1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
Menurut Undang-undang Nomor I Tahun 1970 dan KMK No. 432 ttg Pedoman Manajemen K3 berisi tentang ‘bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas,.
Adapun Tujuan dari K3 adalah sebagai berikut:
1. Agar setiap tenaga kerja mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, maupun psikologis.
2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya, selektif mungkin.
3. Agar semua hasil produksi dapat dipelihara keamanannya.
4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan pegawai/tenaga kerja.
2.2 Definisi Bahaya (Hazard)
Bahaya atau hazard menurut OHSAS 18001 hazard adalah sumber, situasi atau tindakan yang berpotensi menimbulkan kerugian dalam hal luka-luka atau penyakit terhadap manusia. [4]
2.2.1 Jenis – Jenis Bahaya
Bahaya dalam kehidupan sangat banyak ragam dan jenisnya. Disekitar kita terdapat banyak bahaya-bahaya yang berpotensial untuk mencederai tubuh kita baik cidera ringan maupun sampai cedera fatal. jenis bahaya diklasifikasikan sebagai berikut [4]
:
1. Bahaya Mekanik
Bahaya mekanik adalah bahaya yang disebabkan oleh benda bergerak baik yang digerakan secara manual maupun otomatis. Contohnya seperti gerinda, bor, sinso, dll.
2. Bahaya Listrik
Bahaya listrik adalah bahaya yang disebabkan oleh arus listrik yang dapat menimbulkan kebakaran, sengatan listrik, dan hubungan pendek arus listrik.
3. Bahaya Fisis
Bahaya fisis adalah bahaya yang berasal oleh faktor kebisingan, getaran, tekanan, exposure cahaya, dan bahaya reruntuhan bangunan.
2.2.2 Sumber Bahaya di Lingkungan Kerja
Pada dasarnya di setiap tempat kerja selalu terdapat sumber bahaya yang dapat mengancam keselamatan maupun kesehatan pekerja [5]. Berikut merupakan sumber timbulnya suatu bahaya yang berasa dari :
1. Manusia
Sebagian besar kesalahan utama dalam kecelakaan disebabkan oleh karyawan akibat kelalaian tersebut menimbulkan kerugian, kerusakan, serta kematian.
2. Bangunan, instalasi, dan peralatan
Bahaya yang disebabkan oleh bangunan karna bangunan yang rapuh dan tidak memenuhi standar persyaratan yang berlaku.
3. Bahan baku
Bahan dasar yang digunakan dalam proses produksi memiliki risiko bahaya, misalkan bahan baku mudah terbakar dan meledak ditempatkan di ruangan yang suhunya tinggi akan menimbulkan bahaya yang luar biasa.
2.3 Hazard Identification, Risk Assessment, and Determining Control (HIRADC)
HIRADC merupakan salah satu elemen kunci untuk mewujudkan tempat kerja yang aman, dengan menetapkan menerapkan dan memelihara prosedur untuk meramalkan identifikasi bahaya, penilaian risiko, dan penentuan kontrol yang diperlukan [6]. Identifikasi bahaya, penilaian risiko, dan pengendalian risiko [7]
adalah 3 tahapan yaitu identifikasi bahaya, penilaian risiko, dan pengendalian risiko. Keadaan yang dihadapi oleh seseorang maupun perusahaan yang merupakan keadaan tidak memiliki kepastian yang dimaksud dengan risiko ini adalah keadaan yang dihadapi oleh seseorang maupun perusahaan yang Keadaan
3
ini dapat memberikan dampak kerugian dan ketidaksesuaian dalam rencana yang dibuat, be it waktu atau biaya [8].
2.3.1 Identifikasi Bahaya
Bahaya adalah sekuritas yang dapat menyebabkan cedera oleh manusia atau kerusakan oleh alat atau lingkungan. Bahaya fisik, bahaya kimia, bahaya mekanik, bahaya elektrik, bahaya ergonomi, bahaya kebiasaan, bahaya lingkungan, bahaya biologi, dan bahaya psikologi adalah macam-macam kategori bahaya [9].
2.3.2 Risk Assessment
Penilaian risiko bertujuan untuk menentukan risiko yang dapat ditoleransi atau tidak dapat diterima dan tingkat risiko kerusakan sehingga dapat dilakukan pengelolaan.
Hasil penilaian risiko wilayah. Salah satu upaya dalam menilai identifikasi bahaya dan manajemen risiko [10]
1. Menentukan jenis pekerjaan/proses/kegiatan (mengelas, menggerinda, dsb) 2. Membuat potensi bahaya & risikonya (bahaya: terkena percikan api, risiko:
sakit mata)
3. Memberikan penilaian untuk masing-masing kemungkinan terjadi dan tingkat keparahannya. (kemungkinan: sangat jarang (1) X Keparahan : luka ringan (1), bisa dibuat dalam skala 1 s/d 6
4. Buat pemetaan risiko berdasarkan nilai kemungkinan x keparahan (1 X 1) = 1 (low Risk), tingkat resiko bisa dibuat dalam skala 1 (low Risk) s/d 6 (extreme Risk)
5. Buat pengendalian risiko sesuai hirarki pengendalian risiko
• Eliminasi (menghilangkan) bahaya
• Substitusi (mengganti) misalnya peralatan atau bahan kimia
• Rekayasa engineering misalnya dengan menambahkan guarding atau penutup
• Pengendalian secara administrasi misalnya pengawasan, pelatihan, rotasi.
• Alat Perlindungan Diri (APD)
2.4 Pengendalian risiko Analisis dan Penilaian resiko
Menurut AS/NZS 4360 (1999), analisis risiko adalah aktivitas sistematis yang menggunakan informasi yang tersedia untuk menentukan besarnya hasil dan frekuensi terjadinya peristiwa. Analisis risiko adalah kegiatan yang menganalisis risiko dengan menentukan besaran dan tingkat keparahan akibat dari risiko tersebut [11]. Tujuan dilakukannya analisis risiko adalah untuk membedakan antara risiko minor dan risiko mayor serta menyediakan data untuk membantu menilai dan mengelola risiko (AS/NZS 4360, 1999). Ada tiga metode analisis risiko:
1. Analisis Kualitatif
Analisis ini menggunakan bentuk kata atau skala deskriptif untuk menggambarkan besarnya kondisi potensial yang dapat diukur (AS/NZS 4360, 1999). Analisis kualitatif biasanya digunakan untuk memprioritaskan risiko yang perlu ditangani terlebih dahulu.
2. Analisis Kuantitatif
Analisis ini menggunakan data variabel seperti catatan insiden, literatur, dan eksperimen, dan menggunakan hasil dari setiap hasil dan perhitungan numerik tingkat probabilitas. Penggunaan sumber data tersebut membuat analisis lebih akurat dibandingkan analisis lainnya [11].
3. Analisis Semi Kuantitatif
Metode ini memberikan angka pada probabilitas dan efek berdasarkan keputusan subjektif. Analisis ini membantu mengidentifikasi dan mengklasifikasikan peristiwa yang dapat memiliki konsekuensi serius, seperti: Kerusakan peralatan, gangguan bisnis, kerusakan manusia, dll. [11]. Analisis semi-kuantitatif
5
mengeksplorasi kemungkinan menggabungkan dua faktor probabilitas dan dampak sebagai frekuensi. (AS / NZS 4360, 1999). Metode analisis semi- kuantitatif mempertimbangkan tiga faktor:
a. Konsekuensi (consequence)
Konsekuensi adalah suatu kejadian yang berdampak, seperti kerusakan atau cedera yang merugikan pekerja atau lingkungannya.
Tabel 2.1 Konsekuensi
Faktor Kategori Deskripsi Rating
Konsekuensi (consequences)
Noticeable Cidera atau penyakit ringan, memar bagian tubuh, kerusakan kecil, kerusakan ringan dan terhentinya poses kerja sementara waktu tetapi
tidak menyebabkan pencemaran diluar lokasi
1
Important Cidera yang membutuhkan penanganan medis, terjadi emisi buangan, diluar lokasi tetapi tidak
menimbulkan kerusakan
5
Serious Cidera yang serius tapi bukan penyakit parah permanen dan sedikit berakibat buruk bagi
lingkungan
15
Very Serious Cacat atau penyakit yang permanen dan
kerusakan sementara terhadap lingkungan 25 Disaster Kejadian yang berhubungan dengan kematian,
serta kerusakan permanen yang kecil terhadap lingkungan
50
Catastopic Kerusakan yang fatal dan sangat parah, terhentinya aktifitas, dan terjadi kerusakan
lingkungan yang sangat parah
100
Sumber : AS/NZS 4360: 2004
b. Kemungkinan (probability)
Probabilitas yang diketahui adalah nilai risiko yang terjadi pada setiap langkah kerja atau menggambarkan konsekuensi yang mungkin terjadi. Probabilitas atau yang biasa disebut dengan kemungkinan ini memiliki tingkat penilaian yang berbeda-beda dan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 2.2 Kemungkinan
Faktor Kategori Deskripsi Rating
Kemungkinan (likelihood)
Practically Imposible
Tidak mungkin terjadi atau sangat tidak
mungkin terjadi 0,1
Conceivable Jarang terjadi (tidak pernah terjadi kecelakaan
tahun-tahun pemaparan,namun bisa saja terjadi) 0,5 Remotely possible Kemungkinan kecil (kejadi yang sangat kecil
kemungkinannya untuk terjadi) 1 Unusually Tidak biasa (mungkin saja terjadi tetapi jarang) 3 Likely Cenderung terjadi (kemungkinan terjadi 50%) 6 Almost Certain Sering terjadi (kejadian yang paling sering
terjadi) 10
Sumber : AS/NZS 4360: 2004
Analisis semi-kuantitatif dilakukan dengan menghitung perkalian antara variabel acak dan variabel hasil saat menentukan tingkat risiko.
c. Tingkat risiko
Tingkat risiko merupakan besar kecilnya kemungkinan bisa terjadinya risiko atau kekerapan kejadian risiko. Dalam menentukan tingkatan risiko maka perkalian dari rating kemungkinan dan konsekuensi.
Tabel 2.3 Tingkat Risiko
7
Sumber: Risk Management AS/NZS 4360 (2004)
2.5 Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko merupakan langkah penting dalam manajemen risiko secara keseluruhan, dan pada tahap ini merupakan implementasi dari upaya manajemen risiko dalam organisasi [12] Manajemen risiko dapat menggunakan hierarki manajemen risiko. Pendekatan hierarki pengendalian adalah pengendalian risiko dengan mengutamakan pemilihan dan pelaksanaan pengendalian yang terkait dengan bahaya K3., pengendalian risiko sesuai hirarki pengendalian risiko yaitu :
• Substitusi (mengganti) misalnya peralatan atau bahan kimia
• Eliminasi (menghilangkan) bahaya
• Rekayasa engineering misalnya dengan menambahkan guarding atau penutup
• Pengendalian secara administrasi misalnya pengawasan, pelatihan, rotasi.
• Alat Perlindungan Diri (APD)
Tabel 2.4 Pengendalian Risiko
Sumber: Skripsi Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sumatera, 2021 Dari tabel 2.4 untuk menentukan pengendalian risiko penulis menggunakan tabel pendekatan hirarki pengendalian terdapat aktifitas pekerjaan pada proyek pembangunan GLT 5 ITERA, variabel risiko yang dapat terjadi pada proyek pembangunan GLT 5 ITERA , menentukan kategori tingkat risiko yang terjadi, merekomendasikan pengendalian, dan menentukan hirarki pengendalian risiko .
No Aktifitas pekerjaan
Variabel Risiko
Kategori Tingkat Risiko
Rekomendasi Pengendalian
Hirarki Pengendalian Risiko
9 2.6 Job Safety Analysis (JSA)
Pentingnya untuk membuat JSA untuk mengidentifikasi potensi ancaman untuk setiap aktivitas dan mengetahui cara mengendalikannya. Dalam memilih kegiatan kerja untuk membuat JSA, prioritasnya tergantung pada jumlah kecelakaan kerja yang terjadi pada kegiatan tersebut, atau jumlah kecelakaan kerja dengan jumlah kecelakaan kerja tertinggi. Tujuan penerapan JSA secara umum adalah untuk mengidentifikasi potensi bahaya dalam setiap aktivitas kerja sehingga diharapkan pekerja dapat mengidentifikasi bahaya tersebut sebelum terjadi kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Penerapan JSA memiliki keunggulan dan keunggulan sebagai berikut [12] :
1. Memberikan pelatihan mengenai prosedur kerja dengan lebih aman dan efisien.
2. Memberikan pelatihan kepada tenaga kerja/karyawan baru.
3. Memberikan pre-job instruction pada pekerjaan yang tidak tetap.
4. Melakukan review pada job prosedur setelah terjadi kecelakaan.
5. Melakukan studi terhadap pekerjaan untuk memungkinkan dilakukan improvement metode kerja.
6. Identifikasi pengamanan apa saja yang perlu dipakai saat bekerja.
7. Meningkatkan produktivitas kerja dan tingkah laku positif mengenai safety.
Tabel 2.5 Job Safety Analysis
Job Safety Analysis
Tahap pekerjaan Bahaya Risiko Pengendalian Tanggung Jawab
Sumber : SafeySign.co.id. 2020
Pada tabel 2.5 untuk menentukan risiko menggunakan JSA penulis dibutuhkan tahapan pekerjaan dari proyek pembangunan GLT 5 ITERA, menentukan sumber bahaya, risiko yang dapat terjadi dari sumber bahaya tersebut, cara pengendalian risiko, dan penanggung jawab dari setiap risiko yang terjadi.
2.7 Hazops (Hazard and Operability Study)
Hazops adalah cara untuk mengidentifikasi masalah dari proses operasional yang dapat mempengaruhi efisiensi produksi. Hazops berfokus pada analisis terstruktur dari operasi yang sedang berlangsung. Riset operasional adalah bagian dari kondisi operasional yang ada yang dirancang untuk kemungkinan menyebabkan gangguan yang merugikan bagi bisnis Anda.Beberapa istilah pada Hazops antara lain : 2.8 Fault Tree Analysis (FTA)
FTA adalah analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi akar penyebab kegagalan potensial dalam suatu sistem, dan upaya dapat dilakukan untuk mengurangi produk cacat ini [14]. Metode FTA ini berguna untuk menemukan penyebab suatu masalah karena mencegah kejadian yang tidak diinginkan dan kerugian terjadi pada satu titik kegagalan. FTA mengidentifikasi hubungan antara faktor-faktor penyebab dan menampilkannya dalam bentuk pohon kesalahan menggunakan sederhana. Gerbang logika. Menurut Priyanta, ada lima tahapan dalam melakukan analisis menggunakan Fault Tree Analysis (FTA):
1. Mendefinisikan masalah dan kondisi batas dari suatu sistem yang ditinjau 2. Penggambaran model grafis Fault Tree
3. Mencari minimal cut set dari analisa Fault Tree 4. Melakukan analisa kualitatif dari Fault Tree 5. Melakukan analisa kuantitatif dari Fault Tree
2.9 Landasan Hukum Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Landasan hukum K3 yang ditetapkan pemerintah untuk melindungi tenaga kerja khususnya yang berkaitan dengan keselamatan dan keamanan tenaga kerja adalah sebagai berikut:
11
1. Undang-undang No. 1 tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
2. Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 1973 Tentang Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja.
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. 2 tahun 1970 Tentang Pembentukan Panitia Pembina Kesehatan dan Keselamatan Kerja ditempat Kerja.
5. Peraturan Pemerintah RI No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.08/Men/VII/2010 tentang pelindung diri.
2.10 Risiko Kerja
Risiko menimbulkan ketidakpastian tentang terjadinya suatu peristiwa pada interval waktu tertentu dimana peristiwa tersebut menimbulkan kerugian. Bisa berupa kerugian kecil yang tidak begitu penting, atau kerugian besar yang mempengaruhi kelangsungan hidup suatu perusahaan.[15]
Risiko umumnya dianggap negatif, seperti kerugian, kerusakan, atau akibat lainnya.
Kerugian adalah bentuk ketidakpastian yang perlu dipahami dan dikelola secara efektif oleh organisasi sebagai bagian dari strateginya untuk menambah nilai dan membantunya mencapai tujuannya. [13]
2.11 Alat Pelindung Diri (APD)
Alat pelindung diri adalah alat yang wajib disediakan oleh suatu instansi atau pemberi kerja bagi setiap karyawan (karyawan). Alat pelindung diri adalah alat keselamatan yang harus digunakan pekerja di lingkungan kerja yang berbahaya.
[14] .
APD dapat menyebabkan ketidaknyamanan yang membatasi pergerakan persepsi sensorik untuk penggunaannya. Oleh karena itu, dalam lingkungan kerja yang berbahaya, Anda harus selalu berusaha mengatasi bahaya dari lingkungan kerja.
Untuk alasan ini, pengendalian teknis dari bahaya itu sendiri dihargai. Berikut Tabel 2.1 tentang APD dan Fiturnya [14].
Tabel 2.6 Alat Pelindung Diri
No Gambar Keterangan Fungsi
1
Helm Safety
1. Menghindari dari benturan.
2. Melindungi dari runtuhan bangunan/alat bangunan
2
Masker
1. Menghindari paparan debu 2. Menghindari penularan
virus covid 19
3
Sepatu Safety
1. Menghindari tertusuk benda tajam di area proyek 2. Menghindari tertimpa
benda berat 4
Sarung Tangan Safety
1. Melindungi dari zat korosif 2. Menghindari tertusuk
benda tajam
5
Pakaian Pelindung
1. Menghindari exposure panas matahari
2. Menghindari dari radiasi.
6
Rompi Safety
1. Membantu pekerja terlihat jelas waktu malam hari
Sumber : Jurnal Departemen Teknik Industri, Universitas Diponegoro, 2017
2.12 Sampel
Sampel adalah bagian dari keseluruhan objek yang akan diselidiki atau dievaluasi dan mempunyai ciri-ciri tertentu dari populasinya. Sampel adalah bagian dari keseluruhan dan sebagian dari sifat-sifat yang dimiliki oleh populasi. Jika populasinya besar, tentu tidak mungkin peneliti mempelajari seluruh populasi dari
13
populasi tersebut guna mengatasi beberapa kendala di kemudian hari, seperti keterbatasan sumber daya, personel, waktu. Oleh karena itu, dalam hal ini perlu menggunakan sampel yang diambil dari populasi. Kemudian ditarik kesimpulan dari hasil sampel yang diterapkan pada populasi. Oleh karena itu, sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif (mewakili).[17].
2.13 Jenis Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel mempunyai 2 cara sebagai berikut : A. Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (pekerja).
B. Non Probability Sampling
Non probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau pekerja populasi yang dipilih menjadi sampel.