Analisis Kelayakan Usaha Distribusi Bata Ringan di Kabupaten Subang
Iwan Rusli, Y. M. Kinley Aritonang, Ph.D., Arip Budiono S.T., M.B.A., M.Kom
1,2) Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri, Universitas Katolik Parahyangan Jl. Ciumbuleuit 94, Bandung 40141
Email: [email protected], [email protected]
3) Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Industri, Universitas XYZ Jl. Ciumbuleuit 95, Bandung 40141
Email: [email protected]
Abstrak
Saat ini, bata ringan atau disebut juga bata hebel mulai banyak digunakan sebagai pengganti dari batu bata merah yang biasa digunakan. Melihat potensi pasar bata ringan tersebut, PT Dipta Dhiwangkara Saguna yang saat ini merupakan distributor semen yang mendistribusikan semen di wilayah Kabupaten Subang berminat untuk memperluas usahanya dengan menjadi distributor bata ringan. PT Dipta Dhiwangkara Saguna akan membuat perusahaan baru untuk menjalankan usaha distribusi bata ringan tersebut. Untuk membuat perusahaan baru dengan usaha yang berbeda dari usaha yang dijalankannya sekarang, perusahaan perlu melakukan studi kelayakan usaha. Studi kelayakan usaha harus dilakukan karena dalam membuat sebuah usaha baru harus dilakukan investasi yang tidak sedikit sehingga harus dipastikan terlebih dahulu jika usaha baru tersebut layak sebelum dilakukan investasi.
Aspek-aspek yang diteliti untuk mengetahui kelayakan usaha pada penelitian ini adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek hukum dan aspek finansial. Hasil analisis aspek pasar menunjukkan bahwa terdapat potensi pasar bata ringan di Kabupaten Subang yang dapat dipenuhi oleh perusahaan.
Hasil analisis aspek teknis menunjukkan bahwa kebutuhan lokasi, kebutuhan kendaraan dan peralatan, kebutuhan pekerja dan kebutuhan teknis lainnya dapat dipenuhi oleh perusahaan. Hasil analisis aspek hukum menunjukkan bahwa masih terdapat izin dan dokumen yang harus dilengkapi, namun semua izin dan dokumen tersebut dapat dilengkapi oleh perusahaan. Hasil aspek finansial untuk skenario pessimistic menunjukkan DPP sebesar 2,467 tahun, NPV sebesar Rp 8.637.428.054,96, dan IRR sebesar 69%. Hasil aspek finansial untuk skenario most likely menunjukkan DPP sebesar 1,974 tahun, NPV sebesar Rp 10.389.735.238,00, dan IRR sebesar 80%.
Hasil aspek finansial untuk skenario optimistic menunjukkan DPP sebesar 1,603 tahun, NPV sebesar Rp 12.254.638.055,80, dan IRR sebesar 101%. Analisis finansial ketiga skenario tersebut menunjukkan bahwa investasi yang dilakukan layak secara finansial. Hasil analisis keempat aspek tersebut menunjukkan bahwa usaha distribusi bata ringan yang ingin dilakukan oleh PT Dipta Dhiwangkara Saguna layak untuk dilakukan.
Kata kunci: Analisis Kelayakan Usaha Distribusi Subang
Pendahuluan Latar Belakang Masalah
Seiring dengan bertumbuhnya perekonomian di negara Indonesia, pembangunan di Indonesia pun terus berkembang dengan sangat pesat. Hampir seluruh kota dan kabupaten yang ada di Indonesia mengalami pertumbuhan yang signifikan, terutama di Pulau Jawa yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Salah satu kabupaten di Jawa Barat yang mengalami pertumbuhan dan pembangunan yang signifikan adalah Kabupaten Subang.
Kabupaten Subang merupakan kabupaten yang mulai berkembang pesat beberapa tahun terakhir. Letak Kabupaten Subang yang strategis memicu pertumbuhan dan pembangunan di Kabupaten Subang.
Kabupaten Subang terletak diantara Kabupaten Karawang, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Sumedang.
Kabupaten Subang juga dilalui oleh Jalur Nasional Rute 1 atau biasa disebut dengan Jalur Pantura dan juga Jalan Tol Cikopo- Palimanan yang selesai dibangun tahun 2015.
Selain itu, di Kabupaten Subang akan dibangun pelabuhan internasional Patimban
mulai tahun 2017 (Adji, 2016). Dengan adanya infrastuktur untuk transportasi darat dan laut tersebut, dapat memicu pertumbuhan perekonomian dan pembangunan di Kabupaten Subang.
Selain lokasi yang strategis dan infrastruktur yang terus berkembang, Kabupaten Subang juga menunjukkan pembangunan yang terus berjalan dengan pesat. Salah satunya adalah meningkatnya jumlah industri yang ada di Kabupaten Subang. Pada tahun 2006 hanya terdapat 27 perusahan besar dan sedang yang sudah beroperasi secara komersial di Kabupaten Subang. Pada tahun 2007 jumlah perusahaan dan industri tersebut telah bertambah menjadi 51 perusahaan (Pemkab Subang, 2010).
Tabel 1. Industri Besar dan Menengah di Kabupaten Subang Tahun 2007
No. Kecamatan Jumlah 1 Jalancagak 5 2 Cisalak 2 3 Cipeundeuy 13 4 Kalijati 5 5 Blanakan 1 6 Pamanukan 6 7 Pagaden 2 8 Purwadadi 3 9 Patokbeusi 2 10 Cijambe 1 11 Ciasem 1 Total 51
(Sumber : Disperindagsar Subang Tahun 2008) Selain pembangunan di sektor industri, sektor properti, komersial dan pariwisata juga terus berkembang. Dengan jumlah penduduk yang terus berkembang setiap tahunnya, dan dengan pembangunan jalan tol Cipali yang telah selesai, maka pembangunan untuk sektor properti akan semakin dibutuhkan. Pada tahun 2016 juga terdapat lima investor yang tertarik untuk membangun mall di Kabupaten Subang (Yan, 2016). Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Subang memiliki potensi pertumbuhan pembangunan yang besar.
Tabel 2. Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Subang
KAB. SUBANG JUMLAH PENDUDUK
TAHUN 2009 1.470.324 TAHUN 2010 1.477.483 TAHUN 2011 1.492.144 TAHUN 2012 1.501.647 TAHUN 2013 1.509.606
(Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Subang)
Berdasarkan data dari The Big 5 Construct Indonesia, yaitu pameran konstruksi dan bangunan terbesar di Timur Tengah dan Asia Tenggara, pasar konstruksi dan sektor bahan bangunan Indonesia telah berkembang secara signifikan didorong oleh pesatnya pertumbuhan pasar properti atau real estate dalam negeri, peningkatan investasi swasta dan belanja pemerintah. Konstribusi dari sektor konstruksi terhadap Gross Domestic Product (GDP) tanah air telah tumbuh dari sekitar 7,07% di tahun 2009 menjadi 13% pada 2014 dan telah mendorong pertumbuhan industri bahan bangunan dan konstruksi Indonesia.
Pasar konstruksi diproyeksikan tumbuh sebesar 14,26% mencapai Rp. 446 Triliun pada tahun 2015 dan akan menjadi salah satu sektor yang paling menjanjikan berkat percepatan rencana pembangunan infrastruktur pemerintah.
Selain dari bertumbuhnya pasar bahan bangunan secara keseluruhan di Indonesia, salah satu trend dari industri bangunan di Indonesia adalah mulai banyak digunakannya bata ringan atau disebut juga bata hebel sebagai pengganti dari batu bata merah yang biasa digunakan. Bata ringan adalah batu bata yang terbuat dari beton ringan/autoclaved aerated concrete (AAC), yaitu beton yang memiliki gelembung udara pada pada strukturnya, sehingga memiliki berat jenis lebih ringan daripada bata pada umumnya. Bata ringan memiliki kelebihan dibandingkan bata merah, yaitu:
1. Bata ringan memiliki ukuran dan kualitas yang seragam sehingga dapat menghasilkan dinding yang rapi.
2. Bata ringan tidak memerlukan siar yang tebal sehingga menghemat penggunaan perekat dan tidak memerlukan plesteran yang tebal.
3. Bata ringan lebih ringan dari pada bata biasa sehingga memperkecil beban struktur dan pengangkutannya lebih mudah dilakukan.
4. Bata ringan emasangannya lebih cepat daripada bata merah.
5. Bata ringan kedap air, memiliki kekedapan suara yang baik, memiliki kekuatan terhadap tekanan yang tinggi, tahan api, dan memiliki ketahanan yang baik terhadap gempa.
Di Indonesia sendiri bata ringan mulai dikenal sejak tahun 1995, saat didirikannya pabrik beton ringan AAC di Karawang, Jawa Barat. Seiring meningkatnya permintaan terhadap bata ringan, muncul pabrik-pabrik bata ringan baru, salah satunya adalah pabrik bata ringan PT.Bangun Ringan Perkasa di Cianjur yang berdiri pada tahun 2015. Karena pabrik tersebut merupakan pabrik baru, maka dalam mendistribusikan bata ringan tersebut PT. Bangun Ringan Perkasa akan menggunakan pihak ketiga yang akan bertindak sebagai distributor bata ringan di wilayah-wilayah tertentu. Salah satu perusahaan yang berpotensi untuk menjadi distributor bagi pabrik bata ringan baru tersebut adalah sebuah perusahaan distribusi semen yang berwilayah di Subang, yaitu PT.
Dipta Dhiwangkara Saguna. Perusahaan tersebut telah menjadi distributor semen selama lebih dari 10 tahun dan berkeinginan untuk memperluas bidang usahanya untuk mendistribusikan produk lain selain semen.
Dengan pengalamannya berkecimpung di industri bahan bangunan diharapkan PT. Dipta Dhiwangkara Saguna akan mampu untuk memembuat anak usaha yang dapat menjalankan usaha distribusi bata ringan di Kabupaten Subang.
Dengan potensi pertumbuhan pembangunan di Kabupaten Subang yang menjanjikan dan dengan trend penggunaan bata ringan yang semakin meningkat di Indonesia, maka usaha untuk menjual bata ringan di Kabupaten Subang menjadi potensi usaha yang menjanjikan. Dengan keberadaan pabrik bata ringan yang terletak di Kabupaten Cianjur yang relatif tidak terlalu jauh dari Kabupaten Subang dan belum adanya supplier/distributor bata ringan di Kabupaten Subang, maka dapat dibuat usaha distribusi bata ringan di Kabupaten Subang. Oleh karena itu, untuk memastikan apakah potensi usaha tersebut benar-benar feasible/memungkinkan
dan viable/dapat bertahan, maka perlu dilakukan studi kelayakan usaha.
Identifikasi dan Rumusan Masalah
Membuat sebuah usaha baru bukanlah hal yang dapat dilakukan secara sembarangan.
Dalam membuat usaha baru, sebaiknya dilakukan studi kelayakan usaha terlebih dahulu. Hal ini karena menurut Thompson (2005), berdasarkan estimasi hanya satu dari lima ide bisnis yang secara komersial setelah direalisasikan mampu bertahan. Dalam membuat sebuah usaha biasanya terdapat beberapa aspek yang harus dipertimbangkan, yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek hukum, dan aspek finansial. Keempat aspek tersebut harus ditinjau untuk menjamin bahwa usaha yang akan dibuat layak untuk dijalankan.
Rumusan masalah dalam penelitian analisis kelayakan usaha distribusi bata ringan di Kabupaten Subang adalah:
1. Bagaimana kelayakan usaha distribusi bata ringan di Kabupaten Subang berdasarkan aspek pasar?
2. Bagaimana kelayakan usaha distribusi bata ringan di Kabupaten Subang berdasarkan aspek teknis?
3. Bagaimana kelayakan usaha distribusi bata ringan di Kabupaten Subang berdasarkan aspek hukum?
4. Bagaimana kelayakan usaha distribusi bata ringan di Kabupaten Subang berdasarkan aspek finansial?
5. Bagaimana rekomendasi terhadap perusahaan mengenai hasil studi kelayakan usaha distribusi bata ringan di Kabupaten Subang?
Pembatasan Masalah dan Asumsi Penelitian
Pembatasan masalah dibuat untuk membatasi penelitian yang dilakukan agar fokus pada inti permasalahan dan untuk mengatasi keterbatasan dalam penelitian.
Batasan masalah yang ditetapkan dalam penelitian ini antara lain:
1. Penelitian dilakukan pada berdasarkan aspek pasar, hukum, teknis, dan finansial.
2. Perhitungan proyeksi arus kas dilakukan selama 5 tahun.
3. Lokasi usaha berada di Kabupaten Subang.
Selain pembatasan masalah, ditetapkan pula asumsi dalam penelitian untuk menjelaskan asumsi peneliti mengenai hal
yang tidak diketahui/didapatkan informasinya dalam penelitian. Asumsi yang ditetapkan dalam penelitian ini antara lain:
1. Suku bunga deposito yang digunakan mengikuti suku bunga yang ditetapkan Bank Indonesia sebesar 6,5%.
2. Inflasi yang digunakan mengikuti inflasi pada bulan Januari 2017 sebesar 3,49%.
3. Gaji karyawan mengikuti UMR Kabupaten Subang tahun 2017 yaitu Rp 2.327.071,00.
Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian analisis kelayakan usaha distribusi bata ringan di Kabupaten Subang adalah:
1. Mengetahui kelayakan usaha distribusi bata ringan di Kabupaten Subang berdasarkan aspek pasar.
2. Mengetahui kelayakan usaha distribusi bata ringan di Kabupaten Subang berdasarkan aspek teknis.
3. Mengetahui kelayakan usaha distribusi bata ringan di Kabupaten Subang berdasarkan aspek hukum.
4. Mengetahui kelayakan usaha distribusi bata ringan di Kabupaten Subang berdasarkan aspek finansial.
5. Memberikan rekomendasi terhadap perusahaan mengenai hasil studi kelayakan usaha distribusi bata ringan di Kabupaten Subang.
Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian skripsi membahas mengenai tahapan dan metode yang akan dilakukan dalam penelitian. Metodologi penelitian terdiri dari penentuan topik penelitian, studi pendahuluan, identifikasi masalah, studi literatur, pengumpulan data, analisis kelayakan usaha dan pembuatan kesimpulan dan saran. Langkah-langkah metodologi penelitian analisis kelayakan usaha dapat dilihat pada Gambar 1. Langkah-langkah metodologi penelitian yang telah dibuat dijelaskan sebagai berikut.
Penentuan Topik Penelitian
Hal pertama yang dilakukan dalam penelitian adalah menentukan topik penelitian.
Bidang kajian penelitian yang dipilih adalah analisis kelayakan usaha. Topik penelitian yang ditentukan adalah Analisis Kelayakan
Usaha Distribusi Bata Ringan di Kabupaten Subang.
Gambar 1. Metodologi Penelitian
Studi Pendahuluan
Pada studi pendahuluan ini peneliti mengumpulkan segala informasi yang berkaitan dengan distribusi bata ringan di Kabupaten Subang. Pada tahap ini dilakukan metode observasi, pengumpulan data awal dan studi literatur awal yang berkaitan denggan topik. Hasil dari studi pendahuluan akan menjadi latar belakang masalah dari penelitian yang dilakukan.
Identifikasi Masalah
Pada tahap ini dilakukan identifikasi dari masalah berdasarkan latar belakang masalah dan studi pendahuluan yang telah dilakukan untuk mencari pokok-pokok masalah yang harus diselesaikan. Setelah dilakukan identifikasi masalah dapat dibuat rumusan masalah dari penelitian yang merupakan inti dari masalah yang harus dipecahkan. Dari rumusan masalah yang telah didapatkan, dibuat tujuan penelitian berkaitan dengan hal- hal akan dilakukan untuk menjawab rumusan masalah yang ada. Di tahap ini peneliti juga menentukan batasan sistem yang akan diamati beserta asumsi yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan. Batasan sistem harus diidentifikasi dengan tepat agar sesuai dengan tujuan studi yang dilakukan.
Penentuan Topik Penelitian
Studi Pendahuluan
Identifikasi Masalah
Studi Literatur
Pembuatan Kesimpulan dan Saran Analisis Kelayakan Usaha
Pengumpulan Data
- Aspek Pasar - Aspek Teknis - Aspek Hukum - Aspek Finansial - Perumusan Masalah - Penentuan Batasan dan Asumsi - Penentuan Tujuan dan Masalah
Studi Literatur
Pada tahap ini dilakukan untuk pencarian referensi yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan dari literatur yang ada.
Referensi-referensi tersebut dapat berupa teori pustaka yang mendukung dan juga penelitian- penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
Hasil dari studi literatur akan menjadi pedoman dalam melakukan tahap analisis kelayakan usaha.
Pengumpulan Data
Pada tahap ini peneliti melakukan pengumpulan data yang relevan dengan penelitian. Data yang dikumpulkan merupakan data yang dapat menjawab rumusan masalah dan sesuai dengan batasan yang telah ditentukan. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, survei lapangan dan menggunakan kuesioner/wawancara.
Analisis Kelayakan Usaha
Pada tahap ini dilakukan pengolahan dan analisis dari data yang telah dikumpulkan.
Data yang dikumpulkan berdasarkan lima aspek yang menjadi masalah dari penelitian akan dianalisis untuk menjawab tujuan penelitian. Setiap aspek, yaitu aspek pasar, aspek hukum, aspek manajemen, aspek teknis dan aspek finansial akan diukur dan dianalisa sehingga dapat diketahui apakah usaha distribusi bata ringan di Kabupaten Subang layak untuk dilakukan.
Pembuatan Kesimpulan dan Saran
Setelah perancangan usulan perbaikan, peneliti akan membuat kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan.
Kesimpulan yang dibuat mencakup intisari dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Saran yang dibuat ditujukan kepada perusahaan dan berisi mengenai bagaimana sebaiknya perusahaan mengaplikasikan usulan perbaikan yang telah dibuat dalam sistem industri perusahaan.
Hasil dan Pembahasan Aspek Pasar
Dalam melakukan studi kelayakan usaha, salah satu yang akan dianalisis adalah aspek pasar. Pada aspek pasar, ditentukan siapa target pasar dari perusahaan dan seberapa besar potensi pasar di Kabupaten Subang dilihat dari adanya demand dari konsumen
bahan bangunan di Kabupaten Subang untuk membeli bata ringan. Selain itu, apabila terdapat potensi pasar untuk melakukan usaha di Kabupaten Subang dipelajari juga kemampuan perusahaan untuk menjangkau konsumen target dan seberapa besar market share yang dapat diraih di Kabupaten Subang.
Segmenting, Targeting dan Positioning Dalam melakukan analisis aspek pasar dilakukan analisis segmenting, targeting, dan positioning (STP) untuk mendefinisikan target pasar dari perusahaan. Segmenting dilakukan untuk mendefinisikan dan membagi pasar potensial dari produk bata ringan. Segmenting pasar bata ringan di Subang dilakukan dengan mempertimbangkan faktor kebutuhan pengunaan. Segmen pasar bata ringan di Subang dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Segmen Pasar Bata Ringan di Subang
Variabel Segmen
Kebutuhan Penggunaan
1. Kecepatan dan
kemudahan pemasangan 2. Biaya pembelian bata
rendah
Targeting dilakukan untuk memilih dan menentukan pasar mana yang akan dijadikan tujuan dari pasar potensial yang telah dibagi.
Targeting segmen pasar bata ringan di Subang dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Targeting Segmen Pasar Bata Ringan di Subang
Variabel Segmen yang dipilih
Analisis
Kebutuhan Penggunaan
Kecepatan dan kemudahan pemasangan
Beberapa proyek pembangunan lebih mementingkan kecepatan dan
kemudahan pemasangan untuk menekan biaya proyek.
Proyek pembangunan tersebut lebih sering menggunakan bata ringan daripada bata merah karena bata ringan lebih cepat dan mudah untuk dipasang.
Setelah ditentukan pasar yang menjadi target bagi perusahaan, perusahaan dapat melakukan positioning terhadap produknya.
Positioning yang akan diterapkan oleh
perusahaan adalah produk bata ringan yang merupakan produk alternatif yang memiliki keunggulan dibandingkan bata merah dalam hal kemudahan dan kecepatan pemasangan dan juga kualitas yang lebih baik.
Analisis Kompetitor
Dalam aspek pasar juga dipelajari tentang kompetitor yang ada di dalam pasar bata ringan di Subang. Kompetitor harus diketahui karena dari kompetitor dapat dilihat potensi pasar dan market share yang tersedia. Dalam bisnis bata ringan, kompetitor dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu kompetitor langsung dan kompetitor tidak langsung.
1. Kompetitor Langsung
Kompetitor langsung dari usaha distribusi bata ringan di Subang adalah sesama perusahaan yang menjual bata ringan di Subang. Di Kabupaten Subang sendiri belum terdapat perusahaan yang secara khusus mendistribusikan bata ringan. Namun terdapat dua perusahaan yang berasal dari daerah lain yang menjual bata ringan ke Subang meski tidak dalam jumlah yang banyak. Perusahaan tersebut adalah PT. Unicon AAC Tech yang berdomisili di Bandung dan CV. Sukses Mandiri Teknik yang berdomisili di Bekasi.
2. Kompetitor Tidak Langsung
Kompetitor tidak langsung dari usaha distribusi bata ringan di Subang adalah perusahaan yang menjual bata merah di Subang. Di Kabupaten Subang kebanyakan perusahaan yang merupakan produsen bata merah merupakan usaha berskala UMKM.
Salah satu produsen bata merah yang cukup besar di Subang adalah pabrik bata merah yang terletak di Cikaum Timur. Pabrik bata merah tersebut memiliki estimasi produksi sebesar 100.000 buah bata per bulan.
Analisis Potensi Pasar dan Target Penjualan
Dalam menganalisis potensi pasar bahan bangunan di Subang salah satu data yang dijadikan dasar untuk melihat adanya potensi pasar bata ringan di Kabupaten Subang adalah data pertumbuhan Gross Domestic Product( GDP) Regional atau Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Subang, khususnya di bidang konstruksi dan pembangunan. Dengan melihat pertumbuhan PDRB di Kabupaten Subang, khususnya pada bagian konstruksi dan bangunan, dapat dilihat adanya potensi pasar
bahan bangunan termasuk bata ringan di Kabupaten Subang. Data PDRB Kabupaten Subang didapatkan dari badan pusat statistik Kabupaten Subang. Pertumbuhan PDRB bangunan dan konstruksi di Kabupaten Subang dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Pertumbuhan PDRB Bangunan dan Konstruksi di Kabupaten Subang
LAPANGAN
USAHA 2010 2011 2012 2013 BANGUNAN/
KONSTRUKSI 552.519 612.341 679.749 749.967 (Sumber: https://subangkab.bps.go.id/)
Dari data PDRB Kabupaten Subang, terlihat adanya pertumbuhan pada bidang bangunan dan konstruksi. Hal ini menunjukkan adanya pertumbuhan pembangunan di Kabupaten Subang yang berarti ada potensi bagi produk bata ringan untuk dijual di Subang.
Selain dari pertumbuhan PDRB, terdapat pula data kenaikan persentase PDRB pada bidang bangunan dan konstruksi di Kabupaten Subang. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak hanya nilai PDRB-nya saja yang meningkat, tetapi juga kontribusi dari bidang bangunan dan konstruksi terhadap PDRB Kabupaten Subang secara keseluruhan.
Peningkatan persentase PDRB Bangunan dan Konstruksi di Kabupaten Subang dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Peningkatan Persentase PDRB Bangunan dan Konstruksi di Kabupaten Subang
LAPANGAN USAHA 2010 2011 2012 2013 BANGUNAN/
KONSTRUKSI
3,74 3,85 3,97 4,04 (Sumber: https://subangkab.bps.go.id/)
Untuk melihat potensi demand dari bata ringan dilakukan pengumpulan data demand bata ringan dari produsen bata ringan. Data demand bata ringan tersebut merupakan data demand bata ringan di Kabupaten Cianjur, yaitu tempat pabrik bata ringan PT Bangun Ringan Perkasa yang menjadi supplier bagi PT Dipta Dhiwangkara berada. Data demand dikumpulkan dari bulan Juni 2015 sampai dengan Maret 2017. Demand bata ringan di Cianjur dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Demand Bata Ringan di Cianjur
Bulan Demand
(m3)
Bulan Demand (m3) Juni 2015 780 Mei 2016 1608 Juli 2015 876 Juni 2016 1692 Agustus
2015
912 Juli 2016 1632 September
2015
1032 Agustus 2016
1752 Oktober
2015
1104 September 2016
1848 November
2015
1164 Oktober 2016
1956 Desember
2015
1248 November 2016
2064 Januari
2016
1332 Desember 2016
2184 Februari
2016
1404 Januari 2017
2268 Maret 2016 1476 Februari
2017
2376 April 2016 1536 Maret
2017
2496
Dari data demand bata ringan di Cianjur diketahui bahwa terdapat permintaan bata ringan dengan rata-rata pertumbuhan penjualannya adalah 0,6% selama 2 tahun pertama pabrik tersebut. Hal ini menunjukkan adanya potensi pasar di Cianjur dan dengan melakukan perbandingan jumlah penduduk dan PDRB dari Kabupaten Subang dengan Cianjur dilakukan estimasi ukuran pasar potensial Bata Ringan di Kabupaten Subang.
Perbandingan jumlah penduduk di Cianjur dengan Subang dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Perbandingan Jumlah Penduduk dan PDRB di Cianjur dengan Subang
Kabupaten Jumlah Penduduk (tahun 2015)
PDRB (tahun 2015)
Kabupaten Cianjur
2.243.904 Rp 10.108.253 Kabupaten
Subang
1.529.388 Rp 7.159.476 Rasio Subang
terhadap Cianjur
68% 70%
(Sumber:
http://pusdalisbang.jabarprov.go.id/pusdalisbang/dat a-94-Kependudukan.html)
Nilai rata-rata rasio jumlah penduduk dan PDRB Subang terhadap Cianjur sebesar 69%
kemudian dikurangi 5% untuk mengantisipasi risiko penjualan bata ringan sebagai produk yang baru mulai masuk menjadi sebesar 64%
dari penjualan bulan terakhir di Cianjur sebesar 2496 m3 , sehingga didapatkan target
kapasitas penjualan per bulan di Subang sebesar 1600 m3. Dari target penjualan tersebut dibuat tiga skenario, yaitu pessimistic, most likely dan optimistic dari pertumbuhan penjualan selama lima tahun sampai akhirnya penjualan mencapai target penjualan yang ditetapkan. Skenario target penjualan bata ringan di Subang dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Skenario Target Penjualan Bata Ringan di Subang
Tahun
Pessimistic Most Likely Optimistic Penjualan /
Tahun (m3)
Penjualan/
Tahun (m3)
Penjualan / Tahun (m3)
1 2400 2400 4800
2 4800 7200 9600
3 9600 12000 14400
4 14400 16800 19200
5 16800 19200 19200
Proyeksi demand dari Tabel 9. dibuat menjadi bentuk grafik pertumbuhan demand per tahun. Demand diproyeksikan selama 5 tahun berdasarkan perkiraan lama waktu balik modal dari usaha distribusi bata ringan. Grafik pertumbuhan demand per tahun dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Target Penjualan per Tahun
Aspek Teknis
Aspek berikutnya yang akan dianalisis adalah aspek teknis. Pada aspek teknis, dipelajari mengenai hal-hal teknis yang dibutuhkan dalam melakukan kegiatan operasional distribusi maupun manajemen.
Aspek teknis mempelajari penentuan lokasi usaha, struktur organisasi, kebutuhan karyawan dan kebutuhan operasional seperti kendaraan dan peralatan.
Proses Bisnis
Untuk menentukan kebutuhan aspek teknis, dibuat terlebih dahulu proses bisnis dari usaha distribusi bata ringan untuk
memperjelas proses yang dilakukan, sehingga kebutuhan operasional dan manajemen dapat lebih mudah diketahui. Proses bisnis usaha distribusi bata ringan dikelompokkan beberapa fungsi usaha dalam usaha distribusi bata ringan, yaitu sales dan marketing, gudang, transport, dan administrasi dan keuangan.
Kemudian digambarkan proses bisnis sesuai dengan pembagian fungsi usahanya. Proses bisnis usaha distribusi bata ringan berdasarkan fungsi usaha dapat dilihat pada Gambar 3.
Supplier Sales &
Marketing Konsumen
Transport Gudang
Melakukan Order Melakukan Penawaran
Menerima Order Administrasi &
Keuangan
Melakukan Pemesanan ke
Pabrik Menyediakan
Bata Ringan sesuai pesanan
Mengirim Bata Ringan
Apa Stok Cukup?
Tidak
Memberi Perintah Pengiriman
kepada Transport Mengambil Bata
Ringan dari Pabrik Menerima
Perintah Pengambilan Bata Ringan
Surat Jalan
Menerima Bata Ringan
Melakukan Pembayaran Menerima Pembayaran Sales Order Menghitung
Ongkos Pengambilan
Melakukan Pencatatan Keuangan
Bon Laporan Ongkos
Pengambilan
Laporan Ongkos Kirim Melakukan
Pemeriksaan Stok
Ya Menyiapkan
Ongkos Pengambilan
Menerima Perintah Pengiriman Bata
Ringan
Menghitung Ongkos Pengiriman
Menyiapkan Ongkos Pengiriman Memberi
Perintah Pengambilan Bata Ringan Purchasing
Order
Gambar 3. Proses Bisnis Usaha Distribusi Bata Ringan berdasarkan Fungsi Usaha
Porter’s Value Chain Analysis
Setelah menggambarkan proses bisnis yang akan dilakukan dibuat value chain analysis dari usaha yang akan dilakukan.
Value chain adalah sekumpulan aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dalam sebuah industri untuk menyampaikan produk atau jasa yang ditawarkannya kepada pasar. Value chain analysis membagi aktivitas menjadi aktivitas primer dan aktivitas pendukung.
Skema Porter’s Value Chain Analysis dapat dilihat pada Gambar 4.
Services:
-Pelatihan Pemasangan Bata Ringan Operations:
-Manajemen Inventori -Pengecekan Stok -Pemeliharaan Stok
Outbound Logistics:
-Delivery (mengirim barang ke customer) -Material Handling
Profit Infrastructure:
-Manajemen Keuangan -Legal -Akunting Human Resource Management:
-Perekrutan -Pemecatan -Training Technology: -Manajemen IT & Sistem Informasi
Procurement: -Pemesanan Kepada Supplier
Marketing &
Sales:
-Penawaran -Penerimaan Order -Manajemen Pelanggan -Promosi Inbound
Logistics:
-Recieving (mengambil barang dari supplier) -Material Handling
Gambar 4. Value Chain Analysis Distribusi Bata Ringan
Penentuan Lokasi Usaha
Untuk menentukan lokasi usaha dalam menganalisis kelayakan distribusi bata ringan di Kabupaten Subang terdapat dua hal yang dipertimbangkan, yaitu lokasi kantor dan gudang. Lokasi kantor dan gudang dipertimbangkan karena sebagai perusahaan distribusi, kantor dan gudang merupakan hal vital yang dibutuhkan dalam menjalankan usahanya. Untuk mendistribusikan barang, dalam hal ini bata ringan, sulit untuk langsung mengirim dari pabrik ke konsumen secara langsung sehingga dibutuhkan gudang sebagai tempat persediaan barang yang akan dijual. Dalam menentukan lokasi usaha, dibuat tiga alternatif lokasi usaha untuk dipilih.
Ketiga alternatif lokasi usaha tersebut akan diseleksi untuk mendapatkan alternatif lokasi usaha terbaik. Pemilihan lokasi usaha terbaik dilakukan berdasarkan faktor-faktor yang dijadikan pertimbangan dalam memilih lokasi usaha. Faktor-faktor yang dijadikan pertimbangan dalam memilih lokasi usaha distribusi bata ringan didapatkan dari faktor- faktor yang penting dalam memilih lokasi usaha menurut Kasmir dan Jakfar (2003) yang dapat dilihat pada subbab II.5.2. Faktor-faktor tersebut kemudian diberikan bobot dan juga rating. Alternatif dengan total skor rating terbesar adalah alternatif yang dipilih. Nilai rating yang diberikan adalah 1-5, dimana semakin besar nilai rating maka semakin baik.
Penilaian dan pemilihan alternatif lokasi usaha dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Penilaian dan Pemilihan Alternatif Lokasi Usaha
Faktor Bobot Alternatif 1
Alternatif 2
Alternatif 3 Biaya
pembelian 20% 5 3 1
Luas tanah 15% 3 4 5
Kedekatan dengan wilayah distribusi (Kabupaten Subang)
15% 5 4 3
Kedekatan dengan supplier (Kabupaten Cianjur)
15% 4 5 3
(lanjut)
Tabel 10. Penilaian dan Pemilihan Alternatif Lokasi Usaha (lanjutan)
Faktor Bobot Alternatif 1
Alternatif 2
Alternatif 3 Kedekatan
dengan perusahaan Induk (kota Bandung)
2% 3 2 5
Kedekatan dengan SPBU
3% 5 5 3
Kedekatan dengan lembaga keuangan
3% 4 3 2
Kedekatan dengan akses tol
7% 4 4 2
Akses jalan yang
memadai
8% 5 5 5
Kelengkapan sarana dan prasarana (Listrik, Air)
5% 4 4 4
Keamanan lokasi usaha, kondisi lingkungan dan kondisi masyarakat setempat
7% 4 4 4
Total rating 4,27 3,93 3,14
Struktur Organisasi
Dalam aspek teknis yang berkaitan dengan manajemen perusahaan dilakukan penentuan struktur organisasi yang dibutuhkan. Struktur organisasi yang dipertimbangkan adalah struktur organisasi sederhana, fungsional, dan divisional. Setelah menilai kelebihan dan kekurangan dari berbagai jenis struktur organisasi dan dilakukan pertimbangan dari beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam membuat struktur organisasi, dipilih struktur organisasi fungsional. Kemudian dirancang struktur organisasi yang dapat dilihat pada Gambar 5.
Direktur
Manajer Sales
& Marketing
Manajer Gudang &
Transport Manajer
Administrasi &
Keuangan
Staff Sales &
Marketing
Staff Gudang
& Transport Staff
Administrasi &
Keuangan
Gambar 5. Struktur Organisasi Perusahaan
Kebutuhan Pekerja
Kebutuhan pekerja diperhitungkan untuk mengetahui pekerja apa saja yang dibutuhkan untuk mengisi struktur organisasi yang telah dirancang, apa saja pekerjaan yang dilakukan oleh setiap pekerja, dan berapa kebutuhan pekerja untuk setiap jabatan tersebut. Setelah menentukan jabatan yang dibutuhkan, ditentukan jumlah kebutuhan pekerja untuk setiap jabatan. Untuk jabatan yang membutuhkan lebih dari satu orang akan dijelaskan pembagian kerjanya pada bagian keterangan. Kebutuhan pekerja berdasarkan jabatan dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Kebutuhan Pekerja Berdasarkan Jabatan
Jabatan Kebutuhan
pekerja
0. Direktur 1
1. Manajer sales dan marketing 1 1.1 Staff sales dan marketing
(salesman)
3 1.2 Staff sales dan marketing
(collector)
1 2. Manajer gudang dan transport 1 2.1 Staff gudang dan transport
(Transport)
6 2.2 Staff gudang dan transport (Staff
Gudang)
2
2.3 Staff gudang dan transport (Satpam Gudang)
1 3. Manajer administrasi & keuangan 1 3.1 Staff administrasi & keuangan
(administrasi)
1 3.2 Staff administrasi & keuangan
(keuangan)
1
Total 18
Kebutuhan Operasional
Setelah diketahui value chain, lokasi dan ukuran gudang, kebutuhan teknis, dan jumlah pegawai yang dibutuhkan, maka ditentukan
kebutuhan kendaraan, peralatan, perlengkapan, dan hal-hal yang lain yang berkaitan dengan kegiatan operasional perusahaan. Kebutuhan barang dan jumlah yang dibutuhkan dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Kebutuhan Barang dan Jumlah yang Dibutuhkan
No Barang Jumlah
1 Truk 4 unit
2 Forklift 1 unit
3 Palet 200+
50(cadangan)
4 Komputer 2 unit
5 Printer 1 unit
6 Telepon 2 unit
7 Meja 5 unit
8 Kursi 7 unit
9 Rak 1 unit
10 APAR 1 unit
11 Kloset 2 unit
12 Wastafel 2 unit 13 Alat Tulis Kantor 1 set
Dilihat dari aspek teknis, proses bisnis yang dilakukan dalam menjalankan distribusi bata ringan di Kabupaten Subang tidak sulit dan dapat dilakukan, terutama karena perusahaan sebelumnya telah bergerak di bidang distribusi bahan bangunan juga sehingga terdapat banyak proses yang serupa. Dari segi operasional, lokasi usaha yang dibutuhkan juga dapat dipenuhi oleh perusahaan, karena setelah dinilai oleh expert alternatif lokasi usaha yang terbaik adalah alternatif lokasi usaha yang telah dimiliki oleh perusahaan.
Semua kebutuhan kendaraan dan peralatan perusahaan juga dapat dibeli dan dipenuhi oleh perusahaan. Dari segi manajemen, struktur organisasi yang harus dibuat tidak terlalu rumit dan dapat digunakan oleh perusahaan. Selain itu kebutuhan pekerja yang harus direkrut tidak terlalu banyak dan juga tidak membutuhkan pekerja dengan pendidikan tinggi maupun skill khusus sehingga tidak menyulitkan perusahaan dalam merekrut pekerja. Karena syarat pendidikan dan skill yang dibutuhkan tidak terlalu tinggi, maka perekrutan juga dapat dilakukan secara lokal di Kabupaten Subang. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa seluruh kebutuhan perusahaan baik operasional maupun
manajerial dapat dipenuhi oleh perusahaan, dan secara aspek teknis usaha distribusi bata ringan di Kabupaten Subang layak dilakukan.
Aspek Hukum
Dalam melakukan studi kelayakan usaha, salah satu aspek yang akan dianalisis adalah aspek hukum. Pada aspek hukum, dilakukan analisis terhadap kelengkapan izin dan dokumen yang diperlukan untuk melakukan usaha. Izin dan dokumen yang diperlukan untuk mendirikan perusahaan dan kelengkapannya dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Izin dan Dokumen Usaha dan Kelengkapannya
Izin / Dokumen Status
Ada Tidak Ada
1. Akte Pendirian
Perusahaan
✓
2. Tanda Daftar Perusahaan ✓ 3. Nomor Pokok Wajib Pajak ✓ 4. Izin-Izin Usaha:
a. Surat Izin Usaha
Perdagangan (SIUP)
✓
b. Izin tetangga ✓
c. Sertifikat tanah ✓ d. Izin Mendirikan Bangunan ✓ e. Surat Keterangan Domisili
Perusahaan
✓
f. Izin Gangguan
(HO/Hinderordonnantie)
✓
5. Dokumen lain:
a. Bukti Diri (KTP/SIM) ✓
b. Rekening bank ✓
c. Bukti Kepemilikan
Kendaraan Bermotor (BPKB)
✓
Dilihat dari aspek hukum, kebanyakan dokumen-dokumen dan izin yang dibutuhkan untuk melakukan usaha distribusi bata ringan belum ada. Hal ini karena untuk menjalankan usaha distribusi bata ringan di Kabupaten Subang, pemilik perusahaan ingin mendirikan anak perusahaan baru sehingga harus membentuk perusahaan baru dari awal. Oleh karena itu, persyaratan hukum yang sudah
terpenuhi adalah persyaratan hukum dasar seperti identitas, rekening, NPWP, dan BPKB yang dimiliki oleh pemilik perusahaan.
Terdapat beberapa izin dan dokumen yang harus dibuat dan dipenuhi oleh perusahaan.
Tabel rekapitulasi izin dan dokumen yang harus dipenuhi oleh perusahaan dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Rekapitulasi Izin dan Dokumen Yang Harus Dipenuhi Oleh Perusahaan
Izin / Dokumen Keterangan
6. Akte Pendirian
Perusahaan
Dapat dibuat oleh perusahaan
7. Tanda Daftar
Perusahaan
Dapat dibuat oleh perusahaan
8. Nomor Pokok
Wajib Pajak
Dapat dibuat oleh perusahaan 9. Surat Izin Usaha
Perdagangan (SIUP)
Dapat dibuat oleh perusahaan 10. Izin tetangga Dapat dibuat oleh
perusahaan 11. Izin Mendirikan
Bangunan
Dapat dibuat oleh perusahaan 12. Surat Keterangan
Domisili Perusahaan
Dapat dibuat oleh perusahaan 13. Izin Gangguan
(HO/Hinderordon nantie)
Dapat dibuat oleh perusahaan
Dari semua izin dan dokumen yang belum dimiliki oleh perusahaan dan menjadi syarat dalam melakukan usaha distribusi bata ringan di Kabupaten Subang, semuanya dapat dipenuhi oleh pemilik perusahaan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa secara hukum tidak ada hal yang menjadi kendala jika ingin melakukan usaha distribusi bata ringan di Kabupaten Subang, dan secara aspek hukum usaha tersebut layak dilakukan.
Aspek Finansial
Pada aspek finansial, metode yang digunakan sebagai indikator kelayakan finansial adalah dan Discounted Payback Period, NPV dan IRR. Discounted payback period digunakan untuk menentukan seberapa lama waktu yang dibutuhkan sampai modal yang diinvestasikan kembali. Metode discounted payback period dipilih untuk dilakukan karena metode ini dapat
menunjukkan payback period dengan mempertimbangkan time value of money.
Metode ini dapat memberikan informasi sederhana mengenai lama waktu break even point dari investasi yang dilakukan. Tetapi, metode discounted payback period memiliki kelemahan, yaitu tidak bisa menunjukkan seberapa besar selisih pemasukan dari arus kas yang masuk di masa yang akan datang dengan pengeluaran dari investasi yang dilakukan. Rekapitulasi Kelayakan Finansial dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Rekapitulasi Kelayakan Finansial
Skenario Pessimistic
DPP 2,467
NPV Rp 8.637.428.054,96
IRR 69%
Skenario Most Likely
DPP 1,974
NPV Rp 10.389.735.238,00
IRR 80%
Skenario Optimistic
DPP 1,603
NPV Rp 12.254.638.055,80
IRR 101%
Discounted payback period (DPP) dari semua skenario berada dibawah 5 tahun, yaitu waktu pengembalian modal yang diharapkan oleh perusahaan, sehingga secara lama pengembalian modal, usaha tersebut layak untuk dilakukan. NPV dari semua skenario lebih besar dari 0 yang berarti pemasukan dari usaha yang akan dijalankan dapat melebihi investasi yang dikeluarkan untuk menjalankan usaha tersebut, sehingga berdasarkan NPV, usaha tersebut layak untuk dilakukan. IRR dari semua skenario lebih besar dari MARR yang diharapkan yaitu sebesar 6,5%, yang berarti tingkat pengembalian yang didapatkan oleh perusahaan jika melakukan usaha tersebut sudah lebih besar dibandingkan jika perusahaan melakukan investasi di tempat lain. Hal ini berarti berdasarkan IRR, investasi yang dilakukan untuk menjalankan usaha distribusi bata ringan di Kabupaten Subang efisien, dan usaha tersebut layak untuk dilakukan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa secara finansial investasi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha distribusi bata ringan di Kabupaten Subang menguntungkan, dan secara aspek finansial usaha tersebut layak dilakukan.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian kelayakan usaha distribusi bata ringan di Kabupaten Subang yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Hasil analisis aspek pasar menunjukkan bahwa terdapat potensi pasar untuk bata ringan di Kabupaten Subang. Oleh karena itu, usaha distribusi bata ringan di Kabupaten Subang layak untuk dilakukan berdasarkan aspek pasar.
2. Hasil analisis aspek teknis menunjukkan bahwa kebutuhan teknis, operasional dan manajerial dapat dipenuhi oleh perusahaan. Oleh karena itu, usaha distribusi bata ringan di Kabupaten Subang layak untuk dilakukan berdasarkan aspek teknis.
3. Hasil analisis aspek pasar menunjukkan bahwa tidak ada kendala secara hukum dan legal yang dapat menghambat usaha distribusi bata ringan yang akan dilakukan. Oleh karena itu, usaha distribusi bata ringan di Kabupaten Subang layak untuk dilakukan berdasarkan aspek hukum.
4. Hasil analisis aspek finansial menunjukkan bahwa investasi yang diperlukan untuk melakukan usaha distribusi ringan di Kabupaten Subang akan menguntungkan.
Oleh karena itu, usaha distribusi bata ringan di Kabupaten Subang layak untuk dilakukan berdasarkan aspek finansial.
5. Usaha distribusi bata ringan di Kabupaten Subang layak untuk dilakukan dan PT Dipta Dhiwangkara Saguna sebaiknya berinvestasi untuk menjalankan usaha distribusi distribusi bata ringan di Kabupaten Subang.
Daftar Pustaka
Adji, Y. (2016, 28 April). Pembangunan Pelabuhan Patimban Mulai 2017. Pikiran Rakyat. Diunduh dari: http://www.pikiran- rakyat.com/jawa-
barat/2016/04/28/pembangunan-
pelabuhan-patimban-mulai-2017-367956 Dewi, A. (2017, 3 Mei). Tanah di Pinggir Jalan
Utama Serang Panjang Subang. olx.co.id.
Diunduh dari: http://olx.co.id/iklan/di-jual- tanah-di-pinggir-jalan-utama-serang- panjang-subang-
IDm5HEM.html#e88c6bfbc0
Pemerintahan Kabupaten Subang. (2010).
Potensi Infrastruktur. Subang:
Pemerintahan Kabupaten Subang. Diunduh
dari:
http://www.subang.go.id/potensi_infrastrukt ur.php
Pemerintahan Kabupaten Subang. (2010).
Potensi Industri. Subang: Pemerintahan Kabupaten Subang. Diunduh dari:
http://www.subang.go.id/potensi_industri.ph p
Sutisna, N. (2016, 15 November). Lahan Pelabuhan Patimban Subang Dipastikan Sudah Tersedia. Tempo. Diunduh dari:
https://m.tempo.co/read/news/2016/11/15/0 58820325/lahan-pelabuhan-patimban- subang-dipastikan-sudah-tersedia
The Big 5 Construct Indonesia (2015, 26 Februari). Pesatnya Pertumbuhan Pasar Konstruksi Dan Bangunan Indonesia Menuntut Adanya Ajang Penyedia Berbagai Produk Lokal Maupun Internasional. The Big 5 Construct Indonesia. Diunduh dari:
http://thebig5constructindonesia.com/media /1476/big-5-indonesia-bahasa-march.pdf Thompson, A. (2005). Enterpreneurship and
Business Innovation. Guildford, W.A.:
Vineyard Pub.
Wiratmoko, G. (2017, 5 Mei). Tanah Darat SHM. Jualo.com. Diunduh dari:
https://www.jualo.com/properti-tanah/iklan- jual-tanah-darat-shm-luas-5-
550m2?utm_campaign=Mitula_homes&utm _medium=CPC&utm_source=Mitula
Yan. (2016, 3 Mei). Lima Investor Tertarik Bangun Mall di Subang. JuaraNews.
Diunduh dari:
https://juaranews.com/index.php?/berita/13 914/ 03/05/2016/lima-investor-tertarik- bangun-mall-di-subang