• Tidak ada hasil yang ditemukan

RITUAL MANDI DI KOLAM KERAMAT CIHUNJURAN DESA CIKONENG-PANDEGLANG-BANTEN. (Studi Tradisi dan Pengaruhnya bagi Masyarakat) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RITUAL MANDI DI KOLAM KERAMAT CIHUNJURAN DESA CIKONENG-PANDEGLANG-BANTEN. (Studi Tradisi dan Pengaruhnya bagi Masyarakat) SKRIPSI"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

RITUAL MANDI DI KOLAM KERAMAT CIHUNJURAN DESA CIKONENG-PANDEGLANG-BANTEN

(Studi Tradisi dan Pengaruhnya bagi Masyarakat)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Agama

(S.Ag.)

Oleh:

Lingga Irfa Binangkit NIM: 11140321000062

PRODI STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021

(2)

i

LEMBAR PERSETUJUAN

RITUAL MANDI DI KOLAM KERAMAT CIHUNJURAN DESA CIKONENG-PANDEGLANG-BANTEN

(Studi Tradisi dan Pengaruhnya bagi Masyarakat)

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

Oleh:

Lingga Irfa Binangkit NIM: 11140321000062

Di Bawah Bimbingan

Siti Nadroh, M.A NUPN. 9920112687

PRODI STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021

(3)

ii

LEMBAR PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Lingga Irfa Binangkit Fakultas : Ushuluddin

Jurusan/Prodi : Studi Agama-Agama

Judul Skripsi : Ritual Mandi di Kolam Keramat Cihunjuran Desa Cikoneng- Pandeglang-Banten (Studi Tradisi dan Pengaruhnya bagi Masyarakat)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang dianjurkan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(4)

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASYAH

Skripsi ini berjudul Ritual Mandi Di Kolam Keramat Cihunjuran Desa Cikoneng-Pandeglang-Banten (Studi Tradisi dan Pengaruhnya bagi Masyarakat) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada 2 Juni 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada Jurusan Studi Agama-Agama

Jakarta, 06 Agustus 2021 Sidang Munaqasyah,

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Syaiful Azmi, M.A. Lisfa Sentosa Aisyah, M.A.

NIP. 19710310 199703 1 005 NIP. 19750506 200501 2 003 Anggota,

Penguji I Penguji II

Prof. Dr. M. Ikhsan Tanggok, M.Si. Prof. Dr. Media Zainul Bahri, M.A.

NIP. 196511291994031002 NIP. 197510192003121003 Pembimbing,

Siti Nadroh, M.A.

NUPN. 9920112687

(5)

iv ABSTRAK

Lingga Irfa Binangkit

Judul Skripsi : “Ritual Mandi Di Kolam Keramat Cihunjuran Desa Cikoneng- Pandeglang-Banten : Studi Tradisi dan Pengaruhnya bagi Masyarakat”

Ritual keagamaan yang dilaksanakan oleh penganut suatu agama pada dasarnya merupakan ekspresi rasa keberagamaan dalam diri mereka yang timbul dari keyakinan dan kepercayaan terhadap adanya sesuatu di luar diri mereka yang dianggap sebagai realitas tertinggi. Demikian juga halnya dengan ritual mandi di kolam keramat Cihunjuran yang terletak di Desa Cikoneng, yang dipraktikan oleh sebagian masyarakat yang mendukungnya, selain itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses ritual yang dilakukan dan pengaruhnya terhadap hidup mereka, serta pengaruh pelaksanaan ritual keagaman tersebut dalam kehidupan mereka.

Penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian lapangan, dilakukan di Desa Cihunjuran, selama rentang waktu antara bulan Desember 2019 sampai bulan juni 2020. Peneliti menggunakan pendekatan Historis, Antropologi fungsionalis Malinowski dan Sosiologi. Pendekatan historis ini menggunakan literatur studi dokumentasi selain itu penulis`melakukan wawancara dengan pihak yang besangkutan, sedangkan antropologi fungsionalis Malinowski berguna untuk menjelaskan fungsi-fungsi dari ritual Kegamaan yang dilakukan oleh masyarakat atau pengunjung, serta pendekatan sosiologi Agama oleh Emile Durkheim yaitu mencari relevansi dan pengaruh agama terhadap fenomena social, yaitu pengaruh agama terhadap kehidupan social yang dilakukan oleh pelaku ritual mandi di kolam keramat Cihunjuran. Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti yaitu dengan observasi, wawancara dan dokumentasi dengan menelusuri bahan- bahan pustaka yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Mengenai pelaksanaanya tradisi Mandi di kolam keramat terus berlangsung hingga saat ini, hal ini merajuk pada cerita masyarakat yang berkembang, sehingga kolam Cihunjuran di keramatkan oleh masyarakat Cikoneng karena mereka percaya kolam tersebut memiliki sejarah yang merupakan petilasan dari tokoh-tokoh yang berpengaruh di Banten seperti Aki Tirem Luhur Mulia yang dikenal dengan kebijaksanaan dan kecerdasaannya dan tempat pemandian raja Salakanagara, serta tempat bertapa Sultan Maulana Hasanuddin. Ritual mandi dikolam keramat mulai dikenal pada tahun 1932 pada saat alm. bapak Burhan menjadi juru kunci pertama di Cihunjuran. tujuan pelaku ritual mengunjungi Cihunjuran sangat beragam salah satu diantaranya adalah mempraktikan ritual mandi di kolam keramat hanya untuk permintaannya terkabul yang berpengaruh terhadap kehidupan mereka.

Kata kunci : Ritual, Keramat dan Tradisi

(6)

v

KATA PENGANTAR

Bissmillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang telah memberikan kenikmatan berupa akal dan keinginan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “Ritual Mandi di Kolam Keramat Cihunjuran Desa Cikoneng-Pandeglang-Banten (Studi Tradisi dan Pengaruhnya bagi Masyarakat)”. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada sang penutup para Nabi, Muhammad SAW yang telah membawa perubahan terhadap peradaban dunia dengan hadirmya ilmu pengetahuan dan menjadi juru tauladan bagi para pengikutnya dengan akhlak al-karimha-Nya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak baik berupa materiil maupun dorongan moril. Oleh karena itu, sebagai tanda syukur dan penghargaan yang tulus, penulis menghaturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Teruntuk kedua orang tua saya Ayah (Muslihat) dan Ibu (Sakiyah) yang selalu mendoakan dan menyemangati setiap kegiatan termasuk dalam menyusun skripsi ini. Terima kasih atas segala hal yang telah bapak dan ibu berikan.

2. Teruntuk Sahabat saya, Ayu Sasmitha, Nina Syafariyah dan Mahfudhoh yang telah mengantar saya dalam melakukan penelitian, terima kasih banyak karna telah mau membantu penyelesaian skripsi hingga selesai.

3. Ibu Siti Nadroh, M.A. selaku pembimbing dalam penulisan skripsi, yang telah memberikan arahan dengan segenap kesabaran dan ketelitian dalam

(7)

vi

membimbing penulis dengan sangat baik. Beliau selalu memberikan motivasi dan bimbingan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Syaiful Azmi, M.A. selaku Ketua Jurusan Studi Agama-Agama merangkap penasehat akademik dan Ibu Lisfa Sentosa Aisyah, M.A.

selaku Sekretaris Jurusan Studi Agama-Agama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan pelayanan kepada mahasiswanya dengan baik.

5. Segenap Bapak dan ibu Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas wawasan serta pengetahuan yang diberikan kepada penulis selama belajar di kampus ini.

6. Kepada seluruh staf Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Perpustakaan Universitas yang telah menyediakan fasilitas yang dibutuhakan oleh penulis.

7. Kepada keluarga besar penulis, kakak, adik, paman, bibi, nenek, dan lainnya. Terima kasih atas do’a dan dukungannya beserta segala yang telah diberikan kepada penulis.

8. Pengurus yang ada di komplek Situs Cihunjuran terutama kepada Bapak Sukmajati selaku sesepuh Situs, dan Bapak Laksa serta Masyarakat Desa Cikoneng.

9. Kepada staf Desa Cikoneng, terima kasih telah memberikan ijin penulis unutk melakukan penelitian, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Kepada teman-teman saya khususnya, Dedeh, Siti Mahfudhoh, Swandi, Rexy Oktaviani, Fauziah Gustapo dan Shabrina Ghaisani yang telah

(8)

vii

membantu meluangkan waktunya untuk membantu dalam penyelesain skripsi penulis.

11. Kepada mahfudhloh, wardah Humaeroh dan Khilda fauziah selaku teman seperjuangan dalam menyelesaikan skripsi ini dan selalu menemani saya.

12. Kepada partner kerja saya, Dewi Kurniasari, Rulina Siahaan, Ina Fitri Anwari, Rizka Ramadhanty, Ulfaturrahmah, Farida yang menyemangati dalam penyelesaian skripsi penulis.

13. Kepada teman KKN Khususnya Nanda, Dewi, Irna, Nayla yang telah menjadi teman untuk berdiskusi.

14. Kepada teman-teman kelas SAA, Zuhroh, Feni, Huda, Nana, Munir dll.

Yang tidak bisa penulis sebutkan satu-satu. Terima kasih karna telah menjadi teman dalam seperjuangan.

Semoga semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, mendapatkan balasan dari Allah SWT. Demikian penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, untuk skripsi ini menjadi lebih baik lagi. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat untuk semua Aamiin.

Jakarta, 20 April 2021

Lingga Irfa Binangkit

(9)

viii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

PENGESAHAN PANITIA PENGUJI ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

E. Tinjauan Pustaka ... 7

F. Metodologi Penelitian ... 9

G. Landasan Teori ... 17

H. Sistematika Penulisan ... 21

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA CIKONENG ... 23

A. Letak Geografis dan Aksesibilitas ... 23

B. Sejarah Singkat Desa Cikoneng ... 25

C. Kondisi Masyarakat Desa Cikoneng ... 27

1. Komposisi Penduduk ... 27

2. Realitas Pendidikan ... 27

3. Realitas Ekonomi ... 30

4. Kehidupan Sosial Keagamaan dan Kepercayaan ... 32

(10)

ix

5. Tradisi Sosial Keagamaan Masyarakat Cikoneng... 34

BAB III RITUAL MANDI DI KOLAM KERAMAT CIHUNJURAN ... 42

A. Tradisi Mandi di Kolam Keramat Cihunjuran ... 42

B. Mitos Pemandian Kolam Keramat Cihunjuran ... 52

C. Prosesi Pemandian Tradisi Mandi di Kolam Keramat Cihunjuran ... 53

BAB IV PENGARUH RITUAL MANDI DI KOLAM KERAMAT CIHUNJURAN TERHADAP PERILAKU SOSIAL KEAGAMAAN MAYARAKAT ... 62

A. Pengaruh terhadap Kehidupan Perekonomian ... 63

1. Pengaruh Bagi Masyarakat Setempat... 63

2. Pengaruh Bagi Pelaku Ritual ... 64

B. Pengaruh terhadap Perilaku Keagamaan ... 66

C. Pengaruh terhadap Hubungan Sosial Masyarakat ... 68

BAB V PENUTUP ... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Saran-saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 79

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Banten merupakan provinsi hasil pemekaran dari Provinsi Jawa Barat, dimana saat ini Provinsi Banten berada dalam tahap pembangunan di berbagai sektor penunjang perekonomian, salah satunya adalah sektor pariwisata. Pariwisata berkaitan erat dengan kehidupan manusia meliputi kegiatan sosial, keagamaan dan ekonomi.Pandeglang adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Banten yang memiliki keindahan alam yang luar biasa dan memiliki banyak tempat wisata. Sebagian besar wilayah Kabupaten Pandeglang merupakan dataran rendah dan dataran bergelombang. Kawasan selatan terdapat rangkaian pegunungan. Sungai yang mengalir di antaranya Sungai Ciliman yang mengalir ke arah barat, dan Sungai Cibaliung yang mengalir ke arah selatan.1 Kabupaten Pandeglang memiliki beberapa destinasi wisata utama, satu diantaranya adalah Wisata Penziarahan dan Pemandian kolam keramat di Kawasan Situs Cihunjuran.

Cihunjuran merupakan tempat wisata religi yang berlokasi di Kecamatan Mandalawangi desa Cikoneng, berjarak 18 km ke arah barat dari Alun-Alun Pandeglang menuju Kampung Taman Sari. Kawasan tersebut berupa kompleks peninggalan Kerajaan Salakanagara terdiri atas

1Di akses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Pandeglang pada tanggal 12 Januari 2021 pukul 17.19 WIB.

(12)

2

peninggalan-peninggalan sejarah diantaranya Menhir,2 Dolmen3, Makam dan Kolam Pemandian yang tentunya menjadi daya tarik wisata tersendiri bagi wisatawan.

Masing-masing etnis mempunyai ciri khas menyangkut masalah religi. Salah satu ciri religi etnis yang ada di Pandeglang adalah kepercayaan kepada makhluk dan kekuatan supernatural, antara lain berupa arwah leluhur. Biasanya mereka dianggap mengendalikan alam semesta. Kepercayaan terhadap arwah leluhur sejalan dengan pengertian yang tersebar luas bahwa makhluk manusia terdiri atas dua bagian, yaitu tubuh dan jenis roh penghidupan. Masyarakat memiliki kepercayaan tentang adanya makhluk-makhluk halus yang tinggal di lingkungan alam tempat tinggal manusia.4 Bentuk religi yang masih belum dipengaruhi oleh agama besar dunia yang masih dianut oleh etnis-etnis pedalaman tersebut dapat disebut sebagai bentuk religi asli Indonesia. Hal tersebut bahwa religi asli yang dipertahankan oleh beberapa etnis itu dapat dikatakan sebagai bentuk tradisi religi yang berasal dari masa prasejarah.5

Selain itu kebudayaan pada umumnya dapat dikatakan sebagai suatu proses atau hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam menjawab

2Menhir adalah sebuah batu tegak, yang sudah atau belum di kerjakan dan diletakkan dengan sengaja di suatu tempat untuk memperingati orang yang telah mati, kata ini berasal dari bahasa Breton (Prancis Utara), yaitu ‘men’ berarti tegak (berdiri). (Sumber:

Nina H. Lubis. Banten dalam Pergumulan Sejarah, Sultan Ulama Jawara (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2003), h. 4.

3Dolmen atau “meja batu”, adalah susuna batu yang terdiri dari sebuah batu lebar yang ditopang oleh beberapa buah batu lain sehingga menyerupai (berbentuk) meja;

berfungsi sebagai tempat untuk mengadakan kegiatan dalam hubungan dengan pemujaan arwah leluhur. Bentuk kata ini berasal dari bahasa Breton (Prancis Utara), yaitu ‘dol’ berarti meja dan ‘men’ berarti batu (Sumber: Nina H. Lubis. Banten dalam Pergumulan Sejarah, Sultan Ulama Jawara, h. 4.

4Agus Aris Munandar, dkk,. Sejarah Kebudayaan Indonesia Religi dan Falsafah (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 15.

5Agus Aris Munandar, dkk,. Sejarah Kebudayaan Indonesia Religi dan Falsafah, h.

11.

(13)

tantangan kehidupan yang berasal dari sekelilingnya.6 Hasil cipta, rasa dan karsa manusia merupakan kebudayaan yang berkembang pada masyarakat.

Pikiran dan perbuatan yang dilakukan manusia secara terus menerus pada akhirnya menjadi sebuah tradisi. Sejalan dengan adanya penyebaran agama, tradisi yang ada di masyarakat dipengaruhi oleh ajaran agama yang berkembang,7 Khususnya agama Islam, melalui pendekatan budaya, pengenalan Islam sebagai agama pendatang kepada masyarakat Indonesia penganut Hindu-Buddha, berproses cukup damai. Peranan para ulama dalam penyebaran agama Islam disambut oleh masyarakat karena dakwah yang dilakukan menggunakan pendekatan yang menyesuaikan dengan adat lokal, tanpa harus menghilangkan tradisi sebelumnya yang lebih tua.

Dengan kondisi seperti itu, maka terjadi banyak kebudayaan yang berkembang dalam kehidup1an masyarakat tetap terpelihara, terutama di Pandeglang salah satunya adalah tradisi yang berbentuk pemandian kolam keramat.

Tradisi menarik dalam kehidupan masyarakat Desa Cikoneng adalah mengeramatkan sumber air berkaitan erat dengan kepercayaan yang diteruskan secara turun temurun. Keramat mengandung arti suci dan bertuah yang dapat memberikan efek magis dan psikologis kepada pihak lain.8

Bentuk sumber air yang di keramatkan di Situs Cihunjuran berupa mata air dan kolam. Mata air tersebut melimpah dan tidak pernah

6Simuh, Islam dan Pergumulan Budaya Jawa (Yogyakarta: Teraju, 2003), h. 1.

7Clifford Geertz, Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa, Terj. Aswad Mahasin (Jakarta: Pustaka Jaya, 1983), h. 89.

8Effie Latifundia, “Mengeramatkan Sumber Air dalam Masyarakat Kuningan: Religi Masa Lalu hingga Kini”, Jurnal Purbawidya, Vol. 5, No. 1, h. 15.

(14)

4

kekeringan, sumber air ini selain difungsikan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari juga berfungsi untuk kegiatan ritual.

Dengan demikian banyak orang yang mendatangi Situs Cihunjuran untuk melakukan pemandian kolam keramat, dimana sebagian besar masyarakat yang datang berkunjung memandangnya sebagai tempat keramat. Melakukan tradisi pemandian tersebut tidak ditetapkannya hari baik, melainkan bisa dilakukannya setiap hari tergantung dengan niat seorang. Di situs tersebut sebagian orang melakukan ritual keagamaan, Seperti halnya tahlilan, tadarusan dan istighosah. Tujuan seseorang yang datang untuk ke Situs Cihunjuran berbeda-beda, ada yang melakukan ritual pemandian di kolam keramat untuk niatan tertentu, ritual malam jumat kliwon dan berziarah ke makam.

Tradisi yang ada di Situs Cihunjuran ini bukan hanya ritual pemandian kolam keramat saja, ada juga ritual malam Jumat Kliwon dan tradisi ziarah. Menurut pengakuan dari Bapak Sukmajati, salah satu juru kunci di Situs Cihunjuran, Orang yang mandi di kolam keramat ini biasanya memiliki niatan tertentu, seperti ingin lulus dalam ujian, ingin naik pangkat atau jabatan, hingga urusan jodoh. Mereka yang mandi akan dibimbing oleh Juru Kunci, dengan menggunakan kain putih yang dipakai oleh pengunjung. Setelah orang yang berhajat mengucapkan niat yang di inginkan, segeralah dia dimandikan, kemudian seluruh badannya dari ujung kaki hingga kepala dimasukkan tiga kali kedalam air kolam keramat.

Berdasarkan pengalaman yang dirasakan dan dipercayai oleh pengunjung dan masyarakat setempat, ada beberapa pengaruh yang

(15)

berdampak pada kehidupan mereka seperti menemukan solusi dari masalah yang dialami, cepat dipertemukan dengan jodohnya, diluluskan dalam ujian serta dilancarkan karirnya.

Selain itu, turut hadirnya mitos yang melekat di tempat tersebut juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung. Seperti terdapat batu gendong yang dibungkus kain putih. Yang konon katanya apabila seseorang mencoba menggendong batunya dan ujung tangan kanan bisa bersentuhan dengan ujung tangan kirinya maka tujuan atau cita-citanya akan tercapai. Meskipun statusnya hanya mitos, yang bisa dipercaya atau tidak, namun tidak sedikit orang yang mempercayai hal itu. Atas dasar inilah banyak masyarakat maupun pendatang yang beragama Islam, Kristen dan Hindu datang ke Situs Cihunjuran.

Sampai saat ini, kepercayaan masyarakat akan hal tersebut masih tetap berjalan dan diyakini, bahkan oleh masyarakat Cikoneng yang sangat religius dan terbilang modern pun masih mempercayai hal-hal yang mistis.

Berdasarkan pemaparan diatas, dengan beberapa keunikan dan berbagai mitos yang berada di situs dan berkembang hingga saat ini, penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih jauh bagaimana mitos tersebut bisa dipercaya bahkan sampai di era modern seperti saat ini, sehingga penulis mengambil judul penelitian mengenai “Ritual Mandi di Kolam Keramat Cihunjuran Desa Cikoneng-Pandeglang-Banten (Studi Tradisi dan Pengaruhnya bagi Masyarakat)”.

(16)

6

B. Identifikasi Masalah

1. Kepercayaan mandi di kolam keramat masih hidup di zaman modern.

2. Kepercayaan masyarakat Cikoneng yang sangat kuat terhadap ritual keagamaan mandi kolam keramat.

3. Perubahan perilaku keagamaan masyarakat pasca melakukan ritual mandi kolam keramat

4. Ritual mandi di kolam keramat berlaku di dalam masyarakat maupun pengunjung dari luar sebagai sesuatu fenomena sosial budaya yang kompleks.

C. Rumusan masalah

1. Berdasarkan pada latar belakang yang sudah di kemukakan diatas, Untuk mempermudah dalam penyelesaian penulisan skripsi ini maka penulis akan merumuskan masalah sebabagi berikut

2. Bagaimana awal kemunculan ritual mandi di Kolam Keramat Cihunjuran?

3. Bagaimana proses ritual mandi di kolam keramat Cihunjuran?

4. Bagaimana pengaruh ritual mandi di kolam keramat Cihunjuran terhadap masyarakat Cikoneng?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui awal kemunculan ritual mandi di Kolam Keramat Cihunjuran?

b. Untuk mengetahui ritual keagamaan pemandian kolam keramat.

(17)

c. Untuk mengetahui pengaruh ritual mandi di kolam keramat Cihunjuran terhadap masyarakat Cikoneng?

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis di harapkan bisa menambah dan memperluas pengetahuan tentang tradisi ritual lokal khususnya ritual keagamaan pemandian kolam keramat Cihunjuran.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan di Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu juga sebagai bahan rujukan dalam mengetahui tradisi-tradisi lokal di sebuah pedesaan. Khususnya di Situs Salakanagara.

c. Manfaat akademis

Penelitan ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan akhir perkuliahan guna mendapatkan gelar Sarjana Agama (S.Ag), Jurusan Studi Agama-Agama Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

E. Tinjauan Pustaka

Pada bagian ini penulis mencoba mengumpulkan beberapa karya dan literatur terdahulu, Berikut ini ditemukan beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu diantaranya:

Pertama, Jurnal Purbawidya karangan effie latifundia, yang berjudul Mengeramatkan Sumber Air dalam Masyarakat Kuningan :

(18)

8

Religi Masa lalu Hingga Kini, yang menjelaskan tentang pandangan masyarakat terhadap mengeramatkan sumber air dengan pemeliharaan kearifan lokal dalam pengelolaan lingkungan yang diwariskan melalui proses pembiasaan hidup. Serta masyarakat kuningan yang harus memegang teguh nilai-nilai tradisi pelestarian sumber air yang perlu di pertahankan di tengah-tengah kehidupan modernitas. Karena ada keterkaitan pembahasan, penulis mengambil beberapa data yang diperlukan dari peneitian tersebut. Namun Jurnal ini hanya terfokus pada pengeramatan sumber airnya saja sedangkan karya penulis hanya meletakkan pengeramatan sumber air sebagai salah satu dalam ritual pemandian kolam keramat.

Kedua, Skripsi karangan Weni Kartika L Tobing, Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Fakultas Ilmu Budaya yang berjudul Fungsi Sosial Ofuro (Tradisi Mandi) dalam Masyarakat Jepang, yang membahas tentang budaya mandi yang berkembang dan interaksi sosial di masyarakat Jepang, penulis menyebutkan bahwa Meskipun telah banyak diciptakan alat mandi yang lebih efisien dan ekonomistetapi masyarakat Jepang tetap mempertahankan tradisi mandi dalam ofuro. Interaksi yang terjadi tidak menjadi terhalang oleh rasa malu akan ketelanjangan, karena orang Jepang melihat ketelanjangan sebagai sebuah kondisi yang justru menyetarakan orang-orang dari berbagai latar belakang. tradisi mandi dalam ofuro ini mampu meningkatkan kualitas hubungan orang-orang dalam sebuah komunitas. Yang membedakan karya Weni Kartika deangan karya penulis adalah penekanan penelitian, yang dilakukan oleh Weni adalah terletak

(19)

pada ritual kemasyarakatan saja. Sedangkan penulis menambahkan pembahasan pada dampak masyarakat dan pengunjung terhadap kehidupan perilaku keagamaan, ekonomi serta perilaku keagamaan.

Ketiga, sebuah karya yang ditulis oleh Muhammad Ashsubli dalam jurnal Aqlam Islam dan Pluralitas dengan judul Ritual Budaya Mandi Safar di Desa Tanjung Punak Pulau Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau yang berisi tentang ritual mandi safar yang mendapatkan fokus dari berbagai komunitas Islam itu sendiri. Ritual mandi safar merupakan salah satu dari warisan leluhur yang menolak kemalangan (kecelakaan, bencana dan wabah penyakit), dalam penelitian Muhammad Ashsubli bertujuan untuk melihat makna symbol dan fungsi mandi ritual bagi masyarakat yang mendukungnya.

Karena belum terdapat penelitian terlebih dahulu di Cihunjuran mengenai ritual mandi di kolam keramat Cihunjuran, terutama mengenai ritual yang berkembang disana, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang bagaimana tradisi ritual keagamaan yang berkembang di Cihunjuran, sehingga penulis mangambil judul “Ritual Mandi di Kolam Keramat Cihunjuran di Desa Cikoneng.

F. Metodologi penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian lapangan (field research). Penelitian lapangan ini dilakukan di desa Cihunjuran, selama rentang waktu antara bulan desember 2019 sampai

(20)

10

bulan juni 2020 mengenai ritual mandi di kolam keramat Cihunjuran dan pengaruhnya bagi masyarakat yang mempercayainya.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Historis, antropologis dan sosiologis. Dalam pendekatan historis atau sejarah adalah menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau dan menuliskan hasilnya berdasarkan fakta yang telah dipereoleh.9 Pendekatan historis ini menggunakan literatur studi dokumentasi selain itu penulis`melakukan wawancara dengan pihak yang besangkutan.

Pengguna metode historis sangat sesuai dengan penelitian ini penulis berusaha mencari data dan fakta yang berasal dari masa lampau yang berhubungan dengan permasalahan keberadaan ritual yang berpengaruh terhadap seseorang di Desa Cikoneng.

Adapun pendekatan antropologis, objek kajiannya adalah manusia, masyarakat, serta budaya dalam kaitannya dengan agama.

Tinjauan antropologi dapat diartikan sebagai salah satu upaya untuk memahami agama dengan melihat wujud praktik keagamaan (tindakan, perilaku) yang tumbuh dan berkembang di masyarakat.10

Antropologi mencoba mengungkapkan perilaku agama yang telah menjadi kebiasaan pada diri seseorang, berdasarkan latar

9Louis Gottschalk, Mngerti Sejarah, Terj. Nugroho Notosusanto (Jakarta : UI Press, 1986), h. 32.

10Feryani Umi Rosidah, “Pendekatan Antropologi dalam Studi Agama, h. 24.

(21)

belakang keyakinan, pengetahuan, norma serta nilai-nilai ajaran yang dianut. Dalam hal ini, antropologi memandang agama sebagai sistem budaya yang memberikan kontrol terhadap perilaku seseorang.11

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori antropologi fungsionalis yang dikembangkan oleh Bronislaw Malinowski (1884- 1942). Teori ini beranggapan bahwa semua unsur kebudayaan adalah bagian-bagian yang berguna bagi masyarakat di mana unsur-unsur tersebut berada. Pandangan fungsionalis menekankan bahwa setiap pola perilaku, kepercayaan dan sikap yang menjadi bagian dari kebudayaan suatu masyarakat, memiliki peran mendasar di dalam kebudayaan yang bersangkutan.

Malinowski meyakini bahwa masyarakat harus dilihat dalam keseluruhan fungsinya. Pandangan ini ingin memberikan penegasan bahwa semua tradisi dan prakteknya harus dipahami dalam konteks utuhnya dan dijelaskan berdasarkan fungsi-fungsi yang mereka penuhi dalam kehidupan manusia, atau anggota masyarakat tersebut.

Malinowski menegaskan, segala sesuatu yang telah dilakukan manusia harus dijelaskan melalui peranannya pada masa sekarang; bahkan tradisi-tradisi yang tampaknya seperti sekedar sampah dari periode yang lebih awal pasti memiliki sebuah fungsi dan fungsi tersebut adalah penjelasan sebenar-benarnya bagi eksistensi mereka12 Teori

11Abdullah Ali, Agama dalam Ilmu Perbandingan (Bandung: Nuansa Aulia, 2007), h. 94.

12Yusron Razak, Erwan Nurtawaban, Antropologi Agama (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2007), h. 20.

(22)

12

fungsional Malinowski cocok dengan penelitian ini karena nantinya peneliti akan menjelaskan fungsi dari upacara atau ritual mandi di kolam keramat Cihunjuran yang mempunyai makna yang sangat mendalam.

Penulis menggunakan pendekatan antropologi fungsionalis karena ingin mencari nilai-nilai tradisi yang terkandung dalam adat setempat dan hubungannya dengan agama.

Selain pendekatan antropologis dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan sosiologi Agama, pendekatan sosiologi terhadap agama bermaksud mencari relevansi dan pengaruh agama terhadap fenomena sosial. Pendekatan ini berfokus pada masyarakat yang memahami dan mempraktikan agama, bagaimana pengaruh masyarakat terhadap agama dan pengaruh agama terhadap masyarakat.13

Dalam kehidupan masyarakat terdapat sejumlah struktur dan pranata yang dipengaruhi oleh ajaran agama dan dibentuk oleh masyarakat untuk mengatur kehidupannya. Seperti pranata perkawainan, keluarga, Pendidikan, struktur, keualamaan dan kenegaraan. Semua ini dapat dikaji oleh paradigma fakta social14

Emile Durkheim mendefinisakan agama sebagai system yang menyatu mengenai berbagai kepercayaan dan peribadatan dengan

13Media Zainul Bahri, Wajah Studi Agama-Agama Dari Era Teosofi Indonesia (1901-1940) Hingga Masa Reformasi ( Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2015), Cet. I h. 15.

14 M. Ridwan Lubis, Sosiologi Agama : Memahami Perkembangan Agama dalam Interaksi Sosial (Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2017), Cet. 2 h. 88

(23)

benda-benda sakral, benda-benda terpisah dan terlarang. Durkheim tertarik pada unsur-unsur solidaritas masyarakat. Dia mencari prinsip yang mempertalikan anggota masyarakat. Durkheim menyatakan agama harus mempunyai fungsi. Agama bukan ilusi melainkan merupakan fakta social yang dapat di identifikasi yang mempunyai kepentingan social.15 Maksudnya adalah hal itu berarti menyangkut hal-hal yang bersifat terlarang ataupun rahasia, menyangkut keyakinan dan praktek. Keyakinan meliputi unsur-unsur imaginasi dan pikiran, sementara praktek mencakup jalannya perbuatan dan ritus.

Penulis menggunakan pendekatan sosiologi agama karena ingin mencari pengaruh agama terhadap kehidupan sosial, khususnya di lingkungan Cihunjuran. Fungsi sosiologi agama itu sendiri adalah memberikan pengetahuan yang terkait dengan pola interaksi sosial keagamaan yang ada dalam masyarakat, mengontrol dan mengendalikan tindakan serta perilaku keberagamaan dalam kehidupan masyarakat, memahami nila-nilai, norma dan tradisi dalam suatu masyarakat.

3. Sumber Data

Menurut Erickson yang dikutip oleh Albi Anggito, sumber data dalam penelitian kualitatif adalah berusaha untuk menemukan dan menggambarkan secara naratif kegiatan yang dilakukan dan dampak

15M. Ridwan Lubis, Sosiologi Agama : Memahami Perkembangan Agama dalam Interaksi Sosial, h. 91

(24)

14

dari tindakan yang dilakukan terhadap kehidupan mereka.16Dengan menggunakan penelitian lapangan ( field research )untuk mengungkapkan fakta kehidupan sosial masyarakat di lapangan dengan pengamatan secara langsung, melalui wawancara dan daftar pustaka.17

Adapun data yang penulis gunakan dalam penelitian ini dibagi dalam dua bentuk yaitu primer dan sekunder :

a. Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang dapat memberikan data penelitian secara langsung. Sumber data primer ini merupakan sumber utama, berupa karya yang ditulis langsung oleh penganutnya sendiri maupun yang ahli dalam bidangnya atau hasil dari wawancara. Data primer yang penulis gunakan diperoleh dari hasil wawancara mendalam dengan beberapa pengelola Situs Salakanagara, para pengunjung serta berupa karya yang di tulis langsung leh penganutnya maupun yang ahli dalam bidangnya, jenis data utama ini akan di catat secara tertulis serta menggunakan alat perekam dengan menggunakan Handphone dan melakukan dokumentasi. Beberapa tulisan yang menjadi sumber data primer adalah Post Tradisionalisme Islam karya Muhammad Abed Al Jabir; Aminuddin, Kamus Antropologi karya Arriyono dan Siregar; Metodologi Penelitian Sosial-Agama karya Imam

16Albi Anggito & Johan Setiawan, Metode Penelitian Kualitatif (Sukabumi: CV Jejak, 2018), h. 7.

17Maryaeni, Metode Penelitian Kebudayaan (Jakarta: PT Bumi Angkasa, 2005), 25.

(25)

Suprayogo dan Agama Dalam Kehidupan Manusia karya Bustanuddin Agus,

b. Data Sekunder

Sedangkan sumber data sekunder adalah data yang materinya secara tidak langsung berhubungan dengan masalah yang diungkapkan.18 Data sekunder yang didapati melalui sumber secara tertulis akan menjadi bagian sumber pendukung dari sebuah penelitian secara kualitatif. Adapan bentuknya adalah berupa karya-karya ilmiah baik itu buku, jurnal/artikel ilimiah, dokumentasi resmi atau pribadi, tesis, skripsi dan internet yang memiliki keterkaitan dengan penelitian. Sumber data sekunder ini digunakan sebagai pelengkap dari sumber data primer.

4. Teknik Pengumpulan data a. Library Research

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik Library Research atau studi kepustakaan. Penulis mengumpulkan data dari berbagai instansi. Dari buku-buku, jurnal, skripsi yang didapat di perpustakaan fakultas Ushuludin, Perpustakaan Utama UIN Jakarta, Perpustakaan Daerah Kab. Pandeglang, serta melakukan kajian mendalam dengan peneliti Yayasan Balaputra Salakanagara.

18Suharsini Ari Kunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta:

Rineka Cipta, 2002), h.117.

(26)

16

b. Field Research

Selain Library Research, penulis juga menggunakan teknik field research yaitu berdasarkan pengamatan yang di peroleh dengan wawancara mendalam sebagai pelengkap yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. Wawancara di lakukan dengan 9 orang, di antaranya mantan Kepala Desa Cikoneng mengenai sejarah desa Cikoneng, Juru Kunci situs penziarahan Cihunjuran, Juru Kunci kolam keramat dan wawancara masyarakat yang mewakili kalangan terdidik, tidak terdidik, dewasa, muda, religius, kurang reigius, yang melakukan tradisi pemandian di kolam keramat Cihunjuran.

c. Observasi

Dalam penelitian ini, penulis melakukan observasi langsung di Cihunjuran kolam keramat, di antaranya kegiatan seputar ritual mandi di kolam keramat. Obeservasi di lakukan sebanyak enam kali di antaranya pada tanggal 13-14 April 2019, bulan Maret 2020 sebanyak dua kali, bulan April 2020 sebanyak satu kali, dan tanggal 6 Juli 2020.

d. Dokumentasi

Penulis melakukan dokumentasi dengan pengamatan dan pencatatan secara langsung terhadap hal yang dianggap

(27)

berhubungan dengan objek yang diteliti atau hal yang berkaitan dengan masalah penelitian dengan berupa gambar-gambar.

e. Analisis Data

Setelah data penelitian terkumpul, selanjutnya penelitian melanjutkan analisis terhadap data yang telah diperoleh. Analisis itu sendiri berarti menguraikan data sehingga data itu pada gilirannya dapat ditarik kesimpulan.19 Dalam penelitian ini analisis data yang diperoleh penulis dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman penulis tentang kasus yang diteliti di lapangan.

f. Teknik Penulisan

Teknik penulisan dalam skripsi ini menggunakan buku Pedoman Akademik Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh CeQDA (Centre for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

G. Landasan Teori 1. Pendekatan Historis

Istilah sejarah berasal dari bahasa Arab syajarah yang artinya pohon, istilah berkaitan dengan kenyataan, bahwa sejarah menyangkut tentang, syajarat al- nasab, pohon genealogis yang dalam masa disebut sejarah keluarga (family history), atau kata kerja syajara juga punya arti

19Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia, 1997), h.65.

(28)

18

to happen, to occurred dan to develop. Dalam perkembanganya sejarah dipahami mempunyai makna yang sama dengan tarikh (Arab), istora (Yunani),20 history atau geschichte (jerman), yang secara sederhana berarti kejadian-kejadian menyangkut manusia pada masa silam.21

2. Antropologi Fungsionalis

teori antropologi fungsionalis yang dikembangkan oleh Bronislaw Malinowski (1884-1942). Teori ini beranggapan bahwa semua unsur kebudayaan adalah bagian-bagian yang berguna bagi masyarakat di mana unsur-unsur tersebut berada. Pandangan fungsionalis menekankan bahwa setiap pola perilaku, kepercayaan dan sikap yang menjadi bagian dari kebudayaan suatu masyarakat, memiliki peran mendasar di dalam kebudayaan yang bersangkutan.

Malinowski meyakini bahwa masyarakat harus dilihat dalam keseluruhan fungsinya. Pandangan ini ingin memberikan penegasan bahwa semua tradisi dan prakteknya harus dipahami dalam konteks utuhnya dan dijelaskan berdasarkan fungsi-fungsi yang mereka penuhi manusia, anggota masyarakat tersebut. Malinowski menegaskan, segala sesuatu yang telah dilakukan manusia harus dijelaskan melalui peranannya pada masa sekarang; bahkan tradisi-tradisi yang tampaknya seperti sekedar sampah dari periode yang lebih awal pasti memiliki

20Badri Yatim, Historiografi Islam (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 1.

21Harun Nasution, Tradisi Baru Penelitian Agama Islam Tinjauan Antardisiplin Ilmu (Bandung: Purjalit dan Nuansa, 1998), h. 11.

(29)

sebuah fungsi dan fungsi tersebut adalah penjelasan sebenar-benarnya bagi eksistensi mereka.22

3. Mitos

Istilah mitos berasal dari Bahasa Yunani muthos, yang secara harfiah diartikan sebagai cerita atau sesuatu yang dikatakan seseorang.

Dalam arti yang lebih luas, mitos berarti pernyataan, sebuah cerita atau alur suatu drama.23 Mitos ialah cerita tentang asal mula terjadinya dunia seperti sekarang ini, cerita tentang alam peristiwa-peristiwa yang tidak biasa sebelum alam duniawi yang kita hadapi ini. Cerita-cerita itu menurut kepercayaan sungguh-sungguh terjadi dan dalam arti tertentu keramat.24

Fungsi utama mitos bagi kebudayaan primitif adalah mengungkapkan, mengangkat, dan merumuskan kepercayaan, melindungi dan memperkuat moralitas, menjamin efisiensi ritus, serta memberikan peraturan-peraturan, praktis untuk menuntun manusia.25

Kepercayaan masyarakat terhadap kekuatan yang lebih tinggi mendorong masyarakat untuk mempercayai hal-hal yang gaib. Tradisi memuja di tempat-tempat keramat sampai kini masih dilakukan.

Pada zaman modern seperti saat ini masih seringkali ditemukan mitos-mitos yang masih hidup dan berkembang di masyarakat. Mitos tersebut sering dijumpai pada suatu daerah tertentu. Karena banyaknya

22Yusron Razak, Erwan Nurtawaban, Antropologi Agama, h. 20.

23Roibin, Agama dan Mitos: dari imajinasi kreatif menuju realitas yang dinamis (El- Harakah Jurnal Budaya Islam, Vol. 9, No. 3, September-Desember, 2007), 193.

24Roger M. Keesing, Cultural Antrophology: Contemporary Perspective, diterjemahkan R.G. Soekadijo, Antropologi Budaya: Suatu Perspektif Kontemporer. Edisi Kedua (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1992), h. 106.

25Roibin, Agama dan Mitos: dari imajinasi kreatif menuju realitas yang dinamis (El- Harakah Jurnal Budaya Islam, Vol. 9, No. 3, September-Desember, 2007), 194.

(30)

20

unsur lapisan masyarakat yang masih mempercayai adanya suatu mitos, maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi suatu perbedaan pandangan dan kepercayaan terhadap mitos yang mereka percayai.

Perbedaan itu mungkin terletak pada jalan cerita mitos ataupun kekuatan mistik yang ada pada mitos tersebut.26

H. Sistemstika penulisan

Agar memudahkan pembaca dalam memahami penulisan ini, penulis memberikan gambaran pembahasan yang telah dibagi kedalam beberapa bab dengan rincian sebagai berikut :

Bab I : menjelaskan tentang latar belakang masalah dan permasalahan yang terdiri dari dua sub tema yaitu: identifikasi masalah, dan rumusan masalah. Selanjutnya menjelaskan tentang tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II : pada bab ini disajikan untuk mendeskripsikan wilayah, lokasi penelitian dengan mengetahui titik geografis dengan gambaran menggunakan peta serta jumlah penduduk dengan menggunakan table dan menjelaskan gambaran umum Masyarakat desa Cikoneng yang meliputi realitas penduduknya terdiri dari empat sub judul yaitu: Relitas Pendidikan, Realitas Ekonomi, Sosial Keagamaan Penduduk serta tradisi- tradisi yang ada di Masyarakat Cikoneng

26Afif Andi Wibowo, Persepsi Masyarakat Terhadap Mitos Air Tiga Rasa Di Lingkungan Makam Sunan Muria Kabupaten Kudus ( Skripsi : Universita Negeri Semarang, fak. Ilmu Sosial, 2011), h. 3

(31)

Bab III : pada bab ini penulis akan Menjelaskan mengenai beberapa sub judul yaitu: 1. tradisi ritual mandi di kolam keramat Cihinjuran yang menjelaskan tentang tradisi yang dilakukan dan terdapat sejarah singkat Situs Cihunjuran hingga pengertian Cihunjuran 2. Mitos Pemandian yang sudah lama di percaya oleh masyarakat Cikoneng. 3.

Proses ritual pemandian kolam keramat yang dilakukan di situs ini, mulai dari pengunjung yang mempunyai niatan tertentu.

Bab IV : pada bab ini penulis membagi 2 sub judul yaitu 1. Sejarah munculnya tradisi ritual mandi di kolam keramat dan 2. pengaruh yang di rasakan pada saat ritual pemandian yang dilakukan oleh pelaku di kolam keramat Cihunjuran. Terdapat beberapa bagian pengaruhnya yaitu:

terhadap Perekonomian, perilaku keagamaan, serta kehidupan sosial masyarakat.

Bab V : Pada bab Ini merupakan penutup dari skripsi yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran dari penulis yang mana kesimpulan merupakan inti uraian yang telah dipaparkan, serta daftar pustaka yang digunakan sebagai bahan rujukan

(32)

23 BAB II

GAMBARAN UMUM WILAYAH DESA CIKONENG A. Letak Geografis dan Aksesabilitas

Desa Cikoneng terletak di bawah kaki gunung Pulosari di Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang-Banten. Cikoneng merupakan daerah dataran tinggi dan dikelilingi oleh pegunungan- pegunungan serta dikelilingi sungai cilemer.27 karakteristik utamanya adalah ketinggian gunung yang relatif tinggi, seperti Gunung Karang (1.778 m), Gunung Pulosari (1.346 m) dan Gunung Aseupan (1.174 m).28

Desa Cikoneng, Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang.

Kondisi geografisnya adalah 1500 mdpl. Kontur Wilayahnya merupakan salah satu daerah dataran tinggi di Kabupaten Pandeglang bagian barat.

Suhu udaranya pun cukup dingin, rata-rata 230 Celcius dan memiliki curah hujan 4,00 mm. 29

Jarak tempuh Desa Cikoneng adalah 18 km ke arah barat dari alun- alun Pandeglang, sedangkan jarak masing-masing dari kantor Desa Cikoneng Menuju Situs Salakanagara adalah 2,9 km dan dari kantor Kecamatan Mandalawangi adalah 2,8 km. Untuk menuju lokasi Situs Cihunjuran bisa ditempuh dengan kendaraan pribadi, kita akan dihadapkan dengan jalan perbukitan yang naik turun disepanjang jalan, untuk masuk ke Situs tersebut kendaraan bermotor dan mobil hanya bisa sampai di

27https://satudata.pandeglangkab.go.id/kecamatan/detail/mandalawangi diakeses pada taggal 12 Januari 2021 17.58.

28http://www.kelair.bppt.go.id/sitpapdg/profilkabpdg.htm diakeses pada taggal 12 Januari 2021 18.24.

29Observasi, Lihat dari Arsip Desa Cikoneng Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang , 11 November 2019.

(33)

parkiran pinggir jalan raya Sangiang, dari parkiran hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki, sekitar 10 menit perjalanan melewati jalan persawahan untuk sampai ke lokasi Situs Cihunjuran yang berada di bawah kaki Gunung Pulosari.

Selanjutnya kondisi umum Desa yang berkedudukan di Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang ini jika dilihat dari luas dan batas wilayahnya, secara keseluruhan luas Desa Cikoneng adalah +501,24 Hektar. Dari jumlah itu, sebagian besarnya merupakan lahan pertanian (sawah dan ladang) dan hutan lindung.

Batas-batas wilayah Desa Cikoneng adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Desa Mandalawangi.

Sebelah Selatan : Gunung Pulosari.

Sebelah Timur : Desa Nembol.

Sebelah Barat : Desa Pari dan Desa Pandat.

Gambar

Sumber:

https://www.google.co.id/maps/place/Salaka+Nagara+Cihunjuran/@- 6.3139249,105.9681699,17z/data=!4m12!1m6!3m5!1s0x2e4225587c20962d:0x

ab98b68ec0aaff0e!2sSalaka+Nagara+Cihunjuran!8m2!3d- 6.3139249!4d105.9703586!3m4!1s0x2e4225587c20962d:

(34)

25

B. Sejarah Singkat Desa Cikoneng

Berdasar penelusuran penulis, Desa Cikoneng adalah nama sebuah Desa yang berada di kaki Gunung Pulosari, Desa Cikoneng merupakan desa induk yang di bagi menjadi 2 Desa pada tahun 1977 yaitu Desa Cikoneng dan Desa Pandat. Awal terbentuknya Desa Cikoneng saat dipimpin pertama kali oleh Bapak Cecep Nuhdi sebagai kepala Desa.

Cikoneng memiliki sejarah tentang khasiat sumber airnya, Menurut cerita rakyat setempat terdapat salah satu sumur yang berada di hutan Gunung Pulosari letaknya di Kampung Cikoneng, masyarakat setempat menyebutnya sumur tersebut Citawa. Untuk menuju sumur Citawa yang berada di hutan hanya ditempuh sekitar 1 KM dari perkampungan penduduk Cikoneng. Sejak dulu sebelum adanya Pusat Kesehatan Masyarakat (puskesmas), apabila seseorang yang memiliki penyakit kuning dan penyakit biri-biri mereka akan melakukan pengobatan di sumur Citawa.

Sumber yang keluar dari Sumur Citawa adalah air yang bening namun lumpurnya berwarna kuning keemasan, sedangkan jika airnya diminum terasa asam, namun khasiat air tersebut memang untuk menyembuhkan penyakit kuning dan biri-biri. hanya dengan mandi di Citawa dan meminum airnya maka orang tersebut akan sembuh dari penyakit kuning dan biri-biri menurut penuturan mantan lurah Desa Cikoneng.

Adapun menurut penuturan Ustad Asrori salah satu warga Desa Cikoneng mengakui khasiat dari Citawa, beliau melihat Citawa yang

(35)

dibawahnya terdapat lumpur seperti emas dan rasanya asam. dikarenakan beliau pernah mengantar saudaranya untuk menyembuhkan penyakitnya dan melihat sendiri sebelum disiramkan air ke seluruh badan beliau membacakan sholawat terlebih dahulu.30

Menurut cerita dari tokoh masyarakat lain bahwa asal-usul Desa Cikoneng berawal dari air sumber yang mengalir dari lereng gunung pulosari sampai ke Desa Cikoneng, air yang mengalir tersebut berwarna kuning keemasan, dan dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit yang di derita oleh masyarakat kampung Cikoneng.31

Demikian asal-usul mengapa desa ini disebut dengan nama Desa Cikoneng karena kekhasannya terhadap air yang berasal dari gunung Pulosari yang dapat menyembuhkan penyakit.32

Jadi ciri dari Desa Cikoneng adalah dari sumber airnya dengan lumpur berwarna kuning keemasan yang dapat menyembuhkan penyakit kuning dan biri-biri, bahkan masih ada sebagian masyarakat yang masih mempercayai hal itu, dan masih melakukannya sampai saat ini meskipun di zaman sekarang sudah ada pengobatan modern.

Namun setelah mencoba melakukan observasi lapangan, penulis tidak banyak mendapatkan data lengkap terkait versi-versi sejarah tentang Desa Cikoneng, dan tidak adanya buku ataupun sejarah tertulis. Pasalnya, semua Ketua Kampung Cikoneng sedikit tertutup untuk menjelaskannya

30Wawancara Pribadi dengan tokoh masyarakat, Bapak Ustad Asrori di Desa Cikoneng, Pada tanggal 04, April 2021.

31Wawancara Pribadi dengan tokoh masyarakat, Bapak Suman di Desa Cikoneng soal sejarah atau asal-usul Kampung Cikoneng. Pandeglang, 05 Februari 2020.

32Wawancara Pribadi dengan Mantan Kepala Desa, Bapak Cecep Nuhdi di Kampung Cikoneng soal sejarah atau asal-usul Kampung Cikoneng. Pandeglang, 04 Februari 2020.

(36)

27

secara lengkap. Sehingga, penulis mendapatkan data oral history atau cerita lisan yang cukup terbatas.

C. Kehidupan Masyarakat Desa Cikoneng 1. Komposisi Penduduk

Pembahasan mengenai kehidupan masyarakat Cikoneng yang berpenduduk kurang lebih 4.732 jiwa. Adapun tabel jumlah penduduk secara umum dan jumlah penduduk menurut kewarganegaraan sebagai berikut:

Jumlah Penduduk Secara Umum Tabel 1

No Kependudukan Jumlah

1 Jumlah Penduduk 4732 orang

2 Jumlah Kepala Keluarga 1084 orang

Sumber: Profil Desa Cikoneng, Tahun 2019

Jumlah Penduduk Menurut Kewarganegaraan Tabel 2

No Kependudukan Jumlah

1 WNI Laki-Laki 2224 orang

2 WNI Perempuan 2508 orang

Sumber: Profil Desa Cikoneng, Tahun 201933 2. Realitas Pendidikan

33Observasi, Lihat dari Arsip Desa Cikoneng Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang , 11 November 2019.

(37)

Masyarakat Cikoneng sudah mulai banyak yang menyadari akan pentingnya pendidikan bagi generasi mudanya. Itu terlihat dari mulai banyaknya anak-anak yang pergi ke sekolah setiap harinya mulai dari tingkat paling dasar hingga sekolah menengah atas. Sebagian masyarakat Cikoneng ada yang melanjutkan pendidikan agama seperti baca dan tulis Al-Quran sepulang dari sekolah.

Masyarakat Cikoneng mengutamakan pendidikannya yang berbasis agama, agar dari generasi selanjutnya bisa menanamkan nila- nilai aqidah islam dan membimbing generasi selanjutnya supaya bisa belajar ilmu agama dan bisa membaca tulis al-Quran. Sejalan dengan itu, bangunan-bangunan gedung sekolah sudah mulai banyak berdiri seiring berjalannya waktu, sehingga masyarakat sudah tidak lagi kesulitan untuk menyekolahkan anaknya.

Meskipun demikian, mayoritas dari generasi mudanya hanya bersekolah sampai pada tingkat sekolah menengah atas. Lebih dari itu, mereka memilih jalannya sendiri baik menjadi pekerja ataupun melanjutkan pendidikan ke tingkat perguruan tinggi. Untuk kelas pekerja sendiri banyak yang memilih untuk mengadu nasib ke luar kota dengan pertimbangan ketersediaan lapangan pekerjaan yang melimpah.

Sedangkan bagi yang ingin melanjutkan ke tingkat perguruan tinggi – meskipun nominalnya masih sangat kecil-, mereka juga harus pindah ke kota lain yang terdapat perguruan tingginya. Jadi untuk taraf pendidikan di daerah Cikoneng sudah cukup memadai.

(38)

29

Adapun sarana pendidikan formal Taman Kanan-kanak (TK) berjumlah 2 sekolah, tingkat Sekolah Dasar (SD) berjumlah 6 sekolah dan untuk tingkat Sekolah Menengah Atas berjumlah 2 Sekolah.

Sedangkat untuk pendidikan formal keagamaan, Rhaudatul Athfal (RA) berjumlah 3 sekolah, tingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI) berjumlah 2 sekolah, untuk tingkat Madrasah Tsanawiyah (Mts) berjumlah 2 sekolah dan tingkat Madrasah Aliyah (MA) berjumlah 2 sekolah dan yang terakhir Pondok Pesantren yang berjumlah 2 sekolah. Adapun tabel jumlah penduduk menurut pendidikan sebagai berikut:

Tabel 3

No Pendidikan Jumlah

1 TK/Play Group 252 orang

2 SD/Sederajat 230 orang

3 SLTP/Sederajat 120 orang

4 SLTA/Sederajat 130 orang

5 Perguruan Tinggi 112 orang

6 Buta Huruf -

Sumber: Profil Desa Cikoneng, Tahun 2019

Mayoritas tingkat pendidikan di Desa Cikoneng hanya sampai tingkat SMA, di karenakan biaya yang kurang ataupun tingkat kesadaran masyarakat terhadap pendidikan yang masih kurang dan berdampak pada tingkat kesejahteraan masyarakat yang masih rendah.

Oleh sebab itu pemerintah harus lebih memperhatikan masyarakat yang berada di Desa Cikoneng untuk membangun fasilitas yang memadai di

(39)

sekolah yang sudah tersedia, selain itu untuk menyetarakan pendidikan sampai ke tingkat daerah seharusnya pemerintah menambah beasiswa pendidikan dengan kategori siswa yang tidak mampu.

3. Realitas Ekonomi

Berdasarkan hasil penelitan data yang diperoleh tentang kondisi sosial ekonomi, jumlah penduduk masyarakat Desa Cikoneng mencapai 4732 jiwa, jumlah tersebut masih sementara. Jumlah penduduk laki-laki 2224 jiwa sedangkan jumlah penduduk perempuan mencapai 2508 jiwa.

Jika dilihat dari data jumlah perempuan lebih dominan dibandingkan dengan jumlah laki-laki.34

Secara geografis, desa Cikoneng dikelilingi oleh hamparan persawahan dan diapit pegunungan. Sehingga, mayoritas penduduknya mengandalkan sektor pertanian untuk menunjang kehidupan sehari- harinya. Komoditas utama yang ditanam disana adalah tanaman padi dan jagung serta beberapa tanaman palawija seperti kacang panjang, mentimun, dll. Dalam satu kalender musiman, masyarakat Cikoneng bisa menanam padi dua sampai tiga kali. Adapun hasil dari panen padi tersebut, sebagian disisihkan untuk kebutuhan rumah tangga dan sebagian lainnya dijual ke pasar. Selain itu pada bidang lain seperti usaha mikro masyarakat masih mengandalkan bantuan pinjaman dari pemodalan pemerintah ataupun bantuan pinjaman modal dari pihak lain.

34Observasi, Lihat dari Arsip Desa Cikoneng Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang , 11 November 2019.

(40)

31

Namun demikian, seiring bertambahnya penduduk dan perkembangan zaman, masyarakat Cikoneng mulai mencari sumber pencaharian selain bertani, yaitu: berdagang dan menjadi buruh/karyawan swasta di daerah perkotaan. Beberapa alasan yang membuat orang-orang di sana memilih ke perkotaan untuk bekerja adalah karena minimnya ketersediaan lapangan kerja di desa tersebut sehingga harus mengadu nasib ke kota. Selain itu, tawaran gaji yang lebih tinggi juga menjadi pertimbangan dari masyarakat disana untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Pembangunan perekonomia di Desa Cikoneng tidak hanya berfokus pada salah satu bidang usaha pertanian tetapi di bidang lain yaitu: peternak, pegawai negeri, pegawai sawasta, pedagang dan lain- lain. Mengenai data penduduk dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4 No Jenis Pekerjaan Laki-Laki

(Orang)

Perempuan

(Orang)

Jumlah

(Orang)

1 Buruh Tani 420 350 770

2 Pegawai Negeri Sipil

13 19 32

3 Montir 1 0 1

4 Bidan Swasta 0 2 2

(41)

5 TNI 0 0 0

6 POLRI 2 0 2

7 Pedagang 16 19 35

8 Tukang Kayu 10 0 10

9 Tukang Batu 15 0 15

10 Pembantu Rumah Tangga

0 9 9

11 Sopir 12 0 12

12 Tukang Rias 0 2 2

13 Tukang Sumur 3 0 3

Sumber: Profil Desa Cikoneng, Tahun 2019 4. Kehidupan Sosial Keagamaan dan Kepercayaan

Kehidupan beragama pada dasarnya merupakan kepercayaan terhadap keyakinan adanya kekuatan gaib yang berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Kepercayaan itu menimbulkan perilaku tertentu, seperti berdoa, memuja dan lainnya. Kehidupan beragama adalah kenyataan hidup manusia yang ditemukan sepanjang sejarah masyarakat dan kehidupan pribadinya.35

35Bustanuddin Agus, Agama Dalam Kehidupan Manusia : Pengantar Antropologi Agama (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 1-2.

(42)

33

Agama dan kepercayaan merupakan suatu yang asas dalam kehidupan manusia. Agama adalah seperangkat aturan atau undang- undang yang mengikat manusia sebagai pedoman hidupnya. Melalui agama dan kepercayaan inilah manusia melakukan hubungan dengan tuhan yang dipandang memiliki pengaruh dalam kehidupan manusia.36

Berdasarkan agama yang dianutnya Keseluruhan masyarakat Cikoneng menganut Agama Islam. Hal itu dijelaskan dalam Profil Desa Cikoneng tahun 2019. Kegiatan keagamaan Masyarakat Cikoneng sudah cukup memadai. Hal ini dikarenakan banyak terdapat tempat ibadah disetiap masing-masing dusun seperti terdapat Masjid dan Musholla. Selain itu terdapat juga beberapa lembaga yang berbasis agama Islam seperti Pesantren, hanya saja jumlah santri-santri disana sedikit, tidak sebanyak pesantren modern yang berada di perkotaan.

Masyarakat Desa Cikoneng keagamaannya sangat kental dan paham agama, hal ini berpengaruh terhadap perilaku keagamaan masyarakat yang mana masyarakat Cikoneng memiliki berbagai sosial keagamaan baik mingguan bulanan tahunan. Seperti sholawatan, pengajian dan ceramah keagamaan oleh tokoh setempat. Kegiatan ini sangat berguna untuk masyarakat setempat untuk mempererat tali silaturahmi dan salin berinteraksi antar penduduk.

Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa kegamaan Masyarakat Cikoneng tergolong sangat baik, hal ini disebabkan karena

36Beni Ahmad Saebani, Pengantar Antropologi (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), h. 243.

(43)

lingkungan di Desa Cikoneng termasuk Desa yang agamis. Maka tampaklah bahwa masyarakat Cikoneng sangat peduli terhadap pengetahuan ilmu agama Islam.

5. Tradisi Sosial Keagamaan Masyarakat Cikoneng

Menurut Hurgronje (1931) Islam masuk ke Tatar Sunda dalam keadaan masyarakatnya telah memiliki kepercayaan yang diwarisi secara turun-temurun dari para leluhurnya. Warisan kepercayaan ini menjadi pedoman moral dan pemandu dalam setiap aspek kehidupan masyarakat Sunda. Warisan tersebut datang dari kepercayaan lokal yang merupakan akulturasi budaya Hindu-Budha dengan agama Islam.

Ketika Islam di Tatar Sunda mulai disebarkan oleh Sunan Gunung Djati, pendiri kesultanan Cirebon sekaligus juga salah satu Wali Sanga, tugas tersebut dilanjutkan oleh para kyai atau ajengan. Sehingga tradisi- tradisi Hindu-Budha yang ada semakin menambah khazanah budaya di Tatar Sunda.37

Selain mengharmoniskan kepercayaan lokal dengan ajaran Islam dalam ritual-ritualnya, kondisi sosial masyarakat Cikoneng juga memiliki identitas sosial ciri-ciri budaya Sunda yang terlihat masih kental seperti gotong royong, kesopanan dan budaya-budaya luhur lainnya. Sebagaimana terdapat dalam tradisi Islam yang berkembang di daerah lain, Sebagai masyarakat yang seluruh penduduknya beragama Islam, masyarakat Cikoneng tidak hanya mengenal, memahami dan mempraktikkan ritual ibadah kepada Tuhan sebagaimana diajarkan

37Budi Sujati, “Tradisi Budaya Masyarakat Islam Di Tatar Sunda (Jawa Barat)”, : Jurnal of Ushuluddin, Adab and Dakwah Studies Vol. 1 No. 1 2019 h. 38.

(44)

35

dalam al Quran dan hadits, tetapi juga melakukan beragam ritual sosial keagamaan sebagai bagian dari tradisi masyarakat setempat. Ada beberapa ritual sosial keagamaan yang rutin dilakukan setiap tahun oleh masyarakat Cikoneng-Pandeglang Banten, yaitu:

a. Upacara Hari Besar Islam

Dalam kalender Islam, ada beberapa tanggal yang dijadikan sebagai momen Perayaan Hari Besar Islam (PHBI). Ada beberapa upacara atau slametan yang dilakukan oleh masyarakat Muslim Cikoneng-Pandeglang Banten dalam menyambut dan merayakan Hari Besar Islam tersebut.

b. Bulan Muharam

Pada bulan Muharam, tepatnya tanggal 10 Muharam, masyarakat Cikoneng melakukan ritual Slametan Tolak Bala. Pada tanggal ini, setiap rumah biasanya dimintai beras seikhlasnya. Beras ini kemudian dikumpulkan dan dibuat ’bubur Syuro’ (bubur nasi dan sedikit garam, untuk selanjutnya dimakan bersama seluruh warga (ngeriung) sambil membaca do’a selamat.

c. Bulan Syafar

Bulan Syafar dikenal sebagai bulan dimana Allah menurunkan berbagai macam penyakit ke dunia. Oleh karena itu, pada bulan ini juga diadakan ritual atau Slametan Tolak Bala yang lebih dikenal dengan sebutan Rebo Wekasan. Pada hari inilah orang-

(45)

orang tua biasanya tidak diperbolehkan anak-anak mereka bepergian jauh, karena dikhawatirkan akan terkena musibah.

d. Bulan Mulud

Bulan Mulud atau lebih dikenal dengan bulan Rabiul Awal, tepatnya pada tanggal 12 Bulan Mulud, diperingati sebagai hari kelahiran Nabi MuhammadSAW.38

Tradisi di Banten sendiri, termasuk di Desa Cikoneng dzikir mulud biasanya dimulai dengan alunan seni rebana yang membuka rangkaian perayaan. Rebana biasanya disandingkan dengan pembacaan salawat dan maulid Nabi. Perayaan semakin meriah dengan adanya arak-arakan serta sajian aneka makanan. semua itu dilakukan warga sekitar sambil berkeliling kampung.39

Di daerah Cikoneng, acara panjang Mulud Dalam kegiatan yang sangat meriah ini, seluruh panjang Mulud dibawa ke Musholla atau Masjid setelah diarak, untuk kemudian diriung (dimakan bersama atau dibawa pulang) setelah melakukan doa bersama.

e. Bulan Sili Mulud

Bulan Sili Mulud atau lebih dikenal dengan bulan Rabiul Akhir diperingati sebagai hari kelahiran Siti Fatimah binti Muhammad SAW. Di Daerah Cikoneng, acara ini biasanya

38Ayatullah Humaeni, “ritual, kepercayaan lokal dan identitas budaya masyarakat ciomas banten”, Jurnal el Harakah Vol.17 No.2 Tahun 2015. h. 171.

39Hasani Ahmad Said, “Islam dan Budaya Di Banten: Menelisik Tradisi Debus Dan Maulid”, : Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam Vol. 10, No. 1, Juni 2016, h. 128-129.

(46)

37

dilakukan kecil-kecilan oleh para ibu pengajian. Yang melakasankan pengajian di musholla.

f. Bulan Rajab

Bulan Rajab dikenal sebagai peringatan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW yang dilakukan pada tanggal 27 Rajab. Untuk memperingati Isra Mi’raj ini, warga Cikoneng membuat makanan yang akan diriung bersama di musholla atau masjid. Selain riungan bersama, setiap tahun masyarakat Cikoneng melakukan pengajian kitab Dardir (sebuah kitab berisi sejarah perjalan Nabi Muhammad dalam Isra Mi’raj).

g. Bulan Rowah

Bulan Rowah diperingati sebagai peristiwa atau slametan pergantian buku atau catatan amal manusia. Pada bulan inilah, Allah menutup catatan lama amal manusia, dan menggantinya dengan catatan yang baru. Untuk memperingati acara ini, warga Cikoneng melakukan slametan dan riungan biasa di musholla yang biasanya dilakukan antara tanggal 12 Rowah sampai dengan tanggal 25 Rowah.

Dari penjelasan di atas, nampak beragam ritual sosial keagamaan yang ada pada masyarakat Cikoneng merupakan salah satu bentuk mereka dalam mengagungkan dan menghormati agama mereka, secara khusus melambangkan rasa syukur mereka kepada Tuhan. Ritual sosial keagamaan yang mereka lakukan merupakan ekspresi keagamaan

(47)

yang muncul karena adanya kesadaran bahwa mereka adalah bagian dari makhluk sekaligus bagian dari masyarakat sosial yang perlu terlibat dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan sosial keagamaan yang menjadi tradisi dan budaya mereka.

Dari penjelasan di atas, jelas bahwa perilaku atau tindakan ritual merupakan sebuah elemen paling penting dalam kehidupan kultural masyarakat. Ritual keagamaan ini juga menunjukkan adanya keinginan masyarakat Cikoneng untuk menjaga identitas kultural mereka sebagai masyarakat yang religius.40

Di daerah Cikoneng, sebagian besar masyarakatnya masih melakukan beragam tradisi slametan untuk mengisi dan memperingati masa-masa peralihan tersebut. Ritual-ritual slametan ini tidak hanya dilakukan oleh keluarga inti, tetapi melibatkan anggota masyarakat yang lain, terutama kerabat atau tetangga terdekat. Berikut adalah beberapa tradisi slametan dalam ritus-ritus peralihan yang masih dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Cikoneng:

a. Ritual Selametan Masa Kehamilan

Di daerah Cikoneng, perempuan yang sudah menikah dan sedang hamil anak pertama umumnya melakukan tradisi selametan

’mitung bulan’ atau ’rurujakan’ pada masa kehamilan menginjak usia tujuh bulan. Mereka masak berbagai jenis makanan, baik nasi, lauk pauk, sayuran, dan berbagai jenis kue. Dari beragam jenis

40Ayatullah Humaeni, “ritual, kepercayaan lokal dan identitas budaya masyarakat ciomas banten”, Jurnal el Harakah Vol.17 No.2 Tahun 2015, h. 171-173.

Gambar

Gambar    Sumber:   https://www.google.co.id/maps/place/Salaka+Nagara+Cihunjuran/@-6.3139249,105.9681699,17z/data=!4m12!1m6!3m5!1s0x2e4225587c20962d:0x  ab98b68ec0aaff0e!2sSalaka+Nagara+Cihunjuran!8m2!3d-6.3139249!4d105.9703586!3m4!1s0x2e4225587c20962d:
Tabel 4  No  Jenis Pekerjaan  Laki-Laki
FOTO HASIL PENELITIAN  Area Komplek Cihunjuran
Gambar 3: Batu Gendong
+5

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga pada penelitian Kusumawati (2016) dan Forsythe et all (2014) peningkatan kualitas hidup selain memerlukan efikasi diri yang baik juga memerlukan

Hal tersebut juga dibuktikan dengan data hasil penelitian (Al- Rosyid, 2017) dari kelurahan selalu berkomunikasi dengan Dinas PRKP terkait pengadaan proses

After the use of picture was implemented and developed within two cycles, it is concluded that the appropriate model of the use of picture in the teaching of writing

... Sebagai inti dari sistem kebudayaan, sistem nilai budaya menjiwai semua pedoman yang mengatur tingkah laku warga pendukung kebudayaan yang bersangkutan. Pedoman

Sehi terkecil dan Pembahas angan yang t elitian yang di at dijelaskan a tema wisata nentuan tema leksi menggun yang diinputka Gambar 3 istem Penunjan K-Means Data Wisata

Disampaikan pada Upacara Peresmian Penerimaan Guru Besar dalam Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro.. Badan Perbit Universitas Diponegoro,

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasasn kerja antara lain adalah sifat dasar pekerjaan, supervisior, upah, kesempatan promosi, dan hubungan dengan rekan kerja

Uji dan Analisis Kekuatan Double Profil Baja Ringan dengan Model Komposisi Toe To Toe dan Back To Back; Wahyu Adhie Martha, 071910301079; 51 halaman; Jurusan Teknik Sipil