1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Makanan terbaik untuk bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan adalah Air Susu Ibu (ASI) eksklusif. ASI eksklusif mengandung berbagai nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi, terutama bayi yang berusia 0-6 bulan. Beberapa kandungan yang terdapat dalam ASI eksklusif adalah imunoglobulin A (IgA), Ganfiosida (GA), protein, dan asam lemak (Saputra, 2014). Nutrisi yang ada dalam kandungan ASI eksklusif sangat sempurna sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan bayi (Astutik, 2015).
Susu formula merupakan pendamping ASI eksklusif atau dapat juga sebagai pelengkap ASI eksklusif karena kandungan dalam susu formula telah diproses dan diubah komposisinya menyamai komposisi ASI eksklusif. Kandungan yang terdapat dalam susu formula yaitu omega 3, Asam Dekosaheksaenoat (DHA), Arachidonic Acid (AA/ARA), prebiotik Frukto-oligosakarida (FOS), laktoferin, laktulosa, dan lain lain (Febry, 2008). Susu formula mempunyai kandungan nutrisi yang baik untuk bayi, akan tetapi kandungan nutrisi dalam susu formula tidak dapat menyamai ASI eksklusif (Suririnah, 2009).
Perkotaan adalah status suatu wilayah administrasi setingkat desa/kelurahan yang memenuhi kriteria klasifikasi wilayah perkotaan, sementara pedesaan adalah status suatu wilayah administrasi setingkat desa/kelurahan yang belum memenuhi kriteria klasifikasi wilayah perkotaan. Kriteria wilayah perkotaan dan pedesaan dapat dilihat dalam hal kepadatan penduduk, persentase rumah tangga pertanian dan keberadaaan/akses pada fasilitas perkotaan dan pedesaan(Munandar, 2014). Tiga
kriteria tersebut dapat menentukan status suatu wilayah baik menjadi status perkotaan maupun pedesaan.
Pemberian ASI eksklusif dan susu formula sangatlah dipengaruhi oleh beberapa faktor baik di pedesaan maupun di perkotaan. Rachmadewi (2009), menyebutkan pemberian ASI eksklusif dan susu formula dapat dipengaruhi oleh pengenalan susu formula dari petugas kesehatan. Menurut Febriyanti (2014), faktor pemberian ASI dan susu formula sangat dipengaruhi oleh kesehtan dan pekerjaan ibu.
Pemberian ASI eksklusif dan susu formula di perkotaan juga dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Disebutkan dalam Sitepoe (2013), gaya hidup mewah menyebabkan pemberian susu botol yang menyebabkan penyebarluasan pemberian susu formula. Berbeda dengan Rachmadewi (2009), yang menyebutkan faktor ibu dalam memilih ASI dan susu formula sangat dipengaruhi oleh pengaruh petugas kesehatan, pendidikan, serta pekerjaan ibu.
Pencapaian pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih dirasakan sangat jauh dari kenyataan bila dibandingkan dengan target yang diharapkan yaitu 80% (Susanto, 2015). Menurut Kemenkes (2014), pada tahun 2012 pemberian ASI eksklusif di Indonesia adalah 42%, sedangkan untuk pemberian susu formula mencapai 29%.
Riskesdas tahun 2013 juga disebutkan tingginya pemberian susu formula hingga mencapai 79,8%. Disebutkan pula pemberian kolustrum pada bayi baru lahir adalah 8,4% pada tahun 2010 dan menurun menjadi 5,3% pada tahun 2013.
Pemberian ASI eksklusif menurut Rachmadewi (2009) di perkotaan hanya sekitar 25,8%, sedangkan di pedesaan angka pemberian ASI lebih tinggi dibandingkan dengan perkotaan yaitu 41,9%. Hasil wawancara dengan bidan desa Kedungrejo Pakis faktor-faktor yang menyebabkan ibu tidak mau menyusui rata-rata
karena banyak ibu yang kurang memahami manfaat ASI yang sangat baik untuk tumbuh kembang bayi usia 0-6 bulan. Bidan juga menyebutkan bahwa ibu-ibu lebih bangga memberikan susu formula yang harganya lebih mahal dari ASI yang bisa dikatakan bisa didapatkan tanpa mengeluarkan biaya. Takut adanya perubahan pada payudara juga menjadi alasan ibu tidak mau menyusui bayi secara eksklusif.
Permasalahan dalam memberikan ASI eksklusif masih banyak ditemui di perkotaan, sama halnya dengan masyarakat pedesaan. Perbedaannya adalah kepatuhan memberikan ASI di daerah perkotaan jauh lebih baik dibandingkan masyarakat pedesaan. Sebagian ibu mencampur pemberian ASI eksklusif dengan susu formula yang alasannya ASI sulit keluar dan ibu merasa kesakitan saat dipompa.
Pekerjaan dan kurangnya dukungan keluarga juga menjadi salah satu alasan ibu tidak memberikan ASI eksklusif. Sebagian juga mengatakan bahwa kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI sehingga ibu kurang termotivasi untuk memberikan ASI.
Apabila kebutuhan nutrisi pada masa bayi kurang terpenuhi, maka akan menyebabkan gangguan dalam masalah kesehatan bayi. Pada masa bayi, beberapa kebiasaan fisiologis seperti kebiasaan makan, kebiasaan tidur, dan kebiasaan pembuangan dapat menimbulkan beberapa gangguan yang bersifat fisiologis yang akan terbawa sampai usia kanak-kanak seperti gangguan makan, gangguan tidur, dan gangguan dalam pembuangan kotoran (mengompol, BAB di celana) (Nurdiansyah, 2011). Hanya ASI eksklusif saja yang dapat diterima oleh sistem pencernaan bayi sehingga ASI eksklusif harus diberikan secara eksklusif selama 6 bulan. Sebelum usia 6 bulan, pencernaan bayi masih belum mampu untuk mencerna makanan selain ASI eksklusif. Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama akan mengalami pertumbuhan otak yang optimal pada bagian otak dan kemampuan anak dalam bahasa, motorik, dan juga emosi (Astuti, 2015).
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Perbedaan latar belakang dalam memilih antara ASI eksklusif dengan susu formula untuk ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan di pedesaan dan perkotaan”.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengetahuan tentang latar belakang ibu dalam memilih ASI eksklusif dan susu formula untuk bayi usia 0-6 bulan bagi tenaga kesehatan khususnya keperawatan dalam menjalankan fungsinya sebagai pendidik yaitu perawat berperan dalam mendidik individu, keluarga, masyarakat serta tenaga kesehatan yang berada dibawah tanggung jawabnya (Sudarma, 2008). Diharapkan dengan mengetahui latar belakang pemilihan ibu dalam memilih ASI eksklusif dan susu formula untuk bayi usia 0-6 bulan dapat terjadi kerjasama antara ibu dan tenaga kesehatan dalam keberhasilan pemberian ASI eksklusif (Susanto, 2015).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana latar belakang pemilihan ASI eksklusif dengan susu formula untuk bayi usia 0-6 bulan pada ibu yang tinggal di pedesaan dan perkotaan?.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan latar belakang ibu dalam memilih ASI eksklusif dan susu formula untuk bayi usia 0-6 bulan di daerah perkotaan dan pedesaan.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi faktor yang melatar belakangi ibu dalam memilih ASI eksklusif dan susu formula di pedesaan.
b. Mengidentifikasi faktor yang melatar belakangi ibu dalam memilih ASI eksklusif dan susu formula di perkotaan.
c. Menganalisis perbedaan faktor yang melatar belakangi ibu dalam memilih ASI eksklusif dan susu fomula di pedesaan dan perkotaan.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pembelajaran untuk mengetahui perbedaan latar belakang dalam memilih ASI eksklusif dan susu formula untuk ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan di daerah pedesaan dan perkotaan, khususnya bagi mata kuliah keperawatan maternitas dan pediatrik.
1.4.2 Manfaat Praktis
Dapat dijadikan acuan dalam praktik keperawatan untuk mengetahui latar belakang yang mempengaruhi ibu dalam memilih ASI eksklusif dan susu formula untuk bayi usia 0-6 bulan baik di pedesaan maupun perkotaan, sehingga perawat dapat menjalankan peran dan fungsinya sebagai pendidik.
1.5 Keaslian penelitian
Penelitian oleh Susanto, Wilar, dan Lestari (2015) tentang “faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian susu formula pada bayi yang dirawat di ruang nifas RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado”. Penilitian ini bersifat deskriptif, data yang didapatkan dengan wawancara langsung kepada responden pada bulan Oktober sampai Desember 2014. Sampel penelitian sebanyak 50 responden yang memenuhi kriteria inklusi. Pengambilan sample secara acak. Pengumpulan data dengan
menggunakan metode wawancara langsung kepada responden. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi ibu memberikan susu formula pada bayi. Faktor kondisi ibu dan dukungan petugas kesehatan sangat mempengaruhi keputusan ibu memberikan susu formula pada bayi, meskipun ibu memiliki pengetahuan baik, tingkat pendidikan tinggi, dukungan orang terdekat dan tidak terpengaruh dengan promosi susu formula. Perbedaan dengan penilitian selanjutnya yaitu variabel independen, dependen dan sampel penelitian. Variabel independen pada penelitian selanjutnya adalah latar belakang pemilihan ASI eksklusif dan susu formula, variabel dependennya adalah pemilihan makanan untuk bayi usia 0-6 bulan dan sampelnya adalah ibu menyusui bayi usia 0-6 bulan di kota Malang dan desa Kedungrejo Pakis.
Penelitian oleh Zhang, Tang, Wang, Qiu, Binns, and Lee (2015) tentang
“why do mothers of young infants choose to formula feed in China? Perceptions of mothers and hospital staff”. Penelitian ini menggunakan studi kualitatif data yang didapatkan dengan
cara wawancara dengan ibu dan diskusi dengan staf rumah sakit di Hangzhou dan Shenzhen pada November 2014. Sampel penelitian sebanyak 50 orang ibu dan 33 staf rumah sakit. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu memilih susu formula karena ASI tidak keluar, ibu yang bekerja, persepsi dari seorang nenek bahwa bayi membutuhkan susu formula, kurang pengetahuan ibu tentang manfaat ASI, persepsi ibu bahwa susu formula memiliki lebih banyak nutrisi. Begitu pula hasil yang didapatkan dalam diskusi dengan staf rumah sakit. Perbedaan dengan penilitian selanjutnya yaitu variabel independen, dependen dan sampel penelitian. Variabel independen pada penelitian selanjutnya adalah latar belakang pemilihan ASI eksklusif dan susu formula, variabel dependennya adalah pemilihan makanan untuk bayi usia
0-6 bulan dan sampelnya adalah ibu menyusui bayi usia 0-6 bulan di kota Malang dan desa Kedungrejo Pakis.
Penelitian oleh Isnaini, Aminuddin, dan Citrakesumasari (2013) tentang
“Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif di kelurahan Tamamaung kecamatan Panakkukang kota Makassar”. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan rancangan cross sectional study. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu di Kelurahan Tamamaung. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive dengan jumlah sampel 68 bayi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji chi-square. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan pemberian ASI eksklusif dengan umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, status gizi ibu, IMD, penolong persalinan, dan pendapatan keluarga. Perbedaan dengan penilitian selanjutnya yaitu variabel independen, dependen dan sampel penelitian. Variabel independen pada penelitian selanjutnya adalah latar belakang pemilihan ASI eksklusif dan susu formula, variabel dependennya adalah pemilihan makanan untuk bayi usia 0-6 bulan dan sampelnya adalah ibu menyusui bayi usia 0-6 bulan di kota Malang dan desa Kedungrejo Pakis.