• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN UMUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III GAMBARAN UMUM"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

62

BAB III

GAMBARAN UMUM

Pada bab ini berisi paparan mengenai wilayah studi, baik dalam kerangka makro maupun yang berkaitan dengan tujuan studi. Pada dasarnya yang dikemukakan dalam bagian ini adalah data‐data yang telah berhasil dikumpulkan selama penelitian

1.1 Sejarah berdirinya Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong

Stasiun Nambo merupakan stasiun kereta api bertipe kelas III atau kecil yang terletak di Kelurahan Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor.

Berada pada ketinggian +114 meter stasiun ini termasuk dalam Daerah Operasi I Jakarta serta merupakan stasiun yang letaknya paling timur di Kabupaten Bogor.

Bersama tiga stasiun lainnya yang berada di jalur ini, stasiun yang berstatus masih single track atau belum rel ganda ini merupakan stasiun baru karena baru diresmikan pada tahun 1990an. Bangunan stasiun ini mirip dengan sebuah vila.

Nantinya akan dibuat rencana jalur lingkar KA dari Parungpanjang dan juga menuju Cikarang. (sumber : situsbudaya.id)

Sumber :situsbudaya.id

59

(2)

GAMBAR 2.

STASIUN NAMBO

Alasan dibalik pembangunan stasiun ini adalah karena adanya pembuatan jalur lingkar lingkar luar untuk regional Jabodetabek dalam masterplan yang disusun oleh Departemen Perhubungan (pada masa itu). Jalur Nambo masuk dalam rencana pembangunan lingkar luar yang membentang dari stasiun Parung Panjang di barat sampai stasiun Cikarang di bagian timur. Konsep jalur lingkar luar ini diklaim mirip dengan jalur Musashino di wilayah Tokyo, Jepang, dan dibangun dengan harapan agar alur kereta barang tidak perlu melewati wilayah ibukota. Namun rencana tersebut batal dikarenakan krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998. Lalu pada 4 April, rencana pembangunan jalur lingkar luar Parung Panjang – Cikarang ini dimasukkan dalam masterplan Kementerian Perhubungan dan ditargetkan akan beroperasi pada 2030. Sementara itu, pada tahun 1999 dioperasikanlah KRD rute Manggarai – Nambo untuk mengisi kekosongan jalur. namun hal tersebut tidak berlangsung lama karena okupansi penumpang yang minim.

Lalu pada tahun 2002, PT Kereta Api Indonesia mengoperasikan kembali KRD dengan rute Tanah Abang-Nambo. Akan tetapi kereta api ini hanya mampu bertahan hingga tahun 2007 saja karena rangkaian kereta api yang ada sudah sangat tua. Kemudian pada tahun 2012, PT KA mulai memperbaiki kembali jalur KA ini. Di jalur ini juga dipasang gardu listrik dan tiang LAA sehingga KRL dapat melintas di jalur ini (sumber : heritage.kai.id).

Stasiun Nambo ini secara resmi dioperasikan kembali dengan pengoperasian kereta api barang angkutan semen tujuan Kalimas. Agar tidak terganggu perjalanan KRL Commuterline, kereta barang telah disesuaikan keberangkatan pagi hari dari Nambo dan tiba di Surabaya malam hari, sedangkan dari surabaya berangkat dipagi hari ke Nambo tiba dimalam hari. Kereta api angkutan penumpang mulai 1 April 2015 sudah dilayani oleh KRL Commuterline yang berangkat 9 kali dalam sehari dengan 2 Rangkaian KRL dengan rute Nambo – Depok/Angke.

(3)

Stasiun Nambo yang merupakan stasiun ujung ini mempunyai 8 jalur kereta api, dan semuanya masih dalam kondisi baik.

• Jalur 1 untuk KRL dan Kereta Langsir.

• Jalur 2-3-4 untuk jalur langsir dan menyimpan gerbong datar atau untuk parkir gerbong semen yang sudah selesai loading.

• Jalur 5-6 untuk proses loading kereta semen.

• Jalur 7-8 merupakan jalur baru yang rencananya digunakan untuk jalur kereta batu bara dari cigading.

Sedangkan, Stasiun Cibinong terletak di Pabuaran, Cibinong, Bogor. Berada pada ketinggian +192 meter stasiun ini termasuk dalam Daerah Operasi I Jakarta.

Stasiun bertipe kelas III atau kecil ini hanya memiliki dua jalur kereta api dengan jalur 1 sebagai sepur lurus. Stasiun dan jalurnya ini merupakan stasiun baru sama seperti Stasiun Nambo yang baru dibuat juga pada tahun 1990an. Model bangunannya pun dibuat sama dengan Stasiun Nambo yang menyerupai seperti sebuah vila ini.

Sumber : situsbudaya.id

GAMBAR 3.

STASIUN CIBINONG

(4)

Stasiun ini awalnya dibuat untuk layanan kereta batubara dari stasiun Cigading, namun akhirnya dibatalkan. Kemudian untuk pengamanan aset, dahulu stasiun ini melayani stasiun Manggarai dan stasiun Nambo untuk KRD, namun karena jumlah penumpang yang sedikit, tidak bertahan lama. Setelah dinonaktifkan selama beberapa tahun, PT KAI memutuskan untuk mengaktifkan kembali stasiun tersebut. Jalur eksisting stasiun juga dilengkapi dengan kabel LAA (overhead power supply), sehingga jika jalur diaktifkan kembali, KRL Commuterline Jabodetabek dapat melayani jalur tersebut. Jalur tersebut dilalui kereta barang yang mulai beroperasi pada 2014. Namun sejak 1 April 2015, Stasiun Cibinong telah menyediakan layanan commuter line hubungan Nanbo- Ange / Duri PP.

1.2 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Bogor

Luas wilayah Kabupaten Bogor adalah 298.838.304 hektare. Secara geografis terletak antara 6 18'0''LU-6 47'10 '' Lintang Selatan dan 106 23'45 '' - 107 13'30 '' Bujur Timur yang memiliki berbagai jenis morfologi wilayah relatif rendah di dataran dari utara hingga dataran tinggi di selatan. Sekitar 29,28 % berada pada ketinggian 15-100 meter (dpl), 42,62% terletak pada ketinggian 100-500 meter, dan 19,53% terletak pada ketinggian 500-1.000 meter, 8,43% dari ketinggian 1.000-2.000 meter, dan 0,22% dari ketinggian 2.000-2.500 meter.

(5)

Sumber :bogorkab.go.id

GAMBAR 4.

PETA ADMINISTRASI KABUPATEN BOGOR

Kabupaten Bogor memiliki batas strategis antara lain:

• Utara : berbatasan dengan Kota Depok.

• Barat : berbatasan dengan Lebak.

• Barat Daya : berbatasan dengan Tangerang.

• Timur : berbatasan dengan Karawang.

• Timur Daya : berbatasan dengan Bekasi.

• Selatan : berbatasan dengan Sukabumi.

• Tenggara : berbatasan dengan Cianjur.

• Tengah : berbatasan dengan Kota Bogor.

Secara administratif, Kabupaten Bogor terdiri dari 411 desa dan 17 kelurahan (total 428 desa / kelurahan), 3.768 RW dan 14.951 RT yang mencakup 40 kecamatan. Sesuai dengan karakteristik wilayah dan untuk memajukan perkembangannya, Kabupaten Bogor dibagi menjadi 3 wilayah, yaitu:

• Bogor wilayah Barat

• Bogor wilayah Tengah

• Bogor wilayah Timur

Dalam Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor 2005-2025, Bab 3, poin III.2 berisi :

1) Pembangunan wilayah barat meliputi 13 (tiga belas) kecamatan, yaitu Kecamatan Jasinga, Parung Panjang, Tenjo, Cigudeg, Sukajaya, Nanggung, Leuwiliang, Leuwisadeng, Tenjolaya, Cibungbulang, Ciampea, Pamijahan dan Kecamatan Rumpin.

2) Pembangunan wilayah tengah meliputi 20 (dua puluh) kecamatan, yaitu Kecamatan Gunung Sindur, Parung, Ciseeng, Kemang, Rancabungur, Bojonggede, Tajurhalang, Cibinong, Sukaraja, Dramaga, Cijeruk, Cigombong,

(6)

Caringin, Ciawi, Megamendung, Cisarua, Citeureup, Babakan Madang, Ciomas dan kecamatan Tamansari.

3) Pembangunan wilayah timur meliputi 7 (tujuh) kecamatan, yaitu Kecamatan Gunung Putri, Cileungsi, Klapanunggal, Jonggol, Sukamakmur, Tanjungsari dan Kecamatan Cariu.

1.3 KAI Commuter Jabodetabek

PT. Kereta Api Indonesia Commuter Jabodetabek (PT. KAI Commuter Jabodetabek) atau biasa disebut PT. KCJ adalah anak perusahaan yang dibentuk PT. Kereta Api Indonesia (Persero) berdasarkan Akta Nomor 08 tanggal 28 Agustus 2013 yang dibuat di hadapan Notaris Raden Ayu Poppy Darmawan, SH di Jakarta yang pemberitahuan anggaran dasar tersebut telah diterima Kementerian Hukum dan HAM RI No. AHU-AH.01.10-39057 tanggal 18 September 2013. Pemegang saham terbesar PT. KCJ adalah PT. Kereta Api Indonesia (Pesero) sebesar 99,78% dan Yayasan Pusaka sebesar 0,22%. Tugas pokok perusahaan ini adalah menyelenggarakan pengusahaan pelayanan jasa angkutan kereta api komuter dengan menggunakan sarana Kereta Rel Listrik di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang (Serpong) dan Bekasi (Jabodetabek) serta juga pengusahaan di bidang usaha non angkutan penumpang (Sumber:

Annual Report PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Tahun 2013 www.kereta- api.co.id).

Keberadaan PT. KAI Commuter Jabodetabek, sebagai salah satu komuter KAI di industri layanan kereta komuter, merupakan hasil dari proses pemikiran dan persiapan yang panjang. Pembentukan Dinas Perhubungan Perkotaan Jabotabek oleh induk perusahaan KAI dimulai, yang memisahkannya dari struktur organisasi KAI Daop (Wilayah Operasi) 1 Jakarta. Pasca pemisahan, layanan kereta rel listrik (KRL) di wilayah Jabotabek menjadi milik Dinas Perhubungan Perkotaan Jabotabek, dan layanan kereta jarak jauh di kawasan Jabodetabek menjadi milik wilayah operasi (Daop) 1 Jakarta.

Kereta Api Indonesia (Persero) dalam Divisi Angkutan Perkotaan Jabotabek saat ini berubah menjadi anak perusahaan dengan nama PT. KAI Commuter

(7)

Jabodetabek. Pembentukan anak perusahaan dilatarbelakangi keinginan para kepentingan untuk lebih fokus dalam memberikan pelayanan perkeretaapian yang berkualitas dan menjadi bagian dari solusi permasalahan transportasi perkotaan yang semakin kompleks. Setelah menjadi perseroan terbatas sendiri, PT. KAI Commuter Jabodetabek mendapatkan izin usaha Nomor KP 51 Tahun 2009 dan izin operasi penyelenggara sarana perkeretaapian Nomor KP 53 Tahun 2009 yang semuanya dikeluarkan oleh Menteri Perhubungan Republik Indonesia.

A. Visi

Sebagai penyedia layanan jasa perkeretaapian terbaik yang berfokus pada pelayanan pelanggan dan memenuhi harapan stakeholders. Serta menjadikan kereta api komuter sebagai pilihan utama dan terbaik di wilayah Jakarta dan sekitarnya.

B. Misi

Menyelenggarakan bisnis perkeretaapian dan bisnis usaha penunjangnya, melalui praktik bisnis dan model organisasi terbaik untuk memberikan nilai tambah yang tinggi bagi stakeholders dan sebagai jasa angkutan kereta api komuter yang mengutamakan 4 pilar utama yaitu keselamatan, ketepatan waktu, pelayanan dan kenyamanan, serta berwawasan lingkungan.

Hingga kini PT. KAI Commuter Jabodetabek melayani rute komuter di wilayah DKI Jakarta, Kota Depok, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi, Kabupaten Lebak, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Tanjung Priok, dan Maja. Sehingga masyarakat dapat berpergian ke daerah tujuan mereka yang masuk dalam wilayah layanan Commuterline ini. Pada beberapa tahun terakhir kemarin, PT. KCJ (KAI Commuterline Jabodetabek) kembali memutuskan untuk mereaktivasi kembali Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong menjadi stasiun kereta Commuterline.

Alasannya yaitu dikarenakan jalur yang ada pada kedua stasiun tersebut merupakan jalur kereta api yang strategis dan berdekatan dengan kawasan industri terbesar di Kabupaten Bogor, yaitu Cibinong dan Gunung Putri. Pada tahun 2014, jalur ini mulanya hanya dilewati untuk kereta api barang saja. Lalu pada awal April 2015, kedua stasiun tersebut akhirnya diaktifkan dan telah melayani KRL Jabodetabek dengan rute Nambo–Cibinong-Angke, Nambo- Cibinong-Duri, dan

(8)

Nambo- Cibinong-Depok.

Kemudian pada akhir bulan desember 2016, PT KCJ mengoperasikan dua perjalanan KRL feeder Nambo- Cibinong-Depok pada pagi dan malam hari dengan jadwal keberangkatan pagi dari Stasiun Depok pukul 04.34 WIB dan 05.49 WIB, sedangkan keberangkatan dari Stasiun Nambo pukul 20.31 WIB dan 21.43 WIB.

Selama masa beroperasi berlangsung, jadwal KRL Jabodetabek rute Nambo- Cibinong-Angke ini mengalami beberapa kali perubahan jadwal. Dengan keberangkatan sebanyak 10 kali dalam sehari dengan 2 Rangkaian KRL dengan rute Nambo – Depok. Penumpang layanan di sini tidak hanya didominasi oleh warga sekitar stasiun saja, namun juga berasal dari daerah-daerah lainnya yang memang lokasi tempat tinggalnya tidak begitu jauh dengan stasiun tersebut.

Pada waktu-waktu tertentu kedua stasiun memiliki jam sibuknya, yaitu pada hari kerja pukul 05.30 – 07.00 WIB dan jam pulang kerja pukul 17.00 – 20.00 WIB. Tidak hanya itu, pada saat weekend dan hari-hari tertentu seperti hari libur sekolah maupun hari raya, kedua stasiun dipadati oleh

penumpang yang hendak ingin berbelanja ke Tanah Abang dan berlibur ke tempat-tempat wisata seperti Kebun Raya Bogor, Kota Tua, dan Monas (Monumen Nasional). Dan karena sebab itu, tidak jarang sering terjadi penumpukan kendaraan di gerbang masuk stasiun karena lalu lalang keluar masuk kendaraan dari stasiun yang membuat arus lalus lintas di sana menjadi macet.

Saat ini, Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong terus melakukan perbaikan dan penambahan fasilitas stasiun. Dan berikut ini adalah beberapa dokumentasi fasilitas fisik dan non fisik yang saat ini telah tersedia Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong yaitu :

(9)

Sumber : Google Street View,2019

GAMBAR 5.

GERBANG MASUK STASIUN

Posisi gerbang masuk Stasiun Cibinong berada di dekat jalan raya Pabuaran, sehingga pada saat-saat tertentu sering terjadi kemacetan di sana dikarenakan adanya penumpukan kendaraan. Sedangkan Stasiun Nambo posisi gerbang masuknya berada jauh dari jalan raya, sehingga jarang terjadi kemacetan di sana.

Selain itu, luas kawasan Stasiun Nambo yang lebih besar daripada Stasiun Cibinong ini juga menjadi salah satu faktornya.

Sumber : Google Street View,2019

GAMBAR 6.

PARKIRAN STASIUN

Luas parkiran Stasiun Cibinong yang lebih kecil daripada Stasiun Nambo membuat parkiran ini memiliki kapasitas yang terbatas. Hal ini dikarenakan luas stasiun yang juga lebih kecil daripada Stasiun Nambo. Sedangkan Stasiun Nambo memiliki luas lahan yang cukup besar sehingga memiliki lahan parkiran yang cukup luas dan cukup untuk menampung banyak kendaraan-kendaraan untuk

(10)

parkir di sana. Namun, sepertinya masih jarang penumpang yang memilih untuk memarkirkan kendaraannya di sini. Terlihat kondisi parkiran yang sepi dan hanya ada beberapa kendaraan saja. hal ini mungkin dikarenakan tidak adanya petugas atau tukang parkir yang tersedia di sana, tidak seperti di Stasiun Cibinong yang sudah tersedia tukang parkir dengan karcis untuk menjamin keamanan memarkir kendaraan di sana.

Sumber : Google Street View,2019

GAMBAR 7.

AKSES MASUK MENUJU STASIUN CIBINONG

Untuk akses masuk kedalam stasiunnya, di Stasiun Cibinong penumpang dapat memilih 3 jalur yang disediakan. Jalur pertama adalah jalur ramp dengan kemiringan maksimal 10° sesuai standar yang ditetapkan. Jalur ini berbentuk bidang miring dan penumpang dapat memilih jalur ini apabila tidak ingin menggunakan atau sebagai pengganti jalur tangga. Jalur ini diperuntukkan bagi

(11)

penumpang yang membawa dan memakirkan kendaraannya di stasiun karena jalur ini lebih dekat dengan parkiran dibanding jalur lainnya. Lalu setelah itu menaiki beberapa anak tangga lagi dan barulah sampai ke dalam stasiun.

Jalur yang kedua adalah jalur tangga, jalur ini diperuntukkan bagi penumpang yang diantar jemput oleh kendaraan pribadi maupun transportasi umum dan juga penumpang pejalan kaki. Jalur ini letaknya persis didepan pintu masuk stasiunnya.

Sama seperti halnya di jalur pertama, penumpang masih harus menaiki beberapa anak tangga lagi untuk sampai ke dalam stasiunnya sehingga membutuhkan tenaga yang cukup ekstra jika memilih jalur yang ini.

Dan jalur yang ketiga atau terakhir ini adalah jalur ramp yang diperuntukkan bagi penumpang berkebutuhan khusus. Jalur ini dibangun setahun yang lalu untuk mempermudah penumpang tersebut masuk dan keluar dari stasiun. Pembuatan jalur ini disesuaikan dengan ketentuan standar pelayanan minimum yang telah ada, dengan kemiringan maksimal 10°, ketinggian hand rail 65-80 cm, bertekstur kasar/tidak licin, serta ditambahkan juga dengan Guiding Block.

Sumber : Dokumentasi,2020

GAMBAR 8.

AKSES MASUK MENUJU STASIUN NAMBO

(12)

Sedangkan untuk akses masuk ke Stasiun Nambo, aksesnya masih berbentuk anak tangga dengan hanya dilengkapi tiang pegangan saja. Masih belum terdapat jalur khusus ntuk pengguna kursi roda maupun ramp seperti untuk pengguna berkebutuhan khusus seperti hal nya yang terdapat di SPM yang ada. Hal ini berarti pada akses masuk Stasiun Nambo memang pada kenyataannya masih belum ramah bagi penumpang berkebutuhan khusus.

Untuk jadwal perjalanan kereta, saat ini terdiri dari 10 rangkaian perjalanan dengan 2 rangkaian di awal dan di akhir hanya sampai Stasiun Depok saja.

Berikut ini adalah jadwal keberangkatan perjalanan KRL yang terbaru dan digunakan saat ini:

(13)

Sumber : krl.co.id

GAMBAR 9.

JADWAL PERJALANAN KRL NAMBO-ANGKE PER 6 DESEMBER 2019

(14)

Sumber : Google Street View,2019

GAMBAR 10.

PAPAN INFORMASI PENANDA PENUNJUK ARAH

Papan informasi ini diletakkan di depan pintu masuk dan di dalam stasiun untuk memudahkan dalam memberikan arahan untuk penumpang. Arahan tersebut meliputi arah posisi loket, arah masuk, arah keluar, arah masuk atau keluar gate, arah posisi musala, dan arah posisi toilet.

Sumber : Google Street View,2019

(15)

GAMBAR 11.

LAYANAN PENJUALAN TIKET

Di Stasiun Cibinong tersedia loket tiket manual dengan kecepatan pelayanan maksimum 180 detik per transaksi dan Vending Machine serta papan informasi tata cara pembelian dan isi ulang (top-up) sesuai dengan standar pelayanan umum yang berlaku. Disamping loket juga tersedia informasi mengenai batasan umur balita yang dapat gratis masuk stasiun dan menggunakan layanan KRL ini.

Sedangkan di Stasiun Nambo layanan penjualan tiketnya saat ini hanya menggunakan Vending Machine dengan papan informasi tata cara pembelian dan isi ulang (top-up). Berikut adalah tarif harga karcis/tiketnya :

1. Nambo-Cibinong-Depok : Rp. 3.000 2. Nambo-Angke : Rp. 6.000

3. Nambo-Manggarai : Rp. 5.000 4. Cibinong-Manggarai : Rp. 4.000 5. Cibinong-Angke : Rp. 6.000

6. Nambo-Tanah Abang s/d Duri : Rp. 6.000 7. Depok-Tanah Abang s/d Duri : Rp. 4.000 8. Nambo-RangkasBitung : Rp. 13.000

Tarif terdekatnya adalah Rp. 3.000 dan tarif terjauh sebesar Rp. 13.000.

Dengan jenis tiketnya itu terdiri dari 3 pilihan, yaitu Kartu Multi Trip (KMT), Uang Elektronik Bank (E-money), Tiket Harian Berjamin (THB) PP (Pulang- Pergi), dan Tiket Harian Berjamin (THB). jika menggunakan Tiket Harian Berjamin (THB), maka akan dikenakan biaya kartu sebesar Rp. 10.000/kartu.

(16)

Sumber : Google Street View,2019

GAMBAR 12.

RUANG TUNGGU DALAM STASIUN

Untuk ruang tunggu stasiun penumpang disesuaikan dengan ketentuan standar yang berlaku. Di Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong ruang tunggu penumpangnya dilengkapi dengan kursi yang diprioritaskan bagi penumpang berkebutuhan khusus, area ruang tunggu harus bersih 100%, terawat, dan tidak berbau. Selain itu di ruang tunggu penumpang juga difasilitasi dengan charging booth, alat pemadam kebakaran, kotak P3K, 1 toilet umum, 1 musala, lampu

(17)

penerangan dengan intensitas cahaya 200-250 luxx, fasilitas pengatur sirkulasi udara (kipas angin), tempat sampah organik & anorganik, informasi himbauan larangan merokok, dan informasi nomor KA dan waktu pemberangkatannya.

Di Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong juga disediakan peta jaringan perjalanan Kereta Api. Jarak antara Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong ini adalah 4,3 km. dengan rute yang berwarna kuning menghubungkan antara Stasiun Nambo dengan Stasiun Cibinong hingga Stasiun Angke. Melewati stasiun Duri, Tanah Abang, Manggarai, Pasar Minggu, Universitas Indonesia, Depok, dan Citayam. Berikut adalah peta rute KRL Jabodetabek :

(18)

Sumber :krl.co.id

GAMBAR 13.

PETA RUTE KRL JABODETABEK

(19)

KRL yang melayani jalur ini :

• KRL Commuterline Nambo-Cibinong-Angke

• KRL Commuterline Nambo-Cibinong-Depok

• KRL Commuterline Nambo-Cibinong-Duri

Sumber : Google Street View,2019

GAMBAR 14.

RUANG KEPALA STASIUN

Di Stasiun Nambo ruang kepala stasiun terletak di sebelah kanan stasiun, sedangkan di Stasiun Cibinong ruang kepala stasiun terletak di dalam stasiun dekat disamping ruang tunggu penumpang.

(20)

Sumber : Google Street View,2019

GAMBAR 15.

VENDING MACHINE MINUMAN

Di dalam Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong juga tersedia Vending Machine minuman bagi penumpang yang membutuhkan minuman dan makanan ringan sehingga penumpang tidak perlu pergi jauh dari stasiun lagi untuk membeli minum maupun makanan ringan.

Sumber : Google Street View,2019

GAMBAR 16.

PINTU GATE MASUK

Di Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong terdapat fasilitas gate tiket yang didampingi oleh petugas maupun satpam apabila terjadi masalah eror saat penumpang melakukan tap kartu tiketnya. Dan sudah sesuai ketentuan dan standar yang berlaku.

(21)

Sumber : Google Street View,2019

GAMBAR 17.

PAPAN LED INFORMASI

Di Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong saat ini sudah tersedia papan LED informasi yang digunakan untuk memberikan informasi mengenai waktu kedatangan kereta serta gangguan perjalanan yang terjadi dalam bentuk visual teks. Hal ini sangat berguna dan membantu penumpang karena tidak jarang infromasi yang disampaikan melalui audio (pengeras suara) tidak semua terdengar oleh penumpang. Maka dari itu dipasanglah papan LED ini. Dan ini sudah sesuai dengan ketentuan standar yang berlaku saat ini.

Sumber : Google Street View,2019

(22)

GAMBAR 18.

TOILET

Fasilitas toilet umum yang ada di Stasiun Cibinong berada di sebelah kiri stasiun setelah pintu gate masuk. Toilet terdiri 1 toilet wanita dengan 1 WC dan 1 wastafel yang dilengkapi kaca, serta 1 toilet pria yang dilengkapi 1 WC dan 1 wastafel. Sedangkan untuk Stasiun Nambo, toilet umumnya berada di sebelah kanan pintu masuk stasiun yang terdiri dari 1 toilet wanita dengan 1 WC dan 1 wastafel yang dilengkapi kaca, serta 1 toilet pria yang dilengkapi 1 WC dan 1 wastafel. Jika dilihat dari standar pelayanan umum yang berlaku kondisi toilet diharuskan untuk selalu bersih, terawatt, lantai tidak licin maupun tergenang, serta sirkulasi udara berfungsi dengan baik agar tidak menimbulkan bau dan dilengkapi dengan lampu penerangan dengan intensitas cahaya 150 luxx yang berfungsi dengan baik. Namun, dari ulasan-ulasan atau pendapat beberapa penumpang diketahui bahwa kondisi toilet kurang bersih dan airnya kotor.

Sumber : Google Street View,2019

(23)

GAMBAR 19.

PERON

Peron yang disediakan di Stasiun Nambo sudah dibangun sesuai dengan standar pelayanan umum yang berlaku. Yaitu dilengkapi dengan marka petunjuk/pembatas antrean naik/turun penumpang. Sedangkan peron yang ada di Stasiun Cibinong masih belum sesuai dengan standar karena belum dilengkapi oleh marka petunjuk/pembatas antrean naik/turun penumpang. Akan tetapi kedua stasiun ini sudah dilengkapi dengan fasilitas lainnya seperti marka Guiding Block untuk penunjuk jalan bagi penumpang tunanetra, tersedia safety line dari tepi peron, celah (gap) antara tepi peron dengan badan kereta tidak membahayakan anak di bawah umur dan penumpang yang menggunakan kursi roda, serta selisih ketinggian lantai peron stasiun 20 cm dengan lantai kereta dan lantai peron tidak licin, tergenang air, dan bebas dari kegiatan komersial. Selain itu, peron juga dilengkapi dengan bangku-bangku yang disediakan untuk penumpang biasa dan penumpang prioritas di beberapa titik peron.

Sumber : Google Street View,2019

GAMBAR 20.

KANOPI PERON

(24)

Saat ini Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong sudah dipasang atap peron yang difungsikan untuk melindungi penumpang dari panas matahari maupun hujan.

Pembangunan atap peron ini sudah disesuaikan dengan ketentuan standar yang berlaku. Panjang kanopi menyesuaikan panjnag peron stasiun. Serta dilengkapi juga dengan lampu penerangan untuk kondisi malam hari.

Dari hasil dokumentasi beberapa fasilitas baik fisik maupun non fisik di atas terlihat bahwa Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong masih belum lengkap fasilitas yang disediakannya. Fasilitas yang belum tersedia saat ini yaitu fasilitas ruang ibu menyusui (nursery room), loket khusus disabilitas, sirkulasi kendaraan keluar, masuk, dan parkir pada saat-saat tertentu di Stasiun Cibinong masih sering terjadi macet atau penumpukan kendaraan, mesin ATM, toilet untuk penumpang berkebutuhan khusus, kondisi toilet yang masih kurang bersih dan terawat, serta tempat pick-up khusus untuk driver online.

3.4 Identitas Karakteristik Responden 1. Umur

Dari tabel grafik di atas, diketahui bahwa range rata-rata umur responden yang paling banyak menjawab kuesioner ini adalah berusia 20-25 tahun. Di mana di usia tersebut memang merupakan usia yang produktif bagi manusia untuk bekerja maupun kuliah.

2. Jenis Kelamin

(25)

Pada tabel diagram di atas, diketahui bahwa persentase jenis kelamin responden yang mengisi kuesioner ini baik pria maupun wanita hampir sama.

Namun, di sini jenis kelamin pria lebih mendominasi 7% dibandingkan jenis kelamin wanita dengan persentase sebesar 53,5%, sedangkan wanita hanya 46,5%.

3. Pekerjaan

Pada tabel diagram di atas, diketahui bahwa presentase rata-rata pekerjaan responden adalah sebagai mahasiswa (17,8%), karyawan swasta (8,9%), dan pelajar (8,9%).

4. Alamat

Cibinong Nambo Cilangkap/Cilo dong

Citeureup Lain-lain

Pada tabel diagram di atas, diketahui bahwa persentase alamat atau lokasi tempat tinggal menunjukkan rata-rata responden berasal dari daerah Cibinong (40%), Nambo (27%), dan sisanya berasal dari daerah lain (20%) seperti Jakarta, bekasi, dan cileungsi.

20

% 40

6% % 7

27

%

(26)

5. Apakah anda sering menggunakan layanan KRL rute nambo?

Pada tabel diagram di atas, diketahui bahwa persentase rata-rata jawaban responden pada pertanyaan ini adalah sebanyak 60,4% menjawab Ya atau sering menggunakan rute nambo, 34,7% menjawab Jarang-jarang, dan 4,9% menjawab Tidak. Alasan mereka yang memilih menjawab Ya atau sering menggunakan rute nambo ini karena KRL commuterline merupakan moda transportasi yang paling efisien, lebih murah & cepat apabila kita memiliki kegiatan di kawasan Jabodetabek dan mengharuskan menempuh jarak yang jauh. Selain itu juga memang lokasi tempat tinggal responden berada dekat stasiun tersebut.

Lalu alasan mereka yang menjawab jarang-jarang yaitu karena mereka menggunakan transportasi KRL commuterline hanya pada saat-saat tertentu saja.

begitu juga dengan mereka yang menjawab Tidak, alasannya hampir sama. Selain itu karena mobilitas mereka sendiri pun juga lebih seringnya masih didaerah sekitar tempat tinggal mereka.

6. Transportasi apakah yang anda gunakan untuk menuju ke stasiun?

Pada tabel diagram di atas, diketahui bahwa persentase rata-rata jawaban responden pada pertanyaan ini adalah sebesar 57,4% memilih menggunakan transportasi kendaraan motor untuk menuju ke stasiun. Selanjutnya, 20,8%

memilih menggunakan ojek online (grab, gojek) sebagai moda transportasi yang

(27)

mereka gunakan. Dan sisanya 10,9% memilih transportasi angkutan umum serta 8,9% memilih berjalan kaki.

Alasan mereka yang memilih transportasi kendaraan bermotor yaitu karena memiliki kendaraan sendiri, jarak tempuh, hemat biaya, lebih flexible, dan juga cepat. Lalu alasan mereka yang memilih transportasi ojek online (grab, gojek) adalah karena lebih praktis, cepat, mudah diaksesnya, serta untuk dibeberapa lokasi tempat tinggal responden memang transportasi lainnya seperti bus, angkutan umum, maupun ojek pangkalan masih sulit untuk diakses karena jauh dari lokasi.

7. Jika anda menggunakan kendaraan pribadi, apakah anda selalu memakirkan kendaraan anda di parkiran stasiun?

Pada tabel diagram di atas, diketahui bahwa persentase rata-rata jawaban responden pada pertanyaan ini yaitu sebanyak 46,5% memilih memakirkan kendaraan nya di stasiun, 37,6% memilih tidak, dan sisanya 15,8% memilih jarang-jarang. Alasan mereka yang memilih Ya yaitu karena sudah terjamin keamanannya dengan adanya karcis parkir yang disediakan serta ada penjaganya.

Lalu alasan mereka yang memilih Tidak yaitu karena belum tersedia parkiran untuk penumpang di Stasiun Nambo sehingga mereka memakirkan kendaraannya di halaman rumah-rumah warga dekat stasiun. Sedangkan alasan mereka yang memilih Jarang-jarang adalah karena mereka lebih sering diantar oleh anggota keluarganya.

8. Dalam pembelian tiket, jenis pelayanan tiket apa yang anda pilih?

(28)

Pada tabel diagram di atas, diketahui bahwa persentase rata-rata jawaban responden pada pertanyaan ini adalah sebesar 59,4% responden memilih Vending Machine sebagai jenis pelayanan tiket yang dipilih. Dan 40,6% responden lainnya memilih loket manual. Hasil di atas hampir sama, namun Vending Machine masih lebih mendominasi.

Alasan mereka yang memilih Vending Machine sebagai jenis pelayanan tiket yang mereka gunakan yaitu karena tidak perlu harus mengantri panjang dan juga lebih cepat daripada di loket manual. Sedangkan 40,6% responden yang memilih membeli tiket di loket manual, alasan mereka adalah karena mereka masih belum mengerti cara membeli tiket di Vending Machine tersebut.

9. Jenis pilihan tiket apa yang anda gunakan?

Pada tabel diagram di atas, diketahui bahwa rata-rata jawaban responden pada pertanyaan ini adalah sebesar 52,5% responden memilih KMT (Kartu Multi Trip) sebagai pilihan tiket yang mereka gunakan. Lalu 29,7% responden memilih menggunakan E- money, dan sisanya 9,9% memilih tiket PP (Pulang-Pergi) serta 7,9% memilih THB (Tiket Harian Berjamin).

(29)

Alasan mereka yang memilih KMT (Kartu Multi Trip) adalah karena praktis dan tidak ribet. Jika saldo habis, mereka hanya perlu mengisi ulang kembali di Vending Machine yang tersedia di stasiun. Begitu juga dengan mereka yang memilih E-money. Lalu alasan mereka yang memilih THB (tiket harian berjamin) karena mereka belum memiliki KMT maupun E- money karena masih belum mengerti dengan cara penggunaannya. Selain itu juga karena hanya pada saat-saat tertentu saja mereka menggunakan tranportasi KRL commuterline ini. Sedangkan, alasan mereka yang memilih tiket PP (Pulang-Pergi) karena lebih praktis dan tidak harus bolak-balik lagi ke loket manual untuk membeli tiketnya.

Referensi

Dokumen terkait

 Mencuri start.  Tidak melewati garis finish.  Terganggu oleh pelari lainnya. Pengukuran waktu: Pengukuran waktu dilakukan dari saat bendera start diangkat sampai pelari

Rumusan permasalah dalam penelitian ini adalah: Apakah penggunaan pembelajaran group investigation berbantu media visual dapat meningkatkan hasil belajar serta, bagaimana

Dari hasil penghitungan terdapat peningkatan yang sangat signifikan pada P2 dan P3 yaitu dengan melakukan pencucian ambing dengan suhu 37°C, karena secara teori dengan

Hubungan sosial diubah dengan pemaksaan untuk melakukan pen-jarak-an sosial ( social distancing ); sedangkan penggunaan teknologi baru pada masa perusahaan mengalami

Sistem drainase sangat diperlukan untuk mengatur aliran air di dalam maupun di permukaan tanah. Sistem drainase digunakan di berbagai tempat untuk mengatasi luapan dan kandungan

Untuk kegiatan nonfisik, Dandim 0714/Slg menyebut- kan telah menyiapkan beberapa kegiatan, namun beliau tetap melakukan beberapa pertim- bangan terkait dengan adanya

Tujuan penelitian ini adalah untuk medeskripsikan aspek kepribadian tokoh utama dan pengaruh aspek kepribadian terhadap bentuk kecemasan yang dialami tokoh utama

apabila yang bersangkutan mengundurkan diri dan masa penawarannya masih berlaku dengan alasan yang tidak dapat diterima secara obyektif oleh Panitia Pengadaan,