• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberdayaan kelompok wanita tani Kanamit Barat melalui pembuatan mochi isi aneka buah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Pemberdayaan kelompok wanita tani Kanamit Barat melalui pembuatan mochi isi aneka buah"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 1 no 1 Tahun 2020 pp.: 43-52 avalilable at http://www.agroinotek.ub.ac.id

43

Pemberdayaan kelompok wanita tani Kanamit Barat melalui pembuatan mochi isi aneka buah

Sustiyah1*), Sulmin Gumiri2), Hastin Ernawati N C C1), Wijantri Kusumadati3), Andrie Elia4)

1) Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya, Kalimantan Tengah Indonesia

2) Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya, Kalimantan Tengah Indonesia

3) Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya, Kalimantan Tengah Indonesia

4) Fakultas Ekonomi Universitas Palangka Raya, Kalimantan Tengah Indonesia

Corresponding author: E-mail: sustiyah@agr.upr.ac.id Diterima: 15 Januari 2020 Disetujui: 10 Maret 2020

Abstrak: Salah satu wilayah sentra buah-buahan di Kabupaten Pulang Pisau Provinsi Kalimantan Tengah adalah Desa Kanamit Barat yang berada di Kecamatan Maliku. Potensi buah yang cukup berlimpah dan sangat menopang perekonomian masyarakat desa adalah buah pisang, nanas, waluh, pepaya dan cempedak. Harga buah segar di Desa Kanamit Barat sangat murah, apalagi pada saat musim panen raya, hasil panen buah sangat berlimpah, pengolahan hasil buah tidak maksimum, pasar tidak dapat menyerap seluruh hasil buah segar dan petani cenderung membiarkan buah yang dipanen membusuk. Kondisi seperti ini mempengaruhi tingkat pendapatan petani buah di Desa Kanamit Barat. Tujuan kegiatan ini adalah memberdayakan Kelompok Wanita Tani Kanamit Barat melalui transfer teknologi pembuatan mochi aneka buah, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah buah dan mengurangi kehilangan hasil selama musim panen buah. Kegiatan yang dilakukan meliputi penyuluhan, pelatihan , dan pendampingan dalam proses pembuatan mochi aneka buah dengan mutu yang baik, dan teknologi kemasan yang menarik, pengurusan ijin edar produk, dan membuka peluang pasar yang lebih luas. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah dan nilai jual produk mochi aneka buah. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa para peserta mampu membuat mochi dengan empat varian buah, pengetahuan dan keterampilannya dalam mengolah mochi meningkat, dan mendapatkan sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan dari Dinas Kesehatan untuk mengurus ijin edar produk mochi aneka buah.

Kata kunci : pemberdayaan, produk lokal, diversifikasi olahan buah

Empowerment of the farmer women groups in Kanamit Barat through making of the mochi contents of various fruits. Abstract: One of the fruit center areas in the Pulang Pisau Regency , Central Kalimantan Province is Kanamit Barat Village, located in the Maliku Sub District. Potential fruits that are quite abundant and strongly support the economy of the rural community are bananas, pineapple, pumpkin, papaya and jackfruits. The price of fresh fruit in Kanamit Barat Village is very cheap, especially during the main harvest season, fruit harvests are very abundant, fruit processing is not maximum, the market cannot absorb all fresh fruit yields and farmers tend to let the harvested fruit rot. Such conditions affect the level of income of fruit farmers in Kanamit Barat Village.

The purpose of this activity is to empower the Women's Farmers Group in Kanamit Barat through transfer of the jam-fruit mochi technology, so as to increase fruit value added and reduce yield losses during the fruit harvest season. Activities undertaken include counseling, training, and assistance in the process of making the good quality mochi of various fruits, and attractive packaging technology, arranging product distribution permits, and opening wider market opportunities. This activity is expected to increase the added value and selling value of various jam-fruit mochi products. The results of the activity showed that the participants were able to make mochi with four fruit variants, their knowledge and skills in processing mochi increased, and received a certificate of Food Safety Counseling from the Health Office to administer the distribution permit of the mochi products.

Keywords: empowerment, local products, fruit processed diversification

(2)

44

Pendahuluan

Desa Kanamit Barat terletak di Kecamatan Maliku Kabupaten Pulang Pisau, memiliki luas wilayah sebesar 4.131.400 ha dengan jumlah penduduk 23.872 orang. Sebagain besar penduduk memiliki mata pencaharian petani. Desa Kanamit Barat merupakan salah satu desa penyuplai buah-buahan di Kabupaten Pulang Pisau dan kabupaten terdekat lainnya. Potensi buah-buahan ini mampu menopang perekonomian di Desa Kanamit Barat.

Buah-buahan yang banyak dibudidayakan adalah pisang, cempedak, durian, papaya, nanas, dan waluh yang keberadaannya sangat berlimpah. Di samping itu juga terdapat hasil kebun berupa kelapa, kelapa sawit, kopi, karet. Melimpahnya hasil panen, menyebabkan buah- buahan tersebut tidak terserap pasar, sehingga banyak yang membusuk, mengingat buah tidak dapat bertahan lama. Petani tidak punya pilihan lain untuk menjual buah-buahan dengan harga yang sangat rendah, terutama jika terjadi panen raya, selain itu ketergantungan petani dengan tengkulak sangat tinggi. Kelompok tani Mitra juga belum mempunyai keterampilan dan pengetahuan yang memadai untuk melakukan diversifikasi olahan produk lokal (olahan buah).

Oleh sebab itu diperlukan transfer teknologi untuk meminimalkan kerugian petani terutama di saat panen raya, salah satunya adalah diversifikasi olahan buah-buahan menjadi selai buah dan kemudian selai ini dimanfaatkan untuk membuat kue mochi isi selai buah (Mulyana & Nugraha, 2016; Pramono, Salem, & Sanly, 2018; Rismaningsih, Nurhafsari, &

Nurlatifah, 2019; Serang, 2019). Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa pengolahan buah segar menjadi selai buah merupakan salah satu diversifikasi pengolahan buah segar untuk memberikan nilai tambah, dan selanjutnya selai buah ini dapat dimanfaatkan untuk membuat kue-kue (Ariyanti & Yuliarty, 2017; Garcı́a-Martı́nez et al., 2002; Hutami, 2017; Muresan, Pop, Muste, Scrob, & Rat, 2014; Shah et al., 2015; Singh, Jain, Singh, & Singh, 2009).

Penerapan teknologi pengolahan mochi isi selai buah akan menambah jumlah produk olahan makanan, menambah kemandirian dalam menciptakan produk olahan makanan, menciptakan lapangan kerja di desa mitra, meningkatkan nilai jual produk olahan buah berupa mochi isi selai buah, serta meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat desa mitra (Kristiana, 2017; Widyawati & Nurbani, 2017). Perbaikan kemasan dan pelabelan mochi isi selai buah yang baik, akan meningkatkan nilai tambah, sehingga industri pengolahan mochi aneka isi buah ini dapat diterapkan juga sebagai industri skala rumah tangga, dan dengan diperolehnya ijin P-IRT dapat meningkatkan kepercayaan konsumen dan memperluas jangkauan pemasaran (Agustina, 2011; Cenadi, 2004; Herudiansyah, Candera, & Pahlevi, 2019; Noviadji, 2014; Nugrahani, 2015). Adanya industri pengolahan ini diharapkan dapat dijadikan usaha untuk meningkatkan nilai tambah dan nilai jual kue mochi isi selai buah.

Disamping itu, adanya industri kue mochi isi selai buah ini dapat membantu menciptakan lapangan kerja, sehingga meningkatkan perekonomian masyarakat khususnya petani di Desa Kanamit Barat.

Tujuan kegiatan ini adalah memberdayakan Kelompok Wanita Tani (KWT) Kanamit Barat (mitra) melalui transfer teknologi pembuatan kue mochi isi selai buah, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah produk buah-buahan dan mengurangi kehilangan hasil buah pada saat musim panen raya.

Metode pelaksanaan

Kegiatan pemberdayaan kelompok wanita tani ini dilaksanakan di desa Kanamit Barat, kecamatan Maliku, kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah dari bulan Juli sampai dengan Oktober 2018. Desa ini memilki agroekosistem lahan yang terletak di dataran dengan ketinggian wilayah 0-25 m dari permukaan laut. Secara administratif, Desa Kanamit Barat

(3)

45

berbatasan langsung sebelah Utara dengan Desa Buntoi, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sidodadi, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sebagau Kuala, dan sebelah Timur berbatasan dengan Desa Wono (Bappeda, 2014; BPS, 2017). Akses untuk menuju ke lokasi tersebut sangat mudah, dikarenakan hanya berjarak +45 Km dari ibukota Kabupaten yang dapat ditempuh menggunakan jalan darat melalui jalan lintas kecamatan di Kabupaten Pulang Pisau.

Metode yang digunakan dalam kegiatan ini meliputi: 1) penyuluhan melalui diskusi secara interaktif antara Tim dengan mitra mengenai hal yang terkait dengan potensi hasil pertanian, teknologi pengolahan produk olahan mochi, teknologi pengemasan, pelabelan, legalitas produk serta analisis usaha beserta teknologi pemasaran, 2) pelatihan pembuatan produk olahan mochi aneka isi buah. Materi pelatihan meliputi pembuatan mochi, teknik pengemasan produk olahan mochi, pelabelan serta analisis usahanya 3) pendampingan dan pembinaan serta 4) melakukan evaluasi kegiatan untuk mengetahui keberhasilan program serta rencana keberlanjutannya. Kegiatan diikuti oleh 2 kelompok mitra yaitu KWT Lestari dan ibu- ibu PKK desa Kanamit Barat yang juga tergabung dengan KWT Lestari. Bagan alir proses pembuatan mochi yang terdiri dari kulit mocha dan selai buah isi mocha disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Bagan alir proses pembuatan mochi isi aneka buah

(4)

46

Hasil dan Pembahasan

Penyuluhan dan Diskusi Interaktif

Kegiatan penyuluhan dihadiri oleh seluruh mitra KWT Lestari (Gambar 2, 3 dan 4).

Penyuluhan dilakukan terkait potensi hasil pertanian di desa setempat, pengenalan teknologi pengolahan mochi, pengemasan, pelabelan serta legalitas usaha. Buah-buahan (nanas, rambutan, salak, pisang, cempedak) merupakan hasil desa Kanamit Barat dengan potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Hasil melimpah ternyata tidak sebanding dengan keuntungan yang diperoleh, seperti misalnya ketika panen raya, nanas dan rambutan menjadi tidak ada harganya dan dibiarkan membusuk saja di pohonnya. Petani tidak mengambil buah- buahan tersebut dikarenakan harus ada uang yang dikeluarkan untuk memetiknya. Kondisi tersebut tidak akan terjadi apabila petani mempunyai pengetahuan tentang teknologi pengolahan buah-buahan tersebut, sehingga ada nilai tambah yang bisa dihasilkan, salah satunya adalah mochi aneka isi buah. Teknologi yang dikuasai warga desa Kanamit Barat sebatas pada pembuatan dodol beras yang diperuntukkan bagi kegiatan gotong royong warga atau pada saat ada hajatan. Bagi warga Kanamit Barat, olahan mochi merupakan hal yang baru, mampu menyerap melimpahnya hasil panen buah dan memiliki kandungan gizi serta vitamin yang lebih baik.

Gambar 2. Tim Penyuluhan dengan Mitra Kelompok Wanita Tani Kanamit Barat

Gambar 3. Kegiatan pemaparan materi penyuluhan tentang pembuatan mochi isi aneka buah

(5)

47

Gambar 4. Peserta kegiatan penyuluhan tentang pembuatan mochi isi aneka buah

Dalam penyuluhan dan diskusi interaktif tersebut terungkap juga bahwa mereka membutuhkan pengetahuan tentang label dan kemasan sebuah produk. Menurut mitra, ada beberapa produk yang mereka hasilkan hanya diberi label yang sederhana. Hal tersebut disebabkan ketidaktahuan mereka akan ilmu pelabelan dari mulai design sampai ke proses cetak. Hal serupa juga terjadi pada teknologi pengemasan. Kemasan yang mereka gunakan untuk mengemas produk yang mereka hasilkan hanya sebatas menggunakan plastik bening kemudian menggunakan sealer sederhana untuk merekatkan. Melalui penyuluhan tersebut, informasi pelabelan dan pengemasan disempurnakan. Keberadaan kemasan yang bagus dapat meningkatkan daya saing dan nilai tawar dari produk kue yang dihasilkan (Anasrulloh &

Basiron, 2018; Budiman, Yuwono, & Yusuf, 2020; El Chidtian & Widyasari, 2020; Widyastuti

& Winangsih, 2018). Legalitas usaha juga menjadi salah satu materi yang disampaikan ke mitra. Ijin edar (P-IRT) suatu produk merupakan hal utama yang menjadi fokus pada kegiatan tersebut, dikarenakan untuk menjadi pemain pasar dengan jangkauan yang lebih luas, ijin edar mutlak diperlukan.

Pelatihan pembuatan produk olahan mochi aneka isi buah

Materi pelatihan meliputi pembuatan mochi, teknik pengemasan produk olahan mochi, pelabelan serta analisis usahanya. Mitra sangat antusias dengan beberapa materi pelatihan tersebut (Gambar 5, 6, dan 7). Beberapa faktor yang biasanya mendukung kinerja suatu kelompok tani (KWT) adalah partisipasi dan motivasi anggota, perhatian khusus dari pemerintah terhadap keberadaan kelompok tani dan insentif ekonomi yang diterima oleh para anggota kelompok (Berlian, 2014; Imron, 2014; Novita, Koestiono, & Purnomo, 2013;

Sukmana, 2012). Pembuatan mochi dilakukan dengan variasi isi mochi serta warna dari mochi.

Isi mochi bermacam-macam, ada nanas, kacang dan pisang (Gambar 8).

(6)

48

Gambar 5. Bahan dan peralatan untuk pelatihan pembuatan mochi isi aneka buah

Gambar 6. Instruktur memperagakan proses pembuatan kue mochi isi aneka buah

Gambar 7. Peserta mengaduk adonan untuk membuat kue mochi isi aneka buah, salah satu tahapan dalam proses pembuatan kue mochi isi aneka buah

(7)

49

Gambar 8. Kemasan kue mochi isi aneka buah produksi Kelompok Wanita Tani Kanamit Barat

Indikator Keberhasilan Pelatihan Pembuatan Mochi

Indikator keberhasilan pelatihan pembuatan mochi dilakukan dengan menggunakan Uji Organoleptif terhadap responden, yaitu ibu-ibu KWT “Lestari” dan ibu-ibu PKK Desa Kamanit Barat Kecamatan Maliku Kabupaten Pulang Pisau. Hasil-hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa dari 15 orang responden menyatakan rasa mochi hasil pelatihan enak – sangat enak (60% menyatakan enak dan 47% menyatakan sangat enak) dan aroma mochi dari semua responden menyatakan aroma harum (100%), tekstur mochi lembut hingga sangat lembut (40%

menyatakan aroma harum dan 67% menyatakan sangat harus), kemasan/ penyajian mochi semua responden menyatakan sangat baik (100%). Dengan demikian hasil pelatihan pembuatan mochi yang diberikan sangat direspon oleh mitra dengan indikator IPTEK yang diberikan dapat dipahami yang selanjutnya dapat diimplementasikan dalam pembuatan produk kue mochi berisi selai buah. Salah satu faktor yang dianggap penting dalam adopsi teknologi pembuatan kue mochi berisi selai buah ini adalah prospek pasar yang cukup bagus dari kue mochi seperti ini (Kristono & Nadapdap, 2019; Kustiari, Sayaka, & Pasaribu, 2011; Mizar &

Mawardi, 2008).

Pendampingan dan Pembinaan

Pendampingan dilakukan dalam mengakses pasar baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dengan menghubungkan mitra dengan owner toko oleh-oleh serta warung-warung camilan, sementara itu secara tidak langsung dengan cara membantu promosi lewat media online. Pendampingan untuk mendapatkan P-IRT juga dilakukan, walaupun masih dalam tahap mengikuti Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP). Sertifikat kepesertaan dalam PKP digunakan sebagai persyaratan wajib dalam perolehan P-IRT. Kegiatan PKP dilaksanakan di Kotamadya Palangka Raya dikarenakan untuk kabupaten Pulang Pisau belum tersedia sumberdaya yang memadai untuk kegiatan penyuluhan tersebut. Para pelaku usaha dipersilakan untuk mengikuti penyuluhan tersebut di lain tempat yang menyelenggarakan.

Peserta yang mengikuti PKP dan mendapatkan sertifikat sebanyak 3 orang. Pendampingan dan pembinaan membuahkan hasil yaitu mitra mempunyai kepercayaan diri yang lebih tinggi (Marsono, Edy, & Utama, 2018; Wiharno & Jetmiko, 2020; Yuniarti et al., 2019). Hal ini terbukti dari keberanian peserta untuk mengikuti pameran yang diselenggarakan oleh kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah atau Pulpis Expo. Salah satu materi bazar adalah mochi isi aneka buah (Gambar 9).

(8)

50

Gambar 9. Beberapa produk yang dipamerkan, termasuk kue mochi isi aneka selai buah, dalam Pulpis Expo di Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah.

Kesimpulan dan saran

Kegiatan pemberdayaan direspon sangat baik oleh mitra, transfer teknologi pembuatan kue mochi berisi selai buah sudah tersampaikan dan sudah berpenetrasi sebagai salah satu varian kue mochi. Pembuatan kue mochi ini dapat meminimalkan kehilangan hasil buah- buahan pada saat panen raya. Kepercayaan diri para peserta dalam melakukan usaha pembuatan kue mochi semakin meningkat, sehingga berani mengikuti kegiatan Pulpis Expo di Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimanatan Tengah.

Ucapan terima kasih

Ucapan terimakasih disampaikan kepada Universitas Palangka Raya yang telah membiayai kegiatan ini melalui Dana Hibah Program Pengembangan Desa Mitra (PPDM) DIPA PNBP No. 042.01.2.400956/2017.

Daftar pustaka

Agustina, W. (2011). Teknologi Pengemasan, Desain, dan Pelabelan Kemasan Produk Makanan.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat

Guna, pp. 1–8. Retrieved from

https://istanaumkm.pom.go.id/storage/app/uploads/public/5dd/d6b/200/5ddd6b200c1ae36567 3273.pdf

Anasrulloh, M., & Basiron, B. (2018). Pelatihan Pembuatan Kemasan (Packaging) Untuk Meningkatkan Pemasaran Produk Olahan Kue Kacang Emping Melinjo. J-ADIMAS (Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat), 5(1), 26–30.

Ariyanti, S., & Yuliarty, P. (2017). Peningkatan Mutu Kulit Kue Mochi Produk Pada Industri Pangan Di Sukabumi. Jurnal Teknik Industri, 5(3), 42–52.

Bappeda. Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Pulang Pisau Nomor : 02 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2013-2018. Pemerintah Kabupaten Pulang Pisau. , (2014).

Berlian, M. (2014). Peran penyuluh pertanian lapangan dan partisipasi petani dalam program FEATI serta pengaruhnya terhadap pendapatan petani di Kecamatan Banyuasin III Kabupaten Banyuasin. Jurnal Matematika Sains Dan Teknologi, 15(1), 52–62.

(9)

51 BPS. (2017). Kabupaten Pulang Pisau Dalam Angka 2017.

Budiman, D. F., Yuwono, E. C., & Yusuf, V. (2020). PERANCANGAN DESAIN KEMASAN PRODUK TOKO KUE KERING “DEWI” SEMARANG. Jurnal DKV Adiwarna, 1(16), 8–15.

Cenadi, C. S. (2004). Peranan desain kemasan dalam dunia pemasaran. Jurnal Desain Komunikasi Visual Nirmana, 2(1), 92–103.

El Chidtian, A. S. C. R., & Widyasari. (2020). Kemasan jajanan tradisional produk ukm kampung kue (studi kasus ud. Dieva cake). Gestalt, 2(1), 1–12.

Garcı́a-Martı́nez, E., Ruiz-Diaz, G., Martı́nez-Monzó, J., Camacho, M. M., Martı́nez-Navarrete, N., &

Chiralt, A. (2002). Jam manufacture with osmodehydrated fruit. Food Research International, 35(2–3), 301–306.

Herudiansyah, G., Candera, M., & Pahlevi, R. (2019). Penyuluhan pentingnya label pada kemasan produk dan pajak pada usaha kecil menengah (ukm) desa tebedak ii kecamatan payaraman ogan ilir. Suluh Abdi: Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(2), 84–89.

Hutami, R. (2017). Pembuatan mochi pelangi dengan subsitutsi tepung talas dan pewarna alami. Jurnal agroindustri halal, 1(2), 100–104.

Imron, I. (2014). Pemberdayaan masyarakat miskin melalui kelompok usaha bersama (Studi pada kelompok usaha bersama di Desa Dawuhan, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang).

Jurnal Administrasi Publik, 2(3), 485–491.

Kristiana, L. (2017). Pengolahan limbah kulit pisang menjadi produk pangan untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga di desa kaduara barat, kec. Larangan. Seminar Nasional Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(1), 75–77.

Kristono, R. J., & Nadapdap, H. J. (2019). Karakteristik petani dan orientasi pasar sebagai pengaruh petani krisan melakukan proses pasca panen. AGRILAND Jurnal Ilmu Pertanian, 7(2), 159–

167.

Kustiari, R., Sayaka, B., & Pasaribu, S. (2011). Teknologi pengolahan hasil untuk mengatasi masalah ketahanan pangan. Teknologi Pengolahan Hasil Untuk Mengatasi Masalah Ketahanan Pangan, Pusat Sosial Ekonomi Dan Kebijakan Pangan, 111–128. Bogor.

Marsono, S., Edy, I. C., & Utama, H. B. (2018). Pelatihan “Bisnis Keluarga” Bagi Kaum Wanita Dalam Mendukung Terciptanya Kemandirian Ekonomi Daerah Di Soloraya. WASANA NYATA, 2(2), 23–30.

Mizar, M. A., & Mawardi, M. (2008). Karakteristik sistem adopsi teknologi pada industri kecil pengolah hasil pertanian. Jurnal Optimal, 5(2), 121–132.

Mulyana, M., & Nugraha, B. S. (2016). Pemberdaaaan industri kecil kue mochi oleh dinas koperasi perindustrian dan perdagangan Kota Sukabumi Provinsi Jawa Barat. Pembangunan Pemberdayaan Pemerintahan, 3(1), 43–57.

Muresan, C., Pop, A., Muste, S., Scrob, S., & Rat, A. (2014). Study concerning the quality of jam products based on banana and ginger. Journal of Agroalimentary Processes and Technologies, 20(4), 408–411.

Noviadji, B. R. (2014). Desain kemasan tradisional dalam konteks kekinian. Artika, 1(1), 10–21.

(10)

52 Novita, R., Koestiono, D., & Purnomo, M. (2013). Tingkat partisipasi dan kinerja perempuan pada program feati (farmer empowerment through agricultural technology and information) di Kabupaten Malang. Habitat, 24(2), 133–140.

Nugrahani, R. (2015). Peran Desain Grafis Pada Label dan Kemasan Produk Makanan UMKM.

Imajinasi: Jurnal Seni, 9(2), 127–136.

Pramono, R., Salem, I. S. G., & Sanly, T. T. N. (2018). Pelatihan Pembuatan Selai Kreasi Baru.

Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat Dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR), 1, 599–608.

Rismaningsih, F., Nurhafsari, A., & Nurlatifah, I. (2019). Pelatihan pembuatan selai kersen (muntingia calabura l.) Sebagai olahan pangan lokal di desa Rancagong Kecamatan Legok. Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian LPPM Universitas PGRI Madiun, 376–382.

Serang, S. (2019). Pelatihan Pembuatan Selai Pisang Bagi Kelompok Tani. Jurnal Pengabdian Bina Ukhuwah, 1(2), 16–21.

Shah, W., Khan, A., Zeb, A., Khan, M. A., Shah, F. N., Amin, N. U., … Khan, S. H. (2015). Quality evaluation and preparation of apple and olive fruit blended jam. Global Journal Medical Research: L Nutrition and Food Science, 15(1), 1–8.

Singh, S., Jain, S., Singh, S. P., & Singh, D. (2009). Quality changes in fruit jams from combinations of different fruit pulps. Journal of Food Processing and Preservation, 33, 41–57.

Sukmana, O. (2012). Konsep Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Komunitas Berbasis Potensi Lokal (Studi di Desa Wisata Bunga Sidomulyo, Kota Batu-Jawa Timur). Jurnal Humanity, 6(1).

Widyastuti, N. W., & Winangsih, R. (2018). Meningkatkan Daya Saing Produk Usaha Mikro Melalui Desain Kemasan Kelompok Usaha Produsen Dan Retailer Makanan “Kue Subuh.” Jurnal Pengabdian Masyarakat IPTEKS, 4(1).

Widyawati, A. T. R. I., & Nurbani, N. (2017). Innovation technology cultivation of durio in East Kalimantan. Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia, 3(1), 132–137.

Wiharno, H., & Jetmiko, J. (2020). Pemberdayaan ekonomi masyarakat mewujudkan desa yang mandiri. Dedikasi Komunitas, 3(1).

Yuniarti, R., Nilamsari, A. M., Noviana, A., Rizqi, M., Baani, K., & Afifah, D. N. (2019).

Pemberdayaan Kelompok PKK dalam Pemanfaatan Limbah Kulit Nanas menjadi Sampo di Belik, Pemalang, Jawa Tengah. Agrokreatif: Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat, 5(3), 181–187.

Gambar

Gambar 1. Bagan alir proses pembuatan mochi isi aneka buah
Gambar 2. Tim Penyuluhan dengan Mitra Kelompok Wanita Tani Kanamit Barat
Gambar 4. Peserta kegiatan penyuluhan tentang pembuatan mochi isi aneka buah
Gambar 5. Bahan dan peralatan untuk pelatihan pembuatan mochi isi aneka buah
+3

Referensi

Dokumen terkait

Batas areal Angsana Estate adalah : sebelah utara berbatasan dengan Kebun Hutan Tanaman Industri (HTI), sebelah selatan berbatasan dengan Gunung Sari Estate, sebelah barat

Lokasi Perkebunan Pinang Sebatang Estate sebelah timur berbatasan dengan kebun Aneka Persada Estate, sebelah barat berbatasan dengan Desa Okura (kebun pribadi Atang), sebelah

Dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia yang handal dan mampu bekerja di berbagai bidang yang bertujuan agar mahasiswa memiliki kompetensi dan dedikasi

Batas-batas wilayah Kabupaten Aceh Selatan, sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya, sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Subulussalam dan

Mengatasi semua itu tidak mungkin terjadi jika kita tengah mengalami krisis kemanusiaan. Salah satu penyebab krisis kemanusiaan adalah tidak dimilikinya rasa memiliki dan

Hasil menunjukkan bahwa dimensi strategi outsourcing IT mempunyai hubungan signifikan terhadap dimensi keberhasilan outsourcing IT yang ditunjukan dengan didukungnya hasil

Orang bergantung pada n menggunakan berbagai jenis alat fisik (hardware), perintah dan prosedur pemrosesan informasi (software), saluran komunikasi (jaringan), dan

Seperti yang dikemukakan Semi (1993): “berbicara atau bercakap memainkan peranan penting karena bahasa pada hakikatnya adalah bahasa lisan”. Dalam kehidupan sehari-hari