• Tidak ada hasil yang ditemukan

REPRESENTASI MAKNA MOTIVASI DALAM SERIAL DOKUMENTER NETFLIX THE LAST DANCE (Analisis Semiotika John Fiske)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "REPRESENTASI MAKNA MOTIVASI DALAM SERIAL DOKUMENTER NETFLIX THE LAST DANCE (Analisis Semiotika John Fiske)"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

REPRESENTASI MAKNA MOTIVASI DALAM SERIAL DOKUMENTER NETFLIX “THE LAST DANCE”

(Analisis Semiotika John Fiske) PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi

Program Studi Ilmu Komunikasi

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS KOMUNIKASI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TELKOM BANDUNG

2022

(2)

DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian 1

1.2 Fokus Penelitian 5

1.3 Identifikasi Masalah 6

1.4 Tujuan Penelitian 6

1.5 Manfaat Penelitian 6

1.5.1 Manfaat Teoritis 6

1.5.2 Manfaat Praktis 6

1.6 Waktu dan Periode Penelitian 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Semiotika dan Komunikasi 8

2.2 Semiotika John Fiske 9

2.3 Sinematografi 11

2.4 Film Dokumenter 16

2.5 Motivasi 18

2.6 Penelitian Terdahulu 20

2.7 Kerangka Pemikiran 23

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Paradigma Penelitian 25

3.2 Metode Penelitian 26

3.3 Objek Penelitian 26

3.3.1 Poster Serial Dokumenter The Last Dance 28

3.3.2 Pemain dan Kru Serial Dokumenter The Last Dance 28

3.4 Definisi Konsep 29

3.5 Unit Analisis 29

3.6 Teknik Pengumpulan Data 33

3.6.1 Data Primer 33

3.6.2 Data Sekunder 34

3.7 Teknik Analisis Data 34

DAFTAR PUSTAKA 35

(3)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Waktu dan Periode Penelitian 7

Tabel 2.1 Tingkat Semiotika John Fiske 10

Tabel 2.2 Penelitian 1 20

Tabel 2.3 Penelitian 2 21

Tabel 2.4 Penelitian 3 21

Tabel 2.5 Penelitian 4 21

Tabel 2.6 Penelitian 5 21

Tabel 2.7 Penelitian 6 22

Tabel 2.8 Penelitian 7 22

Tabel 2.9 Penelitian 8 22

Tabel 2.10 Penelitian 9 22

Tabel 2.11 Penelitian 10 23

Tabel 2.12 Penelitian 11 23

Tabel 2.13 Penelitian 12 23

Tabel 3.1 Sinopsis The Last Dance Episode 1-10 26

Tabel 3.2 Pemain dan Kru The Last Dance 28

Tabel 3.3 Unit Analisis 30

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Data Penonton Platform Stream di Dunia 3

Gambar 1.2 Poster Dokumenter The Last Dance 4

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 24

Gambar 3.1 Poster Dokumenter The Last Dance 28

(5)

5

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.1……….40

(6)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Kejadian pandemi Covid-19 memberikan pengaruh kepada kehidupan manusia dalam segala aspek. Covid-19 dengan cepat memaksa dunia untuk dapat beradaptasi dalam segala bidang, dampak nya pemerintah mengeluarkan kebijakan sesuai anjuran World Health Organization (WHO) dengan cara melakukan kegiatan sebisa mungkin dari rumah baik itu kegiatan belajar mengajar maupun kegiatan pekerjaan (https://www.diskes.baliprov.go.id/adaptasi-kebiasaan-baru-di-masa-pandemi-covid- 19/ diakses pada 15 November 2021, 18:28 WIB).

Tidak hanya pada unsur kemasyarakatan covid-19 juga mempengaruhi manusia secara individu. Covid-19 mempengaruhi perkembangan dan kesehatan mental dikarenakan adanya kebijakan karantina nasioanal danPembatasan Soisal Bersekala Besar (PSBB) yang membuat terbatasi nya kegiatan-kegiatan yang dapat menstimulus perkembangan dan kesehatan mental (https://www.unicef.org/indonesia/id/press- releases/dampak-covid-19-terhadap-rendahnya-kesehatan-mental-anak-anak-dan- pemuda-hanyalah diakses pada 15 November 2021, 18:28 WIB).

Pada umum nya manusia sangat membutuhkan unsur hiburan dan kegembiraan pada kesehariannya sebagai manusia sebagai sumber daya motivasi (Mulyadi, 2007:1) Tanpa disadari hiburan menjadi unsur yang sangat penting untuk berada di kehidupan itu sendiri karna hiburan menjadi salah satu cara bagi manusia untuk bisa menjernihkan pemikiran nya atas segala permasalahan kehidupan dalam keseharian nya dan juga hiburan dapat menjadi motivasi untuk manusia (Marpaung, 2018:61).

Manusia dapat memperoleh kebahagiaan dari menjalankan hobi, liburan ketempat yang dapat menimbulkan rasa senang, bertemu dengan orang yang dapat menghibur, namun seiring kemajuaan jaman yang menyebabkan kemajuan teknologi juga turut menambah dan mengembangkan sumber kebahagiaan manusia seperti hobi baru yang muncul saat bermain game baik sendiri ataupun bersama teman, menonton film atau menonton suatu acara hiburan ataupun mendengarkan musik yang dapat menimbulkan rasa senang, tidak hanya mendapatkan kebahagiaan dengan melakukan kegiatan, manusia juga bisa mendapatkan kebahagiaan dari hal sederhana namun penting seperti

(7)

2

kesehatan, tanpa kesehatan kebahagiaan akan sulit di dapat dan dengan kesehatan kebahagiaan dapat di tingkatkan (Ali et al., 2020:437).

Hiburan tidak hanya bisa didapatkan dari menonton video yang berupa audio visual, namun juga dapat didapatkan dari mendengar musik audio, yang tentunya pada jaman modern seperti sekarang manusia modern memiliki cara untuk mendengarkan konten hiburan berupa audio dan tentunya berbasis online atau digital sehingga tidak perlu mendengarkan secara langsung namun dapat di dengarkan dimana saja dan kapan saja selama dapat terhubung dengan jaringan internet, sama halnya dengan video, konten hiburan berjenis audio visual juga terdapat pada platform digital yang ada seperti spotify yang merupakan layanan stream musik yang memiliki popularitas dari seluruh dunia dan memiliki konten musik dari berbagai penyanyi terkenal dan berbagi genre yang beragam dari seluruh dunia (Vonderau, 2019:19).

Menonton film telah menjadi bagian dan kebiasaan bagi sebagian orang. Setelah perkembangan teknologi, film dapat diakses oleh siapa saja terlepas dari latar belakang, jenis kelamin dan usia, serta terlepas dari batasan ruang dan waktu. Film tidak hanya berfungsi sebagai media hiburan dan untuk menghabiskan waktu, melainkan juga dapat dijadikan sebagai media informasi dan perspektif, belajar dan mencoba memahami budaya lain.

Film merupakan seni visual yang telah dibuat dalam 300 tahun terakhir, sebagai seni dan media hiburan massa, dan dalam kapasitasnya dapat menimbulkan dampak yang signifikan dalam ruang lingkup sosiologis dan berakar dari pengetahuan dan teknologi (Webster, 1981:78). Sebuah film memvisualisasikan sebuah cerita atau dialog dalam layar, yang dibaliknya terdapat sebuah pesan yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang. Film dapat menjadi salah satu media yang berpotensi mempengaruhi khalayak karena kamampuan dan kekuatannya dalam menjangkau berbagai sekmen sosial (Sobur, 2017:15).

Terdapat banyak sumber hiburan yang tersedia, dari berbagai sumber saluran hiburan Netflix merupakan salah satu penyedia jasa hiburan berbentuk audio visual yang banyak diminati oleh masyarakat. Netflix menyediakan berbagai jenis konten audio visual seperti TV Show, serial dan film (Utami, 2019:70).

(8)

3

Gambar 1.1 Data Penonton Platform Stream di Dunia

Sumber: (https://variety.com/2021/digital/news/netflix-q4-2020-earnings-200- million-subscribers-1234887784/ diakses pada tanggal 9 November 2021, 18:31

WIB)

Menurut data yang dilansir variety, adapun lonjakan penonton yang besar karena dipengaruhi oleh pandemi Covid-19. Khalayak membatasi kegiatan sehari-hari dengan mengisi kegiatan yang dilakukan dirumah salah satunya menonton film. Maka dari itu, penggunaan digital semakin tinggi karena adanya platform stream salah satunya seperti Netflix yang memudahkan aktifitas hiburan khalyak seperti menonton kapan saja dan di mana saja.

Film dokumenter merupakan salah satu tayangan Netflix yang memiliki banyak penggemar. Hal ini karena film dokumenter merupakan karya cipta yang menceritakan atau menginterpretasikan suatu objek secara mendalam. Film dokumenter merupakan sarana untuk mengarsipkan kenangan sejarah dan mengirimkan pengetahuan tentang masa lalu dan masa kini kepada masyarakat (Waterson, 2007:51).

Film dokumenter berusaha memberikan informasi tentang suatu objek dan juga menggerakkan penonton untuk membangun perspektifnya sendiri, sehingga film dokumenter dapat menjadi media yang efektif dalam penyampaian pesan (Simpson, 2008:16). Film dokumenter dapat menjadi media penyampaian pesan yang pada akhirnya mempengaruhi seseorang dengan berbagai cara. Menurut (Auliyah &

Flurentin, 2016:20) film dokumenter disajikan dengan cara yang dapat memnbangkitkan rasa empati dari penonton terhadap suatu objek, tujuan utamanya adalah untuk menciptakan koneksi melalui objek narasi atau struktur sekuensial yang kemudian ditafsirkan oleh penonton sebagai realitas subjektif tertentu.

Film dokumenter merupakan media informasi dan komunikasi untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu kepada penonton. Pesan dapat dimaknai dengan sebuah komunikasi yang dapat menimbulkan perubahan terhadap informasi, sikap dan perilaku seseorang (Utami, 2019:71). Salah satu film dokumenter yang mendapat

(9)

4

banyak perhatian pecinta film adalah dokumenter Michael Jordan yang berjudul The Last Dance. Film dokumenter ini menceritakan kebangkitan Michael Jordan dan tim Chicago Bulls pada tahun 1990-an Kesuksesan film ini tercermin dalam respon positif

penonton, sehingga mencapai rating yang tinggi

(https://www.imdb.com/title/tt8420184/mediaindex diakses pada tanggal 9 November 2021, 18:32 WIB).

Gambar 1.2 Poster Dokumenter The Last Dance

Sumber: (https://www.imdb.com/title/tt8420184/mediaindex diakses pada tanggal 9 November 2021, 18:32 WIB)

Film dokumenter The Last Dance tidak hanya menceritakan perspektif Michael Jordan sebagai legenda dunia olahraga, lebih jauh lagi film ini juga membahas kehidupan pribadi Michale Jordan yang dapat memberikan perseptif baru bagi

penonton mengenai legenda basket tersebut

(https://www.forbes.com/sites/donyaeger/2020/05/20/a-masterclass-in-leadership- the-last-dance/ diakses pada 15 November 2021, 18:32 WIB). Dikutip dari wawancara yang dilakukan oleh All Urban Central pada channel Youtube-nya, Carmelo Anthony seorang pemain NBA menyatakan memiliki pandangan baru terhadap Michael Jordan setelah menonton dokumenter The Last Dance. Michael Jordan merupakan seorang legenda yang dapat dijadikan contoh motivasi dalam menjalani kehidupan (https://www.youtube.com/watch?v=JkEkGNTozlI diakses pada 15 November 2021, 18:32 WIB).

(10)

5

Menurut Waterson (2007:54) dalam sebuah film dokumenter, pembuat film akan menyusun kembali fakta-fakta sejarah melalui sudut pandang interpretatifnya. Oleh karena itu, pembuat film akan merepresetasikan kejadian-kejadian nyata dalam point of view tertentu untuk menyampaikan pesan-pesan yang tersirat dalam sebuah film dokumenter. Motivasi dalam dokumenter The Last Dance digambarkan pembuat film melalui perjalanan hidup Michael Jordan selama kariernya di dunia olahraga basket.

Pembelajaran motivasi dalam dokumenter The Last Dance telah banyak dibahas.

Dilansir dari laman “Firsthand”, Loosvelt melihat dari sudut pandang pelajaran karier dalam dokumenter tersebut yaitu dalam hal motivasi untuk menang, kerja sama tim dan keunikan dalam diri untuk menjadi seseorang yang lebih baik (https://firsthand.co/blogs/workplace-issues/3-career-takeaways-from-the-michael- jordan-documentary-the-last-dance diakses pada 15 November 2021, 18:33 WIB).

Pada perspektif yang lebih luas, memaknai motivasi dalam dokumenter The Last Dance sebagai pembelajaran bagi seseorang untuk dapat menemukan dan menggunakan seseorang, peristiwa, atau alasan-alasan lain yang dapat memotivasi dalam kehidupan sehari-hari (https://www.drdavidgeier.com/michael-jordan- motivation/ diakses pada 15 November 2021, 18:35 WIB).

Berdasarkan berbagai pembelajaran dan makna motivasi yang terdapat dalam dokumenter The Last Dance, belum terdapat penelitian ilmiah yang membahas makna motivasi dalam dokumenter tersebut. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk menganalisis makna motivasi yang ada dalam dokumenter Netflix The Last Dance dengan menggunakan metode semiotika John Fiske. Menurut Fiske (2010:79), semiotika merupakan studi tentang makna dari sistem tanda yang dikonstruksikan dalam teks media. Fiske menjelaskan bagaimana sebuah tayangan dibangun dalam tiga fase pengkodean, yaitu tingkat realitas, tingkat representasi dan tingkat pemikiran (Fiske, 2010:80). Pada penelitian ini, penulis akan mencoba untuk menganalisis makna motivasi yang direpresentasikan oleh teks dalam dokumenter The Last Dance.

1.2 Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah analisis makna motivasi dalam serial dokumenter Netflix The Last Dance dengan menggunakan pendekatan semiotika John Fiske.

(11)

6 1.3 Identifikasi Masalah

Berdasarkan pendekatan semiotika John Fiske, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana representasi makna motivasi pada tingkat realitas dalam serial dokumenter Netflix The Last Dance?

b. Bagaimana representasi makna motivasi pada tingkat representasi dalam serial dokumenter Netflix The Last Dance?

c. Bagaimana representasi makna motivasi pada tingkat pemikiran dalam serial dokumenter Netflix The Last Dance?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui representasi makna motivasi pada tingkat realitas dalam serial dokumenter Netflix The Last Dance.

b. Untuk mengetahui representasi makna motivasi pada tingkat representasi dalam serial dokumenter Netflix The Last Dance.

c. Untuk mengetahui representasi makna motivasi pada tingkat pemikiran dalam serial dokumenter Netflix The Last Dance.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi ilmiah bagi penelitian-penelitian selanjutnya pada bidang ilmu komunikasi, khususnya terkait analisis semiotika dengan menggunakan pendekatan semiotika John Fiske.

1.5.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan kemampuan penulis dalam berpikir melalui analisis semiotika. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi kepada masyarakat dan mahasiswa mengenai makna motivasi yang ada dalam serial dokumenter Netflix The Last Dance.

(12)

7 1.6 Waktu dan Periode Penelitian

Tabel 1.1 Waktu dan Periode Penelitian

No Kegiatan Periode Agustus – Desember 2021

Agustus September Oktober November Desember Januari 1 Diskusi

Tema 2 Pengerjaan

BAB I 3 Pengerjaan

BAB II 4 Pengerjaan

BAB III

(13)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Semiotika dan Komunikasi

Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tanda atau simbol (Longhurst et al., 2016:95). Lebih lanjut, semiotika merupakan salah satu model dari ilmu pengetahuan sosial yang memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar atau disebut juga dengan tanda (Sobur, 2017:15). Semiotika juga mempelajari sistem- sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut dapat memiliki arti atau makna tertentu (Vera, 2014:4). Analisis semiotika memecahkan tanda-tanda yang terdapat pada fenomena sosial masyarakat untuk mengungkapkan arti atau makna dari tanda yang ada pada fenomena sosial tersebut (Sobur, 2017:15).

Analisis semiotika merupakan pendekatan yang efektif untuk memaknai suatu materi dalam budaya visual, yaitu dengan menentukan tanda dan mempertimbangkan komponen atau bagian yang membentuknya (Rose, 2016:106). Terdapat dua komponen utama dalam semiotika, pertama adalah penanda yaitu tanda yang mencakup apa yang diucapkan, ditulis, atau simbol visual, kedua adalah petanda yaitu konsep atau ide tertentu yang dikaitkan dengan simbol (Longhurst et al., 2016:95).

Charles Sanders Pierce menyatakan bahwa tanda terbentuk melalui hubungan segitiga antara tanda, pengguna dan realitas eksternal sebagai model yang diperlukan untuk menilai makna (Fiske, 2010:60). Realitas eksternal disebut sebagai objek, tanda (sign) adalah konteks sosial dan budaya yang menjadi acuan sebagaimana objek dimaknai, dan interpretant atau pengguna adalah orang yang memberi makna pada objek (Fiske, 2010:60). Pierce juga menyarankan tiga jenis tanda yang dibedakan berdasarkan cara di mana hubungan antara penanda dan petanda dipahami (Rose, 2016:108). Pertama adalah ikon yaitu penanda yang ditandai dengan tampaknya memiliki kemiripan dengannya; kedua adalah indeks yaitu petanda dan penanda yang memiliki hubungan yang melekat; dan ketiga adalah simbol yang bersifat konvensional tetapi jelas antara penanda dan petanda (Rose, 2016:108).

Pada kajian ilmu komunikasi, semiotika merupakan ilmu yang penting karena tanda merupakan dasar utama dari semua komunikasi, dimana dengan menggunakan tanda-tanda manusia dapat melakukan komunikasi satu sama lain (Littlejohn & Foss,

(14)

9

2010:101). Pesan dalam komunikasi merupakan seperangkat simbol dalam bentuk verbal dan non-verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan, yang menjadi komponen dalam proses komunikasi berupa paduan dari pikiran dan perasaan seseorang dengan menggunakan simbol (Effendy, 2009:29). Semiotika dalam bidang ilmu komunikasi menekankan pada teori produksi tanda yang salah satunya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi yaitu komunikator, komunikan, pesan, saluran dan referensi (Sobur, 2017:116).

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan semiotika merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan dalam menginterpretasikan elemen-elemen yang terdapat dalam komunikasi. Film sebagai salah satu media audio visual yang menampilkan tanda-tanda verbal dan non-verbal dapat diinterpretasikan melalui pendekatan semiotika untuk memahami makna yang terdapat dalam film tersebut.

2.2 Semiotika John Fiske

Pada penelitian ini menggunakan metode semiotika oleh John Fiske. Terdapat dua perhatian utama dalam semiotika Fiske yaitu hubungan antara tanda dan maknanya, dan bagaimana suatu tanda dikombinasikan menjadi suatu kode (Fiske, 1978:3). Teks merupakan fokus perhatian utama dalam semiotika. Menurut Fiske teks dapat diartikan secara lebih luas, segala sesuatu yang memiliki sistem tanda komunikasi seperti yang terdapat pada teks tertulis, film, drama, iklan, foto dan lain-lain dapat dijadikan sebagai objek semiotika (Fiske, 2010:60). Fiske melakukan analisis terhadap acara televisi sebagai teks untuk memeriksa berbagai lapisan sosial budaya makna dan isi, sehingga dalam berbagai jenis karya dalam masyarakat memiliki tanda yang mengkomunikasikan makna (Fiske, 2010:60).

Fiske memiliki tiga bidang utama dalam mempelajari semiotika, yaitu tanda itu sendiri, kode atau sistem mengorganisasikan tanda dan kebudayaan tempat kode dan tanda tersebut bekerja (Vera, 2014:4). Tanda membahas terkait berbagai macam bentuk tanda berbeda yang memiliki makna, serta sebagai konstruksi manusia yang dapat dipahami oleh orang lain yang menggunakannya. Kode merupakan sistem yang mengoperasikan tanda, dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan suatu masyarakat atau budaya untuk mengeksplorasi saluran komunikasi yang tersedia untuk

(15)

10

ditransmisikan. Sedangkan kebudayaan yaitu tempat kode dan tanda tersebut berada (Vera, 2014:30).

Semiotika John Fiske sesuai untuk melihat tanda-tanda yang ada dalam film, karena dalam teori ini membedah seluruh aspek dalam film mulai dari tataran realitas, penampilan, pakaian, lingkungan, perilaku, ucapan, gerak tubuh, ekspresi dan suara, Tingkat representasi, kamera, pencahayaan, editing dan tingkat ideologis (Valencia &

Junaidi, 2021:775-781). Menurut Fiske (2010:60) terdapat tiga kajian utama dalam semiotika, yaitu tanda itu sendiri sebagai konstruksi manusia yang dapat diartikan, sistem atau kode yang mengorganisasikan tanda, dan kebudayaan.

Fiske menggunakan tiga tingkatan untuk mengidentifikasi sebuah tanda (Fiske, 1978:4). Tingkat pertama dikodekan oleh kode-kode sosial yang kemudian dikodekan secara elektronik oleh kode-kode teknis; Tingkat kedua disebut sebagai representasi yaitu mentransmisikan kode-kode representasi konvensional yang membentuk representasi narasi, konflik, karakter, tindakan, dialog, dan lain-lain, meliputi kerja kamera, pencahayaan, pengeditan, musik dan suara; Tingkat ketiga adalah ideologi atau pemikiran yang disusun menjadi koherensi dan penerimaan sosial oleh kode-kode ideologis seperti individualisme, patriarki, ras, kelas, materialisme, kapitalisme dan lain-lain (Fiske, 1978:28).

Menurut Fiske (1978:285) dalam melakukan analisis semiotika terdapat tiga tingkatan pengkodean sebagai unit analisis yaitu: Tingkat pertama dikodekan oleh kode-kode sosial yang kemudian dikodekan secara elektronik oleh kode-kode teknis;

Tingkat kedua disebut sebagai representasi yaitu mentransmisikan kode-kode representasi konvensional yang membentuk representasi narasi, konflik, karakter, tindakan, dialog, dan lain-lain, meliputi kerja kamera, pencahayaan, pengeditan, musik dan suara; Tingkat ketiga adalah ideologi atau pemikiran yang disusun menjadi koherensi dan penerimaan sosial oleh kode-kode ideologis seperti individualisme, patriarki, ras, kelas, materialisme, kapitalisme dan lain-lain.

(16)

11 2.3 Sinematografi

Analisis semiotika yang diperkenalkan oleh Fiske menjelaskan tiga tingkatan analisis yaitu realitas, representasi dan pemikiran, sehingga dapat diimplementasikan dalam unit analisis dalam analisis dan memaknai film dokumenter. Berikut adalah kode-kode televisi (sinematografi) yang diperkenalkan Fiske dalam analisis semiotika yang biasa digambarkan dalam sebuah film:

a. Realitas 1. Kostum

Kostum, pakaian atau busana yang dikenakan seseorang menandakan setiap fase dalam kehidupan orang tersebut. Setiap orang memiliki tujuan dan maksud tertentu ketika memilih menggunakan suatu pakaian, selain itu pakaian juga menggambarkan ciri khas seseorang (Mulyana, 2002:95). Contohnya jika seseorang menggunakan kaos hitam, jaket kulit dan celana jeans menggambarkan orang tersebut menyukai musik beraliran rock.

2. Penampilan

Penampilan dapat memberikan gambaran mengenai karakteristik seseorang melalui persepsi orang lain yang melihatnya. Persepsi tersebut

(17)

12

bersifat subjektif yang memberikan makna tertentu terhadap penampilan fisik seseorang hingga menciptakan sebuah stereotipe. Penampilan fisik yang dimaksud seperti bentuk tubuh, warna kulit, model rambut, dan sebagainya (Mulyana, 2002:95). Contohnya seseorang bertubuh tinggi dan berbadan kekar menggambarkan orang tersebut merupakan seorang atlet atau pecinta olahraga, atau orang yang memiliki kulit gelap dan rambut keriting lebih sering diberikan stereotipe sebagai orang keturuan Afrika.

3. Riasan

Riasan yang digunakan seseorang merupakan kombinasi dari kode ideologi yang didasarkan pada nilai moral, kecantikan dan kepahlawanan yang disatukan dalam suatu kode sosial (Fiske, 1978:10). Sebagai contoh dalam sebuah film tokoh antagonis digambarkan menggunakan riasan yang lebih tebal dan mencolok, sedangkan peran protagonis digambarkan dengan menggunakan riasan yang lebih lembut dan tidak memiliki warna yang mencolok.

4. Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu aspek yang sangat mempengaruhi kepribadian, sifat serta tingkah laku seseorang. Hal ini karena setiap lingkungan menciptakan suatu interaksi sosial yang berbeda pula (Mulyana & Rakhmat, 1990:176). Contohnya seseorang yang tinggal di lingkungan pedesaan digambarkan dengan kepribadian yang cenderung konservatif, sedangkan seseorang yang tinggal di lingkungan perkotaan digambarkan dengan kepribadian yang lebih terbuka.

5. Perilaku

Perilaku dapat dibedakan menjadi perilaku verbal dan non-verbal (Mulyana & Rakhmat, 1990: 315). Perilaku non-verbal ditunjukkan dengan ekspresi wajah dan gestur atau gerakan spontan yang ditumbulkan oleh tubuh, sedangkan perilaku verbal ditunjukkan melalui kata-kata. Perilaku verbal akan lebih mudah dikendalikan daripada perilaku non-verbal karena bagi sebagian orang akan sulit untuk menyembunyikan ekspresi spontan ketika berhadapan dengan suatu hal (Mulyana & Rakhmat, 1990: 315). Cara kita duduk, berdiri bisa

(18)

13

mengkomunikasikan secara terbatas tetapi menarik rentang pemaknaan.

Postur seringkali terkait dengan sikap interpersonal: bersahabat, bermusuhan, superioritas atau inferioritas yang semuanya bisa ditunjukkan lewat postur. Postur pun bisa menunjukkan kondisi emosi khususnya tingkat ketegangan atau kesantaian. Hal yang menarik dan mungkin mengejutkan, postur kurang terkontrol dengan baik diandingkan ekspresi wajah kecemasan yang tak terlihat dengan baik lewat wajah mungkin memberi jalan yang ditunjukkan dengan postur (Fiske, 1978:97).

6. Ucapan

Ucapan menggambarkan cara seseorang berbicara, dipengaruhi oleh beberapa hal seperti tingkat kekerasan suara (loudness) dan pola nada (pitch) yang dikeluarkan saat berbicara. Tingkat kekerasan suara biasanya menggambarkan keadaan emosi seseorang serta jarak yang dirasakan, sedangkan pola nada digambarkan dengan ketinggian atau kerendahan suara (Fiske, 1978:96). Contohnya seseorang yang tinggal di daerah tepi pantai digambarkan sering berbicara dengan menggunakan tingkat kekerasan suara yang lebih tinggi, atau seseorang yang sedang merasa kecewa akan digambarkan dengan menggunakan pola nada suara yang lebih rendah.

7. Gerakan

Gerakan yang ditimbulkan seseorang menggambarkan koordinasi antara pembicaraan dan reaksi fisik terhadap pembicaraan tersebut. Selain itu, gerakan juga menggambarkan kode-kode tertentu yang telah berkembang baik dalam masyarakat luas maupun dalam suatu kelompok dan komunitas tertentu (Fiske, 1978:97). Contohnya saat seseorang mengangkat tangan dengan telapak tangan mengarah ke depan menggambarkan orang tersebut meminta jeda akan suatu hal, contoh lainnya adalah saat seseorang bertujuan untuk menghina orang lain menunjukkan kode mengacungkan jari tengah sebagai gerakan.

8. Suara

Suara merupakan elemen audio yang memberikan petunjuk atau sebagai penguat dari elemen visual. Suara bertujuan untuk menarik perhatian

(19)

14

secara spesifik terhadap suatu adegan atau juga dapat bertujuan untuk memperjelas suatu keadaan dalam adegan tersebut (Mulyana, 2002:96).

Contohnya saat adegan menegangkan akan ditambahkan efek suara untuk mendukung suasana menegangkan tersebut.

9. Ekspresi

Ekspresi wajah menggambarkan keadaan emosional yang dirasakan seseorang, menghasilkan tanda-tanda yang tidak dapat dikendalikan yang menunjukkan respon seseorang terhadap suatu keadaan. Bagi kebanyakan orang akan sulit untuk menyembunyikan ekspresi mikro, karena hal tersebut merupakan respon spontan yang dihasilakan saat seseorang dihadapkan dengan suatu hal (Mulyana, 2002:96). Contohnya saat seseorang mengernyitkan dahi menggambarkan orang tersebut sedang berpikir.

b. Representasi 1. Kamera

Menurut (Fiske, 2010:287) kode kamera dapat dilihat dari sudut pengambilan dan perpindahan kamera. Jarak sudut pengambilan dapat dilihat dari beberapa teknik, yaitu: Long Shot (LS) yaitu pengambilan gambar dari sulut yang lebih luas sehingga memperlihatkan seluruh bagian objek dan menekankan pada latar atau lingkungan dimana objek tersebut berada; Estabilishing shot yaitu sudut pengambilan gambar yang digunakan untuk pembuka suatu adegan; Medium Shot (MS) yaitu sudut pengambilan gambar yang berfokus pada objek, sehingga seluruh bagian objek dan latar atau lingkungan onjek tidak menjadi fokus dalam adegan;

Close Up yaitu pengambilan gambar yang bertujuan untuk melihat detail dari objek, biasanya akan ditunjukkan dengan pengambilan gambar secara lebih dekat; View Point yaitu pengambilan gambar yang nyata sesuai dengan posisi kamera tanpa adanya pembesaran (zoom); Point of View yaitu sudut pengambilan gambar berdasarkan sudut pandang objek, artinya adalah kamera akan menampilkan pemandangan yang terlihat oleh objek; Selective Focus yaitu memberikan penegasan atau penajaman pada objek-objek tertentu; Eye Level View yaitu pengambilan gambar berdasarkan sudut pandang mata manusia; dan Full Shot (FS) yaitu sudut

(20)

15

pengambilan gambar yang berfokus pada satu objek tertentu dan memperlihatkan seluruh bagian objek secara utuh. Selanjutnya dari perpindahan kamera dapat dilihat dari beberapa teknik, yaitu: Zoom yaitu melakukan pembesaran terhadap suatu objek tanpa melakukan perpindahan kamera, tujuannya adalah untuk memberikan penegasan terhadap objek; Following pan yaitu gerakan kamera yang mengikuti atau menyesuaikan dengan perpindahan objek, tujuannya adalah untuk membangun emosi dengan objek; dan Tracking yaitu perpindahan kamera secara perlahan baik menuju maupun menjauhi objek, tujuannya adalah untuk mempengaruhi perasaan penonton terhadap objek.

2. Pewarnaan

Pewarnaan yang diberikan dan ditambahkan pada elemen visual bertujuan untuk memberikan informasi terkait dengan waktu, perasaan dan suasana dalam suatu adegan (Sobur, 2017:128). Contohnya pada tayangan yang ditujukan untuk anak-anak akan digambarkan dengan banyak pemilihan warna yang lebih cerah, sedangkan untuk tayangan dengan tema duka akan digunakan pewarnaan yang lebih gelap dengan penurunan pencahayaan dan mengurangi tone warna cerah.

3. Editing

Editing terdiri dari beberapa teknik, yaitu Cut adalah pemotongan yang dilakukan secara tiba-tiba pada suatu adegan dengan tujuan untuk merubah adegan, memperbanyak sudut pandang, mempersingkat waktu serta membangun kesan atau emosi dalam suatu adegan; Jump cut yaitu bertujuan untuk mendramatisir suatu adegan; dan Motivated cut yaitu untuk memberikan rasa penasaran kepada penonton mengenai adegan selanjutnya (Sobur, 2017:128). Contohnya pada film dokumenter akan menampilkan potongan-potongan footage dari masa lalu yang bertujuan untuk memberikan rasa penasaran kepada penonton dan menambahkan dramatisasi.

4. Penataan suara

Penataan suara bertujuan untuk memperjelas atau menegaskan elemen visual yang ditampilkan. Penataan suara terdiri dari Voice-over yaitu penambahan suara yang tidak dilakukan oleh objek yang ada dalam

(21)

16

adegan, bertujuan untuk memberikan informasi atau interpretasi terhadap suatu adegan atau tayangan visual; dan Sound effect yaitu penambahan musik atau instrumen pada suatu adegan, tujuannya adalah untuk membangun emosi dalam suatu adegan (Sobur, 2017:128). Contohnya dalam adegan liburan akan ditambahkan efek musik ceria untuk menggambarkan suasana menyenangkan yang dirasakan oleh objek dalam adegan.

c. Pemikiran

Pemikiran atau ideologi terdiri dari beberapa kode sosial, seperti ras, kelas, patriarki, kapitalisme, individualisme, materialisme dan lain-lain (Pratista, 2008:89). Ideologi yang disampaikan dalam suatu adegan dapat ditampilkan secara langsung melalui dialog atau perilaku objek dalam adegan tersebut, selain itu juga dapat ditampilkan melalui simbol-simbol yang ada di sekitar objek (Pratista, 2008:89).

2.4 Film Dokumenter

Film merupakan salah satu bentuk komunikasi massa yang mampu menjangkau masyarakat secara luas. Film selalu mengangkat tema atau fenomena yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat dan diproyeksikan dalam bentuk media visual, dan diharapkan juga dapat mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan pesan-pesan dalam film tersebut (McQuail, 2003:44). Selanjutnya McQuail (2003:44) menjelaskan, film memiliki kemampuan dalam menyampaikan pesan kepada masyarakat luas dalam waktu yang singkat. Hal ini mengarah pada lahirnya jenis seni film baru dalam bentuk dokumenter (McQuail, 2003:44).

Film dokumenter adalah genre yang sulit untuk didefinisikan, karena tidak semua film yang dianggap dokumenter memiliki teknik dan gaya yang sama, sehingga definisi mutlak tidak mungkin untuk mencakup semua karakteristik berbeda yang dimiliki oleh film dokumenter. Salah satu ciri khas dari film dokumenter adalah kemampuan pembuat film untuk menggambarkan peristiwa masa lalu (Waterson, 2007:51). Selanjutnya Waterson (2007:51) menjelaskan, film dokumenter adalah kendaraan penting dari memori kolektif dan sumber bukti sejarah dan refleksi dari suatu peristiwa.

(22)

17

Definisi film dokumenter saat ini dalam beberapa cara mencoba untuk membedakan film dokumenter dari film fiksi berdasarkan premis bahwa film dokumenter adalah representasi faktual dari kenyataan. Nichols (2017:5) mendefinisikan film dokumenter sebagai tentang realitas, orang-orang nyata dan peristiwa yang terjadi di dunia nyata. Pada banyak hal, film dokumenter dilihat sebagai bentuk retorika, cerita yang didalamnya mengandung argumen tentang suatu realitas yang memiliki kualitas kebenaran, kenyataan dan keaslian (Nichols, 2001:142-171).

Film dokumenter secara tidak langsung memancing respon dan aktivitas kognitif dan emosional penonton yang berkaitan erat dengan kehidupan nyata, sehingga melibatkan pola sosial dan psikologis yang juga digunakan dalam pengalaman dan interaksi dalam kehidupan nyata (Bondebjerg, 2014:13-22).

Ellis & McLane (2005) menjelaskan karakteristik dari film dokumenter yang membedakannya dari film fiksi, adalah sebagai berikut:

a. Subjek: Merupakan topik yang diangkat tentang peristiwa publik aktual dan kontemporer. Subjek dalam film dokumenter tidak hanya terbatas pada peristiwa, melainkan juga meliputi individu yang memberikan pengaruh besar dalam masyarakat.

b. Tujuan: Biasanya film dokumenter tidak dibuat dengan tujuan untuk menghibur atau membuat penonton merasa nyaman, tujuannya adalah untuk memberikan informasi dengan harapan penonton akan membuat pilihan hidup yang lebih baik.

c. Bentuk: Film dokumenter mengekstrak dan menyusun materinya dari pengalaman hidup yang ada secara nyata, tidak menggunakan pengembangan plot atau karakter sebagai sarana organisasi seperti yang ada dalam film fiksi.

d. Metode produksi: Pada film dokumenter elemen realistis dasar seperti lokasi, pencahayaan, dan aktor yang digunakan adalah kondisi dan orang- orang yang terlibat langsung dalam suatu peristiwa yang diangkat dalam film dokumenter.

e. Reaksi penonton: Film dokumenter menawarkan penonton lebih dari sekedar pengalaman estetika, tetapi juga efek pada sikap yang mengarah pada tindakan.

(23)

18

Lebih lanjut lagi, Nichols (2001: 142-171) menyebutkan film fiksi sebagai kisah- kisah pemenuhan keinginan, sedangkan film dokumenter merupakan kisah-kisah representasi sosial. Merepresentasikan kembali realitas tidak sama dengan memproduksinya kembali. Film dokumenter bukanlah produksi ulang dari sebuah realitas, melainkan representasi ulang sebagai potongan aktualitas dan mengungkapkan konstruksi ideologis subjektif pribadi (Nichols, 2001: 142-171).

Bruzzi (2006) menambahkan walaupun representasi dari kenyataan, film dokumenter tidak terlepas dari gaya pribadi dimana pembuat film memiliki peran dan pengaruh dalam penyampaian pesan yang ada dalam dokumenter tersebut.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa film dokumenter mengangkat tema yang sesuai dengan keadaan sebenarnya dari subjek atau objek film.

Terkait dengan pembelajaran motivasi, film dokumenter dapat dijadikan sumber pembelajaran yang tepat karena berasal dari fakta yang sebenarnya sehingga dapat meningkatkan pengalaman penonton dalam memperoleh pembelajaran motivasi.

2.5 Motivasi

Motivasi merupakan kekuatan yang dapat mendorong seseorang melakukan sesuatu yang dapat bersumber dari fisiologis maupun psikologis (Mannell & Kleiber, 1997:158). Motivasi tidak terlepas dari kebutuhan manusia, oleh sebab itu pada penelitian ini penulis menggunakan teori motivasi yang dikembangkan oleh Maslow yaitu teori kebutuhan manusia. Menurut Maslow (1943:370) manusia dimotivasi untuk mencapai suatu kebutuhan tertentu. Maslow memperkenalkan bahwa manusia memiliki lima tingkat kebutuhan yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, harga diri dan aktualisasi diri (Maslow, 1943:370).

Maslow (1943:370) menjelaskan bahwa manusia tidak akan pernah puas dengan kebutuhannya. Dengan kata lain, kebutuhan mendasar harus dipenuhi sebelum seorang individu bebas untuk manju dari kebutuhan psikologis, dan pada gilirannya harus dipenuhi sebelum individu tersebut dapat mewujudkan kebutuhan aktualisasi diri.

Berikut adalah tingkat kebutuhan manusia yang disebut dengan hirarki kebutuhan manusia menurut Maslow yang digunakan dalam penelitian ini:

a. Kebutuhan sosial

(24)

19

Kebutuhan sosial dominan bagi individu dalam memperjuangkan hubungan yang bermakna dengan orang lain demi kebahagiaan. Kebutuhan sosial terdiri dari kebutuhan akan rasa memiliki, rasa cinta dan rasa kasih sayang.

Maslow menggambarkan kebutuhan ini tidak terlalu mendasar jika dibandingkan dengan kebutuhan fisiologis dan keamanan, sehingga kebutuhan sosial dapat dipenuhi jika seseorang telah memenuhi kebutuhan fisiologis dan keamanannya. Hubungan seperti persahabatan, keterikatan romantis, keluarga, penerimaan dan keterlibatan sosial. Oleh sebab itu, individu harus menjalin hubungan dengan orang lain dan mengidentifikasi dirinya dengan salah satu atau lebih individu yang berpikiran sama.

b. Kebutuhan harga diri

Ketika ketiga kebutuhan pertama telah terpenuhi, kebutuhan akan penghargaan menjadi semakin penting. Kebutuhan akan penghargaan meliputi kebutuhan yang mencerminkan harga diri, nilai pribadi, pengakuan sosial dan pencapaian. Kebutuhan harga diri merupakan hal yang penting dimiliki oleh seseorang untuk mendapatkan rasa hormat serta penghargaan dan pengakuan dari orang lain. Maslow mengklasifikasikan kebutuhan akan harga diri menjadi dua kategori. Pertama adalah respon internal terhadap diri individu yang berkaitan dengan kompetensi, percaya diri, kecukupan, otonomi dan kebebasan. Kedua adalah prestasi atas apa yang telah individu tersebut lakukan.

c. Kebutuhan aktualisasi diri

Kebutuhan aktualisasi diri mengasumsikan tingkat tertinggi dari hirarki kebutuhan Maslow. Aktualisasi diri bukan merupakan suatu keadaan tetap, melainkan suatu proses perkembangan yang akan terus berlangsung.

Individu yang mengaktualisasikan diri peduli dengan pertumbuhan pribadi dan dapat memenuhi potensi mereka.

Teori motivasi Maslow disebut juga sebagai teori kebutuhan manusia menuju aktualisasi diri. Penggunaan teori ini sebagai dasar analisis motivasi yang terdapat dalam film dokumenter The Last Dance lebih relevan karena dalam film tersebut membahas perjalanan hidup Michel Jordan dari bawah hingga sukses memperoleh gelar dalam bidang yang dijalaninya.

(25)

20 2.6 Penelitian Terdahulu

(26)

21

(27)

22

(28)

23

(29)

24 2.7 Kerangka Pemikiran

Pandemi Covid-19 telah merubah cara masyarakat dalam memperoleh hiburan, dimana seiring dengan kemajuan teknologi mengarahkan pada hiburan yang bersifat daring. Netflix merupakan salah satu media hiburan daring berbasis audio visual yang banyak diminati masyarakat sekarang yang menyajikan berbagai film dan serial dalam berbagai genre, termasuk genre dokumenter.

Film mengandung tanda-tanda dalam menyampaikan pesan yang tersirat dalam film. Analisis semiotika digunakan untuk mengungkap dan memaknai tanda-tanda yang ada dalam film, dengan menggunakan metode semiotika John Fiske yaitu realitas, representasi dan pemikiran.

Film dokumenter menceritakan sejarah atau peristiwa yang sebenarnya terjadi.

Serial dokumenter The Last Dance menceritakan perjalanan hidup Michael Jordan dalam perjalanannya dalam dunia olahraga Basket. Selain perjalanan karier, serial dokumenter The Last Dance juga mengungkapkan sisi lain kepribadian dan perjuangan Michael Jordan dalam perjalanan hidupnya. Serial dokumenter ini mengandung makna motivasi terkait perjalanan hidup seorang bintang yang jarang diketahui dan dapat dijadikan sebagai pembelajaran.

(30)

25

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Pandemi Covid-19 merubah cara memperoleh hiburan

Serial Dokumenter The Last Dance

Representasi

Makna Motivasi dalam Serial Dokumenter The Last Dance

Realitas Pemikiran

Masyarakat membutuhkan motivasi

Teori Motivasi Maslow

Analisis Semiotika John Fiske

(31)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Paradigma Penelitian

Kerangka teoritis yang berbeda dari teori akan melahirkan sebuah paradigma dalam penelitian yang mempengaruhi cara pengetahuan dipelajari dan ditafsirkan (Mertens, 2019:55). Paradigma adalah cara mendasar yang melandasi persepsi, cara berpikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu secara khusus tentang suatu realitas (Moleong, 2021:49). Paradigma juga dapat didefinisikan sebagai kumpulan longgar dari sejumlah asumsi, konsep, yang mengarahkan cara berpikir dalam penelitian (Mackenzie & Knipe, 2006:193-205). Terdapat empat pendekatan paradigma penelitian yaitu positivisme, interpretatif, transformatif dan pragmatis.

Pada penelitian ini menggunakan paradigma penelitian interpretatif. Paradigma interpretatif tumbuh dari filosofi fenomenologi Edmund Husserl dan studi Wilhelm Dilthey dan filsuf Jerman lainnya tentang pemahaman interpretatif yang disebut dengan hermeneutika (Mertens, 2019:56). Pendekatan interpretatif berawal dari usaha untuk menemukan sebuah penjelasan terkait tentang suatu peristiwa sosial atau peristiwa budaya berdasarkan pada perspektif dan pengalaman objek penelitian, dengan kata lain pendekatan interpretatif merupakan pendekatan untuk memaknai perilaku secara lebih mendalam (Newman, 2014:75).

Pendekatan interpretatif untuk penelitian memiliki tujuan untuk memahami dunia pengalaman manusia dan menunjukkan bahwa kenyataan dibangun secara sosial (Cohen et al., 2002:23). Peneliti interpretatif cenderung mendandalkan pandangan partisipan tentang situasi yang sedang dipelajari (Creswell & Creswell, 2017:32).

Selain itu, peneliti interpretatif mengandalkan metode dan analisis pengumpulan data kualitatif atau kombinasi metode kualitatif dan kuantitatif (Creswell & Creswell, 2017:32). Paradigma interpretatif menekankan pada ilmu, setiap gejala atau peristiwa memiliki makna yang berbeda melalui pengungkapan realitas melalui simbol-simbol dalam bentuk deskriptif (Newman, 2014:80).

Alasan peneliti menggunakan paradigma interpretatif karena paradigma ini memandang bahwa suatu kebenaran atau realitas dalam kehidupan sosial dapat memiliki banyak sisi sehingga dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda.

Terkait dengan analisis semiotika pemaknaan dalam suatu film, paradigma

(32)

27

interpretatif lebih sesuai digunakan karena setiap manusia dapat memaknai suatu realitas dalam film dokumenter secara berbeda.

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, merupakan pendekatan penelitian yang berlandaskan fenomenologi dan paradigma interpretatif dalam mengembangkan ilmu pengetahuan (Creswell & Creswell, 2017:4). Karakteristik dari penelitian kualitatif yaitu menggunakan latar alamiah, menggunakan manusia sebagai instrumen utama, menggunakan pengamatan kualitatif untuk memperoleh data, menganalisis data secara induktif, menyusun teori dari bawah ke atas, menganalisis data secara deskriptif, lebih mementingkan proses dari pada hasil, membatasi masalah penelitian berdasarkan fokus, menggunakan kriteria tersendiri untuk memvalidasi data, menggunakan desain sementara, dan hasil penelitian disepakati bersama oleh manusia yang dijadikan sebagai sumber data (Moleong, 2021:3). Metode kualitatif digunakan pada penelitian ini karena peneliti akan mencoba untuk memahami dan mendeskripsikan makna motivasi yang ada dalam serial dokumenter berdasarkan sudut pandang peneliti.

3.3 Objek Penelitian

Objek yang digunakan pada penelitian ini adalah serial dokumenter Netflix The Last Dance. Serial dokumenter ini terdiri dari 10 episode yang menceritakan kebangkitan superstar Michael Jordan dan Chicago Bulls tahun 1990-an, dengan cuplikan yang ditayangkan dari musim 1997-1998 (https://www.netflix.com/id- en/title/80203144 diakses pada 15 November 2021, 19:42 WIB). Secara umum serial dokumenter ini menceritakan perjalanan hidup Michael Jordan dengan menampilkan wawancara langsung dengan orang-orang yang terlibat dalam perjalanan hidupnya.

Selengkapnya sinopsis setiap episode The Last Dance dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.1 Sinopsis The Last Dance Episode 1-10

Episode Sinopsis Durasi

Episode 1 Kilas balik menceritakan masa kuliah Michael Jordan dan masa-masa awal NBA. Bulls melakukan perjalanan pramusim ke Paris di tengah ketegangan dengan GM Jerry Krause.

52 menit

(33)

28

Episode 2 Scottie Pippen bangkit dari ketidakjelasan menjadi salah satu pemain terbaik NBA. Cedera di awal karier Michael menabur ketidakpercayaan dengan manajemen Bulls.

51 menit

Episode 3 Sikap dan energi Dennis Rodman membantu tim memperoleh kemenangan, tetapi membawa drama ke luar lapangan. Bulls berjuang mengatasi Pistons di akhir tahun 80-an.

50 menit

Episode 4 Filosofi dan sikap unik Phil Jackson membawa Bulls ke level berikutnya. Tim akhirnya berhasil Detroit dan mendapatkan kesempatan untuk meraih gelar NBA.

51 menit

Episode 5 Dari Air Jordan dan “Be Like Mike” hingga final NBA tahun 92 dan Tim Impian Olimpiade, Michael menjadi ikon budaya global yang berbeda dari yang lain.

52 menit

Episode 6 Sebuah buku yang mengungkap dan pengawasan perjudian merusak reputasi Michael, tetapi ia tetap fokus untuk memenangkan gelar ketiga berturut-turut pada tahun 1993.

51 menit

Episode 7 Hancur oleh kematian ayahnya, Michael yang kelelahan mental pensiun pada tahun 1993 dan beralih untuk bermain bisbol. Bulls melanjutkan dengan Scottie dalam peran utama.

52 menit

Episode 8 Kembalinya Michaels memberi energi kepada Bulls, kota dan NBA, tetapi kekalahan playoff pada tahun 1995 mendorongnya untuk bekerja lebih keras dari sebelumnya untuk kembali ke puncak.

51 menit

Episode 9 Bulls menghadapi tantangan berat untuk pemerintahan mereka pada tahun 1997 melawan Utah dan pada tahun 1998 melawan Indiana. Pemain peran Steve Kerr membuat jejaknya di dinasti.

51 menit

Episode 10 Babak belur dan kelelahan, Bulls mengakhiri "Tarian Terakhir" mereka dengan kejuaraan keenam. Michael, Phil, dan lainnya merenungkan akhir dinasti.

52 menit

Sumber: (https://www.netflix.com/id-en/title/80203144 diakses pada 15 November 2021, 19:42 WIB)

(34)

29

3.3.1 Poster Serial Dokumenter The Last Dance

Gambar 3.1 Poster Serial The Last Dance

Sumber: (https://www.imdb.com/title/tt8420184/mediaindex diakses pada tanggal 9 November 2021, 19:41 WIB)

3.3.2 Pemain dan Kru Serial Dokumenter The Last Dance Tabel 3.2 Pemain dan Kru The Last Dance Director Jason Hehir

Executive Producer John Dahl; Libby Geist; Peter Guber; Curtis Polk;

Estee Portno; Gregg Winik; Rob King; Erin Leyden; Connor Schell; Andy Thompson; Michael Tollin

Producer Nina Krstic; Matt Maxson; Jacob Rogal; Alyson Sadofsky; Jon Weinbach; Max Winik

Associate Producer Jillian Moossmann; Zachary Rothfeld Development Producer Mason Gordon

Line Producer Sari Skier

Production Support Michael Tolajian

Music Tom Caffey

Cinematography Thomas McCallum

Film Editing Chad Beck; Devin Concannon; Abhay Sofsku;

Ben Sozanski

Cast Michel Jordan; Phil Jackson; Scottie Pippen;

David Aldridge; Steve Kerr; Michael Wilbon;

Deloris Jordan; Andrea Kremer; Bill Wennington;

John Paxson; Dennis Rodman; Ahmad Rashad;

Bob Costas; David Stern; Jerry Reinsdorf; Mark Vancil; B.J Armstrong; Rick Telander; Sam Smith; Magic Johnson; Isiah Thomas; Todd Boyd;

Horace Grant; J.A Adande; Bill Cartwright; Tim Grover; Barack Obama; Larry Bird; Patrick Ewing; David Falk; Jud Buechler; Will Perdue;

(35)

30

Rod Thorn; Brian Mcintyre; Jim Stack; George Koehler; Chip Schaefer; Carmen Electra; John Salley; James Worthy; Reggie Miller; Willow Bay; Hannah Strorm; Gary Payton; Danny Ainge;

Roy Williams; Pat Riley; Charles Oakley; Toni Kukoc; Doug Collins; John Stockton; Larry Jordan; Tim Hallam; Joe O’Neil; Melissa

Isaacson; Charley Rosen; Justin Timberlake; Kobe Bryant; Nas; Charles Barkley; Joe Pytka; Bill Clinton; Jalen Rose; Adam Silver; Glen Rice;

Billy Pippen; Ronnie Martin; George Karl; Terry Francona; Tisher Lett; Marcus Jordan; Ann Kerr;

Fred Lynch; Scott Burrell; Jeffrey Jordan; Ron Harper; Jasmine Jordan; John Ligmanowski;

Kevin Loughery; Brenda Malone; Sidney Moncrief; Joe Kleine; Buzz Peterson; Mike Barnett; Roy S. Johnson; Billy Packer; Steven East; Ronnie Jordan; Rod Higgins; Labradford Smith; Ron Coley; Steve Wilf; Howard White;

John Hefferson

Sumber: (https://www.imdb.com/title/tt8420184/mediaindex diakses pada tanggal 9 November 2021, 19:44 WIB)

3.4 Definisi Konsep

Definisi konsep adalah uraian singkat variabel-variabel yang akan diteliti. Berikut adalah definisi konsep variabel yang digunakan pada penelitian ini:

a. Semiotika: Ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang terdapat pada fenomena sosial masyarakat untuk mengungkapkan arti atau makna dari tanda yang ada pada fenomena sosial tersebut (Longhurst et al., 2016:95;

Sobur, 2017:15).

b. Film dokumenter: Film yang menceritakan tentang realitas, orang-orang nyata dan peristiwa yang terjadi di dunia nyata yang memiliki kualitas kebenaran, kenyataan dan keaslian (Nichols, 2001:141-171, 2017:5).

c. Motivasi: Kekuatan yang dapat mendorong seseorang melakukan sesuatu yang didorong oleh lima tingkat kebutuhan manusia yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, harga diri dan aktualisasi diri (Maslow, 1943:370).

3.5 Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini digunakan untuk menemukan makna realitas, representasi dan pemikiran dalam serial dokumenter The Last Dance. Unit analisis

(36)

31

yang digunakan adalah perilaku, percakapan, gerak tubuh, ekspresi dan suara tokoh.

Alasan penulis berfokus pada unit analisis tersebut karena dalam film dokumenter lebih menampilkan percakapan dan wawancara dari beberapa narasumber terkait dengan tema dokumenter. Pemilihan unit analisis didasarkan pada teori motivasi Maslow, sehingga peneliti menggunakan adegan yang memberikan gambaran terkait motivasi. Beberapa contoh tangkapan gambar yang menunjukkan motivasi pada dokumenter The Last Dance dapat dilihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3 Unit Analisis

Timeline Tangkapan Gambar Keterangan

Episode 1 (19:44- 39:45)

Awal mula karir Michael Jordan di dunia basket sampai menjadi pemain pendatang terbaik di tahun pertamanya

Menggambarkan Michael Jordan yang memiliki jiwa dan mental kompetitif yang kuat dimulai dari bermain basket saat duduk di bangku kuliah dan sudah menjadi pemain terbaik di tim nya hanya dalam kurung waktu 2 minggu, dan saat memulai karir nya di dunia NBA Michael Jordan sudah mengambil alih tim setelah

melalui 2

pertandingan yang di jalani nya hingga mendapatkan gelar rookie of the year dan terpilih menjadi pemain all star dan membuat media majalah menjadikan nya sampul utama dengan judul “a star is born” (kebutuhan aktualisasi diri)

(37)

32 Episode 2 (19:02-

22:15)

Michael Jordan ingin menjadi pemain terbaik dan berada di tim terbaik pula sehingga ia memotivasi teman nya untuk jadi lebih baik lagi

Saat pemain terbaik kedua di bulls yaitu scottie pippen cedera, Michael merasa cukup kesulitan dalam menghadapi setiap pertandingan

sehingga ia mencoba memotivasi teman setim nya saat latihan maupun

pertandingan untuk tidak malas dan lebih serius lagi dalam menjalani latihan (Kebutuhan sosial)

Episode 5 (6:21- 13:50)

Menggambarkan kesuksesan Michael Jordan sebagai pemain basket dan pengaruh nya kepada masyarakat pecinta basket

Keberhasilan

Michael Jordan di dunia basket dibuktikan dengan pengaruh nya kepada masyarakat dengan kerja sama nya dengan nike dan membuat sepatu signature Michael

Jordan yang

Bernama air Jordan yang sebelum nya sepatu basket hanya digunakan untuk bermain basket tetapi semenjak

dikeluarkan nya sepatu air Jordan sepatu basket mulai menjadi fashion dan menyebar mejadi budaya fashion baru dan memunculkan slogan “be like mike”, penjualan sepatu yang awal nya di targetkan pada pencapaian $3 juta

(38)

33

dollar ternyata berhasil meraup untung sebanyak

$126 juta dollar amerika dan berkat sepatu nya yang mempengaruhi budaya Jordan juga menjadi symbol kesuksesan untuk kalangan anak muda kulit hitam di amerika berkat kemampuan dan keberhasilan nya di dunia basket (Kebutuhan harga diri)

episode 7 (4:30- 28:30)

Menggambarkan Michael Jordan yang sempat tertekan pada karir nya di dunia basket karna kehilangan sosok ayah yang sangat di cintai nya dan mencoba bangkit dari keterpurukan itu

Michael Jordan yang tertekan oleh kematian ayah nya

dan harus

mempertahankan title juara sempat kesulitan dan ahir nya memutuskan untuk rehat dari dunia basket dan beralih ke bidang olahraga professional lain seperti golf dan baseball sampai ahir nya ia dapat bangkit dan Kembali bermain di dunia basket (Kebutuhan sosial)

(39)

34 Episode 8 (28:10-

31:30)

Setelah Kembali nya dia ke dunia professional basket dia mendapatkan peran dalam film space jam di karnakan karir nya namun ia juga bekerja keras untuk mengembalikan kondisi tubuh nya ke dalam kondisi prima

Menggambarkan mental dan tekat Michael Jordan setelah memutuskan untuk Kembali NBA dan ada nya kepentingan kedua nya yaitu bermain film di space jam, Michael Jordan dipilh dikarnakan ia menjadi ikon basket pada masanya,

namun untuk

mempertahankan kondisi tubuh nya tetap prima Jordan berlatih keras untuk membentuk otot nya agar dapat bersaing Kembali di dunia basket (Kebutuhan harga diri)

3.6 Teknik Pengumpulan Data

3.6.1 Data Primer

Data primer yang digunakan pada penelitian ini adalah serial dokumenter The Last Dance. Peneliti melakukan pengumpulan data melalui dokumentasi terhadap serial dokumenter The Last Dance, dalam bentuk cuplikan gambar dan dialog yang relevan

(40)

35

dengan topik penelitian yaitu makna motivasi dengan menggunakan metode semiotika John Fiske.

3.6.2 Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan pada penelitian ini adalah sumber referensi-referensi yang relevan dengan topik penelitian melalui buku, jurnal ilmiah, dan artikel daring.

3.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yaitu upaya yang dilakukan dengan cara mengorganisasikan data menjadi satuan yang dapat menjadi suatu pola penting untuk dipelajari dan di analisis (Moleong, 2021). Berikut adalah teknik analisis data yang digunakan pada penelitian:

a. Pengumpulan data

Proses pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan mengumpulkan cuplikan gambar dan dialog narasumber dalam serial dokumenter The Last Dance yang sesuai dengan tema penelitian yaitu makna motivasi.

b. Reduksi dan kategorisasi data

Data yang diperoleh dari pengumpulan data dirangkum dan dikategorisasikan berdasarkan unit analisis yang diperlukan untuk menafsirkan makna semiotika John Fiske yaitu perilaku, percakapan, gerak tubuh, ekspresi dan suara tokoh.

c. Penyajian data

Setelah data direduksi dan dikategorisasikan, data disajikan dalam pola hubungan dalam tingkat kebutuhan manusia berdasarkan teori motivasi Maslow, yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, harga diri dan aktualisasi diri.

d. Kesimpulan dan verifikasi

Tahap terakhir adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi data untuk menemukan bukti-bukti yang kuat terkait dengan makna motivasi yang terdapat dalam serial dokumenter The Last Dance.

(41)

36

DAFTAR PUSTAKA

Ali, S., Murshed, S. M., & Papyrakis, E. (2020). Happiness and the Resource Curse.

Journal of Happiness Studies, 21(2), 437–464. https://doi.org/10.1007/s10902- 019-00080-3

Auliyah, A., & Flurentin, E. (2016). Efektifitas Penggunaan Media Film Untuk Meningkatkan Empati Siswa Kelas Vii Smp. Jurnal Kajian Bimbingan Dan Konseling, 1(2), 19–26. https://doi.org/10.17977/um001v1i12016p019

Bondebjerg, I. (2014). Documentary and cognitive theory: narrative, emotion and memory. Media and Communication, 2(1), 13–22.

Bruzzi, S. (2006). New documentary. Routledge.

Cahya, V. T. (2019). An Analysis of Educational Value in Moana Movie. UIN Raden Intan Lampung.

Cohen, L., Manion, L., & Morrison, K. (2002). Research methods in education.

routledge.

Creswell, J. W., & Creswell, J. D. (2017). Research design: Qualitative, quantitative, and mixed methods approaches. Sage publications.

Effendy, O. U. (2009). Komunikasi teori dan praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Ellis, J. C., & McLane, B. A. (2005). A new history of documentary film. A&C Black.

Fahmi, K. (2017). Analisis Isi Pesan Motivasi Dalam Film Cek Toko Sebelah Karya Ernest Prakasa.

Fasikh, M., & Natali, D. (2021). An Analysis Of Moral Values In “Zootopia” Movie Directed By Byron Howard And Rich Moore. Journal of English Language and Literature (JELL), 6(2), 71–82.

Fiske, J. (1978). Television culture: popular pleasures and politics. Routledge.

Fiske, J. (2010). Introduction to communication studies. Routledge.

Hendarsyah, J. D. (2020). Character and Characterization in the Film Inside Out by Peter Hans Doctor. Apollo Project: Jurnal Ilmiah Program Studi Sastra Inggris, 8(1), 27–34.

https://firsthand.co/blogs/workplace-issues/3-career-takeaways-from-the-michael- jordan-documentary-the-last-dance diakses pada 15 November 2021. (n.d.).

Introducing cultural studies. Routledge.

https://firsthand.co/blogs/workplace-issues/3-career-takeaways-from-the-michael- jordan-documentary-the-last-dance diakses pada 15 November 2021. (2020). 3

(42)

37

Career Takeaways from the Michael Jordan Documentary ‘The Last Dance.’

https://firsthand.co/blogs/workplace-issues/3-career-takeaways-from-the- michael-jordan-documentary-the-last-dance

https://variety.com/2021/digital/news/netflix-q4-2020-earnings-200-million-

subscribers-1234887784/ diakses pada tanggal 9 November 2021. (n.d.). Netflix Tops 200 Million Streaming Customers, Handily Beats Q4 Subscriber Forecast.

Variety. https://variety.com/2021/digital/news/netflix-q4-2020-earnings-200- million-subscribers-1234887784/

https://www.diskes.baliprov.go.id/adaptasi-kebiasaan-baru-di-masa-pandemi-covid- 19/ diakses pada 15 November 2021. (n.d.). Adaptasi Kebiasaan Baru di Masa Pandemi Covid-19. Dinas Kesehatan Provinsi Bali.

https://www.diskes.baliprov.go.id/adaptasi-kebiasaan-baru-di-masa-pandemi- covid-19/

https://www.drdavidgeier.com/michael-jordan-motivation/ diakses pada 15 November 2021. (n.d.). https://www.drdavidgeier.com/michael-jordan- motivation/.

https://www.forbes.com/sites/donyaeger/2020/05/20/a-masterclass-in-leadership-the- last-dance/ diakses pada 15 November 2021. (n.d.). A Masterclass In Leadership:

The Last Dance. Forbers. https://www.forbes.com/sites/donyaeger/2020/05/20/a- masterclass-in-leadership-the-last-dance/

https://www.imdb.com/title/tt8420184/mediaindex diakses pada tanggal 9 November 2021. (n.d.). The Last Dance (TV Mini Series 2020) - IMDb.

https://www.imdb.com/title/tt8420184/mediaindex

https://www.netflix.com/id-en/title/80203144 diakses pada 15 November 2021. (n.d.).

Watch The Last Dance | Netflix Official Site.

https://www.unicef.org/indonesia/id/press-releases/dampak-covid-19-terhadap- rendahnya-kesehatan-mental-anak-anak-dan-pemuda-hanyalah diakses pada 15 November 2021. (n.d.). Dampak COVID-19 terhadap rendahnya kesehatan mental anak-anak dan pemuda hanyalah ‘puncak gunung es’ - UNICEF.

UNICEF. https://www.unicef.org/indonesia/id/press-releases/dampak-covid-19- terhadap-rendahnya-kesehatan-mental-anak-anak-dan-pemuda-hanyalah

https://www.youtube.com/watch?v=JkEkGNTozlI diakses pada 15 November 2021.

(n.d.). Carmelo Anthony Feeling Different About Michael Jordan After Watching

Last Dance - YouTube. All Urban Central.

https://www.youtube.com/watch?v=JkEkGNTozlI

Humaira, M. (2018). An Analysis of Moral Value in’Zootopia’Movie. UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Littlejohn, S. W., & Foss, K. A. (2010). Theories of human communication. Waveland press.

Mackenzie, N., & Knipe, S. (2006). Research dilemmas: Paradigms, methods and

(43)

38

methodology. Issues in Educational Research, 16(2), 193–205.

Mannell, R. C., & Kleiber, D. A. (1997). A social psychology of leisure. Venture Publishing Inc.

Marpaung, J. (2018). Pengaruh Penggunaan Gadget Dalam Kehidupan. KOPASTA:

Jurnal Program Studi Bimbingan Konseling, 5(2), 55–64.

https://doi.org/10.33373/kop.v5i2.1521

Maslow, A. H. (1943). A theory of human motivation. Psychological Review, 50(4), 370.

McQuail, D. (2003). Media accountability and freedom of publication. Oxford University Press, USA.

Mertens, D. M. (2019). Research and evaluation in education and psychology:

Integrating diversity with quantitative, qualitative, and mixed methods. Sage publications.

Moleong, L. J. (2021). Metodologi penelitian kualitatif. PT Remaja Rosdakarya.

Mulyadi. (2007). Universitas Kristen Maranatha. PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG TEMPE KEDELAI (Glycine Max (L.) Merrill) SELAMA MASA PREPUBERTALTERHADAP VIABILITAS SPERMATOZOA MENCIT JANTAN GALUR SWISS WEBSTER Antonius, 5(1983), 39–40.

Mulyana, D. (2002). Ilmu komunikasi suatu pengantar.

Mulyana, D., & Rakhmat, J. (1990). Komunikasi antarbudaya. Remaja Rosdakarya.

Newman, W. L. (2014). Social research methods: Qualitative and quantitative approaches. Pearson.

Nichols, B. (2001). How can we differentiate among documentaries?: Categories, models, and the expository and poetic modes of documentary film. Introduction to Documentary, 142–171.

Nichols, B. (2017). Introduction to documentary. Indiana University Press.

Pah, T., & Darmastuti, R. (2019). Analisis Semiotika John Fiske Dalam Tayangan Lentera Indonesia Episode Membina Potensi Para Penerus Bangsa Di Kepulauan Sula. Communicare: Journal of Communication Studies, 6.

Pratista, H. (2008). Memahami film. Homerian Pustaka.

Puspita, D. F. R., & Nurhayati, I. K. N. (2018). Analisis semiotika John Fiske mengenai realitas bias gender pada iklan kisah ramadhan line versi Adzan Ayah.

ProTVF: Jurnal Kajian Televisi Dan Film, 2 (2), 157–171.

Pusumakeja, S. M. (2017). An Analysis of Moral Value Teaching In “The Fate of The Furious” Movie (Based on Its Main Characters). IAIN Metro.

(44)

39

Rose, G. (2016). Visual methodologies: An introduction to researching with visual materials. sage.

Saputra, M. L., Priyowidodo, G., & Wahjudianata, M. (2018). Representasi kecantikan perempuan korea selatan dalam film “plump revolution.” Jurnal E-Komunikasi, 6(2).

Simpson, K. E. (2008). Classic and modern propaganda in documentary film:

Teaching the psychology of persuasion. Teaching of Psychology, 35(2), 103–108.

Sobur, A. (2017). Semiotika komunikasi. Remaja Karya.

Utami, B. D. (2019). Mengenal Indonesia Melalui Netflix. Komunikasi, 11(1), 70–80.

Valencia, M., & Junaidi, A. (2021). Representation of Beauty Standards in Films Imperfect: Career, Love & Scales. International Conference on Economics, Business, Social, and Humanities (ICEBSH 2021), 775–781.

Vera, N. (2014). Semiotika dalam riset komunikasi. Ghalia Indonesia.

Vonderau, P. (2019). The Spotify Effect: Digital Distribution and Financial Growth.

Television and New Media, 20(1), 3–19.

https://doi.org/10.1177/1527476417741200

Waterson, R. (2007). Trajectories of memory: Documentary film and the transmission of testimony. History and Anthropology, 18(1), 51–73.

Webster, N. (1981). Webster’s third new international dictionary of the English language, unabridged (Vol. 1). Merriam-Webster.

Yasmiliza, N. (2018). Analisis Pesan Motivasi dalam Film Naruto the Movie Road to Ninja. UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Zaimar, Y. S. (2017). Semiotic analysis of valak and lorraine in the conjuring 2 film.

Scope: Journal of English Language Teaching, 1(2), 219–229.

(45)

40 LAMPIRAN

1. Ithenticate

(46)

41

(47)

42

(48)

43

(49)

44

(50)

45

Referensi

Dokumen terkait

Judul Skripsi : Analisis Semiotika John Fiske Tentang Representasi Body Shaming pada Serial Insatiable di Netflix.. Nama Mahasiswa : Anistya

Pada film dinasti penagih utang dari timur: the debtfathers mengandung nilai representasi bagaimana cara kerja debt collector menagih utang kepada debitur serta

atas NAB, hasil terbanyak karyawan mengalami stress tingkat berat yaitu 14 orang (56%), sedangkan tenaga kerja yang bekerja di halaman pembenihan padi dengan intensitas kebisingan

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan analisis semiotika John Fiske untuk melihat lebih dalam bagaimana pemaknaan pada level realitas,

Penelitian ini berjudul Representasi Nilai Marxisme dalam film In Time (Analisis Semiotika John Fiske) yang bertujuan mengetahui representasi pertentangan kelas

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas hikmat yang telah penulis terima selama masa penyelesaian skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang

dummy yang hasilnya adalah variabel penetapan risiko kecurangan (X1) berpengaruh terhadap variabel skeptisisme profesional auditor

Keputusan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 85/KPTS/BPBD- SS/2017 tentang Status Keadaan Siaga Darurat Bencana Asap Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi