• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI A. KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU 1. Pengertian Kompetensi Kepribadian Guru Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kompetensi berarti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI A. KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU 1. Pengertian Kompetensi Kepribadian Guru Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kompetensi berarti"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI A. KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU

1. Pengertian Kompetensi Kepribadian Guru

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kompetensi berarti (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal. kompetensi (competence) menurut Hall dan Jones (1976:29) yaitu pernyataan yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu secara bulat yang merupakan perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan yang dapat diamati dan diukur. Selanjutnya Spencer dan Spencer dalam Hamzah B. Uno (2007) kompetensi merupakan karakteristik yang menonjol bagi seseorang dan menjadi cara-cara berperilaku dan berpikir dalam segala situasi dan berlangsung dalam waktu yang lama.

kompetensi guru (teacher competency) menurut Barlow (1985) dalam bukunya Muhibbin Syah (2013:229) ialah “The ability of a teacher to responsibly perform his or her duties appropriately”artinya kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara tanggung jawab dan layak.

Sementara Charles (1994) mengemukakan bahwa: Competency as rational Performance which satisfactorily meets the objective for a desired condition (kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan). Sedangkan dalam UU RI NO 14 Th 2005 tentang guru dan dosen dijelaskan bahwa Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh seorang guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalnya (Mulyasa, 2009: 25)

Dari beberapa uraian diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa kompetensi guru adalah suatu kemampuan, kecakapan, serta kewenangan yang harus dimiliki oleh seseorang dalam menyandang profesinya sebagai guru mencakup pengetahuan dan perilaku yang mendukungnya dalam melaksanakan tanggungjawab atau tugasnya sebagai guru secara baik dan profesional.

(2)

Kompetensi yang harus melekat pada diri guru dan merupakan salah satu indikator yang harus dipenuhi oleh guru, sehingga menuntut adanya aspek-aspek yang harus dikuasai dalam kompetensi. Menurut Aminatul Zahroh (2015:83-85) Aspek tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pengetahuan (knowledge) yang berkaitan dengan kemampuan seseorang pada bidang kognitif.

b. Pemahaman (understanding) aspek yang berkaitan dengan kedalaman kognitif dan afektif

c. Kemampuan (skill) yang dimiliki oleh individu untuk melaksanakan dan melakukan tugas yang dibebankan kepadanya.

d. Nilai (value) suatu standar perilaku yang telah diyakini dan telah menyatu dalam diri seseorang.

e. Sikap (attitude) perasaan senang atau tidak senangt terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar.

f. Minat (interest) kecenderungan seseorang untuk memberikan perhatian dan melakukan suatu perbuatan terahadap orang, aktifitas.

Dalam UU Guru dan Dosen (2016 : 8) Kompetensi guru yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang pendidik adalah kompetensi kepribadian. Personality atau kepribadian berasal dari kata personal yang berarti topeng yakni alat untuk menyembunyikan identitas diri. Adapun pribadi dalam bahasa Inggris person dalam bahasa latin yang berarti manusia sebagai perorangan, diri manusia atau diri orang sendiri.

Dalam perkembangannya istilah kepribadian tersebut didefinisikan oleh banyak psikolog. Kepribadian atau personality menurut Gordon W. Allport dalam Chaplin adalah organisasi dinamis dalam individu yang terdiri dari sistem-sistem psikofisik yang menentukan tingkah laku dan pikirannya secara karakteristik. (J.P Chaplin, 2005: 32), begitu juga dengan pendapatnya McLeod (1989) mengartikan kepribadian (personality)sebagai sifat khas yang dimiliki seseorang. Dalam hal ini, kata lain yang sangat dekat artinya dengan kepribadian adalah karakter dan

(3)

identitas. Kepribadian adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan seorang guru sebagai pengembang sumber daya manusia, mengenai pentingnya kepribadian guru Zakiyah Daradjat (1982) menegaskan kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan membina yang baik bagi anak didiknya ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak didik terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat sekolah dasar) dan mereka yang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah).

(Muhibbin Syah, 2013:225)

Kepribadian adalah salah satu unsur yang sangat menentukan keakraban hubungan guru dengan anak didik. Kepribadian guru akan tercermin dalam sikap dan perbuatannya, dalam membina dan membimbing anak didiknya. Kepribadian guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pendidikan, khususnya dalam kegiatan pembelajaran. Keberadaan guru memiliki peranan yang sangat penting dalam mencerdaskan anak bangsa, baik cerdas intelektual, spiritual maupun emosional. Guru juga berperan dalam mewujudkan kebaikan di dalam masyarakat, bangsa dan negara. Mereka tanpa lelah mendidik anak didik agar memiliki kepribadian yang mulia. Guru adalah figur manusia yang menempati posisi dan memegang peran penting dala m pendidikan. Guru juga merupakan faktor yang sangat dominan dan penting dalam pendidikan formal. Bagi siswa, guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi guru.

Guru merupakan ujung tombak pendidikan, sebab secara langsung mereka berupaya mempengaruhi, membina dan mengembangkan bakat peserta didik.

Sebagai ujung tombak, guru dituntut memiliki kemampuan dasar yang diperlukan sebagai pendidik, pembimbing dan pengajar. Kemampuan tersebut tercermin pada kompetensi guru. berkualitas atau tidaknya proses pendidikan sangat bergantung pada kreativitas dan inovasi yang dimiliki guru. dan keberadaannya menjadi tokoh dan panutan. Oleh karena itu, ia harus memiliki standar kualifikasi kepribadian tertentu yang mencakup tanggungjawab, wibawa, mandiri dan disiplin. (Chaerul Rochman dan Heri Gunawan 2016: 38)

Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan bahwa kompetensi kepribadian guru adalah serangkaian dari kompetensi yang berkaitan dengan

(4)

pribadi guru itu sendiri, pada kompetensi kepribadian guru, guru harus mampu mengarahkan dirinya menjadi pribadi yang mantap dan patut diteladani, hal yang harus dimiliki guru mencakup kepribadian yang disiplin, mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, dan berakhlak mulia.

Dalam paradigma jawa, pendidik diidentikkan dengan sebuta “Guru” (Gu dan Ru) yang berarti “digugu dan ditiru” dikatakan digugu (dipercaya) karena guru memiliki seperangkat ilmu yang memadai, yang karenannya guru memiliki wawasan dan pandangan yang luas. Dikatakan ditiru (diikuti) karena guru memiliki kepribadian yang utuh yang karenanya segala tindak tanduk seorang guru patut dijadikan panutan dan suri teladan yang baik oleh peserta didiknya.

(Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, 2006:90)

Guru yang sebagai pendidik bukan hanya akan menyalurkan pengetahuanya saja, tetapi juga membantu peserta didik dalam membentuk pribadi atau akhlak yang baik. Akhlak merupakan suatu tujuan pendidikan Islam yang sangat mulia, dan untuk membentuk pribadi siswa yang baik haruslah merujuk pada panutan yang terbaik yaitu Rasulullah. Dalam Islam pun sumber akhlak yang menjelaskan standar baik dan buruk yaitu Al-Qur’an dan sunah Rasul. Kedua dasar itulah yang menjadi pedoman dan sumber untuk menentukan perbuatan tersebut baik atau buruk, dalam Al-Qur’an diterangkan sumber akhlak pada surat Al-Qalam ayat 4 yaitu:

ممييظَظعع قمللخل َىلعععلع كعنناَظوع Artinya: “sesungguhnya engkau (Muhammad) adalah orang yang berkahlak sangat mulia.”

Ayat tersebut merupakan pujian Allah SWT untuk nabi Muhammad SAW karena kemuliaan akhlak yang dimilikinya. Hal ini juga sejalan dengan hadis nabi:

قَظلعخيلعا معرَظَاكعمع معممتعلَظل تلثيعَظبل َامعنناَظ Artinya : “Sesungguhnya aku (Muhammad) diutus untuk menyempurnakan kesempurnaan akhlak”. (Al-Hadits)

(5)

Hakikatnya, manusia adalah mahluk spiritual yang hidup di alam materi, nabi Muhammad diutus untuk mengembalikan hakikat manusia yang sudah ternodai oleh beberapa pengaruh dan kepentingan materi dengan jalan mengembalikan keutamaan dan kemuliaan akhlak atau moralitas manusia. (Suteja, 2009 : 197).

Semua sikap dan kepribadian yang melekat dalam diri guru akan membawa dampak yang signifikan dalam proses bimbingan, pengarahan dan pendidikan. Keberhasilan pendidikan tidak hanya diukur dari kesuksesan meraih nilai terbaik bagi peserta didik, tetapi yang lebih penting dari itu adalah keberhasilan mewujudkan manusia seutuhnya yang meliput jasmani dan ruhani.

Atas dasar itu, kompetensi kepribadian adalah syarat mutlak yang harus dimiliki oleh guru dan menjadi landasan utama bagi kompetensi-kompetensi lainnya.

2. Bentuk-Bentuk Kompetensi Kepribadian

Guru profesional sebagaimana yang dikehendaki dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan ditegaskan lagi dalam Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 harus memiliki kriteria tertentu yang menjadi syarat kualifikasinya. Diantara syarat-syarat yang telah ditentukan adalah guru harus memiliki kompetensi kepribadian, yakni kompetensi guru yang berkaitan dengan kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

Berikut akan dijelaskan berbagai kompetensi kepribadian menurut Chaerul Rachman dan Heri Gunawan (2016:43-76) yang menjadi ciri khas atau karakter guru yang membedakan dari tugas profesi lainnya antara lain:

a. Pribadi yang Disiplin

Disiplin adalah kunci kesuksesan seseorang, termasuk guru. seorang guru yang menghendaki kesuksesan dalam melaksanakan tugas profesinya, ia harus memiliki pribadi yang disiplin tinggi. Sikap hidup disiplin adalah hal yang sangat utama ditanamkan sejak dini. Perilaku disiplin akan sangat efektif ditanamkan kepada siswa jika terlebih dahulu dilakukan oleh guru itu

(6)

sendiri, perilaku disiplin ini penting dimiliki oleh guru karena ia akan menanamkan hal tersebut kepada peserta didiknya.

Guru yang memiliki sikap disiplin biasanya akan datang dan pulang tepat waktu. Ia akan mengajar dengan penuh rasa tanggung jawab, menaati ketentuan yang berlaku di sekolah, mampu menjadi teladan dan contoh bagi siswanya, serta sangat antusias dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

Kedisiplinan seorang guru juga akan tercermin dari sikapnya dalam menindak lanjuti tugas-tugas yang diberikan kepada siswa dalam melaksanakan tugas serta amanat yang diembannya, ketaatannya kepada aturan, tugas dan tanggung jawabnya adalah karena panggilan hati nuraninya sebagai sebuah kehidupan.

Dalam menanamkan disiplin, guru bertanggung jawab mengarahkan, berbuat baik, menjadi teladan (contoh yang baik), sabar dan penuh pengertian. Guru harus berusaha mendisiplinkan para siswanya dengan penuh perhatian dan kasih sayang. Mendisiplinkan siswa tidak bisa dilakukan dengan cara kekerasan atau dengan hukuman fisik. Akan lebih efektif jika dilakukan dengan persuasi yang bersifat edukatif, reflektif, dan tidak bersifat fisik. Kedisiplinan reflektif akan merangsang pemikiran mereka dan mejadikan mereka lebih peka terhadap kesalahan yang mereka lakukan. Mendisiplinkan para siswa dengan perhatian dan kasih sayang dapt dilakukan dengan demokratis yakni diri dan oleh siswa itu sendiri.

sedangkan guru dapat bertindak sebagai penengah dan memberikan arahan serta motivasi kepada mereka dengan penuh antusias.

b. Pribadi yang Jujur dan Adil

Dalam KBBI (2008:591) Jujur adalah lurus hati, tidak berbohong, tidak curang, tulus ikhlas. Kejujuran adalah kualitas suara hati yang hanya akan menetap pada diri pribadi yang kuat, yakinlah bahwa kejujuran adalah kunci utama keberhasilan seseorang, termasuk guru. Guru di tuntut untuk bersikap jujur baik kepada diri sendiri maupun kepada siswa-siswanya.

Berani mengatakan tidak tahu bila betul-betul ia belum tahu. Hal ini lah yang di pesankan oleh al-Ghazali, bahwa guru harus mau mengatakan tidak

(7)

tahu jika ia memang belum tahu. Sikap jujur yang ditunjukan oleh guru akan membentuk kepribadiaanya.

Adil maknanya tidak berat sebelah, tidak berpihak, atau berpegang pada kebenaran, dan tidak sewenang-wenang (KBBI, 2008:10). Guru yang memiliki kepribadian akan memperlakukan siswa dengan seadil-adilnya, tidak memilah dan memilih dalam memperlakukan siswa. Yang akan sangat disenangi, dihormati, dan dipercaya. Adil bukan berarti sama rata, adil adalah menempatkan sesuatu sesuai tempatnya, guru yang adil akan memperlakukan siswa sesuai dengan perkembangan dan kebutuhannya.

Sebagaimana dalam firman Allah swt Q.S An-Nahl ayat 90.

ننإَظ بعريقلليَايييذَظءَظَاتعيإَظوع نَظَاييسعحيليَظاوع لَظديييععليَابَظ رلملأييييع ييلنعا ىى

َىييهعنييعوع نَظييعع رَظكعنيمللياوعءَظَاييشعحيفعليا يَظييغيبعلياوعۚ

ميييكلظلعَظيع ميييكللنععلع

نعورلكنذعتع Artinya: “sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi pada kaum kerabat dan allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengabil pelajaran”.

Ibnu Katsir menyebutkan bahwa dalam Q.S An-Nahl ayat 90 ini Allah swt memerintah manusia untuk berbuat adil dan meninggalkan kemungkaran serta baghy. Kata baghy menurut Ibnu Katsir bermakna

“Uwan ‘ala an-nas” bermusuhan dengan manusia. (Tafsir Ibnu Katsir juz 8:

344)

c. Pribadi Berakhlak Mulia

Pendidikan Nasional yang bermutu diarahkan untuk pengembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwakepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (BSNP, 2006:74). Arahan pendidikan nasional ini hanya mungkin terwujud jika guru memiliki akhlak mulia, sebab siswa adalah cermin dari gurunya.

Guru berperan sebagai pendidik. Ia tidak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) kepada siswanya, tetapi juga

(8)

diharapkan menjadi spiritual father yang akan memberikan nasihat-nasihat yang baik kepada siswanya. Sebagai orang yang memberikan nasihat maka ia mesti menghiasi dengan akhlak mulia terlebih dahulu. Akhlak mulia penting dimiliki oleh guru karena ia akan menjadi teladan bagi peserta didiknya, mereka lebih cenderung meniru perilaku guru daripada ucapannya. Seebagaimana dalam Islam Rasulullah SAW diutus di muka bumi ini adalah untuk menyempurnakan Akhlak, syariat yang dibawa beliau berisi unsur-unsur yang akan membentuk pribadi-pribadi umatnya menjadi berkarakter Islami. Sebagaimana dengan hadis Nabi:

قَظلعخيليعا معرَظَاكعمع معممتعلَظل تلثيعَظبل َامعنناَظ Artinya : “Sesungguhnya aku (Muhammad) diutus untuk menyempurnakan kesempurnaan akhlak”. (HR Al-Hakim)

Hakikatnya, manusia adalah mahluk spiritual yang hidup di alam materi, Nabi Muhammad diutus untuk mengembalikan hakikat manusia yang sudah ternodai oleh beberapa pengaruh dan kepentingan materi dengan jalan mengembalikan keutamaan dan kemuliaan akhlak atau moralitas manusia. (Suteja, 2009 : 197).

Guru adalah panutan masyarakat, sebagai panutan guru harus berakhlak mulia dan mampu mempraktikkan apa yang diajarkan dalam kehidupan sehari-hari. (Jamil Suprihatiningrum, 2014:108)

d. Pribadi Teladan

Dalam istilah Jawa, guru artinya “digugu lan ditiru”, kata ditiru berarti dicontoh atau dalam arti lain diteladani.(Jamil Suprihatiningrum, 2014:107) Keteladanan dalam diri seseorang akan berpengaruh pada lingkungan sekitarnya, keteladanan yang diberikan tokoh masyarakat sksn memberi warna yang cukup besar kepada masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. Dengan demikian pula keteladanan bagi seorang guru, tidak saja harus ditunjukkan ketika berada di sekolah atau lingkungan sekolah. Guru merupakan teladan bagi peserta didik, bahkan semua orang yang menganggapnya sebagai guru akan meneladaninya. Guru sebagai teladan bagi para siswanya harus memiliki sikap dan kepribadian utuh yang dapat

(9)

dijadikan tokoh panutan idola dalam seluruh aspek kehidupannya. Dalam paradigma sebagai pakar pendidikan, kepribadian seorang guru tersebut meliputi kemampuan mengembangkan kepribadian, kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi secara arif bijaksana dan kemampuan melaksanakan bimbingan penyuluhan. Kompetensi kepribadian terkait pula dengan penampilan sosok guru sebagai individu yang mempunyai kedisiplinan, berpenampilan baik, bertanggungjawab, memiliki komitmen dan menjadi teladan. Bukan hanya guru agama yang harus menjadi dan memberikan teladan tapi semua guru yang mengajar termasuk kepala sekolah.

Dalam agama Islam, bahkan sangat diistimewakan pendidikan keteladanan ini. Dengan ikonnya adalah Nabi Muhammad SAW sebagai teladan yang paling utama. Nabi SAW adalah uswah hasanah, beliau adalah salah satu tokoh yang paling berhasil dalam mendidik muridnya. Beliau sangat jarang mendidik dengan bicara bahkan tidak pernah mendidik dengan tulisan, tapi beliau selalu mendidik dengan teladan. Demikianlah, pendidik harus meneladani Rasulullah SAW, dalam syair arab disebutkan:

لمجلرع َىفَظ لمجلرع فَظلياع لَظويقع نيمم ررييخع لمجلرع فَظلياع َىفَظ لمجلرع للعيفَظ

“perbuatan satu orang di hadapan seribu orang lebih lebih baik dibanding perkataan seribu orang dihadapan satu orang. (Jejen Musfah, 2011:47) e. Pribadi yang Mantap

Agar menjalankan tugas profesional dengan baik, seorang guru harus memiliki kepribadian yang tenang dan mantap. Hal ini penting karena banyak masalah yang muncul dalam dunia pendidikan disebabkan oleh faktor kepribadian guru yang tidak tenang dan mantap. Akibatnya, banyak guru yang bertindak tidak profesional bahkan melakukan tindakan-tindakan yang tidak terpuji. Tindakan guru yang demikian selain akan menghambat proses pembelajaran dan proses pendidikan siswa. Dalam hal ini, guru dituntut untuk bertindak sesuai dengan norma hukum dan norma sosial.

(Jamil Suprihatiningrum, 2014:106)

(10)

f. Pribadi yang Stabil

Kestabilan emosi bagi seorang guru adalah sangat penting. Guru yang tidak pandai mengendalikan emosinya akan membawa dampak yang tidak baik bagi siswanya. Guru efektif yang memiliki stabilitas emosional akan berpenampilan tenang, obyektif, proporsional, dan tidak mudah hanyut dengan suasana yang mempengaruhinya sehingga dapat melaksanakan proses belajar mengajar dengan baik. Ujian berat guru dalam hal kepribadian ini adalah rangsangan yang sering memancing emosinya.

kestabilan emosi amat diperlukan, namun tidak semua orang mampu menahan emosi terhadap rangsangan yang menyinggung perasaan.

Kestabilan dalam kepribadiannya artinya dia memiliki emosi, kondisi kejiwaan yang teguh atau tetap dalam mengiringinya melakukan tugas keguruan. Sehingga, sebagai seorang guru, seharusnya:

1) Menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik

Kepribadian akan turut menetukan apakah para guru dapat disebut sebagai pendidik yang baik atau sebaliknya, justru menjadi perusak anak didiknya. Sikap dan citra negativ seorang guru dan berbagai penyebabnya seharusnya dihindari jauh-jauh agar tidak mencemarkan nama baik guru.

2) Memiliki etos kerja sebagai guru

Cara mengajar guru dalam meyampaikan ilmu pengetahuan dalam setiap pertemuan dengan peserta didik membuktikan apakah guru layak disebut sebagai pribadi yang professional sesuai dengan kode etik yang dipahaminya sebagai tenaga pendidik. (E.Mulyasa, 2009 :121 -122)

g. Pribadi yang Dewasa

Pribadi dewasa menjadi salah satu persyaratan guru. kedewasaan guru tercermin dari kestabilan emosinya, untuk itu diperlukan latihan mental agar guru tidak mudah terbawa emosi. Sebab jika guru marah akan mengakibatkan siswa takut. Ketakutan itu sendiri berdampak pada turunnya minat siswa untuk mengikuti pelajaran serta dapat mengganggu konsentrasi

(11)

belajarnya. Orang yang dewasa disini berarti ia telah mampu mandiri dan dapat mengatur dirinya sendiri karena akalnya sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik. Guru sebagai pribadi, pendidik, pengajar dan pembimbing dituntut memiliki kematangan atau kedewasaan pribadi, serta kesehatan jasmani dan rohani. (E.Mulyasa, 2009:123)

h. Pribadi yang Arif dan Penyabar

Sikap sabar adalah hal yang penting dimiliki oleh seorang guru, bahkan semua orang harus memiliki sikao sabar. Sabar harus menjadi kepribadian guru yang melekat pada dirinya, sabar bukan berarti pasrah diri atau menerima sesuatu tanpa protes. Oleh karena itu, dengan kesabaran bukan berarti guru membiarkan tingkah laku siswa seperti yang mereka kehendaki, bukan pula membiarkan dirinya dihina atau dipermainkan oleh siswa. Guru yang memiliki sikap sabar selalu mencari dan berupaya mengoptimalkan segala potensi yang ada untuk mengantarkan siswanya pada tujuan yang diharapkan, tidak mudah tersinggung dan tidak memfokuskan pada permasalahan, tetapi lebih terfokus pada upaya mencari jalan keluar dar permasalahan itu. Dalam pendidikan, mendisiplinkan peserta didik harus dimulai dengan pribadi guru yang disiplin, arif, dan berwibawa, kita tidak bisa berharap banyak akan terbentuknya peserta didik yang disiplin dari guru yang kurang disiplin, kurang arif, dan kurang berwibawa. Oleh karena itu, sekaranglah saatnya kita membina disiplin peserta didik dengan pribadi yang arif, disiplin dan berwibawa.

Guru yang memiliki kepribadian arif menurut Suyanto (2008 : 16 ) Berwibawa mengandung makna bahwa seorang guru harus:

1) Memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik.

Guru harus selalu berusaha memilih dan melakukan perbuatan yang positif agar dapat mengangkat citra baik dan kewibawaannya, terutama di depan murid-muridnya. Disamping itu guru juga harus mengimplementasikan nilai-nilai tinggi terutama yang diambilkan dari ajaran agama, misalnya jujur dalam perbuatan dan perkataan, tidak munafik. Sekali saja guru didapati berbohong, apalagi langsung kepada

(12)

muridnya, niscaya hal tersebut akan menghancurkan nama baik dan kewibawaan sang guru, yang pada gilirannya akan berakibat fatal dalam melanjutkan tugas proses belajar mengajar.

2) Memiliki perilaku yang disegani

Pribadi guru dipandang sebagai seorang yang menunjukkan integritas dan kredibilitas yang tinggi di lingkungan pendidikan terutama di hadapan peserta didik.

i. Pribadi yang Berwibawa

Dalam Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan guru adalah pendidikan profesional. Sebagai pendidik tentu ia menginginkan dirinya berwibawa didepan anak didiknya.

Semua orang menginginkan dirinya memancarkan kewibawaan yang dikagumi oleh semua orang dalam bentuk sikap penerimaan terhadap perilaku, perkataan dan segala tindakannya. Berkaitan dengan wibawa, guru harus memiliki kelebihan dalam merealisasikan nilai spiritual, emosional, moral, sosial dan intelektual dalam pribadinya. (Chaerul Rochman dan Heri Gunawan 2016: 74)

Jadi, kewibawaan guru tidak diwujudkan dengan kondisi negatif atau kekerasan, akan tetapi bagaimana seorang guru dapat menguasai sesuatu dengan baik serta dapat mengendalikan diri untuk tidak berbuat negatif atau menyalahi aturan. Dengan kewibawaan proses belajar mengajar akan terlaksana dengan baik, berdisiplin dan tertib. Dengan demikian bukan berarti siswa harus takut kepada guru , melainkan siswa akan taat dan patuh pada peraturan yang berlaku sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh guru.

j. Pribadi yang Memiliki Rasa Percaya Diri

Percaya diri atau optimis adalah keadaan seseorang yang mampu mengendalikan serta menjaga keyakinan. Seorang guru efektif adalah seorang guru yang memiliki rasa percaya diri (optimis). Untuk menumbuhkan sikap rasa percaya diri guru harus memiliki mental yang baik, kebugaran tubuh, menguasai materi pembelajaran, serta memiliki kemampuan didaktik dan metodik. Selain itu, ia harus berpandangan positif

(13)

terhadap diri dan siswanya. Memahami tujuan pembelajaran dan mempunyai harapan yang baik tentang masa depan siswanya. Sikap optimistis guru sangat penting dimiliki sebab sikap ini akan menular kepada siswanya. Bila guru tampil dengan sangat optimis dalam proses pembelajaran, maka para siswa pun akan bersemangat dan optimis dalam belajar. Sebaliknya, bila guru tidak percaya diri dan minder maka siswanya pun akan menjadi lesu dan tidak memiliki rasa percaya diri.

3. Pentingnya Kompetensi Kepribadian Guru

Memiliki kompetensi kepribadian yang baik bagi guru memang sangat penting. Pribadi guru memiliki andil besar dalam proses pendidikan, terutama dalam menggapai keberhasilan pendidikan. Pribadi guru juga memiliki peranan yang sangat besar dalam membentuk psibadi siswa. Keberhasilan suatu pembelajaran atau proses pendidikan juga sangat ditentukan oleh faktor guru.

maka guru yang kepribadian baik akan banyak berpengaruh baik pula terhadap perkembangan siswa, terutama mental dan spiritualnya. Salah satu sifat anak didik adalah mencontoh apa yang dilakukan oleh orang dewasa, termasuk mencontoh pribadi guru yang akan membentuk kepribadiannya.

Menurut Zakiyah Darajat menegaskan bahwa kepribadian-kepribadian seorang guru yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah).

Peserta didik mendambakan kepribadian gurunya, karena itu seorang guru harus berani tampil beda dan unggul agar bisa di tiru dan di teladani oleh peserta didiknya. Guru harus berani tampil beda karena dituntut untuk memberikan dan memelihara pandangan tentang keagungan kepada peserta didiknya. Guru harus trampil dalam berkomunikasi dengan peserta didik disegala umur. Pribadi seorang guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pendidikan, khususnya dalam kegiatan pembelajaran. Pribadi guru juga sangat berperan dalam membentuk pribadi peserta didik. Ini dapat dimaklumi karena manusia adalah mahluk yang suka mencontoh, termasuk mencontoh pribadi gurunya dalam

(14)

membentuk kepribadian peserta didik, guna menyiapkan peserta didik untuk mengembangkan sumber daya manusia serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan Negara, dan bangsa pada umumnya (E. Mulyasa, 2009 : 117).

Keberhasilan pendidikan tidak hanya diukur dari kesuksesan meraih nilai terbaik bagi para peserta didik, tetapi yang lebih penting dari itu adalah keberhasilan mewujudkan manusia seutuhnya yang meliputi jasmani dan rohani.

Kompetensi ini melandasi berbagai kompetensi lainnya, baik kompetensi pedagogik, sosial maupun kompetensi profesional. Dengan demikian guru tidak hanya dituntut untuk memaknai pembelajaran, tetapi juga diharuskan menjadikan suasana pembelajaran tersebut sebagai media pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik. Pembentukan sikap dan mental mereka menjadi hal yang sangat penting yang tidak kalah pentingnya dari pembinaan keilmuannya.

Oleh karena itu, seorang guru dikatakan guru profesional jika telah melekat padanya kompetensi kepribadian yang mencakup pribadi yang disiplin, pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan wibawa, memiliki akhlak mulia sehingga menjadi teladan siswa dan masyarakat sekitar.

B. DISIPLIN BELAJAR SISWA 1. Pengertian Disiplin Belajar

Disiplin belajar terdiri dari dua kata yaitu disiplin dan belajar. Berikut pengertian disiplin. Disiplin dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia (Rahimsyah, 2010:124) diartikan Tata Tertib. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:258) disiplin diartikan Tata tertib (di sekolah, kemiliteran), ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib). Sedangkan menurut The Liang Gie (1972) mengemukakan:

“Disiplin adalah suatu keadaan tertib dalam orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan yang telah ada dengan rasa senang hati” (M. Djoko Susilo, 2009:173)

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008:17) disiplin adalah suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan kehidupan pribadi dan kelompok. Tata tertib ini bukan buatan binatang, melainkan buatan manusia sebagai pembuat dan pelaku.

(15)

Sedangkan disiplin timbul dari dalam jiwa karena adanya dorongan untuk menaati tata tertib tersebut. Begitu juga menurut Maman Rahman dalam Tulus Tu’u (2004:10), disiplin adalah upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu atau masyarakat dalam mengembangkan kebutuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan tata tertiib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dalam hatinya.

Berkaitan dengan disiplin, Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Ashr ayat 1-3 berfirman :

) رَظصيععلياوع ) رمسيخل َىفَظلع نعسعنيليَظا نناَظ (1

رَظبيييصنلَابَظ اويصعاوعتعوع قمحعليَابَظ اويصعاوعتعوع تَظحعلَظصنلا اويللمَظععوع اوينلمعاءع نعييذَظلان لناَظ (2

) 3 ( Artinya:” demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran” (M.Quraish Shihab, 2005:498) M. Quraish Shihab dalam buku Tafsir“Al-Mishbah” (2005:498) menge- mukakan bahwa waktu adalah modal utama manusia, apabila tidak diisi dengan kegiatan yang positif, maka ia akan berlalu begitu saja. Ia akan hilang dan ketika itu jangankan keuntungan yang diperoleh, modal pun telah hilang.

Sayyidina ‘Ali ra. Pernah berkata: “Rezeki yang tidak diperoleh hari ini masih dapat diharapkan lebih dari itu diperoleh esok, tetapi waktu yang berlalu hari ini tidak mungkin dapat diharapkan kembali esok”.

Melalui ayat diatas Allah bersumpah dengan menggunakan istilah masa (waktu) yaitu dengan kalimat “demi waktu” artinya Allah memberikan peringatan kepada manusia agar selalu memperhatikan waktu termasuk salah satu caranya adalah dengan tidak membuang waktu, yakni menggunakan waktu untuk hal-hal yang berguna. Bahkan seharusnya malah sebaliknya, yaitu mengatur jadwal kegiatan sesuai waktu yang tersedia dan menyesuaikan diri dengan keadaan atau kondisi waktu yang sedang berlangsung. Orang yang tidak memperhatikan waktu, ia akan mengalami kerugian yang dimaksud ayat 1 dalam surat al-ashr di atas yaitu manusia benar-benar dalam kerugian.

(16)

Jadi, dengan adanya disiplin dalam belajar akan memudahkan kelancaran belajar peserta didik, dengan adanya disiplin dalam belajar juga maka rasa segan, malas, menentang dapat dengan mudah diatasi seolah-olah tidak ada rintangan maupun hambatan lainnya yang menghalangi kelancaran bertindak.

Sedangkan Belajar adalah suatu proses perubahan didalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir,dan lain-lain kemampuan.

(Thursan Hakim, 2005:1) Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir.(Trianto, 2009:16)

Menurut Suharsimi Arikunto (2001: 114) “Disiplin belajar adalah kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib kesadaran yang ada pada kata hatinya”.Berdasarkan uraian diatas dapat dikemukakan bahwa disiplin belajar adalah perasaan taat dan patuh terhadap tata tertib yang berlaku di Sekolah yang menciptakan suasana belajar yang nyaman dan kondusif.

kedisiplinan belajar ditunjukkan dengan tiga perilaku yaitu perilaku kedisiplinan didalam dan diluar kelas, dilingkungan sekolah dan perilaku kedisiplinan dirumah. Disiplin belajar itu sangat penting yang dikemukakan oleh Peter Mc.

phlil (1982) dalam Syamsu Yusuf (2008 : 60) mengemukakan pentingnya disiplin yaitu :

a. Dalam situasi belajar dibutuhkan disiplin, karena hanya dalam situasi disiplinlah pengetahuan, pengalaman, dan keahlian guru dapat bekerja secara efektif.

b. Disiplin sangat penting bagi kesehatan dan kesejahteraan guru, tidak adanya disiplin maka akan mengurangi kualitas keahlian bahkan menghilangkan kesempatan untuk membuktikan profesi atau keahlian.

c. Disiplin diperlukan pada saat-saat tertentu sehingga tindakan atau perintah harus ditaati tanpa bertanya.

(17)

2. Macam-Macam Disiplin Belajar

Disiplin ada dua macam yaitu disiplin waktu dan disiplin perbuatan. Yang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan serta saling mempengaruhi.

Disiplin mendorong siswa belajar secara konkrit dalam praktik hidup di sekolah maupun dirumah, melalui disiplin yang tinggi pelaksanaan suatu ukuran dapat mencapai maksud dan dapat dirasakan manfaatnya oleh semua pihak. (A.S Moenir, 2010:96)

Untuk mengukur tingkat disiplin belajar siswa diperlukan indikator- indikator mengenai disiplin belajar siswa berdasarkan disiplin waktu dan disiplin perbuatan yaitu:

1) Ketaatan terhadap tata tertib

2) Ketaatan terhadap kegiatan belajar di sekolah 3) Ketaatan dalam mengerjakan tugas-tugas pelajaran 4) Ketaatan terhadap kegiatan belajar di rumah

Sedangkan menurut Abu Ahmadi (1990:28) indikator kedisiplinan belajar adalah memperhatikan dan mendengarkan keterangan guru, rajin mengikuti pelajaran, menjalankan latihan atau praktek, dan membuat ringkasan atau ikhtisar.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Belajar Siswa

Menurut Hurlock (1980:91) pembentukan disiplin dimulai ketika seseorang masih bayi, proses pembentukan disiplin seseorang diawali dengan mengajarkan pada anak apa yang menurut dia dianggap kelompok sosial sebagai benar dan salah dan mengusahakan agar dia bertindak sesuai pengetahuan. Begitu juga Menurut Tulus Tu’u (2004:48-50) ada empat faktor dominan yang mempengaruhi dan membentuk disiplin, yaitu:

a. Kesadaran diri, berfungsi sebagai pemahaman diri bahwa disiplin belajar dianggap penting bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Selain kesadaran diri menjadi motif sangat kuat bagi terbentuknya disiplin.

b. Pengikutan atau ketaatan, sebagai langkah penerapan dan praktik atas peraturan-peraturan yang mengatur perilaku individunya. Hal ini sebagai kelanjutan dari adanya kesadaran diri yang dihasilkan oleh kemampuan dan kemauan diri yang kuat.

(18)

c. Alat pendidikan, untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai yang ditentukan dan diajarkan.

d. Hukuman, sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi dan meluruskan yang salah.

Sedangkan menurut Unaradjan (2003:27) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin belajar ada dua yaitu:

1) Faktor Ekstern

Antara lain keadaan keluarga yang merupakan tempat utama pembinaan yang sangat penting, keadaan sekolah yang dimaksudkan adalah ada tidaknya sarana prasarana yang diperlukan bagi kelancaran proses belajar mengajar siswa di sekolah seperti aspek pada guru mempengaruhi disiplin diri di sekolah, keadaan masyarakat yang turut menentukan berhasil tidaknya pembinaan dan pendidikan disiplin diri.

2) Faktor intern

Yaitu keadaan fisik yang sangat mempengaruhi seseorang dalam menerapkan disiplin, keadaan psikis karena hanya orang- orang yang sehar secara psikis dapat menghayati norma-norma yang ada dalam masyarakat dan keluarga.

Maman Rachman dalam Tulus Tu’u (2004:50) mengatakan bahwa pembinaan disiplin di sekolah akan mempunyai pengaruh yang positif bagi kehidupan siswa di masa datang. Pada mula memang disiplin dirasakan sebagai sesuatu yang mengekang kebebasan. Akan tetapi bila aturan ini dirasakan sebagai sesuatu yang memang seharusnya dipatuhi secara sadar untuk kebaiakan dirinya dan sesama lama kelamaan akan menjadi suatu kebiasaan yang baik menuju arah disiplin diri.

3) Fungsi Disiplin Belajar Siswa

Disiplin sangat penting dan dibutuhkan setiap siswa. Disiplin menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku, dan tata kehidupan berdisiplin, yang akan mengatur siswa sukses dalam belajar dan kelak ketika bekerja. Sehingga

(19)

anak sadar bahwa dengan kedisiplinan akan tercapai hasil belajar yang optimal.

Menurut Tulus Tu’u (2004:38) fungsi disiplin yaitu:

a. menata kehidupan bersama, manusia merupakan makhluk sosial, manusia tidak akan bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Dalam memenuhi kebutuhannya seringkali terjadi benturan antara kepentingan sendiri dengan kepentingan kelompok. Disiplin berguna untuk menyadarkan seseorang bahwa dirinya menghargai orang lain dengan cara mentaati dan mematuhi peraturan yang berlaku.

b. membangun kepribadian, kepribadian merupakan keseluruhan sifat dan tingkah laku yang khas dan berbeda antara individu yang satu dengan yang lain. Lingkungan yang berdisiplin baik sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang. Dengan disiplin seseorang dibiasakan mengikuti, mematuhi, mentaati peraturan yang berlaku. Kebiasaan itu lama-kelamaan masuk kedalam kesadaran dirinya sehingga akhirnya menjadi milik kepribadiannya.

Disiplin telah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari.

c. Melatih Kepribadian,kepribadian seseorang tidaklah terjadi secara instan, melainkan terbentuk dari pola hidup sehari-hari. Salah satu proses untuk membentuk kepribadian yang terbiasa dengan kebiasaan hidup disiplin dapat melatih dan membentuk kepribadian seseorang ke arah positif.

d. Pemaksaan, disiplin dapat lebih baik jika timbul karena adanya kesadaran diri tetapi dapat juga disiplin berfungsi sebagai pemaksaan kepada seseorang untuk mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku dilingkungannya itu. Melalui pendampingan guru, pemaksaan, pembiasaan, dan latihan disiplin seperti itu dapat menyadarkan siswa bahwa disiplin itu penting baginya.

e. Hukuman, hukuman berperan sangat penting karena dapat memberi motivasi dan kekuatan bagi siswa untuk mematuhi tata tertib. Dan peraturan-peraturan. Walaupun peraturan yang dibuat demi kebaikan siswa.

(20)

f. menciptakan lingkungan yang kondusif, peraturan sekolah memberi pengaruh bagi terciptanya sekolah sebagai lingkungan pendidikan yang kondusif, bagi kegiatan pembelajaran. Dengan adanya peeraturan yang dibuat dan diterapkan sangat memungkinkan terciptanya lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan teratur.

Dalam proses pendidikan, disiplin memegang peranan penting pada siswa dalam mengantarkan meraih prestasi belajar, sehingga tujuan disiplin apabila mengenai sasaran yang tepat dapat membawa perubahan dari segi positif dan dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi siswa.

Disiplin berperan penting juga dalam membentuk individu yang berciri keunggulan. Disiplin itu penting menurut Pridjodarminto dalam Tulus Tu’u (2004:50) karena alasan berikut ini

a) disiplin akan tumbuh dan dapat dibina melalui latihan, pendidikan, penanaman kebiasaan dan keteladanan. Pembinaan itu dimulai dari lingkungan keluarga sejak kanak-kanak.

b) Disiplin dapat ditanam mulai dari tiap-tiap individu dari unit paling kecil, organisasi atau kelompok

c) Disiplin diproses melalui pembinaan sejak dini, sejak usia muda dimulai dari keluarga dan pendidikan

d) Disiplin lebih mudah ditegakkan bila muncul dari kesadaran diri e) Disiplin dapat dicontohkan oleh atasan kepada bawahan.

C.URGENSI KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU TERHADAP DISIPLIN BELAJAR SISWA

Agama Islam memposisikan guru atau pendidik pada kedudukan yang mulia. Para pendidik diposisikan sebagai bapak ruhani (spiritual father) bagi anak didiknya, ia memberikan santapan ruhani dengan ilmu dan pembinaan akhlak mulia dan meluruskannya. Oleh karena itu, pendidik mempunyai kedudukan yang sangat tinggi. Baik dan tidaknya citra seseorang sangat ditentukan oleh kepribadiannya, terlebih lagi bagi seorang guru. masalah kepribadian ini menjadi kompetensi yang sangat utama yang melandasi kompetensi guru yang lain,

(21)

kepribadian juga sangat menentu keberhasilan melaksanakan tugas sebagai pendidik.

Apabila guru merupakan seseorang yang tidak mempunyai kemampuan dalam mengajar atau seseorang yang tidak layak untuk menjadi guru maka yang akan hancur adalah siswanya karena tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian materi pembelajaran saja, akan tetapi lebih dari itu guru harus membentuk kompetensi dan pribadi peserta didik. Oleh karena itu, guru harus bisa mengawasi perilaku peserta didik, terutama pada jam-jam sekolah agar tidak terjadi penyimpangan perilaku atau tindakan yang indisiplin.

Pepatah mengatakan guru kencing berdiri, siswa kencing berlari, yang dimana apabila ada guru yang memiliki perilaku yang jelek maka siswa secara langsung akan meniru atau mencontoh perilaku jelek tersebut dengan mudah.

Sebab, tutur kata, sikap, cara berpakaian, penampilan, cara mengajar dan gerak- gerik guru selalu dipehatikan oleh siswa dan akan sulit dihilangkan dalam ingatan siswa. Begitu pula karakter yang baik seperti kedisiplinan, kejujuran, keadilan, kebersihan, kesopanan, akan selalu direkam dalam pikiran siswa dan dalam batas tertentu akan diikuti mereka.

Kepribadian yang unggul akan menjadikan guru berkharisma dihadapan siswa, sehingga mereka tunduk dan patuh terhadap segala aturan dan perintah guru. kepatuhan dan ketaatan siswa kepada gurunya itu bukan karena takut ancaman melainkan karena kesadaran siswa sendiri karena adanya kelebihan yang dimiliki seorang guru.

Kehadiran guru dalam proses pembelajaran di sekolah masih tetap memegang peranan yang penting. Peran tersebut belum dapat diganti dan diambil alih oleh siapapun. Hal ini disebabkan karena banyak unsur manusiawi yang tidak dapat diganti oleh unsur lain yang bersifat materi. Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan formal pda umumnya.

Karena, bagi siswa guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri.

Sedangkan disiplin belajar siswa dapat terbentuk dari identifikasi siswa terhadap gurunya, siswa akan menganggap bahwa guru sebagai figur yang harus

(22)

diikuti segala tindakan dan perkataannya. Disiplin belajar siswa yang diperoleh dengan keterpaksaan tidak akan menciptakan kedisiplinan yang sesungguhnya karena kedisiplinan bersifat semu, artinya siswa bertindak berpura-pura disiplin sedangkan disiplin yang sesungguhnya diperoleh dari adanya kesadaran dalam diri siswa untuk melaksanakan kewajibannya yaitu belajar. Disiplin dalam belajar itu berfungsi sebagai suatu penata perilaku dan melatih kepribadian yang baik dalam menciptakan lingkungan yang kondusif, sehingga dapat membangun kepribadian yang terbiasa tertib dalam belajar.

Disiplin belajar bagi siswa ini merupakan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap siswa, baik itu ketika ia berada di sekolah maupun diluar sekolah.

Karena keberhasilan proses belajar mengajar tidak lepas dari kedisiplinan.

Semakin tinggi disiplin dalam belajar siswa maka prestasi belajarnya akan tinggi.

Hal ini tergantung kesadaran siswa masing-masing serta sejauh mana peran penegak (guru) terhadap proses berlangsungnya peraturan.

Guru yang berkepribadian disiplin tinggi akan menghasilkan anak didik yang berdisiplin tinggi juga, sebaliknya guru yang kurang dalam kepribadian disiplinnya akan menghasilkan kedisiplinan anak didik rendah. Jadi kepribadian guru sangat menentukan kedisiplinan belajar siswa. Dengan demikian jelaslah bahwa, kepribadian guru dengan disiplin belajar sangat berpengaruh. Maka, agar proses belajar mengajar berjalan dengan baik, perlu adanya guru-guru yang memiliki kepribadian disiplin yang baik pula.

Kunci utama dalam mendisiplinkan belajar peserta didik adalah di mulai dengan memperbaiki kepribadian guru itu sendiri termasuk mendisiplinkan dirinya. Disiplin harus ditunjukkan untuk membantu peserta didik menemukan jati dirinya. Dalam menanamkan disiplin belajar siswa, guru hendaknya bertanggung jawab mengarahkannya, memberikan contoh, sabar, dan adil. Guru juga harus mampu mendisiplinkan peserta didik dengan kasih sayang, membantu mencari identitas diri, dan menerapkan disiplin dirinya baik dalam masalah belajar ataupun yang lainya.

Tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas hanya pada penyampaian materi pembelajaran saja, tetapi guru harus berupaya untuk membimbing dan

(23)

mengarahkan perilaku peserta didik kearah yang positif, sebagai contoh atau teladan guru harus memperlihatkan perilaku disiplin yang baik kepada peserta didik karena bagaimana peserta didik akan berdisiplin kalau gurunya tidak menunjukan disiplin. Sebagai pendidik, guru harus mampu menerapkan kepemimipinannya dalam rangka mendorong, memotivasi dan mempengaruhi peserta didik agar dapat belajar lebih baik, lebih semangat dan berdisiplin belajar yang tinggi. Bila seorang guru agama dapat menunjukkan disiplin yang baik siswa akan merasa kagum dan terdorong untuk mengikutinya. Dengan demikian diharapkan siswa akan memiliki sifat disiplin belajar yang tinggi juga, sebab disiplin guru yang baik yang ditunjukkan dapat memotivasi bagi siswa untuk berbuat baik terutama meningkatkan disiplin.

Kedisiplinan belajar yang harus ditanamkan pada diri siswa merupakan suatu pembawaan sikap yang baik dan patut dicontoh. Sikap ini dapat terbawa hingga ke jenjang pendidikan maupun diluar pendidikan. Dalam urusan kedisiplinan belajar peran guru sangatlah penting karena guru dalam membentuk atau membantu siswa agar disiplin bisa dikatakan sulit. Tak banyak dari siswa yang membangkang dengan peraturan yang sudah ditetapkan.

Kepribadian guru dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi dalam masalah kedisiplinan belajar siswa. Guru harus berani dan tegas, bertindak untuk menghukum setiap siswa yang indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah ditetapkan. Guru yang berani bertindak tegas menerapkan hukuman bagi siswa yang indisipliner akan disegani dan diakui kedisiplinannya oleh siswa.

Dengan demikian, guru akan dapat memelihara kedisiplinan belajar siswa.

Sebaliknya apabila seorang guru kurang tegas atau tidak menghukum siswa yang indisipliner, sulit baginya untuk memelihara kedisiplinan siswanya, bahkan sikap indisipliner siswa semakin banyak karena mereka beranggapan bahwa peraturan dan sanksi hukumannya tidak berlaku lagi. Guru yang tidak tegas menindak atau menghukum siswa yang melanggar peraturan, sebaiknya tidak usah membuat peraturan atau tata tertib pada sekolah tersebut. Karena disiplin belajar memerlukan proses pendidikan dan pelatihan yang memadai, maka dalam pelaksanaannya membutuhkan peran dari seorang guru. peran guru disini akan

(24)

senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya karena tugas guru tidak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa saja akan tetapi guru berusaha membuat suatu situasi yang memungkinkan siswa untuk belajar sehingga guru dapat ditempatkan dalam kerangka pembantu siswa belajar, pengajar siswa untuk belajar, penunjuk siswa agar bisa belajar, pencipta suasana supaya siswa belajar, perancang suatu kondisi supaya siswa mau dan bisa belajar. Upaya guru dalam pembentukan disiplin yaitu peran guru sebagai pembimbing yang menuntun siswa dengan memberikan dukungan dan arahan, sebagai teladan atau contoh yang dapat dijadikan profil atau idola siswa, sebagai motivator yang dapat meningkatkan kegairahan pengembangan belajar siswa, dan sebagai inspirator yang memberikan ilham bagi kemajuan belajar siswa.

Referensi

Dokumen terkait

In fact, he was greatly responsible for introducing this procedure among Brazilian Antiquity researchers from 2000 on, accounted the numerous books, MA theses

observasi terutama perilaku siswa belajar dalam kelompok pada saat PBM' Pada dasarnya yang masih menjadi kekurangan guru model pada pertemuan pertama LS masih

Ibu Yeremia Rante Ada’, S.Sos, M.Kes selaku Kepala Program Studi D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta serta sebagai dosen

pada bulan Agustus 2017 melalui: 1) mengambil data karakteristik lansia; 2) mengambil data kualitas tidur dengan memori jangka pendek mengisi kuisioner oleh responden dan dibantu

Pada budidaya sayuran di lahan pekarangan, Petani di Desa Tebing Kaning memilih sembilan jenis tanaman untuk dibudidayakan. Dari kesembilan jenis tanaman sayuran tersebut,

Hasil pengamatan pergerakan penumpang yang kemudian di dokumentasikan berupa gambar foto meliputi beberapa hal sebagai berikut: 1). Ketersediaan jembatan penyeberangan

perusahaan memiliki pengaruh negatif terhadap penerimaan pendapat going concern yang mana kemungkinan penerbitan pendapat going concern akan lebih kecil pada perusahan dengan

Dan untuk yang terakhir, method yang akan dibuat adalah Am ilChildYangDimaksud(), yang berguna untuk mengambil child / node yang berada pada posisi yang benar.. Value; if (strNIM1