• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI KONSENTRASI BROADCASTING FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU 2023

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PROGRAM STUDI KOMUNIKASI KONSENTRASI BROADCASTING FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU 2023"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

ANALIS ISI KEKERASAN PADA FILM KARTUN RIO 2

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)

Oleh:

MARYAM SULFA SAFITRI NIM. 11543204476

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI KONSENTRASI BROADCASTING FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2023

No. 5519/KOM-D/SD-S1/2023

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

i ABSTRAK

Nama : Maryam Sulfa Safirti Nim : 11543204476

Judul : Analisis Isi Kekerasan Pada Film Kartun Rio 2

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendiskripsikan bentuk kekerasan yang terdapat dalam film kartun rio 2. Metode yang digunakan adalah Analisis isi kuantitatif dengan pendekatan deskriptif untuk mengurangi subjektifitas dari peneliti dan untuk mengukur hasil dari penelitian pada film kartun rio 2. Adapun populasi dari penelitian ini adalah film rio 2 berdurasi 101 menit dengan menggunakan 88 scene. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 61 menit dengan 74 scene dari keseluruhan film. Rumus tes uji reliabilitas antar pengkode tersebut, oleh Holsti di formulakan dengan data nominal dalam bentuk prosentase pada tingkat persamaannya. Hasil dari penelitian ini berdasarkan pengkoder I dan pengkoder II. Adegan kekerasan psikologis atau kekerasan non fisik dengan persentase tertinggi sebesar 46,4 %.

Adegan kekersasan seksual dengan besar persentase 27,2%. Dan kekerasan fisik berada di urutan terrendah dengan persentase 21%.

Kata kunci: Kekerasan, Film animasi, Analasis isi

(8)

ii ABSTRACT

Name : Maryam Sulfa Safitri Reg. No : 11543204476

Title : Content Analysis Of Violence In Rio 2 Cartoon Film

This study aims to identify and describe the forms of violence contained in the Rio 2 cartoon film. The method used is quantitative content analysis with a descriptive approach to reduce the subjectivity of the researcher and to measure the results of research on the Rio 2 cartoon film. The population of this study is Rio 2 film lasts 101 minutes using 88 scenes. The sample used in this study is 61 minutes with 74 scenes from the entire film. The formula for the reliability test between the coders, by Holsti, is formulated with nominal data in the form of a percentage at the level of equality. The results of this study are based on coding I and coding II. Scenes of psychological violence or non-physical violence with the highest percentage of 46.4%. Scenes of sexual violence with a large percentage of 27.2%. And physical violence is in the lowest order with a percentage of 21%.

Keywords: Violence, Animated film, Content analysis

(9)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum, wr. Wb

Alhamdulilahirabbil’alamin, penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya, kemudian shalawat dan salam tidak lupa penulis ucapkan kepada junjungan alam yakninya Nabi Muhammad SAW, berkat perjuangan beliau lah akhirnya kita dapat merasakan kenikmatan yang tidak terhingga yakni Iman dan Islam sebagaimana yang telah kita rasakan pada saat ini sampai akhir nantinya. Demikian juga yang penulis rasakan, akhirnya dengan izin dan rahmat Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Aalisis Isi Kekerasan Pada Film Kartun Rio 2” sebagai syarat akhir untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom) pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki penulis, maka dengan tangan terbuka dan hati yang lapang penulis menerima kritik dan saran dari berbagai pihak, demi kesempurnaan di masa yang akan datang.

Dalam penulisan skripsi ini tidak luput dari dukungan serta bantuan dari berbagai pihak, teristimewa kepada Ayahanda dan Ibunda penulis, yaitu Bapak Mustaming dan Ibu Atirah yang selalu senantiasa setia mencurahkan kasih sayang, doa, serta motivasinya. Terimakasih juga kepada nenek, paman, tante, abang sepupu, kakak sepupu dan adek sepupu yang juga selalu mengingatkan dan mendukung penuh perjuangan penulis. Tidak lupa juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang senantiasa memberikan semangat dan dorongan sehingga penulis semangat dalam penulisan skripsi ini hingga akhirnya skripsi ini selesai.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan dengan penuh hormat ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Kairunnas, M. Ag selaku rektor UIN Suska Riau.

2. Bapak Dr. Imron Rosadi, S. Pd, M.A sekau Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Suska Riau.

(10)

iv

3. Bapak Dr. Masduki, M. Ag selaku Wakil Dekan I, Bapak Dr. Toni Hartono, M. SI selaku Wakil Dekan II, Bapak Dr. H. Arwan, M. Ag selaku Wakil Dwkan III Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Suska Riau.

4. Bapak Dr. Muhammad Badri, S. P selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi.

5. Bapak Dr. Nurdin, M. A selaku pembimbing yang dengan ikhlas dan penuh kesabaran meluangkan waktu, tenaga, serta fikiran untuk memberikan bimbingan serta arahan pada penulis.

6. Bapak Dr. Yasril Yazid, MSI selaku Pembimbing Akademik (PA) yang telah memberikan arahan dan motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan perkuliahan.

7. Bapak Edison S.Sos, M. I. Kom selaku Pimpinan Redaksi Suska TV, yang telah memberikan ilmu, arahan, serta motivasi bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan perkuliahan.

8. Bapak dan Ibu serta keluarga besar Fakultas Dakwah dan Kominikasi yang telah membantu dan memberikan ilmu yang mereka miliki demi kesuksesan penulis.

9. Perpustakan UIN Suska dan perpustakan Fakultas yang telah membantu penulis dalam memberikan fasilitas berupa literature dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Terimakasih kepada para sepupu saya Levi Syahfitri, Zulkifli Hi Manna, Risa Anggrayny, Dian Purnama Sari, Delvi Wulan Sari, Suryani, Zainal Arifin, M. Ismail, M. Yusra, M. Irsyal, Riwa Vanisa, Nur Arizka, Linda Amelia Sari, Sahla Rizka yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Terimakasih kepada sahabat saya Puput Ayu Fadillah, Ana Febri Wulida, Najmi Hayati, Erlangga Dewantoro, Firiz Muhammad, Aldy Hidayat Prasetia, Muhammad Nurwansyah, Sugianto yang selalu buat tertawa dan selalu ada buat saya.

(11)

v

12. Terimakasih juga kepada sahabat SUSKA TV dan PETRIKOR yang mewarnai masa-masa perkuliahan dengan canda, tawa, dan saling berbagi ilmu bersama.

13. Terimakasih juga kepada sahabat Maind Set Pictures yang telah sudi membagi ilmunya.

14. Terimakasih seluruh sahabat seperjuangan jurusan Ilmu Komunikasi angkatan 2015.

15. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga kebaikan yang diberikan mendapat imbalan serta kemudahan dalam melakukan aktivitas hidup di dunia ini sekaligus pahala yang setimpal dari Allah SWT. Penulis sangat berharap mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya serta bagi pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum, wr. Wb

Pekanbaru, 23 Desember 2022 Penulis,

MARYAM SULFA SAFITRI NIM. 11543204476

(12)

vi DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Penegasan Istilah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

E. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Teori ... 9

1. Kekerasan ... 9

2. Film Animasi ... 15

3. Analisis Isi ... 17

B. Kajian Terdahulu ... 19

C. Kerangka Berfikir ... 23

D. Kategorisasi Kekerasan ... 24

BAB III. METODE PENELITIAN ... 25

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 25

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

C. Unit Populasi dan Unit Sampel ... 26

D. Teknik Pengumpulan Data ... 27

E. Validitas Data ... 28

F. Teknik Analisa Data ... 29

(13)

vii

BAB IV. GAMBARAN UMUM ... 33

A. Profil Film Rio 2 ... 33

B. Pemeran Dalam Film Rio 2 ... 34

C. Sipnosis Film Rio 2 ... 36

D. Sutradara Film Rio 2 ... 38

E. Produser Dan Rumah Produksi Film Rio 2 ... 40

F. Musik ... 41

BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Hasil Penelitian ... 44

B. Pembahasan ... 59

BAB VI. PENUTUP ... 65

A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(14)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Daftar Nama Pengkoder ... 29

Tabel 3.2 Persentase Nilai ... 31

Tabel 3.3 Unit Analisis Penelitian ... 31

Tabel 4.1 Daftar Lagu ... 42

Tabel 5.1 Uji Realibilitas Kategori Kekerasan Fisik ... 44

Tabel 5.2 Uji Realibilitas Kategori Kekerasan Psikologis ... 45

Tabel 5.3 Uji Realibilitas Kategori Kekerasan Seksual ... 46

Tabel 5.4 Persentase Adegan Memukul ... 48

Tabel 5.5 Persentase Adegan Membunuh ... 48

Tabel 5.6 Persentase Adegan Memaksa ... 49

Tabel 5.7 Persentase Adegan Menganiaya ... 49

Tabel 5.8 Persentase Adegan Menendang ... 50

Tabel 5.9 Rekapitulasi Mengenai Kekerasan Fisik ... 51

Tabel 5.10 Persentase Adegan Berteriak ... 52

Tabel 5.11 Persentase Adegan Mengancam ... 53

Tabel 5.12 Persentase Adegan Merendahkan ... 53

Tabel 5.13 Persentase Adegan Mengatur ... 54

Tabel 5.14 Persentase Adegan Memata-matai ... 55

Tabel 5.15 Persentase Adegan Memaki ... 55

Tabel 5.16 Rekapitulasi Mengenai Kekerasan Psikologis ... 56

Tabel 5.17 Persentase Adegan Menyentuh ... 57

Tabel 5.18 Persentase Adegan Mencium ... 57

Tabel 5.19 Rekapitulasi Mengenai Kekerasan Seksual ... 58

Tabel 5.20 Total Adegan Kekerasan ... 58

(15)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pikir ... 23

Gambar 4.1 Poster Film Rio 2 ... 33

Gambar 4.2 Stradara Film Rio 2 ... 38

Gambar 4.3 Logo Blue Sky Studios ... 40

Gambar 5.1 Adegan Memukul ... 48

Gambar 5.2 Adegan Membunuh ... 49

Gambar 5.3 Adegan Memaksa ... 49

Gambar 5.4 Adegan Menganiaya ... 50

Gambar 5.5 Adegan Menendang ... 51

Gambar 5.6 Adegan Berteriak ... 52

Gambar 5.7 Adegan Mengancam ... 53

Gambar 5.8 Adegan Merendahkan ... 54

Gambar 5.9 Adegan Mengatur ... 54

Gambar 5.10 Adegan Memata-matai ... 55

Gambar 5.11 Adegan Memaki ... 55

Gambar 5.12 Adegan Menyentuh ... 57

Gambar 5.13 Adegan Mencium ... 58

(16)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pengkodingan Adegan Lampiran 2. Frekuensi Adegan Lampiran 3. Daftar Nama Pengkoder Lampiran 4. Surat -Surat

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Di era modern seperti sekarang, kominikasi salah satu faktor penting bagi perkembangan bangsa. Perkembangan ilmu komunikasi massa sebagai bagian dari ilmu komunikasi telah mengalami kemajuan yang begitu pesat.1 Komunikasi massa dapat memberikan informasi ke banyak khalayak. Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Media yang termasuk dalam komunikasi massa ada tiga, yaitu media cetak, media elektronik, media film. Media cetak mencakup koran, dan majalah. Media elektronik mencakup radio dan televisi. Media film mencakup film bioskop.2

Film merupakan media komunikasi massa visual yang banyak diminati masyarakat.3 Film sendiri sering diartikan sebagai penyajian gambar lewat layar lebar, tetapi dalam pengertian yang lebih luas bisa juga termasuk yang disiarkan di TV. Film merupakan salah satu media massa yang berbentuk audio visual dan sifatnya sangat kompleks. Film menjadi sebuah karya estetika sekaligus sebagai alat informasi yang bisa menjadi alat penghibur, alat propaganda, juga alat politik. Ia juga dapat menjadi sarana rekreasi dan edukasi, di sisi lain dapat pula berperan sebagai penyebarluasan nilai-nilai budaya baru.4

Film mempunyai dampak tertentu bagi penontonnya, artinya dalam film, baik yang ditayangkan di televisi atau bioskop, selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan (message) dibaliknya, tanpa berlaku sebaliknya.5 Misalnya dampak negatif dari

1 Andi Alimuddin Unde, Televisi & Masyarakat Pluralistik, Prenada, Jakarta, 2014, hal. 1

2 Elvinaro Andranto, Lukiati Komala dan Siti Karlinah, Komunikasi Massa Suatu Pengantar (Bandung:Refika Offset,2007), hlm.3

3 Elvinaro Ardianto, dkk. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Edisi Revisi (Bandung:

Simbiosa Rekatama Media, 2014), hlm. 145

4 Rehuel Willy Aditama, Analisis Isi Kekerasan Dalam Film Animasi Serial The Simpsons, Jurnal E-Komunikasi, 2018, Vol 6. No.1

5 Jurnal, Representasi Kekerasan Dalam Film “Rumah Dara” (Studi SemiotikTerhadap Film “Rumah Dara”) di kutip oleh R. Novayana Kharisma

(18)

2

televisi atau film yaitu banyaknya tayangan yang mengandung unsur kekerasan, kejahatan, ketegangan, dan luapan emosi.

Kekerasan sering terkait dengan penggambaran dalam media.

Gambar membuat kekerasan menjadi biasa karena menghadirkan yang umum dan normal dalam dunia tontonan yang diatur sedemikian rupa sehingga pemirsa dibiasakan tidak bisa melakukan apa-apa. Padahal gambaran di media telah menciptakan dunia yang sulit dibedakan antara riil, simulasi, hiperiil, dan bohong. Semua gambar dan teks diatur sedemikian rupa sehingga ilustrasi kekerasan menjadi lebih kuat dan meyakinkan pemirsa. Kekerasan dalam film, fiksi, siaran, dan iklan menjadi bagian dari industri budaya yang tujuan utamanya ialah mengejar rating program tinggi dan sukses pasar. Program yang berisi kekerasan sangat jarang mempertimbangkan aspek pendidikan, etis, dan efek traumatisme penonton.6

Unsur kekerasan yang terlihat jelas maupun kasat mata ini dapat memicu terjadinya kekerasan yang terdapat di dunia nyata. Kekerasan adalah serangan atau invasi terhadap fisik maupun integritas mental psikologi seseorang.7 Efek media tanpa disadari masuk kedalam pikiran dan menjadi kebiasaan bagi penontonnya. Fenomena ini yang menjadi perhatian serius pemikir dampak tayangan media, khususnya dampak kekerasan media massa.8

Meski di Indonesia ada undang-undang yang mengatur tentang perfilman tidak menutup kemungkinan film anak mengandung unsur kekerasan. Salah satu film yang banyak ditayangkan adalah film animasi.

Animasi banyak digemari anak-anak karena gambarnya yang unik dan ceritanya yang lucu. Mayer, R. E. & Moreno, R, dalam jurnalnya

6 Jurnal, Konten Kekerasan Dalam Film Indonesia Anak Terlaris Tahun 2009- 2011,di kutip oleh Elita Primasari Hananta

7 Jurnal, Analisis Isi Kekerasan Dalam FilmWarkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1 diutip Lukas Hartono

8 Jurnal, Tampilan Kekerasan Dalam Film (studi Analisis Isi Tentang Kekerasan Fisik dan Psikologis dalam Film “The Raid: Redemption” Karya Gareth Evans) dikutip oleh Ezzy Augusta Mutiara

(19)

3

menjelaskan animasi juga dapat digunakan sebagai media pembelajaran dan pembentukan karakter anak. Dalam fase kehidupan, anak mengalami perkembangan dan pertumbuhan, pertumbuhan dalam arti fisik, sedangkan perkembangan dalam arti psikis termasuk perilakunya.9

Dalam perkembangan perilakunya, anak belajar melalui pengalaman-pengalaman yang ditemui. Pembentukan atau perkembangan anak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor intern (dari dalam diri anak) dan ekstern (dari luar diri anak). Faktor intern yaitu umur dan jenis kelamin, sedangkan faktor ektern yaitu lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, media massa, dan sebagainya.10

Apabila unsur kekerasan ini ditampilkan, maka akan berdampak negatif bagi anak-anak. Karena pada usianya, anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang cukup tinggi, serta memiliki kecenderungan untuk mencoba atau meniru adegan-adegan yang mereka lihat. Menurut sebuah pemberitaan media online, anak-anak senang sekali meniru apa yang mereka lihat. Contonya saja anak-anak suka sekali bermain pukul-pukulan setelan melihat film yang mereka suka. Dan parahnya lagi jika anak-anak menghadapi sebuah persoalan ataupun keadaan yang sulit, mereka selalu menggandalakan karakter idola mereka.

Sehubungan dengan pesatnya perkembangan industri pertelevisian saat ini, banyak stasiun televisi berlomba-lomba dalam memberikan dan menyajikan program-program yang menarik untuk khalayak. Bagi industri pertelevisian anak-anak dipandang sebagai pasar yang potensial dan sasaran atas program-program yang disajikannya. Dalam pembuatannya, konten-konten yang terdapat di dalam program tersebut juga kurang sesuai dengan tingkat pertumbuhan usia anak-anak. sehingga tidak jarang terdapat anak-anak yang terpengaruh dan mudah sekali berubah kepribadian akibat dari tayangan yang mereka tonton.

9 Rehuel Willy Aditama, Analisis Isi Kekerasan Dalam Film Animasi Serial The Simpsons, Jurnal E-Komunikasi, 2018, Vol 6. No.1

10Jurnal,Anime Dan Persepsi Budaya Kekerasan Pada Anak Usia Sekolah, dikutip oleh Elga Andina

(20)

4

Berkaitan dengan pembuatan program-program yang disajikan oleh stasiun televisi yang ditujukan untuk anak-anak, program film animasi meruakan program yang banyak diminati dan disaksikan oleh anak-anak terlebih lagi film-film animasi. Karena film animasi merupakan film yang menampilkan gerakan-gerakan yang cepat. Hal ini Sesuai dengan apa yang dikutip oleh Drs. Eb. Surbakti, Ma. dalam buku yang berjudul “Awas Tayangan Televisi” menerangkan bahwa :

“Pada umumnya anak-anak senang sekali melihat film-film yang menampilkan aksi (action) atau film yang menampilkan gerakan-gerakan cepat disertai dengan suara yang dahsyat. Semakin cepat gerakan yang ditampilkan film, semakin tinggi tingkat respek anak-anak menontonnya.

Itulah sebabnya mereka senang sekali menonton film-film kartun yang banyak menampilkan gerakan-gerakan spektakuler. Hal ini sering memicu perilaku agresif anak-anak”.11

Oleh karena itu mengapa banyak sekali anak-anak yang menyukai film animasi. Dari berbagai macam tayangan program animasi yang ditampilkan oleh stasiun televisi di layar kaca, program animasi Rio 2 merupakan salah satu program animasi yang saat ini masih tetap eksist menghibur anak-anak di layar kaca. Program animasi Rio 2 merupakan salah satu program yang disiarkan oleh salah satu stasiun televisi swasta yakni Global TV.

Dalam penyajiannya di layar kaca, program animasi Rio 2 ini, terdapat unsur-unsur kekerasan yang seharusnya tidak menjadi konsumsi bagi anak-anak. Tayangan film ini, terdapat penayangan kekerasan yang digambarkan dengan jelas dan dikhawatirkan nantinya kekerasan tersebut berpengaruh pada perkembangan anak. Karena melihat program ini merupakan program favorit, hal ini tentunya harus menjadi perhatian yang lebih, apa lagi menyangkut mengenai masalah kekerasan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka alasan utama bagi penulis adalah untuk mengetahui kekerasan macam apa saja yang disajikan dan

11 EB Surbakti, Awas Tayangan Televisi, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2008, hal. 43

(21)

5

bagaimana isi adegan kekerasan yang terdapat dalam film Rio 2. Alasan dijadikannya film animasi Rio 2 ini sebagai objek penelitian adalah : karena film yang dibuat oleh Blue Sky Studios memiliki rating yang cukup tinggi, yang artinya animasi ini banyak di saksikan oleh anak-anak maupun dewasa.

Kekerasan dalam Rio 2 belum pernah diteliti menggunakan metode analisis isi sebelumnya. Menurut Fyfe, program yang memiliki penonton anak-anak memiliki konten yang berbeda dari televisi biasa, sehingga penyesuaian diperlukan untuk mengulas program tayangan tersebut.

Sehingga peneliti memilih teori ini untuk digunakan sebagai tolak ukur.12 Peneliti memilih menggunakan analisis isi sebagai metode penelitian dikarenakan tujuan penelitian ini adalah untuk menghitung frekuensi dan persentase adegan kekerasan dalam film yang sesuai dengan definisi analisis isi Menurut Barelson analisis isi adalah suatu teknik penelitian yang obyektif, sistematik, dan menggambarkan secara kuantitatifisi-isi pernyataan suatu komunikasi.13

Dalam analisis isi kuantitatif, selain menghitung, pada akhir analisis ditambahkan pemaknaan dari data yang didapat, lalu ditarik kesimpulan. Sedangkan metode semiotika tidak melakukan perhitungan terhadap frekuensi dan persentase, melainkan pemaknaan yang mendalam dari simbol-simbol yang ada. Dan metode analisis isi kualitatif digunakan untuk mengetahui perbandingan isi dari sebuah wacana, sedangkan penelitian ini tidak melakukan suatu perbandingan. Karena itu, analisis isi kuantitatif merupakan metode yang tepat untuk digunakan dalam penelitian ini.

Penelitian ini dilakukan secara intensif dan melakukan penghitungan adegan kekerasan yang dimunculkan dalam film animasi Rio 2, lalu menganalisisnya dengan kategorisasi yang telah ditentukan.

Bentuk kekerasan apa saja yang terdapat dalam film animasi Rio 2?

12 Rehuel Willy Aditama, Analisis Isi Kekerasan Dalam Film Animasi Serial The Simpsons, Jurnal E-Komunikasi, 2018, Vol 6. No.1

13 Andi Bulaeng, Metode Penelitian Kontenporer, (Yogyakarta: ANDI, 2004), hal. 164

(22)

6

B. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kekeliruan dalam memahami proposal, maka dipandang perlu menegaskan beberapa istilah yang terkandung dalam judul, sebagai berikut:

1. Kekerasan

Kekerasan juga dapat diartikan serangan dengan memukul (assault and battery) merupakan kategori hukum yang mengacu pada tindakan ilegal yang melibatkan ancaman dan aplikasi aktual kekuatan fisik kepada orang lain. Serangan memukul dan pembunuhan secara resmi dipandang sebagai tindakan individu meskipun tindakan tersebut dipengaruhi oleh tindakan kolektif. Tindakan individu-individu inti terjadi dalam konteks suatu kelompok, sebagaimana kekerasan kolektif.14

2. Film Animasi

Film Animasi adalah sebuah film yang dibuat dengan memotret posisi secara berturut-turut benda mati (seperti boneka atau bagian mekanis), atau kartun animasi, yaitu sebuah gambar yang bergerak yang dibuat dari serangkaian gambar yang mensimulasikan gerakan tersebut dengan mengalami perubahan progresif yang kecil. Ini adalah pemahaman yang cukup umum tentang istilah animasi, namun ini juga mencerminkan keterbatasan mengenai apa saja bentuknya.15

3. Analisis Isi

Analisis isi menggunakan pendekatan kuantitatif untuk menganalisis ini manifest teks media. Analisis isi dilakukan untuk mendapatkan gambaran dari suatu isi secara apa adanya, tanpa adanya campur tangan dari peneliti. Peneliti menghilangkan bias, keberpihakan, atau kecendrungan tertentu dari peneliti. Hasil analisis isi harus benar-benar mencerminakn isi dari suatu teks, dan bukan

14 Thomas Susanto, Teori-Teori Kekerasan, (Jakarta: Ghalia, 2002), hal. 24

15 Jayne Palling, A Reader In Animation Studies, (United Kingdom: John Libbey Publishing, 2011), hal. 24

(23)

7

akibat dari subjektivitas (keinginan, bias, atau kecendrungan tertentu dari peneliti).16

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang peneliti mencoba untuk mengungkapkan rumusan masalahnya adalah “Bagaimana bentuk kekerasan yang terdapat dalam film animasi Rio 2?”

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bentuk kekerasan yang terdapat dalam filim animasi Rio 2.

2. Manfaat Penelitia 1) Secara Akademis

a. Sebagai langkah awal peneliti untuk dapat mengembangkan teori-teori yang telah dipelajari dalam ilmu komunikasi.

b. Dapat digunakan sebagai referensi dan rujukan bagi penelitian lain dalam rangka pegembangan dan memperkaya kajian ilmu komunikasi lebih lanjut.

2) Secara Praktis

a. Dapat memberikan evaluasi kepada orang tua dan anak dalam pemilihan film anak.

b. Peneliti dapat menerapkan ilmu yang telah didapatkan pada perkuliahan serta menambah wawasan peneliti.

16 Rehuel Willy Aditama, Analisis Isi Kekerasan Dalam Film Animasi Serial The Simpsons, Jurnal E-Komunikasi, 2018, Vol 6. No.1

(24)

8

E. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan penelitian ini, penulis membagi bab dalam enam bahasan, dimana masing-masing bab di bagi menjadi sub-bab dengan uraian sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan mengenai latar belakang, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

Bab ini berisikan tentang kajian teori, kajian terdahulu dan kerangka pikir penelitian.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang jenis dan pendekatan penelitian, lokasi penelitian, sumber penelitian, teknik pengumpulan data, validitas data, teknik analisis data.

BAB IV : GAMBARAN UMUM

Bab ini berisikan tentang gambaran umum subjek penelitian.

BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan tentang hasil penelitian dan pembahasan penelitian.

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran penelitian

(25)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Teori

1. Kekerasan

Kekerasan berarti penganiayaan, penyiksaan, atau perlakuan yang salah. Dilihat dari bentuknya, ada dua jenis kekerasan yang sering terjadi yaitu: 1) kekerasan fisik dan 2) kekerasan psikologis. Dalam kekerasan fisik tubuh manusia disakiti secara jasmani berupa siksaan, penganiayaan, hingga pembunuhan. Sedang kekerasan secara psikologis mewujud dalam bentuk pengurangan kemampuan mental atau otak (rohani) karena perlakuan-perlakuan repsesif tertentu, misalnya ancaman, indoktrinasi dan sebagainya.17

Kekerasan adalah suatu serangan (assault) baik terhadap fisik maupun integritas mental psikologis seseorang.18 Robert Audi mendefinisikan kekerasan sebagai serangan atau penyalahgunaan fisik terhadap seseorang, atau serangan, penghancuran, perusakan yang sangat keras, kasar, kejam dan ganas atas milik atau sesuatu yang secara potensial dapat menjadi milik seseorang.19

Kekerasan dapat ditinjau dari dimensi sosiologis dan dimensi simbolik atau virtual. Menurut Santoso20, kekerasan juga dapat diartikan serangan dengan memukul (assault and battery) merupakan kategori hukum yang mengacu pada tindakan ilegal yang melibatkan ancaman dan aplikasi aktual kekuatan fisik kepada orang lain. Istilah kekerasan digunakan untuk menggambarkan perilaku, baik yang terbuka (overt) atau tertutup (covert) dan baik yang bersifat menyerang (offensive) atau

17 Sunarto, Televisi, Kekerasan dan Perempuan, (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2009), hal. 47-47

18 J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta: Kencana 2004) hlm 343

19 Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial, Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. (Jakarta: Kencana, 2011), hlm 358

20 Angga Wiraatmaja, Analisis Muatan Kekerasan Pada Film Animasi “Oscar Oasis”

Berdasarkan Prinsip Exaggeration, Journal of Digital Education, Communication, and Arts, Vol.

1, No. 1, March 2018, 20-33, E-ISSN: 2614-6916

(26)

10

bertahan (defensive), yang disertai penggunaan kekuatan kepada orang lain.

Sementara kekerasan virtual atau simbolik menurut Haryatmoko, dikemukakan bahwa kekerasan yang dibeberkan dalam fiksi bukannya tanpa meninggalkan bekas luka pada pemirsanya atau pembacanya, terutama pada anak bisa meninggalkan traumatisme dan perilaku agresif.

Kekerasan yang ada dalam fiksi tersebut dapat dikategorikan sebagai kategori hiperrealistis. Ada kepura-puraan dan simulasi dalam kekerasan tersebut, namun efek bagi penontonnya sama atau bahkan lebih dahsyat daripada pertarungan tinju, karate atau bentuk kontak fisik lainnya. Fiksi mampu memproyeksikan keluar dari yang riil dunia yang mungkin meski tidak ada dalam kenyataan. Biasanya meski jauh dari realitas, fiksi masih memiliki pijakan atau analogi dengan dunia riil. Oleh karena itu, kekerasan fiksi menjadi berbahaya ketika justru memberi kemungkinan baru yang tidak ada di dunia riil.

Kekerasan yang ditemukan dalam keseharian menemukan pemenuhan tambahan dan pelengkap di virtual. Lalu berlangsung rasionalisasi dan optimalisasi kekerasan riil melalui pemindahan ke lingkup cyber. Bahkan kekerasan imajiner yang sulit dipercaya atau keterlaluan bisa dipresentasikan dalam layar menjadi suatu tampilan fiksi yang menciptakan ilusi realitas.21

Pengertian kekerasan juga terdapat dalam KUHP Bab XI tentang Arti Beberapa Istilah yang dipakai dalam kitab Undang-Undang pasal 89 yang menyebutkan bahwa : “membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan menggunakan kekerasan”.

Media massa benar-benar ingin menunjukkan kepada masyarakat konsumennya bahwa ia adalah benar-benar replika dari masyarakatnya, karena itu media massa juga harus tampil dalam bentuk kekerasan dan sadistis, media massa harus punya wajah seram yang membuat masyarakat

21 Dr. Haryatmoko, Etika Komunikasi: Manipulasi Media, Kekerasan dan Pornografi.(Yogyakarta: Kanasius, 2007),hlm 132

(27)

11

merinding dan mengelus dada. Padahal secara empiris, replika media massa akan terulang oleh konsumen medianya, yaitu masyarakat mereplikasi informasi media massa dalam proses kontruksi-rekontruksi.

Kejahatan di media massa terdiri dari beberapa macam, seperti:

1) Kekerasan terhadap diri sendiri, seperti bunuh diri, meracuni diri sendiri.

2) Kekerasan terhadap orang lain, seperti menganiaya orang lain, membentak orang lain, sampai dengan membunuh orang.

3) Kekerasan kolektif, seperti perkelahian massal, kompolatan melakukan kejahatan maupun sindikat perampokan.

4) Kekerasan dengan skala yang lebih besar, seperti peperangan dan terorisme yang dampaknya memberi rasa ketakutan dan kengerian yang luar biasa kepada pemirsa.22

Menurut McQuail23 kehadiran film merupakan respon penemuan waktu luang di luar jam kerja dan jawaban terhadap kebutuhan menikmati waktu luang secara hemat dan sehat bagi seluruh anggota keluarga. Film sebagai media massa memiliki kelebihan antara lain dalam hal jangkauan, realisme, pengaruh emosional, dan popularitas yang hebat. McQuail juga mengatakan bahwa film juga memiliki kelebihan dalam segi kemampuannya menjangkau sekian banyak orang dalam waktu singkat dan mampu memanipulasi kenyataan tanpa kehilangan kredibilitas.

Salah satu muatan pesan yang secara langsung maupun tidak langsung dapat di jumpai dalam perfilman yaitu adanya unsur kekerasan dalam adegan, ide cerita, maupun dialog percakapannya. Unsur kekerasan yang terlihat jelas maupun kasat mata ini dapat memicu terjadinya kekerasan yang terdapat di dunia nyata. Kekerasan adalah serangan atau invasi terhadap fisik maupun integritas mental psikologi seseorang.

Kekerasan terhadap sesama manusia pada dasarnya berasal dari berbagai

22 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 359-360

23 Jurnal, Analisis Isi Kekerasan Film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1, dikutip oleh Lukas Hartono

(28)

12

sumber, namun salah satu kekerasan terhadap satu jenis kelamin tertentu yang disebabkan oleh anggapan gender.24

Kekerasan dalam media merupakan sintesa selera kekerasan yang dibalut seni. Aspek yang ditawarkan filmmaker dalam membuat film bersifat mengundang ketertarikan (seru) sekaligus benci. Aspek tersebut tentunya dieksploitasi oleh kepentingan pasar dan ekonomi yang melihat ada candu masyarakat akan adegan kekerasan untuk mengejar rating.

Kekerasan dalam film, fiksi, siaran dan iklan menjadi bagian dari industri budaya yang tujuan utamanya ialah mengejar rating program tinggi dan sukses pasar. Program yang berisi kekerasan sangat jarang mempertimbangan aspek pendidikan, etis, dan efek traumatisme penonton.

Pengaduan bahwa tidak semua kekerasan jelek karena ada juga presentasi dalam media yang mengandung dimensi seni, makin mempersulit pemilahan mana yang mendidik dan mana yang merugikan atau distruktif.25

Bahaya kekerasan dalam media mempunyai alasannya yang kuat, meskipun sering lebih mencerminkan bentuk ketakutan daripada ancaman riil. Apa yang ditakutkan ialah skenario penularan kekerasan dalam media menjadi kekerasan sosial riil.

Pemaparan terhadap kekerasan di media mungkin memang merupakan salah satu faktor yang berkontribusi pada tingginya tingkat kekerasan di negara-negara.26 Paparan tersebut sama halnya yang dikemukakan oleh John Vivian dalam Teori Catalytic yang menyatakan bahwa kekerasan di media adalah salah satu faktor yang terkadang memberi kontribusi pada tindak kekerasan di dunia nyata. Akan tetapi, hal itu terjadi jika ada kombinasi dari pengaruh lain yang juga ada. Di antara pengaruh itu adalah:

24 Jurnal, Analisis Isi Kekerasan Film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1, dikutip oleh Lukas Hartono

25 Haryatmoko, Etika Komunikasi: Manipulasi Media, Kekerasandan Pornografi.

(Yogyakarta: Kanasius, 2007). hlm 121-122

26 Robert, A. Baron, Psikologi Sosial. (Jakarta: Erlangga, 2005), hlm. 147

(29)

13

a. Apakah kekerasan yang digambarkan di media itu mendapatkan imbalan.

David Philips dari University of California di San Diego menemukan bahwa tingkat pembunuhan naik setelah muncul publikasi adu tarung di mana pemenangnya diberi imbalan atau hadiah, dan tingkat pembunuhan turun setelah muncul publikasi sidang pembunuhan di mana pelakunya dihukum.

b. Apakah paparan media itu dahsyat atau tidak. Peneliti Monroe Lefkowitz mempelajari murid grade tiga di New York yang menonton banyak kekerasan di media. Sepuluh tahun kemudian, Lefkowitz menemukan individu-individu itu dianggap anak kasar oleh teman-temannya. Ini menyebabkan adanya efek jangka panjang.

c. Apakah orang yang kasar cocok dengan profil lainnya. Studi-studi telah menemukan korelasi antara perilaku agresif dengan banyak variabel selain menonton kekerasan. Variabel itu antara lain pendapatan, pendidikan, kecerdasan, dan praktik pengasuhan anak. Ini bukan berarti bahwa salah satu dari variabel itu menyebabkan tindak kekerasan. Ini menunjukkan bahwa kekerasan itu terlalu kompleks untuk dijelaskan hanya dengan satu faktor saja.27

Berdasarkan hasil penelitian-penelitian longitudinal dikombinasikan dengan penemuan dari eksperimen laboratorium jangka pendek, bukti-bukti kuat menyatakan bahwa pemaparan terhadap kekerasan di media merupakan penyebab potensial dari munculnya agresi manusia. Dampak ini dikarenakan terdapat sejumlah kemungkinan, pertama, individu mungkin belajar cara baru untuk melakukan agresi dari menonton program televisi dan film, cara-cara yang tidak mereka bayangkan sebelumnya.

Dampak lain dari menonton kekerasan di media meliputi apa yang di kenal sebagai efek desentralisasi. Setelah menonton banyak kekerasan, individu akan menjadi bebal pada kesakitan dan penderitaan orang lain, mereka menunjukkan reaksi emosional yang lebih sedikit daripada yang

27 John Vivian, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 488

(30)

14

seharusnya terhadap tanda-tanda kekerasan seperti itu, dan hal ini kemungkinan mengurangi pertahanan mereka sendiri untuk menolak terlihat dalam agresi.

Penelitian mengindikasikan bahwa dampak ketiga juga dapat terjadi menonton adegan kekerasan dapat menghidupkan pikiran hostile

“utama”, sehingga pikiran itu masuk ke ingatan dengan lebih segera, pikiran-pikiran hostile tersebut menjadi lebih mudah oleh pikiran yang sadar. Hal ini kemungkinan dapat meningkatkan kecenderungan seseorang untuk terlibat agresi terbuka. Karena paparan terhadap kekerasan di media secara berulang-ulang dapat menguatkan dampak utama tersebut seiring dengan waktu, pengaruh dari menonton kekerasan bisa terakumulasi dan bahkan menjadi lebih penting daripada yang diasumsikan sebelumnya.28

Bentuk kekerasan yang terdapat di dalam film dan iklan menjadi bagian dari komoditi yang menguntungkan, sehingga rating program yang tinggi bisa diperoleh, dan keuntungan finansial datang. Tentu saja, tayangan kekerasan yang menciptakan kenikmatan tersebut sama sekali tidak menghiraukan aspek-aspek lainnya, seperti aspek pendidikan ataupun efek trauma yang diakibatkannya. Efek tersebut mampu mempengaruhi daya pikir dan perilaku seseorang. Efek kenikmatan yang timbul ketika kekerasan itu diramu dalam bentuk humor di dalam adegan kekerasan seolah bisa memangkas ciri destruktif dari kekerasan tersebut.

Akibatnya, pemirsa yang menikmati adegan tersebut menjadi tumpul dan hilang kepekaannya terhadap kekerasan yang terjadi di dalam adegan, dan mungkin pada akhirnya di dalam realitas sehari-hari.

Ketidakpekaan orang terhadap korban penderitaan korban sebenarnya sudah terbentuk, ketika orang menyaksikan film beradegan kekerasan di dalamnya, dan mendapatkan kenikmatan dari melihat adegan tersebut.29

28 Robert, A. Baron, Psikologi Sosial. (Jakarta: Erlangga, 2005), hlm. 147

29 Jurnal, Analisis Isi Kekerasan Film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1, dikutip oleh Lukas Hartono

(31)

15

2. Film Animasi

Kartun merupakan cikal bakal terbentuknya film kartun/film animasi. Kartun yang merupakan goresan yang menggunakan tangan secara hakiki tidak dapat dilepas dari induknya, yakni seni rupa. Sejak dahulu, seni yang satu ini diolah oleh tangan-tangan yang trampil, seperti Honer Dumier, Francisco da Goya, Leonardo da Vinci, dan masih banyak lagi. Namun, yang di anugerahi gelar sebagai pelopor kartu adalah Honore Dumier. Gambar-gambar Dumier banyak dimuat di harian La Carricature dan Le Charivari. Dengan karya masterpiece-nya yang berjudul

“Penumpang Kereta Kelas Tiga” yang muncul pada tahun 1865.

Film animasi dapat didefinisikan seperti film lainnya namun pada film animasi ini diproduksi sendiri dalam per-frame (or frame – by frame) dan dimana gerak ilusi dihasilkan untuk menghubungkan gambar dua dimensi (2D) dari hasil gambar komputer atau menghasilkan gambar tiga dimensi (3D) seperti tanah liat dan plasticine. Selama beberapa tahun dijelaskan dengan penglihatan terus menerus/bersambungan. Di tahun 1824 seorang pria Prancis bernama Paul Roget mendeskripsikan suatu effect pada umumnya mengacu kepada “kekurangan” daripada melihat sendiri dari hasil yang diciptakannya.30

Banyak sekali definisi mengenai film kartun, salah satunya seperti yang dikutip oleh Setiawan G. Sasongko dalam bukunya yang berjudul Kartun sebagai Media Dakwah, kartun didefinisikan sebagai gambaran yang bersifat humoristis, kadang hanya bersifat lucu dan menarik, kadang dengan tujuan mencela atau mencemooh keadaan sosial atau seseorang.

Namun, lebih ditekankan lagi, bahwa kartun merupakan pencerminan ciri- ciri kemanusiaan pada umumnya secara karikatural.31

Animasi secara kreatif yang tertinggi dalam kategori film. Berasal dari kata latin animate, yang artinya untuk menghidupkan. Pada proses

30 Molecha Surya, Tampilan Kekerasan Dalam Animasi “Larva”, (Semarang: Skripsi Universitas Semarang, 2015)

31 Setiawan Sasongko G, Kartun Sebagai Media Dakwah, (Jakarta: Sigma Digi Media, 2005), Hal. 09

(32)

16

memproduksi animasi didefinisikan menghidupkan sesuatu yang sebelumnya tidak hidup, kecuali dalam ide pikiran kreator. Idenya berurutan melalui creatif dan proses produksi untuk memunculkan gambar yang indah selama kita lihat pada layar kecil atau besar. Gambar ini memiliki kekuatan untuk menggembirakan penonton, menyebabkan takut atau ngeri, dan mengalirkan air mata.

Dalam proses produksi animasi yang membawa bayangan produksi itu untuk hidup oleh pengambilan dari orang yang mempunyai ide kreatif.

Animasi produksi biasanya dibagi dalam beberapa bagian yaitu : a) Perkembangan (Development)

b) Sebelum Produksi (Pre-produksi) c) Production

d) Sesudah Produksi (Post Production)

Dalam masa lalu, animasi mempunyai perkembangan masa sifat percobaan dari sisi seni dalam segala bentuk televisi, periklanan, film dan web entertainment. Industri animasi segera dibuat 1900s dari studio kecil yang menjadikan film pendek untuk perfilman. Pertama perkembangan besar dalam arah yang berada pada penciptanya dalam pantauan Earl Hurd, 1913. Pembukaan ide dari bahan yang paling bagus antara lain dalam menggambar, memperhatikan beberapa background, bisa menggambar hanya satu kali dan karakter bisa menjadikan sebuah animasi, jadi membiarkan background tersebut lebih enak dipandang. Pada 1914 John Bray dari JR Bray Studio merintis ide animasi tersebut dari sebuah komunitas, yang mana sebagian besar diaplikasikannya. Pada 1928 Walt Disney membebaskan Streamboad Willie, Pertama kali sukses dibagian film animasi pendek berfungsi untuk mengkoordinasikan suara.32

Film kemudian diklasifikasikan sebagai berikut:

 “G” (General) : film untuk semua umur

 “PG”(Parental Guidance) : film yang dianjurkan didampingi orang tua.

32 Molecha Surya, Tampilan Kekerasan Dalam Animasi “Larva”, (Semarang: Skripsi Universitas Semarang, 2015)

(33)

17

 “PG-13” : film dibawah 13 th dan didampingi orangtua.

 “R” (Restriced) :film dibawah 17 th,didampingi orang dewasa.

 ”X” : film untuk 17 th keatas.

3. Analisis isi

Menurut Berelson dan Kerlinger, analisis isi adalah suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik, objektif, dan kuantitatif terhadap pesan yang tampak. Sedangkan menurut Budd, analisis isi adalah suatu teknik sistematis untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan atau suatu alat untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka dari komunikator yang dipilih.33

Prinsip analisis isi berdasarkan referensi di atas : 1. Prinsip sistematik

Ada perlakuan prosedur yang sama pada semua isi yang dianalisis.

Periset tidak dibenarkan menganalisis hanya pada isi yang sesuai dengan perhatian dan minatnya, tetapi harus pada keseluruhan isi yang telah ditetapkan untuk diriset.

2. Prinsip objektif

Hsil analisis tergantung pada prosedur riset bukan pada orangnya.

Kategori yang sama bila digunakan untuk isi yang sama dengan prosedur yang sama, maka hasilnya harus sama, walaupun risetnya berbeda.

3. Prinsip kuantitatif

Mencatat nilai-nilai bilangan atau frekuensi untuk melukiskan berbagai jenis isi yang didefinisikan. Diartikan juga sebagai prinsip digunakannya metode deduktif.

33 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), hal. 232

(34)

18

4. Prinsip isi yang nyata

Yang diriset dan dianalisis adalah isi yang tersurat (tampak) bukan makna yang dirasakan periset. Perkara hasil akhir dari analisis nanti menunjukkan adanya sesuatu yang tersembunyi, hal itu sah-sah saja.

Namun semuanya bermula dari analisis terhadap isi yang tampak.

McQuail dalam buku Mass Communication theory mengatakan bahwa tujuan dilakukan analisis terhadap isi pesan komunikasi adalah34:

a. Mendeskripsikan dan membuat perbandingan terhadap isi media.

b. Membuat perbandingan antara isi media dengan realitas social.

c. Isi media merupakan refleksi dari nilai-nilai sosial dan budaya serta sistem kepercayaan masyarakat.

d. Mengetahui fungsi dan efek media.

e. Mengetahui media performance.

f. Mengetahui apakah ada bias media

Tahapan dalam analisis isi.

1. Merumuskan masalah. Rumusan masalah masih berupa konsep- konsep. Misalnya, “tema-tema berita politik apa saja yang ada dalam pemberitaan jawa pos selama tahun 2006?”. Disini ada satu konsep, yaitu tema-tema berita politik, yang nantinya harus dioperasionalkan atau dicari ukuran-ukuran apa itu berita politik dan apa saja yang termasuk berita politik. Ukuran-ukuran ini yang disebut kategorisasi.

2. Menyusun kerangka konseptual untuk riset deskriptif (satu konsep) atau kerangka teori untuk riset eksplanasi (lebih dari satu konsep). Dari judul di atas (deskriptif), periset cukup mendefinisikan serta mengemukakan dimensi atau subdimensi dari berita politik. Hasilnya adalah sebuah kategoriasi yang dijadikan sebagai ukuran-ukuran berita

34 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), hal. 233-234

(35)

19

politik. Tapi bila permasalahan terdiri dari dua konsep atau lebih, maka periset harus berteori untuk menghubungkan antara definisi konseptual dengan definisi konseptual yang lain.

3. Menyusun perangkat metodologi.

Menentukan metode pengukuran atau prosedur operasionalisasi konsep, dalam hal ini konsep dijabarkan dalam ukuran-ukuran tertentu, biasanya dalam bentuk kategori-kategori beserta indikatornya.

Menentukan universe atau populasi dan sampel. dalam analisis isi, ada dua dimensi yang digunakan untuk menetukan populasi, yaitu topik dan periode waktu. Misalnya populasi bisa berbentuk seluruh berita politik selama satu tahun. Sampel adalah bagian atau sejumlah tertentu dari populasi yang akan diriset.

Menentukan metode pengumpulan data, dalam analisis isi, metode pengumpulan datanya adalah mendokumentasi isi komunikasi yang akan diriset. Misalnya, analisis isi berita surat kabar bisa dengan mengkliping berita-berita yang akan diriset, merekam film, dan sebagainya. Sedangkan untuk memasukkan data ke dalam kategorisasi yang ditentukan dapat digunakan lembar koding.

Menentukan metode analisis, periset bisa menggunakan tabel frekuensi, tabel sillang atau rumus statistik tertentu. Analisis dan interpretasi data.35

B. Kajian Terdahulu

Ada beberapa kajian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Andini Arieska Mahasiswi Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Dakwah Dan Komunikasi UIN Alaudin Makassar Tahun 2016.

Dalam penelitiannya “berjudul Pengaruh Tayangan Kekerasan Dalam Serial Kartun Naruto Terhadap Pembentukan Karakter Anak

35 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), hal. 236-238

(36)

20

Usia 9-12 Tahun Di Kelurahan Rappang Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap”. Penelitian ini dilatarbelakangi atas maraknya tayangan kekerasan dalam serial kartun yang sangat digemari oleh anak-anak salah satunya adalah serial kartun Naruto. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa pada umumnya anak-anak sering meniru tayangan yang pernah dilihat dan diamati di televisi dan dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh tayangan serial kartun Naruto terhadap pembentukan karakter anak berupa peniruan adegan-adegan dalam serial kartun Naruto.

Implikasi dari penelitian ini adalah: 1) Stasiun televisi harus mampu memilih dan menyeleksi tayangan-tayangan yang mempunyai kualitas baik dan membawa pengaruh positif bagi penonton atau pemirsanya, khususnya bagi anak-anak yang sangat mudah mempelajari atau meniru apa yang dilihatnya sehingga menimbulkan pengaruh buruk terhadap perkembangan dan pembentukan karakter. 2) Orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam memilih dan menyeleksi tayangan apa saja yang pantas dan boleh ditonton oleh anak-anaknya agar tidak menjadi pribadi yang buruk atau jahat.

Selain itu Rehuel Willy Aditama, membahas tentang “Analisis Isi Kekerasan Dalam Film Animasi Serial The Simpsons”. Dalam penelitiannya untuk mengetahui tentang adegan kekerasan dalam film animasi serial The Simpsons season 28. Peneliti meneliti kekerasan karena adanya konten kekerasan yang terdapat dalam film animasi yang ditonton anak-anak, dan dapat mempengaruhi anak. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Analisis Isi. Dengan menggunakan unit analisis film animasi serial The Simpsons Season 28.

Peneliti menggunakan 11 indikator kekerasan, yaitu kekerasan kartun, kekerasan fantasi, kekerasan fisik, ilmu bela diri, menggunakan senjata, kekerasan objek, api, kekerasan tersirat, kematian, penggambaran secara detil, dan kekerasan verbal.

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa jenis kekerasan yang paling banyak muncul adalah, kekerasan objek yang muncul dalam setiap episode

(37)

21

The Simpsons season 28. Sedangkan adegan kekerasan yang memiliki frekuensi tertinggi adalah penggunaan senjata, yang muncul sebanyak 58 kali selama penayangan satu season.

Tampilan Kekerasan Dalam Film (studi Analisis Isi Tentang Kekerasan Fisik dan Psikologis dalam Film “The Raid: Redemption”

Karya Gareth Evans), oleh Ezzy Augusta Mutiara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Intensitas kekerasan film The Raid:

Redemption menunjukkan jumlah yang cukup signifikan. Dari delapan sequence dalam film ini, kekerasan fisik mendominasi dengan sebesar 85,2%. Kekerasan fisik memukul merupakan adegan mayoritas dari keseluruhan kekerasan fisik. Adegan memukul terjadi sebanyak 413 kali atau 42,1 persen. Adegan memukul paling banyak terjadi pada sequence 8 (delapan) sebanyak 82 kali atau 19,85%. Ruang lingkup penelitian ini adalah analisis isi kuantitatif. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian saya adalah objek dan fokus penelitian. Objek dalam penelitian ini fokus pada kekerasan fisik dan Psikologis yang ada dalam film The Raid:

Redemption sedangkan dalam penelitian saya adalah Film Animasi Rio 2 yang memilih fokus pada kekerasan.36

Analisis Isi Kekerasan Film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1, oleh Lukas Hartono Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1, kekerasa psikologis menjadi indikator kekerasan yang mendominasi dalam film ini sejumlah 49 pesan kekerasan dari seluruhan adegan dan 64% dari keseluruhan pesan kekerasan. Jenis kelamin pelaku serta korban kekerasan keduanya didominasi oleh pemeran berjenis kelamin laki-laki. Tindak kekerasan yang dilakukan oleh laki-laki terjadi sebanyak 70 kali dan tindak kekerasan yang dialami korban kekerasan adalah sebanyak 66 kali dalam total keseluruhan adegan. Ruang lingkup penelitian ini sama-sama analisis isi kuantitatif. Dari 49 scene yang terdapat di film munafik 2

36 Jurnal, Tampilan Kekerasan Dalam Film (Studi Analisis Isi Tentang Kekerasan Fisik dan Psikologis Dalam Film“The Raid: Redemption” Karya Gareth Evans) dikutip oleh Ezzy Augusta Mutiara

(38)

22

hampir rata-rata di setiap scene terdapat kekerasan, baik itu kekerasan secara fisik, kekerasan non fisik (psikologis) dan kekerasan pada seksual.

Adanya tamparan, memukul bahkan membunuh37

Analisis Muatan Kekerasan Pada Film Animasi “Oscar Oasis”

Berdasarkan Prinsip Exaggeration oleh Angga Wiratmaja, Berdasarkan hasil dan diimplementasikan, terdapat beberapa kesimpulan yaitu:

1. Dari ke 30 episode yang dianalisa durasi rata-rata setiap episodenya adalah 423 detik dengan rata-rata durasi Exaggeration setiap episodenya adalah 5.4 detik data yang diperoleh oleh penulis. Sedangkan dari durasi rata-rata dari 30 episode film animasi Oscar Oasis yaitu sebesar 423 detik terdapat 3.33 detik adegan yang mengandung efek Exaggeration setelah dilakukan pengujian. Maka dapat disimpulkan bahwa dari durasi rata-rata episode oscar oasis terdapat 4.365 detik adegan yang mengandung efek Exaggeration kekerasan baik itu berupa pemukulan, penganiayaan, pengeroyokkan, penamparan, pelemparan benda kasar / tajam, penendangan, dan perkelahian.

2. Rata-rata persentase efek Exaggeration serta yang mengandung adegan kekerasan adalah sebesar 1.03% atau sebesar 4.365 detik dari total rata rata 423 detik setiap episodenya. Maka dari itu labeling untuk film animasi oscar oasis dari episode 1 sampai 30 adalah G (General Audience) artinya film tersebut layak untuk di pertontonkan dari umur 5-10 tahun.

3. episode yang memiliki tingkat exageration paling tinggi adalah episode 28 dengan jumlah durasi adegan yang mengandung unsur Exaggeration kekerasan sebesar 4% atau selama 15 detik dari 423 detik dengan jenis kekerasannya penganiayaan.38

37 Jurnal, Analisis Isi Kekerasan Film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1, dikutip oleh Lukas Hartono

38 Angga Wiraatmaja, Analisis Muatan Kekerasan Pada Film Animasi “Oscar Oasis”

Berdasarkan Prinsip Exaggeration, Journal of Digital Education, Communication, and Arts, Vol.

1, No. 1, March 2018, 20-33, E-ISSN: 2614-6916

(39)

23

C. Kerangka Pikir

Untuk menentukan kerangka pikir peneliti menggunakan konsep operasional untuk mempermudah penelitian ini. Oleh karena itu konsep teori perlu dioperasionalkan agar menjadi tolak ukur acuan penelitian.

Fokus dalam penelitian ini adalah bagaimana kekerasan yang terdapat di dalam film animasi Rio 2 dengan menggunakan teori analisis isi.39

39 Jurnal, Tampilan Kekerasan Dalam Film (studi Analisis Isi Tentang Kekerasan Fisik dan Psikologis dalam Film “The Raid: Redemption” Karya Gareth Evans) dikutip oleh Ezzy Augusta Mutiara

Film Animasi Rio 2

Analisis Isi

Kekerasan dalam film animasi Rio 2

Kekerasan Fisik 1. Menampar 2. Memukul 3. Membunuh 4. Mencekik 5. Meludahi 6. Memaksa 7. Menganiaya 8. Menendang

Kekerasan Seksual 1. Menyentuh 2. Meraba 3. Mencium 4. Memaksa

hubungan seks Kekerasan Non Fisik

(Psikologis) 1. Berteriak-teriak 2. Menyumpah 3. Mengancam 4. Merendahkan 5. Mengatur 6. Melecehkan 7. Memata-matai 8. Menguntit 9. Memaki

Menentukan poin-poin kekerasan yang terdapat pada film animasi Rio 2

(40)

24

D. Kategorisasi Kekerasan

Kekerasan berarti penganiayaan, penyiksaan, atau perlakuan salah.40 Dilihat dari bentuknya, ada tiga jenis kekerasan yang sering terjadi yaitu: 1) kekerasan fisik, 2) kekerasan non fisik (psikologis), dan 3) kekerasan seksual.

1. Kekerasan Fisik

Kekerasan fisik adalah bentuk atau prilaku kekerasan yang diberikan pada seseorang terhadap orang lain, yang pastinya akan menyakiti dan lebih bersifat pada kerusakan fisik seseorang. Dalam kekerasan fisik tubuh manusia disakiti secara jasmani berupa menampar, memukul, menginjak kaki, mencekik, meludahi, memaki, memaksa, melempar dengan barang, menganiaya, menendang, membunuh.

2. Kekerasan non fisik (Psikologis)

Kekerasan non fisik (Psikologis) adalah kekerasan yang cenderung tidak terlalu nyata atau jelas seperti kekerasan fisik. Kekerasan ini berbentuk tekanan yang dapat menurunkan kemampuan mental atau otak (rohani) karena perlakuan-perlakuan repsesif tertentu, dengan cara berteriak-teriak, menyumpah, mengancam, merendahkan, mengatur, melecehkan, menguntit dan memata-matai dan tindakan lain yang menimbulkan rasa takut.

3. Kekerasan Seksual

Kekerasan Seksual adalah tindakan yang mengarah ke desakan seksual seperti menyentuh, meraba, mencium dan tindakan lain yang tidak dikendaki korban. Ucapan-ucapan yang merendahkan dengan mengarah pada aspek kelamin, pemaksaan hubungan seks atau aktivitas seksual lain tanpa persetujuan korban.

40 Jurnal, Tampilan Kekerasan Dalam Film (studi Analisis Isi Tentang Kekerasan Fisik dan Psikologis dalam Film “The Raid: Redemption” Karya Gareth Evans) dikutip oleh Ezzy Augusta Mutiara

(41)

25 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, peniliti menggunakan pendekatan positivisme. Positivisme merupakan pendekatan dalam ilmu-ilmu alam dimana melihat suatu kejadian atau gejala sosial atau fenomena yang ada sebagai suatu yang causal (hukum sebab akibat), sesuatu yang terjadi karena disebabkan oleh suatu alasan. Dalam pendekatan ini, penelitian terhadap ilmu sosial menggunakan data kuantitatif yang akurat dan menggunakan eksperien, survei, dan statistik untuk mencari ketelitian dan melihat dengan objektif. Positivisme menggunakan asumsi objectivist atau empirical realist, yaitu persepsi atas adanya suatu

“realitas” yang sebenarnya ada diluar pemikiran atau pandangan manusia.

Data kuantitatif dilakukan memaluli metode riset analisis isi.

Analisis ini merupakan suatu teknik penelitian untuk membuktikan ferensi-ferensi yang dapat ditiru (replicable) dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya.41 Analisis isi menurut Holstin adalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi yang dilakukan secara objektif dan identifikasi sistematis dari karakteristik pesan.42

Jenis penelitian yang digunakan adalah analisis isi kuantitatif dengan pendekatan deskriptif, atau lebih sering disebut dengan analisis isi deskriptif. Metode analisis isi dengan pendekatan deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara detail suatu pesan, atau teks tertentu.43

Dengan menggunakan pendekatan kuantitatif untuk mengurangi subjektifitas dari peneliti dan untuk mengukur hasil dari penelitian pada film animasi Rio 2.

41 Khaus Krippendoft, Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993),hlm. 15

42 Eriyanto, Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya, (Jakarta: Kencana,2011), hlm. 15

43 Ibid, hlm. 47

(42)

26

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1) Lokasi Penelitian

Penelitian ini di ambil dari film animasi Rio 2 yang disutradarai oleh Carlos Saldanha. Penelitian ini dilakukan dengan pemutaran kembali video film Rio 2 yang di unduh dari You Tube. Karena penelitian ini adalah penelitian dalam bentuk analisis terhadap film, maka lokasi penelitiannya tidak sama seperti penelitian lapangan pada semuanya.

2) Waktu penelitian

Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini sekitar 3 bulan dan dimungkinkan adanya penambahan waktu penelitian sesuai dengan kondisi ril penelitian.

C. Unit Populasi dan Unit Sampel 1. Unit Populasi

Menurut Nawawi dalam Taniredja dan Mustafidah ―populasi adalah keseluruhan subjek yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuhan, gejala-gejala, aau peristiwa-peristiwa yang terjadi sebagai sumber. Populasi adalah semua anggota dari objek yang ingin kita ketahui isinya. Populasi adalah konsep yang abstrak.

Karena itu, populasi harus didefinisikan secara jelas agar anggota dari populasi dapat ditemukan secara cermat. Populasi yang telah ditentukan dan didefinisikan ini disebut sebagai populasi sasaran (target population).

Adapun populasi dari penelitian ini adalah film Rio 2 berdurasi 101 menit dengan menggunakan 88 scene.

2. Unit Sampel

Sampel penelitian adalah, sebagian yang diambil, dari keseluruhan obyek yang diteliti yang dianggap mewakili terhadap seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu.

Sampel juga berarti sebagian dari populasi, atau kelompok kecil yang

(43)

27

diamati furchan dalam Taniredja dan Mustafidah. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah 61 menit dengan 74 scene dari keseluruhan film.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dalam skripsi ini adalah:

1. Dokumentasi

Dalam penelitian menggunakan kajian dokumentasi. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi, peraturan kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya, foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. Dokumen dalam bentuk lisan misalnya, rekaman gaya bicara/dialek dalam bahasa suatu suku.

Dokumen yang berbentuk karya, misalnya karya seni berupa gambar, patung, film dan lain-lain.44

Teknik dokumentasi ini dilakukan dengan cara pengamatan melalui video. Yaitu dengan mengumpulkan data-data berdasarkan pengamatan melalui Video Film Animasi Rio 2 yang diunduh dari youtobe.

2. Analisis Isi

Analisis isi merupakan metode analisis teks yang paling lama mapan di antara sederet empiris penelitian sosial. Bagaimana pun untuk saat ini lebih agak sulit mempraktekkan analisis isi berdasarkan sebuah pemahaman homogeny tentang metodenya, di tilik dari kaya dan beragamnya literatur mengenai “Analisis isi”. Pada dasarnya analisis isi hanya mengacu pada metode-metode yang memusatkan perhatian pada aspek-aspek isi teks yang bisa di perhitungkan dengan

44 Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:

Alfabet, 2012), hlm. 148

(44)

28

jelas dan langsung pada sebuah perumusan bagi frekuensi relatif, dan absolut kata perkata atau unit pemukaan.45

Menurut Eryanto Analisis isi adalah salah satu metode utama dari ilmu komunikasi. Penelitian yang mempelajari isi media (surat kabar, radio, film dan televisi) menggunakan analisis isi. Lewat analisis isi, penelitian dapat mempelajari gambaran isi, karakteristik pesan, dan perkembangan (tren) dari suatu isi.46

E. Validasi Data

Validitas sangat penting dalam analisis isi. Hal ini karena temuan- temuan dalam analisis isi didasarkan pada alat ukur yang dipakai. Jika alat ukur yang dipakai salah, dapat dipastikan temuan dipercaya.47 Uji validitas diperlukan untuk mengetahui dan memastikan ketepatan alat ukur yang digunakan, karena temuan-temuan penelitian dihasilkan dari pengukuran yang tepat.

Ukuran kualitas sebuah riset terletak pada kesahihan atau validitas data yang dikumpulkan selama riset. Untuk menguji kreadibilitas data dibutuhkan uji reliabilitas. Perhitungan realibilitas membutuhkan dua orang coder atau lebih. Masing-masing coder akan diberikan ukur (coding sheet) dan diminta untuk menilai sesuai dengan petunjuk. Uji reliabilitas sangat penting untuk mengetahui tingkat konsistensi pengukuran, mengetahui apakah kategori yang dibuat sudah operasional dan secara umum untuk mengetahui tingkat obyektifitas penelitian.

Rumus tes uji reliabilitas antar pengkode tersebut, oleh Holsti di formulakan dengan data nominal dalam bentuk prosentase pada tingkat persamaannya. Rumus tes uji reliabilitas sebagai berikut:48

45 Abdul Syukur Ibrahim, Metode Analisis Teks dan Wacana (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000) hlm 94

46 Eriyanto, Analisis Isi. hlm 11

47 Eriyanto, Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya, (Jakarta: Kencana,2011), hlm. 259

48 Eriyanto, Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya, (Jakarta: Kencana,2011), hlm. 290

Referensi

Dokumen terkait

Hingga suatu hari anak yang paling besar yuni (17tahun) melakukan hubungan suami istri yang kemudian diketahui hamil diluar nikah hingga membuat ibu marah besar

Menurut penelitian uswatun khasanah tentang pernikahan dini menurut pandangan islam memiliki beberapa dampak positif diantaranya sebagai berikut a) Dukungan

Mahasiswa mampu memahami, menguasai, menjelaskan, dan mengomunikasikan bahasa Indonesia dengan baik dan benar secara lisan maupu tulisan terutama dalam konteks kinerja

1,2,6 10) Hadits Dhai`f pengertian dan pembagian, syarat dan contoh serta kedudukan dan hukumnya. 11) Hadits Mutawatir pengertian dan pembagian, syarat dan contoh serta kedudukan

Pembuatan buku panduan ini seleras dengan program Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau untuk membuat Jurnal Online Mahasiswa

Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan dan wawasan mengenai perkembangan Ilmu Administrasi, perkembagan teori manajemen yang

Mahasiswa Mampu Menjelaskan Perkembangan Manajemen dalam Persfektif Islam. Perkembangan Manajemen dalam Persfektif

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai respon mahasiswa jurusan ilmu komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau tentang