• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ORGANISASI WANITA TAMAN SISWA. A. Latar Belakang Terbentukanya Organisasi Wanita Taman Siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II ORGANISASI WANITA TAMAN SISWA. A. Latar Belakang Terbentukanya Organisasi Wanita Taman Siswa"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user 17

BAB II

ORGANISASI WANITA TAMAN SISWA

A. Latar Belakang Terbentukanya Organisasi Wanita Taman Siswa

Kelahiran pergerakan wanita tamansiswa tidak terlepas dari situasi dan kondisi masyarakat. Pada jaman penjajahan keberadaan wanita sangat memprihatinkan dimana adat-istiadat yang melekat dalam masyarakat telah membelenggu daya pikir kaum wanita khususnya dan masyarakat pada umumnya. Seorang wanita yang sudah menikah diharuskan untuk tinggal di rumah dan mengurus keluarga serta kaum wanita pada masa penjajahan tidak diperbolehkan untuk mendapatkan pendidikan seperti halnya kaum laki- laki.1

Kaum wanita baik di pulau Jawa maupun di luar pulau Jawa adalah pada masa penjajahan mempunyai nasib yang sama. Keadaan kaum wanita khususnya di pedesaan kurang mendapatkan perhatian baik dari kaum wanita maupun dari masyarakat. Kaum wanita kurang mendapat peran dan kurang dihargai dibanding dengan kaum pria. Faktor yang mempengaruhi keadaan ini adalah beberapa wanita kurang menjunjung harkat, martabat dan derajat kaum wanita. Salah satu contoh adalah seorang pria memiliki istri lebih dari satu. Bagi seorang gadis hanya mempunyai satu cita-cita ialah sebuah perkawinan. Adat-istiadat dalam masyarakat pada jaman dahulu tidak memperbolehkan

1Kowani, Sejarah Setengah Abad Pergerakan Wanita Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1978), hlm.59.

(2)

commit to user

wanita berpendidikan atau bekerja di luar rumah. Konsep paternalistik yang secara formal hadir dalam hal pembagian peran antara laki-laki dan wanita. Ada beberapa konsep paternalistik yang berkembang di dalam masyarakat Jawa bahwa istri adalah konco wingking, yaitu wanita dianggap derajatnya lebih rendah dari pada laki-laki. Wanita dan laki-laki dipandang sebagai dua kutub yang berlawanan dalam kepribadiannya. Berkaitan dengan dimensi maskulin, laki-laki dianggap lebih kompeten, berorientasi pada prestasi, kuat, mandiri, aktif, kompetitif, dan percaya diri; sedangkan wanita dianggap terkait dengan dimensi feminin seperti tidak berkompeten, lemah, tergantung, pasif, tidak kompetitif, dan tidak percaya diri. Hal ini menimbulkan konsep bahwa laki-laki dan perempuan tidak hanya berbeda namun sengaja dibuat berbeda dan laki-laki dianggap lebih berharga dari pada wanita.2

Gerakan Wanita Indonesia baru dimulai pada permulaan abad ke-20, yaitu permulaan bentuk gerakan secara modern. Bentuk gerakan tersebut ditandai oleh tumbuhnya organisasi-organisasi wanita yang diikuti oleh proses perkembangan organisasi-organisasi gerakan kebangsaan Indonesia pada waktu itu. Berdirinya banyak organisasi wanita menjadi bagian dari kelompok wanita sebagai organisasi kebangsaan.

Organisasi itu mempunyai pengurus tetap dan anggota, mempunyai tujuan untuk memajukan harkat dan martabat kaum wanita, disertai rencana pekerjaan berdasarkan peraturan-peraturan yang dimuat di anggaran dasar dan anggaran Rumah Tangga.

Abad ke-19 kaum wanita berjuang dengan cara orang perorangan, belum terorganisasi dalam susunan suatu badan perkumpulan, namun demikian perjuangan

2Christina S. Handayani, Ardhian Novianto, Kuasa Wanita Jawa, (Yogyakarta:

LKiS Yogyakarta, 2004), hlm.163.

(3)

commit to user

wanita melawan penjajah pada waktu itu telah memberikan inspirasi dan dorongan bagi wanita-wanita generasi kemudian, yang berjuang untuk emansipasi kaumnya.

Selain faktor-faktor tersebut, masih ada faktor lain yang mendorong munculnya gerakan emansipasi wanita. Faktor itu adalah kaum pria yang mempunyai kekuasaan tidak terbatas dalam perkawinan dan kebiasaan tinggal di rumah bagi seorang wanita.3 Situasi dan kondisi seperti ini yang menggerakkan hati nurani R. A. Kartini untuk mewujudkan cita-citanya. R. A. Kartini mendidik dan mengajarkan anak-anak putri.

Pelajaran yang diberikan adalah membaca, menulis, menjahit, merendra, memasak dsb.4 Usaha-usaha yang dilakukan R.A. Kartini telah membuahkan hasil. Jalan emansipasi wanita telah dibuka oleh R.A. Kartini. Usaha-usaha itu dilanjutkan oleh Poetri Mardika yang lahir pada tahun 1912 di Jakarta. Poetri Mardika diprakarsai oleh Budi Oetomo. Tujuan Poetri Mardika adalah memberi bantuan, bimbingan dan penerangan bagi kaum wanita pribumi mengenai hak pendidikan, hak bekerja di luar rumah, mengemukakan pendapat di muka umum, menghilangkan rasa rendah diri dan meningkatkan harkat, martabat dan derajat kaum wanita sejajar dengan kaum pria.5

Hal ini yang merupakan salah satu faktor yang mendorong Nyi Hadjar Dewantara untuk meneruskan cita-cita R. A. Kartini . Jalur yang ditempuh Nyi Hadjar Dewantara sama dengan R. A. Kartini ialah bidang pendidikan. Pada tanggal 3 Juli 1922 Ki Hadjar Dewantara mendirikan organisasi Taman Siswa di Jogjakarta. Nyi Hadjar Dewantara

3Pringgodigdo, A.K., Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, (Jakarta: Dian Rakyat, 1977), hlm.19.

4Darsiti Soeratman, Wanita Taman Siswa dan Hidup Kekeluargaan, (Yogyakarta:

Badan Pusat Wanita Tamansiswa, 1979), hlm.60.

5Sukanti Suryochondro, Potret Pergerakan Wanita Indonesia, (Jakarta: Rajawali, 1984), hlm.84.

(4)

commit to user

secara tidak langsung ikut membantu mengelola organisasi Taman Siswa bersama-sama Ki Hadjar Dewantara. Nyi Hadjar Dewantara menjadi pamong di Taman Siswa.6

Organisasi Wanita Taman Siswa merupakan organisasi di bawah naungan Tamansiswa, dimana Tamansiswa merupakan salah satu lembaga pendidikan yang mempunyai tujuan untuk menciptakan masyarakat tertib damai.7 Taman Siswa maupun Organisasi Wanita Taman Siswa juga merupakan lembaga kebudayaan nasional yang bertujuan untuk mewujudkan anak didik menjadi manusia berbudaya dan berkesadaran nasional. Hal inilah yang menjadi tugas para pamong Taman Siswa yaitu mendidik dan mengajar anak didiknya menjadi manusia bersusila dan pandai.8 Sejak Nyi Hadjar Dewantara dan Organisasi Wanita Taman Siswa berperan serta dalam Taman Siswa maka permasalahan kaum wanita mulai mendapat perhatian, antara lain adalah masalah pendidikan dan pengajaran bagi kaum wanita, masalah pelanggaran adab dan kesopanan terhadap wanita, masalah kesucian, masalah pakaian dan sebagainya. Tugas Wanita Taman Siswa adalah berusaha untuk mempertinggi dan mengembangkan pendidikan dan pengajaran Taman Siswa, menjaga ketertiban dan keselamatan Keluarga Taman Siswa sehingga tidak akan terjadi perselisihan diantara anggota keluarga Taman Siswa.

Kewajiban Organisasi Wanita Taman Siswa adalah wajib membantu Taman Siswa dalam

6Bambang Sukawati Dewantara, Nyi Hadjar Dewantara, Dalam Kisah dan Data, (Jakarta: Gunung Agung, 1973), hlm.113.

7Kowani, Peringatan 50 Tahun Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia 22 Desember 1928 – 2 Desember 1958, (Jakarta: Percetakan Negara, 1958), hlm.355.

8 Darsiti Soeratman, op.cit. hlm.20.

(5)

commit to user

segala usahanya terutama dalam pendidikan kewanitaan dan kesucian dalam masyarakat Taman Siswa.9

Taman Siswa mempunyai peraturan (kurikulum) untuk melaksanakan kegiatan pendidikan. Peraturan pendidikan dan pengajaran tersebut antara lain:

1. Menurut umur, maka Taman Siswa dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu:

a. Taman Indriyana, yaitu untuk anak-anak usia di bawah 7 tahun dengan bahasa pengantar bahasa Indonesia.

b. Taman Anak, dibagi menjadi tiga kelas. Dalam kelas ini mengajarkan membaca, menulis, berhitung, menggambar. Bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Selain itu diajarkan pula pelajaran olah raga, tari dan moral.

c. Taman Muda, dibagi menjadi tiga kelas dan pelajaran yang diberikan adalah ilmu bumi dan ilmu alam. Penambahan pelajaran pada kelas ini antara lain bahasa Jepang, olah raga, kesenian, pengenalan berbagai daerah di Indonesia serta pengetahuan Asia.

d. Taman Dewasa, dibagi menjadi tiga kelas sebagai lanjutan dari Taman Muda. Pelajaran yang diberikan adalah penambahan pelajaran bahasa asing yaitu bahasa Inggris dan bahasa Jerman, ilmu adab, ilmu lagu, serta pendalaman pengetahuan Asia khususnya Jepang.

9Wasita Rini, Arsip Museum Dewantara Kirti Griya, Yogyakarta.

(6)

commit to user

e. Taman Madya, dibagi menjadi tiga kelas. Pada tingkat ini diajarkan ilmu pengetahuan umum sebagai bekal untuk melanjutkan ke tingkat universitas.

2. Kegiatan belajar-mengajar dilakukan dengan cara yang praktis. Pelajaran teori diberikan seperlunya dan memperbanyak praktek.

3. Sistem Pondok dan Sistem Kekeluargaan harus dihidupkan untuk mendidik ke arah budi pekerti. Kata “sekolah” diganti dengan kata “perguruan” agar pengaruh guru bias semakin kuat sebagai pemimpin pendidikan.10

Taman Siswa berkembang pesat dan mempunyai banyak cabang Taman Siswa yang hampir meliputi seluruh Indonesia. Cabang-cabang Taman Siswa yang berkembang pesat tersebut diantaranya terdapat Jakarta (Batavia), Surabaya, Sumatra, Kalimantan, Tegal, dan Malang. Setiap wilayah yang didirikan cabang Taman Siswa maka cabang Wanita Taman Siswa juga dapat didirikan.11 Pada tanggal 22-25 Desember 1928, organisasi wanita Indonesia bersama organisasi wanita lainnya termasuk Organisasi Wanita Taman Siswa berhasil menyelenggarakan Konggres Perempuan Indonesia (KPI) I di Jogjakarta. Salah satu pemrakarsa konggres ini adalah Nyi Hadjar Dewantara.

Keberhasilan Nyi Hadjar Dewantara semakin memperkuat eksitensi keberadaan kaum wanita. Dalam Konggres ini Nyi Sri Mangunsarkoro dan Wanita Taman Siswa mengusulkan agar membentuk Badan Pusat Wanita Taman Siswa. Pembentukan Badan Pusat Wanita Taman Siswa mempunyai tujuan untuk meningkatkan harkat, martabat dan

10Rantjangan Taman Dewasa Baroe, Arsip Museum Dewantara Kirti Griya, No.

05. 413. 2.

11Soeratmi Iman Soedijat, Peranan Wanita Pejuang Meraih Kemerdekaan, (Yogyakarta: Badan Pusat Wanita Tamansiswa, 1977), hlm.7.

(7)

commit to user

derajat kaum wanita dalam keluarga maupun dalam perkawinan serta memperluas kecakapan wanita sebagai ibu dan pemegang rumah tangga dengan jalan menambah lapangan pengajaran, memperbaiki pendidikan dan mempertinggi kecakapan-kecakapan wanita.12

Pada tanggal 31 Maret 1931, Taman Siswa menyelenggarakan Koferensi daerah Jawa Tengah di Yogyakarta dan mengesahkan Wanita Taman Siswa sebagai suatu organisasi secara struktural menjadi bagian dari organisasi Taman Siswa dan secara idiil saling membantu bersama organisasi lainnya. Artinya, organisasi Wanita Taman Siswa adalah suatu organisasi wanita yang hadir di dalam lingkungan Taman Siswa dan bergabung dengan organisasi lain.13 Susunan pengurus Organisasi Wanita Taman Siswa diketuai oleh Nyi Hadjar Dewantara, wakil ketua Rumsiah, penulis I Jumilah, penulis II Siti Marsidah, dan bendahari Ny. Sutomo.

Wanita Taman Siswa merupakan salah satu organisasi yang berbetuk gerakan sosial. Tujuannya adalah untuk meningkatkan harkat dan martabat kaum wanita dalam bidang pendidikan. Perkembangan pergerakan wanita Indonesia pada permulaan abad ke 20 hampir meliputi seluruh Indonesia. Pergerakan-pergerakan wanita di Indonesia tersebut antara lain, Pawijatan Wanito 1915 di Magelang, Wanito Hadi tahun 1915 di Jepara, Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya (PIKAT) tahun 1917 di Manado, Aissyiyah tahun 1917 di Yogyakarta, Poerborini tahun 1917 di Tegal, Wanito Soesilo

12 Badan Pusat Wanita Tamansiswa, Peraturan Besar Wanita Tamansiswa, Keputusan Konggres XVI Wanita Tamansiswa, (Yogyakarta: Badan Pusat Wanita Tamansiswa, 1996), hlm.15.

13Buku Peringatan Tamansiswa, Tamansiswa 60 Tahun 1922-1982, (Yogyakarta:

Percetakan Tamansiswa, 1982), hlm.88.

(8)

commit to user

tahun 1918 di Pemalang. Sarikat Siti Fatimah tahun 1918 di Garut, Poetri Boedi Soedjati tahun 1919 di Surabaya, Wanita Moeljo tahun 1920 di Yogyakarta, Wanito Kaoem Iboe Soematra tahun 1920 di Bukit Tinggi, Wanadjoe Oetomo tahun 1920 di Yogyakarta, Wanita Oetomo tahun 1921 di Yogyakarta dan Wanito Katolik tahun 1924 di Yogyakarta.14 Pergerakan wanita tersebut juga berbentuk gerakan sosial karena bertujuan untuk mendapatkan harkat, martabat dan derajat kaum wanita terutama dalam hal pendidikan, kesusilaan dan perikemanusiaan. Mudahnya kaum wanita membentuk organisasi-organisasi wanita dipengaruhi oleh dua factor, yang pertama adalah adanya pers yang merupakan alat komunikasi untuk menyebarkan kemajuan kaum wanita, dan yang kedua adalah nilai gotong-royong yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.15

Struktur Organisasi Wanita Taman Siswa

1. Badan Pusat Wanita Taman Siswa dipimpin oleh Pengurus Badan Pusat Wanita Taman Siswa. Badan Pusat Wanita Taman Siswa terdiri atas lima kelengkapan, yaitu:

a. Dewan Pinisepuh.

Dewan Pinisepuh terdiri atas dua orang anggota yang mempunyai masa keanggotaan sekurang-kurangnya dua puluh tahun.

b. Dewan Penasehat.

Dewan Penasehat ditetapkan dalam konggres Taman Siswa.

c. Dewan Pakar.

14 Buku Peringatan Tamansiswa, op.cit., hlm.273.

15 Sukanti Suryochondro, Potret Pergerakan Wanita Indonesia, (Jakarta:

Rajawali, 1984), hlm.80.

(9)

commit to user

Dewan Pakar ditentukan oleh Badan Pusat Wanita Taman Siswa yang diangkat dari anggota maupun bukan anggota Taman Siswa namun mempunyai keahlian yang diperlukan oleh organisasi.

d. Majelis Luhur Pusat Taman Siswa,

Majelis Luhur Pusat Taman Siswa ditetapkan oleh Pimpinan Badan Pusat Wanita Taman Siswa.

e. Badan Pengawas.

Anggota organisasi yang mempunyai masa keanggotaan sekurangnya sepuluh tahun dan mempunyai wewenang mengawasi ketertiban organisasi.

2. Wanita Taman Siswa Daerah, yaitu Organisasi Wanita Taman Siswa yang berada di bawah Badan Pusat Wanita Taman Siswa. Wanita Taman Siswa Daerah mempunyai dua kelengkapan yaitu Badan Khusus Organisasi Wanita dan Pembina Daerah Taman Siswa.

3. Wanita Taman Siswa Cabang.

Hubungan antara Wanita Taman Siswa Cabang dengan Badan Pusat Wanita Taman Siswa dilakukan secara langsung atau juga dapat melalui Wanita Taman Siswa Daerah.

4. Kongres Wanita Taman Siswa.

(10)

commit to user

Kongres diadakan setiap lima tahun sekali yang dihadiri oleh utusan Wanita Taman Siswa Daerah dan Wanita Taman Siwa Cabang.16

16Wanita Taman Siswa, Peraturan Besar Wanita Taman Siswa, (Yogyakarta:

Wanita Taman Siswa, 2006), hlm. 55.

KONGRES WANITA TAMAN SISWA

BADAN PUSAT WANITA TAMAN SISWA

BADAN PENGAWAS DEWAN

PINISEPUH

DEWAN PENASEHAT

DEWAN PAKAR

MAJELIS LUHUR PUSAT TAMAN SISWA

KOWANI

WANITA TAMAN SISWA DAERAH

WANITA TAMAN SISWA CABANG

PEMBINA DAERAH TAMAN SISWA

BADAN KHUSUS ORGANISASI WANITA

(11)

commit to user

B. Azas-azas dan Dasar-Dasar Organisasi Wanita Taman Siswa

Wanita Taman Siswa hadir dalam lingkungan Taman Siswa pada tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta. Kehadiran Organisasi Wanita Taman Siswa adalah untuk membantu Taman Siswa dalam segala usahanya terutaman menciptakan masyarakat tertib damai.17 Perkembangan Organisasi Wanita Taman Siswa berazas dan bertujuan sama dengan Taman Siswa yang berpedoman pada teori, azas-azas Taman Siswa yang dibentuk pada tahun 1922, adat-istiadat Tamansiswa, semboyan-semboyan Taman Siswa dan Peraturan Besar Wanita Taman Siswa. Teori organisasi yang menjadi pedoman Organisasi Wanita Taman Siswa, sebagai berikut:

1. Kodrat irodatnya hidup manusia, yang berwujud perempuan dan laki-laki itu, sungguhkah mengandung maksud dan kekalnya turunan, dalam hal mana laki-laki menjadi jaler atau tiang keturunan, dan seorang perempuan menjadi pemangku keturunan.

2. Dalam pangkal hidupnya, perempuan dan laki-laki itu hak dan harga diri mereka sama, sedangkan perbedaan antara mereka itu hanya mengenai perbedaan hidup lahir dan batin yang khusus untuk masing-masingnya.

3. Manusia sebagai makhluk yang harus insaf akan hidupnya, wajib berusaha akan kekalnya dan baiknya turunan sesuai dengan kemauan kodrat alam, sebagai bukti dari beberapa alamat yang dalam hakekatnya bermaksud mengkekalkan dan

17Badan Pusat Wanita Tamansiswa, Peraturan Besar Wanita Taman Siswa, Keputusan Konggres XVI Wanita Tamansiswa, (Yogyakarta: Badan Pusat Wanita Tamansiswa, 1996), hlm.21.

(12)

commit to user

memperbaiki keturunan itu melawan segala perbuatan dan keadaan yang merintangi kekal dan baiknya turunan itu.

4. Segala syarat untuk mencapai kekal dan baiknya turunan, haruslah bermaksud memperteguh rasa kesucian dalam batinnya manusia bersama, seperti terkandung dalam syarat-syarat agama, adat dan hukum.

5. Menurut kodrat irodatnya hidup dan terbukti dari riwayat kemanusiaan jaman purbakala, maka amat bersalah pengaruhnya perempuan sebagai pemangku keturunan atas bertumbuhnya rasa kesucian dan ketertiban, sehingga pendidikan anak-anak atas pembangunan masyarakat tidak akan dapat sempurna, jika tidak mempergunakan pengaruh perempuan yang baik.

6. Dimana Taman Siswa mewujudkan dirinya Keluarga Besar yang suci, maka berhak dan berwajiblah kaum perempuan di dalam kalangan Tamansiswa selalu mempergunakan pengaruh perempuannya yang menuju ke arah kesucian dan ketertiban di dalam masyarakat Tamansiswa.

7. Oleh karena itu Wanita Taman Siswa adalah sebagian dari badan Taman Siswa, maka segala syarat keperempuan yang diadakan olehnya, tidaklah boleh menyalahi azas Taman Siswa dan harus sesuai dengan kebangsaan dalam maksud yang sejati, yaitu memperteguh adab kemanusiaan.18

Azas-azas yang digunakan oleh Organisasi Wanita Taman Siswa adalah azas-azas Taman Siswa Tahun 1922. Azas-azas Taman Siswa Tahun 1922 merupakan azas

18Badan Pusat Wanita Taman Siswa, op.cit., hlm.22.

(13)

commit to user

perjuangan Taman Siswa pada waktu itu. Azas-azas Taman Siswa Tahun 1922 merupakan pedoman Organisasi Wanita Taman Siswa, sebagai berikut:

1. Setiap orang berhak mengatur dirinya sendiri dengan syarat menjunjung ketertiban dan kedamaian kehidupan manusia.

2. Pendidikan dan pengajaran menggunakan “Among Metode” atau sistem Among, artinya para pamong memberi kemerdekaan batin, pikiran dan tenaga kepada anak didiknya.

3. Pendidikan dan pengajaran berpedoman pada kultur bangsa sendiri terutama dalam menghadapi perkembangan jaman.

4. Pengajaran diperluas khususnya untuk rakyat banyak.

5. Usaha-usaha yang dilakukan menurut kekuatan sendiri dan tidak tertutup kemungkinan menerima bantuan dari otang lain, tanpa mengikat kemerdekaan kita sendiri.

6. Biaya pengeluaran ditanggung menurut kekuatan sendiri.

7. Kewajiban para pamong adalah berhamba kepada sang anak.19

Dasar-dasar yang digunakan oleh Organisasi Wanita Taman Siswa adalah dasar- dasar Taman Siswa. Dasar-dasar Tamansiswa merupakan susunan dasar-dasar yang terkandung dalam azas-azas Taman Siswa tahun 1922, peraturan-peraturan maupun adat- istiadat Taman Siswa, sejak Taman Siswa berdiri sampai dengan waktu yang akan datang. Dasar-dasar Taman Siswa atau disebut Pancadarma yang berisi:

1. Kodrat Alam

19Ki Hadjar Dewantara, Azas dan Dasar-dasar Taman Siswa, (Yogyakarta:

Majelis Luhur Tamansiswa, 1964), hlm.7.

(14)

commit to user

Kodrat alam sebagai perwujudan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, mengandung arti bahwa pada hakekatnya manusia sebagai makhluk Tuhan adalah satu dengan alam semesta ini. Karena itu manusia tidak dapat lepas dari kehendak hukum kodrat alam yang mengandung hukum segala kemajuan.

2. Kemerdekaan

Kemerdekaan mengandung arti, bahwa kebahagiaan sebagai karunia dari Tuhan Yang Maha Esa kepada semua manusia yang memberikan “hak hidup untuk mengatur hidupnya sendiri” (Zelfbeschikkingsrechat) dengan selalu mengingat syarat tertib damainya hidup bermasyarakat. Karena itu kemerdekaan harus menjadi dasar untuk mengembankan pribadi yang kuat dalam suasana keseimbangan dan keselarasan dengan hidup masyarakat.

3. Kebudayaan

Kebudayaan mengandung arti keharusan untuk memelihara nilai dan bentuk kebudayaan nasional. Dalam memelihara kebudayaan nasional itu yang utama dan terutama adalah membawa kebudayaan nasional ke arah kemajuan, yang sesuai dengan perkembangan masyarakat dan kemajuan dunia, guna kepentingan hidup rakyat lahir batin sesuai dengan perkembangan alam dan zamannya.

4. Kebangsaan

Kebangsaan mengandung arti adanya rasa satu bangsa dalam suka, duka, dan dalam kehendak mencapai kebahagiaan hidup lahir batin seluruh bangsa. Kebangsaan tidak boleh bertentangan dengan azas kemanusiaan, bahkan harus menjadi sifat, bentuk

(15)

commit to user

dan laku kemanusiaan yang nyata, dan tidak mengandung permusuhan dengan bangsa- bangsa lain.

5. Kemanusiaan

Kemanusiaan mengandung arti, bahwa kemanusiaan itu adalah darma tiap manusia yang timbul dari keluhuran akal budinya. Keluhuran akal budi menimbulakan rasa dan laku cinta kasih terhadap sesama manusia dan terhadap makhluk Tuhan Yang Maha Esa seluruhnya, yang bersifat adanya keyakinan akan adanya hukum kemajuan yang meliputi alam semesta. Karena itu rasa dan laku cinta kasih harus tampak pula sebagai tekad untuk berjuang melawan segala sesuatu yang merintangi kemajuan yang selaras dengan kehendak alam.20

Adat-adat Taman Siswa yang merupakan pedoman Organisasi Wanita Taman Siswa, sebagai berikut:

1. Sebutan-sebutan yang berasal dari alam feodal diganti dengan sebutan-sebutan yang baru ialah Ki, Nyi dan Ni.

2. Perbedaan-perbedaan di dalam Taman Siswa dihilangkan khususnya mengenai status majikan dan status buruh.

3. Dasar kekeluargaan di Taman Siswa sudah mengandung dasar demokrasi dan keadilan sosial.

4. Sebutan bapak untuk pamong pria dan ibu untuk pamong wanita.

5. Demokrasi harus ditempatkan di bawah pimpinan kebijaksanaan yang berkaitan dengan azas tertib damai.

20 Ki Hadjar Dewantara, op.cit., hlm. 12-13.

(16)

commit to user

6. Sebutan organisatoris artinya menurut peraturan yang ada dan organis yang artinya hidup.

7. Peraturan-peraturan mengenai kesusilaan wanita terbentuk dengan sendirinya dan ditaati oleh keluarga besar Taman Siswa.21

Semboyan-semboyan Taman Siswa yang merupakan pedoman Organisasi Wanita Taman Siswa, adalah sebagai berikut:

1. Lawan Sastra Ngesti Mulja, artinya kecerdasan jiwa menuju ke arah kesejahteraan.

2. Sutji Tata Ngesti Tunggal, artinya kesucian batin dan hidup yang teratur menuju kesatuan.

3. Tut wuri Handayani, artinya para pamong mengikuti dari belakang dan memberi pengaruh bagi anak didik.

4. Bibit, bebet, dan bobot, artinya secara seksama dalam mentukan menantu.

5. Senjari bumi sedumuk batuk den lakoni pati, artinya agar hidup langgeng harus berani mempertaruhkan nyawa.

6. Kita berhamba kepada sang anak, artinya keikhlasan hati untuk mengabdi kepada anak didik.

7. Lebih baik mati terhormat dari pada hidup nista, artinya setiap makhluk hidup harus menjunjung harkat, martabat dan derajat.

8. Sjari’at tidak dengan hakikat adalah kosong, hakikat tidak dengan sjari’at pasti batal, artinya agar berhasil harus disertai dengan kesucian batin dan hidup teratur.

21Ki Hadjar Dewantara, op.cit., hlm.15-18.

(17)

commit to user

9. Rawe-rawe rantas, malang-malang putung, artinya setiap anak didik harus memperteguh kemauan dan tenaganya.

10. Neng-ning-nung, artinya keadaan meneng dan tentram akan melahirkan pikiran yang wening atau jernih dan nung atau kekuasaan batin menuju kearah wenang atau menang.

11. Dari natur kea rah kultur, artinya dari kodrat ke adab.22

Setelah Organisasi Wanita Taman Siswa mepunyai cukup anggota untuk melakukan pergerakan kemudian Organisasi tersebut menjadi salah satu pelopor untuk diadakannya Kongres Perempuan Indonesia. Untuk petama kalinya Kongres Perempuan Indonesia diadakan pada tanggal 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta. Kongres Perempuan Indonesia ini diilhami dari adanya Sumpah Pemuda yang dilaksanakan dua bulan sebelumnya. Kongres ini merupakan lembaran sejarah baru bagi gerakan wanita Indonesia, dimana organisasi wanita menggalang kerjasama untuk kemajuan wanita khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Kesuksesan Organisasi Wanita Taman Siswa dalam keikut-sertaannya pada Kongres Perempuan Indonesia berlanjut pada Kongres Perempuan Indonesia kedua yang diadakan di Jakarta pada 20-24 Juli 1935, Kongres Perempuan Indonesia ketiga di Bandung pada Juli 1938, dan Kongres Permpuan Indonesia keempat di Semarang pada Juli 1941.23

22Ki Hadjar Dewantara, op.cit., hlm.22-24

23Badan Pusat Wanita Taman Siswa, Kenangan Tujuh Dasa Warsa Wanita Taman Siswa 3 Juli 1922 – 3 Juli 1992, (Yogyakarta: Badan Pusat Wanita Taman Siswa, 1992), hlm.23.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal pada siswa-siswi SMP Dharma Wanita 9 Taman.. Subjek

Masing masing bidang diikuti oleh peserta dalam jangka waktu yang telah ditentukan oleh Balai Perlindungan dan Rehabilitasi Wanita (BPRSW) Yogyakarta. Masa

Sekolah yang didirikan pertama kali adalah Taman Indria, yang merupakan sekolah untuk anak-anak usia TK (Taman Kanak-kanak).. Bahasa pengantar yang digunakan di Taman Indria adalah

Mengingat rencana kerja merupakan langkah awal untuk melakukan pengukuran kinerja instansi pemerintah dimana diperlukan integrasi antara keahlian sumber daya manusia

“Sifatnya yang khas dari organisasi Dharma Wanita adalah beranggotakan para istri pegawai negeri Republik Indonesia, sedangkan pegawai Republik Indonesia merupakan

Dalam Peraturan KPU RI Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pelaporan Dana Kampanye Peserta Peserta Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan

Beberapa peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah Jepang menyebabkan menyusutnya jumlah Taman Siswa yang ada di Indonesia, antara lain pada Maret 1944 Taman Siswa

Untuk mengetahui pengaruh budaya sekolah dan hubungan interpersonal antar siswa terhadap motivasi belajar siswa kelas XI Program Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Klaten