BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Penelitian Rogers (1974, dalam Notoatmodjo, 2007. hlm.144), menggungkapkan bahwa selama orang mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut menjadi proses yang berurutan, yaitu : Awareness (kesadaran), di mana seseorang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut, di sini sikap subjek sudah mulai timbul.
Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya responden tersebut bagi
dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
Adoption, di mana subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran
dan sikapnya terhadap stimulus.
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan dicakup dalam domain kognitif yang terdiri dari 6 tingkatan, yaitu ;
a. Tahu (know) yaitu mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami (comprehension) yaitu suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (application) yaitu kemampuan untuk dapat menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya).
d. Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitanya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis), yaitu menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagain dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang sudah ada.
f. Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang sudah ada.
2. Beberapa Cara Memperoleh Pengetahuan
Dari cara yang telah digunakan kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni :
a. Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan
1) Cara coba salah (trial and error)
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain.
2) Cara kekuasaan atau otoritas
Dimana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas dan kekuasaan, baik tradisi, otoritas pimpinan agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.
4) Melalui cara pikiran
Yaitu manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan.
b. Cara modern dalam memperoleh ilmu pengetahuan
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah. Kriteria metode ilmiah ini terdiri dari :
1) Berdasarkan fakta
Informasi-informasi yang akan diperoleh penelitian, baik yang akan dikumpulkan maupun dianalisis hendaknya berdasarkan fakta-fakta
atau, bukan berdasarkan pemikiran-pemikiran sendiri atau dugaan-dugaan.
2) Bebas dari prasangka
Penggunaan fakta hendaknya berdasarkan bukti yang lengkap dan objektif.
3) Menggunakan prinsip analisis
Fakta atau data yang diperoleh melalui penggunaan metode ilmiah tidak hanya apa adanya. Fakta serta kejadian-kejadian tersebut harus dicari sebab akibatnya dengan menggunakan prinsip analisis.
4) Menggunakan hipotesis
Hipotesis atau dugaan (bukti) sementara diperlukan untuk memandu jalan pikiran kearah tujuan yang ingin dicapai. Dengan hipotesis peneliti akan dipandu jalan pikirannya ke arah mana hasil penelitianya akan dianalisis.
5) Menggunakan ukuran objektif
Pelaksanaan penelitian atau pengumpulan data harus menggunakan ukuran-ukuran yang objektif. (Notoatmodjo, 2005).
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
a. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan
dan kebahagian. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup (Notoadmojo, 2003).
b. Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2008), pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk mejunjang kehidupanya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengeruh terhadap kehidupan keluarga.
c. Umur
Menurut Elisabeth Bh yang dikutip dalam Nursalam (2008), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.
B. Sikap
1. Definisi Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat dilihat langsung, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. maka sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu (Notoatmodjo, 2007).
2. Tingkatan Sikap
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu: a. Menerima (receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
b. Merespons (responding), yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah berarti orang menerima ide tersebut.
c. Menghargai (volving)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. d. Bertanggung jawab (responsibel)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang yang paling tinggi (Notoatmodjo, 2007).
3. Pengukuran Sikap Model Likert
Pengukuran sikap model likert juga dikenal dengan pengukuran sikap dengan skala likert, karena dalam pengukuran sikap juga menggunakan skala (Hidayat, 2007, hal.104).
Dalam menciptakan alat ukur likert juga menggunakan pertanyaan-pertanyaan tersebut. Subjek yang diteliti disuruh memilih salah satu dari lima
alternatif jawaban yang disediakan. Lima alternatif jawaban yang disediakan oleh likert adalah :
a. Sangat setuju (strogly approve) : 4
b. Setuju (approve) : 3
c. Tidak setuju (Disapprove) : 2 d. Sangat tidak setuju ( strogly disapprove) : 1
C. Hypnobrithing
1. Sejarah Hypnobirthing
Praktek hypnobrithing berasal dari karya ilmuwan modern, terutama teori-teori seorang dokter kandungan inggris pada awal abad ke-20, dr. Grantly Dick Read. Beliau menyadari sifat hakiki persalinan dan kelahiran dalam suatu kejadian di sebuah daerah kumuh dan miskin di London pada tahun 1913. beliau meyaksikan persalinan alami tanpa obat penghilang rasa nyeri. Kemudian berbagai pengalaman yang sama dijumpai Dick-Read saat ia bertugas dalam Perang Dunia I ketika seorang wanita akan segera melahirkan mendekati parit perlindungan tentara dan meminta bantuan dokter yang ada. Wanita terus bersalin dan tidak terpengaruh dengan perang yang sedang berkecamuk di sekitarnya (Mongan, 2007).
Kejadian-kejadian itu mendorong Dick Read bertanya apa yang dibawa wanita sederhana itu dalam proses persalinan sehingga tidak menimbulkan kegelisahan seperti yang biasa disaksikan pada wanita yang berada. seiring berjalannya waktu, makin jelas jawabannya terletak bukan pada apa yang dibawa oleh para wanita itu dalam proses
persalinan, tetapi lebih pada apa yang tidak mereka bawa yaitu rasa takut (Mongan, 2007).
Awalnya, dr. Dick Read menolak anggapan bahwa teknik relaksasi yang ia gunakan merupakan hipnosis. Kemudian, ide itu dituangkan dalam bukunya yang berjudul Childbirth without Fear : The Principles and Practice of Natural Childbirth yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1944 (Wong & Hakim, 2010.hlm.145-146).
Teknik relaksasi ini diteliti lebih lanjut oleh Marie Morgan, seorang hipnotherapies bersertifikat, yang merupakan salah seorang pasien pasien dr. grandly Dick Read. Marie Morgan menyadari berdasarkan pernyataan dr. Jonathan Dye pada 1891 bahwa menurut hukum fisiologi, semua fungsi tubuh yang normal dan alami dicapai tanpa resiko atau rasa sakit. Persalinan merupakan proses fisiologis yang normal dan alami bagi wanita dan bayi mereka yang sehat dan normal. Oleh karena itu, seharusnya wanita yang sehat dan bayi yang sehat dapat melakukan persalinan tanpa resiko dan rasa sakit (Wong & Hakim, 2010.hlm.146)
Pada 1987, Marie Morgan yang telah memiliki kemampuan hipnoterapi kemudian mengembangkan metode relaksasi persalinan. Kurang lebih setahun setelah ia menjadi seorang hipnoterapis, yakni setalah putrinya melahirkan seorang cucu baginya pada tanggal 3 januari 1990, bayi pertama dilahirkan dengan metode hypnobirthing. Sejak saat itulah metode hypnobirthing berkembang dengan sendirinya (Andriana, 2007)
Pada Tahun 1989, gerakan hypnobirthing muncul ke kancah persalinan, membawa kembali anggapan bahwa setiap wanita memiliki kekuatan di dalam tubuhnya untuk membangkitkan insting keibuan alami guna melahirkan bayi mereka dalam
suasana yang menyenangkan dan nyama, dalam suatu cara yang paling mencerminkan kealamiahan (Morgan, 2007.hlm.6)
Sejak 1993, metode hypnobirthing mulai diperkenalkan di Kanada, yang disusul oleh Australia dan Inggris. Hingga saat ini sudah ada lebih dari 20 negara yang mempraktekkan hypnobirthing dalam proses persalinan alami (Andriana, 2007).
2. Pengertian Hypnobirthing
Hipnosis diri atau self hypnosis adalah suatu proses sederhana agar diri kita berada dalam kondisi rileks, tenang dan terfokus guna mencapai suatu hasil atau tujuan tertentu,seperti menurunkan berat badan, mengurangi stess dan kepanikan, berhenti merokok, dan sebagainya. Hipnosis diri juga dapat dikategorikan sebagai meditasi karena baik meditasi maupun hipnosis diri sama-sama menempatkan diri dan pikiran kita dalam kondisi rileks, tenang dan terfokus (Andriana, 2007).
Metode hypnobrithing merupakan salah satu teknik otohipnosis (self hypnosis), dalam menghadapi dan menjalani kehamilan serta persiapan melahirkan sehingga para wanita hamil mampu melalui masa kehamilan dan persalinannya dengan cara yang alami, lancar dan nyaman (tanpa rasa sakit). Dan yang lebih penting lagi adalah untuk kesehatan jiwa dari bayi yang dikandungnya (Kusuma, et al, 2002).
3. Filosofi Hypnobirthing
Filosofi hypnobirthing didasarkan pada kepercayaan bahwa kelahiran adalah normal, alami, wajar,dan sehat, bahwa kelahiran bukan suatu peristiwa medis. Itu didasarkan pada kepercayaan bahwa kelahiran adalah tentang para ibu, ayah, dan bayi mereka.
Hypnobirthing didasarkan pada kepercayaan, hak-hak dan berbagai keinginan keluarga
itu untuk membawa bayi-bayi mereka ke dalam dunia di suatu cara yang tenang, lembut, harus terhormat dan dimudahkan (Andriana, 2008).
Pasangan dari wanita hamil seharusnya didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan keinginan atau kekhawatiran mereka. Mereka layak mendapat jawaban dari petugas kesehatan mereka yang meningkatkan rasa percaya dan keyakinan diri sebagai orangtua. Berbagai prosedur, percobaan dan obat yang tidak memiliki bukti ilmiah serta dilakukan atau diberikan secara rutin harus dihindari selama kehamilan dan persalinan wanita sehat, kecuali terdapat indikasi ilmiah yang spesifik bagi penerapannya (Mongan, 2007).
4. Hipnosis dan Gelombang Otak Manusia
Dasar hipnosis adalah pemanfaatan kemampuan kita untuk mengakses alam bawah sadar secara langsung. Biasanya kita hanya menyadari pikiran yang ada pada alam sadar. Secara sadar kita terfokus pada sesuatu yang ada di hadapan kita, secara sadar kita berbicara dan mengucapkan kata-kata, atau secara sadar kita berusaha mengingat apa yang kita makan tadi pagi. Namun, saat melakukan hal-hal tersebut, alam sadar bekerja sama dengan alam bawah sadar (Andriana, 2007).
Hal tersebut juga diungkapkan oleh Wong & Hakim (2010), dalam kondisi hipnosis, pikiran bawah sadar manusia dapat diakses karena diri seseorang lebih fokus secara internal dengan gelombang otak yang lebih rendah. Kondisi ini dicapai saat ia berada dalam kondisi rileks.
Menurut Andriana (2007), ditemukan adanya perubahan gelombang otak saat kondisi trans (kondisi hipnosis) mulai dicapai. Perubahan pola gelombang otak tersebut dapat diukur dengan alat pengukur yang disebut electroencephalograph (EEG). Secara garis besar, gelombang otak manusia dibedakan dalam empat jenis yaitu beta, alfa, theta dan delta. Yaitu :
a. Gelombang beta
Gelombang ini memiliki frekuensi 14-30 Hz. Pada kondisi ini otak kita berada sepenuhnya sadar, beraktivitas, berfikir, kosentrasi, tertawa, berkelahi dan lain-lain.
b. Gelombang alpha
Gelombang ini memiliki frekuensi 8-13,9 Hz. Pada kondisi ini, otak kita rileks, santai, antara sadar dan tidak, dan nyaris tertidur, saat tubuh mulai mengeluarkan hormon serotonin dan endofin. Kondisi ini juga merupakan awal untuk memasuki alam bawah sadar.
c. Gelombang theta
Gelombang ini memiliki frekuensi 4-7,9 Hz. Pada kondisi ini otak berada dalam keadaan tidur aktif yang disebut sebagai rapid eye movement /REM sleep. Tepat pada saat ini, otak yang tertidur sangat mudah dhipnosis dan dipengaruhi. Umumnya, pada gelombang ini manusia mulai mengalami mimpi.
d. Gelombang delta
Gelombang ini memiliki frekuensi 0,1-3,9 Hz. Pada kondisi ini otak bekerja paling minimal, yaitu saat kita mengalami tidur yang paling yenyak dan tidak
mengalami mimpi. Priode ini termasuk dalam kategori NREM (Non-REM). Dan dalam kondisi inilah kita tidak bergerak dan otak kita beristirahat total.
Irama-irama beta, alpha, theta dan delta adalah komponen pembentuk kesadaran. Manusia memiliki dua jenis pikiran, yaitu pikiran sadar dan pikiran bawah sadar yang sebenarnya merupakan suatu kesatuan. Kedua pikiran ini saling berkomunikasi dan bekerja dalam waktu bersamaan secara pararel. Pikiran sadar adalah proses mental yang dapat sadari dan bisa dikendalikan. Pikiran sadar hanya mempunyai peran dan pengaruh sebesar 12% terhadap diri manusia. Sedangkan pikiran bawah sadar adalah proses mental yang berfungsi secara otomatis sehingga seseorang tidak menyadarinya. Pikiran bawah sadar berperan sebanyak 88% terhadap fungsi diri (Aprillia, 2010).
5. Teknik Dasar Hypnobirthing a. Pernafasan
Teknik pernafasan yang diajarkan dalam hypnobirthing yaitu : pernafasan tidur (sleep breathing) yang digunakan ibu untuk mencapai kondisi rileks (Wong & Hakim, 2010). Teknik ini juga merupakan salah satu metode yang akan digunakan untuk kembali rileks diantara gelombang-gelombang rahim sewaktu bersalin. Teknik ini akan membantu ibu bersalin menghemat energi selama fase penipisan dan pembukaan leher rahim (Mongan, 2007. hal. 127).
Teknik pernafasan lambat (slow breathing) terdiri dari penghirupan udara secara perlahan, tenang dan lama dari perut ibu yang mengarahkan kembali fokus ibu pada apa yang sedang terjadi disekitar bayi dan membantu ibu menghadapi setiap gelombang rahin. Tujuannya untuk mendapatkan pernafasan ibu saat menghirup maupun
menghembuskannya menjadi sepanjang mungkin yang digunakan calon ibu dalam fase penipisan dan pembukaan (Mongan, 2007. hal.129)
Pernafasan persalinan (birth breathing) digunakan saat calon ibu menghembuskan bayi agar keluar pada fase persalinan. Pernafasan persalinan bukanlah proses mendorong atau mengejan. Mendorong paksa akan menimbulkan stress bagi ibu yang sedang melahirkan dan tindakan ini dipastikan akan gagal karena menyebabkan penutupan otot melingkar vagina yang ada di bagian depan bayi yang sedang bergerak turun (Mongan, 2007.hal.131).
b. Relaksasi
Teknik ini menggunakan metode hypnosis untuk mencapai keadaan rileks dan pengkreasian anchor sebagai sinyal kepikiran bawah sadar untuk mencapai keadaan relaksasi yang cepat (Wong & Hakim, 2010).
Relaksasi adalah teknik untuk mencapai kondisi rileks ,maksudnya ketika seluruh system syaraf, organ tubuh dan pancaindra istirahat untuk melepaskan ketegangan yang ada, kita pada dasarnya tetap sadar. Peranan relaksasi menjadi makin penting pada saat ini banyak ibu takut untuk melahirkan secara normal dan hanya sebagian kecil yang tidak. Rasa takut ini dipicu oleh cerita-cerita tentang sulitnya bersalin, rasa nyeri yang kuat atau adanya faktor penyulit atau komplikasi. Sayangnya, rasa takut hanya akan memicu stress yang kemudian tertanam pada alam bawah sadar kita. Kita lupa bahwa persalinan adalah suatu hal yang paling alami di dunia ini (Andriana, 2007).
c. Visualisasi
Teknik ini menggunakan metode hipnosis dengan melatih penggambaran (visualisasi) tentang sesuatu yang menyenangkan secara terus menerus sebelum persalinan. Selanjutnya, teknik ini digunakan dalam proses persalinan sehingga dicapai kondisi tubuh dan pikirann yang tenang (Wong & Hakim, 2010).
Relaksasi pelangi adalah teknik visualisasi dasar pada hypnobirthing. Semua hipnosis adalah hipnosis diri, dan perlu diketahui bahwa tidak ada orang lain yang dapat membawa Anda ke keadaan ini kecuali diri Anda sendiri. Salah satu visualisasi yang sangat sederhana dan efektif adalah tentang mawar yang sedang merekah. Gunakan teknik pernafasan anda untuk membawa diri Anda ke dalam relaksasi, kemudian tutup mata dan bayangkan bayi Anda bergerak lembut ke pintu keluar rahim. Bayangkan pembukaan perineum secara bertahap seperti merekahnnya helai-helai kuntum mawar yang lembut. Visualisasi sebaiknya dilakukan selama hari-hari terakhir kehamilan ibu untuk mencapai persalinan dan selama fase pembukaan dan keluarnya bayi (Mongan, 2007).
d. Pendalaman
Teknik ini sama halnya seperti gangguan deepening dalam stuktur hipnosis. Dalam proses kelahiran, teknik ini digunakan untuk memantapkan keadaan relaksasi sehingga dicapai kondisi relaksasi menyeluruh (Wong & Hakim, 2010).
Teknik ini terbukti sangat efektif dalam memperdalam relaksasi suatu titik dimana tubuh sang ibu lemas secara total dan ia berada dalam keadaan hampir amnesia. Latihan-latihan yang akan dilakukan bersama pelatih akan membantu ibu mencapai tingkat relaksasi mendalam yang akan membantu ibu menjelang selesainya masa kehamilan dan
mulailah penggunaan pernafasan persalinan. Relaksasi total ini memungkinkan ibu masuk kedalam tubuhnya dan bayinya (Mongan, 2007).
6. Manfaat Relaksasi Hipnobirthing
Menurut Andriana (2007, hal. 74-75), beberapa manfaat yang diperoleh lewat metode hypnobirthing untuk ibu yaitu
a. Meminimalkan bahkan menghilangkan rasa takut, ketegangan, bahkan sindrom rasa sakit dan kepanikan selama proses persalinan dan periode setelahnya sehingga tidak menjadi trauma.
b. Meminimalkan, dan bahkan menghilangkan keinginan untuk menggunakan obat bius dan obat penghilang rasa sakit saat bersalin.
c. Mempersingkat fase awal proses persalinan yaitu pembukaan, yang biasanya bias memakan waktu 10 sampai 24 jan (terutama untuk kelahiran anak pertama).
d. Menghilangkan keletihan yang amat sangat sehinga setelah proses kelahiran bayinya ibu masih tetap bertenaga.
e. Mengurangi kemungkinan terjadinya hiperventilasi (pernafasan yang cepat dan pendek karena menahan rasa sakit) saat persalinan berlangsung.
f. Mempercepat masa pemulihan pascapersalinan, membuat proses kelahiran menjadi sesuatu yang lebih indah dan tidak traumatis, serta mempercepat ikatan batin antara ibu, bayi, dan suami.
Manfaat untuk bayi yaitu getaran tenang dan damai akan dirasakan oleh janin yang merupakan dasar dari perkembangan jiwa dan pertumbuhan janin lebih sehat karena
keadaan tenang akan memberikan hormon-hormon yang seimbang ke janin lewat plasenta, meningkatkan produksi Air Susu Ibu, menjaga suplai oksigen kepada bayi selama proses persalinan sehingga menghasilkan generasi muda yang sehat, cerdas, dan kreatif (Kuswandi, 2010.¶8).
Sedangkan manfaat untuk suami atau pendamping persalinan yaitu (1) dengan belajar hypnobirthing, suami/pendamping persalinan lebih tenang dalam mendampingi proses persalinan; (2) emosi suami akan lebih stabil dalam kehidupan sehari-hari; (3) membantu memperbaiki dan memperkuat hubungan dan ikatan batin antara istri, suami serta bayi yang dikandung; (4) aura positif dan tenang yang dimiliki oleh suami/pendamping persalinan akan mempengaruhi sura ibu bersalin dan orang-orang sekitarnya (Kusuma, et al.2002)
Keuntungan untuk dokter dan paramedis yaitu kerja lebih ringan karena wanita yang masuk program hypnobirthing lebih stabil emosinya, tidak banyak mengeluh, proses persalinan jauh lebih lancar dan cepat. Meminimalkan penggunaan obat bius, kemungkinan komplikasi persalinan lebih kecil, proses pembukaan jalan lahir lebih singkat dan meminimalkan induksi persalinan (Santos, 2008 ¶ 6).
D. Nyeri Persalinan
1. Pengertian Nyeri Persalinan
Nyeri adalah suatu sensori yang tidak menyenangkan dari satu pengalaman emosional yang disertai kerusakan jaringan secara aktual/potensial (Medical Surginal
oleh stimulus spesifik mekanis, kimia, elektrik pada ujung-ujung syaraf serta tidak dapat diserahterimakan kepada orang lain (Kusuma, et al, 2009).
Sedangkan menurut International Association for Study of Pain (1979, dalam Mander, 2004, hal.21)
“Nyeri adalah pengalaman sensoris dan emosi yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan semacam itu”.
Nyeri merupakan sensasi yang rumun, unik, universal, dan bersifat individual. Namun nyeri dapat pula diartikan sebagai suatu sensasi yang tidak menyenangkan baik secara sensori maupun emosional, yang berhubungan dengan adanya suatu kerusakan baik jaringan atau faktor lain, sehingga individu merasa tersiksa dan menderita sampai akhirnya hal itu akan menggangu aktivitasnya sehari-hari, secara psikis dan fisik (Aprillia, 2010)
2. Fisiologi Nyeri Persalinan
Selama kala I, nyeri dihasilkan oleh dilatasi serviks dan segmen bawah rahim (SBR), serta distensi uterus. Intensitas Nyeri Kala I akibat kontraksi uterus involunter nyeri dirasakan dari pinggang dan menjalar keperut. Kualitas sensasi implus dari uterus
sinapsnya pada torakal 10, 11,12, dan lumbal I (Aprillia, 2010).
Selama kala II , nyeri diakibatkan oleh tekanan kepala janin pada pelvis, peregangan jalan lahir akibat penurunan bagian terbawah janin, distensi struktur pelvis dan tekanan pada pleksus lumbosakralis. Nyeri dirasakan pada daerah lumbal II, bagian bawah punggung dan juga pada paha areal vagina dan perineum. Sensasinya seperti tarikan, tekanan, rasa terbakar dan puntiran serta kram. Ibu biasanya mempunyai keinginan untuk mengejan. Hal-hal yang harus diperhatikan pada Kala II yaitu ; jangan menahan
ikut saja mengikuti kontraksi, langsung mengedan ke arah bawah, selalu mengambil nafas dalam untuk mengisi awal dan akhir kontraksi dan jangan mengambil nafas panjang tanpa , mengambil nafas, rileks pada saat tidak ada kontraksi (Kusuma, et al, 2009).
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nyeri dalam Persalinan
Salah satu kebutuhan wanita dalam proses persalinan adalah keringanan rasa sakit. Persepsi rasa sakit, cara yang dirasakan oleh individu dan reaksi terhadap rasa sakit dipengaruhi oleh beberapa faktor (Susilawati et al, 2009), antara lain :
a. Rasa takut atau kecemasan akan meninggikan respon individual terhadap rasa sakit. Pengalaman buruk persalinan yang lalu juga akan menambah kecemasan. b. Keperibadian ibu berperan penting terhadap rasa sakit, ibu yang secara alamiah
tegang dan cemas akan lebih lemah dalam menghadapi stres dibanding wanita wanita yang rileks dan percaya diri.
c. Kelelahan, ibu yang sudah lelah selama beberapa jam persalinan, mungkin sebelumnya sudah tergangu tidurnya oleh ketidaknyamanan dari akhir masa kehamilannya akan kurang mampu mentolerir rasa sakit.
d. Faktor sosial dan budaya juga berperan penting dalam reaksi rasa sakit. Beberapa budaya mengatakan sabar dan membiarkannya sedang budaya lain mendorong keterbukaan untuk menyatakan perasaan.
e. Pengharapan akan memberi warna pada pengalaman. Wanita yang realistis dalam pengharapannya mengenai persalinan dan tanggapannya terhadap hal
tersebut mungkin adalah persiapan yang terbaik sepanjang ia merasa percaya diri bahwa ia akan menerima pertolongan dan dukungan yang diperlukannya.
4. Dampak Rasa Nyeri dalam Persalinan
Beberapa minggu sebelum kelahiran bayi, rahim ibu menurun pada setiap luapan energi yang disebabkan oleh rangsangan kuat dari luar dan akan timbul kontraksi-kontraksi dalam kandungan yang hamper mirip dengan kontraksi-kontraksi akan melahirkan. Rahim yang menurun itu diakibatkan tekanan-tekanan yang semakin terasa berat didalam perut, ketegangan batin sehingga dirasakan sangat berat dan tidak menyenangkan (Kartono, K, 1992).
Rasa nyeri diperlukan untuk mengenali adanya kontraksi uterus selama proses persalinan, tetapi kadang rasa nyeri itu bisa menimbulkan akibat patologis yang dirasakan terus menerus, ditambah rasa cemas dan ketakutan yang dialami. Hal ini dapat mengakibatkan keletihan sehingga mengakibatkan penurunan kontraksi uterus, dan proses persalinan berlangsung lebih lama yang dapat membahayakan ibu dan janin (Aprillia, 2010).
Dalam hypnotherapy ada hypnoanesthesis yaitu penggunaan ilmu hipnosis untuk menghilangkan rasa sakit atau nyeri yang dirasakan klien. Sama prinsipnya dengan teori hypnosis yang mengolah pikiran bawah sadar, hypnoanesthesia pun juga demikian yaitu cara memfokuskan pikiran klien terhadap sugesti atau objek tertentu yang mengesampingkan rasa sakit atau nyeri yang dialami. hypnoananesthesia biasa dilakukan pada saat proses pembedahan, sedangkan pada persalinan dilakukan hanya saat penjahitan luka. Saat hendak dilakukan penjahitan, klien dituntut untuk benar-benar
mengabaikan rasa sakit atau nyeri bahkan klien benar-benar mati rasa, sehingga proses penjahitan luka episiotomi tidak menggunakan lidokain (kusuma, et al, 2002).
Sedangkan hypnoanalgesia prinsipnya adalah mengurangi kepekaan klien terhadap rasa nyeri atau mengurangi sensitifitas dan ambang nyeri klien. Di sini klien masih merasakan rasa nyeri namun intensitasnya dan sensasinya jauh berkurang karena klien dituntut untuk kurang peka tehadap nyeri tersebut. Hypnoanalgesia biasa diterapkan pada ibu yang hendak bersalin yaitu Kala I dan Kala II persalinan di mana ibu dituntut untuk tetap merasakan kontraksi dalam rahimnya karena pada dasarnya kontraksi tersebut sangat diperlukan untuk kemajuan proses persalinan, namun dalam saat yang bersamaan klien juga dituntun untuk mengurangi ambang nyeri atau mengurangi kepekaan terhadap nyeri kontraksi yang dirasakan. Bahkan klien dituntun untuk dapat menikmati kontraksi yang terjadi sebagai sesuatu yang membuat klien merasa nyaman (Aprillia, 2010).
Sebelumnya setiap klien harus diberikan informasi tentang analgesia dan anesthesia yang selama ini tersedia dan yang mungkin mereka perlukan. Informasi tersebut dijalaskan sejalas-jelasnya kepada klien. Namun seorang ahli therapist juga harus mampu menyakinkan klien bahwa mereka bbisa melalui persalinan tanpa rasa skit. Dan harus dilatih dan dilakukan selama kehamilan (Kuusuma, et al, 2002).
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka konsep
Adapun kerangka konsep penelitian tentang pengetahuan dan sikap bidan tentang metode hypnobirthing pada nyeri persalinan , yaitu:
Skema 3.1. Kerangka Konsep Bidan yang telah mendapat
pelatihan hypnobirthing
Sikap bidan tentang metode
hypnobirthing pada nyeri
persalinan :
• Sikap positif • Sikap negatif Pengetahuan bidan tentang Metode hypnobirthing pada nyeri persalinan:
• Baik • Cukup • Kurang
B. Definisi Operasional
No Variabel Definisi operasional
Alat ukur Cara ukur
Hasil Skala 1 Pengetahuan Kemampuan bidan
dalam memahami metode hypnobirthing pada nyeri persalinan. Kuesioner Teknik angket 1. baik, jawaban benar 79-100% 2. Cukup, jika jawaban benar 56-78% 3. Kurang, jika jawaban benar< 56% Ordinal 2 Sikap Kecenderungan merespon dan menanggapi tentang metode hypnobirthing Kuesioner Teknik angket 1. Sikap positif, total skor respon 21-40 (>50%) 2. Sikap negatif, total skor respon 0-20 (<50%) Nominal