• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELATIHAN MANDOR PEMBESIAN / PENULANGAN BETON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PELATIHAN MANDOR PEMBESIAN / PENULANGAN BETON"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

PELATIHAN

MANDOR PEMBESIAN / PENULANGAN BETON

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

(2)

i

KATA PENGANTAR

Laporan UNDP tentang : Human Development Index (HDI) tertuang dalam Human Development Report, 2004, mencantumkan Indeks Pengembangan SDM Indonesia pada urutan 111, satu tingkat di atas Vietnam urutan 112 dan jauh di bawah dari Negara- negara ASEAN terutama Malaysia urutan 59, Singapura urutan 25, dan Australia urutan 3, merupakan sebuah gambaran kondisi pengembangan SDM kita.

Bagi para pemerhati dan khususnya bagi yang terlibat langsung dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), kondisi tersebut merupakan tantangan sekaligus sebagai modal untuk berpacu mengejar ketinggalan dan obsesi dalam meningkatkan kemampuan SDM paling tidak setara dengan Negara tetangga ASEAN, terutama menghadapi era globalisasi.

Untuk mengejar ketinggalan telah banyak daya upaya yang dilakukan termasuk perangkat pengaturan melalui penetapan undang-undang antara lain :

 UU. No. 18 Tahun 1999, tentang : Jasa Konstruksi beserta peraturan pelaksanaannya, mengamanatkan bahwa setiap tenaga : Perencana, Pelaksana, dan Pengawas harus memiliki sertifikat, dengan pengertian sertifikat kompetensi keahlian atau ketrampilan kerja. Untuk melaksanakan kegiatan sertifikasi berdasarkan kompetensi diperlukan tersedianya “Bakuan Kompetensi” untuk semua tingkatan kualifikasi dalam setiap klasifikasi di bidang Jasa Konstruksi.

 UU. No. 13 Tahun 2003, tentang : Ketenagakerjaan, mengamanatkan (Pasal 10 Ayat (2)). Pelatihan kerja diselenggarakan berdasarkan program pelatihan yang mengacu pada standard kompetensi kerja.

 UU. No. 20 Tahun 2003, tentang : Sistem Pendidikan Nasional, dan peraturan pelaksanaannya, mengamanatkan Standar Nasional Pendidikan sebagai acuan pengembangan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi).

 UU. No. 7 Tahun 2004, tentang : Sumber Daya Air menetapkan pada Pasal 71 Ayat 1 dan 2 bahwa :

- (1) Menteri yang membidangi sumber daya air dan menteri yang terkait dengan bidang sumber daya air menetapkan standar pendidikan khusus dalam bidang sumber daya air

(3)

ii (2) Penyelenggaraan pendidikan bidang sumber daya air dapat dilaksanakan, baik

oleh Pemerintah, pemerintah daerah maupun swasta sesuai dengan standar pendidikan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Mengacu pada amanat undang-undang tersebut di atas, diimplementasikan kedalam konsep Pengembangan Sistem Pelatihan Jasa Konstruksi, yang oleh PUSBIN KPK (Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi) pelaksanaan programnya didahului dengan mengembangkan SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia), SLK (Standar Latih Kompetensi), dimana keduanya disusun melalui analisis struktur kompetensi sektor/sub-sektor konstruksi sampai mendetail, kemudian dituangkan dalam jabatan-jabatan kerja yang selanjutnya dimasukan ke dalam Katalog Jabatan Kerja.

Modul Pelatihan adalah salah satu unsur paket pelatihan sangat penting karena menyentuh langsung dan menentukan keberhasilan peningkatan kualitas SDM untuk mencapai tingkat kompetensi yang ditetapkan, disusun dari hasil inventarisasi jabatan kerja yang kemudian dikembangkan berdasarkan SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) dan SLK (Standar Latih Kompetensi) yang sudah disepakati dalam suatu Konvensi Nasional, dimana modul-modulnya maupun materi uji kompetensinya disusun oleh Tim Penyusun/tenaga professional dalam bidangnya masing-masing, merupakan suatu produk yang akan dipergunakan untuk melatih, dan meningkatkan pengetahuan dan kecakapan agar dapat mencapai tingkat kompetensi yang dipersyaratkan dalam SKKNI, sehingga dapat menyentuh langsung sasaran pembinaan dan peningkatan kualitas tenaga kerja konstruksi agar menjadi kompeten dalam melaksanakan tugas pada jabatan kerjanya.

Dengan penuh harapan modul pelatihan ini dapat dimanfaatkan dengan baik, sehingga cita-cita peningkatan kualitas SDM khususnya di bidang jasa konstruksi dapat terwujud.

Jakarta, Nopember 2006 Kepala Pusat

Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi

Ir. Djoko Subarkah, Dipl. HE.

NIP : 110016435

(4)

iii

PRAKATA

Modul : Jadwal Kerja harian dan mingguan, merupakan uraian penjelasan serta prinsip – prinsip umum bagaimana seorang mandor merencanakan pekerjaannya di dalam pelaksanaan pekerjaan pembesian / penulangan beton.

Salah satu unit kompetensi Jabatan Mandor Pembesian / Penulangan beton yang sudah dibahas didalam konvensi nasional menyebutkan bahwa mandor pembesian harus mampu membuat jadwal kerja harian dan mingguan.

Representasi dari unit kompetensi tersebut ialah bahwa mandor di dalam pelaksanaan pekerjaan harus juga bisa merencanakan dulu apa-apa yang akan dikerjakan baik volume, mutu dan waktu, dengan membuat jadwal kerja harian dan mingguan yang didukung juga oleh jadwal pengadaan tenaga kerja, peralatan dan material.

Perlu diketahui bahwa modul ini sebagai salah satu unsur dalam satu kesatuan paket pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton berdasarkan metodologi pelatihan berbasis kompetensi (Competency Based Training – CBT).

Biarpun telah dipersiapkan secara matang yang mengacu kepada SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) dan SLK (Standar Latih Kompetensi) yang sudah dibahas dalam konvensi nasional yang dihadiri para pakar atau ahlinya dan asosiasi profesi, dimaklumi bahwa materi pelatihan ini dimasa mendatang perlu terus disempurnakan.

Sehubungan dengan itu sumbang saran dan koreksi dari semua pihak sangat diharapkan.

Jakarta, November 2006

Tim Penyusun

(5)

iv

LEMBAR TUJUAN

JUDUL PELATIHAN : MANDOR PEMBESIAN / PENULANGAN BETON JUDUL MODUL : JADWAL KERJA HARIAN DAN MINGGUAN TUJUAN PELATIHAN

A.

Tujuan Umum Pelatihan

Setelah selesai mengikuti pelatihan, peserta diharapkan mampu :

Menyiapkan, mengkoordinir dan memeriksa pembesian / penulangan pada pekerjaan konstruksi beton bertulang.

B. Tujuan Khusus Pelatihan

Setelah mengikuti pelatihan peserta mampu :

1. Menerapkan UUJK, K3 dan ketentuan pengendalian lingkungan kerja 2. Menguasai rencana pembuatan pembesian/penulangan beton sesuai

spesifikasi pembesian, gambar kerja, Instruksi kerja (IK), jadwal (schedule) kerja proyek

3. Membuat jadwal (schedule) kerja harian dan mingguan

4. Melakukan pekerjaan persiapan pembesian/penulangan beton 5. Mengkoordinir dan mengawasi pembuatan dan pemasangan

pembesian/penulangan beton

6. Memeriksa, mengevaluasi dan melaporkan hasil pelaksanaan pembuatan dan pemasangan pembesian/penulangan beton.

7. Menguasai dan melaksanakan kontrak/perjanjian kerja

(6)

v

NOMOR / JUDUL MODUL : RCF – 03 : JADWAL KERJA HARIAN DAN

MINGGUAN TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM (TPU)

Setelah modul ini dipelajari peserta mampu : Merencanakan pelaksanaan pekerjaan dengan membuat jadwal kerja harian dan mingguan.

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS (TPK)

Setelah modul ini selesai dipelajari, peserta mampu : 1. Membuat jadwal kerja harian dan mingguan 2. Membuat jadwal kebutuhan tenaga kerja 3. Membuat jadwal kebutuhan alat

4. Membuat jadwal kebutuhan bahan / material

(7)

vi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

PRAKATA ... iii

LEMBAR TUJUAN ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DESKRIPSI SINGKAT DAN DAFTAR MODUL ... viii

PANDUAN PEMBELAJARAN ... x BAB 1 PENDAHULUAN ... 1 - 1 1.1. Umum ...1 - 1

RANGKUMAN LATIHAN

BAB 2 ANALISIS SUMBER DAYA PROYEK ...2 - 1 2.1. Produktifitas ... 2 - 2 2.2. Waste ...2 - 3 RANGKUMAN

LATIHAN

BAB 3 MEMBUAT JADWAL KERJA HARIAN ... 3 - 1 3.1. Hal-hal yang perlu dipahami dan dipertimbangkan ... 3 - 1 3.2. Langkah-langkah dalam membuat jadwal kerja harian ...3 - 2 3.3. Contoh jadwal kerja ...3 - 5 RANGKUMAN

LATIHAN

BAB 4 MEMBUAT JADWAL KEBUTUHAN TENAGA ... 4 - 1 4.1. Analisis sumber daya tenaga kerja ...4 - 1 4.2. Membuat jadwal kebutuhan tenaga ...4 - 3 4.3. Contoh jadwal kebutuhan tenaga ...4 - 6 RANGKUMAN

LATIHAN

(8)

vii BAB 5 MEMBUAT JADWAL KEBUTUHAN ALAT ... 5 - 1

5.1. Analisis sumber daya alat ...5 - 1 5.2. Membuat jadwal kebutuhan alat ...5 - 3 RANGKUMAN

LATIHAN

BAB 6 MEMBUAT JADWAL KEBUTUHAN BAHAN ... 6 - 1 6.1. Analisis sumber daya material ...6 - 1 6.2. Membuat jadwal kebutuhan bahan ...6 - 4 RANGKUMAN

LATIHAN

DAFTAR PUSTAKA

(9)

viii

DESKRIPSI SINGKAT

PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN

1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Mandor Pembesian / Penulangan Beton dibakukan dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya sudah dirumuskan uraian jabatan, unit-unit kompetensi yang harus dikuasai, elemen kompetensi lengkap dengan kriteria unjuk kerja dan batasan-batasan penilaian serta variable-variablenya.

2. SLK (Standar Latih Kompetensi) disusun dengan mengacu kepada SKKNI, dimana uraian jabatan dirumuskan sebagai Tujuan Umum Pelatihan dan Unit-unit kompetensi dirumuskan sebagai Tujuan Khusus Pelatihan, kemudian elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja (KUK) dikaji dan dianalisis unsur kompetensinya, yaitu : Pengetahuan, Ketrampilan dan sikap kerja, selanjutnya kurikulum, silabus dan indikator keberhasilan pembelajaran ditetapkan sesuai level kompetensinya.

3. Untuk mendukung tercapainya tujuan pelatihan tersebut, berdasarkan rumusan kurikulum, silabus dan indikator keberhasilan pembelajaran yang ditetapkan dalam SLK, disusunlah seperangkat modul-modul sebagai bahan pembelajaran pelatihan seperti tercantum dalam “ DAFTAR MODUL “ dibawah ini.

DAFTAR MODUL

PELATIHAN : Mandor Pembesian / Penulangan Beton

NO. KODE JUDUL NO. REPRESENTASI UNIT

KOMPETENSI 1. RCF - 01 UUJK, K3 dan Pengendalian

Dampak Lingkungan

1 Menerapkan UUJK, K3 dan ketentuan pengendalian lingkungan kerja

2. RCF - 02 Standar dan Rencana Kerja Pembuatan Pembesian / Penulangan Beton

2 Menguasai rencana pembuatan pembesian / penulangan beton sesuai spesifikasi pembesian / penulangan beton, gambar kerja, Instruksi Kerja (IK) dan Schedule Kerja Proyek 3. RCF - 03 Jadwal kerja harian dan

mingguan 3 Membuat jadwal

(schedule) kerja harian dan mingguan

4. RCF - 04 Prosedur dan teknik pembuatan dan pemasangan pembesian / penulangan beton

(10)

ix A. Pekerjaan Persiapan 4 Melakukan Pekerjaan

Persiapan Pembesian / Penulangan Beton B. Pembuatan dan Pemasangan

Pekerjaan Pembesian / Penulangan Beton

5 Mengkoordinir dan

mengawasi pembuatan dan pemasangan pembesian / penulangan beton

C. Pemeriksaan, Evaluasi dan Pelaporan Pelaksanaan Pekerjaan Pembesian

6 Memeriksa, mengevaluasi dan melaporkan hasil pelaksanaan pembuatan dan pemasangan

pembesian / penulangan beton

5. RCF - 05 Perjanjian Kerja dan Manajemen Untuk Mandor

7 Menguasai dan

melaksanakan kontrak / perjanjian kerja

(11)

x

P A N D U A N P E M B E L A J A R A N

Pelatihan : Mandor Pembesian / Penulangan Beton Judul : Jadwal Kerja Harian dan Mingguan

Deskripsi : Jadwal kerja merupakan satu bentuk perencanaan waktu yang sangat penting untuk diketahui dan diterapkan pada pelaksanaan pekerjaan sehari-hari seorang mandor. Dengan perencanaan yang baik maka target mandor untuk melaksanakan pekerjaan sesuai waktu, mutu dan biaya dapat terlaksana dengan baik.

Tempat kegiatan : Dalam ruang kelas

Waktu Kegiatan : 2 jam pelajaran (1 jam pelajaran = 45 menit)

No. Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung 1. Ceramah : Pembukaan

- Menjelaskan Tujuan Pembelajaran Umum dan Khusus (TPU & TPK)

- Mengikuti penjelasan TPU &

TPK dengan tekun dan aktif

OHT No. 1.1 s/d 1.5 - Merangsang motivasi peserta dengan

pertanyaan atau pengalamannya dalam membuat jadwal kerja harian dan mingguan

- Mengajukan pertanyaan apabila kurang jelas

- Waktu : 5 menit 2. Ceramah : Pendahuluan

- Menjelaskan mengenai jadwal dan kegunaannya. Dari jadwal kita tahu tentang “ Apa “ akan berlangsung

“Kapan “ dan “berapa lama“. Pemberi pekerjaan biasanya mempunyai jadwal kerja secara garis besar, sedangkan mandor menyusun jadwal kerja harian

- Mendengarkan penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif

- Mencatat hal-hal yang perlu - Bertanya bila perlu

OHT No. 2.1 s/d 2.3

- Waktu : 10 menit

- Bahan : Materi Serahan (Bab. 1 : Pendahuluan)

(12)

xi

3. Ceramah : Analisis Sumber Daya Proyek

- Jadwal pelaksanaan pekerjaan harus didukung oleh jadwal sumber daya proyek yaitu jadwal tenaga kerja, peralatan material dan uang. Inti dari analisa sumber daya proyek yaitu produktifitas dan waste

- Mendengarkan penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif

- Mencatat hal-hal yang perlu - Bertanya bila perlu

OHT No. 3.1 s/d 3.7

- Waktu : 15 menit

- Bahan : Materi Serahan (Bab.2 : Analisis sumber daya proyek)

4. Ceramah : Membuat jadwal kerja harian.

- Menguraikan hal-hal yang perlu dipahami di dalam membuat jadwal kerja harian dilanjutkan dengan langkah-langkah membuat jadwal tersebut.

- Mendengarkan penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif

- Mencatat hal-hal yang perlu - Bertanya bila perlu

OHT No. 4.1 s/d 4.6

- Waktu : 15 menit

- Bahan : Materi Serahan (Bab.3 : Membuat jadwal kerja harian) 5. Ceramah : Membuat jadwal kebutuhan

tenaga

- Analisis sumber daya tenaga kerja dibuat dulu berdasarkan produktifitas tenaga kerja itu sendiri. Dengan menentukan / menghitung produktifitas maka dapat dibuat jadwal tenaga kerja yang realitis

- Mendengarkan penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif

- Mencatat hal-hal yang perlu - Bertanya bila perlu

OHT No. 5.1 s/d 5.6

- Waktu : 15 menit

- Bahan : Materi Serahan (Bab.4 : Membuat jadwal kebutuhan tenaga) 6. Ceramah : Membuat jadwal kebutuhan

alat

- Produktifitas alat merupakan hal terpenting di dalam membuat analisa sumber daya alat. Hal tersebut akan mendesain pembuatan jadwal kebutuhan alat.

- Mendengarkan penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif

- Mencatat hal-hal yang perlu - Bertanya bila perlu

OHT No. 6.1 s/d 6.6

- Waktu : 15 menit

- Bahan : Materi Serahan (Bab.5 : Membuat jadwal kebutuhan alat)

(13)

xii

7. Ceramah : Membuat jadwal kebutuhan bahan

- Waste adalah hal yang penting pada manajemen pengelolaan bahan, dengan menentukan waste maka dapat dibuat jadwal kebutuhan bahan yang realistis

- Mendengarkan penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif

- Mencatat hal-hal yang perlu - Bertanya bila perlu

OHT No. 7.1 s/d 7.5

- Waktu : 15 menit

- Bahan : Materi Serahan (Bab.6 : Membuat jadwal kebutuhan bahan) 8. Praktek

- Menjelaskan kembali cara pembuatan jadwal harian / mingguan, jadwal kebutuhan tenaga kerja, peralatan dan bahan

- Memberikan soal latihan pembuatan jadwal – jadwal tersebut untuk dikerjakan para peserta.

- Memberikan penjelasan atas setiap pertanyaan peserta

- Mengikuti penjelasan dengan tekun dan aktif - Mencatat hal-hal yang perlu - Mengajukan pertanyaan bila

perlu

- Mengerjakan soal latihan pembuatan jadwal harian, tenaga kerja, peralatan dan bahan.

- OHT - Papan Tulis - Kertas

- Waktu : 2 jam pelajaran

(14)

xiii

M A T E R I S E R A H A N

(15)

1 - 1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Umum

Sebagai Mandor, Anda harus melaksanakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab Anda sesuai dengan Waktu, Mutu dan Biaya yang telah ditentukan. Agar berhasil baik, Anda harus merencanakannya dengan baik pula. Jika tidak, mungkin gagal menepati waktu, atau tepat waktu, tetapi biaya tinggi.

Jadwal kerja merupakan salah satu bentuk rencana yang diperlukan Mandor untuk memudahkan mengendalikan waktu. Karena itu, membuat jadwal merupakan kemampuan yang harus dimiliki Mandor. Modul ini akan membantu Anda dalam membuat jadwal kerja.

Jadwal dan Kegunaannya

Jadwal adalah daftar atau table yang memuat waktu dan kegiatan, kejadian atau acara yang terkait. Dari jadwal kita tahu tentang “apa” akan berlangsung “kapan”

dan “berapa lama”.

Seorang Mandor harus melaksanakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, sesuai waktu, mutu, dan biaya yang telah ditentukan.

Gara-gara tanpa jadwal kerja ada kegiatan terlupakan urutan salah akibatnya, rugi tenaga, rugi waktu.

Mandor melaksanakan borongan sebagian pekerjaan konstruksi. Maka harus dapat bekerja dalam ketentuan yang telah disepakati oleh kontraktor dan pemilik proyek.

Harus selesai tepat waktu. Kalau mungkin lebih cepat dengan biaya tetap berarti untung. Umumnya kontraktor mempunyai jadwal kerja secara garis besar.

Berdasarkan itu, Mandor harus dapat menyusun jadwal kerja harian yang lebih rinci, guna pegangan kerja bagi dirinya serta para tukang.

(16)

1 - 2

Jadwal Kerja Proyek Perumahan Murah

Sebagai contoh apabila seorang Mandor diberi tugas membangun MCK, dengan waktu 16 hari sesuai gambar dan biaya yang disetujui bersama. Maka Mandor harus membuat jadwal harian sebagai berikut :

Jadwal Kerja Harian Pembuatan MCK I

(17)

1 - 3

Apabila ternyata bisa selesai dalam waktu 13 hari maka diperkirakan akan mendapatkan keuntungan yang memadai. Dari jadwal tersebut, kegiatan, urutan dan waktunya, semua jelas, tak akan terlupakan, terlewatkan, maupun salah urutan.

Tukang, pelaksana dan orang lain dapat melihatnya bila ada kekeliruan dapat ikut memperbaiki. Dan yang penting, anda mempunyai pegangan kerja agar pelaksanaan pekerjaan dapat tepat waktu, inilah salah satu kegunaan jadwal kerja.

Dari jadwal kerja anda akan tahu kegiatan apa saja yang harus dilakukan, kapan harus mulai dan kapan harus selesai.

Dapat pula anda gunakan sebagai dasar memperkirakan dan menghitung kebutuhan tenaga, peralatan, upah dan sumber daya lain. Dan juga sebagai alat pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kerja, terutama menyangkut waktu.

Berdasarkan jadwal kerja harian itu, Anda dapat membuat jadwal kebutuhan tenaga yang memuat jenis tenaga dan jumlahnya, yang diperlukan setiap harinya.

Sebagaimana diketahui apabila kita membuat jadwal kerja harian berdasarkan jadwal kerja induk dari pemberi pekerjaan biasanya berupa jadwal kerja

(18)

1 - 4

bulanan, maka langkah pertama ialah menghitung sumber daya yang akan digunakan baik sumber daya peralatan, material dan tenaga kerja maupun uang.

Untuk itu pada bab – bab berikut akan diuraikan perlunya membuat analisa sumber daya proyek dimana kuncinya adalah analisa kebutuhan sumber daya tenaga kerja dan peralatan membutuhkan pengetahuan dan perhitungan mengenai “ produktifitas” sedangkan analisa kebutuhan sumber daya material / bahan membutuhkan pengetahuan dan perhitungan mengenai “ waste “.

Pada bab berikutnya yaitu bab 3, akan diuraikan bagaimana kita membuat jadwal kerja harian / mingguan yang merupakan tugas mandor sebagai rincian dari jadwal kerja induk dari pemberi pekerjaan yang biasanya berupa jadwal kerja bulanan.

Apabila kita akan membuat jadwal kebutuhan tenaga kerja, maka pertama kali adalah bagaimana kita menghitung produktifitas tenaga kerja tersebut tentunya berdasarkan pengalaman mandor yang bersangkutan maupun sesama rekan mandor yang lain. Analisa produktifitas tenaga kerja bisa diambil juga dari analisa BOW, tetapi perhitungan terlalu longgar sehingga nantinya penawaran harga mandor menjadi tidak kompetitif. Pada Bab 4 membuat jadwal kebutuhan tenaga kerja, hal tersebut akan diuraikan secara singkat.

Sebagaimana pembuatan jadwal kebutuhan tenaga kerja, maka pembuatan jadwal kebutuhan alat pada Bab 5, pada dasarnya juga bagaimana kita menghitung produktifitas peralatan yang ada, baik yang manual maupun yang mekanis dihubungkan dengan waktu pelaksanaan yang ada. Produktifitas alat biasanya juga berdasarkan pengalaman mandor yang bersangkutan karena erat hubungannya dengan produktifitas tenaga kerja yang dipunyai mandor.

Pada pembuatan jadwal kebutuhan bahan sesuai Bab 6 maka faktor yang penting ialah bagaimana seorang mandor secara efisien mengelola “waste”

yang ada menjadi tingkat yang paling minimal. Apabila sebuah pekerjaan konstruksi yang dikelola mandor tertentu tercapai tingkat kerugian atau kehilangan material yang minimal maka mandor tersebut akan diberi nilai atau kompetensi yang tinggi oleh pemberi pekerjaan dan tentunya tenaga mandor tersebut akan dipakai lagi pada proyek berikutnya.

(19)

RANGKUMAN

 Jadwal adalah daftar atau tabel tentang waktu dan kegiatan, kejadian atau acara terkait.

 Mandor harus melaksanakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, sesuai dengan waktu, mutu dan biaya yang telah ditentukan, agar terlaksana dengan baik, penting sekali adanya jadwal kerja.

 Dari jadwal kerja dapat diketahui apa saja yang harus dilakukan atau berlangsung, serta kapan dan berapa lama waktunya.

 Jadwal kerja harus dibuat secara tertulis agar : - Semua kegiatan, urutan dan waktunya jelas.

- Orang lain dapat melihat dan menggunakannya - Orang lain dapat ikut memperbaiki bila ternyata - Ada kekeliruan atau ketidak sesuaian

 Jadwal kerja penting bagi mandor, karena merupakan :

- Pegangan kerja agar pelaksanaan pekerjaan dapat lancar, tertib dan tepat waktu.

- Dasar memperkirakan dan menghitung kebutuhan tenaga, upah dan sumber daya lainnya (alat, bahan, uang).

- Alat untuk pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kerja.

- Dasar untuk menyusun jadwal kebutuhan tenaga, alat dan bahan.

(20)

LATIHAN

a) Sebutkan dua hal penting yang secara umum termuat dalam jadwal ?

b) Dengan mempunyai jadwal kerja, apa saja yang segera dapat diketahui oleh mandor ?

c) Mengapa mandor perlu membuat jadwal kerja ?

d) Apa perbedaan antara jadwal kerja kontraktor dan jadwal kerja yang harus dibuat oleh mandor ?

e) Sebutkan kegunaan jadwal kerja bagi mandor ?

(21)

2 - 1

BAB 2

ANALISIS SUMBER DAYA PROYEK

Sudah dijelaskan di atas, bahwa pembuatan jadwal pelaksanaan pekerjaan harus selalu didukung oleh jadwal sumber daya proyek, sebagai dukungan utama/ pokok dalam merealisasikan semua kegiatan yang telah dijadwalkan.

Oleh karena itu, tanpa adanya jadwal sumber daya yang jelas, besar kemungkinan suatu skedul proyek menjadi tidak/ kurang realistik. Dalam jadwal pelaksanaan pekerjaan yang tidak realistik, akibatnya adalah inefisiensi (ketidakefisienan) sehingga dapat menyebabkan pembengkakan biaya ataupun mulurnya waktu pelaksanaan pekerjaan.

Untuk menjamin hal tersebut maka perlu suatu analisis kebutuhan dan jadwal sumber daya proyek konstruksi, yang meliputi :

 Sumber daya tenaga

 Sumber daya alat

 Sumber daya material

Sedangkan sumber daya uang, yang merupakan konsekuensi dari kebutuhan tiga sumber daya tersebut di atas tidak dibahas disini, karena hal tersebut telah diuraikan pada pembahasan pada manajemen untuk mandor.

Analisis kebutuhan sumber daya untuk proyek, terutama yang menyangkut “produktivitas”

dan “waste” harus disesuaikan dengan kenyataan, karena hal tersebut sangat berkaitan dengan kemampuan manajemen bapak mandor itu sendiri.

Data tentang kedua hal tersebut perlu diketahui secara jelas untuk keperluanhal-hal sebagai berikut :

(a) Mengetahui secara jelas tingkat kemampuan mandor dalam bidang efisiensi.

(b) Untuk dapat dipakai sebagai pedoman/ dasar program peningkatan efisiensi seorang mandor borong.

Butir (a) di atas sangat terkait dalam penyusunan penawaran harga borongan agar dapat menghasilkan harga penawaran yang realistic (sesuai dengan kemampuan mandor).

Sedang butir (b) merupakan program yang menerus dalam upaya selalu meningkatkan efisiensi untuk mempertinggi daya saing mandor borong.

(22)

2 - 2

2.1. Produktivitas

Untuk mencari tingkat produktivitas yang ada, baik produktivitas tenaga maupun alat, perlu diketahui/ dipahami hal-hal sebagi berikut :

(1) Pengertian produktivitas

Secara teori, produktivitas adalah output dibagi input, yang dapat digambarkan sebagai berikut :

PRODUKTIVITAS =

INPUT

WAKTU SATUAN

PER OUTPUT

Pembahasan disini dibatasi pada produktivitas tenaga dan alat yang output- nya berupa kuantitas pekerjaan proyek konstruksi.

Output dalam proyek konstruksi dapat berupa kuantitas (atau volume) :

 Pekerjaan galian (m3)

 Pekerjaan timbunan (m3)

 Pekerjaan pemasangan beton (m3)

 Pekerjaan pemasangan formwork (m2)

 Pekerjaan penulangan beton (kg)

 Pekerjaan dinding bata (m2)

 Pekerjaan plesteran, lantai, plafond dan seterusnya.

Sedang input-nya dalah tenaga kerja atau alat (dalam hal ini alat termasuk operatornya). Bila tenaga atau alat bekerja secara individual, maka prodduktivitas yang diukur adalah produktivitas individu. Bila tenaga atau alat bekerja secara kelompok, maka produktivitas yang diukur adalah produktivitas kelompok. Produktivitas kelompok sangat dipengaruhi oleh komposisi dari anggota kelompok.

(2) Faktor yang mempengaruhi produktivitas

Produktivitas tenaga atau alat, dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain sebagai berikut :

 Kondisi pekerjaan dan lingkungan

 Keterampilan tenaga kerja/ kapasitas alat.

 Motivasi tenaga kerja/ operator

 Cara kerja (metode)

 Manajemen (SDM dan alat)

(23)

2 - 3

2.2. Waste

Tingkatwaste juga berkaitan dengan kemampuan mandor dalam mengelola sumber daya material. Untuk mencapai tingkat waste yang kecil, perlu diketahui/ dipahami hal-hal sebagai berikut :

 Pengertianwaste

Waste adalah kelebihan kuantitas material yang digunakan/ didatangkan yang tidak menambah nilai suatu pekerjaan. Waste, hampir selalu ada, apapun penyebabnya. Oleh karena itu, upaya/ program yang realistik adalah menekan waste serendah mungkin.

 Jeniswaste

Jenis waste ada dua yaitu waste individu, yaitu yang menyangkut satu jenis material danwaste campuran, yaitu yang menyangkut material campuran.

Material campuran seperti beton, hot mix dan lain-lain, berasal juga dari raw material (bahan baku). Oleh karena itu, terjadi waste ganda yaitu waste individu untuk bahan bakunya danwaste campuran setelah jadi material campuran. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus.

 Penyebabwaste material

Waste dengan pengertian tersebut di atas dapat terjadi karena hal-hal sebagai berikut :

 Produksi yang berlebihan (lebih banyak dari kebutuhan), termasuk disini dimensi struktur bangunan yang lebih besar dari persyaratan dalam gambar.

 Masa tunggu/ idle, yaitu material yang didatangkan jauh sebelum waktu yang diperlukan.

 Masalah akibat transportasi/ angkutan, baik yang di luar lokasi (site) maupun transportasi di dalam lokasi (site) khususnya untuk material lepas seperti pasir, batu pecah dan lain-lain.

 Proses produksi, termasuk disini mutu yang lebih tinggi dari persyaratan. Misal, diminta beton K 350 tetapi yang dibuat beton K 450, sehingga mungkin terjadi waste untuk semen.

 Persediaan (stok) yang berlebihan.

 Kerusakan/ cacat, baik material maupun produk jadi, termasuk disini material/

produk yang ditolak (reject).

 Kehilangan, termasuk disini berkurangnya kuantitas material akibat penyusutan.

(24)

2 - 4

Khusus untuk pekerjaan pembesian / penulangan beton, hal tersebut termasuk kemampuan seorang mandor borong di dalam mengatur / menghitung dan menempatkan besi beton sisa untuk dimanfaatkan.

Sebagaimana diketahui, oleh pemberi pekerjaan, dari gambar kerja konstruksi pembesian / penulangan beton dibuat Bar Bending Schedule (BBS) atau daftar pembengkokkan besi. Apabila pembengkokkan besi beton tersebut dilaksanakan maka akan terjadi besi beton sisa. Untuk memanfaatkan besi beton sisa tersebut, oleh mandor borong dibuat daftar pemotongan besi dimana disebutkan panjang dari besi beton sisa tersebut, akan dipakai dimana dan bentuk dari konstruksinya seperti apa.

Kemampuan seorang mandor melaksanakan pekerjaannya dan memperkecil “ waste “ dalam arti besi beton sisa yang betul-betul tidak bisa dipakai menjadi minimal, akan mempertinggi kredibilitasnya.

(25)

RANGKUMAN

 Pembuatan jadwal pelaksanaan pekerjaan harus didukung oleh jadwal sumber daya proyek.

 Tanpa adanya jadwal sumber daya, schedule pekerjaan menjadi kurang realistic dan bisa mengakibatkan ketidakefisienan

 Untuk menjamin realistiknya jadwal pelaksanaan pekerjaan, diperlukan analisa sumber daya dan jadwal sumber daya proyek meliputi :

- Sumber daya tenaga kerja - Sumber daya alat

- Sumber daya bahan / material

- Sumber daya uang (dibahas dimanajemen untuk mandor)

 Analisa sumber daya proyek meliputi 2 hal pokok :

- Produktifitas untuk sumber daya tenaga kerja dan alat - Waste untuk sumber daya bahan / material

 PRODUKTIVITAS =

Out put : Kuantitas atau volume

Input : Tenaga kerja atau alat (alat termasuk operator)

 Faktor yang mempengaruhi produktifitas : - Kondisi pekerjaan dan lingkungan - Ketrampilan tenaga kerja / kapasitas alat - Motivasi tenaga kerja / operator

- Cara kerja (metoda)

- Manajemen (SDM dan alat)

 Waste : kelebihan kuantitas material yang digunakan / didatangkan yang tidak menambah nilai pekerjaan. Agar tercapai efisiensi, harus diusahakan waste serendah mungkin.

 Kemampuan mandor pembesian menekan waste tercermin dari kemampuannya mengatur / menghitung dan menempatkan besi beton sisa untuk dimanfaatkan.

INPUT

WAKTU SATUAN

PER OUTPUT

(26)

LATIHAN

 Mengapa pembuatan jadwal pelaksanaan pekerjaan harus didukung oleh jadwal kebutuhan sumber daya ?

 Sebutkan 4 macam sumber daya proyek konstruksi dan uraikan secara singkat !

 Apa gunanya mandor mengetahui produktifitas dan waste !

 Apakah pengertian dari produktifitas ?

 Apakah pengertian dari Waste ?

(27)

3 - 1

BAB 3

MEMBUAT JADWAL KERJA HARIAN

3.1. Hal-hal yang perlu dipahami dan dipertimbangkan Pahami benar-benar :

 Pekerjaan apa yang harus dikerjakan ?

 Berapa volume atau banyaknya ?

 Berapa waktu yang ditentukan ?

 Cara kerja dan mutu hasil yang disyaratkan ?

(28)

3 - 2

Perlu pula dipahami hal-hal yang berkaitan dengan masukan sumber daya tenaga kerja, bahan, alat, ruang atau lokasi kerja, uang ruang atau dana. Hal-hal tersebut mungkin perlu dipertimbangkan dalam penyusunan dan perbaikan jadwal.

1. Tenaga kerja

 Produktivitas tenaga kerja

 Tempat asal 2. Bahan

 Tersedia

 Jarak

 Transport 3. Peralatan

 Produktifitas alat

 Jenis kebutuhan

 Peralatan berat

 Peralatan mekanis

 Peralatan Manual 4. Ruang lokasi kerja

 Tempat kerja tiap jenis kegiatan

 Luas-sempit

 Lingkungan sekitar 5. Uang

 Kemungkinan uang muka

 Cara pembayaran

3.2. Langkah-langkah dalam membuat jadwal kerja harian 1. Pahami pekerjaan

Pahami benar pekerjaan yang harus dilaksanakan :

 Jenis pekerjaan

 Volume

 Waktu

 Spesifikasi

2. Uraikan atau rinci pekerjaan tersebut menjadi kegiatan – kegiatan yang perlu untuk menyelesaikannya

(29)

3 - 3

3. Periksa, cek dan pastikan bahwa semua kegiatan termasuk. Jangan ada kegiatan yang tertinggal atau terlupakan.

4. Susunlah urutan kegiatan-kegiatan pelaksanaan pekerjaan tersebut Contoh : pekerjaan fondasi

 Pembersihan lahan

 Perataan tanah

 Urug/ pasang boplang

 Gali tanah pondasi

 Pasang profil

 Pasang pondasi

 Urug tanah

5. Perkirakan waktu untuk melaksanakan tiap kegiatan berdasar produktivitas.

Berdasar gambar, volume : Gali : 40 m3

Pondasi : 25 m3 Waktu : 15 hari Biasanya 1 orang :

Gali = 2 m3sehari

Pasang pondasi = kira-kira 1,25 m3per hari.

Contoh :

Misalnya tiap kegiatan dikerjakan oleh 1 orang, maka kira-kira : 1. Pembersihan lahan : 4 hari

2. Perataan tanah : 4 hari 3. Ukur/ pasang boplang : 2 hari 4. Gali tanah pondasi : 20 hari 5. Pasang profil : 1 hari

(30)

3 - 4

6. Pasang pondasi : 20 hari 7. Urug tanah : 1 hari

52 hari

Padahal cuma tersedia 15 hari, walau ada kegiatan bersama, terlalu banyak.

6. Lakukan penyesuaian, sehingga sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Jika 1 orang bisa 2 m3 sehari, maka 40 m3 = 20 hari 1 orang, atau 20 orang sehari. Jika mau 4 hari perlu 40/2x4 = 5 orang, jadi 40m3 = 1 orang : 20 hari, atau : 20 orang : 1 hari atau 5 orang : 4 hari.

Berdasar produktifitas tenaga, waktu dapat dikurangi dengan memperbanyak jumlah tenaga. Contoh : hanya disediakan waktu 15 hari, maka dilakukan penyesuaian dengan memperbanyak tenaga kerja, menjadi sebagai berikut : a. Pembersihan lahan : 2 orang - 2 hari

b. Perataan tanah : 2 orang - 2 hari c. Ukur / pasang boplang : 2 orang – 2 hari d. Gali tanah pondasi : 2 orang – 2 hari e. Pasang Profil : 2 orang – 2 hari f. Pasang pondasi : 2 orang – 2 hari g. Urug tanah : 2 orang – 2 hari 17 orang – 16 hari

 Ingat perhitungan jumlah tenaga sesuai kegiatan dan waktu, jangan sampai ada yang menganggur.

 Jika ruang kerja terbatas, jangan datangkan tenaga sekaligus banyak, bisa berdesakan timbul gangguan atau bahaya.

7. Gambarkan yang telah anda lakukan pada langkah – langkah tersebut, pada kertas.

 Buatlah formulir jadwal berisi kolom kegiatan dan kolom waktu seperti contoh berikut, waktu bisa harian, mingguan, sesuai kebutuhan. Panjang ke kanan tergantung waktu yang akan tercantum. Panjang ke bawah tergantung banyaknya kegiatan.

 Masukkan (tulis) kegiatan-kegiatan yang sudah anda susun urutannya (hasil langkah 2-3-4) pada kolom kegiatan seperti ini.

 Masukkan waktu yang telah anda tentukan untuk tiap kegiatan, pada kolom waktu (hasil langkah 5 dan 6).

 Maka jadilah jadwal kerja harian anda seperti dibawah ini, ternyata waktunya hanya 14 hari, karena ada kegiatan yang bisa bersamaan.

(31)

3 - 5

Jadwal kerja harian Pekerjaan Tanah dan Pondasi

3.3. Contoh Jadwal Kerja

(32)

3 - 6

(33)

3 - 7

(34)

RANGKUMAN

 Sebelum membuat jadwal kerja, harus dipahami dulu : - Jenis dan volume pekerjaan

- Waktu yang ditentukan

- Syarat pekerjaan dan mutu hasil

 Untuk memahami hal-hal tersebut, perlu dipelajari : - Gambar kerja

- Jadwal kerja kontraktor

- Petunjuk teknis dan spesifikasi

 Perlu dipahami pula masukan sumber daya yang mungkin perlu dipertimbangkan dalam menyusun dan menyempurnakan jadwal.

 Ada 7 langkah dalam membuat jadwal kerja harian, yaitu : - Pahami pekerjaan (jenis, volume dan mutu)

- Uraikan pekerjaan ke dalam kegiatan – kegiatan

- Cek dan pastikan bahwa semua kegiatan – kegiatan sudah masuk.

- Susun urutan kegiatan

- Perkirakan dan hitung waktu untuk tiap kegiatan - Sesuaikan dengan batas waktu yang ditentukan - Gambarkan jadwal kerja pada kertas

 Memperkirakan atau menghitung waktu untuk tiap kegiatan dilakukan berdasar volume pekerjaan dan produktifitas kerja, artinya satu orang dalam satu hari dapat menyelesaikan berapa banyak ?

 Menggambarkan jadwal kerja dimulai dengan membuat formulir jadwal, yang berisi kolom kegiatan dan kolom waktu, lalu menuliskan kegiatan – kegiatan sesuai urutannya menggambarkan waktu dibelakang tiap kegiatan

(35)

LATIHAN

a) Apa yang harus anda lakukan agar dapat memahami jenis pekerjaan, volume dan spesifikasinya ?

b) Bagaimana cara anda mengetahui batas waktu pelaksanaan pekerjaan yang ditentukan ?

c) Mengapa anda perlu mengetahui produktifitas tukang dan pekerja ? d) Mengapa anda perlu memperhatikan ruangan lokasi kerja ?

(36)

4 - 1

BAB 4

MEMBUAT JADWAL KEBUTUHAN TENAGA

4.1 Analisis Sumber Daya Tenaga Kerja

Penggunaan sumber daya tenaga kerja (mandor, tukang, pekerja) harus diperhitungkan berdasarkan produktifitas mereka dalam menghasilkan produk yang sesuai dengan persyaratan (tidak termasuk quantity waste). Dengan demikian yang menjadi inti analisis kebutuhan dan jadwal sumber daya tenaga kerja adalah perihal produktifitas. Produktifitas tenaga kerja sulit diketahui sebelum dipekerjakan karena tidak adanya sertifikat ketrampilan dari tenaga kerja. Sebenarnya tingkat sertifikat keterampilan dari tenaga kerja memiliki hubungan erat sekali dengan produktifitas.

Dengan demikian melalui sertifikat keterampilan yang mereka miliki, kita dengan mudah dapat memperkirakan produktifitas mereka. Produktifitas tenaga kerja diukur dari hasil kerja mereka yang memenuhi persyaratan yang ada. Oleh karena itu, tenaga kerja (tukang) harus diberitahu secara jelas tentang persyaratan hasil kerja yang dapat diterima. Untuk dapat menunjukkan secara jelas tentang kualitas pekerjaan. (biasanya pekerjaan yang bersifat finishing) maka dapat dibuat mock up, yaitu contoh nyata yang berbentuk fisik dengan skala yang sama (1 : 1).

Indikasi lain yang dapat dipakai untuk memperkirakan produktifitas tenaga kerja adalah gabungan antara pengakuan yang bersangkutan tentang hasil kerja yang dapat diselesaikan per satuan waktu dan harga satuan pekerjaan yang mereka tawarkan serta upah harian tenaga kerja.

Contoh :

Seorang tukang batu yang dibantu dengan 2 orang pekerja mengaku dapat menyelesaikan pasangan bata per hari seluas 12 m2 . Harga borongan yang ia tawarkan adalah Rp. 6.000,00 per m2 dan bila dipekerjakan secara harian, upahnya adalah Rp. 30.000,00 untuk tukang dan Rp. 15.000,00 untuk pekerja per hari.

Data tersebut dapat kita analisis sebagai berikut :

 Biaya per hari :

1 (tukang) x Rp 30.000,00 = Rp. 30.000,00 2 (pekerja) x Rp. 15.000,00 = Rp. 30.000,00 Total = Rp. 60.000,00

 Harga borongan yang ia tawarkan Rp. 6.000,00 per m2

 Pengakuan produktifitas per hari 12 m2.

(37)

4 - 2

Dari butir (1) dan (2) diketahui bahwa produktifitasnya adalah minimal = 60.000 : 6.000 m2 = 10 m2per hari.

Menurut analisis upah per hari dan harga borongan per m2 tersebut, dapat disimpulkan bahwa produktifitas minimal tenaga tersebut adalah 10 m2per hari.

Pengakuan produktifitas per hari sebesar 12 m2dapat diterima secara logika, karena didorong oleh motivasi atau kelebihan jam kerja, angka produktifitas tersebut mungkin sekali untuk dicapai. Bila ada tukang lain yang menajukan tawaran borongan sebesar Rp. 7.000,00 per m2, tetapi menjamin produktifitas sebesar 15 m2 per hari, maka patut jadi bahan pertimbangan. Bila tawaran tukang yang terakhir ini kita analisis maka dibandingkan dengan tukang yang pertama adalah sebagai berikut :

 Tukang yang pertama, memberikan tawaran Rp. 6.000,00 per m2 dengan produktifitas 12 m2.

 Tukang yang kedua dengan produktifitas 15 m2, berarti tawarannya = 15/ 12 x Rp. 6.000,00 = Rp. 7.500,00 (dengan standar produktifitas 15 m2per hari).

 Jadi kesimpulannya tukang yang kedua lebih murah karena waktu penyelesaiannya akan lebih cepat, atau bila tukang yang pertama diminta meningkatkan produktifitasnya sebesar 15 m2per hari, dia akan menambah tenaga atau menambah jam lembur yang mengakibatkan harganya akan naik menjadi lebih besar dari Rp. 7.000,00 per m2 (tawaran tukang yang kedua).

Di dalam kenyataan proyek, waktu pelaksanaan telah menjadi komitmen sehingga harus dipenuhi. Ini berarti produktifitas tidak dapat ditawar-tawar. Oleh karena itu dalam pengadaan kebutuhan tenaga kerja, persyaratannya adalah sebagai berikut :

 Kualitas pekerjaan sesuai spesifikasi pekerjaan (mutu)

 Produktifitas sesuai jadwal (waktu)

 Harga satuan sesuai anggaran (biaya)

Ketiga hal tersebut pada dasarnya adalah variabel-variabel mutu, waktu dan biaya.

Yang ideal tentunya bila ketiga persyaratan tersebut diatas dapat dipenuhi. Oleh karena itu dalam proses pengadaan tenaga kerja, harga bukan satu-satunya persyaratan. Persyaratan lain yang harus dipertimbangkan adalah kualitas hasil pekerjaan dan produktifitasnya. Penggunaan tukang dengan produktifitas yang tinggi lebih dipilih, karena berkaitan langsung dengan jumlah tenaga yang harus diadakan.

Semakin sedikit tenaga yang digunakan tentu akan banyak mengurangi problem, yaitu fasilitas kerja dan lahan kerja. Dalam upaya menjaga dan meningkatkan produktifitas tenaga kerja, maka perlu dilakukan upaya-upaya untuk mengurangi penyebab dari turunnya produktifitas,yaitu :

(38)

4 - 3

(a) Keterampilan tenaga kerja

Tenaga kerja harus diseleksi, baik keterampilan kerjanya (referensi, surat keterangan atau sertifikat) maupun kondisi kesehatannya. Khusus untuk bekerja di daerah ketinggian (untuk gedung bertingkat tinggi), maka harus diseleksi agar jangan mempekerjakan tenaga kerja yang takut akan ketinggian.

Kalau hal ini dipaksakan, jelas akan menurunkan produktifitasnya dan bahkan dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan kerja.

(b) Motivasi tenaga kerja

Pada saat seleksi tenaga kerja, tidak hanya keterampilan kerjanya saja yang dipertimbangkan tetapi perlu juga diketahui motivasi mereka dalam bekerja.

Dengan demikian motivasi mereka dapat kita tingkatkan dengan kebijakan- kebijakan tertentu yang dapat mendorong motivasi mereka. Misalkan penyediaan fasilitas kerja, memenuhi keinginan – keinginan mereka yang wajar dan lain sebagainya.

(c) Cara Kerja (metode)

Kita berikan cara-cara kerja yang baik dan efisien , namun perlu juga dipertimbangkan usulan-usulan mereka dalam menyelesaikan pekerjaan.

Dengan demikian kondisi pekerjaan yang sulit diharapkan tidak terlalu banyak menurunkan produktifitasnya termasuk memberikan jaminan keamanan dan keselamatan kerja. Menerapkan peraturan secara disiplin dan memberikan fasilitas agar tidak banyak waktu terbuang (idle), seperti misalnya penyediaan makan minum dan keperluan toilet secara bersama.

(d) Manajemen

Manajemen harus mendukung semua kebutuhan tenaga kerja dalam hal memperlancar pekerjaan, misal penyediaan material yang cukup, alat transportasi material yang memadai, terutama transportasi vertical. Dan tidak kalah penting adalah memberikan hak mereka tepat waktu, seperti pembayaran dan lain-lain.

4.2 Membuat Jadwal Kebutuhan Tenaga

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan tenaga perlu memperhatikan :

 Daya tampung ruang tempat kerja

 Jumlah dan bidang keterampilan tukang dan pekerja.

Daya tampung ruang kerja merupakan pembatas dalam menentukan jumlah yang efisien bagi tukang dan pekerja yang harus menyelesaikan pekerjaan. Jumlah dan ketrampilan tukang yang akan bekerja perlu dihitung cermat, terlalu banyak tenaga

(39)

4 - 4

bidang tertentu menganggur. Dapat terjadi, selain terampil dalam bidang batu, tukang juga menguasai pekerjaan kayu, ini perlu diperhitungkan demi efisiensi.

Langkah – langkah membuat jadwal kebutuhan tenaga

1. Tentukan kebutuhan tukang untuk melaksanakan pekerjaan, terbagi dengan waktu mengerjakan pekerjaan tersebut.

2. Tentukan kebutuhan pekerja pembantu

3. Tentukan jumlah hari untuk masing-masing tukang dan pembantu berdasarkan kemampuan produktifitas harian

4. Gambarkan pada kertas Berdasar gambar, volume :

- Gali : 40 m3 - Pondasi : 25 m3 - Waktu : 15 hari

Biasanya 1 orang produktifitasnya adalah :

- Gali : 2 M3sehari

- Pasang pondasi : kira-kira 1,25 m3perhari

Jika 1 orang bisa 2 M3sehari, maka 40 m3 = 20 hari 1 orang atau 20 orang sehari.

Jika mau 4 hari perlu 40 : (2x4) = 5 orang, jadi 40 = 1 orang : 20 hari atau : 20 orang : 1 hari atau 5 orang : 4 hari. Berdasar produktifitas tenaga, waktu dapat dikurangi dengan memperbanyak jumlah tenaga. Hanya disediakan waktu 15 hari, maka dilakukan penyesuaian dengan memperbanyak tenaga kerja, menjadi sebagai berikut :

1. Pembersihan lahan : 2 orang - 2 hari 2. Peralatan tanah : 2 orang - 2 hari 3. Ukur / pasang boplang : 2 orang - 1 hari 4. Gali tanah pondasi : 5 orang - 4 hari 5. Pasang profil : 1 orang - 1 hari 6. Pasang pondasi : 4 orang - 5 hari 7. Urug tanah : 1 orang - 1 hari 17 orang - 16 hari

(40)

4 - 5

Buatlah formulir jadwal seperti contoh dari bagian 2 ini

Masukkan kegiatan dan waktu sesuai urutannya pada kolom masing-masing seperti telah anda lakukan, dengan garis waktu agak tipis.

Lalu tulislah jenis dan jumlah tenaga diatas garis waktu untuk tiap kegiatan setiap harinya.

Jadwal Kebutuhan Tenaga Kerja

(41)

4 - 6 TK

BATU TK KAYU TK

BANTU TK BATU TK KAYU TK BANTU Jadwal Waktu dan Kebutuhan Tenaga Kerja

KEGIATAN WAKTU

(HARI)

ORANG - HARI JUMLAH ORANG

A B C D

KETERANGAN KOLOM : A : Kolom kegiatan

B : Kolom Waktu (hari) : Sesuai jadwal kerja harian C : Kolom jumlah orang : Jumlah dan jenis tenaga D : Kolom orang - hari : Jumlah orang kali hari bekerja

4.3 Contoh Jadwal Kebutuhan Tenaga

Dari jadwal tersebut anda dapat langsung menghitung kebutuhan UPAH untuk pekerjaan itu misalnya upah tukang perorang per hari Rp. 20000,- dan tenaga pembantu Rp. 10000,- maka kebutuhan upah segera dapat dihitung.

Tukang Batu : 21 x Rp. 20.000,- = Rp. 420.000,- Tukang Kayu : 1 x Rp. 20.000,- = Rp. 20.000,- Pembantu : 49 x Rp. 10.000,- = Rp. 490.000,-

Jumlah kebutuhan upah = Rp. 930.000,-

TK

BATU TK KAYU TK

BANTU TK BATU TK KAYU TK BANTU

1 Pembersihan lahan 2 - - 2 - - 4

2 Perataan tanah 2 - - 2 - - 4

3 Ukur/pasang boplang 1 - 1 - - 1 -

4 Gali tanah pondasi 4 - - 5 - - 20

5 Pasang profil 1 1 - - - 1 -

6 Pasang pondasi 5 4 - 4 20 - 20

7 Urug tanah 1 - - 1 - - 1

21 1 49

Jadwal Waktu dan Kebutuhan Tenaga Kerja

JUMLAH ORANG - HARI

WAKTU (HARI)

ORANG - HARI JUMLAH ORANG

KEGIATAN

(42)

4 - 7

Contoh lain :

Jadwal Kerja Harian

Jadwal Kebutuhan Tenaga Kerja Pembuatan MCK 1

(43)

4 - 8

Jadwal Waktu dan Kebutuhan Tenaga Kerja

(44)

4 - 9

(45)

RANGKUMAN

 Inti analisis kebutuhan dan jadwal sumber daya tenaga kerja adalah perihal produktifitas

 Tenaga kerja perlu mendapat sertifikat ketrampilan sehingga mudah memperkirakan produktifitas mereka. Produktifitas tenaga kerja diukur dari hasil kerja mereka yang memenuhi persyaratan yang ada.

 Untuk memperkirakan produktifitas tenaga kerja, indikasi lain yaitu gabungan pengakuan yang bersangkutan tentang hasil kerja yang diselesaikan per satuan waktu dan harga satuan pekerjaan yang mereka tawarkan serta upah harian tenaga kerja.

 Didalam pengadaan tenaga kerja, persyaratan yang harus dipenuhi : - Kualitas pekerjaan (mutu)

- Produktifitas (waktu)

- Harga satuan sesuai anggaran (biaya)

 Upaya mengurangi turunnya produktifitas : - Ketrampilan tenaga kerja

- Motivasi - Metode kerja - Manajemen

 Dalam menentukan jumlah tenaga kerja perlu memperhatikan : - Daya tampung ruang tempat kerja

- Bidang keterampilan tukang dan pekerja

 Langkah-langkah membuat jadwal kebutuhan tenaga kerja : - Tentukan kebutuhan tukang

- Tentukan kebutuhan pekerja pembantu

- Tentukan jumlah hari tiap jenis tukang dan pekerja berdasarkan kemampuan produksi harian masing-masing

- Gambarkan ke dalam jadwal kebutuhan tenaga kerja.

 Menggambarkan dalam jadwal :

- Buat formulir berisi kolom kegiatan dan kolom waktu (hari)

- Tuliskan kegiatan – kegiatan sesuai urutannya pada kolom kegiatan - Gambarkan waktu dengan garis, pada kolom waktu

- Tulis singkatan huruf nama jenis tenaga dan jumlahnya diatas garis waktu.

- Buat keterangan tentang singkatan tersebut.

(46)

LATIHAN

a) Bagaimana cara memperkirakan produktifitas tenaga kerja ? b) Apa usaha – usaha untuk menaikkan produktifitas tenaga kerja ? c) Untuk apa kita membuat jadwal kebutuhan tenaga ?

d) Mengapa membuat jadwal waktu dan kebutuhan tenaga ?

e) Apa yang anda lakukan untuk mempercepat waktu pelaksanaan pekerjaan ?

(47)

5 - 1

BAB 5

MEMBUAT JADWAL KEBUTUHAN ALAT

5.1 Analisis Sumber Daya Alat

Seperti hal nya sumber daya tenaga, maka penggunaan sumber daya alat harus memperhitungkan produktifitas alat yang bersangkutan. Biasanya pabrik memberikan data tentang kapasitas alat yaitu kemampuan maksimal dari alat. Misalnya :

- Dump truck dengan kapasitas angkut 8 ton.

Kapasitas alat pabrik adalah kapasitas maksimal. Didalam praktek biasanya kapasitas riil diberikan angka faktor, misal 75%. Sehingga dengan demikian kapasitas yang dipertimbangkan dalam praktek hanya sebagian dari kapasitas pabrik, agar alat tersebut dapat mencapai umur ekonomi yang diharapkan.

Dari kapasitas riil tersebut baru diperhitungkan produktifitasnya. Dump truck dengan kapasitas angkut riil 6 ton atau 4 m3 dapat mengangkut material sebanyak 6 (enam) rit tiap jam, ini berarti produktifitas angkutan material dari dump truck tersebut adalah 24 m2 per jam (4 m3 x 6 rit). Dengan demikian bila diperlukan mengangkut 240 m3 per jam diperlukan 10 (sepuluh) dump truck.

Di dalam kenyataan / praktek, produktifitas ada dua macam, yaitu :

 Produktifitas individu alat

 Produktifitas kelompok alat

Produktifitas individu alat dapat dipergunakan bila alat bekerja sendiri dan tidak dipengaruhi oleh alat lain. Bila alat harus bekerja secara kelompok, yang disebabkan oleh pekerjaan yang memerlukan beberapa fungsi dari alat, maka produktifitas individu alat tidak dapat langsung dipergunakan, tetapi harus melihat komposisi dari anggota kelompok alat tersebut.

Dari berbagai komposisi, dapat diperoleh berbagai produktifitas kelompok alat. Untuk produktifitas kelompok yang tidak sama, dari beberapa alternatif komposisi , maka perlu diuji komposisi mana yang paling efisien. Komposisi alat yang diperlukan untuk suatu pekerjaan dapat bermacam-macam dan melibatkan beberapa jenis alat sesuai dengan fungsi masing-masing.

Dalam hal seperti itu, biasanya komposisi alat terdiri dari alat yang paling mahal sampai alat yang paling murah. Strategi menyusun komposisi alat, umumnya

(48)

5 - 2

didasarkan atas alat yang paling mahal. Dengan strategi ini, produktifitas individu alat yang paling mahal dimaksimalkan. Bila tidak dapat dimaksimalkan, berarti setengah idle. Didalam konsep biaya, idle adalah biaya (idle cost). Idle cost alat yang mahal tentunya lebih tinggi dari idle cost alat yang murah.

Oleh karena itu untuk menghindari idle cost yang tinggi, diupayakan agar alat yang paling mahal tidak idle. Strategi tersebut adalah suatu strategi dasar, selanjutnya masih dipengaruhi oleh tersedianya jenis dan jumlah alat yang ada atau yang dapat diadakan.

Adakalanya komposisi alat yang diputuskan dipengaruhi oleh dapat atau tidaknya alat tersebut diadakan dan tidak dapat membuat berbagai alternatif. Dalam hal ini apabila alternatif hanya satu, ya apa boleh buat. Tetapi bila terbuka kesempatan membuat bermacam-macam alternatif, harus dicoba dan dianalisis komposisi mana yang paling menguntungkan dan mungkin dilaksanakan.

Sedangkan produktifitas alat secara lebih luas dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu : (1) Kondisi pekerjaan

Semakin sulit kondisi pekerjaan, maka produktifitas alat akan turun. Begitu juga pekerjaan yang ada di luar, yang sangat terpengaruh oleh cuaca sehingga produktifitasnya turun karena banyaknya idle time.

(2) Kondisi Alat

Bila kondisi alat baik (terawat secara baik) tentu produktifitasnya juga ikut terjaga dengan baik. Sehingga untuk umur alat yang sama, produktifitasnya akan lebih tinggi pada alat yang kondisinya terawat dengan baik.

(3) Ukuran alat (kapasitas)

Alat konstruksi memang dibuat dengan bermacam-macam ukuran / kapasitasnya. Tentu alat yang memiliki kapasitas / ukuran yang besar, produktifitasnya lebih besar daripada alat yang ukurannya lebih kecil.

(4) Keterampilan dan motivasi operator

Sebaik apapun kondisi alat dan kondisi pekerjaan, bila operatornya tidak terampil dan kurang motivasi maka produktifitasnya akan rendah, seperti istilah

“man behind the gun” memiliki peran besar sekali (5) Cara Kerja (method of work)

Alat dengan cara kerja (metode) yang tepat akan menaikkan produktifitasnya dibanding cara kerja yang kurang tepat. Peran metode disini sangat menonjol, khususnya untuk menghadapi kondisi pekerjaan yang sulit. Artinya dengan metode yang tepat, kesulitan yang ada dapat diatasi dengan baik.

(49)

5 - 3

(6) Manajemen / pengelolaan alat

Untuk menunjang bekerjanya alat, diperlukan manajemen yang baik, terutama untuk menekan idle time. Bila idle time alat kecil berarti produktifitasnya meningkat. Didalam pengelolaan alat, yang penting adalah menjaga agar

“utilitasnya” tinggi. Ini berarti alat harus selalu dalam keadaan digunakan (tidak idle), sehingga dapat menghasilkan produktifitas yang tinggi. Untuk alat berat, penyediaan dan penggunaan suku cadang (spare part) sangat penting, khususnya untuk menjaga utilitasnya. Agar dihindari jangan sampai alat berhenti bekerja hanya karena menunggu suku cadang.

(7) Jumlah dan komposisi alat.

Khususnya untuk pekerjaan yang memerlukan bermacam-macam alat sesuai dengan fungsinya, diperlukan jumlah dan komposisi dari masing-masing alat agar mencapai produktifitas yang maksimal. Hal ini telah diuraikan di atas.

Dengan demikian untuk dapat menghitung kebutuhan alat serta menyusun jadwal pengadaannya, diperlukan analisis tentang produktifitasnya alat, baik produktifitas individu maupun produktifitas kelompok untuk dapat mencapai efisiensi biaya serta jadwal waktu yang telah ditetapkan.

Khusus untuk mandor, produktifitas alat baik produktifitas individu maupun produktifitas kelompok akan sangat tergantung pada pengalaman yang bersangkutan, untuk itu penting sekali dilakukan komunikasi antar mandor untuk menyerap pengalaman dari mandor yang sudah senior.

Sebagai contoh untuk mandor pembesian / penulangan beton, yang bersangkutan bisa memilih kelompok alat mekanis yaitu bar bender dan bar cutter beserta alat bantu lainnya sedangkan pemilihan lain yaitu kelompok alat manual baik mesin bengkok dan potong manual yang tentunya produktifitasnya rendah dan hanya cocok untuk proyek berskala kecil.

5.2 Membuat Jadwal Kebutuhan Alat

Sebagaimana diuraian diatas, untuk menentukan jumlah alat yang akan digunakan tentunya kita harus menghitung dulu kapasitas riil dari alat tersebut, baru kemudian dihitung produktifitasnya.

Biasanya untuk melaksanakan suatu pekerjaan dibutuhkan satu set kelompok alat.

Untuk itu sangat penting menentukan komposisi alat tersebut, mana yang paling efisien terutama alat yang sewanya paling mahal jangan sampai idle.

(50)

5 - 4

Pertama yang kita lihat adalah uraian pekerjaan, kemudian volume dari pekerjaan tersebut beserta lokasinya. Dari situ apabila kita melihat waktu pelaksanaan yang harus dicapai, maka dapat dihitung jumlah dan komposisi peralatan yang akan digunakan,

Sebagai contoh, komposisi peralatan mekanis yang digunakan seorang mandor pembesian / penulangan beton, terdiri dari :

1. Bar Bender 2. Bar Cutter

3. Peralatan Pembantu : - Kakak tua

- Meteran - Kapur

- Gunting Kawat

- Cetok (untuk membuat beton deking)

Untuk memindahkan besi beton dari gudang ke workshop maupun dari workshop ke tempat site pekerjaan diperlukan alat transport antara lain truck / dump truck dan crane / towercrane. Berikut contoh schedule pengadaan sumber daya alat mingguan :

(51)

RANGKUMAN

 Penggunaan sumber daya alat harus memperhitungkan produktifitas alat yang bersangkutan. Kapasitas alat pabrik adalah kapasitas maksimal di dalam praktek biasanya kapasitas riil diberikan angka factor misal 75 %. Dari kapasitas riil tersebut baru diperhitungkan produktifitasnya.

 Misal Dump truck kapasitas angkat 8 ton, kapasitas riil 75 % x 8 ton = 6 ton atau 4 m3. Dump truck tersebut dapat mengangkut material 6 rit / jam berarti produktifitas DT = 4 m3 x 6 = 24 m3/ jam.

 Produktifitas ada 2 macam, produktifitas individu alat dan produktifitas kelompok alat. Strategi menyusun komposisi kelompok alat, didasarkan alat yang paling mahal. Untuk menghindari idle cost yang tinggi, diupayakan agar alat yang paling mahal tidak idle.

 Produktifitas alat dipengaruhi oleh : - Kondisi pekerjaan

- Kondisi alat - Ukuran alat

- Ketrampilan dan motivasi operator - Cara kerja (method)

- Manajemen alat

- Jumlah dan komposisi alat

 Membuat jadwal kebutuhan alat :

- Tentukan / hitung kapasitas riil alat, baru dihitung produktifitasnya.

- Untuk kelompok alat, sewa alat yang paling mahal jangan sampai idle - Dilihat uraian pekerjaan, kemudian volume beserta lokasinya

- Dilihat waktu pelaksanaannya.

- Dari kesemuanya dapat dihitung jumlah dan komposisi alat.

(52)

LATIHAN

a) Uraikan secara singkat cara menghitung produktifitas alat ?

b) Di dalam kelompok alat, diupayakan alat yang paling mahal tidak idle, kenapa ? c) Uraikan secara singkat cara membuat jadwal kebutuhan alat ?

d) Alat untuk pembesian terdiri dari apa saja ?

e) Sebutkan 4 hal yang mempengaruhi produktifitas alat ?

(53)

6 - 1

BAB 6

MEMBUAT JADWAL KEBUTUHAN BAHAN

6.1 Analisis Sumber Daya Material

Untuk jenis-jenis proyek tertentu, seperti misalnya proyek gedung, peranan sumber daya material sangat dominan terhadap kelancaran pelaksanaan. Oleh karena itu, perhitungan jenis dan jumlah bahan yang diperlukan harus dihitung secara cermat.

Didalam proses menghitung kuantitas material yang dibutuhkan termasuk jadwalnya, sangat penting untuk menetapkan tingkat waste material yang akan terjadi. Karena jumlah pengadaan harus meliputi quantity waste yang ada.

Tingkat waste material merupakan kemampuan organisasi, dimana masing-masing organisasi tentunya memiliki tingkat waste yang berbeda-beda. Bahkan dalam suatu organisasi, waste yang terjadi pada tiap sub organisasi dapat berbeda-beda.

Tingkat waste yang kecil menunjukkan bahwa organisasi yang bersangkutan efisien.

Oleh karena itu, penting sekali diketahui tingkat waste yang ada, agar dapat membuat program peningkatan efisiensi.

Seperti diuraikan diatas perlu ditekankan lagi bahwa yang dimaksud dengan waste material, adalah : “kelebihan quantity material yang digunakan / didatangkan, tetapi tidak menambah nilai pekerjaan”.

Dengan definisi tersebut, sudah selayaknya waste harus dikurangi seminimal mungkin. Waste material dapat terjadi karena bermacam-macam sebab, yaitu :

(1) Penyusutan quantity

Penyusutan quantity dapat terjadi pada saat transportasi ke site dan pada saat pembongkaran material untuk ditempatkan pada gudang atau lokasi penumpukan.

Penyusutan quantity juga dapat terjadi pada proses pemindahan material dari satu tempat ke tempat lain dalam lokasi proyek, terutama untuk material lepas seperti pasir, kerikil.

(2) Quantity yang ditolak (reject)

Penerimaan material yang kurang teliti di site dapat mengakibatkan ditolaknya sebagian dari material yang tidak memenuhi persyaratan (mutu, ukuran, bentuk, warna dan lain-lain)

(54)

6 - 2

(3) Quantity yang rusak

Penyimpanan material yang kurang baik dapat menyebabkan kerusakan, khususnya untuk jenis-jenis material yang sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan (temperature, kelembaban udara, tekanan dan lain-lain). Kerusakan material juga dapat terjadi karena kegiatan “ handling” (pengambilan, pengangkutan dan pemasangan) yang kurang baik.

(4) Quantity yang hilang

Material – material yang mudah dijual dipasaran atau banyak diperlukan oleh masyarakat (seperti semen, solar dan lain-lain) rawan hilang akibat pencurian, baik dari dalam maupun dari luar.

Sistem pengamanan yang lemah dengan system control yang lemah akan memperbesar kemungkinan hilangnya material-material tersebut. Material fiktif (quantity ada tetapi fisik materialnya tidak ada) termasuk dalam kelompok quantity yang hilang

(5) Quantity akibat kelebihan penggunaan

Waste jenis ini biasanya dilakukan oleh para pelaksana yang menggunakan material secara langsung. Waste ini juga dapat disebabkan oleh over method, over quality atau ketidaktelitian tentang ukuran/ dimensi, sehingga dimensi pekerjaan yang terjadi lebih besar dari gambar, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Kelebihan penggunaan material juga dapat disebabkan oleh metode yang kurang efisien dan juga akibat pekerjaan ulang yang terjadi.

Dilihat dari prosesnya, waste material dibagi menjadi empat kelompok, yaitu : (a) Raw material (bahan baku)

Yang dimaksud dengan raw material adalah material buatan pabrik yang didatangkan ke site / proyek masih berupa bahan baku untuk diproses di site seperti, batu, pasir, kayu, besi beton, semen dan lain-lain.

Untuk kelompok ini, waste yang terjadi paling tinggi, yang biasanya meliputi penyebab (1), (2), (3), (4) dan (5). Terutama untuk material jenis curah (bulk material), waste yang terjadi dapat mencapai angka yang cukup fantastik bila tidak dikendalikan dengan baik.

(b) Material jadi

Yang dimaksud dengan material jadi adalah material buatan pabrik yang didatangkan ke site / proyek untuk langsung dipasang, seperti : tegel, batu, plafond, kaca, genteng dan lain-lain.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan uji diagnos- tik untuk menentukan validitas foto polos sinus paranasal 3 posisi dan CT scan potongan koronal sebagai alat diagnosis pada pasien dengan

Berdasarkan pengolahan hasil dan pembahasan, secara umum disimpulkan bahwa penggunaan strategi inquiring minds what to know pada mata kuliah Sejarah Indonesia Masa

Metode yang dapat dilakukan untuk melakukan studi literatur seperti mengupas (criticize, membandingkan (compare), meringkas (summarize) dan mengumpulkan (synthesize)

Proses pembelajaran pada dasarnya adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam situasi pendidikan. Salah satu untuk memperbaiki proses pembelajaran

kita memiliki pengetahuan (baik secara first-hand ataupun second-hand) tentang sesuatu yang mirip dengan hal tersebut - kita dapat menggunakan pengetahuan tentang

Tugas Pokok dan Fungsi Pemerintah Kota Yogyakarta adalah menyelenggarakan pemerintahan dan melaksanakan urusan otonomi daerah dalam rangka pelaksanaan

Pengolahan citra digital adalah suatu pemrosesan citra, yang secara khusus menggunakan komputer sehingga kualitas citra tersebut menjadi lebih baik dan menghasilkan informasi

Pada penelitian ini sampel resep yang diambil dari populasi resep dan copy resep yang dilayani di Apotek Kecamatan Blimbing Kota Malang bulan Januari- Desember 2017. Resep yang