REFERAT
KATARAK
PEMBIMBING:
dr.Sri Harto, Sp.M
DISUSUN OLEH:
Arianda Nurbani Widyaputri (030.09.028)
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA
RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA DR.ESNAWAN ANTARIKSA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 7 JULI 2014 – 16 AGUSTUS 2014
PENDAHULUAN
Angka kejadian katarak meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Saat ini jumlah penderita katarak yang mengalami gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan tidaklah sedikit. Berdasarkan hasil survey di Indonesia, diketahui jumlah penderita kebutaan berkisar 1,5
% dari jumlah penduduk Indonesia dan 0,78% dari persentasi tersebut disebabkan oleh katarak.
Dalam 20 tahun mendatang diperkirakan populasi dunia akan meningkat sepertiga kali dan peningkatan ini akan didominasi terutama oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Disaat yang bersamaan populasi individu yang berusia lebih dari 65 tahun akan meningkat sehingga angka penderita katarak pun akan meningkat secara otomatis. Hal ini menjadi tantangan para tenaga medis untuk mengupayakan tindakan pencegahan, penundaan serta memberikan terapi katarak yang tepat bagi masyarakat.
Katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Faktor genetik dan lingkungan sangat berperan dalam timbulnya katarak, antara lain seperti pajanan terhadap sinar matahari dan merokok. Katarak dapat terjadi juga setelah trauma, inflamasi, atau penyakit lainnya. Satu-satunya penanganan katarak yang memberikan hasil signifikan adalah dengan operasi, walaupun operasi ini juga tidak bisa dilakukan pada setiap penderita katarak dan tidak menutup kemungkinan untuk terjadi kompllikasi.
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ……… 1
DAFTAR ISI ……… 2
BAB I ANATOMI DAN FISIOLOGI LENSA A. Anatomi Lensa ………... 3
B. Fisiologi Lensa ………... 4
BAB II KATARAK A. Definisi ………... 7
B. Epidemiologi ……….. 7
C. Etiologi ………... 7
D. Klasifikasi ……….. 8
a. Katarak Menurut Usia ……… 9
b. Katarak Menurut Lokasi Kekeruhan ………..….. 10
c. Katarak Menurut Derajat Kekeruhan ………... 11
d. Katarak Menurut Etiologi ……… 12
E. Gejala Klinis ……… 16
F. Patofisiologi ………. 16
G. Diagnosis ……….. 18
H. Penatalaksanaan ………... 18
I. Prognosis ……….. 22
BAB III KESIMPULAN ………... 23
DAFTAR PUSTAKA ………. 24
BAB I
ANATOMI DAN FISIOLOGI LENSA
A. ANATOMI LENSA
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan hampir transparan semua. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Di belakang iris, lensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari badan siliar. Serat zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian anterior dan posterior dari kapsul lensa. Kapsul ini merupakan membran dasar yang melindungi nukleus, korteks, dan epitel lensa. 65% lensa terdiri atas air, sekitar 35% protein (kandungan protein tertinggi diantara jaringan-jaringan tubuh), dan sedikit mineral. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain.
Gambar 1. Anatomi Lensa
1. Kapsul
Kapsul lensa merupakan membran dasar yang elastis dan transparan tersusun dari kolagen tipe IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa. Kapsul ini mengandung isi lensa serta mempertahankan bentuk lensa pada saat akomodasi. Bagian paling tebal kapsul
berada di bagian anterior dan posterior zona preekuator, dan bagian paling tipis berada di bagian tengah kutub posterior.
2. Serat Zonula
Lensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari badan siliar. Serat zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian anterior dan posterior dari kapsul lensa.
3. Epitel Lensa
Tepat dibelakang kapsul anterior lensa terdapat satu lapis sel-sel epitel. Sel-sel epitel ini dapat melakukan aktivitas seperti yang dilakukan sel-sel lainnya, seperti sintesis DNA, RNA, protein dan lipid. Sel-sel tersebut juga dapat membentuk ATP untuk memenuhi kebutuhan energi lensa. Sel-sel epitel yang baru terbentuk akan menuju equator lalu berdiferensiasi menjadi serat lensa.
4. Nukleus dan korteks
Sel-sel berubah menjadi serat, lalu serat baru akan terbentuk dan akan menekan serat-serat lama untuk berkumpul di bagian tengah lensa. Serat-serat yang baru akan membentuk korteks dari lensa.
B. FISIOLOGI LENSA
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Supaya hal ini dapat dicapai, maka daya refraksinya harus diubah-ubah sesuai dengan sinar yang datang sejajar atau divergen. Perubahan daya refraksi lensa disebut akomodasi. Hal ini dapat dicapai dengan mengubah lengkungnya lensa terutama kurvatura anterior.
Gambar 2. Akomodasi lensa: (kiri) saat melihat jauh, (kanan) saat melihat dekat
Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil; dalam posisi ini, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya pararel akan terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh daya biasnya.
Kerjasama fisiologik antara korpus siliaris, zonula dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan akan berkurang.
Tabel 1. Perubahan yang terjadi pada saat akomodasi Akomodasi Tanpa akomodasi M. Silliaris Kontraksi Relaksasi Ketegangan serat zonular Menurun Meningkat Bentuk lensa Lebih cembung Lebih pipih Tebal axial lensa Meningkat Menurun Dioptri lensa Meningkat Menurun
Gambar 3. Perubahan saat akomodasi lensa
Secara fisiologis lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu: kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi cembung; jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan; terletak di tempatnya. Lensa dapat merefraksikan cahaya karena indeks refraksinya, secara normal sekitar 1,4 pada bagian tengah dan 1,36 pada bagian perifer yang berbeda dari aqueous dan vitreous humor yang mengelilinginya. Pada keadaan tidak berakomodasi, lensa memberikan kontribusi 15-20 D dari sekitar 60 D seluruh kekuatan refraksi bola mata manusia.
Sisanya, sekitar 40 D kekuatan refraksi diberikan oleh udara dan kornea.
Pada fetus, bentuk lensa hampir sferis dan lemah. Pada orang dewasa lensanya lebih padat dan bagian posterior lebih konveks. Proses sklerosis bagian sentral lensa, dimulai pada masa kanak-kanak dan terus berlangsung secara perlahan-lahan sampai dewasa dan setelah ini proses bertambah cepat dimana nukleus menjadi lebih besar dan korteks bertambah tipis. Pada orang tua lensa menjadi lebih besar, lebih gepeng, warna kekuning-kuningan, kurang jernih dan tampak sebagai “grey reflex” atau “senile reflex”, yang sering disangka katarak, padahal salah. Karena proses sklerosis ini, lensa menjadi kurang elastis dan daya akomodasinya pun berkurang. Keadaan ini disebut presbiopia, pada orang Indonesia dimulai pada umur 40 tahun.
BAB II KATARAK
A. DEFINISI
Katarak termasuk golongan kebutaan yang tidak dapat dicegah tetapi dapat disembuhkan. Definisi katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Katarak terjadi karena faktor usia, namun dapat juga terjadi pada anak-anak yang lahir dalam kondisi tersebut. Katarak juga dapat terjadi setelah trauma, inflamasi, atau penyakit lainnya. Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun. 1
B. EPIDEMIOLOGI
Berbagai studi cross-sectional melaporkan prevalensi katarak pada individu berusia 65-74 tahun adalah sebanyak 50% dan meningkat hingga 70% pada individu di atas 75 tahun. Jelas dapat disimpulkan insiden tertinggi pada katarak terjadi pada populasi yang lebih tua. Diketahui kebutaan di Indonesia berkisar 1,5 % dari jumlah penduduk Indonesia. Dari angka tersebut presentasi angka kebutaan utama ialah :
Katarak 0,78 %
Kelainan kornea 0,13 %
Penyakit glaukoma 0,20 %
Kelainan refraksi 0,14 %
Kelainan retina 0,03 %
Kelainan nutrisi 0,02 %
C. ETIOLOGI
Tak jarang katarak timbul pada saat lahir atau pada anak usia dini sebagai akibat dari cacat keturunan, trauma parah pada mata, operasi mata, atau peradangan intraokular.
Faktor lain yang dapat menyebabkan perkembangan katarak pada usia lebih dini meliputi paparan berlebihan cahaya ultraviolet, diabetes, merokok, atau penggunaan obat-obatan tertentu, seperti steroid oral, topikal, atau inhalasi.
Etiologi katarak kongenital yang paling umum termasuk infeksi intrauterin, gangguan metabolisme, dan sindrom genetik ditransmisikan. Sepertiga dari katarak pediatrik sporadis, mereka tidak berhubungan dengan penyakit sistemik atau mata.
Namun, mereka mungkin mutasi spontan dan dapat menyebabkan pembentukan katarak pada keturunannya pasien. Sebanyak 23% dari katarak kongenital adalah familial. Cara transmisi yang paling sering adalah autosomal dominan dengan penetrasi yang lengkap.
Jenis katarak mungkin muncul sebagai katarak total, katarak polar, katarak lamelar, atau opasitas nuklear. Semua anggota keluarga dekat harus diperiksa. Infeksi penyebab katarak termasuk rubella (yang paling umum), rubeola, cacar air, cytomegalovirus, herpes simplex, herpes zoster, poliomyelitis, influenza, virus EpsteinBarr, sifilis, dan toksoplasmosis.2
Penyebab terjadinya katarak senilis hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Patofisiologi di balik terjadinya katarak senilis amat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti.
Namun ada beberapa kemungkinan di antaranya terkait usia lensa mata yang membuat berat dan ketebalannya bertambah, sementara kekuatannya menurun.3
D. KLASIFIKASI
Katarak dapat diklasifikasikan menurut beberapa aspek, yaitu : i. Menurut usia :
1) Katarak kongenital ( terlihat pada usia dibawah 1 tahun ) 2) Katarak juvenil ( terlihat sesudah usia 1 tahun )
3) Katarak senile ( setelah usia 50 tahun ) ii. Menurut lokasi kekeruhan lensa :
1) Nuklear 2) Kortikal
3) Subkapsular (posterior/anterior) jarang iii. Menurut derajat kekeruhan lensa :
1) Insipien 2) Imatur 3) Matur 4) Hipermatur
iv. Menurut etiologi : 1) Katarak primer 2) Katarak sekunder
a. Katarak Menurut Usia i. Katarak Kongenital
Katarak Kongenital katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Kekeruhan sebagian pada lensa yang sudah didapatkan pada waktu lahir umumnya tidak meluas dan jarang sekali mengakibatkan keruhnya seluruh lensa. Letak kekeruhan tergantung pada saat mana terjadi gangguan pada kehidupan janin.
ii. Katarak Juvenil
Katarak juvenil adalah katarak yang lunak dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuknya pada usia lebih dari 1 tahun dan kurang dari 50 tahun.
Merupakan katarak yang terjadi pada anak-anak sesudah lahir yaitu kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat-serat lensa sehingga biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut sebagai soft cataract. Biasanya katarak juvenil merupakan bagian dari suatu gejala penyakit keturunan lain. Pembedahan dilakukan bila kataraknya diperkirakan akan menimbulkan ambliopia.
Tindakan untuk memperbaiki tajam penglihatan ialah pembedahan.
Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan seduah mengganggu pekerjaan sehari-hari. Hasil tindakan pembedahan sangat bergantung pada usia penderita, bentuk katarak apakah mengenai seluruh lensa atau sebagian lensa apakah disertai kelainan lain pada saat timbulnya katarak, makin lama lensa menutupi media penglihatan menambah kemungkinan ambliopia.
iii. Katarak Senil
Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun kadang-kadang pada usia 40 tahun. Perubahan yang tampak ialah bertambah tebalnya nukleus dengan berkembangnya lapisan korteks lensa. Secara klinis, proses ketuaan lensa sudah tampak sejak terjadi