikan akan membentuk karakter kebangsaan peserta didik
sekaligus cinta tanah air. Diimplementasikan mulai dari jenjang pendidikan
terendah (PAUD) hingga tertinggi (Perguruan Tinggi) maka nilai-nilai koperasi
terhadap karakter kebangsaan tersebut akan melekat kuat di benak dan hati
peserta didik dan pada akhirnya peserta didik tersebut (sebagai generasi penerus
bangsa) akan memiliki nilai-nilai karakter yang kuat dan pada akhirnya akan
membentuk karakter kebangsaan.
Dari kajian di lapangan ditemukan bahwa Koperasi Sekolah tidak serta
merta mencari keuntungan disamping itu pula dibutuhkan untuk membina dan
mengembangkan karakter kebangsaan yang dimulai dari diri sendiri khususnya
peserta didik. Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Ciamis merupakan sekolah
yang memiliki koperasi sekolah yang representatif, hal itu terlihat mulai dari
sistem pengelolaan, program kerja, kepengurusan, pengawasan dan bimbingan
yang telah disesuaikan dengan AD/ART. Sehingga perlu adanya optimalisasi
Riska Restiana Ahmad, 2013
Sistem Pengelolaan Koperasi Sekolah Dalam Membina Karakter Kebangsaan (Studi Deskriptif Pada Koperasi Sekolah di SMK Negeri 1 Ciamis)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “SISTEM PENGELOLAAN KOPERASI SEKOLAH DALAM MEMBINA KARAKTER
KEBANGSAAN (Study deskriptif pada Koperasi Sekolah di SMK Negeri 1
Ciamis)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas, maka peneliti mengajukan rumusan masalah pokok penelitian ini, yaitu: “Bagaimanakah sistem pengelolaan koperasi sekolah dalam membina karakter kebangsaan di sekolah?”.
Agar penelitian ini lebih terarah pada pokok permasalahan, maka peneliti
jabarkan dalam beberapa sub-sub masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah persepsi warga sekolah mengenai sistem pengelolaan koperasi
sekolah dalam membina karakter kebangsaan ?
2. Nilai-nilai apa yang mendukung terhadap program koperasi sekolah dalam
mengembangkan karakter kebangsaan ?
3. Strategi apa untuk menanamkan karakter kebangsaan dalam upaya
pengelolaan koperasi sekolah?
4. Bagaimana dampak pelaksanaan sistem pengelolaan koperasi sekolah dalam
membina karakter kebangsaan peserta didik ?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan deskripsi
tentang pengembangan koperasi sekolah terhadap karakter kebangsaan di sekolah.
Sedangkan secara khusus tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan persepsi warga sekolah mengenai sistem pengelolaan
Riska Restiana Ahmad, 2013
Sistem Pengelolaan Koperasi Sekolah Dalam Membina Karakter Kebangsaan (Studi Deskriptif Pada Koperasi Sekolah di SMK Negeri 1 Ciamis)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Mengetahui nilai-nilai yang mendukung terhadap program koperasi sekolah
mengembangkan karakter kebangsaan
3. Mendeskripsikan strategi untuk menanamkan karakter kebangsaan dalam
upaya pengelolaan koperasi sekolah.
4. Mengetahui dampak pelaksanaan sistem pengelolaan koperasi sekolah dalam
membina karakter kebangsaan peserta didik.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah bersifat teoritik
dan praktis. Adapun manfaat-manfaat tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Teoritik
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk mengembangkan proses dan
materi koperasi sekolah dalam membina karakter kebangsaan, khususnya karakter
warga sekolah yang sesuai dengan tujuan PKn yaitu to be good citizenshif
(membentuk warga Negara yang baik).
2. Praktis
a. Bagi peneliti, penelitian ini berguna sebagai bahan untuk mengelola
koperasi sekolah dalam membina karakter kebangsaan,, baik dari segi
konsep ataupun pembelajarannya.
b. Bagi sekolah, penelitian ini berguna untuk membantu setiap satuan
pendidikan (sekolah) dalam memberi makna lebih dan memanfaatkan
peluang mata pelajaran PKn dan mata pelajaran lainnya untuk mengelola
koperasi sekolah dalam membina karakter kebangsaan.
c. Bagi peserta didik, penelitian ini berguna sebagai pembentukan jiwa yang
sesuai dengan karakternya khususnya karakter kebangsaan.
Riska Restiana Ahmad, 2013
Sistem Pengelolaan Koperasi Sekolah Dalam Membina Karakter Kebangsaan (Studi Deskriptif Pada Koperasi Sekolah di SMK Negeri 1 Ciamis)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Koperasi
Berdasarkan undang-undang nomor 12 tahun 1967, koperasi Indonesia adalah
organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial dan beranggotakan
orang-orang, badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi
sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Subandi (2009 : 18)
menyatakan bahwa koperasi berasal dari bahasa Inggris co-operation yang
berarti usaha bersama. Dengan kata lain berarti segala pekerjaan yang
dilakukan secara bersama-sama sebenarnya dapat disebut sebagai koperasi.
Namun demikian yang dimaksud dengan Koperasi disini adalah suatu bentuk
peraturan dan tujuan tertentu pula, perusahaan yang didirikan oleh
orang-orang tertentu, untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu. Sejarah koperasi
menurut Baswir (2000:11) bahwa Koperasi pertama kali muncul di Eropa
pada awal abad ke-19. Ketika itu, Negara-negara Eropa yang menerapkan
sistem ekonomi kapitalis, kaum buruh sedang berada pada puncak
penderitannya. Untuk membebaskan diri mereka dari tindasan sistem
perekonomian kapitalis, serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
anggota masyarakat di sekitarnya, kaum buruh bersepakat untuk menyatukan
diri mereka dengan membentuk koperasi. Koperasi yang pertama berdiri
tersebut disebut Koperasi Rochdale di Inggris.
2. Koperasi Sekolah
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan
Riska Restiana Ahmad, 2013
Sistem Pengelolaan Koperasi Sekolah Dalam Membina Karakter Kebangsaan (Studi Deskriptif Pada Koperasi Sekolah di SMK Negeri 1 Ciamis)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pengertian tersebut, maka dapat dikemukakan ciri-ciri Koperasi Sekolah
sebagai berikut :
a. Koperasi Sekolah didirikan dalam rangka kegiatan belajar mengajar para
siswa di Sekolah.
b. Para anggotanya adalah kalangan siswa yang bersangkutan.
c. Karena pendirian koperasi ini ada kaitannya dengan belajar mengajar,
maka tidak diisyaratkan menjadi Badan Hukum.
d. Berfungsi sebagai Laboratorium pengajaran Koperasi di Sekolah.
Nirbito dkk ( 1985:66)
3. Karakter
Secara harfiah, karakter mempunyai makna psikologis atau sifat kejiwaan karena terkait dengan kepribadian, akhlak/budi pekerti, tabi’at, watak, sifat kualitas yang membedakan seseorang dari yang lain/kekhasan (particulat
quarty) yang dapat menjadikan seseorang terpercaya dari orang lain (Sapriya,
2007). Dengan makna seperti itu karakter identik dengan kepribadian
atau akhlak. Kepribadian merupakan ciri, karakteristik, atau sifat
khas diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang
diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil dan bawaan
sejak lahir (Koesoema, 2007: 80). Seiring dengan pengertian ini, ada
sekelompok orang yang berpendapat bahwa baik buruknya karakter manusia
sudah menjadi bawaan dari lahir. Jika bawaannya baik, manusia itu
akan berkarakter baik, dan sebaliknya jika bawaannya jelek, manusia itu
akan berkarakter jelek. Jika pendapat ini benar, pendidikan karakter tidak ada
gunanya, karena tidak akan mungkin merubah karakter orang yang sudah
taken for granted. Sementara itu, sekelompok orang lain berpendapat
Riska Restiana Ahmad, 2013
Sistem Pengelolaan Koperasi Sekolah Dalam Membina Karakter Kebangsaan (Studi Deskriptif Pada Koperasi Sekolah di SMK Negeri 1 Ciamis)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pendidikan karakter menjadi bermakna untuk membawa manusia dapat
berkarakter yang baik.
4. Karakter Kebangsaan
“Istilah karakter kebangsaan adalah sebuah tindakan kebersamaan. Artinya, semua komponen dari bangsa tersebut harus sepakat melalui kesadaran diri
sendiri untuk menginternalisasikan nilai-nilai kebangsaan dan ideology
kebangsaan ke dalam mindset masing-masing individu atau kelompok. Setiap
individu dan kelompok harus bersikap proaktif untuk memperkaya
kepribadian masing-masing dengan nilai-nilai ideology Negara dan filosofi
kebangsaan. Termasuk, cerdas menghapus nilai-nilai kehidupan yang
berpotensi merusak karakter kebangsaan (www.djajendra-motivator.com).
Penelitian ini bertolak pada pengertian karakter kebangsaan dengan dimaknai
ciri-ciri kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai luhur yang bersumber dari
budaya bangsa Indonesia dijiwai nilai-nilai pancasila dan UUD 1945. Sejalan
dengan itu Budimansyah dan Komalasari (2011 : 57) bahwa nilai karakter
kebangsaan merupakan cara berfikir, bertindak, dan wawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
F. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian merupakan kerangka berfikir yang menjelaskan
bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan dan perlakuan peneliti
terhadap ilmu atau teori. Adapun paradigma dalam penelitian ini merupakan cara
pandang, cara berfikir, atau kerangka fikir tentang penelitian sistem pengelolaan
Riska Restiana Ahmad, 2013
Sistem Pengelolaan Koperasi Sekolah Dalam Membina Karakter Kebangsaan (Studi Deskriptif Pada Koperasi Sekolah di SMK Negeri 1 Ciamis)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ini dapat membantu memahami keseluruhan isi penelitian, yang dituangkan ke
Bagan 1.1
Riska Restiana Ahmad, 2013
Sistem Pengelolaan Koperasi Sekolah Dalam Membina Karakter Kebangsaan (Studi Deskriptif Pada Koperasi Sekolah di SMK Negeri 1 Ciamis)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Artinya data yang
dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari
naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan, memo dan
dokumen resmi lainnya. Pemilihan pendekatan penelitian kualitatif ini
dikarenakan peneliti bermaksud ingin mendeskripsikan dan memahami secara
menyeluruh sistem pengelolaan koperasi sekolah dalam membina karakter
kebangsaan di SMK Negeri 1 Ciamis.
Penelitian kualitatif merupakan metode untuk mengekplorasi dan
mamahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap
berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Proses penelitian kualitatif ini
melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan
prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari para partisipan,
menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-tema
umum, dan menafsirkan makna data
Menurut Keirl dan Miller dalam Moleong (2004:131) yang dimaksud
dengan penelitian kualitatif adalah „tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial
yang secara fundamental bergantung pada pengematana, manusia, kawasannya
sendiri, dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan
peristilahannya‟.
Sementara Creswell (Satori dan Komariah, 2011:24) menjelaskan mengenai
definisi penelitian kualitatif bahwa:
Riska Restiana Ahmad, 2013
Sistem Pengelolaan Koperasi Sekolah Dalam Membina Karakter Kebangsaan (Studi Deskriptif Pada Koperasi Sekolah di SMK Negeri 1 Ciamis)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dari pernyataan tersebut, maka dapat dipahami bahwa penelitian kualitatif
merupakan proses penelitian untuk memahami berdasarkan tradisi metodologi
penelitian tertentu dengan cara menyelidiki masalah sosial atau manusia. Peneliti
membuat gambaran kompleks bersifat holistik, menganalisis kata-kata,
melaporkan pandangan-pandangan para informan secara rinci, dan melakukan
penelitian dalam situasi alamiah
2. Metode Penelitian
Metode yang dipilih dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Menurut Whitney dalam Nazir (2003:16) bahwa :
Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-stuasi tertentu, termasuk tentang hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.
Sementara menurut Hasan (2003: 22-23) bahwa metode deskriptif pada
hakekatnya mencari teori bukan menguji teori. Metode ini menitikberatkan pada
observasi dan suasana alamiah. Peneliti bertindak sebagai pengamat. Ia hanya
membuat kategori pelaku, mengamati gejala dan mencatatnya dalam buku
observasi. Dengan suasana alamiah berarti bahwa peneliti terjun ke lapangan,. Ia
tidak berusaha memanipulasi variabel. Karena kehadirannya, mungkin
mempengaruhi gejala, peneliti harus berusaha memperkecil pengaruh tersebut.
Pada penelitian dengan metode deskriptif ini, disyaratkan sebagai berikut:
a. Peneliti harus memiliki sifat represif. Ia harus selalu mencari, bukan menguji.
b. Peneliti harus memiliki kekuatan integratif, kekuatan untuk memadukan
berbagai macam informasi yang diterimanya menjadi satu kesatuan penafsiran.
Pemilihan metode deskriptif ini sudah tentu melalui pertimbangan dan
Riska Restiana Ahmad, 2013
Sistem Pengelolaan Koperasi Sekolah Dalam Membina Karakter Kebangsaan (Studi Deskriptif Pada Koperasi Sekolah di SMK Negeri 1 Ciamis)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memaparkan tentang sistem pengelolaan koperasi sekolah terhadap karakter
kebangsaan. Mengenai hal itu, Nazir (2003:16) menjelaskan tujuan dari penelitian
deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara
sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antar fenomena yang diselidiki.
Berdasarkan pernyataan diatas, peneliti memilih metode deskriptif karena
metode ini dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap individu,
kelompok, organisasi atau gejala tertentu. Adapun gejala tertentu
B. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini sebagai instrument utama adalah peneliti sendiri yang
terjun ke lapangan untuk mencari informasi melalui observasi, wawancara dan
studi dokumentasi. Pemikiran ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Nasution
(2003 : 9) bahwa :
Peneliti adalah “key instrument” atau alat penelitian utama. Dialah mengadakan sendiri pengamatan atau wawancara tak berstruktur, sering hanya menggunakan buku catatan. Ia tidak menggunakan alat-alat seperti test atau angket seperti yang lazim digunakan dalam penelitian kuantitatif. Hanya manusia sebagai instrument dapat memahami makna interaksi antar manusia, membaca gerak muka, menyelami perasaan dan nilai yang terkandung dalam ucapan atau perbuatan responden. Walaupun digunakan alat rekam atau kamera, peneliti tetap memegang peranan utama sebagai alat penelitian.
Hal tersebut diperkuat oleh Creswell (2010 : 264) bahwa „peneliti terlibat
dalam pengalaman yang berkelanjutan dan terus menerus dengan para partisipan.
Instrument utama dalam penelitian ini adalah penulis sendiri yang langsung terjun
ke lapangan untuk mencari informasi melalui observasi dan wawancara‟.
Selanjutnya, menurut Nasution (dalam Sugiyono, 2011 : 306) bahwa
peneliti sebagai instrument penelitian serasi untuk penelitian serupa karena
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Riska Restiana Ahmad, 2013
Sistem Pengelolaan Koperasi Sekolah Dalam Membina Karakter Kebangsaan (Studi Deskriptif Pada Koperasi Sekolah di SMK Negeri 1 Ciamis)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrument berupa test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.
4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusai, tidak dapat difahami dengan pengetahuan sem ata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.
5. Peneliti sebagai instrument dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengematan untuk mentest hipotesis yang timbul seketika.
6. Hanya manusia sebagai instrument dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan dan pelakan.
7. Dalam penelitian dengan menggunakan test atau angket yang bersifat kuantitatif yang diutamakan adalah respon yang dapat dikuantifikasi agar dapat diolah secara statistic, sedangkan yang menyimpang dari itu tidak dihiraukan. Dengan manusia sebagai instrument, respon yang aneh, yang menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain daripada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.
Oleh karena itu, di dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan
antar manusia, dimana selama proses penelitian penulis akan lebih banyak
mengadakan kontak langsung dengan orang-orang di sekitar situs penelitian yaitu
di SMK Negeri 1 Ciamis. Dengan demikian penulis akan lebih leluasa mencari
informasi dan data yang terperinci tentang berbagai hal yang diperlukan untuk
penelitian.
C. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2011 : 308), teknik pengumpulan data merupakan
langkah yang paling stragegis dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data,
maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
Riska Restiana Ahmad, 2013
Sistem Pengelolaan Koperasi Sekolah Dalam Membina Karakter Kebangsaan (Studi Deskriptif Pada Koperasi Sekolah di SMK Negeri 1 Ciamis)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini ialah: Observasi, Wawancara,
Dokumentasi, dan Studi Literatur.
1. Observasi Partisipatif
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan-kegiatan sehari-hari
orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data
penelitian.Dengan observasi partisipatif ini, maka data yang diperoleh aka lebih
lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku
yang nampak.
Berkaitan dengan observasi partisipatif (participant observation) ini,
menurut Merriam (1988) sebagaimana dikutip oleh Alwasilah (2008 : 219-220)
mengidentifikasi empat kategori pengobservasi sebagai berikut:
a. Peserta penuh (complete participant): Peneliti sebagai anggota kelompok yang sedang diamati. Ia menyembunyikan identitas dirinya sebagai pengamat (peneliti). Sebagai orang dalam, ia akan mendapatkan infromasi kelompoknya dengan mudah. Kemudahan ini berimbang dengan kesulitan yang mungkin timbul, yaitu hilangnya sudut pandang kelompok, kemungkinan dianggap mata-mata manakalah hasil penelitian dilaporkan kemudian, dan persoalan etika karena kemungkinan dianggap „menipu‟ teman sekelompok.
b. Peserta sebagai pengamat (participant as observer): Peran peneliti sebagai pengamat diketahui oleh kelompoknya, dan kegiatan-kegiatan itu kurang dominan dibandingkan dengan dirinya sebagai peserta kelompok. Untuk mendapat informasi mendalam dari kelompoknya, peneliti harus menjamin kerahasiaan kelompok ini.
c. Pengamat sebagai peserta (observer as participant): Peneliti sebagai pengamat diketahui oleh kelompok yang diamati. Partisipasinya dalam kelompok kurang dominan dibandingkan dengan perannya sebagai pengamat. Pengamat mendapat akses untuk mendapatkan infromasi dari kelompok, namun informasi itu tetap ada dalam kendali kelompok.
d. Pengamat penuh (complete observer): Pangamat tersembunyi sehingga responden tidak mengetahui bahwa dirinya sedang diamati. Seorang praktikan di ruang micro teaching dengan kaca tembus pandangan searah, misalnya, tidak dapat melihat keberadaan pengamat yang dengan luluasa dapat mengamati responden.
Riska Restiana Ahmad, 2013
Sistem Pengelolaan Koperasi Sekolah Dalam Membina Karakter Kebangsaan (Studi Deskriptif Pada Koperasi Sekolah di SMK Negeri 1 Ciamis)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Esterberg (2002) sebagaimana dikutip oleh Sugiyono (2011 : 317) mendefinisikan wawancara sebagai berikut, “a meeting of two persons to exchange information and idea through question and respons, resulting in
communication and joint construction of meaning about a particular topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan
ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu.
Selanjutnya mengenai teknik wawancara dikemukakan oleh Cresswel
(2010: 267) bahwa:
Dalam wawancara kualitatif peneliti dapat melakukan face to face interview (wawancara berhadap hadapan) dengan partisipan, mewawancarai mereka dengan telepon, atau terlibat dalam facus group interview (interview dalam kelompok tertentu)yang terdiri dari enam sampai delapan partisipan perkelompok. Wawancara-wawancara seperti ini tentu saja memerlukan pertanyaan-pertanyaan yang secara umum tidak terstruktur (unstructed) dan bersifat terbuka (open-ended) yang dirancang untuk memunculkan padangan dan opini dari partisipan.
Sedangkan tujuan dari wawancara menurut Nasution (2003 : 73) yaitu
untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain,
bagaimana pandangannya tentang dunia, yaitu hal-hal yang tidak dapat kita
ketahui melalui observasi. Setiap kali kita mengadakan wawancara, kita harus
menjelaskan apa tujuan kita berwawancara dengan dia, keterangan apa yang kita
harapkan daripadanya.
Penjelasan itu mengarahkan jalan pikirannya, sehingga ia tahu apa yang
akan disampaikannya. Penjelasan itu sedapat-dapatnya dilakukan dalam bahasa
dan istilah-istilah yang dipahami oleh responden.
3. Dokumentasi
Studi dokumentasi ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data-data
penelitian dalam bentuk tulisan, gambar, foto, dan lain-lain.Menurut Sugiono
Riska Restiana Ahmad, 2013
Sistem Pengelolaan Koperasi Sekolah Dalam Membina Karakter Kebangsaan (Studi Deskriptif Pada Koperasi Sekolah di SMK Negeri 1 Ciamis)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Sejalan dengan pendapat tersebut,
menurut Nasution (2003 : 85) bahwa data dalam penelitian kualitatif kebanyakan
diperoleh dari sumber manusia atau human resources, melalui observasi atau
wawancara. Akan tetapi, ada pula sumber bukan manusia, non human resources,
diantaranya dokumen, foto dan bahan statistic perlu mendapat perhatian
selayaknya. Dokumen terdiri atas tulisan pribadi seperti buku harian, surat-surat
dan dokumen resmi.
4. Studi Literatur
Studi literatur di sini bertujuan untuk mengumpulkan dan mengkaji
berbagai macam teori yang berkaitan dengan penelitian.Teknik ini dilakukan oleh
peneliti lewat mencari sumber-sumber yang relevan dengan penelitian, melalui
buku-buku, jurnal, dan sumber-sumber di internet.
D. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Menurut Nasution (2003) lokasi penelitian menunjukkan pada pengertian
tempat atau lokasi sosial penelitian yang dicirikan oleh adanya tiga unsur, yaitu
pelaku, tempat dan kejadian yang diobservasi.
Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Ciamis yang beralamat di Jalan
Jend. Sudirman No. 269 Telp./Fax. (0265) 771204 – 776955 Desa/Kelurahan :
Sindangrasa, Kecamatan Ciamis. Sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah
menengah yang masih melestarikan dan mengelola koperasi sekolah untuk
membentuk karakter kebangsaan peserta didik untuk menjadi warga Negara yang
baik.
Sehingga alasan peneliti melakukan penelitian dengan metode deskriptif
ini karena sesuai dengan sifat dan tujuan penelitian yang ingin diperoleh dari
gambaran nyata tentang bagaimana sistem pengelolaan koperasi sekolah dalam
membina karakter kebangsaan. Karena penelitian ini bersifat kualitatif, maka
instrumen utama dari penelitian ini adalah peneliti sendiri yang terjun langsung ke
Riska Restiana Ahmad, 2013
Sistem Pengelolaan Koperasi Sekolah Dalam Membina Karakter Kebangsaan (Studi Deskriptif Pada Koperasi Sekolah di SMK Negeri 1 Ciamis)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Subjek Penelitian
Penelitian selalu dihadapkan pada sumber data yang disebut dengan subjek
penelitian yang akan memberikan informasi sesuai dengan permasalahan
penelitiannya.
Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah Pembina
Koperasi Sekolah, Pengurus Koperasi Sekolah, Anggota Koperasi Sekolah, Guru
PKn dan Peserta didik. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Nasution (2003:32)
yaitu :
Dalam penelitian kualitatif yang dijadikan sampel hanyalah sumber yang dapat member informasi. Sampel dapat berupa hal, peristiwa manusia, dan situasi yang diobservasi. Sering sampel berup responden yang dapat diwawancarai. Sampel dipilih secara “purposive” bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu. Sering responden diminta untuk menunjuk orang lain yang dapat memberikan informasi, dan kemudian responden ini diminta pula menunjuk orang lain, dan seterusnya. Cara ini lazim disebut “snowball sampling” yang dilakukan secara serial atau berurutan.
Selanjutnya, menurut Lincoln dan Guba (dalam Sugiyono, 2011 : 301)
bahwa dalam penelitian kualitatif, spesifikasi sampel tidak dapat ditentukan
sebelumnya. Ciri-ciri khusus sampel purposive, yaitu :
a. Emergent sampling design/sementara
b. Serial selection of sample units/menggelinding seperti bola salju (snow
ball)
c. Continous adjustment or ’focusing’ of the sample/disesuaikan dengan kebutuhan
d. Selection to the point of redundancy/dipilih sampai jenuh.
Karena dalam penelitian ini menggunakan sampel purposive dan snowball
sampling maka besarnya sampel ditentukan oleh adanya pertimbangan perolehan
informasi. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan saat peneliti mulai
masuk lapangan dan selama penelitian berlangsung serta dianggap telah memadai
apabila telah sampai pada titik jenuh. Sehingga pengumpulan data dari responden