PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI IPS MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA KELAS IX MTS DARUL HIKMAH PEKANBARU TAHUN AJARAN
2022/2023
Rini Wediana, Dewanti Regita Hapsari, Dinda Aryani, Revina Ilka, Vera William Prodi Tadris IPS, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Lidiawita Darnelia MTs Darul Hikmah Pekanbaru
Sukma Erni
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
ABSTRACT
This research is motivated by the results of interviews conducted with several students regarding their impressions of social studies lessons, it is known that they are not very interested or enthusiastic about taking social studies subjects on subjects that feel boring. This can be caused by several factors, one of which is that students are not invited to actively participate in the learning process that takes place in class. The purpose of this study was to improve student learning outcomes in social studies at MTs Darul Hikmah Pekanbaru by using the Problem Based Learning (PBL) model. This type of research is classroom action research (CAR) with research subjects being class IX students. Semester H Odd number of 21 people. The role of the teacher in achieving the learning objectives of the Problem Based Learning model is to guide and direct students in the process of solving the problems they face. Based on the results of data analysis, from the results of classical learning in cycle I the average score was 57.14, then with a percentage of 42.85% which was included in the sufficient category of KKM 77. Meanwhile in cycle II the classical results, the average score was 93.33 with a percentage of 47.61% which is included in the Very Understanding category of KKM 77 of 21 students who pass. Thus the Problem Based Learning model can improve student learning outcomes in social studies learning in class IX. H MTs Darul Hikmah Pekanbaru.
Keywords: Problem Based Learning(PBL), Learning Outcomes, Sosial Sciences.
ABSTRAK
Penelitian ini di latarbelakangi oleh hasil wawancara yang dilakukan kepada beberapa siswa mengenai kesan mereka mengenai pelajaran IPS, dketahui bahwa mereka tidak begitu tertarik ataupun bersemangat untuk mengikuti pelajaran IPS mata pelajaran yang terasa membosankan. Hal tersebut bisa disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya siswa kurang diajak untuk ikut aktif dalam proses pembelajaran berlangsung di kelas. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di MTs Darul Hikmah Pekanbaru dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL). Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan sujek penelitian adalah siswa kelas IX. H Semester Ganjil yang brejumlah 21 orang. Peran guru dalam mencapai tujuan pembelajaran model Problem Based Learning ini adalah membimbing dan mengarahkan peserta didik dalam proses penyelesaian permasalahan yang dihadapi. Berdasarkan hasil analisis data, dari hasil klasikal belajar pada siklus I Skor Rata-rata 57,14, kemudian dengan Persentase 42,85% yang termasuk dalam kategori cukup dari KKM 77. Sedangkan pada siklus II hasil klasikal, Skor Rata-rata 93,33 dengan Persentase 47,61% yang termasuk dalam kategori Sangat Paham dari KKM 77 dari 21 orang siswa yang tuntas. Dengan demikian model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran IPS di kelas IX. H MTs Darul Hikmah Pekanbaru.
Kata Kunci: Problem Based Learning (PBL), Hasil Belajar, IPS.
PENDAHULUAN
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Surya (2011:7) “belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam perilaku sebagai hasil interaksi antara dirinya dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya”.
Sekolah dituntut untuk membuat para siswa memiliki keterampilan abad 21 seperti berpikir kreatif (Creative thinking), berpikir kritis dan pemecahan masalah (critical thinking and
problem solving) dan berkolaborasi (Collaboration) atau yang biasa disebut dengan 4C (Mardhiyah 2021:30). Selain itu, masalah yang timbul dari dunia pendidikan adalah kurangnya pemahaman siswa dalam memahami materi yang diajarkan dan berdampak pada hasil belajar yang diperoleh (Baroya 2018: 102).
Menjadi sangat dilematis, ketika fakta menjelaskan penguasaan IPS siswa sangat lemah dan proses pembelajaran yang ditempuh juga tidak memacu siswa untuk berfikir kreatif dalam menemukan konsep materi yang diajarkan. Sementara disisi lain, IPS menghendaki pengembangan pengetahuan dan keterampilan siswa sebagai masyarakat dan bermasyarakat (NCSS; 1993), membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai sebagai modal dalam partisipasi sosial kemasyarakat (Bank:1990, Sapriya :2009).
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di MTs Darul Hikmah Pekanbaru didapati bagaimana sikap dan fokus anak selama proses pembelajaran IPS di kelas begitu beranekaragam kebanyakan dari mereka tidak begitu memperhatikan guru saat menyampaikan materi pelajaran di kelas, hanya beberapa siswa yang memberikan atensinya selama guru menerangkan materi, pada saat diskusi juga terdapat siswa yang pasif tidak memahami tugas masing – masing.
Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada beberapa siswa mengenai kesan mereka mengenai pelajaran IPS, dketahui bahwa mereka tidak begitu tertarik ataupun bersemangat untuk mengikuti pelajaran IPS mata pelajaran yang terasa membosankan. Hal tersebut bisa disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya siswa kurang diajak untuk ikut aktif dalam proses pembelajaran berlangsung di kelas.
Berdasarkan permasalahan tersebut, pada penelitian yang dilakukan oleh surya (2017) terdapat kendala yang dialami oleh guru dalam pembelajaran, proses pembelajaran masih berpusat kepada guru, guru belum memberikan pengalaman langsung kepada siswa dan belum mengahadapkan siswa pada suatu yang nyata, pada saat proses pembelajaaran berlangung aktivitas belajar siswa kurang aktif terlihat dari siswa belum berani mengeluarkan pendapatnya.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Erlisnawati (2015) bahwa proses pembelajaran siswa masih pasif dan guru yang lebih aktif, dalam proses pembelajaran kurang menghubungkan dengan masalah dalam kehidupan nyata siswa atau di lingkungan sekitar siswa.
Melihat fenomena tersebut, perlu diupayakan proses pembelajaran IPS yang lebih mengikutsertakan siswa untuk aktif di kelas dan yang paling utama untuk dicapai adalah
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS yakni dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
Problem Based Learning (PBL) merupakan model kurikulum yang berhubugan dengan masalah dunia nyata siswa. Masalah yang diseleksi mempunyai dua karakteristik penting, pertama masalah harus autentik yang berhubungan dengan kontek sosial siswa, kedua masalah harus berakar pada materi subjek dari kurikulum”. Terdapat tiga ciri utama dari model Problem Based Learning (PBL). Pertama, Problem Based Learning (PBL) merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi Problem Based Learning (PBL) ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa, siswa tidak hanya mendengar, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, tetapi melalui model problem based learning (PBL) siswa menjadi aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya membuat kesimpulan.
Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Problem Based Learning (PBL) ini menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya tanpa masalah pembelajaran tidak akan mungkin bisa berlangsung. Ketiga, pemecahan masalah menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. (Sulistiana;2022).
Menurut Nurhadi (2004) “Problem based learning adalah kegiatan interaksi antara stimulus dan respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan”.
Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik. PBL merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah konstektual sehingga merangsang siswa untuk belajar. Pada model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), siswa akan dibentuk dalam suatu kelompok-kelompok kecil dan dalam kelompok-kelompok kecil tersebut siswa akan saling bekerja sama untuk memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh siswa dan guru yang berkaitan dengan materi pelajaran.
Menurut Shohimin kelebihan model Problem Based Learning adalah sebagai berikut “(1) siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam situasi nyata (2) siswa memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam situasi nyata (3) melatih siswa memiliki kemampuan berfikir kritis, kemampuan memecahkan masalah, dan membagun pengetahuannya sendiri (4) siswa lebih mudah memahami suatu konsep jika saling mendiskusikan masalah yang dihadapi dengan temannya”.
Menurut Faturrahman (2016:113) menyatakan “Tujuan model Problem Based Learning adalah bukan penyampaian sejumlah besar pengetahuan kepada siswa, melainkan berorientasi pada pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah dan sekaligus mengembangkan kemampuan siswa untuk secara aktif membangun pengetahuan sendiri”. Tujuan pembelajaran tidak akan tercapai secara maksimal tanpa melaksanakan langkah- langkah model pembelajaran tersebut. Langkah-langkah diperlukan agar pembelajran lebih terkonsep dan sesuai dengan yang direncanakan. Langkah-langkah tersebut kemudian diisi dengan strategi yang berlaku dalam Problem Based Learning.
Langkah – Langkah Kerja Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Orientasi peserta didik pada
masalah
Guru menyampaikan masalah yang akan dipecahkan secara kelompok. Masalah yang diangkat hendaknya kontekstual.
Masalah bisa ditemukan sendiri oleh peserta didik melalui bahan bacaan atau lembar kegiatan.
Kelompok mengamati dan memahami masalah yang disampaikan guru atau yang diperoleh dari bahan bacaan yang disarankan.
Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar.
Guru memastikan setiap anggota memahami tugas masing- masing.
Peserta didik berdiskusi dan membagi tugas untuk mencari data bahan-bahan/ alat yang
diperlukan untuk
menyelesaikan masalah.
Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok.
Guru memantau keterlibatan peserta didik dalam pengumpulan data/ bahan selama proses penyelidikan.
Peserta didik melakukan penyelidikan (mencari data/referensi/sumber)
untuk bahan diskusi kelompok.
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya.
Guru memantau diskusi dan membimbing pembuatan
Kelompok melakukan diskusi untuk menghasilkan solusi
laporan sehingga karya setiap kelompok siap untuk dipresentasikan.
pemecahan masalah dan hasilnya dipresentasikan /disajikan dalam bentuk karya.
Menganalisis dan
mengevaluasi proses membimbing pemecahan masalah.
Guru Membimbing Presentasi dan mendorong kelompok memberikan penghargaan serta masukkan kepada kelompok lain. Guru bersama siswa menyimpulkan materi
Setiap kelompok melakukan presentasi, kelompok yang lain memberikan apresiasi.
Kegiatan dilanjutkan dengan merangkum/ membuat kesimpulan sesuai dengan masukan yang diperoleh dari kelompok lain dan guru.
Dari penelitian terdahulu, penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dapat membuat siswa aktif berdiskusi dengan kelompokan untuk memecahkan permasalahan dan menemukan konsepnya sendiri (Hajar 2016; Fauziah 2016).
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini bertujuan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan menggunakan model Problem Based Learning di kelas IX. H MTs Darul Hikmah Pekanbaru.
METODOLOGI
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang meliputi 4 tahapan; perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dengan strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning), pengamatan proses pembelajaran dan refleksi pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini direncanakan minimal dua siklus dimana setiap siklus memiliki tahapan sebagai berikut; 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan tindakan, 3) Observasi, 4) Refleksi. Tindakan penelitian ini dilakukan dalam dua siklus sebab setelah dilakukan refleksi yang meliputi analisis dan penilaian terhadap proses tindakan, akan muncul permasalahan atau pemikiran baru sehingga perlu dilakukan perencanaan ulang, pengamatan ulang, tindakan ulang serta dilakukan refleksi ulang.
Penelitian dilaksanakan di MTs Darul Hikmah Pekanbaru kelas IX. H. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX. H berjumlah 21 orang siswa, terdiri dari 21 orang siswa perempuan yang terdaftar pada tahun ajaran 2022/2023.
Dalam prosesnya peneliti dibantu oleh guru yang berperan sebagai pengamat sekaligus mengisi intrumen pengamatan, sebagai data proses. Fokus pengamatan adalah bagaimana pelaksanaan tindakan dengan strategi sentence journal yang dilakukan guru dan aktivitas dan perkembangan yang dialami siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan data hasil belajar diperoleh melalui Lembar Kerja Siswa dan tes multiple choice yang diberikan pada siswa ketika akhir pembelajaran. Jenis data dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif dan data kualitatif:
1. Data kuantitatif yaitu berupa kemampuan siswa menyelesaikan soal tentang materi pelajaran IPS yang diajarkan yang terdiri dari hasil tugas siswa, hasil tes awal dan tes akhir.
2. Data kualitatif yaitu data aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran IPS serta data kesulitan siswa dalam memahami materi.
Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara:
1. Pemberian tes awal dan tes pada setiap akhir tindakan.
Tes awal diberikan sebelum tindakan dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi tentang pemahaman awal siswa pada pengenalan materi pelajaran IPS, sedangkan tes pada akhir tindakan dilakukan untuk memperoleh data tentang peningkatan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
2. Observasi
Observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi. Tujuannya untuk mengamati aktivitas guru (peneliti) dan siswa, yang melakukan observasi atau observer adalah para peneliti.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan melakukan observasi kelas, tahap persiapan dan tes awal, ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi kelas subyek penelitian, dengan materi yang akan di bahas adalah masalah sosial, dan siswa yang akan dijadikan subyek penelitian adalah kelas IX. H yang berjumlah 21 siswa.
Hasil Tes Siklus 1
No Kategori Skor/Nilai Responden Persentase Hasil Klasikal
1 Sangat Paham 91-100 0 0 Skor Rata-rata
1200/21=57,14
2 Paham 81-90 0 0
3 Sedang 61-80 9 42,85% Persentase
42,85%
4 Kurang 41-60 7 33,34%
5 Tidak Paham 0-40 5 23,81% Cukup
KKM 77
Jumlah 100 21 100%
Hasil Lembar Kerja Peserta Didik Siklus 1
Dalam kegiatan penelitian dengan menggunakan Model Problem Based Learning ini menggunakan Lembar Kerja Peserta Didik sebagai bentuk dari penilaian hasil belajar siswa. Pada hasil pengerjaan Lembar Kerja yang dilakukan dalam bentuk Kelompok diskusi. Pada siklus pertama dengan materi Ketergantungan Antarruang Berdasarkan Ketergantungan Antarruang Berdasarkan Konsep Ekonomi dibentuk empat kelompok belajar yang tiap kelompok terdiri dari 5-6 siswa. Kelompok pertama mendapatkan nilai 67, kelompok kedua mendapatkan nilai 66, kelompok ketiga mendapatkan nilai 75 dan kelompok keempat mendapatkan nilai 76. Dari hasil belajar yang diperoleh siswa terlihat belum ada kelompok yang melewati KKM >77.
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui pada pelajaran IPS tingkat pemahaman materi Ketergantungan Antarruang Berdasarkan Konsep Ekonomi dalam penerapan model pembelajaran pendekatan PBL pada siklus II sebagai berikut: Dari 21 siswa yang diteliti pada hasil tes multiple choice, ada 9 siswa yang telah mencapai kategori sedang yang berarti ada sebesar 42,85%, sedangkan kategori kurang sebanyak 7 siswa atau sebesar 33,34%, tidak paham sebanyak 5 atau 23,81%
Secara klasikal sebagian besar siswa yakni sebanyak 21 siswa atau 42,85%
menempati kategori cukup paham. Dengan menerapkan cara perhitungan yang telah diuraikan pada bagian teknik analisis data, diperoleh data skor rata-rata tingkat pemahaman materi Ketergantungan Antarruang Berdasarkan Konsep Ekonomi dalam pelajaran IPS sebesar 57,14. Jika skor maksimal 100, skor rata-rata siswa sebesar 57,14 itu berarti berada pada kategori cukup paham.
Hasil Tes Siklus 2
No Kategori Skor/Nilai Responden Persentase Hasil Klasikal
1 Sangat Paham 91-100 10 47,61% Skor Rata-rata
1960/21=93,33
2 Paham 81-90 10 47,61%
3 Sedang 61-80 0 0 Persentase
47,61%
4 Kurang 41-60 1 4,78%
5 Tidak Paham 0-40 0 0 Sangat Paham
KKM 77
100 21 100%
Hasil Lembar Kerja Peserta Didik Siklus 2
Berdasarkan hasil lembar kerja belajar siswa menunjukkan bahwa pada siklus kedua dengan materi Globalisasi dibentuk tiga kelompok belajar yang tiap kelompok terdiri dari 6-7 siswa. Kelompok pertama mendapatkan nilai 87, kelompok kedua mendapatkan nilai 83, dan kelompok ketiga mendapatkan nilai 87. Dari hasil belajar yang diperoleh siswa terlihat semua kelompok mendapatkan hasil yang memuaskan telah melewati KKM > 77.
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui pada pelajaran IPS tingkat pemahaman materi Globalisasi dalam penerapan model pembelajaran pendekatan PBL pada siklus II sebagai berikut: Dari 21 siswa yang diteliti pada hasil tes multiple choice, ada 20 siswa yang telah mencapai kategori sangat paham yang berarti ada sebesar 47,6 %, sedangkan kategori kurang paham sebanyak 1 siswa atau sebesar 4,76%., dan tidak paham tidak ada atau 0%.
Secara klasikal sebagian besar siswa yakni sebanyak 21 siswa atau 56,25%
menempati kategori sangat paham. Dengan menerapkan cara perhitungan yang telah diuraikan pada bagian teknik analisis data, diperoleh data skor rata-rata tingkat pemahaman materi Globalisasi dalam pelajaran IPS sebesar 81,81. Jika skor maksimal 100, skor rata-rata siswa sebesar 93,33 itu berarti berada pada kategori sangat paham.
Hasil Non Tes Siklus 1 & 2
Rekapitulasi Pelaksanaan Pengajaran dengan strategi Problem Based Learning
Aktifitas yang diamati Skor Siklus 1
Skor Siklus 2
Rata-rata Skor Siklus 1&2
Guru memberikan permasalahan studi kasus sosial yang terjadi di sekitar atau di masyarakat
3 3 6
Guru memberikan penjelasan mengenai apa yang harus diperhatikan dan tahapan-tahapan yang harus dilakukan kelompok untuk memecahkan studi kasus sosial.
4 3 7
Guru memastikan setiap anggota memahami tugas masing-masing.
3 3 6
Guru memantau keterlibatan peserta didik dalam pengumpulan data atau bahan selama proses penyelidikan.
3 3 6
Guru memantau diskusi dan membimbing pembuatan laporan dalam bentuk LKPD yang diberikan guru yang memuat pendahuluan, isi, pendapat siswa dan kesimpulan
3 3 6
Guru membimbing presentasi dan mendorong kelompok memberikan penghargaan serta memasukkan kepada kelompok lain. Guru bersama siswa menyimpulkan materi.
3 4 7
Total 19 19 38
Persentase 79,1 % 79,1 % 79,16%
Kategori Baik Baik Baik
Dari hasil pengimplementasian sintak PBL yang dilakukan oleh guru pada siklus pertama dan kedua terlihat pada sintak ke-2 pada siklus pertama dan sintak ke-5 mengalami perubahan.
Dapat dilihat hasil rekapitulasi pada rata-rata skor siklus 1 dan 2 menunjukkan kategori Baik dengan nilai 79,16%.
Rekapitulasi kegiatan Belajar Siswa Siklus 1 & 2
Aspek yang Diamati Siklus 1 Siklus 2
Terlaksana % Terlaksana % Kelompok mengamati dan memahami
masalah yang disampaikan guru atau yang diperoleh dari bahan bacaan yang disarankan.
3 15 % 3 15 %
Peserta didik berdiskusi dan membagi tugas untuk mencari data, bahan-bahan atau alat yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah.
3 15 % 3 15 %
Peserta didik melakukan penyelidikan
untuk bahan diskusi kelompok. 3 15 % 3 15 %
Kelompok melakukan diskusi untuk menghasilkan solusi pemecahan masalah dan hasilnya dipresentasikan atau disajikan dalam bentuk karya
4 20 % 3 15 %
Setiap kelompok melakukan presentasi kelompok yang lain menggambarkan aktor apresiasi kegiatan melanjutkan dengan merangkum atau membuat kesimpulan sesuai dengan masukan yang diperoleh dari kelompok lain dan juga guru
3 15 % 4 20 %
Jumlah 16 80% 16 80%
Selama proses pembelajaran menggunakan model PBL, observer mencatat pelaksanaan pembelajaran dan keaktifan siswa selama mengikuti kegiatan belajar. Berdasarkan hasil observasi terhadap keaktifan siswa pada siklus I dan 2 menunjukkan bahwa siswa sudah menunjukkan respon positif walaupun masih ada sebagaian siswa yang belum terlihat aktif.
Semua siswa melakukan aktivitas belajar sesuai dengan indikator yang akan dicapai. Hal ini dapat dilihat dari data yang menunjukkan bahwa indikator mencapai indikator keberhasilan.
Hasil non tes mencakup hasil yang diperoleh dari observasi dari penilaian hasil kinerja guru dan juga siswa. Hasil observasi menunjukkan bahwa pembelajaran IPS dengan penerapan pendekatan PBL menunjukkan antusias yang cukup tinggi bagi siswa, suasana proses pembelajaran tampak hidup dan kondusif. Siswa lebih aktif dalam mengikuti kegiatan penerapan pendekatan PBL karena merasa menjadi bagian suatu kesibukan kolektif.
Dengan penerapan model pembelajaran PBL, akan terjalin suasana belajar yang berorientasi kepada siswa, sehingga membuat siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran IPA yang dilakukan dapat membuat siswa berpikir kritis, aktif bertanya,berani menyampaikan pendapat, kreatif, dan meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
KESIMPULAN
Metode Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan metode yang menitik beratkan pada pemecahan masalah, karena pada dasarnya dalam proses pembelajaran seorang siswa seyogyanya harus mampu memecahkan masalah-masalah yang ada. Begitupun dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan metode Pembelajaran Berbasis masalah siswa akan terlatih untuk memecahkan masalah-masalah yang ditemukannya dalam kehidupan sehari-hari seperti masalah-masalah sosial. Metode Pembelajaran Berbasis Masalah ternyata mampu meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembejalaran IPS dan juga dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan dari hasil analisis aktivitas guru dan siswa yang diperoleh, menunjukan bahwa penelitian tindakan kelas ini semua kriteria aktivitas guru dan aktivitas siswa serta analisis tes hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan dan telah memenuhi kriteria yang ditetapkan pada indikator kinerja. Siswa merasa senang dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran., memudahkan siswa memahami pelajaran yang dipelajari, serta meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan pengalaman belajar.
Penggunaan metode Pembelajaran Berbasis Masalah, siswa dilatih untuk merumuskan masalah serta mampu memecahkan masalah yang ditemukannya. Selain bermanfaat bagi siswa, juga dapat meningkatkan kompetensi guru, mengembangkan keterampilan dengan menggunakan
metode Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan motivasi untuk memanpilkan ide-ide baru dalam pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, dinyatakan bahwa peggunaan metode Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa, memotivasi siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, dan memahami pelajaran siswa.
Daftar Pustaka
Baroya, E. P. I. Hifmi. 2018. “Strategi Pembelajaran Abad 21-Lpmp Jogja.” As-Salam I (01):101–15
Fauziah, Delia. 2016. Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. I No. I. Hal 104-105.
Erlisnawati, Hendri Marhadi. 2015. Implementasi Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN 169 Pekanbaru. Universitas Riau.
Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Volume 4 Nomor 2.
Hajar, ‘A Nisaul, dkk. 2016. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X-3 Pada Mata Pelajaran Sosiologi SMA Negeri Kebakkramat Tahun Ajaran 2015/2016. Universitas Sebelas Maret
Nurhadi, 2004. Pembelajaran Kontekstual dan penerapannya dalam KBK. Malang: UM Press
Banks, A. James, 1990.Teaching Strategis for the Social Studies: Inquiry, Valueng and Decision-Making. NewYork: Longman.
Mardhiyah, Rifa Hanifa. 2021. Pentingnya Keterampilan Belajar di Abad 21 sebagai Tuntutan dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia. Universitas Pendidikan Indonesia. Lectura: Jurnal Pendidikan, Vol.12 No.1.
Surya, Mohammad. 2011.Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: CV Wacana Prima.
Surya, Y. F. (2017). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Sdn 016 Langgini Kabupaten Kampar. Jurnal Cendikia: Jurnal Pendidikan Matematika, 1(1), 38–53.
Sulistiana, Indra. 2022. Peningkatan Hasil Belajar Siawa melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada Mata Pembelajaran IPA Kelas IV SDN Blimbing Kabupaten Kediri.
PTK: Jurnal Tindakan Kelas, Vol. 2 No. 2.
Faturrahman, Muhammad. 2016. Model-model Pembelajaran Inovatif. Jogjakarta: Ar-ruzz Media