• Tidak ada hasil yang ditemukan

yang merupakan suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini mengakibatkan aspek transparansi dan akuntabilitas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "yang merupakan suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini mengakibatkan aspek transparansi dan akuntabilitas"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Di era reformasi sektor publik terdapat tuntutan demokratisasi yang merupakan suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini mengakibatkan aspek transparansi dan akuntabilitas menjadi sebuah kewajiban dalam pengelolaan pemerintah, termasuk dibidang pengelolaan keuangan negara maupun daerah. Oleh sebab itu, perubahan komposisi belanja dilakukan pemerintah daerah dalam rangka membangun tingkat kepercayaan publik. Peningkatan yang dilakukan dapat berupa investasi modal dalam bentuk aset tetap, seperti peralatan, bangunan, infrastruktur dan harta tetap lainnya (Mohklas dan Purwati, 2019). Pemerintah daerah juga mengeluarkan dana dalam bentuk Anggaran Belanja Modal pada APBD untuk menambah aset tetap dan aset lainnya sehingga dapat memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi.

Belanja modal berkaitan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) sesuai dengan instruksi Presiden yang tercantum pada RPJMN Tahun 2015-2019, Pemerintah Daerah dituntut untuk mengalokasikan pendapatan yang dimilikinya untuk belanja daerah yang bersifat produktif seperti belanja modal. Alokasi Belanja Modal dilandasi akan kebutuhan daerah dari sarana dan prasarana, baik untuk pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk fasilitas publik. Oleh sebab itu, dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik, pemerintah daerah diharapkan memperbaiki komposisi belanjanya

(2)

`

menjadi lebih efektif dan efisien (Saragih, 2003:121) dalam (Dalail et al., 2020). Hal tersebut direalisasikan oleh pemerintah pusat dengan memberikan batas minimal untuk belanja modal sebesar 30% dari total belanja daerah yang dialokasikan pada APBD tiap daerah setiap tahunnya.

Semantara itu presentase Belanja Modal pada Kabupaten/ Kota Provinsi Riau dari tahun 2016-2020 mengalami fluktuasi. Dimana rata-rata alokasi belanja modal tahun 2016 sebesar 20%, tahun 2017 sebesar 19%, tahun 2018 sebesar 17%, tahun 2019 sebesar 24%, dan tahun 2020 sebesar 16%

(djpk.kemenkeu.go.id, 2022). Hal ini menunjukan bahwa mayoritas alokasi belanja modal di Kabupatan/kota Provinsi Riau berada dibawah 30% dan hanya terdapat beberapa kabupatan/kota yang alokasi belanja modalnya diatas 30% yaitu Kabupatan Bangkalis tahun 2017 (30%), Kabupatan Indragiri Hulu tahun 2019 (35%), Kota Dumai tahun 2019 (45%), dan Kabupatan Kepulauan Meranti tahun 2019 (72%) (djpk.kemenkeu.go.id, 2022).

Menurut Waskito et al. (2019) menyatakan bahwa Semakin tinggi prosentase belanja modal suatu daerah menggambarkan semakin sejahterah serta semakin baik daerah tersebut. Kabupaten/Kota dengan presentase Belanja modal tinggi menjelaskan bahwa daerah tersebut mempunyai dana cukup dan sudah memenuhi himbauan pemerintah pusat dengan mengalokasikan belanja modal lebih dari batas minimal serta belanja tersebut dapat berakibat pada penyediaan pelayanan yang lebih baik. Tersedianya pelayanan publik yang baik akan berpengaruh pada

(3)

`

lancarnya kegiatan perekonomian setempat sebab bakal menarik investor yang akan berinvestasi di daerah tersebut. Sedangkan, kabupaten/kota dengan presentase belanja modal yang rendah menggambarkan daerah tersebut tidak memiliki dana yang cukup untuk mengalokasikan belanja modal disebabkan adanya pelaksanaan mengutamakan anggaran untuk hal lain. Namun, hal tersebut berpengaruh terhadap pelayanan publik kepada masyarakat sebab bila infrastruktur atau aset tetap yang dimiliki kurang memadai maka dapat berpengaruh terhadap produktifitas masyarakat dan dapat mengurangi daya tarik bagi investor untuk menginvestasikan modalnya didaerah tersebut bahkan bisa menganggu pertumbuhan ekonomi didaerah tersebut.

Dalam Peraturan Pemerintahan Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, aset tetap merupakan aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Aset tetap yang dimiliki oleh pemerintah daerah dari belanja modal merupakan syarat utama untuk mendukung dalam memberikan pelayanan publik. Untuk menambah aset tetap, pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran belanja modal sesuai dengan prioritas anggaran dan pelayanan publik baik itu dalam bentuk infrastruktur, peralatan, maupun dalam bentuk sarana dan prasarana sehingga dapat memberikan dampak jangka panjang secara finansial (Republik Indonesia, 2010).

(4)

`

Pendapatan Asli Daerah (PAD) ialah semua penerimaan yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah (Halim, 2002) dalam Retno dan Widiatmoko (2019) disebut pajak dan retribusi daerah. Pendapatan Asli Daerah sangatlah penting bagi pengeluaran Belanja Modal, sebab jika Pendapatan Asli Daerah yang diperoleh dari saluran masyarakat melalui pajak daerah, retribusi daerah dan lain-lain meningkat hingga Belanja Modal sebagai fasilitas masyarakat juga akan meningkat seimbang dengan tujuan dari pemerintah daerah yang diharapkan mampu meningkatkan pelayanan publik dan dapat mensejahterakan masyarakat. Selain PAD, ada beberapa dana perimbangan dari pemerintah yang dimaksudkan untuk menekankan aspek pemerataan dan keadilan yang selaras dengan penyelenggaran urusan pemerintahaan (UU 32/2004) adalah Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Bagi Hasil (DBH). Dalam Permana dan Rahardjo (2013) menyatakan Dana Alokasi Umum yang bersumber dari APBN untuk mendanai kebutuhan daerah dalam melaksanakan desentralisasi.

Salah satu dana perimbangan dari pemerintah ini ialah Dana Alokasi Umum (DAU) yang pengalokasiannya mempriotitas aspek pemerataan dan keadilan. Dengan adanya transfer dana dari pusat ini diharapkan pemerintah daerah bisa lebih mengalokasikan DAU yang didapatnya untuk membiayai belanja modal didaerahnya. Sedangkan dalam (Cahyaning, 2018) menyatakan bahwa DBH bersumber dari pajak dan kekayaan daerah, sehingga DBH juga merupakan penunjang pemerintah daerah untuk memenuhi sarana dan prasarana publik serta infrastruktur

(5)

`

daerah menggunakan belanja modal. Tidak hanya itu, dalam Undang- undang No. 33 Tahun 2004, Dana Alokasi Khusus juga merupakan dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Dengan adanya pengalokasian DAK diharapkan dapat mempengaruhi belanja modal, sebab DAK cenderung akan menambah asset tetap yang dimiliki pemerintah guna meningkatkan pelayanan publik.

Mahardika dan Riharjo (2019) melakukan penelitian tentang pengaruh pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum terhadap belanja modal dengan pertumbuhan ekonomi sebagai variabel pemoderasi. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap Belanja Modal dan Pertumbuhan Ekonomi memoderasi pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur. Semantara itu (Suyanto dan Subardjo, 2019) melakukan penelitian mengenai pengaruh pertumbuhan ekonomi, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus terhadap pengalokasian anggran belanja modal.

Hasil dari penelitian ini Pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap belanja modal, dana alokasi umum berpengaruh positif terhadap belanja modal, dan dana alokasi khusus tidak berpengaruh terhadap belanja modal.

Sedangkan melakukan penelitian (Ikhyanuddin et al., 2021) mengenai pengaruh PAD dan DAK terhadap Alokasi Belanja modal. Penelitian ini

(6)

`

menunjukan hasil pendapatan asli daerah dan dana alokasi khusus berpengaruh dan signifikan terhadap alokasi belanja modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh tahun 2014-2018.

Pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha yang difokuskan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menurunkan angka pengangguran, dan meminimalkan kesenjangan pendapatan di masyarakat. PDRB merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur kegiatan ekonomi di suatu wilayah. Perekonomian di suatu wilayah dikatakan tumbuh dan berkembang jika barang dan jasa yang diproduksi pada periode ini lebih besar dibandingkan periode sebelumnya, yang kemudian diturunkan menjadi nilai tambah (BPS,2015) dalam (Prabawati dan Wany, 2017). Semakin banyak sarana dana prasarana publik serta infrastruktur dari belanja modal maka akan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam membayar pungutan yang ditetapkan oleh pemerintah dan sudah semestinya mampu meningkatkan pendapatan yang diperoleh pemerintah daerah. Pertumbuhan ekonomi semestinya lebih mampu dalam mengoptimalkan pembangunan daerah, sehingga nantinya akan dapat meningkatkan alokasi belanja modal didaerah tersebut. Untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi diperlukan aset tetap seperti infrastruktur dan sarana prasarana yang dapat menunjang kegiatan perekonomian. Besarnya pertumbuhan ekonomi yang terdapat pada masing-masing daerah diduga dapat memperkuat maupun memperlemah hubungan antara Pendapatan Asli Daerah,Dana Alokasi Umum, Dana

(7)

`

Alokasi Khusu dan Dana Bagi Hasil terhadap Pengalokasian Aanggaran Belanja Modal.

Berdasarkan fenomena yang terjadi terkait alokasi belanja modal pada Pemerintah Kabupatan/Kota Provinsi Riau dalam pengelolaan keuangannya masih belum sesuai dengan instruksi Presiden yang tertuang dalam Perpres No.2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dimana target presentase belanja modal yang dialokasikan dalam APBD sekurang-kurangnya 30% dari total belanja daerah. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakuan oleh Mahardika dan Riharjo (2019), dan Ikhyanuddin et al. (2021). Penelitian ini memiliki bebarapa perbedaan, salah satunya penelitian ini menggunakan objek penelitian di kabupatan/kota di provinsi Riau.

Sedangkan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Mahardika dan Riharjo (2019), dan Ikhyanuddin et al. (2021) membahas tentang pengalokasian anggaran belanja pada pemerintahan Kabupatan/kota Provinsi Jawa Timur, dan kabupatan/kota Provinsi Aceh. Selain itu perbedaan lainya adalah terdapat pada penambahan variabel independen Dana bagi hasil yang dimana variabel ini sangat penting dikarenakan menyangkut hajat hidup suatu daerah dan juga merupakan salah satu sumber pendapatan yang cukup potensial, serta merupakan salah satu modal dasar pemerintahan daerah dalam mendapatkan dan pembangunan yang bukan berasal dari PAD, DAU dan DAK. Oleh karena itu, dalam peneliti ini memfokuskan pada variabel PAD, DAU, DAK, dan DBH.

(8)

` B. Rumusan Masalah

Pentingnya belanja modal untuk meningkatkan pelayanan publik oleh Pemerintahan Daerah maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap pengalokasian anggaran belanja modal ?

2. Apakah dana alokasi umum berpengaruh terhadap pengalokasian anggaran belanja modal?

3. Apakah dana alokasi khusus berpengaruh terhadap pengalokasian anggaran belanja modal?

4. Apakah dana bagi hasil berpengaruh terhadap pengalokasian anggaran belanja modal?

5. Apakah pertumbuhan ekonomi memoderasi hubungan pengaruh pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dana alokasi khusus, dan dana bagi hasil terhadap pengalokasian anggaran belanja modal?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk menguji pengaruh pendapatan asli daerah terhadap pengalokasian anggaran belanja modal

2. Untuk menguji pengaruh dana alokasi umum terhadap pengalokasian anggaran belanja modal

3. Untuk menguji pengaruh dana alokasi khusus terhadap pengalokasian anggaran belanja modal

4. Untuk menguji dana bagi hasil pengaruh terhadap pengalokasian anggaran belanja modal

(9)

`

5. Untuk menguji pemoderasin pertumbuhan ekonomi pada pengaruh pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dana alokasi khusus dan dana bagi hasil, terhadap pengalokasian anggaran belanja modal D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitaian ini diharapkan dapat memberikan informasi pentingnya dalam mengoptimalkan potensi lokal yang dimiliki daerah untuk peningkatan kualitas pelayanan publik demi kemajuan daerah.

2. Manfaat Praktis

penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pemerintah, khususnya pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi Riau mengenai Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Bagi Hasil dan Pertumbuhan Ekonomi sebagai variabel moderasi terhadap Pengalokasian Anggaran Balanja Modal

Referensi

Dokumen terkait

KONSTRUKSI KIT DAN PROSEDUR PRAKTIKUM DYE-SENSITIZED SOLAR CELLS (DSSC) DAN POTENSINYA UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Peningkatan penggunaan konsentrasi plasticizer pada edible film berpengaru h nyata (α=0,05) terhadap kadar air, ketebalan, kecerahan (L*), kelarutan, transmisi uap

Dalam pembahasan masalah ini yang akan dibahas adalah mengenai cara pembuatan dari mulai menentukan struktur navigasi, membuat peta navigasi, membuat disain antarmuka,

It is apparent, that in two media photogrammetry, the 1.33 factor used for clean water in underwater cases does not apply and the relation of the effective

Sehubungan dengan pelaksanaan Penunjukan Langsung Pengadaan Komputer Notebook/Laptop, Pengadaan Printer, Pengadaan Meja Kursi Tamu, Pengadaan Meja Telepon, Pengadaan

In this study, we have experimented with multi-temporal Landsat 7 and Landsat 8 high resolution satellite data, coupled with the corresponding hyperspectral data from a

Pada saat ini yang bersangkutan menjabat sebagai Kepala Seksi Penerapan Teknologi Tanaman Terna dan Tanaman Merambat, dan Pemberdayaan pada Direktorat Buah dan

Ketidakmampuan pihak reasuradur untuk memenuhi kewajiban pembayaran klaim ( schedule f) 0 4 Jumlah dana yang diperlukan untuk mengantisipasi risiko kerugian yang mungkin