• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERMINTAAN BAWANG MERAH. Analysis Demand of Onion

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PERMINTAAN BAWANG MERAH. Analysis Demand of Onion"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Agropolitan, Volume 4 Nomor 1 Bulan Juli 2017 | 14 ANALISIS PERMINTAAN BAWANG MERAH

Analysis Demand of Onion Darmiati Dahar

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Ichsan Gorontalo Korespondensi : titie.darmiati@gmail.com

ABSTRAK

Permintaan bawang merah yang tinggi dan terus-menerus tidak bisa diimbangi dengan produksi yang terus-menerus pula. Hal tersebut disebabkan karena bawang merah merupakan tanaman semusim terutama ditanam pada musim kemarau dan akhir musim hujan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan bawang merah di Desa Marisa Utara; dan untuk menganalisis elastisitas permintaan bawang merah di daerah penelitian. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif atau deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran umum lokasi penelitian. Metode deskriptif dengan tabulasi sederhana ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi lokasi penelitian dan karakteristik responden. Sementara untuk analisis kuantitatif dilakukan dengan analisis regesi berganda.

Hasil yang diperoleh bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan bawang merah adalah harga bawang merah, harga bawang putih, harga daun bawang, pendapatan, dan jumlah tanggungan. Hasil analisis uji t didapat bahwa hanya variabel harga bawang merah dan jumlah tanggungan yang siginifikan pada tingkat kepercayaan 95%. Sedangkan variabel lainnya yaitu harga bawang putih, daun bawang, dan pendapatan tidak signifikan. Hasil analisis uji F diperoleh bahwa koefisien regresi signifikan secara statistic pada tingkat kepercayaan 95%. Kelima faktor tersebut dapat dikatakan secara bersama-sama berpengaruh terhadap permintaan bawang merah di Desa Marisa Utara. Hasil pengujian koefisien determinasi menunjukkan 50,1% dapat dijelaskan oleh seluruh variabel yang digunakan dalam model.Hasil perhitungan elastisitas permintaan bawang merah diperoleh nilai elastisitas harga bawang merah, harga bawang putih, dan harga daun bawang bersifat elastis. Sementara variabel lainnya yaitu pendapatan dan jumlah tanggungan bersifat inelastis.

Kata Kunci: Bawang Merah, Elastisitas, Permintaan

ABSTRACT

High and continuous onion demand cannot be matched by continuous production. That because of onion is seasonal crops which is particularly cultivated in summer and the end of the rain monsoon. The aim of this study was to analyze the influenced factors of onion demand and to analyze onion demand elasticity in North Marisa village. Qualitative and quantitative analysis was

(2)

Jurnal Agropolitan, Volume 4 Nomor 1 Bulan Juli 2017 | 15 conducted for this recent study. Qualitative or descriptive analysis was used to describe the overview of the research location. Descriptive method with simple tabulation was intended to provide an overview of the condition of the research location and respondent characteristic. On the other hand, analysis quantitative was organized by multiple regression.

The obtained result showed that the influenced factors of onion demand was onion, garlic, and scallion prices, income, and number of dependents. T test showed that only onion price variable and number of dependents were significant at 95% confidence level, while another variable such as garlic price, scallion price, and income were not significant. F test showed that regression coefficient was significant statistically at 95% confidence level. These five factors can be defined as the influenced factors of onion demand in North Marisa village concurrently. The result of determination coefficient test showed that 50.1% can be explained by all of the used variable in model. The obtained result of onion demand elasticity showed that onion price, garlic price, and scallion price elasticity values were elastic. Otherwise, income and the number of dependents were inelastic.

Keywords : Onion, elasticity, demand

PENDAHULUAN

Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang mempunyai peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan manusia sebagai pelengkap makanan pokok. Dalam rangka meningkatkan pendapatan petani, di Indonesia telah dikembangkan agribisnis tanaman hortikultura dimana keadaan alam dan iklim di Indonesia sangat mendukung untuk dikembangkan berbagai jenis tanaman hortikultura (Sunarjono, 2004).

Salah satu produk penting bagi sebagian besar ekonomi rumah tangga Indonesia yang selalu mengalami fluktuasi harga yang relatif tinggi adalah produk pertanian tanaman holtikultura sayur- sayuran,rempah-rempah

yaitubawang merah(Allium ascolanium L). Besarnya penawaran bawang merah dapat dikaitkan dengan produksi bawang merah di Indonesia yang hampir tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Produk

bawang merah mengalami kenaikan harga dengan trend yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun.

Bawang merah berfungsi sebagai obat untuk memudahkan pencernaan, menghilangkan lendir dalam kerongkongan, serta dapat mendorong nafas panjang. Selain itu bawang merah berguna untuk tubuh karena mengandung zat gizi berupa vitamin D dan vitamin C. Selain itu bawang merah dapat digunakan sebagai bumbu masakan dan acar.

Masakan yang diberi bawang merah akan terasa lebih lezat dan gurih.

Daun-daun bawang merah yang masih muda pun enak sebagai bumbu sayur. Oleh karena kegunaan dan manfaat yang dimiliki bawang merah seperti tersebut di atas, maka bawang merah banyak dikonsumsi dan dibutuhkan oleh masyarakat.

Produk pertanian pada umumnya dicirikan oleh sifat produksi musiman, selalu segar, mudah rusak, jumlahnya banyak tetapi nilainya relatif sedikit, serta

(3)

Jurnal Agropolitan, Volume 4 Nomor 1 Bulan Juli 2017 | 16 lokal dan spesifik (tidak dapat

diproduksi di semua tempat). Produk pertanian yang bersifat musiman karena dipengaruhi oleh iklim. Pada saat panen raya jumlah produksi akan banyak dan saat musim paceklik menyebabkan harga produk pertanian yang dipasarkan menjadi naik turun (berfluktuasi) dari tahun ke tahun tergantung dari berapa besarnya panen tahun lalu, berapa banyaknya persediaan yang tersisa dari tahun yang lalu dan bagaimana harapan panen untuk tahun yang berjalan (Ashari, 2000).

Permintaan bawang merah yang tinggi dan terus-menerus tidak bisa diimbangi dengan produksi yang terus-menerus pula. Hal tersebut disebabkan karena bawang merah merupakan tanaman semusim terutama ditanam pada musim kemarau dan akhir musim hujan. Pada musim kemarau akan terjadi panen raya bawang merah dan pada musim penghujan akan terjadi musim paceklik bawang merah. Saat panen raya terjadi kelebihan pasokan sehingga penawaran terhadap bawang merah meningkat sangat besar, hal ini menyebabkan harga bawang merah menjadi turun, sedangkan pada musim paceklik terjadi kekurangan pasokan dan penawaran bawang merah oleh petani cenderung menurun sehingga harga menjadi naik, padahal kebutuhan masyarakat akan bawang merah semakin meningkat.

Masalah yang banyak dihadapi petani bawang merah yaitu fluktuasi harga. Fluktuasi harga disebabkan oleh adanya ketidak seimbangan antara permintaan dan penawaran juga dipengaruhi oleh jumlah dan harga faktor produksi (input) yang digunakan. Oleh karena itu petani perlu mengetahui harga bawang merah, harga faktor produksi dan

faktor-faktor yang mempengaruhi perubahannya (Achmad, 2009).

Produksi bawang merah di Propinsi Gorontalo tahun 2012 sebesar 200 ton, mengalami peningkatan sebesar 28 ton (15,99%) dibandingkan dengan ATAP tahun 2011. Peningkatan produksi terutama disebabkan oleh meningkatnya luas panen sebesar 11 hektar (15,94%) dibanding tahun 2011 dimana produksi terbesar bawang merah dicapai oleh Kabupaten Pohuwato yang pada tahun 2012 berhasil memanen sebesar 112 ton. Produksi bawang merah di Provinsi Gorontalo berlangsung sepanjang tahun dengan panen puncak terjadi di bulan Desember (74 ton) (BPS Gorontalo, 2013).

Kabupaten Pohuwato adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Gorontalo yang memiliki daerah potensial untuk penanaman komiditi bawang merah. Hal ini dapat dilihat berdasarkan data kantor Statistik Kabupaten Pohuwato. Data produksi dan produktivitas tanaman bawang merah per/kecamatan di Kabupaten Pohuwato pada tahun 2011 produksi bawang merah 921 kw dengan produktivitas 29,71 kw/ha. Pada tahun 2012 jumlah produksi bawang merah 1.120 kw dengan produktivitas 27,32 kw/ha. Pada tahun 2013 jumlah produksi adalah 1.065 dengan produktivitas 30,43 kw/ha dan pada tahun 2014 jumlah produksi adalah 55 kw dengan produktivitas adalah 27,50 kw/ha (Dinas Pertanian Pohuwato, 2014).

Kabupaten Pohuwato yang terdiri atas 13 Kecamatan dan masing-masing daerah memiliki keunggulan tersendiri. Keunggulan tersebut baik dari sektor pertanian, pertambangan, perikanan, kelautan bahkan perkebunan. Bila dilihat dari sektor pertanian Kabupaten

(4)

Jurnal Agropolitan, Volume 4 Nomor 1 Bulan Juli 2017 | 17 Pohuwato kaya akan sumber daya

alam. Baik itu tanaman pangan dan hortikultura. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik mengambil judul “Analisis Permintaan Bawang Merah di Desa Marisa Utara Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato”.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi permintaan bawang merah di Desa Marisa Utara; dan untuk menganalisis elastisitas permintaan bawang merah di daerah penelitian.

METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian ditentukan secara purposive yaitu Desa Marisa Utara Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato. Desa Marisa Utara dipilih sebagai lokasi penelitian karena desa ini sebagai wilayah yang penduduknya paling banyak dibandingkan dengan desa lain.

Selain itu, pertimbangan lainnya adalah desa ini terdapat pasar yang menjadikan desa ini sebagai lokasi pusat perbelanjaan di Kabupaten Pohuwato.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengambilan data di lokasi penelitian dengan menyebarkan kuisioner sebagai alat bantu. Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan, internet, Dinas Pertanian, dan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pohuwato, serta instansi terkait.

Jenis penelitian ini adalah penelitian analisis deskriptif yaitu penelitian terhadap masalah- masalah berupa fakta-fakta dari suatu populasi yang meliputi kegiatan penelitian sikap atau pendapat terhadap inidividu,

organisasi, keadaan ataupun prosedur. Sementara menurut Cooper (2007) penelitian deskriptif adalah penelitian satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat

perbandingan atau

menghubungakan dengan variabel lain.

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek atau obyek dengan kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga dengan jumlah sebanyak 963 jiwa. Dengan pertimbangan bahwa ibu rumah tangga (penduduk rumah tangga) merupakan konsumen akhir bawang merah.

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu purposive random sampling atau pengambilan sampel acak secara sengaja di Desa Marisa Utara. Adapun penentuan besarnya sampel dengan menggunakan rumus Slovin sebagai berikut :

Keterangan:

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

e = tingkat kesalahan (10%) Maka perhitungan jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 91 responden.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif atau deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran umum lokasi penelitian. Metode deskriptif dengan tabulasi sederhana ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi lokasi penelitian dan karakteristik responden (Ulfa, 2011).

(5)

Jurnal Agropolitan, Volume 4 Nomor 1 Bulan Juli 2017 | 18

Ep =

Ep =

Epx = Alat analisis yang digunakan

untuk analisis kuantitatif dalam penelitian ini adalah dengan bantuan komputer menggunakan Microsoft excel dan program Stastistical Product and Service Solutions (SPSS). Data yang diperoleh kemudian diolah dan dilakukan analisis dengan metode regresi linear berganda dan perhitungan elastisitas.

Analisis Regresi Linier Berganda Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 +b4X4 + b5X5

Keterangan:

Y = Permintaan (dalam kg per bulan) a = Konstanta (nilai Y pada saat x

sama dengan nol) b = Koefisien Regresi

X1 = Harga Bawang Merah (dalam rupiah per kg)

X2 = Harga Bawang Putih (dalam rupiah per kg)

X3 = Harga Daun Bawang (dalam rupiah per kg)

X4 = Jumlah Tanggungan / Anggota Keluarga (orang)

X5 = Pendapatan Keluarga (dalam rupiah per bulan)

ε = error term

Analisis selanjutnya adalah perhitungan elastisitas. Analisis elastisitas dilakukan untuk mengetahui persentase kenaikan atau penurunan jumlah permintaan bawang merah jika terjadi perubahan dari harga dan pendapatan. Berikut analisis elastisitas yang dilakukan dalam penelitian ini:

Elastisitas Harga (Burhan, 2006) :

Perubahan persentase dalam jumlah (Q) Perubahan persentase dalam harga ( p )

Elastisitas Pendapatan

Perubahan persentase dalam jumlah (Q) Perubahan persentase dalam pendapatan (I)

Elastisitas silang

Perubahan persentase dalam jumlah Y Perubahan persentase dalam harga x

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dalam penelitian ini merupakan data yang diperoleh secara langsung dari responden melalui media kuisioner. Data tersebut kemudian diolah dan diperlihatkan ke dalam satu tabel.

Hasil yang dijabarkan adalah mengenai permintaan bawang merah rumah tangga pada masyrakat di Desa Marisa Utara.

Kemudian faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya, serta besarnya elastisitas permintaan bawang merah di Desa Marisa Utara.

Responden Berdasarkan Umur Perbedaan kondisi individu seperti umur seringkali dapat memberikan perbedaan pendapat.

Oleh karenanya, perlu diketahui komposisi umur responden agar dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan. Berikut ini komposisi responden berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 1.

(6)

Jurnal Agropolitan, Volume 4 Nomor 1 Bulan Juli 2017 | 19 Tabel 1. Jumlah Responden

Berdasarkan Umur di Desa Marisa Utara

No Umur Jumlah Persentase (%)

1. 15-25 8 8,79

2. 26-36 36 39,56

3. 37-47 34 37,36

4. 48-58 11 12,09

5. 59-69 2 2,20

Total 91 100

Sumber : Data primer yang diolah, 2015 Pada Tabel 1 dapat dilihat berdasarkan umur responden pada penelitian ini yang mengkomsumsi bawang merah dalam rumah tangga, terutama ibu rumah tangga.

Responden yang terbanyak pada usia 26-36 tahun yaitu 36 orang dengan persentase sebesar 39,56%.

Adapun responden yang paling sedikit yaitu umur 56-69 tahun dengan persentase sebesar 2,20%.

Berdasarkan umur yang dimiliki seseorang menunjukan tingkat pengetahuan dan wawasan yang dimilki, yang akan berpengaruh terhadap permasalahan ekonomi keluarga dan dalam pengambilan keputusannya.

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan menentukan seberapa besar pengetahuan yang dimilikinya.pendidikan juga sangat

diperlukan untuk memasuki dunia kerja.Tingginya pendidikan seseorang juga dapat membuka kesempatan untuk memperoleh jenis pekerjaan yang layak. Ditinjau dari segi pendidikan,maka rata-rata pendidikan dari masyrakat di Desa Marisa Utara masih tergolong rendah.

Dari Tabel 2 menunjukan bahwa tingkat pendidikan tergolong cukup. Dari rata-rata pendidikan responden yaitu 46,15 % berpendidikan SD (42 orang) 20,88% berpendidikan SMP (19 orang) dan 19,78 % berpendidikan SMA (18 orang) sedangkan 13,19 % yang terendah untuk tingkat perguruan tinggi (12 orang).

Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan

Responden dalam penelitian ini sebagian besar memiliki tanggungan sebanyak 3-4 orang dengan persentase sebesar 60,44%.yang terbanyak kedua sebanyak 5-6 Orang dengan persentase 25,28 %.sedangkan jumlah tanggungan yang paling terendah sebanyak 1-2 orang dengan hsil persentase 14,29 %.

Berdasarkan jumlah tanggungan yang dimilki seseorang menunjukan besarnya biaya hidup yang ditanggung oleh keluarga.

Tabel 2. Tingkat Pendidikan Responden di Desa Marisa Utara

No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1.

2.

3.

4.

SD SMP SMA

PERGURUAN TINGGI

42 19 18 12

46,15 20,88 19,78 13,19

Total 91 100

Sumber: Data primer setelah diolah, 2015

(7)

Jurnal Agropolitan, Volume 4 Nomor 1 Bulan Juli 2017 | 20 Tabel 3. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden di Desa Marisa Utara

No Tanggungan Keluarga Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1.

2 3.

1-2 3-4 5-6

13 55 23

14,29 60,44 25,28

Total 91 100

Sumber: Data Primer Setelah diolah, 2015 Untuk menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi permintaan bawang merah di Desa Marisa Utara, maka dengan menggunakan sejumlah data yang telah dikumpulkan sebelumnya kemudian dilakukan pengolahan data dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS).

Pengolahan data dengan metode ini menggunakan alat bantu program SPSS 20. Berdasarkan hasil pengolahan tersebut diperoleh hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan bawang merah di Desa Marisa Utara.

Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh atau hubungan fungsional variabel harga bawang merah, harga bawang putih, harga daun bawang, jumlah tanggungan, dan pendapatan terhadap permintaan bawang merah di Desa Marisa Utara. Pengujian variabel bebas terhadap variabel terikat, dari hasil analisis regresi linier berganda dengan menggunakan metode OLS tersebut maka dapat ditarik suatu bentuk model persamaan. Model persamaan untuk analisis faktor- faktor yang mempengaruhi permintaan bawang merah adalah sebagai berikut:

Y = -0.014 + 7.77 X1 + 8.31 X2 + 8.7 X3 + 0.004 X4 + -1.21 X5

Uji Kesesuaian:

Koefisien Determinasi (R2)

Berdasarkan hasil estimasi yang diperoleh bahwa nilai koefisien determinasi (R2) adalah sebagai berikut:

Model Summary Mod

el

R R

Squar e

Adjuste d R Square

Std.

Error of the Estimat e

1 .708

a .501 .472 .01037 a. Predictors: (Constant), I, P1, P2, P3, MF

Nilai koefisien determinasi yang diperoleh adalah sebesar 0.501. Hal ini berarti bahwa variasi yang terjadi pada harga bawang merah (X1), harga bawang putih (X2), harga daun bawang(X3), pendapatan (X4), dan jumlah tanggungan (X5) dapat menjelaskan permintaan bawang merah (Y) sebesar 50.1%.

Adapun sisanya sebesar 49,9%

berarti permintaan bawang merah dipengaruhi oleh variabel diluar model.

Uji Keragaman (Uji F-statistik) Uji F digunakan untuk menyatakan bahwa keseluruhan variabel bebas yaitu harga bawang merah (X1), harga bawang putih (X2), harga daun bawang(X3), pendapatan (X4), dan jumlah tanggungan (X5) secara serempak memberikan pengaruh terhadap variabel

(8)

Jurnal Agropolitan, Volume 4 Nomor 1 Bulan Juli 2017 | 21 permintaan bawang merah (Y). Hasil

analisis yang diperoleh untuk uji F dapat dilihat pada Tabel berikut :

ANOVAa

Model Sum of

Squares

Df Mean

Square

F Sig.

1

Regression .009 5 .002 17.102 .000b

Residual .009 85 .000

Total .018 90

a. Dependent Variable: Qdkg

b. Predictors: (Constant), I, P1, P2, P3, MF Berdasarkan hasil uji F yang diperoleh dengan nilai F-hitung sebesar 17.102 lebih besar daripada nilai F-tabel sebesar 2.316. Ini berarti bahwa variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap produksi bawang merah di Desa Marisa Utara.

Uji Parsial (Uji t-statistik)

Dengan melakukan

pengujian secara parsial, maka

pengaruh masing-masing variabel bebas yakni harga bawang merah (X1), harga bawang putih (X2), harga daun bawang (X3), pendapatan (X4), dan jumlah tanggungan (X5) terhadap variabel permintaan bawang merah dapat diketahui.

Hasil yang diperoleh disajikan pada Tabel berikut:

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant

) -.014 .005 -2.700 .008

X1 7.775E-007 .000 .518 6.073 .000

X2 8.313E-008 .000 .058 .729 .468

X3 8.702E-007 .000 .120 1.491 .140

X5 .004 .001 .296 3.492 .001

X4 -1.213E-

009 .000 -.105 -1.356 .179

a. Dependent Variable: Qdkg

(9)

Jurnal Agropolitan, Volume 4 Nomor 1 Bulan Juli 2017 | 22 Berdasarkan hasil analisis

diperoleh nilai konstanta sebesar 0.014 dengan tanda negatif. Artinya apabila variabel lainnya seperti harga bawang merah, harga bawang putih, harga daun bawang, pendapatan dan jumlah tanggungan adalah nol, maka permintaan bawang merah turun sebesar 0.014 kg. Selain itu, dapat diketahui elastisitas permintaan bawang merah yang bersifat inelastis.

Hal ini dikarenakan nilai 0.014 yang lebih kecil dari satu. Artinya apabila terjadi perubahan variabel lain sebesar satu persen maka permintaan bawang merah turun sebesar 0.014 kg.

Faktor harga bawang merah (X1) memiliki tanda positif dari koefisien regresi yang bernilai 7.775.

Nilai signifikansi t-hitung sebesar 6.073 adalah lebih besar dari nilai t- tabel yaitu 1.662 (α=0.05) yang artinya sangat signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang sangat nyata antara harga bawang merah (X1) dengan permintaan bawang merah (Y).

Tingkat elastisitas harga bawang merah (X1) terhadap permintaan bawang merah (Y) lebih besar dari 1. Ini berarti bahwa permintaan bawang merah terhadap harganya adalah elastis karena nilai yang diperoleh lebih besar dari 1.

Apabila harga bawang merah meningkat sebesar 1% maka akan diimbangi dengan naiknya permintaan bawang merah sebesar 7.775 kg, dengan asumsi cateris paribus.

Rahardja (2008) menyatakan bahwa permintaan terhadap suatu barang dikatakan elastis bila perubahan suatu barang menyebabkan perubahan permintaan yang besar.

Faktor harga bawang putih (X2) bertanda positif dengan nilai 8.31.

Signifikan t-hitung sebesar 0.729 yang lebih kecil dari nilai t-tabel yaitu 1.662. Berarti untuk X2 tidak signifikan terhadap permintaan bawang merah

(Y) karena nilai t-hitung lebih kecil dari t-tabel. Sedangkan tingkat elastisitas harga bawang putih (X2) yaitu 8.31 lebih besar dari 1 (elastis > 1). Artinya apabila harga bawang putih naik sebsesar 1%, maka akan mengakibatkan permintaan bawang merah juga naik sebesar 8.31 kg.

Variabel selanjutnya adalah harga daun bawang (X3) dengan tanda positif dan memiliki nilai 8.70.

Adapun signifikan t-hitung sebesar 1.491 yang lebih kecil dari t-tabel sebesar 1.662. Hal ini berarti untuk variabel X3 tidak berpengaruh terhadap permintaan bawang merah.

Begitu pula dengan variabel pendapatan (X4) yang tidak berpengaruh atau tidak signifikan terhadap variabel permintaan bawang merah. Berbeda dengan harga daun bawang, variabel pendapatan memiliki tanda negatif dengan nilai sebesar -1.213.

Elastisitas untuk variabel harga daun bawang terhadap permintaan bawang merah dengan nilai sebesar 8.70 lebih besar dari 1 (elastis >1).

Hal ini berarti apabila harga daun bawang naik sebesar 1% maka akan mengakibatkan permintaan bawang merah juga meningkat dengan besaran 8.70 kg. Sementara untuk variabel pendapatan, tingkat elastisitasnya menunjukkan nilai sebesar -1.213. Berarti inelastis karena nilainya kurang dari satu atau lebih kecil dari satu (inelastis < 1). Hal ini menunjukkan apabila pendapatan turun sebesar 1%, maka permintaan terhadap bawang merah mengalami penurunan sebesar 1.213 kg.

Faktor jumlah tanggungan (X5) menunjukkan adanya pengaruh nyata terhadap permintaan bawang merah.

Hal ini terlihat dari nilai t-hitung sebesar 3.492 yang lebih besar dari nilai t-tabel sebesar 1.662. Koefisien regresi yang dimiliki variabel jumlah tanggungan sangat kecil yaitu 0.004.

Ini berarti bahwa faktor jumlah

(10)

Jurnal Agropolitan, Volume 4 Nomor 1 Bulan Juli 2017 | 23 tanggungan signifikan terhadap

permintaan bawang merah. Koefisien regresi sebesar 0.004 ini juga menunjukkan tingkat elastisitasnya dengan tanda positif. Hal ini berarti inelastis karena nilainya kurang dari 1. Jadi, apabila jumlah tanggungan bertambah sebesar 1% maka akan mengakibatkan permintaan bawang merah sebesar 0.004 kg.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan bawang merah adalah harga bawang merah, bawang putih, daun bawang, pendapatan, dan jumlah tanggungan. Hasil analisis uji t diperoleh bahwa hanya variabel harga bawang merah dan jumlah tanggungan yang siginifikan pada tingkat kepercayaan 95%. Sedangkan variabel lainnya yaitu harga bawang putih, daun bawang, dan pendapatan tidak signifikan. Hasil analisis uji F diperoleh bahwa koefisien regresi signifikan secara statistic pada tingkat kepercayaan 95%. Kelima faktor tersebut dapat dikatakan secara bersama-sama berpengaruh terhadap permintaan bawang merah di Desa Marisa Utara.

2. Hasil pengujian koefisien determinasi menunjukkan 50,1%

dapat dijelaskan oleh seluruh variabel yang digunakan dalam model.

3. Hasil perhitungan elastisitas permintaan bawang merah diperoleh nilai elastisitas harga bawang merah, harga bawang putih, dan harga daun bawang bersifat elastis. Sementara variabel lainnya yaitu pendapatan dan jumlah tanggungan bersifat inelastis.

Saran

Adapun saran dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kepada konsumen, penulis berharap konsumen memiliki pengetahuan dalam membeli bawang merah yang sesuai dengan kebutuhan sehari-hari atau dengan jumlah yang tepat.

2. Kepada pemerintah, sebaiknya untuk dapat lebih meningkatkan produksi bawang merah yang ada di Kecamatan atau pun dalam lingkup Kabupaten Pohuwato.

3. Kepada peneliti selanjutnya, harapannya dapat melanjutkan atau mengkaji lebih dalam mengenai penelitian ini dengan variabel yang belum diukur (misalnya selera dan ekspektasi ke depan). Selain itu, diharapkan dapat melakukan penelitian dengan metode yang berbeda misalnya penelitian dengan menggunakan data sekunder.

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S. 2000. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta.

BPS. 2012. Kabupaten Pohuwato Dalam Angka Tahun 2012.

Badan Pusat Statistik Pohuwato.

Burhan, Umar. 2006. Konsep Dasar Teori Ekonomi Mikro. BPFE Unibraw. Malang.

Cooper, D. R., dan C. W .Emory, 2007. Bussines Research Methodes,10nd Edition. Sage Publications, Inc.USA

Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara.

Jakarta.

(11)

Jurnal Agropolitan, Volume 4 Nomor 1 Bulan Juli 2017 | 24 Mankiw, G. N. 2000. Pengantar

Ekonomi Jilid I (diterjemahkan oleh Drs. Haris Munandar M.A.) Erlangga. Jakarta.

Pappas, J.L. dan M. Hirschey. 1995.

Ekonomi Manajerial Jilid I . Binarupa Aksara. Jakarta.

Sudarman, Ari. 2000. Teori Ekonomi Mikro Buku I. BPFE.

Yogyakarta.

Sudarsono. 1990. Pengantar Ekonomi Mikro. LP3ES. Jakarta.

Sukirno, S. 2005. Teori Pengantar Mikro Ekonomi : Edisi ketiga.

PT Raja Grafindo Persada.

Jakarta.

Sunarjono, H. H. 2004. Bertanam Tiga Puluh Jenis Sayur.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Ulfa, Andika. 2011. Analisis Faktor- faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan.

Provinsi Banten. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun saran dalam rangka memperbaiki kinerja pelayanan publik yang diselenggarakan oleh Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Kabupaten Sintang yaitu perlu

1. Pengaruh Atribut Produk terhadap Keputusan Pembelian adalah positif dan signifikan. Karena nilai rata-rata untuk nilai Atribut Produk yang didapat dari

Pertama, dimensi Reliabilitas (Reliability) dengan mendidik korban kecelakaan (klaimen) tentang kualitas jasa PT Jasa Raharja, membantu korban kecelakaan dalam memahami

Berasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa tingkat kenyamanan penggunaan kontrasepsi non IUD responden terbanyak pada penelitian ini adalah menyatakan nyaman yaitu

akan nilai-nilai budaya menjadi suatu yang tidak dapat

Boyolali yang diharapkan mampu menciptakan out put siswa yang berkualitas dan berguna bagi masyarakat.Untuk mewujudkan sekolah favorit,sekolah ini memanfaatkan media

Untuk masyarakat yang memiliki sarana jamban sehat, harus membersihkan area jamban minimal seminggu sekali, dan untuk yang belum memiliki jamban (septic tank) ,

Pada perancangan alat prototype ultrasonic anemometers menggunakan dua buah sensor jarak (SRF-04) yang akan memancarkan sinyal gelombang ultrasonik secara bergantian