• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Infeksi kulit kepala yang disebabkan oleh kutu rambut disebut dengan Pedikulosis. Hal ini sesuai Sari & Fatriyadi (2016) Pediculosis adalah salah satu penyakit kulit kepala yang disebabkan oleh kutu rambut (Pediculus humanus).

Kasus seseorang yang terinfeksi kutu rambut masih cukup tinggi dibeberapa negara, hal ini sesuai dengan dengan pernyataan Bartosik, Buczek, Zając, & Kulisz (2015) yang mengatakan bahwa prevalensi orang yang terkena kutu rambut cukup tinggi di beberapa negara, baik negara maju maupun negara berkembang, seperti di Amerika Serikat Pediculosis menyerang 6-12 juta orang setiap tahunnya, di Turki sekitar 69,5% dan Libya 78,6%. Kasus pedikulosis di Indonesia paling banyak ditemukan pada anak usia belajar, hal ini sesuai dengan pernyataan Eliska (2015) yang mengatakan bahwa prevalensi di negara Indonesia di perkirakan sekitar 15%

anak usia belajar terinfeksi Pediculosis Data jumlah orang yang terinfeksi Pediculus humanus di Indonesia belum dapat dipastikan dengan jelas, hal ini dikarenakan penderita menganggap kutu rambut adalah hal yang biasa, sehingga tidak segera ditangani dan menyebabkan timbulnya beberapa penyakit seperti relapsing fever karena adanya infeksi pada kulit kepala penderita (Public School NSW, 2013).

Kutu rambut menyerap darah manusia kurang lebih 0,008 ml darah/hari, sesuai dengan penelitian Speare (2005) yang mengatakan bahwa jumlah darah yang diserap oleh 30 kutu rambut kutu (10 betina, 10 jantan dan 10 nimfa) selama tiga kali makan ialah 0,008 ml darah/hari. Speare (2005) juga mengatakan bahwa anak yang terinfeksi kutu rambut paling parah dengan kutu yang berhasil diamati sebanyak 2.657 kutu, anak tersebut diperkirakan kehilangan darah 0,7 ml/hari atau 20 ml/bulan jika kutu tersebut makan hanya 3 kali setiap harinya, namun jika kutu rambut makan lebih dari 3 kali sehari dan terkena Pediculosis akut maka berpotensi tinggi untuk terkena anemia. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nindia (2016) yang menyatakan bahwa keberadaan kutu rambut di kepala manusia dapat menyebabkan

(2)

kekurangan zat besi maupun anemia. Kasus infeksi kutu rambut dijelaskan oleh Ansyah (2013) menyatakan bahwa sebagian besar umur responden yang terinfeksi kutu rambut adalah usia 12 tahun yaitu sebesar 44 responden sekitar 64,7%, angka kejadian kutu rambut ini hampir merata pada setiap kelompok umur. Berdasarkan hal dapat disimpulkan bahwa umur bukanlah faktor yang menjadi penyebab seseorang terkena kutu rambut. Pediculosis paling banyak menyerang anak-anak sekolah dan remaja yang memiliki personal hygiene yang rendah, terutama mereka yang bertempat tinggal dalam satu rumah, asrama, pondok pesantren maupun panti asuhan, sehinga penyebaran kutu rambut dapat terjadi dengan mudah cepat (Handoko, 2007). Berdasarkan hal inilah dapat disimpulkan bahwa faktor yang menyebabkan seseorang terkena kutu rambut ialah kurangnya menjaga kebersihan diri.

Kutu rambut merupakah golongan serangga yang bersifat parasit yang hidupnya menempel dikulit kepala manusia. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ansyah (2013) yang menyatakan bahwa Pediculus humanus merupakan salah satu serangga parasit yang hidup di bagian kepala dengan cara menghisap darah manusia. Kutu rambut ini memiliki siklus hidup tidak sempurna, hal ini sama dengan pernyataan Yuniaswan et al (2020) yang mengatakan bahwa kutu rambut memiliki siklus hidup hemimetabolus yang terdiri dari fase telur, fase nimfa dan fase dewasa, kemudian kutu betina yang sudah dibuahi akan akan meletakkan telur-telurnya di batang rambut dengan perekat khusus yang tidak dapat larut dalam air atau sabun.

Telur kutu rambut biasanya menetas kurang lebih 5-10 hari, sesuai pernyataan Weems & Fasulo (2015) yang mengatakan bahwa telur kutu rambut akan menetas menjadi nimfa dalam waktu 5 – 10 hari, dan nimfa akan mejadi kutu rambut dewasa dalam waktu 7 – 12 hari. Data ini menunjukkan bahwa kutu rambut memiliki proses perkembangbiakan yang cepat sehingga penangannya harus cepat dan menyeluruh.

Penanganan kutu rambut, dapat dilakukan dengan cara mekanik maupun kimia.

Perlakuan secara mekanik dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan rambut serta melakukan penyisiran rambut dengan sisir yang rapat (serit) sedangkan penanganan dengan cara kimiawi dilakukan dengan cara pengaplikasikan obat kutu (Alatas, 2013).

(3)

Era modern ini telah muncul berbagai jenis obat kutu di pasaran. Obat kutu yang beredar di pasaran banyak mengandung bahan kimia sintestis. Beberapa produk obat kutu yang beredar di pasaran banyak mengandung Permenthrin, Lindane dan DDT, sedangkan produk yang mengandung Permenthrin, Lindane dan DDT bersifat toxic bagi manusia dan tidak mudah terurai di lingkungan (Rahayu, 2016). Penggunaan insektisida berbahan sintetis ini diyakini dapat membasmi kutu rambut secara cepat namun memiliki dampak yang buruk bagi kesehatan manusia dan lingkungan apabila digunakan secara berlebihan (Hakim, Sulaiman, & Pratiwi, 2018). WHO (World Health Organization) mengatakan bahwa terdapat 44.000- 2.000.000 orang dalam setiap tahunnya yang mengalami kasus keracunan akibat insektisida sintetis (Yenie, 2013). Berdasarkan tingginya dampak negatif dari penggunaan insektisida berbahan sintetis inilah maka diperlukan adanya alternatif lain untuk membasmi kutu rambut yaitu dengan menggunakan insektisida alami.

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam termasuk didalamnya adalah tanaman obat. Tanaman obat dapat dijadikan sebagai ramuan atau obat tradisional. Berdasarkan pengalaman turun-temurun, penggunaan obat tradisional relatif lebih aman digunakan atau dikonsumsi, walaupun demikian perlu dilakukan pembuktian secara ilmiah (Suharmiati dan Handayani, 2006). Tanaman obat yang daunnya dapat dimanfaatkan untuk membasmi kutu rambut salah satunya adalah daun tanaman sirsak.Tanaman sirsak merupakan salah satu tanaman yang banyak mengandung senyawa metabolit sekunder yang berfungsi sebagai insektisida. Daun tanaman asli Amerika tropis ini mengandung saponin yang bersifat insektida, sehingga dapat digunakan sebagai obat anti kutu rambut (Kumar, 2007). Penelitian Julaily, Mukarlina & Setyawati (2013) juga mengatakan bahwa ekstrak daun pepaya (Carica papaya) juga merupakan salah satu bahan alami dengan kandungan Papain dan Kimopapain serta alkaloid, terpenoid dan Flavonoid yang bersifat racun bagi serangga, sehingga dapat dijadikan sebagai insektisida yang efektif membunuh serangga dan aman bagi lingkungan.

(4)

Berdasarkan penelitian yang sudah ada mengenai insektisida nabati pembasmi kutu rambut, seperti pada penelitian Sulis (2017) didapatkan hasil bahwa ekstrak daun sirsak konsentrasi 100% efektif membunuh kutu rambut. Penelitian lain yaitu penelitian Julaily, Mukarlina & Setyawati (2013) mengatakan bahwa ekstrak daun pepaya konsentrasi 100% efektif dalam mematikan hama pada tanaman sawi.

Bahan insektisida lain untuk membasmi kutu rambut adalah bawang putih, seperti ada pada penelitian Cahyaningrum (2018) mengatakan bahwa ekstrak bawang putih juga efektif untuk membasmi kutu rambut, kesimpulan hasil penelitian tersebut mengatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak bawang putih maka daya kerja ekstrak dalam membunuh kutu rambut akan semakin efektif. Penggunaan satu bahan dalam pembuatan insektisida nabati tentu akan menimbulkan keterbatasan bahan pada satu jenis tanaman, sehingga perlu alternatif lain seperti mengkombinasi dua jenis bahan baku tanaman sebagai insektisida nabati untuk mengatasi hal tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dadang & Prijono (2008) yang mengatakan bahwa pemanfaatan insektisida nabati dengan 2 atau 3 jenis kombinasi tumbuhan, dapat mengurangi ketergantungan pada satu jenis tumbuhan sebagai bahan baku serta mampu mengatasi keterbatasan bahan baku pada tingkat petani.

Berdasarkan hal inilah pengujian kombinasi dua jenis tanaman dalam perlu dilakukan. Bahan yang akan digunakan adalah daun tanaman sirsak dan pepaya.

Pemilihan kombinasi daun sirsak dan daun pepaya dilakukan karena masih minimnya penelitian mengenai pengujian kombinasi keduanya sebagai insektisida pembasmi kutu rambut. Penelitian-penelitian sebelumnya, biasanya para peneliti lebih dominan menggunakan satu jenis bahan saja serta pada lebih cenderung memilih menggunakan ekstrak tanaman dari pada filtrat tanaman. Metode pembuatan ekstrak tanaman membutuhkan alat-alat khusus, tahapannya lebih panjang sehingga harus dilakukan di Laboratorium khusus dan membutuhkan biaya, hal ini sesuai dengan pernyataan Watson (2005) Kekurangan dari penggunaan ekstrak ialah metode dan pelarut yang digunakan harus tepat dan harus menggunaakan alat-alat khusus, sehingga perlu biaya dan tidak mudah, sedangkan filtrat menggunakan metode dan alat yang lebih mudah serta sederhana.

Berdasarkan hal inilah peneliti ingin melakukan pengujian mengenai filtrat daun

(5)

sirsak dan dikombinasikan dengan filtrat daun papaya untuk membasmi kutu rambut, sehingga diharapkan dapat menjadi alternatif untuk membasmi kutu rambut dengan mudah dalam segi pembuatan, lebih hemat dalam segi biaya serta lebih aman bagi manusia dan lingkungan sekitar.

Hasil penelitian ini harapannya dapat dijadikan sumber belajar bagi orang yang membaca, sehingga dapat memberi manfaat bagi orang lain. Bagi masyarakat luas penelitian ini hanya sebatas pengetahuan cara mengobati orang yang terinfeksi kutu rambut, sehingga menjadi kurang tepat sasaran jika hanya diperuntukkan untuk masyarakat. Berdasarkan hal tersebut sasaran dari pemanfaatan sumber belajar ini harus tepat agar tidak hanya sebatas memberikan informasi tetapi diterapkan untuk proses pembelajaran sehingga kegiatan belajar-mengajar menjadi lebih inovatif.

Berdasarkan hal ini hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber belajar khususnya bagi masyarakat akademik seperti siswa disekolah, supaya siswa dapat mempelajari hal yang tidak tertuliskan dengan jelas dalam buku pelajaran. Harapannya siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan cara yang lebih inovatif sehingga tidak membosankan. Inovasi ini dapat dilakukan dalam proses pelaksanaan maupun sumber belajarnya. Berdasarkan permasalahan inilah maka penelitian mengenai

“Uji Efektivitas Insektisida Nabati Filtrat Daun Annona muricata Dan Carica papaya terhadap Mortalitas Pediculus humanus Secara Invitro Sebagai

Sumber Belajar Biologi” penting untuk laksanakan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1.2.1 Adakah pengaruh pemberian kombinasi jenis insektisida nabati berbagai perbandingan konsentrasi terhadap mortalitas kutu rambut (Pediculus humanus)?

1.2.2 Adakah perbedaan hasil yang perbedaan yang signifikan pada pemberian kombinasi jenis insektisida nabati berbagai perbandingan konsentrasi terhadap mortalitas kutu rambut (Pediculus humanus)?

(6)

1.2.3 Bagaimana bentuk sumber belajar yang dihasilkan pada penelitian Uji Efektivitas Insektisida Nabati Daun Annona muricata Dan Carica papaya Terhadap Mortalitas Pediculus humanus Secara In Vitro Sebagai Sumber Belajar Biologi?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1.3.1 Mengetahui pengaruh pemberian kombinasi jenis insektisida nabati berbagai perbandingan konsentrasi terhadap mortalitas kutu rambut (Pediculus humanus).

1.3.2 Mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil yang signifikan pada pemberian kombinasi jenis insektisida nabati berbagai perbandingan konsentrasi terhadap mortalitas kutu rambut (Pediculus humanus)?

1.3.3 Mengetahui bentuk sumber belajar yang dihasilkan pada penelitian Uji Efektivitas Insektisida Nabati Daun Annona muricata Dan Carica papaya Terhadap Mortalitas Pediculus humanus Secara In Vitro Sebagai Sumber Belajar Biologi

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1.4.1 Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengembangan ilmu khususnya yang berkaitan langsung dengan insektisida nabati pembasmi kutu rambut, sehingga dapat memperluas penerapan keilmuan para pengembang ilmu tentang manfaat tanaman obat keluarga dalam kehidupan sehari-hari.

1.4.2 Secara Praktis

a. Manfaat bagi peneliti, yaitu untuk menambah pengetahuan serta pengalaman dalam penerapan terhadap masalah yang dihadapi secara nyata.

b. Manfaat bagi guru, yaitu diharapkan dengan adanya hasil penelitian dapat dijadikan bahan untuk disosialisasikan pada peserta didik

(7)

sehingga menambah wawasan peserta didik, khususnya dalam masalah kutu rambut dan cara penanganannya.

c. Manfaat bagi peserta didik, yaitu sebagai pedoman bagi siswa untuk menghadapi permasalahan seperti infeksi kutu rambut serta cara penangannya.

d. Manfaat bagi masyarakat, sebagai sumber informasi serta masukan tentang bagaimana cara penanganan kutu rambut dengan meminimalisir resiko keracunan yaitu dengan cara penggunaan bahan alami yang mudah ditemukan dan dibuat oleh masyarakat setempat.

1.5 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini ialah:

1.5.1 Penelitian ini hanya meneliti bagaimana efek dari pemberian kombinasi jenis insektisida nabati berbagai perbandingan konsentrasi (1:2, 1:1 dan 2:1) terhadap mortalitas kutu rambut (Pediculus humanus).

1.5.2 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kombinasi jenis insektisida nabati pada perbandingan berapakah yang paling efektif untuk membasmi kutu rambut.

1.6 Definisi Istilah 1.6.1 Efektivitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Efektif memiliki arti ada pengaruh, ada efek, ada akibat atau dapat memberikan hasil.

1.6.2 Insektisida nabati

Insektisida nabati merupakan alternatif untuk mengendalikan serangga parasit. Insektisida alami relatif mudah didapat karena memanfaatkan bahan alam, aman terhadap lingkungan, mudah terurai dialam sehingga tidak menimbulkan efek samping. Insektisida nabati adalah bahan aktif tunggal maupun majemuk yang berasal dari tumbuhan untuk mengendalikan organisme pengganggu (Setiawati et all, 2008).

(8)

1.6.3 Daun Sirsak (Annona muricata)

Tanaman sisak (Annona muricata) merupakan salah satu jenis tanaman buah yang banyak tumbuh di Indonesia. Tanaman sirsak terogolong dalam famili Annonaceae dan dikenal dapat digunakan sebagai insektisida nabati.

Senyawa utama yang terkandung didalam daun sirsak adalah acimicin, bulatacin dan squamosin yang termasuk senyawa dari golongan acetogenin yang bersifat sitotoksik yang dapat menyebabkan kematian sel (Sulis, Sasongkowati & Mutiarawati, 2017).

1.6.4 Daun Pepaya (Carica papaya)

Tanaman papaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah dari family Caricaceae yang berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat bahkan dikawasan sekitar Meksiko dan Costa Rica. Ekstrak daun pepaya (Carica papaya) merupakan salah satu bahan alami dengan kandungan Papain dan Kimopapain serta alkaloid, terpenoid, Flavonoid dan asam amino non protein yang sangat beracun bagi serangga, sehingga dapat dijadikan sebagai insektisida yang efektif membunuh serangga dan aman bagi lingkungan (Julaily, Mukarlina, & Setyawati, 2013).

1.6.5 Mortalitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mortalitas memiliki arti kematian, rata-rata kematian atau proporsi kematian suatu penduduk atau populasi.

1.6.6 Filtrat

Suatu bahan atau zat yang bisa larut atau bisa melewati proses penyaringan.

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut menunjukkan bahwa potensi pertumbuhan tunas pada bibit okulasi dini menggunakan mata tunas cabang primer dari tanaman entres usia muda jauh lebih

[r]

Hal ini disebabkan karena pada media peta konsep siswa menyusun konsep yang tersedia ke dalam bagan jika siswa tidak memahami akan mengalami kesulitan

Tak lupa penulis sampaikan terima kasih yang sebesarnya kepada Kepala Sekolah Islam Terpadu (SIT) Sahabat Alam Palangka Raya, Rizqi Tajuddin, S.. dan tim LSC yang telah

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang berjudul “Uji Bioekivalensi

Untuk itu guna mengantisipasi akan adanya kegagalan proses maka PT.XYZ menerapkan Quality management System ISO/TS 16949 dengan tools yang digunakan seperti FMEA (

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kapasitas teknis penggunaan panel surya pada gedung perkuliahan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNS dan mengukur tingkat

Berdasarkan pada perangkat MAIN dengan 16 turunan dimensinya, maka kita dapat melihat gratifikasi apa yang paling banyak dicari pengguna situs untuk media musik