• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTISIPASI WANITA DALAM PEMANFAATAN WARISAN NILAI-NILAI BUDAYA BAHARI SEBAGAI PENGUAT USAHA EKONOMI KREATIF DI KAWASAN PANTAI DESA SANUR DENPASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PARTISIPASI WANITA DALAM PEMANFAATAN WARISAN NILAI-NILAI BUDAYA BAHARI SEBAGAI PENGUAT USAHA EKONOMI KREATIF DI KAWASAN PANTAI DESA SANUR DENPASAR"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL PENELITIAN

PARTISIPASI WANITA DALAM PEMANFAATAN WARISAN NILAI-NILAI BUDAYA BAHARI SEBAGAI PENGUAT

USAHA EKONOMI KREATIF DI KAWASAN PANTAI DESA SANUR DENPASAR

Oleh:

Drs. Ida Bagus Gde Putra M.Hum. (dkk)

UNIVERSITAS UDAYANA 2016

(2)

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN

1. Judul : Partisipasi Wanita Dalam Pemanfaatan Warisan Nilai-Nilai Budaya Bahari Sebagai Penguat Usaha Ekonomi Kreatif di Kawasan Pantai, Desa Sanur, Denpasar.

2. Ketua Peneliti

a. Nama dan Gelar : Drs. Ida Bagus Gde Putra, M.Hum.

b. Pangkat,Golongan, NIP : Penata/IIIc/196010071993031001 c. Jabatan Fungsional : Lektor

d. Fakultas /Program Studi : Sastra, Sejarah

3. Personalia

a. Jumlah Anggota Peneliti : 7 Orang b. Jumlah Pembantu Peneliti : 3 Orang 4. Jangka Waktu kegiatan : 3 bulan 5. Bentuk Kegiatan : Penelitian.

6. Sifat Kegiatan : Penelitian Kelompok 7. Biaya yang diperlukan : Rp. 5.000.000.

Mengetahui

Ketua Program Studi Ilmu Sejarah

A.A AYU RAI WAHYUNI NIP: 196205171987102001

Menyetujuii

Ketua Peneliti

IDA BAGUS GDE PUTRA NIP : 196010071993031001

Menyetujui

Dekan Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana

NI LUH SUTJIATI BERATHA.

NIP 196909171984032002

(3)

Women Participation in Utilizing Heritage Values of Maritime Culture to Strengthen the Creative Economy Businesses in Coastal Area, Sanur Village, Denpasar.

Abstract

Exploring participation is one way to determine the level of ability and awareness of one's identity, especially among women, in order to remember, preserve, maintain, or utilize their ability. One of these capabilities is the ability in conservation effort and utilizing the maritime cultural heritage values.

One of the characteristic of maritime community is they generally have livelihood as fishermen, but lately things have changed somewhat rapidly. Since the Sanur beach area is used as a tourism destination, there have been numerous tourism facilities established along the coast of Sanur. Development towards this potential had an impact on coastal communities, especially on the role of the woman who lived on the coast. The coastal community has a cultural value that mimics the nature of the sea which is harsh, firm, and open. Those values formed the condition of coastal communities, including the participation of women in utilizing the resources of the sea.

The existence of this belief is psychologically and economically not only gives certain pride to the coastal communities, but it also acts as an effort to preserve and utilize the heritage values of the culture. The ability to motivate oneself is one way to strengthen the creative economy businesses which is increasingly significant in today's world.

Starting from that idea, there is a desire to explore the participation of women in Sanur Village in utilizing heritage values of maritime culture to strengthen the creative economy businesses. If interpreted, the heritage of the maritime values is characterized by the values of cultural diversity which are religious, ethnic, linguistic, cultural, and economical, so it can be said that the value of a cultural diversity basically shows the dynamics and valuable changes to the welfare expected by coastal communities of Sanur.

Key word(s) : Women, Coastal community, Maritime culture, Creative economy.

(4)

Partisipasi Wanita Dalam Pemanfaatan Warisan Nilai-Nilai Budaya Bahari Sebagai Penguat Usaha Ekonomi Kreatif di Kawasan Pantai,

Desa Sanur, Denpasar.

Abstraksi

Penelusuran partisipasi merupakan salah satu cara untuk menentukan tingkat kemampuan dan kesadaran jati diri seseorang terutama di kalangan wanita untuk ikut berperan serta dalam mengingat, menjaga, memelihara dan memanfaatkan apa yang pernah mereka miliki. Salah satu dari kemampuan tersebut adalah kemampuan dalam usaha pelestarian dan memanfaatkan warisan nilai–nilai budaya bahari.

Sebagai ciri dari masyarakat maritim yang umumnya memiliki mata pencaharian sebagai nelayan, kini telah mengalami perubahan secara pesat. Sejak kawasan pantai Sanur digunakan sebagai destinasi pariwisata, sepanjang pantai Sanur banyak didirikan fasilitas–fasilitas yang menunjang pariwisata. Pengembangan ke arah potensi ini berdampak pada masyarakat pesisir terutama peran serta wanita yang bermukim mengikuti alur pantai. Masyarakat pesisir memiliki nilai budaya yang berorientasi selaras dengan alam laut yang sangat keras, tegas dan terbuka.

Nilai-nilai tersebut membentuk gambaran kondisi masyarakat pesisir termasuk peran serta wanita dalam memanfaatkan sumber daya laut.

Adanya keyakinan ini secara psikologis dan ekonomis tidak hanya memberikan kebanggaan bagi masyarakat pesisir, tetapi juga sebagai salah satu upaya untuk melestarikan dan memanfaatkan warisan nilai-nilai budaya tersebut. Kemampuan dalam memotivasi diri merupakan salah satu cara untuk memperkuat usaha ekonomi kreatif yang semakin signifikan dalam kehidupan sekarang ini.

Bertolak dari pemikiran tersebut, bahwa ada keinginan untuk menelusuri partisipasi wanita di Desa Sanur dalam memanfaatkan warisan nilai-nilai budaya kebaharian untuk memperkuat usaha ekonomi kreatif. Apabila dimaknai, warisan nilai-nilai kebaharian tersebut bercirikan nilai-nilai dari keanekaragaman budaya yang bersifat religi, etnis, bahasa, budaya, dan ekonomis, sehingga dapat dikatakan bersifat keberagaman nilai dari sebuah kebudayaan yang pada intinya memperlihatkan adanya dinamika dan perubahan yang berharga menuju kesejahteraan yang diharapkan oleh masyarakat pesisir pantai Sanur.

Kata kunci: Wanita, Komunitas pesisir, Budaya bahari, Ekonomi kreatif.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkatNya, penelitian tentang “Partisipasi Wanita Dalam Pemanfatan Warisan Nilai-Nilai Budaya Bahari Sebagai Penguat Ekonomi Kreatif “ dapat terlaksana dengan baik.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat kemampuan dan peran serta di kalangan wanita yang ada di kawasan pantai Sanur yang memiliki jati diri dan gagasan-gagasan serta inisiatif dalam mengingat, menjaga, memelihara atau memanfaatkan apa yang pernah mereka miliki.

Salah satu dari kemampuan tersebut adalah kemampuan berpartisipasi dalam memanfaatkan warisan nilai –nilai budaya bahari sebagai penguat ekonomi kreatif.

Penelitian ini dimulai dengan melakukan kegiatan observasi terhadap persoalan-persoalan warisan nilai nilai budaya bahari dan ekonomi kreatif. Wawancara dilakukan meliputi mobilisasi, pengalokasian, distribusi hasil produksi, tradisi, ekonomi pasar dan manajemen pemasaran, seperti apa yang dikerjakan oleh para pedagang dari para wanita di kawasan pantai Desa Sanur.

Peneliataian ini bisa terlaksana berkat adanya bantuan dan partisipasi dari banyak pihak.

Oleh karena itu, melalui kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih secara tulus kepada:

1. Bapak Rektor dan Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyaraka Universitas Udayana

2. Ibu Dekan Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana, atas rekomendasinya sehingga penelitian ini bisa dilaksanakan.

3. Bapak Kepala Kelurahan Sanur yang cukup rensponsip dalam menerima ketika melakukan penelitian ini.

4. Kepada para wanita yang ada di kawasan pantai Sanur dan tokoh masyarakat Desa Sanur yang telah membantu kegiatan ini.

Semoga laporan penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat terutama di kalangan wanita khususnya serta pihak-pihak yang berkepentingan lainnya. Sebagai akhir kata kami mohon maaf jika ada kekurangan dalam pelaksanaan penelitian ini dan semoga dapat disempurnakan oleh peneliti-peneliti lainnya..

Denpasar, Mei 2016 Tim Peneliti

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN ……… i

ABSTRACT ………. ii

ABSTRAKSI…………...……… iii

KATA PENGANTAR ……….. iv

DAFTAR ISI………... v

TIM PENELITI ………. vi

BAB I PENDAHULUAN ….………... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ………. 1

1.2 Rumusan Masalah ………... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……….. 8

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ……….. 14

3.1 Tujuan Penelitian ………... 14

3.2 Manfaat Penelitian ……… 14

3.3 Pemecahan Masalah……….. 14

3.4 Khalayak Sasaran Penelitian……… 15

IV METODE PENELITIAN ………. 16

4.1 Rancangan Penelitian……… 16

4.2 Lokasi Penelitian……… 16

4.3 Jenis dan Sumber Data……….. 16

4.4 Penentuan Informan……… 16

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 18

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ………... 20

DAFTAR PUSTAKA ……… 11 LAMPIRAN ……….

(7)

TIM PENELITI

1. Ketua Peneliti

a. Nama dan Gelar : Drs. Ida Bagus Gde Putra, M.Hum.

b.Pangkat,Golongan, NIP : Penata/IIIc/196010071993031001 c.Jabatan Fungsional : Lektor

d Fakultas /Program Studi : Sastra, Sejarah 2. Anggota Peneliti I

a.Nama lengkap dan Gelar : Prof. Dr. Phil. I Ketut Ardhana, M.A.

b.Pangkat/Golongan/NIP : Pembina Utama Madya, IV/c.196007291986011001 c.Jabatan Fungsional : Guru Besar

d.Fakultas /Program Studi : Sastra Sejarah 3. Anggota Peneliti II

a.Nama lengkap dan Gelar : Dra. A.A. Ayu Rai Wahyuni, M.Si.

b.Pangkat/Golongan/NIP : Penata, III/c, 196205171987102001 c.Jabatan sekarang : Lektor

d.Fakultas/Program Studi : Sastra, Sejarah 4. Anggota Peneliti III

a.Nama lengkap dan Gelar : Drs.I Nyoman Sukiada, M.Hum.

b.Pangkat/Golongan/NIP : Pembina Tk I/IV b/19580303 1986 1 001 c.Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

d.Fakultas/Program Studi : Sastra, Sejarah 5. Anggota Peneliti IV

a.Nama lengkap dan Gelar : Dra. Sulandjari, M.A.

b.Pangkat, Golongan, NIP : Pembina Tk I, IV/b, 19561014 1985 03 2 002 c.Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

d.Fakultas/ Program Studi : Sastra, Sejarah 6. Anggota Peneliti V

a.Nama lengkap dan Gelar : Drs. I Wayan Tagel Eddy, M.S.

b.Pangkat/Golongan/NIP : Pembina Tk I, IV/b 1958 06 02 1986 1001 c.Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

d.Fakultas/Program Studi : Sastra, Sejarah 7. Anggota Peneliti VI

. a.Nama lengkap dan Gelar : A.A.Ayu Dewi Girindrawardani, S.S.

b.Pangkat/Golongan/NIP : Penata Muda Tk,I, III/b,1969 07 24 1998 022 001 c.Jabatan Fungsional : Asisten Ahli

d.Fakultas/Program Studi : Sastra, Sejarah

(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penelusuran kemampuan partisipasi merupakan salah satu cara untuk menemukan tingkat kesadaran jati diri seseorang terutama di kalangan wanita untuk mengingat, menjaga, memelihara atau memanfaatkan apa yang pernah mereka miliki. Salah satu dari kemampuan tersebut adalah kemampuan dalam ikut berpartisipasi dalam usaha melestarikan dan memanfaatkan warisan nilai –nilai budaya, seperti keberadaan Pura Blanjong. Pura Blanjong adalah salah satu pura tinggalan Raja Sri Kesari Warmadewa saat mengadakan penyerangan terhadap wilayah Alas Pategaling Magalak yang memancarkan sinar yang kemudian disebut Sanur ditulis dalam Prasasti Blanjong berngka tahun 835 Çaka (903) Masehi. Sebagaimana telah diketahui dalam tinggalan arkelogi, bahwa tinggalan masa pemerintahan Raja Ugrasena tersebut merupakan proses sejarah yang dapat ditelusuri kembali tidak hanya dari luasnya laut yang membentang, tetapi banyaknya pura-pura yang berdiri di sepanjang pantai sanur. Mulai dari Timur terdapat beberapa pura-pura antara lain; Pura Segara Padang Galak, Pura Segara Sanur, Pura Pura Dalem Kedewatan, Pura Giri Kusuma, hingga Pura Merta Sari di ujung Selatan.

Melalui keyakinan historis ini secara psikologis dan ekonomis tidak hanya memberikan kebanggaan bagi masyarakat, tetapi juga sebagai salah satu upaya untuk melestarikan dan memanfaatkan warisan nilai-nilai budaya tersebut dan kemampuan dalam memotivasi diri dalam memperkuat usaha ekonomi kreatif di sekitar kawasan objek wisata pantai Sanur.

Atas dasar pemikiran tersebut, ada keinginan untuk menelusuri bagaimana partisipasi wanita masyarakat Desa Sanur dalam memanfaatkan warisan nilai-nilai budaya kebaharian serta memotivasi mereka dalam memperkuat usaha ekonomi kreatif. Apabila dimaknai bahwa tinggalan arkelogi dan nilai kebaharian tersebut bercirikan nilai-nilai dari keanekaragaman budaya yang bersifat relegi, etnis, bahasa, budaya,dan ekonomis, maka dapat dikatakan bersifat keberagaman nilai dari sebuah kebudayaan yang pada intinya memperlihatkan adanya dinamika dan perubahan (Ardika, 2004).

Geria menyebutkan, bahwa secara teoritik kondisi tersebut mencakup empat kebudayaan, yaitu;

(1) format kokohnya kebudayaan tradisonal yang terintergrasi secara harmoni dengan unsur-

(9)

unsur modern; (2) kokohnya kebudayaan tradisional tanpa teradopsinya secara berarti unsur- unsur modern; (3) lemahnya kebudayaan tradisonal yang disertai makin kokohnya adopsi dan penggantian oleh unsur-unsur modern; (4) lemahnya kebudayaan tradisional karena telah ditinggalkan oleh masyarakat disertai dengan belum mantapnya adaptasi masyarakat terhadap unsur-unsur modern, sehingga kehidupan masyarakat bersifat anomi.(Geria, 2000: 2).

Bertolak dari pendapat di atas, bahwasanya berbagai budaya kebaharian serta berbagai peninggalan yang terdapat di beberapa pura masa Bali Kuna tersebut masih dipertahankan bahkan dijadikan obyek wisata dalam menunjang perkonomian masyarakat setempat.

Peninggalan-peningalan kesejarahan Bali Kuna yang digunakan sebagai obyek wisata ini dapat memberikan gambaran tentang masyarakat dan wilayah yang dilandasi nilai-nilai kesucian, keindahan, keserasian lingkungan, kecerdasan, bertanggung jawab, dan komitmen pada tanah air dan budaya bangsa tampaknya menjadi nilai-nilai panutan, inspirasitif, motivatif dalam kehidupan manusia di masa sekarang ini.

Dalam usaha penelusuran kemampuan partisipasi wanita dalam memanfaatkan warisan nilai-nilai budaya sebagai penguatan ekonomi kreatif, maka diperlukan nilai-nilai kearifan yang berbasiskan ajaran Agama Hindu dalam konsep ”Tri Warga” yaitu: Dharma , Artha, dan Kama.

Ketiga konsep tersebut dalam “Tri Warga” merupakan kesatuan yang utuh dalam pembentukan karakter sumber daya manusia yang bersifat universal yang dapat mendorong kemampuan seseorang untuk memiliki gagasan baru, kreatif dan inovatif. sekaligus menjaga dan memanfaatkan warisan nilai-nilai budaya kebaharian sebagai penguatan ekonomi kreatif. Dengan demikian, keberagaman budaya yang unik akan memberi sumbangan yang sangat besar terhadap pandangan mengenai identitas dan kebudayaan bangsa.

Sebagai upaya dalam mengetahui bagaimana memanfaatkan warisan nilai-nilai budaya kebaharian, maka penting dilakukan penelusuran kemampuan partisipasi wanita dalam penguatan usaha ekonomi kreatif di kawasan pantai Desa Sanur. Kawsan pantai Desa Sanur telah banyak memiliki warisan nilai-nilai budaya kebaharian yang selama ini belum sepenuhnya bisa diangkat kepermukaan serta terhadap lingkungannya yang seharusnya dilakukannya secara mandiri dan berkelanjutan.

Penelitian partisipasi wanita dalam memanfaatkan warisan nilai budaya bahari sebagai penguat usaha ekonomi kreatif itu sangat penting dilakukan guna menumbuhkan gagasan- gagasan atau inisiatif dalam memanfaatkan warisan nilai-nilai budaya bahari tersebut.

(10)

Penelitian ini dimulai dengan melakukan kegiatan observasi. Kegiatan penelitian dimulai dari observasi terhadap persoalan-persoalan warisan nilai nilai budaya bahari dan ekonomi kreatif yang meliputi mobilisasi, pengalokasian, distribusi hasil produksi, tradisi, ekonomi pasar dan manajemen pemasaran, seperti apa yang telah dikerjakan oleh beberapa orang pedagang wanita di kawasan obyek wisata Desa Sanur.

Warisan nilai-nilai budaya bahari dan kegiatan ekonomi kreatif masyarakat Desa Sanur tampak dalam berbagai ragam bentuk, seperti: Bangunan atau Pura tinggalan arkeologi,barang- barang hasil kerajinan yang mengambil motif bahari atau kelautan, Kesenian, dan Sistem Keorganisasian Masyarakat, seperti; sistem sosial budaya (Kelompok Nelayan), ekonomi,, dan pertahanan, dll. Bentuk kegiatan dan metode pelaksanaan penelitian ini akan didasarkan pada lingkup kegiatan yang meliputi Sumber Daya Manusia, (SDM), Sumber Daya Alam (SDA) yaitu dengan melakukan pengamatan terhadap para wanita dengan model pengembangan usaha ekonomi kreatif, dan daya dukung lingkungan yang berbasiskan pada warisan nilai budaya bahari itu sendiri.

Upaya masyarakat terutama para wanita nelayan rupanya telah banyak mendapat perhatian dari beberapa pihak terutama pemerintah untuk membuktikan bahwa sektor kelautan dan perikanan mampu berperan penting dalam pembangunan ekonomi. Tujuan pembangunan yang dimaksud adalah mensejahterakan nelayan, yang memang cukup banyak orang Indonesia dalam kehidupannya menggantungkan diri dari laut (Adrian B. Lapian, 2009: 1). Menurut Arif Satria, ada tiga kekuatan yang diperhatikan yaitu pasar, kemampuan masyarakat (nelayan), dan negara (Arif Satria, 2009: 100).

Pasar, pada tingkat pertama adalah pasar yang berbasis budaya, yang mempunyai peran penting dalam mensejahterakan masyarakat. Kesejateraan masyarakat bisa dicapai apabila pasar bersifat adil, dan tidak menjepit rakyat terutama masyarakat maritim.. Untuk itu, dalam aspek sosial ekonomi, pembangunan kelautan mempunyai peranan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan para nelayan terutam para wanita. Untuk tujuan tersebut, maka partisipasi wanita terutama wanita nelayan penting diperhatikan agar dapat memacu produktivitas dan mutu melalui inovasi teknologi dan tumbuhnya peningkatan skala usaha bagi wanita nelayan di kawasan pantai Desa Sanur.

Pada tingkat yang kedua, yakni ; Penelusuran kemampuan partisipasi wanita sebagai salah satu cara untuk melestarikan warisan nilai –nilai budaya yang berwawasan kebaharian.

(11)

Menurut I Wayan Ardika, warisan budaya memiliki beberapa ciri yang dapat ditelaah dari segi wujud, penguasaan, dan sifatnya. Dari segi wujud dapat dibedakan menjadi dua yakni warisan berwujud (tangible) dan tidakberwujud (intangible). Warisan budaya berwujud,seperti:

bentangan alam, bangunan, situs, arkeologis, benda-benda budaya (perlengkapan ritual, pertanian, tenun, peralatan sehari-hari), dan karya-karya (lukis, pahat, sastra, kerajinan tangan).

Warisan budaya tidak berwujud , seperti: sistem ritual, sistem sosial, tradisi, sistem asistektur, dan landscap, sistem pemanfaatan ruang, dan lain-lain. (Ardika, 2010: 139). Lebih lanjut dijelaskan, bahwa bukan tidak mungkin nilai dan makna warisan budaya baik (tangible) maupun (intangible) akan berbeda persepsi

Keberadaan pantai Sanur sebagai warisan budaya yang berwujud bentangan alam laut serta pantai-pantai yang lainnya yang berada di belahan Bali Selatan telah dikenal juga oleh orang asing sekitar abad ke -17 sebagai tempat persinggahan kapal-kapal asing (Belanda) dalam lawatannya ke Bali hingga abad ke-19.(G.F Bruyn Kops, 1918: 5).

Dikenalnya pura dan laut sebagai warisan budaya dengan pantai-pantainya mulai dari Timur antara lain; Pura Segara Padang Galak, Pura Segara Sanur, Pura Pura Dalem Kedewatan, Pura Giri Kusuma, hingga Pura Merta Sari di ujung Selatan sejak dahulu digunakan sebagai tempat kunjungan “wisatawan asing” adalah merupakan proses sejarah dalam kepariwisataan yang dapat ditelusuri kembali, dan salah satunya adalah dari segi partipasi wanita sebagai penguat ekonomi kreatif.

Dalam bidang budaya, peranan laut dengan pantainya tercermin dalam bentuk kekayaan flora dan fauna serta kehindahan alam dalam pengembangan budaya bangsa, dan berproyeksi menurut kurun waktu. Pada masa lalu, laut dengan pantainya merupakan tempat lahirnya inspirasi dan penggemblengan fisik maupun mental manusia untuk mempertahankasn eksistensinya dalam menghadapi tantangan dan lingkungan, sehingga secara seimbamg manusia (wanita) merupakan bagian dari alam sekelilingnya untuk dimanfaatkan sebagai penguat ekonomi kreatif. Masa sekarang dan masa yang akan datang laut dan juga pantainya merupakan sarana untuk meningkatkan kehidupan manusia, baik secara fisik maupun mental, langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, laut beserta pantainya merupakan bagian dari warisan nilai budaya kebaharian dikuasai oleh manusia. Dalam hal ini, partisipasi wanita lebih menonjol dalam pengembangan budaya yang dibuktikan dengan lahirnya ekonomi kreatif. Kemampuan menumbuhkan gagasan dalam menciptakan ekonomi kreatif menjadi salah satu sektor penggerak

(12)

untuk menangkap peluang serta melahirkan kreativitas baru dalam bentuk industri kreatif berdasarkan budaya lokal. Misalnya, dari berbagai jenis barang-barang seni, lagu, tarian, lukisan, pahatan, dan sarana permainan. Ekonomi kreatif tidak saja menghasilkan produk-produk dari seni saja, tetapi juga menghasilkan produk penting dalam kehidupan sehari-hari, seperti;

industri pengeloaan, perdagangan, hotel, restoran, artshop, ataupun jasa, dan berbagai macam kuliner. Merupakan nilai tambah yang dihasilkan oleh masyarakat yang berkecimpung dalam ekonomi kreatif yang terus mengalami peningkatan.

Pada tingkat yang ketiga, dimana Negara semestinya dipahami sebagai gerakan nasional yang mengatur dan mengarahkan seluruh potensi sumber daya, baik intelektual, financial, sumber daya fisik, maupun nonfisik lainnya untuk menggiatkan inisiatif menciptakan tempat- tempat pengembangan talenta kreatif di lingkungan pantai. Namun dalam hal ini sangat diperlukan adanya partisipasi masyarakat lokal (wanita) yang lebih besar untuk merumuskan dan mengembangkan program sesuai dengan potensi sumber daya dan kekhhasan lokal dari masyarakat setempat. Pemerintah (Negara) tidak dapat dengan semena-mena mengatur aktivitas masyarakat, akan tetapi lebih bersifat menata terutama lingkungan para wanita (nelayan) untuk mengembangkan ekonomi kreatifnya yang semakin signifikan dalam kehidupan sekarang ini di kawasan pantai Desa Sanur.

Berdasarkan atas latar belakang tersebut, maka ada beberapa masalah yang ingin diketahui dalam melakukan penelitian ini, terutama tentang partisipasi wanita dalam memanfaatkan warisan nilai-nilai budaya bahari sebagai penguat usaha ekonomi kreatif di kawasan pantai Desa Sanur.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut, maka permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut, adalah:

a. Bagaimana bentuk partisipasi wanita dalam pemanfaatan warisan nilai-nilai budaya bahari sebagai penguat usaha ekonomi kreatif di kawasan pantai, Desa Sanur, Denpasar.

b. Faktor-faktor apa yang menyebabkan munculnya partisipasi wanita dalam pemanfaatan warisan nilai- nilai budaya bahari sebagai penguat usaha ekonomi kreatif di kawasan pantai, Desa Sanur, Denpasar

(13)

c. Bagaimana dampak atau makna partisipasi wanita dalam pemanfaatan warisan nilai- nilai budaya bahari sebagai penguat usaha ekonomi kreatif di kawasan pantai, Desa Sanur, Denpasar

(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian tentang Partisipasi Wanita dalam Pemanfaatan Warisan Nilai-Nilai Budaya Bahari sebagai Penguat Usaha Ekonomi Kreatif di Kawasan Pantai Desa Sanur, Denpasar, didasari atas penelusuran terhadap beberapa tulisan lain yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Satu tulisan dengan judul “Strategi Hidup Nelayan” (LKiS: 2007) yang ditulis oleh Kusnadi, adalah salah satu buku yang bertemakan tentang kemaritiman atau tentang masyarakat pesisir selatan di Desa Paseban, Kecamatan Kencong, Jember, Jawa Timur yang memiliki masalah pembangunan yang komplek. Adanya permasalahan tersebut, pembahasaannya dikaitkan dengan tersedianya potensi sumber daya wilayah yang cukup besar yang seharusnya dapat dikelola untuk menyejahterakan masyarakat pesisir, dan terbatasnya kepedulian berbagai pihak khususnya pemerintah terhadap pembangunan kawasan pesisir. Menurut Kusnadi, salah satu faktor penyebabnya dalah karena potensi sumber daya pembangunan di wilayah tersebut belum dikelola secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena masih terbatasnya sumber daya manusia (SDM), modal, teknologi, dan akses pasar –informasi sehingga gerak pembangunan di kawasan ini berjalan kurang dinamis. Selanjutnya, satu contoh lagi yang dipaparkan, adalah tentang “Pariwisata Pantai” Paseban yang dijadikan objek wisata andalan karena kawasan ini sangat luas, pemandangan laut yang indah, keanekaragaman flora pantai, dan ombak Samudra Indonesia yang besar menjadi daya tarik wisata.

Selain itu, di Pantai Paseban terdapat sumur air tawar, yang oleh penduduk setempat diberi nama Sumur Windu. Sumur tersebut dikramatkan dengan cerita magisnya sehingga Sumur tersebut menjadi objek wisata. Di samping sebagai kiunjungan wisata, pada setiap hari raya Galungan, penduduk Lumajang yang beragama Hindu banyak yang melakukan upacara Galungan di tempat ini. Ada hal yang menjadi daya tarik lainnya yakni kehidupan para nelayan sehari-hari yang akan berangkat melaut atau ketika mendarat untuk bongkar muat hasil tangkapan . Kegiatan bongkar muat ikan ini menjadi menarik perhatian karena melibatkan kaum perempuan.

Tulisan ini cukup menarik, walaupun telah memberi gagasan agar masyarakat Paseban perlu diberdayakan, namun secara spesifik belum menukik terhadap para wanita nelayan di Desa

(15)

Paseban. Tulisan Kusnadi cukup memberi kontribusi terhadap penelitian ini, karena dapat dibandingkan antara Paseban dengan kawasan pesisir Sanur terutama daya tarik air tawar yang muncul di tengah samudra ketika air laut dalam keadaan surut, seperti keberadaan air tawar yang ada di pantai Merta Sari, yang sampai sekarang lokasi pantai ini banyak dikunjungi wisata asing karena panoramanya yang sangat indah dan di kawasan pantai ini berdiri sebuah “Pura Merta Sari” digunakan oleh umat Hindu sebagai tempat mohon air tawar untuk keselamatan dengan cara melukat ( pembersihan diri ) .

Seperti yang apa ditulis oleh Kusnadi, bahwa kawasan pantai Paseban menjadi daya tarik wisata karena daya tarik magisnya. Hal yang serupa juga terdapat di kawasan pantai Sanur.

Daya tarik magis yang lainnya adalah tentang nama Desa Sanur yang terkenal magisnya. Hal ini pula tertera dalam sejarah nama Desa Sanur, yang mana telah diceritakan bahwa asal mula nama Desa Sanur dimulai dari tulisan prasasti yang terdapat di Pura Blanjong. Pura Belanjong adalah salah satu pura tinggalan Raja Sri Kesari Warmadewa saat mengadakan penyerangan terhadap wilayah Alas Pategaling Magalak yang memancarkan sinar yang kemudian disebut Sanur ditulis dalam Prasasti Blanjong berangka tahun 835 Çaka (903) Masehi. Kemudian nama Sanur ditafsirkan kembali bahwa Sanur berasal dari dua patah kata, yakni “ Saha” dan “Nuhur”

yang berarti memohon untuk datang pada suatu tempat. Kata Saha dan Nuhur kemudian lama kelamaan sebutan desa ini menjadi “Sanur”. (Profil Kelurahan Sanur, 2015).

Tulisan yang menarik lainnya yang dapat dijadikan sebagai pembading dalam penelitian ini adalah sebuah buku yang berjudul “Dimensi Sosial Kawasan Pantai. Sebagai editor (ed.) dari buku ini adalah Mukhlis. Di dalam buku tersebut ada satu satu tulisan yang menarik, ditulis oleh Farida Nurland yang berjudul “Peranan Wanita Nelayan dalam Keluarga dan Rumah Tangga di Masyarakat Pantai Lappa Sinjai Utara” (Mukhlis, 1987:229). Tulisan ini mengungkapkan bahwa, ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya partisipasi angkatan kerja wanita, adalah selain faktor rendahnya pendidikan mereka, disebabkan juga karena status perkawinan, jumlah anak, kesempatan kerja yang tersedia bagi wanita. Namun, ada faktor lain yang lebih dominan, bahwa wanita lebih banyak terlibat di dalam kegiatan mencari nafkah disamping juga tetap melakukan serangkaian tugas kerumahtanggaan.Hal ini juga berpengaruh terhadap tugas yang mana yang seharusnya mereka pilih , apakah tugas rumah tanggga atau di luar rumah tangga.

(16)

Isi tulisan ini menarik diperbandingkan, terutama dalam kewajiban seorang wanita bahwanya ada satu dari dua sisi yang seharusnya mereka pilih. Namun ketika masalah tersebut dibandingkan, bahwa aktivitas wanita di kawasan pantai Sanur tampak lebih fleksibel dalam mengatur soal pekerjaaan rumah tangganya. Mereka dapat memilah pekerjaan yang mana seharusnya mereka prioritaskan, sehingga tidak mengikat aktivitasnya, seperti apa yang telah dilakukan oleh para wanita yang bekerja di kawasan pantai Sanur. Mereka dapat mengatur waktu mereka tanpa mengalami benturan, seperti contoh ketika mereka mengambil ikan tangkapan dari seorang nelayan. Mereka dapat mengatur waktunya untuk mengambil ikan tangkapan yang akan dipasarkan atau dikirim ke berbagai tempat yan mereka sudah pastikan.

Untuk menyiasati pekerjaan ini mereka lebih menggunakan beberapa box yang didalamnya penuh dengan es untuk membekukan ikan hasil tangkapan para nelayan. Mereka (para wanita) sudah menjadi pelanggan tetap dari beberapa nelayan yang menjual hasil tangkapannya. Para wanita yang berpropesi sebagai pembeli dan juga pengepul, begitu mereka datang, mereka hanya tinggal menimbang berat ikan hasil tangkapan dan mengambilnya untuk segera dijual atau dikirim ke berbagai hotel atau restaurant dengan mobil yang sudah mereka siapkan. Melalui cara ini beberapa wanita biasanya berkumpul di pos nelayan “Kelompok Nelayan Astitining Segara”

di kawasan patai Semawang Sanur. Seperti apa yang telah dituturkan oleh beberapa wanita bernama Ni Nyoman Mustini, asal Banjar Belanjong, dan Ni Nyoman Lunge, asal Banjar Batu Jimbar Sanur bukanlah suatu hal yang menyulitkan waktu mereka. Mereka juga membawa pulang beberapa ekor ikan segar untuk dikonsumsi sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa mereka (para wanita) sangat memperhatikan gizi demi kesehatan keluarga mereka sendiri.

Dijelaskan pula dalam tulisan Farida Nurland, bahwa ada upaya dari pemerintah di Sulewesi Selatan untuk mendorong partisipasi wanita dalam pembangunan dan tampaknya ada peningkatan seta perkembangan walaupun masih banyak masalah yang mereka hadapi. Terutama dalam bahasa dan juga dalam mencari kesempatn kerja yang sesuai dengan kterampilan mereka kuasai masih kurang dan pendapatan mereka juga masih rendah. Hal ini pula terjadi bagi para wanita di kawasan pantai Sanur, mereka (para wanita) ada yang sudah mapan dengan penghasilan sebagai pedagang yang menjual berbagai dagangan yang merupakanwarisan nilai- nilai budaya bahari seperti barang kerajinan yang menggambarkan tentang dunia bahari, serta berbagai mainan anak-anak yang menyerupai binanatang –binatang laut, serta penawaran jasa barang untuk digunakan sebagai sarana dan prasarana di pantai. Wanita seperti ini memang

(17)

sangat memanfaatkan warisan nilai nilai budaya kebaharian sebagai ekonomi kreatif untuk menunjang kesejahteraan mefreka. Selain itu, juga terjadi pula pada para wanita yang hanya bermodalkan tenaga. Mereka hanya bertugas menjual barang dagangan, seperti yang terjadi pada seorang pedagang wanita yang kesehariannya menjual makanan berupa tahu dan lumpia sekitar kawasan pantai Sanur. Mereka hanya mendapat persenan atau upah dari pemilik modal.

Hubungan timbal balik yang saling menguntungkan antara pemilik modal dengan para pedagang tahu atau lumpia ( patron client) telah berlangsung beberapa tahun yang lalu hingga sampai sekarang masih berlangsung.

Suatu contoh aktual yang menarik juga terjadi di sektor perikanan, terjadi di Bagan Siapi- Api, Sumatra Timur. Para nelayan di Bagan Siapi Api, Sumatra Timur dulu dikenal penghasil ikan terbesar di Sumatra, namun sekarang tidak lagi menghasilkan ikan dan udang. Para nelayannya sekarang beralih usaha atau pindah ke pesisir pulau lain untuk mencari penghidupan baru. Hanya saja nelayan tradisonal atau nelayan kecil yang tetap bertahan di sektor penangkapan, mereka harus menghadapi ketidakpastian perolehan pendapatan dari melaut ( Kusnadi,2008: 25). Apabila contoh tersebut dibandingkan dengan apa yang terjadi di Bagan Siapi Api dengan para nelayan yang ada di kawasan pesisir Sanur, kadangkala ada yang sama dalam hal melaut, terutama dalam hal perolehan pendapatan ikan tangkap. Kadang-kadang mereka mendapat hasil tangkapan yang banyak, kadang juga tidak mendapat hasil memuaskan.

Walaupun mereka menempuh jarak yang cukup jauh, mereka juga merasa rugi dengan hasil tangkapan yang diperoleh. Hal ini tentu saja mereka perhitungkan dengan jumlah biaya yang mereka keluarkan untuk melaut. Perhitungan yang kadangkala tidak seimbang dalam jumlah pengeluaran merupakan salah satu resiko dalam sebuah usaha. Risiko-risiko usaha penangkapan ikan sudah biasa mereka hadapi dan diterima dengan lapang dada. Namun, mereka tetap meyakini bahwa suatu saat mereka memperoleh hasil yang cukup lumayan banyak. Sedikit banyaknya hasil tangkapan ikan sangat besar dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu disamping penggunaan peralatan yang kurang lengkap juga pengetahuan terhadap kehidupan melaut perlu dimengerti oleh seorang nelayan. Semua itu merupakan warisan nilai-nilai budaya bahari.

Warisan nilai-nilai budaya kebaharian umumnya mereka warisi dari leluhur yang menekuni pekerjaan sebagai nelayan. seperti : pengetahuan tentang cuaca, arah angin, serta arus gelombang air laut. Pengetahuan tersebut umumnya sangat tergantung dari perhitungan bulan (Bali) atau yang disebut Sasih, Purnama (bulan purnama), Tilem (bulan mati), dan arah

(18)

gelombang air laut yang sangat tergantung dari pengaruh tersebut. Dari pengaruh alam tersebut akan berdampak pada keberadaan air laut yang disebut pasang (mebet) atau surut (aad), Walaupun secara umum mereka mengerti keadaan laut, mereka secara terpaksa melaut. Hal ini karena mereka yakin terhadap peralatan mereka yang sudah modern, seperti penggunaan kompas, SPD, dan perahu motor yang menggunakan dua mesin.. Umumnya para para nelayan mengerti nilai-nilai budaya bahari, namun mereka berharap agar mereka selamat di tengah laut dan memperoleh keuntungan. Untuk mendasari keyakinan ini, berbagai faktor yang berpengaruh dalam kegiatan melaut sudah dipatuhi dan dijalani. Sudah menjadi kebiasaan para wanita nelayan, ketika sang suami melaut para wanita sudah menyediakan persediaan makanan atau secara langsung ikut pula mengantar suami sambil menghaturkan sesajen mohon keselamatan dan memperoleh hasil tangkapan. Mereka (wanita nelayan) menghaturkan sesaji di perahu dan dipinggir pantai sambil berdoa agar sang suami memperoleh kesalamatann dan hasil tangkapan.

Dalam kesehariannya wanita (nelayan) menghaturkan sesaji kecil (canang sari) dan pada setiap hari (Tumpek Wariga) atau (Tumpek Pengatag) yang jatuh pada hari Sabtu Kliwon wuku Wariga atau pada hari (Tumpek Landep) yang jatuh pada hari Sabtu Kliwon wuku Landep. Mereka lebih khusus menghaturkan sesasji pada setiap perahu dan peralatan nelayan baik yang menggunakan bahan dari kayu maupun yang menggunakan bahan dari besi. Nilai-nilai budaya bahari seperti tersebut selaras dengan kehidupan para nelayan tangkap maupun nelayan yang melayani wisatawan di pantai, yakni; keras, tegas dan terbuka. Kegiatan ini biasanya melibatkan para pemilik perahu, dan peralatan tangkap, awak perahu atau nelayan buruh dan penyedia modal informal yang biasanya sebagai pedagang (perantara) ikan. Tiga komponen sosial ini memainkan peranan utama dalam kegiatan ekonomi yang biasanya diambil alih di kalangan para wanita nelayan sebagai penguat ekonomi kreatif yang ada di kawasan pantai Sanur.

(19)

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui bentuk partisipasi wanita dalam pemanfaatan warisan nilai-nilai budaya bahari sebagai penguat usaha ekonomi kreatif di kawasan pantai Desa Sanur, Denpasar.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan munculnya partisipasi wanita dalam pemanfaatan warisan nilai- nilai budaya bahari sebagai penguat usaha ekonomi kreatif di kawasan pantai Desa Sanur, Denpasar.

c. Untuk memahami dampak atau makna partisipasi wanita dalam pemanfaatan warisan nilai- nilai budaya bahari sebagai penguat usaha ekonomi kreatif di kawasan pantai Desa Sanur, Denpasar.

3.2 Manfaat Penelitian

Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi kalangan wanita yang ada di kawasan pantai di Desa Sanur, Denpasar guna memahami arti penting pemanfaatan warisan nilai budaya kebaharian di masa lalu dan digunakan sebagai penguat usaha ekonomi kreatif dalam kehidupan di masa kini.

3.3 Pemecahan Masalah

Penelusuran kemampuan partisipasi wanita dalam memanfaatkan warisan nilai budaya kebaharian merupakan salah satu bentuk kegiatan wanita dalam meningkatkan usaha ekonomi kreatif yang selama ini belum sepenuhnya bisa beradaptasi aktif terhadap lingkungan budaya terutama warisan nilai-nilai budaya kebaharian yang seharusnya dilakukannya secara mandiri dan berkelanjutan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pemecahan persoalan yang dihadapi para wanita yang ada di kawasan pantai Desa Sanur, Denpasar.

3.4 Khalayak Sasaran Penelitian

Sasaran ilmiah dan jangkauan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah mengadakan penelusuran kemampuan partisipasi wanita di kawasan pantai Desa Sanur

(20)

terhadap warisan nilai budaya kebaharian yang hampir dilupakan sebagai bahan kajian dengan jalan inventarisasi, dokumentasi, deskripsi serta kajian ilmiah.

(21)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian tentang partisipasi wanita dalam melestarikan warisan nilai-nilai budaya bahari sebagai penguat ekonomi kreatif, dilakukan dengan metode kualitatif yang menekankan pada deskripsi dan analitis. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengukur secara cermat dan mendalam dari fenomena sosial terutama terhadap nilai-nilai atau makna budaya bahari yang ada di kawasan pantai Sanur yang dilakukan secara intensif.

4.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan, Denpasar.

Lokasi ini dipilih karena secara historis merupakan pemekaran dari Desa Sanur yang terdiri dari Pemekaran Desa Sanur Kauh, Pemekaran Desa Sanur Kaja., dan Kelurahan Sanur sebagai induknya. Batas wilayah keluarahan Sanur adalah sebelah Utara adalah Desa Sanur Kaja.

Sebelah Selatan adalah Selat Badung/Samudra Indonesia. Sebelah Timur adalah Laut Bali , dan sebelah Barat adalah Sanur Kauh. Kelurahan Sanur terletak diwilayah Desa Pakraman Intaran dan mewilayahi Banjar/Lingkungan sebanyak sembilan (9 ) banjar/lingkungan. Hampir semua lingkungan ini terletak dipinggiran pantai atau yang mengikuti garis pinggiran pantai Sanur.

4.3 Jenis dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa keterangan-keterangan atau informasi-informasi yang bersifat deskriptif mengenai warisan nilai-nilai budaya bahari yang dimaknai oleh kelompok nelayan melalui wawancara dan diskusi terutama dengan para wanita yang ada di kawasan pantai Sanur.

4. 4. Penentuan Informan

Sebagai informan kunci dalam penelitian ini adalah para wanita yang beraktivitas dalam ekonomi kreatif yang ada di kawasan pantai Sanur. Selain itu, para nelayan yang berperan sebagai pengelola lingkungan setempat atau yang aktif dalam hubungan dengan ekonomi

(22)

kreatif. Tidak menutup kemungkinan kepada informan yang mempunyai hubungan dengan permasalahan dalam penelitian ini.

4.5. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara mendalam, pemeriksaan dokumen serta studi pustaka.

4.6.Teknik Analisa Data

Analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan struktur generatif dan komodifikasi, serta diskursus kekuasaan/pengetahuan. Mengacu kepada Bourdieu ( Harker, 1990: 4-28), bahwa Bourdieu mencoba melihat masyarakat dengan segala seluk beluknya dan segala interaksinya terbentuk. Bourdieu mengajukan rumusan generative (habitus X modal)+

ranah = praktik sosial. Sedangkan komodifikasi adalah kapitalisme yang menjadikan sesuatusecara langsung dan sengaja (dengan penuh kesadaran dsn perhitungan swebagai sebuah komoditas untuk dijual dipasardan terjadi tidak saja pada aspek produksi, tetapi juga terjadi pada aspek komsumsi, dan aspek distribusi.(Chris Barker, 2009: 14). Menurut Foucault,( 2002), Dalam diskursus kekuasaan/pengetahuan dipergunakannya pengetahuan oleh individu atau kelompok tertentu sebagai suatu kekuatan untuk mencapai tujuan atau kepentingan mereka melawan kehendak di pihak lawan.fdalamhal ini kekuasan itu dipraktekkan dalam suatu lingkup karena dalam lingkup itu ada posisi-posisi strategis yang terkait satu dengan lainnya.

4.7. Teknik Penyajian Hasil Analisa Data

Seluruh hasil analisis data disajikan secara informal dalam bentuk deskripsi –naratif yang diformulasikan sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian ini. Selain itu, digunakan pula penyajian hasil secara formal dalam bentuk gambar-gambar (foto-foto) sehingga dapat dilakukan interpretasi sesuai dengan kebutuhan peneliti.

(23)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini secara temporal mengacu dari model pengembangan Desa Sanur dalam membantu masyarakat terutama dalam meningkatkan pembangunan. Pemerintah Desa Sanur sejak tanggal 6 Juni 1965 telah membentuk Badan Pembina Desa (BPD) Sanur dengan tujuan untuk membantu dan meningkatkan pembangunan. Upaya tersebut telah mendapat pengesahan dari Bupati Kepada Daerah Tk. II Badung, dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bupati Badung No. 13/Bd. 2/4/206, tanggal 14 Juni 1967 tentang Pengesahan Badan Pembina Desa (BPD) Sanur. Terbentuknya badan tersebut, berdampak pada semakin meningkatnya pelaksanaan pemerintahan dengan pembangunannya dengan ciri-cirinya adalah semakin berdirinya usaha-usaha desa, seperti; berdirinya sebuah yayasan yang bergerak di bidang perdagangan, serta mengarah kepada bidang pendidikan. Pada tahun itu juga di Desa Sanur telah dibangun sebuah Bank dengan nama Bank Pembangunan Sanur. Pada tahun1973 usaha tersebut ditingkatkan statusnya sehingga bernama PT. Bank Desa Sanur. Usaha-usaha yang mengarah kepada tingkat kemajuan semakin terus digalakkan sehingga sampai tahun 1973 telah dibuka lagi usaha baru berupa Restaurant dengan akta Notaris No. 63, tanggal 26 Oktober 1973 dengan PT.

Bahakti Usaha yang bergerak dalam bidang Bar dan Restaurant, Laundry, Pencucian Mobil dan PAP. Kemudian pada tahun 1984 kembali diaktifkan usaha koperasi SIDI Sanur dengan anggotanya diambil dari seluruh kepala keluarga (KK) Banjar Adat di Sanur (Profil Kelurahan Sanur, 2015).

Dengan berdirinya lembaga dan sarana pariwisata seperti ini menimbulkan komodifikasi pada wilayah telah mengubah wajah Desa Sanur sebagai daerah wisata hingga perkembangannya mencapai kawasan pantai yang sebelumnya belum berkembang. Pengembangan ini ditujukan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan secara langsung serta meningkatkan kemampuan aparat pemerintah desa dalam hal mengembangkan organisasi dan perencanaan pembangunan, serta pembinaan dalam pelaksanaannya. Seluruh program yang telah dibentuk sebelumnya di Kelurahan Sanur pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat setempat di lingkungan Kelurahan Sanur dalam mendayagunakan sumber daya

(24)

yang ada di lingkungannya. Kemampuan tersebut memberi kesempatan kepada masyarakat setempat untuk menumbuhkan partisipanya dengan harapan agar dapat mengurangi kesenjangan dan ketertinggalan menuju peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan hidup yang lebih maju.

Berkembangnya kawasan pantai sebagai kawasan wisata yang makin maju, muncul gagasan-gagasan atau partisipasi dalam mengembangkan ekonomi kreatif di kalangan para wanita nelayan dengan memanfaat warisan nilai-nilai bahari sebagai upaya penguat ekonomi kreatif dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan mereka. Upaya tersebut ditempuh melalui berbagai bentuk, serta disesuaikan dengan modal usaha yang mereka miliki. Bagi pemilik modal, praktik sosial yang mereka tempuh adalah membangun arthsop. Selain artshop, mereka membuka berbagai macam kuliner dengan menu utama adalah: menu ikan hasil tangkap para nelayan, “rujak kuwah pindang”. Mereka (wanita) juga membuka beberapa kios-kios yang menjual berbagai barang kesenian dengan mengambil tema kegiatan orang-orang di laut, binatang laut, serta lukisan berbagai flora dan fauna lingkungan laut.

Pengembangan pariwisata di kawasan pantai Sanur berdampak pada pengelolaan desa wisata, menjamurnya wisatawan datang ke pantai dengan berbagai aktivitasnya, penyerapan tenaga kerja atau beralihnya pekerjaan wanita dari nelayan menjadi pedagang yang melestarikan nilai-nilai budaya bahari yang berkaitan dengan ekonomi kreatif. Selanjutnya makna yang ada di kalangan wanita adalah makna kesejahteraan, makna pelestarian, makna pemberdayaan. Makna kesejahteraan, merupakan konsep kesejahteraan sesuai Tri Warga,yakni; dharma, artha, kama terutama di kalangan wanita pesisir pantai Sanur. Makna pelestarian adalah harmonisasi warisan nilai-nilai budaya bahari yang dipadukan dengan ekonomi kreatif oleh kalangan wanita pesisir pantai Sanur. Makna pemberdayaan, dalam hal ini melibatkan masyarakat khusunya para wanita dalam pengembangan pariwisata di pantai Sanur dengan didasari kesadaran kolektif, keterbukaan, saling tolong menolong, paras paros sebagai modal budaya yang dimiliki oleh wanita pesisir pantai Sanur.

(25)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN\

Tolok ukur dalam melakukan evaluasi kegiatan penelitia ini adalah:

1. Masyarakat Desa Sanur terutama para wanita berpartisipasi aktif dalam melakukan penelusuran dalam inventarisasi, dokumentasi, deskripsi terhadap warisan nilai budaya bahari yang hampir dilupakan.

2. Masyarakat Desa Sanur terutama para wanita semakin memahami arti penting pemanfaatan warisan nilai budaya bahari di masa lalu sebagai kekayaan dan penguatan usaha ekonomi kreatif .

3. Sebagai saran, terutama dalam mencapai keberlanjutan budaya, sosial dan ekologi kelautan, makna keberagaman perlu dipertimbangkan dalam keterlibatan masyarakat dalam pengembangan pariwisata yang ada di pantai Sanur.

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik. 1996. Sejarah Lokal di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Adrian B. Lapian. 2009. Orang Laut - Bajak Laut- Raja Laut: Sejarah Kawasan Laut Sulawesi Abad XIX. Jakarta: Komunitas Bambu.

Adrian Vickers. 2009. Peradaban Pesisir: Menuju Sejarah Budaya Asia Tenggara. Denpasar:

Pustaka Larasan Udayana University Press.

Ardika, I Wayan. Parimartha, I Gde. Wirawan, A.A.B.,2013. Sejarah Bali: Dari Prasejarah hingga Modern. Denpasar: Udayana University Press.

Arief Satria. 2009. Ekologi Politik Nelayan. Yogyakarta: LKiS.

de Bruyn Kops, G.F. 1918. Over Bali en Zijner Bevolking . Baarm Holandia: Drukkir.

Heilbroner, Robert. 1982. Terbentuknya Masyarakat Ekonomi. Jakarta Timur: Balai Aksara.

Huen, P. Lim Pui (et. al.). 2000. Sejarah Lisan di Asia Tenggara: Teori dan Metode. Jakarta:

LP3ES.

Foucault, Michel. 2002. Pengetahuan dan Metode: Karya-karya Penting Foucault.Yogyakarta:

Jalasutra.

Geriya,I Wayan. 2000.Transportasi Kebudayaan Bali Memasuki Abad XXI. Denpasar:

Perusahaan Daerah Unit Percetakan Bali.

Karepesina, Ja’cuba (at.al),1988. Mitos, Kewibawaan, dan Perilaku Budaya.Jakarta: Pustaka Grafika Kita.

Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Kusnadi. 2007. Strategi Hidup Masyarakat Nelayan. Yogayakarta: LKiS.

Kusnadi. 2008. Akar Kemiskinan Nelayan. Yogyakarta: LKiS.

Manuaba, I.B.1994. Filsafat Hindu Dalam Kesehatan. Denpasar: Upada Sastra.

Singarimbun, Masri, Sofian Efendi. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.

Muklis. 1988. Dimensi Sosial Kawasan Pantai. Jakarta: SA .Brother’S

Sartono Kartodirdjo. 1994. Perilaku Manusia dalam Sejarah Indonesia. Yogyakarta: University Club, Universitas Gadjah Mada.

(27)

Sartono Kartodirdjo. 1993. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

(28)

LAMPIRAN

(29)

Seorang pedagang nasi bungkus sedang menjajakan dagangannya

Pelampung karet yang disewakan untuk anak- anak berenang

Seorang pedagang lumpia sedang berjualan di pinggir pantai

Salah satu kuliner di pantai yaitu sate ikan laut, pepes ikan, dan be kuah ikan laut

(30)

Barang-barang kerajinan dengan nuansa laut Barang kerajinan dengan motif jukung

Barang kerajinan dengan bahan kerang laut

(31)

Berbagai permainan dengan motif burung yang hidup di pantai

Alat musik dengan hiasan lumba-lumba

Berbagai barang kerajinan dengan motif binatang laut

Pakaian pantai dengan berbagai motif

(32)

Wisatawan asing dan local sedang menikmati pantai Sanur

Jukung yang ditambatkan di pinggir pantai

(33)

Salah satu pos nelayan di pantai Sanur

Salah satu tempat pelelangan ikan di pantai Sanur

(34)

Salah satu tempat suci untuk memuja Bhatara Segara (Dewa Laut)

Salah satu tempat suci untuk melakukan pembersihan diri (Melukat)

(35)

Sesajen yang digunakan untuk melukat di pinggir pantai

Sesajen yang dihaturkan untuk memohon keselamatan saat nelayan melaut

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penjelasan diatas maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik tipe pola sulur ujung jari tangan, jumlah sulur ujung jari tangan

Pada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta terdiri dari 30 Dosen, diantaranya ada 7 (tujuh) dosen yang mengampuh Jurusan Komunikasi dan

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat-Nya skripsi yang berjudul “PENGARUH ANKLE PUMPING EXERCISE TERHADAP PENURUNAN

Pada penilitian ini akan mengimplementasikan kompresi citra digital yang merupakan sub hirarki pengolahan citra digital atau image processing, Sedangkan metode kompresi citra

Hasil pendampingan sampai saat ini diketahui bahwa mesin pengupas kulit kacang dapat digunakan dengan baik di tingkat kedua UKM mitra karena penggunaannya yang mudah, mesin tahan

Smear layer yang terdapat pada saluran akar akan menghambat penetrasi medikamen intrakanal ke dalam sistem saluran akar yang tidak teratur termasuk ke dalam tubulus dentin,

386 YBB2221 SK NG ASSAM D/A PEJABAT PELAJARAN DAERAH KECIL,

Menurut pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa diare adalah gejala kelainan sistem pencernaan, absorbsi, maupun fungsi sekresi dimana pasien mengalami kehilangan