• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

Kondisi Umum

Tahapan ini merupakan tahap awal dengan menjabarkan beberapa kondisi umum tapak yang meliputi kondisi biofisik, kondisi sosial, dan kebijakan pemerintah setempat.

Kondisi Biofisik

Kondisi biofisik tapak yang diamati adalah lokasi, aksesibilitas, jenis tanah, topografi, iklim, vegetasi, drainase, street furniture, tata guna lahan dan kondisi jalan. Gambaran umum kondisi biofisik lokasi penelitian dijelaskan sebagai berikut.

1. Lokasi

Tapak yang diamati mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu terletak di tengah-tengah Kota Bogor, tepatnya di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor dengan posisi geografis 1060 48’ BT dan 060 36’ LS. Tapak mempunyai panjang jalan 3880 meter.

Terdapat empat jalan yang ada di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor, yakni:

Jalan Pajajaran, Jalan Jalak Harupat, Jalan Juanda, dan Jalan Otto Iskandardinata.

Sepanjang jalan-jalan tersebut terdapat pertigaan-pertigaan jalan yang jumlahnya sebanyak 19 pertigaan, terdiri dari 6 pertigaan besar (mayor) dan 13 pertigaan kecil (minor). Enam pertigaan mayor terdiri dari pertigaan Tugu Kujang, Plasa Pangrango, Polisi Militer, Bank Mandiri, Bogor Trade Mall, dan Plasa Bogor.

Pertigaan minor merupakan pertigaan yang ukurannya lebih kecil dari pertigaan mayor. Denah lokasi penelitian di Jalan Lingkar Luar Kebun Raya Bogor dapat dilihat pada Gambar 8.

Batas tapak lokasi penelitian berdasarkan peta batas administrasi Kota Bogor (BAPPEDA, 2007) adalah sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Babakan, Sempur, dan Pabaton; sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Paledang; sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Babakan Pasar dan Gudang; sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Tegalega dan Babakan.

(2)
(3)

2. Aksesibilitas

Akses menuju kawasan Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor ini sangat mudah, mengingat letaknya yang strategis di tengah-tengah Kota Bogor. Untuk menuju kawasan jalan ini dapat dilakukan dari berbagai arah, baik menggunakan kendaraan umum (misalnya angkot), kendaraan pribadi (misalnya mobil dan sepeda motor) maupun berjalan kaki.

3. Jenis Tanah

Jenis tanah yang terdapat pada tapak dan sekitarnya adalah latosol coklat kemerahan, kecuali di daerah bantaran Sungai Ciliwung dan anak sungainya yang berjenis tanah aluvial kelabu (Lembaga Penelitian Tanah, 1966 dan Effendie, 2000). Latosol coklat kemerahan mempunyai beberapa sifat, di antaranya, memiliki solum tanah sedang sampai dalam tekstur halus, struktur remah sampai bergumpal lemah, konsistensi gembur sampai agak teguh, aerasi dalam tanah baik, permeabilitas dan drainase sedang sampai agak cepat, dan kadar fraksi liat agak tinggi sampai tinggi.

Sifat tanah aluvial kelabu adalah berwarna kelabu sampai coklat, teksturnya halus kadang-kadang berkerikil dan berbeda-beda pada tempat tertentu, strukturnya remah sampai gumpal di lapisan atas dan di lapisan bawah strukturnya pejal, konsistensinya agak lekat (basah) sampai agak teguh (lembab), agak masam, kadar bahan organik dan hara dalam tanaman sedang sampai rendah, dan cadangan mineralnya rendah (Effendie, 2000).

4. Topografi

Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor berada pada ketinggian 235-260 m dpl (di atas permukaan laut). Daerah disebelah barat dan timur tapak mempunyai topografi yang relatif datar, sedangkan daerah disebelah utara dan selatan tapak topografinya relatif curam, yaitu mengarah pada Sungai Ciliwung yang membentang dari arah selatan menuju ke arah utara (Gambar 9).

Pada peta kondisi topografi tersebut terlihat bahwa garis kontur pada tengah tapak yang menuju ke Sungai Ciliwung lebih rapat dibandingkan dengan

(4)

garis kontur yang berada di sebelah barat dan timur tapak. Daerah yang berada di sepanjang Sungai Ciliwung ini yang merupakan titik terendah pada tapak.

Gambar 9. Kondisi Topografi pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor

5. Iklim

Iklim yang ada pada tapak mengikuti iklim makro Kota Bogor, dengan keadaan udara dan cuacanya cukup sejuk. Suhu udara rata-rata setiap bulannya sekitar 26,2 oC, suhu udara maksimum 31 oC, dan suhu udara minimum 21,8 oC dengan kelembaban kurang lebih 78,3 % setiap bulannya. Kecepatan angin rata- rata 1,9 km/jam setiap bulan, curah hujan 337,7 mm/bulan, dan hari hujan 17 hari/bulan (Tabel 2). Iklim mikro yang ada pada tapak juga terkendali dengan baik karena adanya vegetasi yang tinggi sekitar Kebun Raya Bogor.

(5)

Tabel 2. Data Iklim setiap Bulan Kota Bogor Tahun 2008

* Sumber: Stasiun Cuaca Klimatologi Baranangsiang FMIPA IPB (2008)

6. Vegetasi

Vegetasi merupakan unsur fisik kota yang penting. Unsur ini dapat meningkatkan daya tarik kota dan membantu menjaga kebersihan udara kota (Branch, 1995). Vegetasi yang ada pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor didominasi oleh pepohonan besar yang berasal dari jalur hijau jalan dan pepohonan yang ditanam di dalam Kebun Raya Bogor sehingga mampu mempengaruhi kondisi iklim mikro sekitarnya menjadi sejuk dan teduh. Khusus untuk setiap pertigaan di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor terdiri dari pohon, susunan semak, dan penutup tanah yang bervariasi menurut jenis dan fungsinya.

Sepanjang jalan lingkar Kebun Raya Bogor tersusun atas berbagai jenis vegetasi (Lampiran 3). Jalan Pajajaran didominasi oleh pohon kenari, ki damar, mahoni, ki hujan, tanjung, kerai payung, bungur, angsana, palem putri, dan semak berupa bugenvil. Jalan Jalak Harupat didominasi oleh pohon mahoni, tanjung, ki hujan, sengon, flamboyan, nangka, merak, dan nusa indah. Sepanjang Jalan Juanda didominasi oleh kenari, beringin, beringin karet, kecrutan, palem raja, glodogan tiang, pinus, bambu, cemara gembel, palem hijau, dan palem putri. Jalan

Bulan Suhu Udara (°C) Kelembaban Udara (%)

Kecepatan Angin (Km/jam)

Curah Hujan (mm)

Hari Hujan

(hari) Maks Min Rata-Rata

Januari 30,7 23,1 18,9 80,7 2 339 16

Februari 28,2 22,3 25,3 87 1,5 324 16

Maret 30,4 22,4 26 83,7 1,8 653 25

April 30,8 22,4 26,7 80,7 1,6 506 22

Mei 31,7 22,4 27,6 75,3 1,7 222 17

Juni 31,5 22,2 27,4 75,7 1,8 128 13

Juli 32,2 21,3 27,6 71 2,1 78 8

Agustus 31,4 21,9 27,1 77,7 1,7 151 13

September 32,3 22,2 27,6 71,3 2,2 474 15

Oktober 31,8 21,1 27,4 77 2,1 334 18

November 30,9 20,2 26,7 78 2,1 543 20

Desember 29,9 19,8 26,2 81 1,8 300 24

Jumlah 371,8 261,3 314,6 939 22,5 4052 207

Rata-rata 31 21,8 26,2 78,3 1,9 337,7 17,25

(6)

Otto Iskandardinata didominasi oleh pohon bunga kupu-kupu, palem ekor ikan (tukas), bungur, phoenix roebelinii, phoenix canariensis, dan angsana (Gambar 10).

Kenari Tanjung

Mahoni Nangka

Gambar 10. Contoh Vegetasi pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor 7. Drainase

Drainase atau saluran air yang ada pada tapak terbagi menjadi dua, yaitu drainase alam dan drainase buatan. Drainase alam pada tapak terlihat dengan adanya beberapa saluran air yang langsung menuju pada Sungai Ciliwung dan di bagian tertentu yang masih tersusun oleh rumput (tanpa adanya perkerasan) langsung masuk ke dalam tanah (Gambar 11). Drainase buatan yang ada pada tapak mengikuti pola jaringan jalan yang ada dengan desain konstruksi yang standar atau sesuai untuk saluran air pada jalan.

(7)

Drainase buatan yang ada pada tapak didesain sedemikian rupa sesuai dengan aturan yang ada. Terdapat dua tipe drainase buatan, yakni drainase terbuka dan drainase tertutup. Pada drainase buatan yang terbuka, desain konstruksi drainase dibiarkan terbuka tanpa adanya penutup (Gambar 11). Drainase terbuka terdapat pada ruas jalan yang mempunyai jalur hijau, yakni Jalan Pajajaran dan Jalak Harupat, sedangkan pada drainase buatan yang tertutup (berupa gorong- gorong) pada tapak banyak ditemui di sepanjang trotoar Jalan Jalan Juanda dan Otto Iskandardinata. Drainase buatan yang tertutup ini berada di bawah trotoar untuk para pejalan kaki (Gambar 11).

Drainase Alam (Besar) Drainase Buatan Tertutup Drainase Buatan Terbuka

Gambar 11. Kondisi Umum Drainase yang ada pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor

8. Kondisi Jalan

Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor terletak di tengah-tengah Kota Bogor dan terdapat empat jalan, yaitu Jalan Pajajaran, Jalan Jalak Harupat, Jalan Juanda, dan Jalan Otto Iskandardinata (Tabel 3). Berdasarkan sifat dan pergerakan lalu lintas dan angkutan jalan (BAPPEDA, 2007), fungsi jalan pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor termasuk dalam jalan arteri sekunder dan kolektor primer.

Jalan Pajajaran mempunyai fungsi sebagai jalan arteri sekunder yang berfungsi sebagai penghubung antarpusat kegiatan nasional atau pusat kegiatan nasional dan pusat kegiatan wilayah. Jalan Jalak Harupat, Jalan Juanda, dan Jalan Otto Iskandardinata termasuk dalam jalan kolektor primer yang berfungsi

(8)

menghubungkan antarpusat kegiatan nasional dean pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dan pusat kegiatan lokal (Gambar 12).

Gambar 12. Peta Pembagian Fungsi Jalan pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor (Berdasarkan Peta Administrasi Kota Bogor Tahun 2007 dan Data Jaringan Jalan Kota Bogor Tahun 2005)

Jalur hijau yang ada di sekitar jalan raya mempunyai peran penting dalam menyangga aktivitas yang ada, menyerap polusi udara, dan kebisingan. Sepanjang Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor tidak semuanya mempunyai jalur hijau.

Berdasarkan pengamatan di lapang, jalur hijau didominasi pada ruas Jalan Pajajaran dan Jalan Jalak Harupat. Kedua jalan tersebut telah memenuhi standar jalan yang baik dengan adanya jalur hijau tersebut. Hal ini berbeda dengan kondisi jalan pada ruas Jalan Juanda dan Jalan Otto Iskandardinata yang tidak mempunyai jalur hijau (Gambar 13). Upaya untuk mengatasinya, adalah dengan merencanakan adanya jalur hijau yang tidak hanya berfungsi sebagai peneduh

(9)

sekitar jalan, tetapi mampu menyerap polusi udara dan kebisingan secara optimal, serta memberikan nilai estetika untuk memperbaiki kualitas visual sepanjang jalan. Untuk ruas jalan yang sempit jalur hijaunya dapat berupa penyediaan bak- bak tanaman yang desainnya sesuai dengan tata guna lahan sekitarnya agar lebih unity.

Tabel 3. Kondisi Umum Masing-masing Jalan yang terdapat di Sekitar Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor

*Keterangan: Ki: Kiri, Ka: Kanan, Bt+Ub: Beton+Ubin, Tb: Terbuka, Tt: Tertutup Sumber: Dinas Bina Marga (2005) dan Pengamatan Lapang (2009)

Sepanjang Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor tersebut terdapat pertigaan- pertigaan jalan yang jumlahnya sebanyak 19 pertigaan, terdiri dari 6 pertigaan besar (mayor) dan 13 pertigaan kecil (minor). Enam pertigaan mayor terdiri dari pertigaan yang ada di Tugu Kujang, Plasa Pangrango, Polisi Militer, Bank Mandiri, Bogor Trade Mall, dan Plasa Bogor). Pertigaan minor adalah pertigaan pada Jalan Rumah Sakit I, Rumah Sakit II, Malabar I, Malabar II, Pangangro,

No Kondisi Umum Jl.

Pajajaran

Jl. Jalak Harupat

Jl.

Juanda

Jl. Otto Iskandardinata

1 Status Jalan Nasional Provinsi Provinsi Provinsi

2 Fungsi Jalan Arteri

Sekunder

Kolektor Primer

Kolektor Primer

Kolektor Primer

3 Panjang Jalan 0,4 km 0,95 km 1,73 km 0,8 km

4 Lajur Jalan 4 2 2 3

5 Arah Jalan 2 1 2 1

6 Lebar Jalan DAMIJA 40 m 13 m 16 m 15 m

Jalur Lalu Lintas 20 m 8 m 12 m 9 m

7 Perkerasan Jenis Aspal Aspal Aspal Aspal

Kondisi Sedang Baik Baik Sedang

8 Trotoar Lebar Ki 3 m 1,2 m 1,5 m 1,5 m

Ka 3 m 1,3 m 1,5 m 1,5 m

Jenis Ki Bt+Ub Bt+Ub Bt+Ub Bt+Ub

Ka Bt+Ub Bt+Ub Bt+Ub Bt+Ub

Kondisi Ki Sedang Sedang Baik Buruk

Ka Sedang Sedang Baik Buruk

9 Saluran Lebar Ki 1 m 1 m 0,5 m -

Ka 1 m 1 m 0,5 m 1 m

Jenis Ki Tb Tb Tt Tt

Ka Tb Tb Tt Tt

Kondisi Ki Buruk Sedang Sedang Buruk

Ka Sedang Sedang Sedang Sedang

(10)

Salak, Lapangan Sempur, Gedung Sawah, Kantor Batu, Paledang, Lawang Sketeng, Kenteng, dan Bangka.

Jalan Pajajaran Jalan Jalak Harupat

Jalan Juanda Jalan Otto Iskandardinata

Gambar 13. Bentuk Potongan Jalan yang Terdapat di Lingkar Kebun Raya Bogor (Pengamatan Lapang, 2009)

Dalam studi ini ditekankan bahwa Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor merupakan jalan utama yang tersusun atas jalan arteri sekunder dan kolektor primer. Jalan lain yang berhubungan dengan jalan lingkar tersebut merupakan jalan sekunder yang tersusun atas jalan kolektor primer, kolektor sekunder, dan jalan lokal (Gambar 14).

Penentuan pertigaan mayor dan minor didasarkan oleh fungsi jalan dimana pertigaan-pertigaan tersebut berada. Pertigaan mayor merupakan pertigaan yang menghubungkan kombinasi fungsi jalan, yakni tersusun atas tipe (a) dua ruas jalan arteri sekunder dengan satu ruas kolektor primer, tipe (b) tiga ruas jalan kolektor primer, dan tipe (c) dua ruas jalan kolektor primer dengan satu ruas jalan kolektor sekunder (Gambar 15). Pertigaan minor tersusun atas dua kombinasi fungsi jalan,

(11)

yakni tipe (a) dua ruas jalan arteri sekunder dengan satu ruas jalan lokal dan tipe (b) dua ruas jalan kolektor primer dengan satu ruas jalan lokal (Gambar 16).

Gambar 14. Ilustrasi Umum Kombinasi Jalan pada Setiap Pertigaan Mayor dan Pertigaan Minor

Gambar 15. Ilustrasi Kombinasi Fungsi Jalan yang Menyusun Pertigaan Mayor, tipe (a) dua ruas jalan arteri sekunder dengan satu ruas kolektor primer, tipe (b) tiga ruas jalan kolektor primer, dan tipe (c) dua ruas jalan kolektor primer dengan satu ruas jalan kolektor sekunder

Kombinasi fungsi jalan yang menyusun pertigaan mayor tipe (a) terdapat pada pertigaan mayor Tugu Kujang dan Plasa Pangrango, tipe (b) pada pertigaan Polisi Militer, Bank Mandiri, dan Plasa Bogor. Tipe (c) terdapat pada pertigaan Bogor Trade Mall. Kombinasi fungsi jalan yang menyusun pertigaan minor tipe (a) terdapat pada pertigaan Jalan Rumah Sakit I, Rumah Sakit II, Malabar I, dan Malabar II. Pertigaan minor tipe (b) terdapat pada Pangangro, Salak, Lapangan Sempur, Gedung Sawah, Kantor Batu, Paledang, Lawang Sketeng, Kenteng, dan Bangka.

(12)

Gambar 16. Ilustrasi Kombinasi Fungsi Jalan yang Menyusun Pertigaan Minor, tipe (a) dua ruas jalan arteri sekunder dengan satu ruas jalan lokal dan tipe (b) dua ruas jalan kolektor primer dengan satu ruas jalan lokal

9. Street Furniture

Street furniture atau yang biasa dikenal dengan bangunan pelengkap jalan sangat diperlukan dalam sebuah sistem jaringan jalan (BAPPEDA, 2008). Street furniture yang terdapat pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor sangat bervariasi (Gambar 17). Beberapa contoh Street furniture yang ada pada tapak tersebut terdiri dari peralatan pengatur lalu lintas (seperti rambu-rambu lalu lintas, papan penunjuk informasi atau sign board untuk jalan atau tempat tertentu, dan marka jalan), fasilitas jalan (seperti bak tanaman, bak sampah, papan iklan, telepon umum, shelter, hidrant dan kotak surat), dan perlengkapan jalan (seperti lampu jalan, instalasi listrik, dan instalasi telepon).

Tabel 4. Elemen Penunjang pada Setiap Pertigaan Mayor di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor

Kode Pertigaan Pertigaan Mayor Elemen Penunjang

Ma 1 Tugu Kujang Tugu Kujang, Lampu Lalu Lintas, Rambu Lalu Lintas, Marka Jalan, Lampu Jalan, Lampu Taman, Telepon Umum, Papan Reklame, Pos Polisi dan Bak Tanaman

(13)

Lanjutan Tabel 4

*Sumber: Pengamatan Lapang (2009)

Gambar 17. Contoh Street Furniture yang Terdapat di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor

Kode Pertigaan Pertigaan Mayor Elemen Penunjang

Ma 2 Plasa Pangrango Billboard, Lampu Lalu Lintas, Rambu Lalu Lintas, Marka Jalan, Lampu Jalan, Lampu Taman, Telepon Umum, Papan Reklame, Bak Tanaman, Pagar Pembatas, Pos Polisi, Zebra Cross, dan Sign Board

Ma 3 Polisi Militer Lampu Lalu Lintas, Rambu Lalu Lintas, Marka Jalan, Lampu Jalan, Lampu Taman, Pos Polisi, dan Pagar Pembatas

Ma 4 Bank Mandiri Lampu Lalu Lintas, Rambu Lalu Lintas, Marka Jalan, Lampu Jalan, Lampu Taman, Bak Tanaman, Pagar Pembatas, Pos Polisi, dan Sign Board

Ma 5 Bogor Trade Mall Patung Rusa, Rambu Lalu Lintas, Marka Jalan, Lampu Jalan, Lampu Taman, Bak Tanaman, Pagar Pembatas, Papan Reklame, dan Sign Board

Ma 6 Plasa Bogor Rambu Lalu Lintas, Marka Jalan, Lampu Jalan, Telepon Umum, dan Papan Reklame

(14)

10. Tata Guna Lahan

Pola penggunaan lahan mencerminkan aktivitas kegiatan manusia yang ada didalamnya (Muhajir, 2007). Pada lahan sekitar tapak penelitian, pola penggunaan lahannya terdiri dari lahan permukiman, perkantoran (pemerintahan, perbankan, militer, dan kesehatan), wisata ilmiah dan ruang terbuka hijau, jasa dan perdagangan, dan pendidikan (BAPPEDA, 2000). Hal ini dijelaskan pada peta tata guna lahan yang menunjukkan pola penggunaan lahan pada tapak (Gambar 18). Pola penggunaan lahan pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor yang utama adalah sebagai jalur lalu lintas dalam kota yang menghubungkan antar daerah dalam Kota Bogor.

Gambar 18. Peta Tata Guna Lahan pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor Peta tata guna lahan diatas menunjukkan bahwa masing-masing jalan yang ada pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor memiliki pola penggunaan lahan yang berbeda-beda. Jalan Pajajaran dan Otto Iskandardinata lebih didominasi oleh lahan untuk jasa dan perdagangan (Mall atau Pusat Hiburan, Outlet-outlet, Hotel,

(15)

dan Restoran), Jalan Jalak Harupat lebih banyak digunakan sebagai lahan permukiman, dan Jalan Juanda untuk lahan perkantoran (pemerintahan dan perbankan).

Kondisi Sosial

Kondisi sosial yang diamati pada tapak merupakan cerminan persepsi (pandangan) dan keinginan masyarakat pengguna tapak. Hal ini dikarenakan masyarakat merupakan pengguna utama pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor, khususnya pengguna jalan pertigaan (baik pertigaan mayor maupun pertigaan minor).

Peran masyarakat tidak hanya semata-mata sebagai pengguna pertigaan yang ada pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor, tetapi juga berperan dalam upaya memelihara kondisi jalan secara umum sehingga dalam penggunaannya sehari-hari sesuai dengan aturan yang berlaku tanpa merusak fasilitas dan pelengkap jalan yang tersedia. Pengguna potensial pada tapak terdiri dari pengguna yang merupakan penduduk asli Kota Bogor dan pengguna yang berasal dari luar Kota Bogor (masyarakat pendatang).

Aspek sosial (keinginan masyarakat) yang diamati meliputi jenis pengguna tapak, aktivitas pengguna, dan intensitas pengguna. Cara pengambilan data untuk mengetahui aspek sosial (persepsi dan keinginan masyarakat) tersebut dilakukan dengan wawancara, baik secara langsung dengan instansi terkait (pemerintah setempat) maupun dengan menyebar kuisioner pada setiap pertigaan (pertigaan mayor dan pertigaan minor).

Pertigaan yang ada pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor berjumlah 19 pertigaan, yang terdiri dari 6 pertigaan mayor (besar) dan 13 pertigaan minor (kecil). Pelaksanaan wawancara dan penyebaran kuisioner penelitian melibatkan 40 reponden yang tersebar di sekitar Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor.

Kuisioner yang disebarkan pada setiap responden berdasarkan kelompok jenis kelamin (laki-laki dan perempuan), usia (usia 10-20 tahun, 21-30 tahun, 31- 50 tahun, dan diatas 50 tahun), tingkat pendidikan (SD, SMP, SMA, Diploma, Sarjana, Pasca Sarjana, dan lainnya), dan jenis pekerjaan (Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Swasta, TNI/POLRI, Wiraswasta, Pensiunan, Pelajar, Mahasiswa, dan

(16)

lainnya).

masyaraka terhadap (Lampiran

Ha tersebar d terdiri dar Berdasark kelompok tapak bera luar Kota

Gambar Tin Bogor dip merupakan (Gambar 2 keragaman lebih ban persentase

Rincian pe at tentang lanskap pe n 1).

asil penyeb di sekitar Ja ri 19 orang kan kelompo k terbesar d asal dari dal Bogor hany

r 19. Persen Lingka ngkat pendi peroleh bah

n kelompo 20). Persen n jenis pek nyak ditemu e 30 % dari

ertanyaan y kondisi um ertigaan ya

baran kuisio alan Lingkar g laki-laki ok usia dipe dengan pres lam Kota Bo ya sebesar 7

ntase Kelom ar Kebun Ra

idikan respo hwa respon ok respond ntase jenis p

kerjaan seti ui pada Jal total respon

yang diguna mum, perm ang ada di

oner (Lamp r Kebun Ra (47,5 %) eroleh bahw sentase 40 ogor dengan 7,5 %.

mpok Usia R aya Bogor

onden yang nden denga den yang p

pekerjaan re iap respond lan Lingka nden yang d

akan dalam masalahan,

i Jalan Lin

piran 2) ter aya Bogor d

dan 21 or wa kelopok u

% (Gamba n presentas

Responden M

g memakai J an tingkat

paling men esponden p den. Respon ar Kebun R diambil pad

m kuisioner dan keingi ngkar Kebu

rhadap 40 diperoleh b rang perem usia 10-20 t ar 19). Pen e 92,5 % da

Masyarakat

Jalan Lingk pendidikan ndominasi, ada tapak d nden denga Raya Bogor a tapak (Ga

r berisi per inan masya un Raya B

responden bahwa respo mpuan (52,5 tahun merup ngguna pote an pengguna

Pemakai Ja

kar Kebun n SMA/sed

yakni 47, dipengaruhi an status p r, yakni de ambar 21).

rsepsi arakat Bogor

yang onden 5 %).

pakan ensial a dari

alan

Raya erajat ,5 % i oleh

elajar engan

(17)

5 %

15 %

47,5 %

10 %

22,5 %

0 % 0 %

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

Persentase (%)

Tingkat Pendidikan

Gambar 20. Persentase Tingkat Pendidikan Responden Masyarakat Pemakai Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor

Gambar 21. Persentase Jenis Pekerjaan Responden Masyarakat Pemakai Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor

Berdasarkan hasil kuisioner yang telah disebarkan, diperoleh hasil persepsi dan keinginan masyarakat terhadap kondisi umum Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor. Responden yang mengisi kuisioner diketahui bahwa tingkat keseringan

5 %

10 %

5 %

10 %

0 %

30 %

22,5 %

17,5 %

0 5 10 15 20 25 30 35

Persentase (%)

Jenis Pekerjaan

(18)

(kontinuitas) responden melewati Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor hampir dilakukan setiap hari dengan persentase 50 %. Masyarakat dominan melewatinya pada waktu pagi dan sore di hari kerja (65 %). Hal ini dikarenakan 57,5 % responden melakukan pekerjaan/aktivitas di sekitar Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor.

Persepsi sebagian besar masyarakat terhadap kondisi jalur sirkulasi kendaraan adalah baik (77,5 %). Hal yang sama juga menyebutkan bahwa kondisi jalur sirkulasi pejalan kaki yang ada sudah baik dengan persentase sebesar 67,5 %.

Namun untuk kondisi jalan pertigaan yang ada, responden dominan menganggap kondisinya ramai (55 %). Lebar jalur pejalan kaki (trotoar) menurut sebagian besar responden (67,5 %) menyatakan berukuran lebar. Pada umumnya responden mengalami kesulitan dalam menyeberang jalan, khususnya di setiap pertigaan yang ada dengan persentase sebesar 60 %. Hal ini terlihat dari kebiasaan sebagian responden dalam menyeberang jalan yang mencapai 67,5 % memilih menyeberang jalan di setiap sudut jalan manapun yang sepi kendaraan.

Persentase persepsi responden terhadap keberadaan pedagang kaki lima pada jalur pejalan kaki (trotoar) bervariasi, dimana 40 % menganggap keberadaan pedagang kaki lima bersifat mengganggu, 30 % menyatakan keberadaannya biasa saja, 12,5 % menyatakan sangat mengganggu, dan 17,5 % menganggap bermanfaat bagi pejalan kaki. Sedangkan persepsi terhadap kebersihan jalan raya dan trotoar mempunyai persentase yang sama, yakni kondisinya kotor (35 %) dan cukup bersih (35 %).

Kelengkapan elemen/fasilitas jalan menurut sebagian besar responden (50

%) masih kurang. Lokasi yang berada di sekitar Kebun Raya Bogor menyebabkan 75 % responden menyatakan bahwa sinar matahari yang dirasakan teduh. Namun 87,5 % respoden menganggap penataan tanaman di sekitar jalan kurang penataan dan pemeliharaan. Sebagian responden berharap desain Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor khususnya pada setiap pertigaan mampu menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman (57,5 %), akses mudah (25 %), fasilitas semakin lengkap (15 %), dan harapan lainnya sebesar 2,5 %.

(19)

Beberapa responden juga memberikan saran dan usulan agar dalam desain lanskap Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor, khususnya untuk lanskap pertigaan yang ada, menjadi lebih ideal, yaitu sebagai berikut:

a. membuat zonasi yang jelas bagi pengguna pedestrian dan pertigaan agar menjadi lebih teratur;

b. menjaga nilai ekologi setiap pertigaan dengan tidak mengubah kondisi topografi yang ada karena topografi ini merupakan potensi yang dapat dioptimalkan dalam mendesain;

c. meningkatkan kualitas sarana penyeberangan dan fasilitas pencahayaan agar kenyamanan dan keamanan meningkat;

d. menanam tanaman pada bagian yang tidak ternaungi dengan menyesuaikan ketinggian tanaman agar kondisi lebih nyaman;

e. menggunakan sistem sirkulasi dengan traffic island untuk meminimalkan kepadatan volume kendaraan dan mengurangi kemacetan lalu lintas pada lampu merah (akses lebih mudah);

f. mengatur penempatan papan reklame agar tidak mengganggu informasi rambu-rambu lalu lintas dan pemandangan yang ada;

g. mengatur tata letak elemen dan fasilitas jalan yang sesuai dengan tempat dan fungsinya, terutama pada spot-spot yang ramai dan rawan kecelakaan;

h. mengatur pedagang kaki lima agar lebih rapi dan tidak mengganggu lalu lintas kendaraan dan pejalan kaki;

i. mengatur keberadaan pohon dan fasilitas agar tidak mengganggu pemakai jalan;

j. menambah fasilitas pelengkap jalan, misalnya tempat sampah.

Kebijakan Pemerintah

Kebijakan Pemerintah setempat dalam hal ini Pemerintah Daerah Kota Bogor sangat dibutuhkan terutama sebagai pedoman atau patokan dalam mengembangkan Kota Bogor secara umum. Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor termasuk dalam kawasan Bogor Tengah, dimana tapak ini terletak di pusat Kota Bogor. Hal ini menyebabkan kawasan jalan lingkar perlu perhatian dalam pengembangan agar sesuai dengan aturan yang ada.

(20)

Berdasarkan konteks struktur internal Kecamatan Bogor Tengah, struktur ruang dibentuk berdasarkan kegiatan-kegiatan yang ada pada tapak, seperti kegiatan perbelanjaan, dan niaga, kawasan perkantoran/pemerintahan, dan kawasan wisata ilmiah (BAPPEDA, 2002). Hal ini dapat disimpulkan bahwa gambaran arah perkembangan fisik Kota Bogor bagian tengah, yaitu Kecamatan Bogor Tengah cenderung berpotensi sebagai pusat perdagangan dan jasa yang ditunjang oleh perkantoran dan wisata ilmiah. Oleh karena itu jalan sebagai prasarana transportasi merupakan hal penting yang diperhatikan pada kawasan ini agar jalur lalu lintas kendaraan pada tapak menjadi semakin baik dan nyaman.

Menurut Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 Pasal 1 Ayat 4, jalan merupakan prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah atau air, serta di atas permukaan air kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.

Penentuan hierarki atau jenjang jaringan jalan didasarkan pada fungsi primer dan fungsi sekunder, serta disesuaikan dengan keadaan jaringan jalan yang ada di Kecamatan Bogor Tengah. Untuk lebih memperlancar pola pergerakan dan memberi kemudahan hubungan antar zona-zona bagian dalam Kecamatan Bogor Tengah, maka diperlukan adanya peningkatan fungsi jaringan jalan (BAPPEDA, 2002).

Rencana prasarana transportasi yang dikhususkan sebagai prasarana pejalan kaki (pedestrian) berupa jalur trotoar di sisi ruas jalan bertujuan untuk mengamankan pergerakan pejalan kaki dari kendaraan di badan jalan (BAPPEDA, 2002). Rencana pengembangan prasarana pejalan kaki di Kecamatan Bogor Tengah diarahkan dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:

a. keamanan, kenyamanan dan pertimbangan estetika, melalui pengendalian penggunaan jalur pejalan kaki oleh kegiatan yang tidak pada tempatnya, seperti pedagang kaki lima dan pemberhentian kendaraan bermotor (parkir);

b. jalur pejalan kaki sebaiknya dilengkapi dengan jalur hijau sebagai peneduh;

(21)

c. pengembangan prasarana jalur pejalan kaki diprioritaskan pada kawasan pusat-pusat kegiatan kota (komersial) serta pusat kegiatan kemasyarakatan (fasilitas sosial).

Lebar jalur pejalan kaki harus disesuaikan dengan jenjang hirarki jalan dan dominasi kegiatan di kawasan tersebut. Sebaiknya jalur pejalan kaki disediakan di kedua sisi jalan dengan lebar antara 1-1,5 meter. Solusi untuk permasalahan pada jalur pejalan kaki adalah dengan mengoptimalkan jalur pejalan kaki yang sudah ada dan menyediakan kekurangannya, sehingga keamanan, kenyamanan dan pertimbangan estetika bagi pengguna jalur pejalan kaki dapat terwujud.

Analisis dan Sintesis

Tahap analisis dan sintesis merupakan tahap kedua setelah tahap inventarisasi. Pada tahap ini segala potensi dan kendala yang ada pada tapak, khususnya setiap pertigaan (baik pertigaan mayor maupun pertigaan minor) di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor dianalisis sesuai dengan kondisi umum yang terdapat pada tapak. Hasil analisis potensi dan kendala tersebut dijadikan patokan dalam memberikan solusi dan sintesis terhadap tapak yang diamati.

Kondisi Biofisik

Berdasarkan kondisi biofisik tapak yang diamati, maka diperlukan sebuah penataan lanskap yang sesuai dengan kondisi pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor khususnya penataan lanskap pertigaan-pertigaan yang ada agar tidak menimbulkan permasalahan bagi pengguna tapak. Aspek biofisik yang dianalisis antara lain:

1. Lokasi

Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor mempunyai letak yang strategis, yakni di tengah-tengah Kota Bogor yang sekaligus merupakan jalan transportasi dalam kota yang mendukung kelancaran aktivitas masyarakat pengguna jalan. Selain itu tapak mempunyai potensi daya tarik tersendiri dengan adanya Kebun Raya Bogor yang merupakan icon Kota Bogor. Hal ini menyebabkan perlu diatur dan dijaga kemudahan dalam mencapai lokasi tersebut, misalnya dengan adanya penunjuk arah dan papan informasi.

(22)

2. Aksesibilitas

Akses pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor ini mudah dicapai dari berbagai arah, baik dengan menggunakan kendaraan pribadi, kendaraan umum, maupun berjalan kaki. Pada Jalan Lingkar tersebut, sirkulasi untuk setiap pertigaan jalan yang ada (baik pertigaan mayor ataupun minor) berbeda-beda dengan arus yang bervariasi (Tabel 5). Secara keseluruhan, sirkulasi yang sesuai untuk mengelilingi Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor adalah sirkulasi yang berlawanan dengan arah jarum jam (Gambar 22). Hal ini disebabkan adanya ruas jalan (Jalan Jalak Harupat dan Jalan Otto Iskandardinata) dengan arus hanya satu arah dalam melewati Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor.

Gambar 22. Sirkulasi yang Sesuai untuk Mengelilingi Jalan Lingkar Luar Kebun Raya Bogor

Permasalahan aksesibilitas yang ada pada tapak adalah padatnya arus kendaraan yang melewati Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor, khususnya pada jam-

(23)

jam sibuk (jam kerja) yakni pagi, siang, dan sore menjelang malam hari. Hal ini menyebabkan perlunya solusi dalam mengatasi permasalahan tersebut, yakni dengan peningkatan aksesibilitas melalui pengaturan dan pengelolaan dari segi keluar masuknya kendaraan dari luar Kota Bogor (eksternal) yang berjalur cepat dengan kendaraan dalam kota (internal) dengan jalur lambat.

Tabel 5. Ilustrasi Sirkulasi Setiap Pertigaan Mayor dan Pertigaan Minor pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor

* Sumber: Pengamatan Lapang (2009)

No Jenis Pertigaan Ilustrasi Sirkulasi Pertigaan Titik-titik Pertigaan 1 Pertigaan Mayor (Ma) (a) Tugu Kujang (Ma 1), Polisi Militer

(Ma 3), dan Bank Mandiri (Ma 4)

(b) Plasa Pangrango (Ma 2) dan Bogor

Trade Mall (Ma 5)

(c) Plasa Bogor (Ma 6)

2 Pertigaan Minor (Mi) (a) Jl. Rumah Sakit I (Mi 1), Jl Rumah Sakit II (Mi 2), Jl. Malabar I (Mi 3), Jl. Malabar II (Mi 4), Jl. Lapangan Sempur (Mi 7), Jl. Gedung Sawah (Mi 8), Jl. Kantor Batu (Mi 9), dan Jl. Paledang (Mi 10)

(b) Jl. Pangrango (Mi 5)

(c) Jl. Salak (Mi 6)

(d) Jl. Lawang Sketeng (Mi 11) dan Jl.

Bangka (Mi 13)

(e) Jl. Kenteng (Mi 12)

(24)

Langkah ini dapat diwujudkan dengan pengaturan moda angkutan terutama angkutan yang melalui jalur cepat tersebut. Integrasi yang baik antara jaringan jalan arteri sekunder (Jl. Pajajaran) dan jalan kolektor primer (Jl. Juanda, Jl. Jalak Harupat, dan Otto Iskandardinata) sebagai jalur masuk dan keluar ke pusat kegiatan kota akan meningkatkan aksesibilitas. Hal lain yang dapat mendukung pengurangan pergerakan pada jalur jalan tersebut adalah meningkatkan pelayanan dari segi jenis sarana dan prasarana angkutan lain dalam hal ini diantaranya melalui moda angkutan Kereta Api.

3. Jenis Tanah

Jenis dan sifat tanah yang pada tapak mempengaruhi kemampuan pertumbuhan tanaman dan pembangunan struktur bangunan yang ada. Jenis tanah pada tapak didominasi oleh jenis tanah latosol coklat kemerahan, kecuali di daerah bantaran Sungai Ciliwung dan anak sungainya yang berjenis tanah aluvial kelabu.

Salah satu potensi tanah latosol adalah tanah ini mempunyai banyak kandungan bahan organik, Fe, dan Mn sehingga jenis tanahnya tergolong subur dengan kedalaman top soil antara 15-20 cm. Hal ini berpengaruh pada kesuburan tanaman yang ada pada tapak. Namun, tanah latosol mempunyai tingkat permeabilitas rendah sehingga beresiko rawan genangan air. Kendala tersebut dapat diatasi dengan memperbaiki sistem drainase pada tapak.

4. Topografi

Keadaan topografi pada tapak terlihat pada daerah disebelah Barat dan Timur tapak mempunyai topografi yang relatif datar, sedangkan daerah disebelah Utara dan Selatan tapak topografinya relatif curam yaitu mengarah pada Sungai Ciliwung yang membentang dari arah Selatan menuju ke arah Utara. Daerah yang berada di sepanjang Sungai Ciliwung ini yang merupakan titik terendah pada tapak. Keadaan topografi tersebut berkaitan erat dengan sistem drainase yang ada.

Aliran air yang ada dialirkan menuju badan sungai melalui saluran-saluran drainase, baik drainase terbuka maupun tertutup. Sebagian aliran air juga langsung

(25)

masuk dalam tanah (mengalami infiltrasi) pada bagian yang tidak terdapat perkerasan (masih hamparan rumput).

Sistem drainase pada tapak dapat diatasi dengan mengarahkan aliran air ke tempat yang lebih rendah, dalam hal ini menuju Sungai Ciliwung sebagai tujuan akhir. Selain itu bisa dengan menggunakan teknik rekayasa pemberian kemiringan beberapa persen pada saluran drainase agar aliran air dapat mengalir dengan lancar dan tidak menimbulkan genangan.

5. Iklim

Iklim sekitar Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor mengikuti iklim makro Kota Bogor, dimana keadaan udara dan cuaca cukup sejuk. Lebih sempit lagi iklim mikro yang ada pada tapak juga terkendali dengan baik karena adanya vegetasi yang tinggi sekitar Kebun Raya Bogor sehingga menjadikan udara sekitarnya menjadi teduh dan sejuk. Hal ini diperkuat oleh hasil kuisioner tentang kenyamanan sinar matahari yang dirasakan pada siang hari di sekitar tapak, dimana sebagian besar responden (75 %) menyatakan keadaannya teduh. Hal ini karena sebagian besar daerah pada jalan lingkar ini ternaungi oleh pohon-pohon tinggi. Sedangkan sisanya (25 %) beranggapan bahwa sinar matahari yang dirasakan terik sampai sangat terik. Anggapan ini didasarkan karena beberapa titik (spot) sekitar Jalan Lingkar Kebu Raya Bogor tidak ternaungi oleh pepohonan (Gambar 23).

Kualitas iklim Kota Bogor cenderung menurun dengan semakin meningkatnya suhu udara dalam kota. Hal ini disebabkan antara lain karena semakin berkurangnya ruang terbuka hijau kota, bertambahnya permukiman dan industri, serta semakin banyaknya kendaraan bermotor dalam kota.

Solusi yang mampu mengatasi permasalahan tersebut adalah penanaman tanaman di sekitar Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor, khususnya di kawasan pertigaan yang mempunyai fungsi sebagai tanaman peneduh (pengontrol sinar matahari), penyerap polusi dan kebisingan, sekaligus menambah nilai estetika.

Hal ini bertujuan agar kondisi sekitar tapak menjadi lebih nyaman dan estetik.

Suhu rata-rata pada tapak berkisar 26,2 oC setiap bulan, dengan suhu udara maksimum 31 oC dan suhu udara minimum 21,8 oC. Hal ini merupakan

(26)

kisaran suhu yang relatif sejuk untuk di daerah tropis seperti Indonesia. Kisaran suhu untuk kondisi daerah tropis antara 27-28 oC, sedangkan menurut Laurie (1986) suhu pada kondisi nyaman berkisar antara 10-26,6 oC. Kecepatan angin rata-rata 1,9 km/jam setiap bulan, dimana kecepatan angin ini dipengaruhi oleh padat tidaknya bangunan yang ada pada tapak.

Curah hujan 337,7 mm/bulan, hari hujan 17 hari/bulan dengan kelembaban kurang lebih 78,3 % setiap bulannya. Adanya curah hujan dan hari hujan yang cukup tinggi di sekitar tapak menyebabkan berbagai masalah, yakni jalan menjadi licin, tumbangnya pohon-pohon yang telah tua (keropos), jatuhnya ranting dan dahan pohon yang telah lapuk, dan penggenangan air di bagian jalan yang kondisi drainasenya kurang baik. Namun, permasalahan tersebut dapat diatasi dengan pemeliharaan dan penyulaman tanaman yang telah tua/lapuk secara intensif pada musim penghujan, memilih jenis tanaman yang mampu beradaptasi dengan cuaca yang ada, dan mendesain sistem drainase menjadi lebih baik agar tidak terjadi genangan air pada musim penghujan.

Gambar 23. Peta Persebaran Daerah Ternaungi dan tidak Ternaungi di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor pada Siang Hari

(27)

6. Vegetasi

Jenis vegetasi yang ada di tapak merupakan potensi yang harus dipertahankan. Keberadaaan vegetasi pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor sangat mempengaruhi iklim mikro sekitar tapak menjadi asri, teduh, dan nyaman.

Namun, ada beberapa kendala karena pohon yang ada di sekitar jalan lingkar ini didominasi oleh pepohonan besar dan berusia raturan tahun maka perlu adanya pemeliharaan khususnya pada musim hujan agar ranting atau batang yang telah rapuh (tua) tidak jatuh sembarangan di jalan raya dan membahayakan pemakai jalan. Selain itu dalam peletakan vegetasi sekitar jalan harus memperhatikan letak lampu jalan, ketinggian kanopi pohon, dan kerapatan tajuk pohon agar tidak terjadi permasalahan yang tidak diinginkan serta kondisinya menjadi lebih nyaman.

Tanaman dan vegetasi tropis yang khas yang memiliki nilai-nilai hias dan unik dari daun, bunga, dan bentuk percabangannya. Hal ini dapat disarankan dan diintroduksikan untuk ditanam pada taman-taman kota sejauh kondisi lingkungan tumbuhnya memungkinkan untuk ditanami, baik secara alami, melalui perbaikan sifat-sifat tanah (fisik dan kimia) atau kemungkinan untuk menggantinya. Hal ini, untuk mempertahankan fungsi tata hijau yang diinginkan pada rencana awal dan juga harus diperhitungkan mengingat kondisi lingkungan tumbuh tanaman (kondisi udara, tanah, dan air) di kawasan perkotaan sudah sangat berbeda dengan lingkungan tumbuh alaminya. Jenis-jenis tanaman tropis ini diajurkan untuk digunakan terutama yang terkait atau yang dapat merupakan ciri dan identitas daerah, seperti tanaman Kenari sebagai identitas Kota Bogor.

Khusus untuk penanaman dalam kawasan kota, pemilihan tanaman sangat diperhatikan karena tanaman mempunyai bagian-bagian dalam merekayasa lingkungan. Kegiatan untuk pemilihan jenis tanaman tidak hanya pada pemilihan berdasarkan bangun, bentuk, atau karakteristik arsitektural secara individual (bentuk segitiga, bulat, ellips, merunduk, memayung, dan lain-lain) serta berkelompok, tetapi juga pada fungsi-fungsi yang diinginkan (aksentuasi, pelembut bangunan, peredam kebisingan, penyerap partikel debu dan polusi, monumental, perlindungan fisik, konservasi hayati, rekreasi, dan lain-lain) pada bagian atau tapak tersebut, serta persyaratan budidayanya (toleransi terhadap

(28)

kekeringan dan salinitas, toleransi pada kondisi lingkungan tercemar dan tanah marginal serta hama dan penyakit tanaman, vandalisme, keinginan untuk mendapatkan kerimbunan daun dan bunga, dan sebagainya), pada lingkungan tumbuh (tanah, air, dan udara) yang marjinal serta tingkat pengelolaan dan pemeliharaan (intensif dan kurang intensif).

Dinas Pertamanan (2005) menyatakan empat faktor utama yang harus diperhatikan untuk keberhasilan penanaman di kawasan kota:

a. sesuai dengan rencana dan rancangan yang telah dibuat (dalam faktor ini maka bangun arsitektur dan fungsi sudah ditetapkan);

b. dapat tumbuh dan berkembang baik di lingkungan tumbuhnya yang baru;

c. dapat diterima oleh pemakai (users) di kawasan ini dan warga kotanya;

d. relatif mudah (managable) dan murah pemeliharaannya.

7. Drainase

Drainase atau saluran air yang ada pada tapak terbagi menjadi dua, yaitu drainase alam dan drainase buatan. Drainase alam pada tapak terlihat dengan adanya beberapa saluran air yang langsung menuju pada Sungai Ciliwung dan dibagian tertentu yang masih tersusun oleh rumput (tanpa adanya perkerasan) langsung masuk kedalam tanah. Drainase buatan yang ada pada tapak mengikuti pola jaringan jalan yang ada sesuai dengan desain konstruksi drainase. Drainase buatan ini dibagi menjadi dua tipe, yaitu drainase terbuka dan drainase tertutup.

Saluran terbuka yang terdapat pada Jalan Pajajaran dan Jalak Harupat terdiri dari saluran besar dan kecil. Saluran besar berfungsi menampung air yang berasal dari badan jalan, trotoar, dan air yang tidak terserap oleh jalur hijau.

Saluran besar tersebut kemudian mengalirkan aliran air ke Sungai Ciliwung.

Sedangkan saluran kecil berfungsi untuk mengalirkan aliran air permukaan pada badan jalan ke saluran besar.

Jenis drainase yang mendominasi pada Jalan Juanda dan Otto Iskandardinata adalah drainase buatan tertutup berupa gorong-gorong, dimana drainase buatan ini ada dibawah trotoar pejalan kaki. Sistem aliran air drainase yang ada mengikuti pola jaringan jalan dan kondisi fisik salurannya masih berfungsi dengan baik. Hal ini karena pemeliharaan saluran air cukup diperhatikan

(29)

oleh peme pengambil tersumbat

Gambar

8. Kond Jal mempuny Tabel 3 te Lingkar K terganggu persimpan pembagian 2002).

Be muncul p sehingga kesulitan d menyebera kurang pe penghujan kurangnya

erintah setem lan sampah

dan tidak la

r 24. Kegiat

disi Jalan lan yang yai kondisi y

entang kond Kebun Ray u oleh jalu ngan, maka n ruas-ruas

erdasarkan pada ruas J

menyebabk dan ketidak ang jalan, b emeliharaan n, dan raw a pencahaya

mpat. Kegi h-sampah d ancar (Gam

tan Pemelih

ada pada yang berbed disi umum m

ya Bogor.

ur kendara harus dipe jalan arter

pengamatan Jalan Pajaj kan polusi knyamanan beberapa po n berpotens wan tindak

aan.

atan pemeli di saluran y mbar 24).

haraan Salur

kawasan da-beda. Ha masing-mas Jalan Paja an lambat erketat lagi

ri dengan d

n pada tap jaran, dian udara di k pemakai ja ohon besar si mengala kejahatan

iharaan dap yang berpot

ran Drainas

Jalan Ling al ini telah d sing jalan ya ajaran (arte apalagi t dengan sis desain geom

ak, ada be taranya tin kawasan jala alan khususn yang kondi mi tumban terutama

pat berupa p tensi meny

e pada Rua

gkar Kebu dijelaskan s ang terdapa eri sekund terdapatnya

tem rambu metris terten

eberapa per ngginya tin an ini sem nya para pe isinya sudah ng khususn

pada mala

pembersihan ebabkan sa

s Jalan Juan

un Raya B sebelumnya at di sekitar der) tidak b

beberapa lalu lintas ntu (BAPPE

rmasalahan ngkat kema makin menin

ejalan kaki u h sangat tu ya pada m am hari k

n dan aluran

nda

Bogor a pada Jalan boleh titik serta EDA,

yang acetan ngkat, untuk a dan musim karena

(30)

Berbeda dengan kondisi Jalan Jalak Harupat yang sebagian ruas jalannya hanya dibuat satu arah sehingga tingkat kemacetan pada jalan ini relatif lebih rendah, namun hal ini menyebabkan kenyamanan dan keamanan para pejalan kaki semakin menurun karena kendaraan yang melalui ruas Jalan Jalak Harupat rata- rata melaju dengan kecepatan cukup tinggi (50 km/jam) dan keberadaan trotoar (jalur pedestrian) langsung berdekatan dengan badan jalan tanpa adanya jalur hijau yang memisahkannya. Hal inilah yang menjadi permasalahan pada ruas Jalan Jalak Harupat.

Jalan Juanda juga mempunyai potensi rawan kemacetan karena volume kendaraan yang melewati jalan ini relatif tinggi. Bentuk jalan yang ada sama dengan kondisi jalan pada ruas Jalan Jalak Harupat, yakni antara badan jalan dengan trotoar (jalur pedestrian) tidak dipisahkan dengan jalur hijau. Hal ini juga menimbulkan permasalahan yang sama, berupa ketidaknyamanan dan ketidakamanan para pemakai jalan khususnya para pejalan kaki dalam berjalan maupun menyeberang jalan. Hal ini dapat diminimalisir dengan pelebaran trotoar (jalur pedestrian) dengan mengambil bagian pada badan jalan yang ada dan menyediakan sedikit jalur hijau berupa pot-pot yang berisi tanaman yang selain berfungsi untuk keamanan (pelindung) bagi para pejalan kaki juga berfungsi sebagai penyerap polusi, kebisingan, dan estetika.

Jalan Otto Iskandardinata mempunyai potensi pada badan jalan yang relatif lebar dengan volume kendaraan yang melewatinya cukup rendah. Namun, karena adanya pasar pada kawasan jalan ini, maka tingkat permasalahan yang ditimbulkan lebih besar dibandingkan dengan ruas jalan yang lain. Permasalahan yang ada mulai dari tingkat kemacetan pada pertigaan depan Plasa Bogor karena banyaknya pedagang kaki lima di sepanjang trotoar jalan, polusi udara dan kebisingan akibat kemacetan kendaraan yang ada, banyaknya sampah pedagang, bau tidak sedap dari kotoran kuda (delman), dan sebagian badan jalan banyak digunakan angkot dan delman sehingga badan jalan terlihat sempit. Hal ini menyebabkan para pemakai jalan khususnya para pejalan kaki merasa tidak nyaman dan aman melewati jalan tersebut.

(31)

Gambar 25. Peta Persebaran Daerah Rawan Kemacetan pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor

Hambatan pada arus pergerakan lalu lintas sudah dapat menimbulkan antrian kendaraan (kemacetan lalu-lintas). Kemacetan lalu lintas juga disebabkan oleh tingkat disiplin pengemudi yang rendah dan kurangnya pemahaman pengemudi terhadap peraturan lalu lintas. Untuk mengatasi hal ini dilakukan pendekatan sosio-kultural serta penerapan sanksi yang tegas dan konsisten sesuai dengan peraturan yang berlaku (BAPPEDA, 2006).

9. Street Furniture

Keadaan street furniture (bangunan pelengkap jalan) pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor sudah cukup baik, tapi masih belum memadai jumlah dan tata letaknya. Tata letak sebagian street furniture, baik peralatan pengatur lalu lintas (seperti rambu-rambu lalu lintas, papan penunjuk informasi atau sign board untuk jalan atau tempat tertentu, dan marka jalan), fasilitas jalan (seperti bak tanaman, bak sampah, papan iklan, telepon umum, shelter, hidrant dan kotak surat), maupun perlengkapan jalan (seperti lampu jalan, instalasi listrik, dan instalasi

(32)

telepon) masih kurang sesuai dan membutuhkan perhatian dalam peletakannya.

Hal ini dimaksudkan agar keberadaan street furniture yang tersebar di sekitar Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor diletakkan di area yang strategis sesuai fungsinya masing-masing dan tidak mengganggu pemakai jalan sehingga keberadaannya dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh pengguna.

Permasalahan street furniture yang paling menonjol pada tapak adalah Penempatan (peletakan) papan reklame yang kurang sesuai dan minimnya pencahayaan. Penempatan papan reklame pada tapak harus disesuaikan, ditata, dan tidak menutup (memblok) view yang sebenarnya berpotensi memberikan kenyamanan visual bagi pemakai jalan.

Kondisi pencahayaan pada tapak masih sangat kurang. Pencahayaan yang ada hanya berasal dari penerangan jalan umum (PJU), sedangkan penerangan untuk trotoar sekitar jalan lingkar belum maksimal. Hal ini karena sebagian lampu yang ditujukan untuk trotoar banyak yang mengalami kerusakan akibat vandalisme dan kurang pemeliharaan. Pada malam hari untuk ruas Jalan Jalak Harupat, Juanda, dan Otto Iskandardinata masih tidak mengurangi kenyamanan bagi pemakai jalan, khususnya para pejalan kaki. Hal ini dikarenakan adanya lampu dari bangunan yang ada di sekitar jalan tersebut dan lampu trotoar sebagian besar tidak dihalangi oleh kanopi (tajuk) pohon yang ada.

Berbeda dengan ruas Jalan Pajajaran, kondisi malam hari kurang nyaman dan cukup mengganggu pemakai jalan, khususnya para pejalan kaki karena lampu trotoar dan lampu jalan terhalang oleh kanopi (tajuk) pohon yang ada. Hal ini disebabkan oleh keberadaan trotoar yang dipisahkan oleh jalur hijau yang ada.

Khusus untuk Jalan Pajajaran ini diperlukan sebuah sistem penerangan lampu yang mampu mengatasi masalah yang ada sehingga para pengguna jalan dapat dengan nyaman melewati jalan tersebut.

10. Tata Guna Lahan

Pola penggunaan lahan identik dengan struktur penggunaan lahan. Pada umumnya wilayah permukiman yang ada berkembang secara linier mengikuti jaringan jalan yang ada, sehingga berpotensi dalam menambah laju tingkat perkembangan wilayah Kota Bogor. Kecamatan Bogor Tengah cenderung

(33)

berpotensi sebagai pusat perdagangan dan jasa yang ditunjang oleh perkantoran dan wisata ilmiah. Hal ini sesuai dengan hasil analisa yang dilakukan oleh BAPPEDA (2002), menyatakan bahwa potensi serta kebijaksanaan yang sedang dan telah diterapkan, maka Kota Bogor yang terkenal dengan sebutan “Kota dalam Taman“ dengan Visi pembangunannya mewujudkan “Kota Bogor sebagai Kota Internasional” sehingga layak memiliki fungsi kota sebagai berikut:

a. Kota Permukiman

b. Kota Jasa dan Perdagangan Regional c. Kota Pendidikan

d. Kota Industri e. Kota Wisata Ilmiah.

Pola penggunaan lahan pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor yang utama adalah sebagai jalur lalu lintas dalam kota yang menghubungkan antar daerah dalam Kota Bogor. Jalan tidak hanya memberikan kelancaran dalam melakukan aktivitas perkotaan yang ramai dan padat, tetapi jalan juga harus memberikan pengalaman visual bagi para pemakai jalan. Oleh karena itu desain lanskap jalan, khususnya lanskap pertigaan harus mampu menghasilkan sebuah akses transportasi yang lancar, aman, dan nyaman serta meningkatkan kualitas visual jalan untuk mendukung aktivitas pemakai jalan pada kawasan jalan lingkar ini.

Kondisi Sosial

Peran masyarakat pada tapak tidak hanya semata-mata sebagai pengguna pertigaan yang ada pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor, tetapi juga berperan dalam upaya memelihara kondisi jalan yang ada secara umum sehingga dalam penggunaannya sehari-hari sesuai dengan aturan yang berlaku tanpa merusak fasilitas dan pelengkap jalan yang tersedia.

Berdasarkan hasil kuisioner yang telah disebarkan kepada 40 responden yang ada di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor diperoleh bahwa pengguna potensial pada tapak terdiri dari pengguna yang merupakan penduduk asli Kota Bogor dan pengguna yang berasal dari luar Kota Bogor (masyarakat pendatang).

Pengguna yang berasal dari dalam Kota Bogor lebih mendominasi pada tapak dibandingkan dengan pengguna yang berasal dari luar Kota Bogor.

(34)

Secara umum, aktivitas dan intensitas pemakai jalan yang ada di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor sangat beragam (Tabel 6). Aktivitas yang dominan dilakukan para pemakai jalan diantaranya berjalan-jalan (di trotoar), olah raga, menyeberang jalan, menunggu kendaraan, berkendaraan (mobil dan motor), bersepeda, mengemdarai delman, berjualan, duduk-duduk, berbincang-bincang, berbelanja, dan rekreasi. Intensitas waktu yang digunakan untuk beraktivitas pada tapak dominan pada pagi hari, siang hari, sore hari, dan malam hari baik pada hari kerja maupun pada hari libur.

Jenis aktivitas dan intensitas pemakai jalan pada tapak dapat menjadi sebuah kendala dan potensi pada tapak. Aktivitas dan intensitas yang berlebihan tanpa aturan yang berlaku dapat menimbulkan berbagai masalah, antara lain kemacetan lalu lintas; vandalisme pada fasilitas-fasilitas yang ada di sekitar jalan;

pencemaran udara, air, dan tanah dengan pembuangan sampah sembarangan;

berkembangnya pedagang kaki lima (PKL); dan munculnya tindak kejahatan (pencopetan dan praktek prostitusi). Apabila aktivitas dan intensitas pemakai jalan yang ada diatur dengan aturan dan kesinambungan antar desain jalan, trotoar (jalan pedestrian), serta kondisi lanskap yang ada maka kemungkinan terjadi masalah yang tidak diinginkan akan relatif kecil dan mudah diatasi.

Tabel 6. Jenis Aktivitas dan Intensitas Pemakai Jalan yang Dominan pada Setiap Ruas Jalan di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor

No Nama Jalan Jenis Aktivitas Intensitas 1 Jalan Pajajaran Berjalan-jalan

Olah Raga

Menyeberang Jalan Menunggu Kendaraan

Berkendaraan (mobil dan motor) Bersepeda

Mengendarai Delman Berjualan

Duduk-duduk Berbincang-bincang Berbelanja

Rekreasi

Pagi dan sore hari Pagi hari (di hari libur) Pagi sampai malam hari Pagi sampai malam hari Pagi sampai malam hari Pagi sampai sore hari (jarang) Siang dan sore hari (di hari libur)

Pagi sampai sore hari Siang dan sore hari Siang dan sore hari Siang hari (jarang)

Siang dan sore hari (di hari libur)

(35)

Lanjutan Tabel 6

*Sumber: Pengamatan Lapang (2009)

Kebijakan Pemerintah

Kebijakan Pemerintah Kota Bogor sangat berperan sebagai pedoman atau patokan dalam mengembangkan Kota Bogor secara umum. Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor yang terletak di kawasan Bogor Tengah sangat mempengaruhi akses jalan transportasi di pusat Kota Bogor. Desain jalan secara umum dan jalan-jalan pertigaan harus diperhatikan agar kelancaran dan kenyamanan lalu lintas pada

No Nama Jalan Jenis Aktivitas Intensitas 2 Jalan Jalak Harupat Berjalan-jalan

Olah Raga

Menyeberang Jalan Menunggu Kendaraan

Berkendaraan (mobil dan motor) Bersepeda

Mengendarai Delman Berjualan

Duduk-duduk Berbincang-bincang Berbelanja

Rekreasi

Pagi dan sore hari Pagi hari (di hari libur)

Pagi sampai malam hari (jarang) Pagi sampai malam hari (jarang) Pagi sampai malam hari Pagi sampai sore hari (jarang) Siang dan sore hari (di hari libur)

Siang hari

Siang hari (jarang) -

-

Siang hari (jarang) 3 Jalan Juanda Berjalan-jalan

Olah Raga

Menyeberang Jalan Menunggu Kendaraan

Berkendaraan (mobil dan motor) Bersepeda

Mengendarai Delman Berjualan

Duduk-duduk Berbincang-bincang Berbelanja

Rekreasi

Pagi sampai sore hari Pagi hari (di hari libur) Pagi sampai malam hari Pagi sampai malam hari Pagi sampai malam hari Pagi sampai sore hari (jarang) Siang dan sore hari (di hari libur)

Pagi sampai malam hari Siang dan sore hari Siang dan sore hari Pagi sampai malam hari Siang dan sore hari 4 Jalan Otto

Iskandardinata

Berjalan-jalan Olah Raga

Menyeberang Jalan Menunggu Kendaraan

Berkendaraan (mobil dan motor) Bersepeda

Mengendarai Delman Berjualan

Duduk-duduk Berbincang-bincang Berbelanja

Rekreasi

Pagi sampai sore hari Pagi hari (di hari libur) Pagi sampai malam hari Pagi sampai malam hari Pagi sampai malam hari Pagi sampai sore hari (jarang) Pagi sampai sore hari

Pagi sampai malam hari Siang dan sore hari Siang dan sore hari Pagi sampai malam hari Siang dan sore hari

(36)

jalan lingkar ini tetap dapat terjaga. Hal ini menyebabkan kawasan jalan lingkar perlu perhatian dalam pengembangannya agar sesuai dengan aturan yang ada.

Rencana pengembangan dan penataan ruang yang ada ditujukan untuk mengembangkan potensi struktur tata ruang wilayah Kecamatan Bogor Tengah dengan kegiatan-kegiatan yang telah membentuk wujud sebuah kota. Kegiatan yang ada pada tapak tersebut, seperti kegiatan perbelanjaan dan niaga, kawasan perkantoran (pemerintahan), dan kawasan wisata ilmiah (BAPPEDA, 2002).

Selanjutnya dilakukan upaya-upaya penataan terhadap elemen-elemen kota terutama yang bermasalah sehingga pada masa yang akan datang akan lebih tercipta Kota Bogor yang sesuai dengan sebutan atau motto "Kota Beriman (Bersih, Indah dan Nyaman)".

Karakter Lanskap Pertigaan

Sepanjang Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor terdapat pertigaan jalan yang jumlahnya sebanyak 19 pertigaan, terdiri dari 6 pertigaan besar (mayor) dan 13 pertigaan kecil (minor). Enam pertigaan mayor tersebut terdiri dari pertigaan yang ada di Tugu Kujang, Plasa Pangrango, Polisi Militer, Bank Mandiri, Bogor Trade Mall, dan Plasa Bogor). Sedangkan pertigaan minor adalah pertigaan yang ukurannya lebih kecil dari pertigaan mayor, diantaranya pertigaan pada Jalan Rumah Sakit I, Rumah Sakit II, Malabar I, Malabar II, Pangrango, Salak, Lapangan Sempur, Gedung Sawah, Kantor Batu, Paledang, Lawang Sketeng, Kenteng, dan Bangka.

Pertigaan yang ada pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor, baik pertigaan mayor maupun minor mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Komponen karakter lanskap pertigaan yang dijelaskan dan dianalisis meliputi tipe pertigaan, bentuk landform pertigaan (topografi, denah, dan ilustrasi potongan), sirkulasi pertigaan, jenis dan fungsi vegetasi yang ada di sekitar pertigaan, dan elemen penunjang pada pertigaan (Lampiran 5 dan Lampiran 6).

(37)

Tabel 7. Pembagian Jenis Jalan Pertigaan yang Tersebar di Setiap Ruas Jalan pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor

No Nama Jalan Pertigaan Mayor Pertigaan Minor 1 Jalan Pajajaran Tugu Kujang (Ma 1)

Plasa Pengrango (Ma2)

Jalan Rumah Sakit I (Mi 1) Jalan Rumah Sakit II (Mi 2) Jalan Malabar I (Mi 3) Jalan Malabar II (Mi 4)

2 Jalan Jalak Harupat - Jalan Pangrango (Mi 5)

Jalan Salak (Mi 6)

Jalan Lapangan Sempur (Mi 7) 3 Jalan Juanda Polisi Militer (Ma 3)

Bank Mandiri (Ma 4) Bogor Trade Mall (Ma 5)

Jalan Gedung Sawah (Mi 8) Jalan Kantor Batu (Mi 9) Jalan Paledang (Mi 10) Jalan Lawang Sketeng (Mi 11) 4 Jalan Otto Iskandardinata Plasa Bogor (Ma 6) Jalan Kenteng (Mi 12)

Jalan Bangka (Mi 13)

*Sumber: Pengamatan Lapang (2009)

Tipe pertigaan, baik pertigaan mayor ataupun minor secara umum terbagi menjadi bentuk T dan Y. Landform masing-masing pertigaan mempunyai karakter yang beragam. Menurut Booth (1988), landform merupakan salah satu elemen terpenting dalam desain lanskap yang erat hubungannya dengan topografi.

Beberapa peran landform diantaranya secara langsung melahirkan karakter estetika, ritme (pergerakan), komposisi dan elemen visual dalam suatu tapak;

mempengaruhi iklim mikro setempat (banyaknya sinar matahari yang masuk, aliran angin, dan akumulasi presipitasi); dan mempengaruhi penggunaan lahan suatu kawasan dengan pola pengembangannya.

Bentuk landform secara umum dibagi menjadi lima, yakni landform datar, cembung (convex), ridge, cekung (concave), dan valley (Booth, 1988). Masing- masing bentuk landform tersebut mempunyai karakter yang berbeda-beda.

Landform datar mempunyai karakter bahwa adanya keterbukaan ruang dan dapat memperluas pandangan. Kelemahan landform datar adalah:

a. tidak adanya ruang terlindung, b. tidak ada sense of privacy, dan

c. tidak terdapat perlindungan terhadap gangguan.

(38)

Penekanan secara horizontal pada landform datar dapat menjadi elemen yang harmonis jika dipadukan dengan setting lingkungan disekitarnya dan penekanan secara vertikal pada landform datar dapat menjadi elemen kontras yang dapat menjadi focal point.

Landform cembung (convex) dapat menjadi focal point bila dikelilingi dengan landform datar. Kombinasi dua landform cembung yang berdampingan dapat membatasi ruang, pandangan, dan dapat dijadikan sebagai penghalang pergerakan angin di musim dingin. Bentukan landform seperti ini akan menyebabkan pandangan ke arah samping akan terhalang.

Bentuk landform ridge merupakan titik-titik tertinggi permukaan yang berbentuk linier dengan bentukan lahan yang menyerupai landform cembung (convex). Ridge juga berfungsi sebagai pengatur arah jatuhnya air hujan sehingga membagi kawasan menjadi beberapa daerah aliran sungai.

Landform cekung (concave) merupakan bentukan lahan cekung yang ada pada tapak. Orientasi pandangan yang terjadi pada bentuk landform ini adalah ke arah dalam dan berpotensi ideal sebagai panggung. Bentuk landform valley (lembah) merupakan ruang positif karena dapat dilakukan berbagai aktivitas didalamnya.

Penggunaan landform mampu menciptakan rangkaian pemandangan yang berbeda selama perpindahan menuju objek tertentu. Hal ini karena landform dapat digunakan untuk mempengaruhi arah, kecepatan, dan ritme pergerakan manusia maupun kendaraan. Adanya landform datar membuat manusia atau kendaraan bergerak lebih cepat dibandigkan dengan landform yang berlerang. Selain itu, landform dapat dimodifikasi untuk menutupi pemandangan yang tidak bagus, seperti tempat pembuangan sampah dan area parkir.

Daerah persimpangan (intersection) merupakan jalur dan bagian jalan yang berpotensi terjadi konflik lalu lintas dan sering menyebabkan berbagai permasalahan, khususnya kecelakaan. Jenis sirkulasi yang ada adalah sirkulasi dengan menggunakan traffic island (berupa taman pertigaan dan tugu) dan tanpa traffic island. Sirkulasi masing-masing pertigaan mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah setempat dengan rambu-rambu lalu lintas agar akses di sekitar jalan lingkar ini menjadi lancar dan tidak terjadi konflik lalu lintas.

(39)

Vegetasi merupakan salah satu elemen lanskap yang menyusun karakter lanskap pertigaan. Jenis dan fungsi vegetasi mampu mempengaruhi identitas dan karakter lanskap yang ada. Berbagai jenis pohon, semak, dan penutup tanah yang ada di setiap kawasan pertigaan mempunyai fungsi masing-masing, yakni fungsi pereduksi kebisingan, penyerap polusi, pengontrol radiasi matahari (peneduh), pengarah, dan fungsi estetika. Vegetasi yang ada pada setiap pertigaan dominan berfungsi sebagai vegetasi peneduh. Selain itu keberadaan elemen penunjang di kawasan pertigaan sangat mempengaruhi aktivitas yang ada. Secara umum elemen penunjang yang ada di setiap pertigaan adalah lampu lalu lintas, rambu lalu lintas, marka jalan, lampu jalan, lampu taman, pagar pembatas, sign board, bak tanaman, tempat sampah, telepon umum, tugu, patung, pos polisi, papan reklame, dan billboard.

1. Pertigaan Besar (Mayor)

Pertigaan mayor merupakan pertigaan yang secara fisik mempunyai ukuran lebih besar dibandingkan dengan pertigaan minor. Batasan analisis yang dilakukan pada setiap pertigaan mayor adalah mengambil batas sejauh 50 meter dari titik pusat pertigaan untuk menganalisis karakter lanskap pertigaannya.

Karena belum adanya peraturan yang menekankan batasan studi jalan pertigaan, maka jarak tersebut diambil sebagai patokan untuk menganalisis setiap pertigaan mayor agar lebih mudah. Selain ukuran, batasan juga didasarkan pada fungsi jalan yang menyusun pertigaan mayor (Tabel 8).

Tabel 8. Pembagian Tipe Kombinasi Fungsi Jalan yang Menyusun Pertigaan Mayor pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor

No Tipe Kombinasi Pertigaan Nama Pertigaan Mayor

Kode Pertigaan Mayor

1 Tugu Kujang

Plasa Pangrango

Ma 1 Ma 2

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang backpack safety dengan keluhan nyeri punggung pada siswa Sekolah Dasar

Digunakan teori kegagalan MSST dan MNST yaitu untuk mencari tekanan dalam, dimana tekanan dalam yang dicari pada posisi jari-kari dalam tube (r i ), selain itu

Hasil penelitian menunjukkan diperoleh nilai r sebesar 0,922 sehingga berdasarkan kekuatan hubungan dapat disimpulkan kekuatan hubungan antara lama hemodialisis dengan kualitas

(ROE) pada PT.Bank Rakyat Indonesia (PERSERO) Tbk, menunjukan bahwa kinerja bank BRI masuk dalam kategori Tidak Sehat jika dibandingkan dengan ketetapan dari

Pendapat lain mengatakan bahwa aksesibilitas merupakan kemampuan untuk mencapai suatu tujuan wisata tertentu, dapat lebih mudah atau sulit untuk menjangkaunya yaitu

Bentuk pengolahan harian Riau Pos, antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut: Pemimpin Umum adalah orang yang bertanggung jawab atas seluruh kerja dalam organisasi,

Sadu wicara puniki anggen ngrereh data sane kapertama indik kawentenan nganggen sor singgih basa ritatkala mabebaosan ring pepruman olih kramaDesa Adat Ayunan, sane