• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN KEMACETAN LALU LINTAS SIMPANG JALAN JENDRAL AHMAD YANI DAN JALAN SISINGAMANGRAJA KOTA PEMATANG SIANTAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KAJIAN KEMACETAN LALU LINTAS SIMPANG JALAN JENDRAL AHMAD YANI DAN JALAN SISINGAMANGRAJA KOTA PEMATANG SIANTAR"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

by the people is increasing every year, especially in urban communities. One way of meeting water needs in urban areas, namely through the taps, with the added amount of Water Treatment Plant (IPA), especially in areas experiencing water shortages.

This research uses descriptive quantitative study method. The data required include, among others, data on the number of customers who obtain water will last 5 years as well as the specifications of the pipe network planning IPA.

Keywords : Pipe, Water Supply, Distribution

ABSTRAK

Kondisi lalu lintas kota Pematang Siantar telah dirasakan makin memburuk dari tahun ke tahun, sejalan dengan pertumbuhan penduduk, pertambahan kepemilikan kenderaan bermotor dan kondisi tata guna lahan. Hal ini menyebabkan kemacetan lalu lintas yang terjadi pada persimpangan Jalan Ahmad Yani, Jalan Sisingamangaraja, Jalan Medan, Jalan H. Ulakma Sinaga. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui permasahan kemacetan pada ruas jalan agar kapasitas persimpangan tersebut.

Penelitian dilakukan dengan mengambil data yang ada pada ruas persimpangan Jalan Ahmad Yani, Jalan Sisingamangaraja, Jalan Medan, Jalan H. Ulakma Sinaga. Data yang di kumpulkan adalah data volume arus kenderaan, Kondisi geometric dan kondisi lingkungan yang di gunakan untuk mengindenfikasikan kinerja persimpangan melalui derajat kejenuhan dengan Metode Manual kapasitas dan Keamana Jalan Raya di Indonesia (MKJI).

Kata kunci : Lalu lintas harian rata-rata,Kapasitas jalan,Volume jalan.

A PENDAHULUAN Dengan semakin majunya perkembangan pembangunan saat ini, kebutuhan akan penggunaan jalan amatlah penting. Baik untuk masyarakat yang berada di perkotaan maupun di pedesaan, terlebih dalam pemenuhan perekonomian masyarakat itu sendiri yang nantinya diharapkan dapat menciptakan kesejahteraan masyarakat sehingga negara kita dapat maju dan dapat tercapainya tujuan pembangunan itu sendiri.

Untuk memenuhi hal-hal tersebut, setiap pihak- pihak yang berkaitan sangatlah dituntut kerjasamanya yang baik. Pemerintah telah merencanakan dan meningkatkan prasarana jalan yang sudah ada sedangkan pemakai jalan dituntut untuk menjaga dan memelihara jalan tersebut agar tingkat pelayanan dapat

terpenuhi.Memahami dan mematuhi Rambu- rambu lalu lintas adalah 1 (Satu) hal yang sangat bagus untuk menghindari angka kemacetan di kota Pematang Siantar ini, tapi pengendara sekarang sangat banyak yang melanggarnya, sehingga kemacetan tidak akan ada solusinya sampai pengendara sadar dan mematuhi Rambu-rambu lalu lintas.

Jalan merupakan suatu sarana

transportasi yang sangat penting karena dengan jalanlah maka daerah yang satu dapat

berhubungan dengan daerah yang lainnya.

Untuk menjamin agar jalan dapat memberikan pelayanan sebagai mana yang di harapkan maka selalu di usahakan peningkatan- peningkatan jalan tersebut. dengan bertambahnya jumlah kendaraan, hal ini meningkatnya jumlah arus lalu lintas dengan kemampuan jalan yang sangat terbatas.

Salah satu permasalahan yang selalu dihadapi jalan di kota-kota besar adalah

masalah lalu lintas. Hal ini terbukti dari adanya indikasi angka-angka kecelakaan dan

kemacetan lalu lintas yang selalu meningkat.

Perkembangan lalu-lintas itu sendiri dapat memberi pengaruh, baik yang bersifat negative maupun yang bersifat positif bagi kehidupan masyarakat. Sebagaimana diketahui sejumlah kendaraan yang beredar dari tahun ketahun semakin meningkat. Hal ini nampak juga membawa pengaruh terhadap keamanan lalu lintas yang semakin sering terjadi, yaitu pelanggaran lalu lintas yang menimbulkan kecelakaan lalu lintas dan kemacetan lalu lintas.

Kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh banyak factor, tidak sekedar oleh pengemudi kendaraan yang buruk,tetapi juga pejalan kaki yang

kurang hati-hati, dan juga pengendara yang melanggar lalu lintas.

(2)

Rata-rata saat ini peruntukan lahan di kawasan t ibadah, kampus, sekolah dan

pertokoan, sehingga kondisi kemacetan terjadi pada lokasi penelitian mulai pukul 06.00 s/d 22.00 wib, karena merupakan titik awal semua kegiatan atau aktivitas, sehingga sering terjadi kemacetan yang berpengaruh kepada ketidak nyamanan dan ketidakamanan bagi para pengendara.

Sejalan dengan pertumbuhan kendaraan bermotor, kecerobohan mengemudi yang melanggar lalu lintas dan kondisi tata guna lahan yang menyebabkan ruas Jalan menjadi sempit.yang didominasikan oleh fungsi tempa

Tujuan dari penulisan proposal ini adalah :

a. Untuk mengetahui layak atau tidaknya persimpangan Ahmad Yani, Jalan Sisingamangaraja, Jalan Medan, Jalan H.

Ulakma Sinaga menampung volume arus lalu lintas yang semakin meningkat

b. Untuk dapat mengetahui kapasitas lalu lintas.

c. Menganalisa kapasitas lebar jalan dan perhitungan jumlah kendaraan untuk mendapatkan arus puncak kemacetan.

Adapun manfaat penulisan ini adalah agar dapat menjadi referensi untuk berbagai pihak instansi baik pemerintahan maupun masyarakat. Agar sebagai pertimbangan dalam pengendalian dan pengelolahan lalu lintas dipersimpangan Ahmad Yani, Jalan Sisingamangaraja, Jalan Medan, Jalan H.

Ulakma Sinaga yang akan datang. Dan juga Untuk menambah wawasan kita mengenai perkembangan transportasi di Indonesiaa saat ini, terutama distribusi transportasi.

Kemacetan adalah kondisi di mana arus lalu lintas yang lewat pada ruas jalan yang ditinjau melebihi kapasitas rencana jalan tersebut yang mengakibatkan kecepatan bebas ruas jalan tersebut mendekati atau melebihi 0 km/jam sehingga menyebabkan terjadinya

antrian. Pada saat terjadinya kemacetan, nilai derajat kejenuhan pada ruas jalan akan ditinjau di mana kemacetan akan terjadi bila nilai derajat kejenuhan mencapai lebih dari 0,85 (MKJI, 1997).

Dikatakan bahwa Kemacetan

merupakan situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar, terutamanya yang tidak mempunyai transportasi umum yang baik atau memadai ataupun juga tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan penduduk.

Dapat dikatakan bila kemacetan merupakan suasana menumpuknya kendaraan yang ada di jalanraya yang disebabkan oleh kapasitas jalan yang tidak sepadan dengan jumlah kendaraan yang ada. Angka dari jumlah kendaraan yang terus bertambah dan kapasitas jalan yang tetap menyebabkan terjadinya penumpukan jumlah kendaraan di dalam jala raya.

Dikatakan bahwa pengertian lalu lintas di dalam Undang-undang No 22 tahun 2009 didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan, sedang yang dimaksud dengan ruang lalu lintas jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah kendaraan, orang, dan atau barang yang berupa Jalan dan fasilitas pendukung. Dalam hal ini, kaitan antara kendaraan dan orang dengan ruang lalu lintas jalan merupakan entitas yang keberadaannya selalu

berdampingan. Dalam hal ini pemerintah memiliki tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien melalui manajemen lalu lintas dan rekayasa lalu lintas. Tata cara berlalu lintas di jalan diatur dengan peraturan perundangan menyangkut arah lalu lintas, perioritas menggunakan jalan, lajur lalu lintas, jalur lalu lintas dan

pengendalian arus di persimpangan. Dalam kaitannya dengan hal ini sebenarnya peran pemerintah dalam mengatur lalu lintas sudah

(3)

optimal. Akan tetapi karena para pengguna jalan yang semakin bertambah seiring dengan berjalannya waktu, sudah tetntu menjadi kewajiban bagi pemerintah untuk terus

memberikan kontribusinya dalam menyediakan suasana lalu lintas yang baik.

Transportasi adalah pergerakan orang dan barang antara 2 (dua) tempat kegiatan yang terpisah karena dirasakan perlu

mempertemukan kegiatan perorangan atau kelompok. Untuk mementingkan kenyamanan dan tepat waktu sampai tujuan. Transportasi juga dapat disebutkan perjalanan yang berkaitan dengan lintasan,

alat angkut (kendaraan) kecepatan, dan semua yang terjadi atau dilihat sepanjang jalan lintasan. Sumber : Manual kapasitas jalan Indonesia, 1997

Sistem transportasi berawal dari perangkutan sederhana sejalan dengan sejarah manusia berpindah/bergerak suatu tempat (A) ke tempat yang lain (B) dengan

membawa/mengangkut apa saja yang

diperlukan namun dalam kondisi yang terbatas.

Pergerakan yang dilakukan manusia kini berkembang dengan menggunakan tenaga hewan. Sehingga daya angkut dan jarak angkut semakin besar. Selanjutnya revolusi industri, dengan diciptakannya tenaga mesin kendaraan (mobil, KA, pesawat terbang dan kapal laut) hasil daya angkut, jarak, maupun waktu hampir tak terbatas. Manusia, hewan, dan kendaraan merupakan perangkutan karena

orang/kendaraan bergerak dari satu tempat ketempat lain.

Maka Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah

kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin. Transportasi digunakan untuk

memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Pentingnya sistem transportasi dalam perkembangan dunia bersifat multidimensi.

Sebagai contoh, salah satu fungsi dasar dari

transportasi adalah menghubungkan tempat kediaman dengan tempat bekerja atau para pembuat barang dengan para konsumennya.

Dari sudut pandang yang lebih luas, fasilitas transportasi memberikan aneka pilihan untuk menuju ke tempat kerja, pasar dan sarana rekreasi, serta menyediakan akses ke sarana sarana kesehatan, pendidikan, dan sarana lainnya.

Kemacetan yang terjadi pada suatu sistem jalan disebabkan beberapa faktor yang berkaitan dengan situasi yang ada. Faktor- faktor kemacetan antara lain :

a. Volume lalu lintas

Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melewati suatupenampang tertentu pada suatu ruas jalan tertentu dalam satuan waktu tertentu. Volume lalu lintas rata-rata adalah jumlah kendaraan rata-rata dihitung menurut satuan waktu tertemtu, bisa harian yang dikatakan sebagai volume lalu lintas harian rata-rata / LHR dalam bahasa inggris disebut sebagai Average Daily Traffic Volume (ADT), atau volume lalu lintas harian rata- rata setahun dalam bahasa inggris disebut AnnualAverage Daily Traffic Volume (AADT).

Abubakar dkk (1997) menyatakan bahwa, setiap jenis kendaraan memiliki karakteristik pergerakan yang berbeda karena dimensi, kecepatan, pergerakan.Oleh karena itu digunakan satuan yang biasa dipakai dalam perencanaan lalu lintas yang disebut Satuan Mobil Penumpang (SMP) seperti pada tabel 2.1.

Berdasarkan pengamatan, volume lalu lintas tergantung kepada waktu dan serta tata guna lahan. Pada waktu jam-jam sibuk terjadi kenaikan volume lalu lintas dibandingkan dengan volume lalu lintas diluar jam sibuk.

Demikian juga kawasan ruang menjadi tujuan perjalanan ruas lalu lintas yang akan bergerak menuju lokasi tersebut mengakibatkan naiknya volume lalu lintas pada tempat tersebut.

Volume lalu lintas merupakan faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi

kemacetan. Semakin besar volume kendaraan

(4)

yang melewati suatu ruas jalan, kecepatan arus bebas semakin kecil, dan derajat kejenuhan semakin besar, maka jalan tersebut akan semakin padat dan tidak dapat dihindari akan menimbulkan kemacetan lalu lintas.

Perhitungan volume lalu lintas ini menurut jenis kendaraan yang disesuaikan dengan faktor smp.

Satuan Mobil Penumpang

Jenis Kendaraan Smp

Sedan, Jeep, Pick up Bus kecil, Truk Kecil

Truk sedang Bus besar, Truk besar

Sepeda motor Becak bermotor

1 2 2.5

3 0.5 0.8 Sumber : Manual kapasitas jalan Indonesia, 1997

b. Tundaan

Tundaan adalah waktu yang hilang akibat adanya gangguan lalu-lintas yang berada diluar kemampuan pengemudi untuk mengontrolnya.

Tundaan terbagi atas dua jenis, yaitu tundaan tetap (fixed delay) dan tundaaan operasional (operational delay) ( pignatoro, 1973).

1. Tundaan tetap (fixed delay) Tundaan tetap adalah tundaan yang disebabkan oleh peralatan control lalu lintas dan terutama terjadi pada persimpangan.

Penyebabnya adalah lampu lalu lintas, rambu- rambu berhenti, simpang prioritas (berhenti dan berjalan), penyeberangan jalan sebidang dan persimpangan rel kereta api

2. Tundaan operasional (operational delay) Tundaan operasional adalah tundaan yang disebabkan oleh adaanya gangguan di antara unsure-unsur lalu-lintas sendiri. Tundaan ini berkaitan dengan pengaruh dari lalu-lintas

(kendaraan) lainnya. Tundaan operasional itu sendiri terbagi atas dua jenis, yaitu:

a. Tundaan akibat gangguan samping (side friction), disebabkan oleh pergerakan lalu- lintas lainnya, yang mengganggu aliran lalu- lintas, seperti kendaraan parkiran, pejalan kaki, kendaraan yang berjalan lambat, dan kendaraan keluar masuk halaman karena suatu kegiatan.

b. Tundaan akibat gangguan di dalam aliran lalu- lintas itu sendiri (internal friction), seperti volume lalu-lintas yang besar dan kendaraan yang menyalip. Dan apabila ditinjau dari tingkat pelayanan jalan (LOS), tundaan mulai terjadi pada saat LOS < C.LOS < C artinya adalah saat kondisi arus lalu lintas mulai tidak stabil, kecepatan operasional menurun relative cepat akibat hambatan yang timbul dan kebebasan bergerak yang relatif kecil.

Pada kondisi ini volume-kapasitas lebih besar atau sama dengan 0,8 .

c. Hambatan Samping

Hambatan samping adalah dampak terhadap kinerja lalu-lintas dari aktivitas samping segmen jalan, seperti pejalan kaki (bobot=0,5), kendaraan umum atau kendaraan lain berhenti (bobot = 0,1), kendaraan masuk atau keluar sisi jalan (bobot=0,7), dan

kendaraan lambat (bobot=0,4).

d. Pengemudi

Pengemudi merupakan salah satu utama berperannya pengaruh kemacetanpada jalan.Hal ini dapat dilihat dari kepatuhan terhadap

peraturan lalu lintas, kesabaran pengemudi dalam mengemudikan kendaraannya. Contoh lain yang dapat dilakukan pengemudi yang dapat menyebabkan kemacetan lalu lintas yaitu menerobos rambu-rambu lalu lintas, berhenti sembarangan di daerah sekitar daerah

persimpangan.

e. Karakteristik Kendaraan

(5)

Karakteristik kendaraan meliputi ukuran kendaraan, berat, kecepatan, serta tenaga mesin kendaraan. Umumnya semakin besar

kendaraan, percepatan kendaraan itu semakin kecil, dengan demikian kendaraan yang ada dibelakangnya harus ikut pelan seiring dengan kendaraan yang lebih besar. Untuk membelok kendaraan besar memerlukan waktu yang lebih lama dan jari-jari tikungan yang besar.

f. Lingkungan Jalan

Lingkungan jalan adalah situasi di sekitar jalan yang ditinjau berupa bangunan, aktivitas masyarakat, pejalan kaki, serta parkir di pinggir jalan.Lingkungan jalan memberikan pengaruh terhadap kemacetan lalu lintas. Semakin tinggi kegiatan di sekitar jalan menyebabkan

kendaraan yang melintasi lokasi akan berjalan lambat.

Persamaan umum untuk menghitung kapasitas suatu ruas jalan menurut metode Indonesia Highway Capacity Manual (IHCM), 1997) untuk daerah perkotaan adalah sebagai berikut

.

C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs (smp/jam)…………...…

Dimana :

C : Kapasitas (smp/jam) Co : Kapasitas dasar (smp/jam)

FCw : Faktor koreksi kapasitas untuk lebar jalan

FCsp : Faktor koreksi kapasitas akibat pembagian arah (tidak berlaku untuk jalan

satu arah

FCsf : Faktor koreksi kapasitas akibat gangguan samping

FCcs : Faktor koreksi kapasitas akibat ukuran kota (jumlah penduduk)

Derajat kejenuhan didefenisikan sebagai rasio arus terhadap kapasitas jalan, digunakan sebagai faktor utama dalam penentuan tingkat kinerja simpang dan segmen jalan, nilai DS

menunjukkan apakah segmen jalan tersebut mempunyai masalah kapasitas atau tidak.

Nilai DS dapat dihitung dengan metode Indonesia Highway Capacity Manual (IHCM), 1997) : DS = Q.smp/C

Dimana :

Ds = Derajat kejenuhan (smp/jam)

Q = Arus lalu lintas

C = kapasitas sesungguhnya(smp/jam) Derajat kejenuhan dihitung dengan menggunakan arus dan kapasitas dinyatakan dalam smp/jam. DS digunakan untuk analisa perilaku lalu lintas berupa kecepatan.

Lampu lalu lintas ( traffic light ) adalah suatu alat kendali dengan menggunakan lampu yang terpasang pada persimpangan dengan tujuan untuk mengatur arus lalu lintas. Pengaturan arus lalu lintas pada persimpangan pada dasarnya dimaksudkan untuk bagaimana pergerkan kendaraan pada masing - masing kelompok pergerakan kendaraan ( vehicle group movements ) dapat bergerak secara bergantian sehingga tidak saling mengganggu anar arus yang ada. Ada berbagai jenis kendali dengan menggunakan lampu lalu lintas dimana pertimbangan ini sangat tergantung pada situasi dan kondisi persimpangan yang ada seperti volume, geometrik simpang dan sebagainya.

Kegunaan lampu lalu-lintas pada persimpangan dapat dievaluasi dari seberapa jauh suatu sistim lampu lalu-lintas dapat memenuhi fungsi yang diharapkan yaitu:

1. Mengurangi waktu tundaan Dengan tidak adanya lampu lalu-lintas maka akan terjadi banyak titik konflik di persimpangan sehingga menimbulkan kemacetan dan waktu tundaan akan bertambah.

2. Meningkatkan kapasitas Kapasitas akan meningkat akibat dari berkurangnya waktu tundaan

3. Mengontrol kecepatan

4. Fasilitas penyebrangan bagi pejalan kaki 5. Meningkatkan keselamatan

(6)

Jumlah tingkat kecelakaan merupakan ukuran tiap kecelakaan yang mungkin terjadi untuk menentukan daya guna keselamatan pada

persimpangan. Tundaan dan kapasitas simpang sangat tergantung dari lay geometri persimpangan, konflik arus lalu - lintas dan metoda pengendalian persimpangan yang dipakai.

Kondisi geometrik dan lalu lintas ( demand ) akan berpengaruh terhadap kapasitas dan kinerja lalu lintas pada persimpangan. Oleh karena itu, perencana harus dapat merancang sedemikian rupa sehingga mampu mendistribusikan waktu kepada masing-masing kelompok pergerakan kendaraan secara proporsional sehingga memberikan kinerja yang sebaik-baiknya. Menurut Webster dan Cobbe ( 1956 ) optimasi lampu berdasarkan tundaan yang minimum.

Sistem perlampuan lalu lintas menggunakan jenis lampu sebagai berikut:

a. Lampu hijau ( green ): kendaraan yang mendapatkan isyarat harus bergerak maju.

b. Lampu kuning ( amber ) : kendaraan yang mendapatkan isyarat harus melakukan antisipasi, apabila memungkinkan harus mengambil keputusan untuk berlakunya lampu yang berikutnya ( apakah hijau atau merah ).

c. Lampu merah ( red ) : kendaraan yang mendapatkan isyarat harus berhenti pada sebelum garis henti ( stop line ).

ANALISA

Mencari Lalu lintas Harian Rata-rata di Jalan Ahmad Yani (Titik A) pada hari senin, sabtu dan minggu.

Senin 1773.3 smp/jam Sabtu 1544.7 smp/jam Minggu 1430.1 smp/jam

Senin sampai jumat dianggap

sama,maka arus lalu lintas seminggu (LMR) adalah :

(5 x 1773.3) + (1 x 1544.7) + (1 x 1430.1) = 11841.3 Smp/jam

Namun perhitungan 16 jam adalah kurang lebih 93% daripada seluruh arus lalu lintas.

Jadi, lalu lintas mingguan = 11841.3 x 93/100 = ± 11012.4 smp/jam

LHR = = 1573.2 smp/jam

Mencari Lalu lintas Harian Rata-rata di Jalan Sisingamangaraja (Titik B) pada hari senin, sabtu dan minggu.

Senin 1581.2 smp/jam Sabtu 1377.5 smp/jam Minggu 1269.2 smp/jam Senin sampai jumat dianggap

sama,maka arus lalu lintas seminggu (LMR) adalah :

(5 x 1581.2) + (1 x 1377.5) + (1 x 1269.2) = 10552,7 Smp/jam

Namun perhitungan 16 jam adalah kurang lebih 93% daripada seluruh arus lalu lintas.

Jadi, lalu lintas mingguan = 10552,7 x 93/100 = ± 9814.01 smp/jam

LHR = = 1402 smp/jam

Mencari Lalu lintas Harian Rata-rata di Jalan Medan (Titik C) pada hari senin, sabtu dan minggu.

(7)

Senin 1375.5 smp/jam Sabtu 1102.8 smp/jam Minggu 1040.4 smp/jam Senin sampai jumat dianggap

sama,maka arus lalu lintas seminggu (LMR) adalah :

(5 x 1375.5) + (1 x 1102.8) + (1 x 1040.4) = 9020,7 Smp/jam

Namun perhitungan 16 jam adalah kurang lebih 93% daripada seluruh arus lalu lintas.

Jadi, lalu lintas mingguan = 9020,7 x 93/100 = ± 8389.25 smp/jam

LHR = = 1198.46 smp/jam

Mencari Lalu lintas Harian Rata-rata di Jalan H.Ulakma Sinaga (Titik D) pada hari senin, sabtu dan minggu.

Senin 920.6 smp/jam Sabtu 670.8 smp/jam Minggu 522.5 smp/jam Senin sampai jumat dianggap

sama,maka arus lalu lintas seminggu (LMR) adalah :

(5 x 920.6) + (1 x 670.8) + (1 x 522.5) = 5296.3 Smp/jam

Namun perhitungan 16 jam adalah kurang lebih 93% daripada seluruh arus lalu lintas.

Jadi, lalu lintas mingguan = 5296.3 x 93/100 = ± 4925.56 smp/jam

LHR = = 703.65 smp/jam

Maka kapasitas ( C ) jalan Ahmad Yani dan Jalan Sisingamangaraja adalah :

C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs C = 2900 x 0.92 x 1.00 x 0.89 x 0.9

C = 1944.97 smp/jam

Maka kapasitas ( C ) jalan Medan adalah :

C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs C = 1450 x 1.25 x 1.00 x 0.95 x 0.9 C = 1549.69 smp/jam

Maka kapasitas ( C ) Jalan H. Ulakma Sinaga adalah :

C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs C = 1450 x 0.87 x 1.00 x 0.93 x 0.9 C = 1055.88 smp/jam

1. Derajat kejenuhan untuk Ahmad Yani (Titik A).

DS = = DS = 0.81

2. Derajat kejenuhan untuk Jalan Sisingamangaraja (Titik B).

DS = = DS = 0.72

3. Derajat kejenuhan untuk Jalan Medan (Titik C).

DS = =

DS = 0.77

4. Derajat kejenuhan untuk Jalan H. Ulakma Sinaga (Titik D).

DS = = DS = 0.6

Kesimpulan

1. Hasil analisa kemacetan pada simpangan Jalan Ahmad Yani – Jalan Medan dan Jalan

(8)

Sisingamangaraja – Jalan H. Ulakma Sinaga dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

Nama jalan Kapasit as ( C )

Derajat Kejenuha

n ( DS ) Ahmad Yani

( A )

1944.97

smp/jam 0.80 Sisingamangaraja

( B )

1944.97

smp/jam 0.72 Medan ( C ) 1549.69

smp/jam 0.77 H. Ulakma

Sinaga( D )

1055.88

smp/jam 0.66

2. Hasil analisa tingkat pelayanan tergolong dalam kelas sebagai berikut :

- Kapasitas Jalan Ahmad Yani dari hasil analisa tingkat pelayangan tergolong dalam kelas “D”

( Mendekati Tidak Stabil ).

- Kapasitas Jalan Sisingamangaraja dari hasil analisa tingkat pelayangan tergolong dalam kelas “C” ( Tetap Stabil, Kurang Bebas ).

- Kapasitas Jalan Medan dari hasil analisa tingkat pelayangan tergolong dalam kelas “D”

( Mendekati Tidak Stabil ).

- Kapasitas Jalan H. Ulakma Sinaga dari hasil analisa tingkat pelayangan tergolong dalam kelas “C” ( Tetap Stabil, Kurang Bebas ).

Saran

1. Perlu dilakukan analisis untuk mendapatkan desain lampu lalu lintas yang optimal.

2. Membuat larangan berhenti yang di area 100 m sebelum memasuki persimpangan.

3. Perlu adanya analisa mengenai kemacetan lalu lintas secara khusus dengan melihat aspek tata guna lahan untuk perkembangan lebih lanjut dalam mengatasi kemacetan lalu lintas.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jendral Bina Marga (1997), Manual Kapasitas Jalan Raya (MKJI), Swearoad Bekerja sama dengan P.t Bina Karya (persero, Jakarta)

Direktorat Jendral Bina Marga (1990), Panduan Survey dan Perhitungan Waktu Perjalanan Lalu Lintas, Departemen Perkerjaan Umum, Jakarta.

Hobbs, F.D, 1995, “ Perencanaan Dan Teknik Lalu Lintas”, Edisi Kedua, Gajah Mada University, Yogyakarta.

Khisty, C.T Jotin dan Lall, B. Kent (2003), Dasar - Dasar Rekayasa Transportasi Edisi Ketiga (jilid 1), Penerbit Erlangga, Jakarta, Tamin, Ofyar. Z, 1999, “ Perencanaan dan pemodelan transportasi ”, Penerbit Erlangga, Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari analisis menunjukkan bahwa pengaruh kendaraan luar daerah terhadap kinerja jalan di Kota Yogyakarta yang meliputi arus lalu lintas, derajat kejenuhan, kecepatan

Skenario pembalikan arah arus lalulintas akan dimulai pada ruas jalan Yos Sudarso Simpang Nonongan kemudian akan dilakukan juga pada ruas jalan Yos Sudarso Simpang Coyudan dan

Menunjukkan bahwa kinerja jalan sebelum ada pembangunan flyover yaitu pada tahun 2012 untuk derajat kejenuhan (DS) = 1.03, sedangkan pada ruas jalan Krian-Taman derajat

Survei akan dilakukan untuk mendapatkan data primer dan data sekunder yang dibutuhkan dalam analisa kinerja ruas jalan seperti data lalu lintas, data geometric jalan, hambatan

LAMPIRAN E Kondisi Simpang dan Ruas Jalan setelah Underpass Lampiran E.1 Arus Lalu Lintas Kendaraan Bermotor Jam Puncak Pagi. pada

Kemacetan adalah kondisi dimana arus lalu lintas yang lewat pada ruas jalan yang ditinjau melebihi kapasitas rencana jalan tersebut yang mengakibatkan kecepatan bebas ruas

ANALISIS HUBUNGAN VOLUME, KECEPATAN DAN KEPADATAN ARUS LALULINTAS DENGAN MEMBANDINGKAN METODE GREENSHIELD DAN METODE GREENBERG Studi Empiris Ruas Jalan Ahmad Yani Km 37 Kota

Tabel 4.3 Derajat Kejenuhan dan Tingkat Pelayanan Arah Timur dan Arah Barat Sumber : Data Perhitungan, Penulis 2022 Maka berdasarkan hasil di atas, kemacetan lalu lintas di ruas