ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, SBI, INFLASI DAN
PERTUMBUHAN GDP TERHADAP PERGERAKAN INDEKS
HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA
Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala ISSN 2302-0172 pp. 16- 28
13 Pages
ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, SBI, INFLASI DAN PERTUMBUHAN GDP TERHADAP PERGERAKAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA Hismendi1, Abubakar Hamzah2, Said Musnadi2 1)
Magister Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universyitas Syiah Kuala 2, Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
Abstract: This research is intended to analyze the effect of`exchange rates, interest rate of Bank Indonesia Certificates, inflation and GDP growth on the movement of Composite Stock Price Index (CSPI) in Indonesia Stock Exchange. This research to applies secondary data quarterly period March 2002 to September 2012. The analysis based on the Ordinary Least Square (OLS) method The
results showed that the independent variables simultaneously significant effect on IHSG. In partial exchange rate, interest rate of Bank Indonesia Certificates and affect GDP growth significant the IHSG movement, while inflation had no significant effect on CSPI. For that researchers expect the monetary authority to control the movement of the CSPI priority on stability of the exchange rate policy, the interest rate of Bank Indonesia Certificates and GDP growth, which will strengthen the control and stability of the stock market in Indonesia Stock Exchange. Keywords: Exchange rate, interest rate of Bank Indonesia Certificates, GDP growth and Composite Stock Price Index (CSPI).
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh nilai tukar, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia, inflasi dan Pertumbuhan GDP terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data triwulan periode Maret 2002 sampai dengan September 2012. Metode analisis yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG. Secara parsial nilai tukar, suku bunga SBI dan pertumbuhan GDP berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG, sedangkan inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap terhadap pergerakan IHSG.Untuk itu peneliti mengharapkan otoritas moneter dalam mengendalikan pergerakan IHSG memprioritaskan pada kebijakan stabilitas nilai tukar, suku bunga SBI dan pertumbuhan GDP, sehingga akan memperkuat pengendalian dan stabilitas pasar saham di Bursa Efek Indonesia Kata Kunci: Nilai tukar, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia, inflasi, pertumbuhan GDP dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Setiap investor di pasar modal sangat PENDAHULUAN
Pasar satu
membutuhkan informasi yang relevan dengan dapat
perkembangan transaksi di bursa, hal ini sangat
menghasilkan tingkat keuntungan optimal bagi penting untuk dijadikan referensi dan bahan investor. Investasi dapat diartikan sebagai suatu pertimbangan dalam pengambilan kepututusan kegiatan menempatkan dana pada satu atau investasi dipasar modal.
alternatif modal pilihan
merupakan investasi salah yang
lebih dari satu aset selama periode tertentu Analisa fundamental saham meliputi: (1)
dengan harapan dapat memperoleh penghasilan analisa aspek finansial, yaitu: nilai buku saham, dan peningkatan nilai investasi (Husnan, 2000).
pendapatan per saham, nilai buku ekuitas dan Volume 1, No. 2, Mei 2013 - 16
Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala ratio pengeluaran; (2) analisa laporan tahunan
tercermin pula dari indikator makro ekonomi perusahaan termasuk: garis besar filosofi
seperti nilai tukar yang relatif lebih stabil, inflasi perusahaan, laporan operasional perusahaan, yang terkendali dan suku bunga yang lebih informasi finansial, catatan kaki dan pernyataan rendah serta GDP per kapita yang terus
tertulis meningkat.
dari auditor.
Untuk menganalisa
fundamental secara menyeluruh tidak cukup hanya melihat dari kedua hal tersebut saja, tetapi harus melihat hal-hal seperti kemampuan manajemen, operasional, transparansi, rencana,
Inflation
% 14 BI Rate 12 10 8 6
bunga, inflasi, pertumbuhan ekonomi serta 4
kebijakan atau peraturan-peraturan pemerintah 0
Seiring dengan meningkatnya aktivitas perdagangan, kebutuhan untuk memberikan Jan-12
May-12 Sep-11 Jan-11 May-11 Sep-10 Jan-10 May-10
Sep-09 Jan-09 May-09 Sep-08 Jan-08 May-08 Sep-07 Jan-07
(Jogianto, 2000).
2 May-07
persaingan perusahaan, nilai tukar, tingkat suku
Gambar 2. Kondisi inflasi & suku bunga SBI di Indonesia Sumber : Bank Indonesia, 2012 informasi mengenai perkembangan bursa juga semakin meningkat. Salah satu informasi yang Dampak merosotnya nilai tukar rupiah
diperlukan tersebut adalah indeks harga saham terhadap dolar memungkinkan berpengaruh sebagai cerminan dari pergerakan harga saham.
negatif terhadap pasar modal, mengingat
sebagian besar perusahaan yang go-public di BEI mempunyai hutang luar negeri dalam bentuk valuta
asing.
Produk-produk
yang
dihasilkan oleh perusahaan publik tersebut banyak menggunakan bahan yang memiliki kandungan impor tinggi. Pemerintah mempunyai peran penting untuk meredam melemahnya nilai tukar rupiah, misalnya dengan menaikkan suku bunga SBI. Gambar 1. Grafik Pergerakan IHSG di BEI Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2012
Rasio kapitalisasi pasar saham terhadap PDB tahun 2011 mencapai 48,9%. Total nilai Perkembangan ekonomi yang meningkat
transaksi saham tahunan dengan peningkatan setelah periode krisis, disertai kondisi politik dan sebanyak 4 persen dari Rp 1.176 triliun pada keamanan yang semakin membaik merupakan 2010 menjadi lebih dari Rp 1.223 triliun pada kondisi yang kondusif bagi perkembangan 2011. Pencapaian positif indikator-indikator industri. Membaiknya kondisi ekonomi tersebut utama bursa didukung oleh kondisi fundamental 17 -
Volume 1, No. 2, Mei 2013
Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala emiten-emiten yang tercatat di BEI. (BI, 2012).
S0
GDP per Capita USD 4,000 3,511 3,500 2,981 3,000 2,500 2,211 P
E 1 2,298 1 1,900 2,000 1,625 1,500 1,000 Harga Saham (P) 807
771 2000 2001 925 1,095 1,181 P 1,294 E 0 D 0 1 500 D 0 2002
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 0 2011 Q
Gambar 3. GDP Riil per Kapita Indonesia 0 Sumber : Bank Indonesia,2012
Kuantitas Saham (Q)
Semakin meningkatnya GDP per kapita
Gambar 4. Kurva Permintaan dan Penawaran Saham Sumber: Bodie, Kane dan Marcus dalam Satingingsih dkk, 2005
masyarakat Indonesia telah menopang konsumsi Pada suatu periode tertentu, penawaran
domestik sehingga mampu memberikan
saham adalah tetap sehingga kurvanya vertikal pertumbuhan ekonomi nasional yang relatif seperti ditunjukkan oleh kurva S0. Permintaan
tinggi.
pasar merupakan permintaan agregat dari Secara umum faktor domestik berupa
sejumlah investor, sehingga kurvanya relatif faktor-faktor fundamental suatu negara seperti horizontal seperti ditunjukkan oleh kurva D0.
inflasi, pendapatan nasional, jumlah uang yang Keseimbangan
beredar, dan
penawaran dan permintaan agregat berpotongan pertumbuhan GDP berpengaruh pada ekspektasi yang terjadi pada titik E0. Karena kurva
investor sehingga berpengaruh pada pergerakan penawaran bersifat tetap maka pergerakan harga Indeks (Husnan, 2000).
saham suku bunga, nilai tukar harga diakibatkan terjadi oleh saat
kurva pergerakan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis (pergeseran) kurva permintaan. Ketika kurva pengaruh nilai tukar, suku bunga SBI, inflasi, permintaan naik dari D0 menjadi D1, maka dan
keseimbangan baru terjadi pada harga yang pertumbuhan GDP terhadap pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia.
lebih tinggi (harga naik) yaitu P1. Jadi perilaku harga
KAJIAN KEPUSTAKAAN Pergerakan Harga Saham (Volatilitas) suatu
saham merupakan cermin
permintaan agregat dari para investor. Dengan demikian
pergerakan harga
Pergerakan harga saham ditentukan oleh saham disebabkan oleh pergerakan kurva dinamika penawaran (supply) dan permintaan demand, maka faktor-faktor penggeser demand (demand).
seperti harga saham-saham lainnya, pendapatan investor dan jumlah investor menjadi faktorVolume
1, No. 2, Mei 2013 - 18
Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala faktor yang mempengaruhi perubahan indek
Dalam perhitungan angka indeks ini digunakan harga saham.
waktu dasar (base period) dan waktu yang sedang Investasi di Pasar Modal
untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa datang. Umumnya invetasi dikategorikan dua jenis yaitu, real assets dan financial assets. Aset riil bersifat berwujud seperti gedung, kendaraan tanah.
Sedangkan (given/parent period),
(Jogiyanto, 2000).
Investasi merupakan penanaman modal serta
berjalan aset keuangan
merupakan dokumen klaim tidak langsung pemegangnya terhadap aktiva riil pihak yang menerbitkan sekuritas tersebut.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menggambarkan suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan seluruh saham, sampai pada tanggal tertentu.
Pergerakan harga saham tersebut disajikan setiap
hari,
berdasarkan harga
penutupan di bursa pada hari tersebut. Indeks tersebut disajikan untuk periode tertentu. Indeks harga saham gabungan berubah setiap hari karena, (1) perubahan harga pasar yang terjadi setiap hari, (2) adanya saham tambahan
Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi keuangan dan fungsi ekonomi. Dalam fungsi
(masuknya emiten baru yang tercatat di Bursa Efek, atau terjadinya tindakan corporate action berupa stock split, right, waran, deviden saham, saham bonus, dan saham konversi).
ekonomi pasar modal menyediakan fasilitas memindahkan dana dari pihak yang kelebihan dana ke pihak yang memerlukan dana. (Husnan, 2000).
Ada beberapa pendekatan atau metode perhitungan yang digunakan untuk menghitung indeks, yaitu:
(1)
menghitung rata-rata
(arithmetic mean) harga saham yang masuk dalam Indeks Harga Saham Gabungan
anggota indeks, (2)
menghitung
(geometric mean) dari indeks individual saham
Untuk mengukur kinerja saham yang diperdagangkan di bursa digunakan suatu indeks, yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). IHSG merupakan angka indeks harga saham yang sudah disusun dan dihitung sehingga menghasilkan trend, dimana angka
yang masuk anggota indeks, (3) menghitung rata-rata tertimbang nilai pasar. Umumnya semua indeks
harga saham gabungan
(composite) menggunakan metode rata-rata tertimbang termasuk di Bursa Efek Indonesia (BEI, 2012).
indeks adalah angka yang diolah sedemikian rupa sehingga
dapat digunakan
membandingkan kejadian yang dapat berupa perubahan harga saham dari waktu ke waktu. 19 - Volume 1, No. 2, Mei 2013
Faktor-faktor Ekonomi yang diperkirakan mempengaruhi Indeks Harga Saham Nilai Tukar Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Kurs terpenting
merupakan dalam salah
satu
perekonomian harga terbuka digunakan jangka bagi keuangan berjalan maupun variabel- Bank Indonesia untuk
mengendalikan likuiditas perekonomian. Untuk
mengingat pengaruhnya yang demikian besar transaksi oleh
pendek, sebagai SBI
dijadikan tolak ukur
instrumen bank-bank
variabel makro yang lainnya. Oleh karena itulah, pemerintah, swasta nasional dan swasta asing kurs juga merupakan sebuah harga aktiva atau dalam menentukan tingkat suku bunga tabungan, harga asset (asset price), sehingga prinsip- deposito dan pinjaman.
prinsip pengaturan harga asset-asset lainnya Dalam kondisi normal fungsi utama SBI
juga berlaku dalam pengaturan kurs, (Salvatore, adalah menjaga uang yang beredar berada dalam 2007).
jumlah yang optimal dan juga mencegah Nilai tukar terbagi atas nilai tukar riil (real meningkatnya permintaan dana oleh masyarakat exchange rate) dan nilai tukar nominal (nominal dan kalangan pengusaha swasta nasional untuk exchange rate). Nilai riil
keperluan transaksi (Bank Indonesia, 2012).
adalah nilai yang
digunakan untuk menukar barang dan jasa dari Hasil penelitian Haryanto dan Riyatno
suatu negara dengan barang dan jasa dari negara (2007) membuktikan bahwa besarnya suku
lain. Sedangkan nilai tukar nominal adalah nilai bunga SBI mempengaruhi risiko sistematik yang digunakan untuk menukar mata uang suatu perusahaan. Semakin kecil suku bunga Bank negara dengan mata uang negara lain, (Mankiw, Indonesia maka semakin besar risiko sistematik 2003).
saham. Suku bunga bank Indonesia merupakan Para balance”
pendukung meyakini model
bahwa
“portfolio- harga saham
patokan dalam menentukan besarnya bunga kredit dan tabungan. Suku bunga SBI yang mempengaruhi nilai tukar uang secara negatif.
tinggi tidak
menggairahkan perkembangan
Ekuitas yang merupakan bagian dari kekayaan usaha-usaha karena mengakibatkan suku bunga (wealth) perusahaan dapat mempengaruhi nilai bank yang lain juga tinggi.
tukar uang melalui permintaan uang. Sebagai contoh semakin tinggi harga saham akan semakin tinggi permintaan uang, sehingga hal ini akan menarik minat investor asing untuk menanamkan modalnya dan hasilnya terjadi apresiasi terhadap mata uang domestik. (Saini
Inflasi Inflasi adalah kencenderungan dari hargaharga untuk naik secara umum dan terus menerus.
Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas
dkk., 2002)
atau menyebabkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain (Boediono, 2000).
Suku Bunga SBI Sertifikat Bank
Indonesia (SBI)
merupakan salah satu instrumen pasar uang yang
Secara keseluruhan, inflasi yang sedang berlangsung tergantung pada Volume 1, No. 2, Mei 2013 (i) - 20
Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala permintaan, seperti yang ditunjukan oleh senjang
dari output perekonomian disebut GDP nominal, inflasi atau senjang resesi, (ii) kenaikan biaya sedangkan GDP riil mengukur output yang yang diharapkan, (iii) serangkaian kekuatan luar dinilai pada harga konstan. Deflator GDP
yang datang terutama sisi penawaran (Nopirin, mengukur harga output relatif terhadap harganya
2000).
pada tahun dasar (Mankiw, 2003).
Tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas (overheated). Artinya, kondisi ekonomi mengalami melebihi
permintaan kapasitas atas
produk yang penawaran produknya,
sehingga harga-harga cenderung mengalami kenaikan. Inflasi yang terlalu tinggi akan menyebabkan penurunan
daya beli uang
(purchasing power of money) serta dapat mengurangi tingkat
pendapatan riil
yang
diperoleh investor dari investasinya. Jadi inflasi yang tinggi
menyebabkan menurunnya
keuntungan perusahan, sehingga efek ekuitas menjadi kurang kompetitif (Tandelilin, 2001).
Penelitian Sebelumnya Hardiningsih, dkk (2002) menyatakan bahwa nilai tukar rupiah terhadap US Dollar berpengaruh negatif terhadap return saham. Kewal
(2012)
menyatakan kurs
rupiah
berpengaruh negatif dan signifikan, sedangkan tingkat inflasi,
suku bunga SBI dan
pertumbuhan PDB tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IHSG. Setyorini dan Supriyadi (2000), dalam penelitian hubungan dinamis antara nilai tukar rupiah dan harga saham di Bursa Efek Jakarta Pasca penerapan sistem
devisa bebas
mengambang
mengemukakan hasil penelitian bahwa terjadi pengaruh negatif dan signifikan nilai tukar
Pertumbuhan GDP Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) adalah nilai pasar
rupiah terhadap harga saham. Hooker (2004)
dalam
penelitiannya
semua barang dan jasa akhir yang diproduksi menemukan tingkat bunga berpengaruh negatif dalam perekonomian selama kurun waktu terhadap return pasar. Gjerde dan Saettem tertentu (Mankiw, 2003).
(1999) yang mengkaji hubungan sebab akibat Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross antara
return saham dengan variabel
Domestic Product (GDP) dapat diukur dengan makroekonomi memperoleh hasil perubahan dua cara: (1) sebagai arus
produk jadi; (2)
suku bunga riil berpengaruh secara negatif sebagai total biaya atau penghasilan dari input dengan harga saham, perubahan suku bunga riil yang
juga mempengaruhi tingkat inflasi. Hasil menghasilkan
output.
Karena laba
merupakan hasil sisa, kedua pendekatan akan penelitian
menghasilkan total GDP yang sama persis mempengaruhi secara negatif return semua (Samuelson dan Nordhaus, 2004).
portofolio yang diteliti.
Untuk mengukur nilai uang yang berlaku 21 - Volume 1, No. 2, Mei 2013
Utami Kandir dan (2008), Rahayu tingkat (2003) bunga hasilnya
Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala membuktikan bahwa profitabilitas, suku bunga,
yang berpengaruh positif terhadap harga saham inflasi dan nilai tukar secara bersama-sama sedangkan variabel lainnya tidak berpengaruh.
mempengaruhi harga saham di pasar modal Mansur
(2004) penelitian mengenai
secara signifikan. Sedangkan Suciwati dan pengaruh indeks bursa global terhadap IHSG di Desak Putu (2002), nilai tukar berpengaruh BEI
positif terhadap return saham sebelum terjadi
menyatakan hasil penelitiannya bahwa indeks- depresiasi dan berpengaruh negatif setelah indeks bursa global secara bersama-sama terjadinya depresiasi.
memberi pengaruh yang signifikan terhadap Untuk
penelitian yang dilakukan selama periode tahun 2000- 2002,
IHSG di BEI.
dibeberapa negara, diantaranya penelitian yang Haryanto
dan
Riyatno (2007) yang
dilakukan Ma dan Kao (1990) menemukan meneliti tentang pengaruh suku bunga SBI dan bahwa dengan menggunakan data untuk enam kurs
negara, apresiasi (menguatnya) uang domestik perusahaan di BEI menyatakan suku bunga SBI
berpengaruh negatif pada pergerakan harga dan kurs mempengaruhi resiko sistematik saham domestik. Namun dalam penelitian yang saham namun hasilnya tidak signifikan pada dilakukan Frank dan Young (dalam Saini dkk, dua karakteristik yang berbeda. Handayani 2002) yang meneliti US MNCs (United State (2007), penelitiannya membuktikan bahwa Multi
tingkat bunga SBI berpengaruh negatif terhadap National
bahwa tidak
Corporations) ada
pola
menemukan yang
pasti (no
recognizable pattern) dari hubungan harga terhadap
resiko sistematik saham
IHSG, sedangkan kurs dollar AS dan tingkat inflasi berpengaruh positif terhadap IHSG.
saham dengan nilai tukar uang. Mok (1993) dalam penelitian Causality of Interest Rate, Exchange Rate, and Stock price
Hipotesis Berdasarkan kerangka
teori dan
at Stock Market Open and Close in Hongkong permasalahan, hipotesisnya adalah nilai tukar dengan model analisis Arima tidak menemukan rupiah, suku bunga SBI dan inflasi mempunyai hubungan yang signifikan antara kedua variabel pengaruh negatif, sedangkan pertumbuhan GDP suku bunga terhadap harga saham.
mempunyai Almilia (2004) menyatakan bahwa
semakin tinggi inflasi semakin menurunnya profitabilitas mengakibatkan perusahaan turunnya
dan dapat harga saham pengaruh positif
terhadap
pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia.
METODE PENELITIAN
perusahaan tersebut. Sangkyun (1997) yang Untuk melihat seberapa besar pengaruh meneliti kaitan antara variabel makro, IHK, nilai tukar rupiah, inflasi, suku bunga SBI dan GDP, tingkat inflasi, dan suku bunga terhadap pertumbuhan GDP terhadap pergerakan IHSG harga saham menemukan bahwa hanya GDP
di BEI selama kurun waktu 43 kuartal mulai Volume 1, No. 2, Mei 2013 - 22
Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala bulan Maret 2003 sampai dengan September
Uji Multikolineritas
2012, dianalisa dengan metode Ordinary Least Berdasarkan
Square (OLS) dengan fungsi persamaan:
data yang diolah
menunjukkan bahwa nilai tukar, suku bunga SBI, inflasi, dan pertumbuhan GDP mempunyai
IHSG = . f (KURS, Inflasi, SBI, Pertumbuhan GDP) ……....(1) Metode analisis yang digunakan adalah persamaan regresi linear berganda (Gujarati, 2006) dengan model:
nilai tolerance kurang dari 10% yang berarti tidak terdapat
korelasi
antar variabel
independen yang nilainya lebih dari 90 persen. Hasil VIF juga terlihat tidak ada variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada
Y = α + β1 X 1 + β 2 X 2 + β3 X 3 multikolinearitas.
+ β4 X4 + e ………. (2) Uji Heterokedastisitas Persamaan (1) dan (2) dimodifikasi ke Berdasarkan hasil olahan data dengan
dalam model penelitian ini dengan rumus menggunakan metode grafik, maka didapatkan persamaan regresi:
hasil uji heterokedastisitas.
IHSG = α + β1 KURS + β2 SBI + β3 INF + β4GDP+e ……….. (3) dimana: IHSG : Indeks Harga Saham Gabungan
α
: konstanta
β1, β2, β3, β4 : Koefisien regresi KURS
: Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar US (Rp : $) SBI
: Suku bunga SBI (persen)
Gambar 5. Hasil Uji Heterokedastisitas INF
: Inflasi (persen)
Sumber: Data sekunder yang diolah.
GDP
: Pertumbuhan GDP (Rp)
e : error
Berdasarkan uji heterokedastisitas, dapat diperhatikan bahwa sebaran data ada di sekitar HASIL PEMBAHASAN
titik nol dan tidak tampak adanya suatu pola Uji Asumsi Klasik
tertentu pada sebaran data tersebut. Oleh karena Untuk mendapat estimasi yang terbaik,
itu dapat disimpulkan bahwa untuk penelitian data sekunder tersebut dilakukan pengujian ini tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji asumsi regresi klasik.
gletsjer menunjukkan bahwa semua variabel bebas tidak signifikan terhadap nilai absolute 23 -
Volume 1, No. 2, Mei 2013
Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala residual regresi. Hal ini menandakan bahwa pada model regresi yang terbentuk bebas dari gejala heterokesdastisitas.
Analisis Kekuatan Pengaruh Variabel Bebas terhadap Variasi Variabel Terikat Hubungan antara variabel-variabel independen penelitian yaitu nilai tukar, SBI, Inflasi, dan pertumbuhan GDP secara bersama-
Uji Normalitas Berdasarkan hasil
uji
Kolmogorov
Smirnov diketahui Kurs = 1.208 ; SBI = 1.135 ; INF = 1.190 ; GDP = 0.801 ; IHSG = 0.834. Hasil ini menunjukkan nilai signifikansi uji lebih besar dari 0,05. Hal ini menandakan data yang digunakan dalam regresi berdistribusi
sama dengan IHSG sebagai variabel dependen terlihat pada Koefisien R = 0,971 menunjukkan hubungan yang kuat atara variabel independen dengan variabel dependen. Nilai R square sebesar
0,943 yang berarti bahwa 94,3% perubahan IHSG dapat dijelaskan oleh keempat variabel bebas yaitu: nilai tukar, SBI, inflasi,
normal.
dan pertumbuhan GDP. Sedangkan sisanya Uji Autokorelasi 5,7% dipengaruhi oleh sebab‐sebab lain di luar
Pada uji regresi menghasilkan nilai Durbin‐Watson sebesar
1.731.
model.
Dengan
Hasil uji signifikan simultan yaitu uji F
demikian, nilai Durbin Watson tersebut berada sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari pada interval 1,55 sampai dengan 2,46 sehingga derajat kesalahan yaitu sebesar 5 persen. Dari model regresi linier berganda tersebut tidak hasil uji F ini berarti nilai tukar, SBI, inflasi dan terjadi gejala autokorelasi.
pertumbuhan GDP (variabel bebas) secara simultan
Perumusan Model Persamaan Regresi Berdasarkan output regresi linear, model berpengaruh
signifikan terhadap
pergerakan IHSG (variabel terikat). Hasil uji
signifikan
secara parsial
pengaruh nilai tukar, suku bunga SBI, inflasi, regresi berganda dirumuskan:
dan pertumbuhan GDP terhadap IHSG diuji IHSG = 3344,443- 0,363Kurs + 33,163Inf + 0,002GDP dengan uji t dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Persamaan regresi menunjukkan bahwa konstanta sebesar 3344,443. Koefisien regresi untuk nilai tukar (kurs) sebesar -0,363, suku bunga SBI sebesar
-70,354 dan
pertumbuhan GDP sebesar 0,002.
Volume 1, No. 2, Mei 2013 - 24
Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Tabel 1. Hasil Uji Satatistik T
Unstandardized Coefficients Model Std. B Error 1 (Constant) 3344.443 803.935 KURS -.363 .082 SBI -70.354 33.750 INF 33.163 21.924 GDP .002 .000 a. Dependent Variable: IHSG
Coefficientsa Standardized Coefficients T
Sig.
Beta -.183 -.157 .099 .919 Collinearity Statistics Tolerance 4.160 -4.429 -2.085 1.513 17.379 .000 .000 .044 .139 .000
.886 .264 .348 .538
VIF 1.129 3.781 2.872 1.858
Sumber: Data sekunder yang diolah.
Kemampuan nilai tukar (Kurs) mempengaruhi IHSG Berdasarkan Tabel diketahui nilai tukar menghasilkan nilai t hitung sebesar
Kemampuan SBI mempengaruhi IHSG -4,429.
Berdasarkan Tabel diketahui bahwa suku Variabel ini mempunyai tingkat signifikansi bunga SBI menghasilkan nilai t hitung sebesar - sebesar 0,000. Dibandingkan dengan derajat 2,085 dan mempunyai tingkat signifikansi kesalahan sebesar 5 persen, variabel ini sebesar 0,044. Dibandingkan dengan derajat termasuk signifikan. Nilai signifikansi variabel kesalahan sebesar 5 persen, variabel ini nilai tukar lebih kecil dari derajat kesalahan termasuk signifikan. Nilai signifikansi variabel artinya H0 ditolak dan Ha diterima. Dari hasil SBI lebih kecil dari derajat kesalahan yang uji t disimpulkan bahwa nilai tukar berpengaruh artinya bahwa H0 ditolak dan Ha dapat diterima.
negatif dan signifikan terhadap pergerakan Dari hasil uji t disimpulkan bahwa suku bunga IHSG. Hasil penelitian ini sesuai dengan SBI
penelitian
terhadap pergerakan IHSG. Hasil penelitian ini dilakukan
Hardiningsih, dkk
oleh (2002), Kewal (2012), Setyorini dan
Supriyadi (2000).
berpengaruh negatif dan signifikan
sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kandir (2008), Hooker (2004) dan Gjerde Pengaruh variabel kurs rupiah terhadap
dan Saettem (1999).
IHSG menunjukkan hasil yang negatif dan Kenaikan tingkat suku bunga SBI dapat
signifikan. Mengindikasikan apabila nilai tukar meningkatkan beban perusahaan (emiten) untuk rupiah meningkat (rupiah terdepresiasi), maka memenuhi
akan menurunkan indeks harga saham, dan sehingga menurunkan laba perusahaan dan sebaliknya. Hasil penelitian juga konsisten akhirnya harga sahampun turun. Kenaikan suku kepada
bank
“portfolio-
bunga SBI juga potensial mendorong investor balance” meyakini harga saham mempengaruhi mengalihkan dananya ke pasar uang (tabungan) nilai tukar uang secara negatif (Saini dkk., 2002).
maupun deposito.
dengan 25 - teori, dimana model
kewajiban/utang
Volume 1, No. 2, Mei 2013
Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Keuntungan yang tinggi menjadi daya tarik
Kemampuan Inflasi mempengaruhi IHSG
bagi para investor untuk membeli saham Berdasarkan Tabel
diketahui bahwa
Inflasi menghasilkan nilai t hitung sebesar 1,513 dan mempunyai tingkat signifikansi perusahaan
tersebut, sehingga akan
meningkatkan indek harga saham di pasar modal (Tandelin, 2001).
sebesar 0,139. Apabila dibandingkan dengan derajat kesalahan sebesar 5 persen, tingkat signifikansi
Inflasi lebih besar.
Hal ini
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
menunjukkan H0 diterima dan Ha ditolak. Dari hasil uji t disimpulkan bahwa Inflasi tidak berpengaruh
signifikan dalam terhadap
pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan. Hasil ini didukung oleh hasil penelitian Kewal (2012), Sangkyun (1997) dan Mok (1993). Kemampuan Pertumbuhan mempengaruhi IHSG.
GDP
signifikansi dan
mempunyai tingkat 0,000.
Apabila sebesar
dibandingkan dengan derajat kesalahan sebesar 5 persen, tingkat signifikansi GDP lebih kecil, yang artinya bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Dari
hasil uji t
disimpulkan
bahwa
pertumbuhan GDP berpengaruh positif dan signifikan terhadap pergerakan IHSG. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sangkyun (1997). Pertumbuhan pertumbuhan ekonomi
GDP ekonomi, membaik masyarakatpun akan
maka
pertumbuhan daya beli
meningkat dan
memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk meningkatkan penjualan,
berarti bahwa 94,3% pergerakan IHSG dapat dijelaskan keempat variabel bebas nilai tukar,
SBI, inflasi, dan
pertumbuhan GDP. Sisanya 5,7 persen
2. Hasil uji signifikan simultan yaitu uji F, menunjukkan nilai tukar, SBI, inflasi dan pertumbuhan GDP
secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG. 3. Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai tukar,
suku bunga SBI dan pertumbuhan GDP berpengaruh signifikan, sedangkan inflasi tidak berpengaruh
signifikan terhadap
terhadap pergerakan IHSG. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti mengindikasikan jika
1. Nilai R square diketahui sebesar 0,943 yang dipengaruhi sebab lain di luar model.
pertumbuhan GDP menghasilkan nilai t hitung 17,379 pembahasan, maka kesimpulannya yaitu :
yaitu:
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa sebesar
Berdasarkan hasil analisis data dan sehingga
menyarankan sebagai berikut: 1. Sebaiknya otoritas
mengendalikan moneter
IHSG dalam
memprioritaskan
pada kebijakan stabilitas nilai tukar, suku bunga SBI
dan
pertumbuhan
GDP,
sehingga memperkuat pengendalian dan
menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Volume 1, No. 2, Mei 2013 - 26
Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala stabilitas pasar saham di BEI. 2. Untuk penelitian selanjutnya, dianggap perlu mengkaji kembali faktor-faktor lain yang
dapat IHSG,
mempengaruhi misalnya faktor
pergerakan fundamental
perusahaan seperti laba, rugi, dan faktor internal perusahaan
(emiten), serta
peraturan pemerintah dan undang-undang yang mengatur tentang pasar modal.
DAFTAR KEPUSTAKAAN Almilia, L.S., 2004. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kondisi Financial Distress Suatu Perusahaan Yang Terdaftar di BEJ. Simposium Nasional Akuntansi. Ke.VL.
HaI. 546-564. Robbert, A., 1997. Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Mediasoft. Badan Pusat Statistik, 2012. Tabel input-output Indonesia. Jakarta: BPS. Bank Indonesia, 2012. Indonesia Financial Statistic. Jakarta: BI. Bursa Efek Indonesia, 2012. Buku Panduan Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia. Bursa Efek Indonesia. Gujarati, D.N., 2006. Dasar-dasar Ekonometrika. Jilid 1. Alih Bahasa Julius Mulyadi. Jakarta: Salemba Empat. Handayani, 2007. Pengaruh Tingkat Bunga SBI, Nilai Kurs Dollar AS dan Tingkat Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (Studi di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Keuangan dan Bisnis. Vol. 5, No.l Maret 2007, Hal 55-67. Harianto, Farid dan Siswanto Sudomo, 2000. Perangkat dan Teknik Analisis Investasi di Pasar Modal Indonesia.
Jakarta: BEJ. Haryanto, M., dan Dedi Riyatno, 2007. Pengaruh Suku Bunga SBI dan Nilai Kurs Terhadap Resiko Sistematik Saham Perusahaan di BEJ. Jurnal Keuangan dan Bisnis. Vol. 5, No.l Maret 2007, Hal 24-40. Husnan, S., 2000. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas di Pasar Modal. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Hooker, M.A., 2004. Macroeconomic Factors and
Emerging Market Equity Returns: A Bayesian Model Selection Approach. Journal Emerging Markets Review. 5:379‐387. Jogiyanto, H., 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE.
Kandir, S. Y., 2008. Macroeconomic Variables, Firm
27 -
Volume 1, No. 2, Mei 2013
Characteristics and Stock Returns: Evidence from Turkey. International Research Journal of Finance and Economics. ISSN 1450‐2887 Issue 16 Kewal, S.S., 2012. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB Terhadap IHSG. Jurnal Economia. Volume 8. No. 1, April 2012, Hal 53-64.
Ma, C.K., and Kao, G.W., 1990. On Exchange Rate Changes and Stock Prices Reaction. Journal of Business Finance and Accounting. Hal. 441-49. Mankiw, N. G., 2003. Teori Makro Ekonomi. Edisi kelima. Alih Bahasa Imam Nurmawan. Jakarta: Erlangga. Mansur, M., 2004. Pengaruh Indeks Bursa Global Terhadap IHSG pada Bursa Efek Jakarta (BEJ). Periode 2000-2002. Fakultas Ekonomi
Universitas Padjajaran Bandung. Mok, H. M., 1993. Causality of Interest Rate, Exchange Rate, and Stock price at Stock Market Open and Close in Hongkong. Asia Pacific Journal of Management.
VoI.X. hal 123-129 Nopirin., 2000. Ekonomi Moneter. Buku 2, Edisi ke 1. Cetakan kesepuluh.
Yogyakarta: BPFE UGM. Saini, A., Muzawar dan M.Azali., 2002. Stock Price and Exchange Rate Interaction in Indonesia: An Empirical Inquiry. Jurnal Ekonomi dan Keuangan Indonesia. Volume L No.3. Hal 311324. Salvatore., 2007. Ekonomi Internasional. Jilid 2. Alih Bahasa Haris Munandar.
Jakarta: Erlangga. Samuelson dan Nordhaus., 2004. Ilmu Makro Ekonomi. Edisi Tujuh Belas. PT.
Media Jakarta: Global Edukasi. Sangkyun, P., 1997. Rationality of negative Stock Price Responses to Strong Economics Activity. Journal Financial Analyst. Sept/Oct 1997. Hal. 35-43. Satiningsih, 2005.
Pergerakan Harga Saham dan Pengukuran Pengembalian Resiko Saham BUMN. Jakarta: Universitas Gunadarma. Setyorini, dan Supriyadi., 2000. Hubungan Dinamis antara Nilai Tukar Rupiah dan Harga Saham di Bursa Efek Jakarta Pasca Penerapan Sistem Devisa Bebas Mengambang.
Simposium Akuntansi Nasional. Ke III. Hal 771-793. Suciwati, D.P., 2002. Pengaruh Resiko Nilai Tukar Rupiah Terhadap Return Saham: Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vo1.17 No.4: 347-360. Tandelilin, E., 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Fortofolio. Yogyakarta: BPFE. Taylor, J.B., 2000. Low Inflation, Pass through and Pricing Power of Firm. Journal of Economic Perspective. Utami, M., dan Rahayu, Mudjilah., 2003. Peranan Profitabilitas, Suku Bunga, Inflasi
Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala dan Nilai Tukar dalam Mempengaruhi Pasar Modal Indonesia Selama Krisis Ekonomi.
Jurnal Ekonomi Manajemen. Vol. S, No.2. Hal 58-67.
Volume 1, No. 2, Mei 2013 - 28