5 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori
1. Hypnobirthing
Di Indonesia metode hypnobirthing dipopulerkan oleh Lanny Kuswandi dari klinik keluarga Pro-revital Jakarta pada tahun 2002. Kuswandi bersama tim hypnobirthing dari Pro-Vclinic Jakarta sedang berupaya menyebarluaskan ilmu hypnobirthing kepada tenaga kesehatan di seluruh Indonesia. Dari hasil evaluasi laporan yang selalu dikirimkan oleh tenaga medis yang sudah melakukan pelatihan hypnobirthing, mereka merasakan manfaat, baik bagi diri sendiri, keluarga ibu bersalin, dan ibu bersalin (Kuswandi, 2011).
Hypnobirthing berasal dari kata hipnosis dan birthing. Hipnosis yang berasal dari kata hypnos (bahasa Yunani) adalah nama dewi tidur yang artinya adalah pikiran yang tenang. Sedangakan kata birthing berarti proses persalinan. Banyak yang berasumsi bahwa hypnobirthing berhubungan dengan sihir. Metode hypnobirthing dikembangkan oleh Marie Mongan pada tahun 1959 berdasarkan teori bapak kelahiran alami dari Inggris yaitu Dr. Grantley Dick- Read. Hypnobirthing adalah upaya alami menanamkan niat/ sugesti positif kepikiran bawah sadar untuk menghadapi persalinan dengan tenang, sadar dan tanpa rasa sakit (Andriana, 2014).
Metode relaksasi hypnobirthing merupakan salah satu teknik swasugesti dalam menghadapi dan menjalankan kehamilan serta persiapan melahirkan sehinga para wanita hamil mampu melewati masa kehamilan dan persalinannya dengan cara alami, lancar, nyaman dan tanpa rasa sakit. Lebih penting lagi adalah untuk kesehatan jiwa
commit to user
6
bayi yang dikandungnya. Hypnobirthing mengajarkan ibu hamil untuk menyatu dengan gerak ritme tubuh yang alami saat menjalani proses melahirkan, membiarkan tubuh mampu berfungsi sebagaimana seharusnya sehingga rasa sakit menghilang (Mongan, 2010).
Melalui latihan-latihan yang diberikan oleh bidan atau dokter dengan hypnobirthing, wanita hamil bisa mengkondisikan tubuh dan jiwa/ pikiran secara harmonis selama kehamilan sampai memersiapkan diri menghadapi proses persalinan. Dengan demikian, tercipta rasa tenang dan rasa yakin bahwa tubuhnya akan mampu bergfungsi secara alami dalam proses tersebut. Setelah belajar memasuki kondisi relaksasi yang dalam, wanita hamil akan mampu menetralisir rekaman negatif yang ada di alam bawah sadarnya serta menggantinya dengan memasukkan program positif (O’neill, 2002).
Keyakinan bahwa semua proses persalinan menyakitkan adalah awal terciptanya sindrom fear-tension-pain (saat ibu merasa takut, tubuh tegang dan kontraksi persalinan terasa sakit). Padahal sejatinya, tubuh seorang wanita dirancang sempurna untuk melahirkan bayi secara tenang dan nyaman.
a. Cara kerja hypnobirthing:
Menurut Aprillia (2010) manusia dideskripsikan seperti komputer, peran rohani sebagai programer yang mempunyai kemampuan untuk memprogram (menanamkan niat/program/sugesti) ke pikiran/jiwa bawah sadar yang berfungsi sebagai penyimpan data. Sedangkan otak limbik berperan sebagi monitor. Hasil dari semuanya tampak pada jasmani manusia. Secara garis besar, membagi tubuh manusia menjadi badan kasar dan badan halus. Badan kasar yaitu tubuh seluler
commit to user
7
dan dapat dilihat melalui indra penglihatan, sedangkan badan halus yaitu berupa aura dan cakra dan tidak bisa dilihat dengan kasat mata kecuali orang tertentu tetapi bisa dirasakan dan dapat dideteksi dengan alat. Satu energi yang tersimpan dalam badan halus yang juga berperan sebagai penyimpan data adalah energi elektromagnetik. Energi elektromagnetik ini terdapat di aura dan cakra
Program Disket Printer
Gambar 2.1: Cara kerja hypnobirthing
b. Teknik dasar hypnobirthing antara lain : relaksasi dan afirmasi, visualisasi, komunikasi dengan janin, dan pendalaman.
c. Syarat dari hypnobirthing antara lain: santai, repetisi, niat positif.
Hukum dari alam bawah sadar yakni apapun yang dipikirkan, tubuh dapat menciptakan dan memberikan sesuai dengan yang dipikirkan. Apabila pikiran positif, tubuh juga akan memberikan dampak yang positif juga, dan begitu juga sebaliknya (Aprillia, 2010).
Gambar 2.2 : Hukum alam bawah sadar.
Sugesti kata-
kata pemikiran Perasaan Keyakinan Perilaku Kegagalan atau keberhasilan Rohani dan Jasmani
Halus Kasar
commit to user
8
Gambar 2.3: Nyeri persalinan.
Emosi ibu hamil tidak melewati plasenta, tetapi hormon ibu yang melakukannya. Ibu yang stres akan menghasilkan hormon katekolamin yang berlimpah yang berdampak pada emosi. Bahan pemicu stres ini akan melewati plasenta dan membuat sistem tubuh “merasa takut”. Jika terjadi terus- menerus janin terbiasa stres dan akan terlahir demikinan dan akhirnya mengalami gangguan emosi dan pencernaan (Mander, 2004). Menurut Aprillia (2011) manfaat hypnobirthing sebagai berikut:
d. Manfaat untuk ibu setelah belajar hypnobirthing:
1) Manfaat untuk ibu, antara lain: (1) Cara alami mengurangi rasa sakit dan keluhan saat hamil dan bersalin; (2) Mengurangi rasa mual, muntah, dan pusing di trimester pertama; (3) Tidak memiliki efek samping terhadap bayi; (4) Mengurangi stres; (5) Membuat ibu lebih tenang dan siap secara psikis; (6) Menghilangkan rasa takut, tegang dan cemas; (7) Mengurangi resiko komplikasi; (8) Membantu posisi janin yang sungsang, lintang, ataupun lilitan tali pusat ke posisi normal; (9) Meningkatkan ikatan batin ibu terhadap bayi dan
Stress Tubuh defensif
Nyeri
1. Rahim tegang 2. Aliran darah
berkurang
3. Arteri menyempit
Hormon stressor (katekolamin dan adrenalin)
Respon tubuh fight or flight
commit to user
9
suami; (10) Ibu dapat berkomunikasi dengan bayi dalam kandungan; (11) Masa pemulihan masa nifas lebih nyaman; (12) Memperlancar produksi asi.
2) Manfaat menjelang persalinan antara lain : (1) Mengurangi kecemasan serta ketakutan menjelang persalinan yang dapat menyebabkan ketegangan, rasa nyeri, dan sakit saat persalinan; (2) Membuat ibu merasa nyaman, santai, dan aman menjelang persalinan; (3) Membuat ibu mampu mengontrol sensasi rasa sakit pada saat kontraksi rahim; (4) Mengurangi kebutuhan anestesi; (5) Mengurangi kelelahan dan sangat menghemat energi ketika proses persalinan;
(6) Memperlancar proses persalinan; (7) Meningkatkan kadar endorfin dalam tubuh untuk mengurangi rasa nyeri pada saat kontraksi dan mempercepat proses persalinan.
3) Manfaat saat persalinan antara lain: (1) Proses persalinan kala I dan kala II lebih lancar; (2) Mengurangi resiko terjadinya komplikasi dalam pesalinan dan perdarahan; (3) Membantu menjaga suplai oksigen pada bayi selama proses persalinan.
4) Manfaat setelah persalinan antara lain : (1) Meningkatkan ikatan bayi dengan ayah dan ibunya; (2) Mempercepat pemulihan masa nifas; (3) Mencegah depresi pasca persalinan; (4) Meningkatkan produksi asi.
5) Manfaat untuk bayi antara lain: (1) Bayi lebih tenang; (2) Pertumbuhan bayi lebih sehat karena jiwa yang tenang akan memberikan hormon- hormon yang seimbang ke janin lewat plasenta; (3) Bayi lebih pintar dan cerdas.
6) Manfaat untuk suami atau pendamping persalinan antara lain : (1) Suami atau pendamping persalinan menjadi lebih tenang dalam mendampingi proses
commit to user
10
persalinan; (2) Emosi suami akan menjadi lebih stabil; (3) Membantu memperbaiki dan memperkuat hubungan dan ikatan batin antara istri, suami serta bayi yang dikandung; (4) Ikatan positif dan tenang yang dimiliki oleh suami atau pendamping persalinan akan mempengaruhi ibu bersalin dan orang- orang disekitarnya.
7) Manfaat untuk dokter dan bidan antara lain: (1) Lebih fokus bekerja karena tidak perlu menghadapi emosi labil bersalin ibu yang akan melahirkan; (2) Kemungkinan timbulnya komplikasi dan masalah saat proses persalinan sangat kecil; (3) Lebih mudah menangani ibu hamil karena lebih tenang dan nyaman saat bersalin.
e. Isi dari kelas hypnobirthing 1) Edukasi persalinan
Menurut Winkjosastro (2005) persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Menurut Whalley (2008) persalinan adalah usaha yang dilakukan oleh rahim ketika bayi akan dilahirkan. Selama persalinan, rahim berkotraksi dan mendorong bayi ke bawah sampai leher rahim. Setelah leher rahim membuka lengkap, kontraksi dan dorongan akan menggerakkan bayi ke bawah dan keluar dari jalan lahir.
Menurut buku pelayanan kesehatan (2001) persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 minggu sampai 41 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
commit to user
11
kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. Menurut Mochtar (1998), proses persalinan dibagi menjadi 4 kala, yaitu:
a) Kala I. Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks berlangung antara 0 cm sampai 10 cm. Proses pembukaan serviks sebagai akibat dari kontraksi uterus dibagi menjadi 2 fase, yaitu:
1) Fase laten adalah periode waktu dari awal kontraksi uterus hingga pembukaa 3 cm. Kontraksi menjadi lebih stabil selama fase laten seiring dengan peningkatan frekuensi, durasi, dan intensitas dari mulai terjadi setiap 10- 20 menit, berlangsung 15- 20 detik hingga setiap 5-7 menit dan berlangsung 30-40 detik.
2) Fase aktif adalah periode waktu dari pembukaan 4 cm hingga 10 cm.
Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat yaitu 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih.
b) Kala II. Kala II ditandai dengan dilataasi servik lengkap (10 cm) dan diakhiri dengan kelahiran bayi (pada primiravida 1,5- 2 jam dan multigravida sekitar 0,5- 1 jam). Pada kala pengeluaran janin, kontraksi terkoordinir kuat, cepat dan lebih lama kira- kira 2-3 menit sekali. Karena kepala janin telah turun, masuk ruang panggul sehingga terjadi tekanan pada otot- otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa meneran/ mengejan. Oleh karena
commit to user
12
tekanan pada rektum, maka ibu terasa seperti ingin BAB dan anus tampak membuka.
c) Kala III. Kala III disebut juga kala uri, yaitu pelepasan plasenta dari dinding uterus dan dilahirkan, berlangsung 6-15 menit. Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sejenak, uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul kontraksi pelepasan dan pengeluaran uri atau plasenta yang terdorong kedalam vagina dan akan lahir spontan dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira- kira 100- 200 cc.
d) Kala IV. Kala IV setelah lahirnya plasenta 1-2 jam perlu dilaksanakan pengawasan kontraksi uterus, tanda- tanda vital dan perdarahan. Kala IV juga bisa dilakukan inisiasi menyusu dini (IMD) sebagai acuan dari asuhan sayang ibu dan bayi.
2) Tanda- tanda persalinan
Menurut Prawiroharjo (2004) sebab-sebab mulainya persalinan belum diketahui dengan jelas. Banyak faktor memegang peranan sehingga terjadi persalinan. Menurut Cendika (2010) ada beberapa tanda- tanda awal persalinan, sebagai berikut:
a. Sering buang air kecil.
Kandung kemih yang tertekan karena turunnya bayi ke tulang punggung membuat ibu sering buang air kecil. Perubahan hormon pada masa- masa akhir kehamilan juga meningkatkan aktivitas perut.
commit to user
13 b. Nyeri punggung.
Hal ini letak bayi yang mulai turun dan kepalanya masuk ke panggul.
Biasanya keluhan ini dirasakan saat kehamilan memasuki minggu ke 30.
c. Kontraksi rahim.
Menjelang melahirkan, ibu hamil juga akan mengalami kontraksi yang konsisten (teratur). Kontraksi terjadi pada otot- otot rahim (myometrium) sebagai pengaruh dari meningkatnya produksi hormon oksitosin menjelang persalinan. Kontraksi ini sebagai suatu proses yang mendorong janin untuk keluar secara perlahan melalui uterus bawah hingga akhirnya keluar atau lahir.
d. Keluar lendir darah (bleeding show)
Gumpalan lendir yang menyumbat mulut rahim (mucus plug), akan terlepas bersamaan dengan pemisahan selaput ketuban dari dinding rahim pada saat persalinan nanti dimulai dan membuka pintu rahim. Beberapa pembuluh darah kecil terputus dan menyebabkan terjadinya perdarahan kecil yang bercampur denga lendir. Lendir tersebut keluar melalui vagina.
e. Ketuban pecah.
Desakan kontraksi dan tekanan kepala bayi pada mulut servik menyebabkan membran pecah. Faktor yang mencetuskan ketuban pecah dini adalah riwayat persalinan prematur, ibu yang merokok, dan perdarahan selama kehamilan. Aroma air ketuban manis dan tidak berbau seperti bau amoniak. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran bayi.
commit to user
14 3) Latihan nafas
Menurut Sindhu (2009) teknik pernapasan dasar dari semua teknik nafas yang diterapkan selama hamil yakni pernapasan diafragma. Pernapasan diafrgama adalah latihan pernapasan yang difokuskan pada rongga perut dan rongga dada yang membesar akibat paru- paru terisi udara. Teknik pernapasan diafragma bermanfaat untuk mengaktifkan otot diafragma dan paru- paru bagian bawah, memijat organ perut bagian dalam, melancarkan pencernaan/
mengatasi sembelit, melatih kesadaran pada otot- otot panggul dan meningkatkan ketenangan. Cara melakukan teknik pernapasan diafragma sebagai berikut:
a. Ibu hamil duduk bersila diatas bantal tipis dengan posisi pinggul lebih tinggi dari lutut dan punggung tegak.
b. Letakkan kedua tangan di perut bagian atas atau pada lengkungan perut bagian atas.
c. Tarik nafas melalui hidung dan rasakan perut bagian atas mengembang lembut sehingga mendorong tangan keluar. Saat melakukan ini jaga agar dada dan bahu tetap diam.
d. Buang nafas perlahan dan rasakan perut kembali mengempis.
4) Relaksasi.
Menurut Kuswandi (2011) relaksasi adalah proses melepaskan ketegangan dan mengembalikan keseimbangan baik pikiran maupun tubuh.
Teknik relaksasi sangat penting dalam mengelola stres. Karena stres dikenal berkontribusi bagi perkembangan banyak penyakit, orang perlu penangkal
commit to user
15
pertempuran stres. Bahkan, relaksasi mungkin menjadi salah satu faktor yang paling penting dalam menjaga kesehatan tubuh dan pikiran. Relaksasi yang profesional sangat penting untuk kesehatan dan disarankan terapis harus menggunaan teknik relaksasi untuk mengelola stres, stres tidak hanya dalam kehidupan sehari-hari tetapi juga stres yang disebabkan oleh kondisi kesehatan tiap pasien. Teknik relaksasi dapat menguntungkan baik kesehatan psikologis dan fisik.
Relaksasi adalah suatu bentuk aktivitas yang dapat membantu mengatasi nyeri dan stres. Teknik relaksasi ini melibatkan pergerakan badan secara mudah dan dapat dilakukan dimana saja. Menurut beberapa penelitian orang yang rajin mempraktekkan relaksasi cenderung lebih tenang, lebih mampu mengendalikan emosi dan lebih sehat. Relaksasi membebaskan pikiran dan beban dari ketegangan yang dengan sengaja diupayakan dan dipraktekkan. Kemampuan untuk relaksasi secara sengaja dan sadar dapat dimanfaatkan sebagi pedoman mengurangi ketidaknyamanan atau nyeri. Relaksasi pernapasan biasanya dilakukan selama 15-30 menit (Indiarti, 2009).
5) Pijat akupresur
Menurut Aprillia (2014) akupresur adalah ilmu penyembuhan dari Tionghoa yang sudah ada sejak lebih dari 500 tahun yang lalu. Teknik akupresur dapat mengurangi sensasi- sensasi nyeri melalui peningkatan hormon endorfin, yakni hormon relaksasi yang mampu menghadirkan rasa santai pada tubuh secara alami, memblok rasa nyeri ke otak, menimbulkan dilatasi servik, meningkatkan efektivitas kontraksi uterus, membantu pengeluaran hormon
commit to user
16
penting lainnya seperti pitosin dan oksitosin. Menurut Gach menyatakan bahwa pijat di titik tertentu saat kehamilan bisa untuk mengurangi ketidaknyamanan yang di alami ibu bersalin, mampu memicu dan merangsang pengeluaran hormon oksitosin sehingga merangsang terjadinya kontraksi maupun persalinan. Akupresur tidak mempunyai efek samping, dengan menekan titik- titik selama 1-5 menit secara melingkar.
a. Keuntungan akupresur sebelum dan selama persalinan:
1) Merangsang persalinan normal.
2) Mengurangi rasa sakit selama persalinan.
3) Memperkuat kontraksi.
4) Memperbaiki dilatasi servik 5) Membantu tetap tenang dan santai.
6) Mempercepat penurunan kepala janin.
7) Menghentikan mual dan muntah.
b. Letak titik- titik akupresur:
1) He Ku (LI 4/ kumpulan lembah)
Letak titiknya di antara pangkal tulang jempol tangan dan pangkal tulang telunjuk tangan. Memijat daerah disekitar jempol dan jari telunjuk, untuk menambah kontraksi pada rahim dipijat searah jarum jam sebanyak 20-30 kali, untuk mengurangi kontraksi di rahim bisa dipijat berbalik arah jarum jam sebanyak 20-30 kali.
commit to user
17
2) Pemijatan di daerah sepanjang 1-2 cm disamping kanan dan kiri tulang belakang, dengan gerakan memutar searah jarum jam sebanyak 20-30 kali putaran.
3) Dilakukan pemijatan searah jarum jam sebanyak 20-30 kali didaerah sekitar tulang ekor (coccyx).
4) San Yin Ciao (SP 6)
Letak titiknya di empat jari di atas mata kaki dalam sisi dalam tulang kering dan 3 jari diatas mata kaki bagian dalam, dipijat searah jarum jam sebanyak 20-30 kali.
6) Pijat perineum
Menurut Shorten et al (2002) perineum atau kerampang adalah daerah antara vagina dan anus. Daerah ini merupakan jaringan yang banyak ujung sel- sel saraf sehingga sangat peka terhadap sentuhan dan cenderung mengalami perobekan saat berlangsungnya proses persalinan alami. Ketika mengalami robekan, baik yang robek alami ataupun di episiotomi, dapat mengganggu fungsi dasar otot panggul sehingga menurunkan kualitas hidup ibu setelah melahirkan. Misalnya, ibu jadi tidak mampu mengontrol buang air besar (BAK) dan buang air kecil (BAB) karena ada beberapa saraf atau bahkan otot yang terluka robekan itu. Untuk mencegahnya maka diupayakan dengan cara pemijatan di daerah perineum.
Menurut Labrecque (2014) melakukan riset tentang efektivitas dan manfaat pijat perineum dalam terjadinya perobekan perineum serta mengurangi intervensi episiotomi pada proses persalinan normal. Labrecque mencatat, ibu-
commit to user
18
ibu yang rajin melakukan pijat perineum sejak 3 bulan sebelum hari persalinannya, terbukti hampir tidak ada yang memerlukan episiotomi.
Kalaupun terjadi robekan perineum itupun terjadi secara alami dan luka robekan cepat sembuh. Manfaat pijat perineum antara lain:
a. Membantu otot- otot perineum dan vagina menjadi elastis sehingga memperkecil resiko robekan dan episiotomi.
b. Melancarkan aliran darah di daerah perineum dan vagina, serta aliran hormon yang membantu melemaskan otot- otot di sekitar jalan lahir setelah bersalin.
c. Mempercepat pemulihan jaringan dan otot- otot di sekitar jalan lahir setelah bersalin.
d. Membantu ibu mengontrol diri saat mengejan.
e. Meningkatkan kedekatan hubungan dengan pasangan, karena pijat perineum dilakukan suami dan istri.
1) Persiapan pijat perineum antara lain:
(a) Minyak hangat seperti minyak gandum yang kaya vitamin E, virgin coconut oil (VCO) dan jelly KY. Jangan menggunakan baby oil, minyak larutan mineral, jelly petroleum, hand body, atau minyak beraroma.
(b) Jam atau penunjuk waktu untuk menghitung lamanya pemijatan.
(c) Beberapa buah bantal untuk pengganjal tubuh.
(d) Rebahkan badan dengan posisi terlentang dan kedua kaki diregangkan.
commit to user
19
(e) Oleskan minyak pada daerah perineum dan jari telunjuk dan jari tengah (bila yang melakukan pijat adalah suami) Atau ibu jari dan peineum (bila ibu melakukannya sendiri).
(f) Usahakan tetap tenang dan santai.
(g) Masukkan ibu jari atau jari tengah dan jari telunjuk dengan posisi ditekuk kedalam perineum, sementara jari- jari yang lain tetap berada diluar vagina.
(h) Pijat perineum dengan tekanan yang sama, dengan arah dari atas ke bawah (menuju anus), lalu ke samping kiri dan kanan secara bersamaan. Jangan memijat terlalu keras karena mengakibatkan pembengkakan pada jaringan perineum. Awalnya, akan terasa otot- otot perineum dalam keadaan masih kencang. Namun, seiring berjalannya waktu dan semakin sering melakukan pemijatan, otot- otot perineum akan mulai lentur (tidak kencang) dan mengendur.
(i) Pijatlah hingga timbul rasa hangat (slight burning).
(j) Lemaskan otot-otot dasar panggul, lalu gerakkan ibu jari atau telunjuk yang berada di dalam vagina membentuk huruf U secara berirama. Lakukan pemijatan dengan sambil mendorong jari ke arah luar dan bawah (ke arah anus), selama 3 menit.
(k) Lakukan pemijatan ke arah luar perineum dengan gerakan seperti proses kepala bayi pada saat akan lahir. Hindari pemijatan ke arah uretra (lubang kencing) karena akan mengakibatkan iritasi.
commit to user
20
(l) Setelah pemijatan selesai lakukan, kompres hangat jaringan perineum selama kurang-lebih 10 menit. Lakukan secara perlahan dan hati-hati.
Kompres hangat ini akan meningkatkan sirkulasi darah sehingga otot-otot di daerah perineum kendur (tidak berkontraksi atau tegang).
Pemijatan perineum sebaiknya sudah mulai dilakukan sejak enam minggu sebelum hari-H persalinan. Lakukanlah pemijatan sebanyak 5-6 kali dalam seminggu secara rutin. Selanjutnya, selama tiga minggu menjelang persalinan, pemijatan dilakukan setiap hari, dengan jadwal sebagai berikut:
a. Minggu pertama, lakukan selama 3 menit.
b. Minggu kedua, lakukan selama 5 menit.
c. Hentikan pemijatan ketika kantung ketuban mulai pecah, terjadi perdarahan dan pada saat proses persalinan sudah dimulai.
d. Jangan lakukan pijat perineum bila Anda mengalami infeksi vagina, vaginistis, infeksi saluran kemih, varises vagina dan herpes genital.
2. Kecemasan
Kecemasan pada ibu hamil trimester III adalah suatu keadaan emosional yang tidak menyenangkan, yang ditandai oleh rasa ketakutan serta gejala fisik yang menegangkan serta tidak diinginkan, yang dialami oleh ibu hamil pada minggu ke- 28 sampai minggu ke-40 kehamilan (Susilowati, 2005). Kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang disertai gejala fisiologis, sedangkan pada gangguan kecemasan terkadang unsur penderitaan
commit to user
21
yang bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut (Direja, 2011).
a. Faktor Pemicu Tingkat Kecemasan.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kecemasan sebelum melahirkan, diantaranya:
(1) Umur
Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa usia muda (<20 tahun) dikaitkan dengan tingkat kecemasan yang lebih tinggi. Usia ibu yang secara garis besar menjadi indikator dalam kedewasaan dalam setiap pengambilan keputusan yang mengacu pada setiap pengalamannya. Usia yang cukup dalam mengawali atau memasuki masa perkawinan dan kehamilan akan membantu seseorang dalam kematangan dalam menghadapi persoalan atau masalah, dalam hal ini menghadapi kehamilan dan perubahan selama hamil.
Demikian sebaliknya dengan usia kurang dari 20 tahun maka kemungkinan kematangan pikiran dan perilaku juga kurang terlebih menghadapi perubahan dan adaptasi selama kehamilan. Karakteristik pada ibu hamil berdasarkan usia sangat berpengaruh terhadap perhatian dalam proses persalinan, dimana semakin muda umur ibu maka semakin kurang perhatian serta pengalaman yang dimiliki ibu hamil karena ketidaksiapan ibu dalam menerima sebuah kehamilan, selain itu usia yang masih muda sistem reproduksi yang belum matang, sehingga akan berisiko terjadi gangguan selama kehamilan. Hal ini akan berdampak pada persiapan persalinan yang minim dan dapat berdampak buruk selama proses persalinan berlangsung(Arch, 2013).
commit to user
22 (2) Pendidikan
Ibu hamil dengan latar belakang pendidikan tinggi cenderung mengalami tingkat kecemasan lebih rendah dibanding ibu hamil dengan latar belakang pendidikan rendah (Dunkel, 2011).
(3) Pendapatan
Pendapatan berupa uang yang mempengaruhi daya beli seseorang untuk membeli sesuatu. Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kuantitas maupun kualitas kesehatan sehingga ada hubungan erat antara pendapatan dengan keadaan sehat seseorang, pendapatan seseorang yang baik tidak menjamin suatu kondisi yang selalu dapat menunjang semua kebutuhan bagi keadaan kesehatan seseorang menjadi memadai atau mencukupi (Supriadi, 2005).
(4) Paritas
Menurut Gurung (2005) ibu multigravida memiliki tingkat kecemasan lebih rendah dibandingkan ibu primigravida. Pengalaman bersalin sebelumnya dapat menurunkan kecemasan dalam menjalani persalinan berikutnya.
(5) Keadaan fisik
Seseorang yang akan mengalami gangguan fisik seperti cidera, operasi, akan mudah mengalami kelelahan fisik sehingga lebih mudah mengalami kecemasan.
(6) Lingkungan dan situasi
Seseorang yang berada di lingkungan asing ternyata lebih mudah mengalami kecemasan dibanding bila dia berada di lingkungan yang biasa dia
tempati. commit to user
23 (7) Usia kehamilan
Pada trimester III, kecemasan menjelang persalinan akan muncul.
Pertanyaan dan bayangan apakah dapat melahirkan normal, cara mengejan, apakah akan terjadi sesuatu saat melahirkan, atau apakah bayi lahir selamat, akan semakin sering muncul dalam benak ibu hamil. Rasa nyeri pada waktu persalinan sudah sejak dahulu menjadi pokok pembicaraan para wanita. Oleh karena itu, banyak calon ibu yang muda belia menghadapi kelahiran anaknya dengan perasaan takut dan cemas.
Dengan makin tuanya kehamilan, maka perhatian dan pikiran ibu hamil mulai tertuju pada sesuatu yang dianggap klimaks, sehingga kegelisahan dan ketakutan yang dialami ibu hamil akan semakin intensif saat menjelang persalinan.
(8) Graviditas
Menurut Bobak (2004) graviditas merupakan frekuensi kehamilan yang pernah ibu alami. Bagi primigravida, kehamilan yang dialaminya merupakan pengalaman pertama kali, sehingga trimester III dirasakan semakin mencemaskan karena semakin dekat dengan proses persalinan. Ibu akan cenderung merasa cemas dengan kehamilannya, merasa gelisah, dan takut menghadapi persalinan, mengingat ketidaktahuan menjadi faktor penunjang terjadinya kecemasan. Sedangkan ibu yang pernah hamil sebelumnya (multigravida), mungkin kecemasan berhubungan dengan pengalaman masa lalu yang pernah dialaminya.
commit to user
24 (9) Tipe Kepribadian
Menurut Saludin (2009) mengemukakan bahwa dengan memahami definitif kepribadian sebagai segala corak kebiasaan manusia yang dihimpun dalam dirinya yang digunakan untuk beraksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan baik yang datang dari lingkungan maupun dari dalam dirinya. Corak kebiasaan itu merupakan suatu kesatuan fungsional yang khas untuk individu tersebut. Perbedaan antara temperamen yang diartikan sebagai emosi dasar yang diturunkan secara genetik sehingga sulit untuk mengubahnya atau bersifat permanen, dengan karakter yang dimaknai sebagai pembentukan oleh lingkungan, yang mana karakter merupakan hasil pembelajaran dari pengalaman hidup antara lain pola asuh yang diterapkan, budaya sekitarnya dan pendidikan yang dialaminya.
b. Kecemasan dalam Menghadapi Persalinan
Ansietas mempunyai efek yang besar baik terhadap kualitas maupun terhadap intensitas pengalaman nyeri. Pasien yang gelisah lebih sensitif terhadap nyeri dan dari apa yang digambarkan, pasien neurotic (yang biasanya mempunyai tingkat ansietas tinggi) mengeluh nyeri lebih sering daripada pasien lain (Niven, 2012).
Menurut Niven (2012) ambang batas nyeri berkurang karena adanya peningkatan rasa cemas dan ansietas menyebabkan terjadinya kebencian pada nyeri yang dirasakan. Ketakutan akan nyeri atau antisipasi terhadap tingkat nyeri yang tinggi akan meningkatkan ansietas, yang sebaliknya akan menyebabkan terjadinya lingkaran yang terus berputar, karena peningkatan ansietas akan
commit to user
25
mengakibatkan peningkatan sensitifitas nyeri. Adapun penyebab kecemasan dalam menghadapi persalinan antara lain, yaitu:
(1) Takut mati
Sekalipun peristiwa kelahiran itu adalah fenomena fisiologis yang normal namun tidak terlepas dari risiko-risiko dan bahaya kematian. Bahkan, pada proses kelahiran yang normal sekalipun senantiasa disertai perdarahan dan kesakitan-kesakitan yang hebat. Peristiwa inilah yang menimbulkan ketakutan- ketakutan, pada khususnya takutmati, baik kematian dirinya sendiri maupun bayi yang akan dilahirkan.
(2) Trauma kelahiran
Berkaitan dengan perasaan takut mati yang ada pada wanita pada saat melahirkan bayinya dan ketakutan lahir (takut dilahirkan di dunia ini) pada anak bayi, yang kita kenal dengan trauma kelahiran.
(3) Perasaan bersalah
Wanita banyak melakukan identifikasi terhadap ibunya dalam semua aktifitas reproduksinya. Jika identifikasi ini menjadi salah dan wanita tersebut banyak mengembangkan mekanisme rasa bersalah dan berdosa terhadap ibunya, maka peristiwa tadi membuat dirinya menjadi tidak mampu berfungsi sebagai ibu yang bahagia sebab selalu saja dibebani atau dikejar-kejar rasa berdosa. Perasaan berdosa terhadap ibu ini erat hubungannya dengan ketakutan akan mati pada saat melahirkan bayinya.
commit to user
26 (4) Ketakutan riil
Pada setiap wanita hamil, kecemasan untuk melahirkan bayinya bisa diperkuat oleh sebab-sebab konkret lainnya. Misalnya, takut bayinya lahir cacat atau lahir dalam kondisi patologis, takut kalau bayinya akan bernasib buruk disebabkan oleh dosa-dosa ibu itu sendiri di masa silam, takut kalau beban hidupnya akan menjadi semakin erat oleh lahirnya sang bayi, munculnya elemen ketakutan yang sangat mendalam dan tidak disadari, kalau ia akan dipisahkan dari bayinya, takut kehilangan bayinya yang sering muncul sejak masa kehamilan.
Persiapan persalinan ibu hamil dalam menghadapi proses persalinannya telah dimulai sejak kehamilan dengan sebaik- baiknya, tidak hanya dari aspek fisiologis tetapi dari aspek psikologis. Peran petugas kesehatan dalam upaya persiapan persalinan sangat diperlukan, pada masa kehamilan harus ditanamkan rasa percaya diri pada ibu hamil dan memberi informasi apa yang harus diketahuinya (Teixeira et al, 2009).
c. Faktor pencetus kecemasan dalam kehamilan.
1) Faktor internal individu dalam merespon terhadap kecemasan ditentukan oleh:
a) Umur
Menurut Prawirohardjo (2008) kehamilan dan persalinan yang aman adalah usia 20-30 tahun, yaitu pada usia reproduksi sehat. Soerang wanita yang umurnya kurang dari 20 tahun mungkin sudah matang secara seksual, namun belum matang secara emosional dan sosial. Usia ikut menentukan tingkat kecemasan, yaitu kecemasan sering terjadi pada golongan usia
commit to user
27
mudanamun belum matang secara emosional dan sosial. Usia ikut menentukan tingkat kecemasan, yaitu kecemasan sering terjadi pada golongan usia muda.
Menurut Hamilton (2005) faktor umur yang muda lebih muda menderita stres daripada umur tua. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa usia muda (< 20 tahun) dikaitkan dengan tingkat kecemasan yang lebih tinggi (Arch, 2013), dan peneliti lain menemukan ada hubungan antara umur ibu dan kecemasan kehamilan (Saisto et al, 2008);
a) Pendidikan.
Menurut Robbins dan Dunkel (2011) ibu hamil dengan latar belakang pendidikan tinggi cenderung mengalami tingkat kecemasan lebih rendah dibanding ibu hamil dengan latar belakang pendidikan rendah. Penelitian yang dilakukan oleh WHO, menyatakan bahwa tingkat pendidikan menengah ke bawah cenderung mendapat kecemasan daripada tingkat pendidikan menengah ke atas. Hal tersebut dikarenakan responden yang berpendidikan menengah ke atas berpikir lebih objektif dan berwawasan luas serta lebih mampu memikirkan penjelasan.
b) Status ekonomi dan pekerjaan.
Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kuantitas maupun kualitas kesehatan sehingga ada hubungan yang erat antara pendapatan dengan keadaan kesehatan seseorang, pendapatan seseorang yang baik tidak menjamin suatu kondisi yang selalu dapat menunjang kebutuhan bagi keadaan kesehatan seseorang menjadi memadai atau
commit to user
28
tercukupi (Supriadi, 2005).Menurut Husodo dalam Sutantinah (2003), menyatakan bahwa pekerjaan juga berpengaruh dalam menentukan stressor seseorang, dimana seseorang yang mempunyai banyak aktivitas bekerja diluar rumah memungkinkan mendapat pengaruh dari teman dan berbagi informasi serta pengalaman orang lain. Hal tersebut dapat mempengaruhi cara pandang seseorang dalam menerima stressor dan mengatasinya;
c) Paritas.
Ibu multigravida memiliki tingkat kecemasan lebih rendah dibandingkan ibu primigravida (Gurung et al, 2009). Menurut Bobak (2004) pengalaman melahirkan sebelumnya dapat menurunkan kecemasan dalam menjalani persalinan berikutnya. Graviditas merupakan frekuensi kehamilan yang pernah ibu alami bagi primigravida kehamilan yang dialaminya merupakan pengalaman pertama kali, sehingga pada trimester III dirasakan semakin mencemaskan karena sudah mendekati proses persalinan. Ibu akan cenderung merasa cemas dengan kehamilannya, merasa gelisah, dan takut menghadapi persalinan, mengingat ketidaktahuan menjadi faktor penunjang terjadinya kecemasan. Sedangkan ibu yang pernah hamil sebelumnya (multigravida), kecemasan berhubungan dengan pengalaman masa lalu yang dialaminya.
d) Potensi stressor
Suatu peristiwa yang menyebabkn perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi atau penyesuaian diri untuk menanggulanginya.
commit to user
29 e) Maturasi (kematangan).
Kematangan kepribadian dari seorang individu akan lebih sulit mengalami gangguan akibat stres, karena mempunyai daya adaptasi yang besar terhadap stressor yang timbul.
f) Kondisi medis.
g) Tipe kepribadian
Meliputi ciri-ciri individu yang mudah mengalami gangguan stres yaitu tidak sabar, kompettitif, ambisius ingin serba sempurna, merasa terburu waktu, sangat setia (berlebihan terhadap pekerjaan), mudah tersinggung, otot-otot mudah tegang.
h) Jenis kelamin umumnya wanita lebih mudah mengalami stres, tetapi usia harapan hidup wanita lebih tinggi dari pada pria.
i) Lingkungan yang dapat mempengaruhi cara berpikir individu tentang diri sendiri maupun orang lain.
2) Faktor eksternal
a) Ancaman terhadap integritas fisik.
Merupakan ketidakmampuan fisiologis atau penurunan kapasitas seseorang untuk melakukan aktifitas sehari-hari, meliputi sumber eksternal bisa disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri, polusi, lingkungan, ancaman keselamatan, injuri, sedangkan sumber internal merupakan kegagalan mekanisme fisik seseorang seperti jantung, sistem imun, termoregulator menurun, perubahan biologis normal seperti kehamilan (Stuart dan Sundeen, 2007).
commit to user
30 b) Ancaman terhadap self esteem.
Merupakan suatu yang terjadi yang dapat merusak identitas harapan diri dan integritas fungsi sosial, meliputi sember eksternal, yaitu berbagai kehilangan seperti kehilangan orang tua, teman dekat, perceraian, perubahan status pekerjaan, pindah rumah, tekanan sosial, sedangkan sumber internal yaitu kesulitan dalam berhubungan interpersonal didalam rumah, ditempat kerja dan didalam masyarakat(Stuart dan Sundeen, 2007).
d. Pengukuran kecemasan
Menurut Hawari (2006) kecemasan dapat diukur dengan menggunakan alat ukur yang disebut HRSA (Hamilton rating scale anxiety).Skala ini adalah pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya simptom pada individu yang mengalami kecemasan. Menurut skala HRSA ada 14 simptom yang nampak pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor antara 0 sampai dengan 4. Skala HRSA pertama kali diperkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standar dalam pengukuran kecemasan terutama pada penelitian trial clinic.
Skala HRSA telah dibuktikan memiliki validitas dan reabilitas cukup tinggi untuk melakukan pengukuran kecemasan pada penelitian trial clinic yaitu 0,93 dan 0,97. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran kecemasan dengan menggunakan HRSA akan diperoleh hasil yang valid dan reliabel. Skala HRSA penilaian kecemasan terdiri dari 14 item, sebagai berikut: pertama, perasaan cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung; kedua,
commit to user
31
ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu; ketiga, ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan takut pada binatang besar;
Keempat, gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak pulas dan bermimpi buruk; kelima, gangguan kecerdasan:
penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit konsentrasi; keenam, perasaan depresi: hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari; ketujuh, gejala somatik: nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil dan kedutan otot; kedelapan, gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, pengelihatan kabur, muka merah dan pucat serta merasa lemah;
Ksembilan, gejala kardiovaskuler: takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras dan detak jantung hilang sekejap; kesepuluh, gejala pernapasan: rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik napas panjang; kesebelas, gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas diperut;
keduabelas, gejala urogenital: sering kencing, tidak dapat menahan kencing, aminore, ereksi lemah atau impotensi; ketigabelas, gejala autonomy: mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma berdiri, pusing atau sakit kepala; keempatbelas, perilaku sewaktu wawancara: gelisah, jari-jari gemetar, mengerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek dan cepat.
commit to user
32
Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori:
0 =tidak ada (tidak ada gejala sama sekali) 1 = ringan (satu dari gejala yang ada) 2 = sedang (separuh dari gejala yang ada) 3 = berat (lebih dari setengah gejala yang ada) 4 = sangat berat (semua gejala ada)
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1-14 dengan hasil:
a) Skor kurang dari 14 = tidak ada kecemasan.
b) Skor 14-20 = kecemasan ringan.
c) Skor 21-27 = kecemasan sedang.
d) Skor 28-41 = kecemasan berat.
e) Skor 42-56 = kecemasan sangat berat.
3. Kesiapan Persalinan
Kesiapan persalinan adalah kemampuan dalam menghadapi persalinan, baik fisik maupun psikologis. Untuk menciptakan kesiapan persalianan, ibu hamil perlu melakukan persiapan persalinan. Persiapan persalinan adalah segala sesuatu yang disiapkan dalam hal menyambut kelahiran anak oleh ibu hamil. Persiapan persalinan pada trimester III meliputi faktor resiko ibu dan janin, perubahan psikologi dan fisiologi, tanda-tanda bahaya dan bagaimana meresponnya, perasaan mengenai melahirkan dan perkembangan bayi, tanda-tanda saat hendak melahirkan, respon
commit to user
33
terhadap kelahiran, ukuran-ukuran kenyamanan situasi kelahiran cesar dan perawatan yang terpusat pada keluarga (Matterson, 2001).
Kesiapan psikologis pada ibu primigravida umumnya belum mempunyai bayangan mengenai kejadian-kejadian yang akan dialami pada akhir kehamilannya saat persalinan terjadi. Salah satu yang harus dipersiapkan ibu menjelang persalinan yaitu menghindari kepanikan dan ketakutan dan bersikap tenang, dimana ibu hamil dapat melalui saat saat persalinan dengan baik dan lebih siap serta meminta dukungan dari orang-orang terdekat, perhatian dan kasih sayang tentu akan membantu memberikan semangat untuk ibu yang akan melahirkan. Keluarga baik dari orang tua maupun suami merupakan bagian terdekat bagi calon ibu yang dapat memberikan pertimbangan serta bantuan sehingga bagi ibu yang akan melahirkan merupakan motivasi tersendiri sehingga lebih tabah dan lebih siap dalam menghadapi persalinan. Dalam mengatasi perasaan takut dalam persalinan, ibu dapat mengatasinya dengan meminta keluarga atau suami untuk memberikan sentuhan kasih sayang, meyakinkan ibu bahwa persalinan dapat berjalan lancar, mengikutsertakan keluarga untuk memberikan dorongan moril, cepat tanggap terhadap keluhan ibu/keluarga serta memberikan bimbingan untuk berdoa sesuai agama dan keyakinan (Sjafriani, 2007).
a. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kesiapan Persalinan (1) Umur
Umur adalah usia ibu yang secara garis besar menjadi indikator dalam kedewasaan dalam setiap pengambilan keputusan yang mengacu pada setiap pengalamannya. Usia yang cukup dalam mengawali atau memasuki masa
commit to user
34
perkawinan dan kehamilan akan membantu seseorang dalam kematangan dalam menghadapi persoalan atau masalah, dalam hal ini menghadapi kehamilan dan perubahan selama hamil. Demikian sebaliknya dengan usia kurang dari 20 tahun maka kemungkinan kematangan pikiran dan perilaku juga kurang terlebih menghadapi perubahan dan adaptasi selama kehamilan.
Karakteristik pada ibu hamil berdasarkan usia sangat berpengaruh terhadap perhatian dalam proses persalinan, dimana semakin muda umur ibu maka semakin kurang perhatian serta pengalaman yang dimiliki ibu hamil karena ketidaksiapan ibu dalam menerima sebuah kehamilan, selain itu usia yang masih muda sistem reproduksi yang belum matang, sehingga akan berisiko terjadi gangguan selama kehamilan. Hal ini akan berdampak pada persiapan persalinan yang minim dan dapat berdampak buruk selama proses persalinan berlangsung (Manuaba, 1998).
(2) Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita (BKKBN, 2006). Paritas akan mempengaruhi ibu dalam mempersiapkan persalinan, ibu yang sudah mempunyai pengalaman melahirkan akan lebih tahu dan paham tentang persiapan yang diperlukan dalam menghadapi persalinan (Putranti, 2014).
(3) Tingkat pendidikan
Menurut Kodyat (1999) tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan tentang persiapan menghadapi persalinan yang mereka peroleh. Dari kepentingan keluarga
commit to user
35
pendidikan itu sendiri amat diperlukan seseorang lebih tanggap adanya persalinan yang bermasalah atau terjadi insiden selama proses persalinan terjadi dan keluarga dapat segera mengambil tindakan secepatnya. Tingkat pendidikan turut menentukan rendah tidaknya seseorang menyerap dan memakai pengetahuan, demikian halnya dengan persiapan menghadapi persalinan yang mereka peroleh.
(4) Pengetahuan
Pengetahuan tentang persalinan yang dimiliki ibu hamil akan menentukan cara pikir dan cara pandangnya tentang persalinan. Semakin banyak pengetahuan yang dimiliki ibu hamil tentang persalinan akan membentuk pikiran yang positif tentang persalinan sehingga ibu lebih siap menghadapi persalinan. Ibu akan menyambut persalinan dengan mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan termasuk menjaga kehamilannya dengan baik dengan melakukan pemeriksaan rutin pada tenaga kesehatan. Ibu akan mematuhi anjuran dari tenaga kesehatan. Hal ini karena ibu tahu bahwa persalinan harus disiapkan sejak masa kehamilan (Putranti, 2014).
(5) Status Pekerjaan
Banyak ibu bekerja mencari nafkah, baik untuk kepentingan sendiri maupun keluarga. Faktor bekerja saja nampaknya belum berperan sebagai timbulnya suatu masalah pada persiapan menghadapi persalinan, dimana kondisi kerja yang menonjol sebagai faktor yang mempengaruhi persiapan menghadapi persalinan karena tersitanya waktu. Pada ibu yang bekerja di luar
commit to user
36
rumah sudah membuat persiapan menghadapi persalinan meski persiapan yang dimiliki terkadang belum sesuai (Depkes RI, 2002).
(6) Kesiapan ekonomi
Keluarga dengan ekonomi siap dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin, merencanakan persalinan pada tenaga kesehatan serta dapat melakukan persiapan lainnya dengan baik. Faktor ekonomi juga dapat menciptakan dampak buruk dengan rendahnya kualitas kesehatan ibu hamil bahkan sebelum kehamilan terjadi (Hasnita, 2011).
(7) Komplikasi Kehamilan
Adanya komplikasi pada masa kehamilan menjadi salah satu faktor yang berhubungan dengan persiapan ibu dalam menghadapi persalinan. Ibu yang mengalami komplikasi pada kehamilannya akan lebih mengusahakan persiapan persalinan untuk menghadapi kemungkinan yang terjadi (Kakaire et al., 2011). Ada beberapa jenis komplikasi dalam kehamilan, yaitu komplikasi langsung, seperti perdarahan, preeklamsi/eklamsi, kelainan letak lintang atau sungsang primigravida, anak besar, hidramnion, kelainan kembar, ketuban pecah dini dalam kehamilan. Komplikasi tidak langsung, seperti penyakit jantung, hepatitis, TBC (tuberkolosis), anemia, malaria, diabetes melitus.
Komplikasi akibat kecelakaan (kendaraan, keracunan, kebakaran) (Mochtar, 2001).
(8) Pemeriksaan Kehamilan
Ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan dengan rutin, diharapkan ibu hamil akan semakin mengerti dan melakukan persiapan
commit to user
37
persalinan (Hailu et al., 2011). Pemeriksaan kehamilan terbukti mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kesehatan mental dan fisik kehamilan, untuk menghadapi persalinan. Dengan pemeriksaan kehamilan dapat diketahui berbagai komplikasi ibu yang dapat mepengaruhi kehamilan atau komplikasi hamil sehingga segera dapat diatasi (Manuaba,1998). Menurut Saifuddin (2002), setiap wanita hamil menghadapi risiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama kehamilan, yaitu satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum minggu ke 14 ), satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28), dan dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan sesudah minggu ke 36).
(9) Dukungan Sosial
Menurut Dimatteo (2006) mendefinisikan dukungan sosial sebagai dukungan atau bantuan yang berasal dari orang lain seperti teman, tetangga, teman kerja dan orang-orang lainnya. Pendapat lain mengungkapkan bahwa dukungan sosial mengacu pada memberikan kenyamanan pada orang lain, merawatnya atau menghargainya (Sarafino, 2006).
Dukungan sosial yang kita terima dapat bersumber dari berbagai pihak.
Orford (2003) membagi sumber-sumber dukungan sosial menjadi 3 kategori, yaitu:
commit to user
38
1) Sumber dukungan sosial yang berasal dari orang-orang yang selalu ada sepanjang hidupnya, yang selalu bersama dengannya dan mendukungnya.
Misalnya keluarga dekat, pasangan (suami atau istri), dan teman dekat.
2) Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sedikit berperan dalam hidupnya dan cenderung mengalami perubahan sesuai dengan waktu. Sumber dukungan ini meliputi teman kerja, sanak keluarga, dan teman sepergaulan.
3) Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sangat jarang memberi dukungan dan memiliki peran yang sangat cepat berubah.
Meliputi dokter, tenaga ahli atau profesional, keluarga jauh.
Menurut Friedman (1998) ada beberapa bentuk dukungan sosial yang berpengaruh terhadap respon individu pada kondisi yang menekan, yaitu:
a) Dukungan praktis (tangible support) atau bantuan-bantuan yang bersifat pelayanan seperti membantu dalam melakukan kegiatan sehari-hari maupun bantuan secara finansial. Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkret, diantaranya bantuan langsung dari orang yang diandalkan seperti materi, tenaga dan sarana. Manfaat dukungan ini adalah mendukung pulihnya energi atau stamina dan semangat yang menurun selain itu individu merasa bahwa masih ada perhatian atau kepedulian dari lingkungan terhadap seseorang yang sedang mengalami kesusahan atau penderitaan.
b) Dukungan informasi (appraisal support) atau suatu bentuk bantuan yang membantu individu dalam memahami kejadian yang menekan dengan lebih
commit to user
39
baik serta memberikan pilihan strategi koping yang harus dilakukan guna menghadapi kejadian tersebut. Keluarga berfungsi sebagai kolektor dan diseminator informasi tentang dunia yang dapat digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stresor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugestiyang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasihat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.
c) Dukungan harga diri (self esteem) atau suatu bentuk bantuan di mana individu merasakan adanya perasaan positif akan dirinya bila dibandingkan keadaan yang dimiliki dengan orang lain, yang membuat individu merasa sejajar dengan orang lain seusianya. Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi masalah serta sebagai sumber validator identitas anggota keluarga, diantaranya memberikan support, pengakuan, penghargaan dan perhatian.
d) Dukungan belonging, suatu bentuk bantuan di mana individu tahu bahwa ada orang lain yang dapat diandalkan ketika ia ingin melakukan suatu kegiatan bersama dengan orang lain. Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Manfaat dari dukungan ini adalah secara emosionalmenjamin nilai-nilai individu (baik pria maupun wanita) akan selalu terjaga kerahasiaannya dari keingintahuan orang lain. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam
commit to user
40
bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian dan mendengarkan serta didengarkan.
B. Penelitian yang Relevan
1. Noftalina. (2013). Dengan judul Perbedaan Antara Tingkat Kecemasan Ibu Bersalin Kala I Yang Menggunakan Metode Hypnobirthing Dengan Yang Tidak Menggunakan Metode Hypnobirthing Pada 2 BPM di Klaten Jawa Tengah.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin di Klinik Bidan Kita dan Klinik Yosi. Responden yang menggunakan hypnobirthing juga memiliki pengalaman yang lebih baik dari persalinan yang lalu setelah menggunakan metode hypnobirthing pada persalinan saat ini yaitu dapat dilihat dengan nilai p = 0.001.
2. Retnowati. (2011) dengan judul Pengaruh Pelatihan Relaksasi Dengan Dzikir Untuk Mengatasi Kecemasan Pada Ibu Hamil Pertama. Tujuan penelitian ini untuk menguji pengaruh program pelatihan relaksasi dengan dzikir untuk mengurangi kecemasan pada ibu hamil. Jenis penelitian eksperimen kuasi dengan desain penelitian the untrreated control group design with dependent pretest and posttest sample dengan sampel ibu hamil primigravida yang dibagi mejadi 2 kelompok yaitu 1 kelompok relaksasi dan 1 kelompok dzikir. Hasil dari penelitian ini adalah kelompok subjek yang mengikuti pelatihan relaksasi dengan dzikir mengalami penurunan kecemasan yang signifikan.
commit to user
41 C. Kerangka Berpikir
Gambar 2.4: Kerangka Berpikir
D. Hipotesis
Hypnobirthing efektif untuk menurunkan tingkat kecemasan dalam menghadapi persalinan.
Hypnobirthing
Edukasi kehamilan dan persalinan
Relaksasi Pijat akupresur Pijat perineum
Tingkat kecemasan Latihan nafas
Pengetahuan persalinan dari
Kala I-IV dan tanda- tanda
persalinan
Pengelolaan stres
Peningkatkan ketenangan
Menciptakan rasa santai pada tubuh secara alami,
memblok rasa nyeri ke
otak.
Menghindari robekan perineum dan
mengurangi intervensi episiotomi
Potensi stresor, maturasi, pendidikan, ekonomi, fisik, tipe kepribadian, lingkungan dan situasi, usia,
ancaman terhadap integrittas fisik, ancaman terhadap self esteem.
commit to user