7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
1. Nurlela Heri Suprapto (2014) Identifikasi Dan Analisis Manajemen Risiko Pada Proyek Pembangunan Infrastruktur Bangunan Gedung Bertingkat. Tujuan penelitian ini adalah identifikasi risiko dan agen penyebab risiko yang ada pada Proyek Pembangunan Infrastruktur Bangunan Gedung Bertingkat dan memberikan usulan penanganan pada agen risiko yang paling berpengaruh dengan menggunakan metode House of Risk (HOR). Terdapat 18 kejadian risiko dan 12 agen/penyebab risiko yang diidentifikasi. Dari hasil perhitungan, agen risiko yang paling berpengaruh adalah Proses pengadaan sumberdaya berhenti dan belum dijadwal ulang. Aksi mitigasi yang yang berada pada urutan teratas dari risk response adalah pembuatan jadwal yang realistis dan membuat system pengawasan dan sanksi.
2. Nurcahyo Budi Santoso (2017) Analisis Manajemen Risiko Pada Proyek Pembangunan Jalan Tol (Studi Kasus Proyek Pembangunan Jalan Tol Solo-Ngawi-Kertosono Ruas Ngawi-Kertosono Paket 3).
penelitian dilakukan untuk mengetahui gambaran manajemen risiko pada pelaksanaan pembangunan jalan tol Solo – Ngawi - Kertosono Ruas Ngawi – Kertosono Paket 3. Dalam penelitian ini digunakan
8
rancangan penelitian deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus melalui strategi survey menggunakan kuesioner sebagai instrument penelitian. Setelah hasil dari kuesioner didapatkan maka tahap selanjutnya adalah menyusun tingkat kepentingan risiko (importance level) untuk mengetahui risiko mana yang paling berpotensi menghambat proses pelaksanaan pekerjaan. Selanjutnya dengan metode Risk Breakdown Structure dianalisis berdasarkan pendapat para responden untuk mengetahui tindakan apa yang diambil untuk mengatasi risiko – risiko yang dominan yang tentunya mempunyai pengaruh yang besar terhadap penyelesaian suatu pekerjaan. Langkah berikutnya adalah pengalokasian kepemilikan risiko terutama risiko dalam kategori dominan agar masing-masing pihak yang bertanggung jawab dapat melakukan kontrol yang terbaik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 22 risiko ( 78,59 % ) dari 28 risiko yang teridentifikasi pada pelaksanaan proyek pembangunan jalan tol Ngawi Kertosono Paket 3 masuk dalam kategori risiko dominan yang berpotensi menghambat pekerjaan baik dari waktu, mutu maupun biaya. Kepemilikan risiko dengan risiko dominan pada Proyek Pembangunan Jalan Tol Ngawi – Kertosno paket 3 ini yang terbesar adalah dimiliki oleh Kontraktor Pelaksana yaitu sebesar 73,91% risiko, Owner sebesar 21,74 % dan Konsultan Pengawas sebesar 4,35 %
9
3. I Gusti Agung Istri Mas Pertiwi , Wayan Sri Kristinayanti, I Gede Made Oka Aryawan (2016) Manajemen Risiko Proyek Pembangunan Underpass Gatot Subroto Denpasar. Penelitian menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif dengan tahapan mengidentifikasi risiko-risiko yang mungkin terjadi, penilaian risiko dan risk maping untuk mengetahui kategori risiko tergolong extreme risk, high risk, moderate risk atau low risk. Pembentukan Risk Map dan penentuan kategori risiko sebagai acuan untuk mengambil keputusan langkah pengelolaan risiko.
Hasil penelitian menunjukan dari 83 risiko relevan terdapat 25 risiko yang tergolong extreme risk, dengan prosentase 44% bersumber dari risiko proyek, 16% bersumber dari risiko teknis, 12% bersumber dari risiko keselamatan, 8% bersumber dari risiko ekonomi dan perencanaan, 4% bersumber dari risiko lingkungan, alam dan kriminal.
Dan 26 risiko yang tergolong high risk, dengan prosentase 31%
bersumber dari risiko proyek, 19% bersumber dari risiko teknis dan lingkungan, 12% bersumber dari risiko perencanaan, 8% bersumber dari risiko ekonomi, 4% bersumber dari risiko politik, manusiawi dan keselamatan
4. Gabby E. M. Soputan (2014) Manajemen Risiko Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) (Study Kasus Pada Pembangunan Gedung SMA Eben Haezar) Pada penelitian ini akan diteliti mengenai identifikasi risiko K3 , penilaian risiko K3 serta bagaimana tindakan
10
pengendalian terhadap risiko K3 pada kegiatan proyek pembangunan infrastruktur gedung. Metode penilaian menggunakan matriks penilaian risiko yang bersumber dari AS/NZS 4360 : 2004. Sesuai dengan pengolahan data diperoleh nilai risiko yang tinggi, yaitu material terjatuh dari ketinggian dan menimpa pekerja dengan indeks risiko sebesar 20 dan penggolongan risiko pada Very High Risk. Untuk penggolongan risiko pada level High Risk sebanyak 21 Faktor yang dapat membahayakan pekerja dan pekerjaan, sedangkan untuk penggolongan pada level Medium Risk didapatkan sebanyak 18 Faktor.
5. Hou Zhi-qiang dan Zeng Ya-mei (2016). Teknologi Penilaian Risiko Utama Dalam Pelabuhan Rekayasa .penelitian ini berdasarkan konstruktif fitur dari pelabuhan teknik mesin di Cina , mengusulkan sebuah metode teknis lengkap dan prosedur untuk mengkaji tingkat Risiko dalam pelabuhan utama rekayasa .penelitian ini menerapkan penilaian metode dan prosedur dalam 2 tahap rekayasa proyek oleh pengadilan umum pelabuhan pada chaofeidian , tangshang , serta konstruktif pada proyek beigangchi di beijiang pelabuhan , tianjin , dan menggabungkan aspirasi dari konstruktif usaha yang kecil dengan mengelola proyek personel
11
6. Alfredo Serpell, Ximena Ferrada, Larissa Rubio, and Sergio Arauzo (2014) Evaluasi Manajemen Risiko Pembangunan Praktik Organisasi.
Penelitian ini menggambarkan pembangunan suatu alat didasarkan atas sebuah organisasi jatuh tempo model untuk mengevaluasi manajemen Risikodan kemampuan konstruksi organisasi. Alat ini telah diterapkan untuk kedua, klien dan para kontraktor dan merupakan bagian dari sistem pengetahuan umum. Hasil penelitian ini akan memungkinkan seorang klien atau kontraktor pertama, untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan proyek manajemen risiko dengan mengacu pada standar international dan lokal serta praktik terbaik untuk kedua pihak, untuk terus memperbaiki kinerja fungsi ini sepanjang realisasi proyek baru. Originalitas ini adalah pendekatan manajemen risiko fungsi dari sebuah pengetahuan dasar dari sudut pandang dan itu akan di tempatkan di web aplikasi yang akan tersedia untuk semua organisasi
2.2. Teori-Teori Dasar 2.2.1. Manajemen
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya – sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan (Handoko 2003:8). Pentingnya Manajemen Ada tiga alasan utama diperlukannya manajemen menurut Handoko (2003:8) yaitu:
12
a. Untuk mencapai tujuan.Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi dan pribadi.
b. Untuk menjaga keseimbangan diantara tujuan– tujuan yang saling bertentangan. Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan tujuan, sasaran-sasaran, dan kegiatan-kegiatan yang saling bertentangan dari pihak pihak yang berkepentingan dalam organisasi, seperti pemilik dan karyawan, maupun kreditur, pelanggan dan lain-lain.
c. Untuk mencapai efesiensi dan efektivitas. Suatu kerja organisasi dapat diukur dengan banyak cara yang berbeda. Salah satu cara yang umum adalah efesiensi dan efektifitas.
2.2.2. Risiko
Secara umum risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi seseorang atau perusahaan dimana terdapat kemungkinan yang merugikan. Bagaimana jika kemungkinan yang dihadapi dapat memberikan keuntungan yang sangat besar sedangkan kalaupun rugi hanya kecil sekali.Selama mengalami kerugian walau sekecil apapun hal itu dianggap risiko. Menurut Fahmi (2013:2) risiko adalah ketidakpastian tentang kejadian di masa depan (uncertainty about future events).
13
Adapun Joel G. Siegel dan Jae k. Shim mendefinisikan risiko pada tiga hal yaitu:
a. Keadaan yang mengarah kepada sekumpulan hasil khusus, dimana hasilnya dapat diperoleh dengan kemungkinan yang telah diketahui oleh pengambil keputusan,
b. Variasi dalam keuntungan, penjualan, atau Faktor keuangan lainnya, dan
c. Kemungkinan masalah keuangan yang mempengaruhi kinerja operasi perusahaan atau posisi keuangan, seperti risiko ekonomi, ketidakpastian politik, dan masalah industri.
2.2.3. Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah suatu sistem pengawasan risiko dan perlindungan harta benda, hak milik dan keuntungan badan usaha atau peroranganatas kemungkinan timbulnya kerugian karena adanya suatu risiko.
Menurut Fahmi (2013 : 2) Manajemen Risiko adalah “suatu bidang ilmu yang membahas tentang bagaimana suatu organisasi menerapkan ukuran dalam memetakan berbagai permasalahan yang ada dengan menempatkan berbagai pendekatan manajemen secara komperhensif dan sistematis.”
Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu metode logis dan sitematik dalam identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi, serta melakukan monitor dan pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap aktivitas atau proses. Menurut Pramana (2011) , risiko adalah “akibat
14
yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan.” Dengan kata lain, risiko merupakan kemungkinan situasi atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan serta sasaran sebuah organisasi atau individu.
Pada manajemen proyek, yang sangat berpengaruh dari risiko ialah kegagalan mempertahankan biaya, waktu dan mencapai kualitas serta keselamatan kerja. Risiko dalam proyek konstruksi merupakan probabilitas kejadian yang muncul dalam satu periode waktu dan bisa terjadi secara alami dalam situasi tertentu. Analisis risiko tidak dapat dihilangkan namun dapat diminimalisir dampaknya. Peluang terjadinya risiko selalu ada dalam semua tahapan kegiatan proyek konstruksi diantaranya tahapan perencanaan (planning), perancangan (design), pelaksanaan (construction) dan tahap penyelesaian (operation and maintenance). Berbagai risiko dalam pelaksanaan proyek konstruksi harus dapat dikelola dengan baik agar diperoleh hasil pekerjaan yang sesuai rencana stakeholders dan menghasilkan keuntungan bagi pihak yang berkepentingan dalam proyek tersebut. (Wang, 2011)
Manajemen risiko merupakan pendekatan yang efektif untuk menangani risiko pada proyek konstruksi dengan cara mengidentifikasi sumber risiko dan ketidakpastian, menetapkan pengaruhnya dan mengembangkan respon yang tepat. Tujuan dari manajemen risiko tidak hanya untuk mengurangi risiko tetapi dapat digunakan oleh seorang pengambil keputusan dalam memperkirakan risiko dengan mengubah risiko
15
menjadi suatu peluang keuntungan atau pendapatan. Menurut Uher (1996) tahapan manajemen risiko terdiri dari lima kegiatan yaitu perencanaan (Planning), identifikasi (Risk Identification), Analisis (Risk Analysis), penanganan (Risk Responses) dan tahapan pemantauan / monitoring risiko.
a. Perencanaan Risiko (Risk Planning)
Manajemen risiko dapat memberikan manfaat optimal jika diterapkan sejak awal kegiatan walaupun seringkali dilakukan pada tahap pelaksanaan atau operasional kegiatan sasarannya adalah untuk meminimalkan risiko- risiko potensial dan memaksimalkan kesempatan-kesempatan yang mungkin bisa diraih. Tahap ini merupakan proses untuk menentukan langkah-langkah dalam menyelesaikan risiko yang timbul dalam suatu proyek, maka dari itu Analisis risiko harus didefinisikan dalam bentuk suatu rencana atau prosedur yang reaktif.
Perencaaan manajemen risiko menggambarkan tentang bagaimana manajemen risiko disusun dan dilaksanakan dengan baik dalam sebuah proyek konstruksi. Keberhasilan proyek diukur melalui empat sasaran proyek, yaitu Cost, Time, Scope, dan Quality. Dampak risiko terhadap proyek dapat dikategorikan rendah, sedang, atau tinggi, tergantung bagaimana risiko tersebut mempengaruhi proyek.
16
b. Identifikasi Risiko (Risk Identification)
Kegiatan ini merupakan proses peninjauan area-area pada proses- proses teknis yang berpeluang memiliki Analisis risiko potensial mempengaruhi pencapaian sasaran biaya, kinerja (performance) dan waktu penyelesaian proyek. Identifikasi risiko ialah proses peninjauan seluruh risiko untuk dianalisis dan diketahui respon risiko yang dilakukan, agar tidak berdampak buruk bagi proyek.
Menurut A Guide to the Project Management Body of Knowledge (PMBOK), langkah dalam tahapan identifikasi risiko adalah peninjauan kembali dokumen, teknik pengumpulan informasi, analisis checklist, analisis asumsi dan dengan teknik diagram.
c. Analisis Risiko (Risk Analysis)
PMBOK (2004) menyebutkan Analisis risiko merupakan proses mencari informasi/deskripsi lebih spesifik terhadap risiko yang telah diidentifikasi meliputi kuantifikasi risiko dalam probabilitas, penyebab terjadinya dan keterkaitan risiko. Sedangkan perkiraan dampak risiko menyelidiki tentang efek yang potensial mempengaruhi kualitas konstruksi seperti waktu, harga dan mutu pekerjaan. Menurut Godfrey (1996) Analisis risiko yang diolah secara sistematis dapat membantu untuk :
1) Mengidentifikasi, menilai atau meranking risiko secara jelas.
2) Memusatkan perhatian pada risiko utama (Major Risk).
17
3) Memperjelas tentang batasan kerugian dan mengontrol aspek ketidakpastian.
4) Meminimalkan potensi kerusakan apabila timbul keadaan yang paling buruk.
5) Memperjelas/ menegaskan setiap peran yang terlibat dalammanajemen risiko. Indeks level risiko yang dinyatakan kedalam matriks tingkat risiko sesuai dengan kriteria Australian / New Zealand Standard ‘Risk Management’ dapat diperlihatkan pada gambar berikut
Gambar 2. 1 Matriks Tingkat Risiko Sumber : Duffield (2003) & Abidin (2010)
Indeks level risiko dikelompokkan ke dalam empat tingkatan kelas yaitu :
1) High risk (H) : Faktor yang mempunyai tingkat risiko paling tinggi, Kesalahan yang terjadi berdampak pada hal yang lainnya dan perlu pengamatan rinci serta penanganannya harus pada level pimpinan.
18
2) Significant risk (S), risiko yang menyebabkan kegagalan sehingga produktivitas menurun, perlu ditangani oleh manajer proyek.
3) Medium risk (M), Faktor risiko yang ditangani langsung ditingkat proyek.
4) Low risk (L) risiko rutin mempunyai tingkat risiko yang tidak terlalu penting bahkan cenderung dapat diabaikan.
Evaluasi terhadap risiko dalam suatu proyek konstruksi tergantung pada probabilitas terjadinya risiko / frekuensi kejadian dan dampak dari risiko tersebut. Dalam membandingkan berbagai risiko untuk mengetahui tingkat nilai risiko (Value Risk) maka digunakan persamaan berikut:
Nilai Risiko = Frekuensi x Dampak Dimana:
Frekuensi = Probabilitas seringnya risiko tersebut terjadi
Dampak = Penilaian pengaruh risiko terhadap biaya dan waktu proyek Z = Jumlah Faktor risiko
Nilai pada frekuensi : (a) = 1 s/d 5 Nilai pada dampak : (b) = 1 s/d 5 Nilai Risiko : (c) = a x b
Nilai risiko keseluruhan = (𝛴𝑐) / 𝑧
19
d. Penanganan Risiko (Risk Response)
Cara menangani risiko menurut Dorfman (2000), menggunakan Profiling / Risk Mapping (Gambar 2.1) yakni dengan loss control dan risk financing. Loss control merupakan kegiatan meminimalisir kerugian yang diharapkan dapat mengurangifrekuensi dan dampak, metode ini dibagimenjadi tiga penerapan yaitu:
1) Risk avoidance, penerapan dengan menghindari memproduksi produk berbahaya.
2) Loss prevention, metode untuk mencegah terjadinya kerugian atau kehilangan.
3) Loss reduction, metode memperkecil dampak-dampak kerugian yang terjadi. Sedangkan Risk financing ialah metode untuk menentukan kapan dan kepada siapa kerugian ditanggungkan.
Metode Risk financing dibagi menjadi empat yaitu :
1) Risk assumption, dengan cara menerima akibat dari segala risiko yang terjadi.
2) Retention, menahan obligasi untuk mengganti sebagian / seluruh kerugian.
3) Risk transfer, yaitu memperbolehkan untuk mentransfer risiko ke pihak lain.
20
4) Insurance, mengasuransikan segala sesuatu yang mempunyai potensi besar untuk terjadi risiko, kepada perusahaan asuransi.
2.2.4. Sumber Risiko
Menentukan sumber risiko merupakan hal yang sangat penting karena mempengaruhi cara penanganannya. Menurut Smith (1999) risiko juga dapat diidentifikasi dari sumber dan dampak kerugiannya, berdasarkan sumbernya risiko dapat diidentifikasi dan digolongkan ke dalam kategori :
a. Risiko finansial, berhubungan dengan masalah perekonomian dan keuangan baik dari keuangan perusahaan maupun dari perekonomian negara, contohnya eskalasi, inflasi, jadwal pembayaran termin dan lain- lain.
b. Risiko hukum, menyangkut hukum dan perundang-undangan yang berhubungan dengan pelaksanaan proyek, contohnya proses perijinan.
c. Risiko politik, mengenai suasana politik di suatu negara yang mendukung / menjamin keberlangsungan suatu proyek contohnya investasi para investor.
d. Risiko sosial, menyangkut persepsi respon masyarakat terhadap pelaksanaan suatu proyek konstruksi yang sedang dijalankan.
e. Risiko lingkungan, mempengaruhi kondisi / keadaan disekitar lokasi proyek.
21
f. Risiko komunikasi, mengenai Analisis yang mempengaruhi komunikasi antar pihak / personal yang terlibat dalam sistem pelaksanaan proyek.
g. Risiko geografis / alam, menyangkut gangguan yang timbul dilokasi proyek akibat adanya pengaruh kondisi geografis / alam.
h. Risiko konstruksi, berbagai Analisis yang berhubungan dengan produktivitas penyelenggaraan proses konstruksi menyangkut SDM, material, peralatan.
i. Risiko teknis / masalah teknis seperti ketersediaan data dan komponen lain.
j. Risiko logistik menyangkut ketersediaan SDM, material dan peralatan.
2.2.5. Dermaga
Menurut KBBI (2009), dermaga dapat diartikan sebagai tembok rendah yang terletak memanjang di tepi pantai dan menjorok ke laut serta berada di kawasan pelabuhan yang biasa digunakan sebagai pangkalan dan bongkar muat barang.
Menurut Triatmodjo (1996) dermaga adalah bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapatnya kapal dan menambatkannya pada waktu bongkar muat barang. Dermaga merupakan tempat kapal ditambatkan di pelabuhan. Pada dermaga dilakukan berbagai kegiatan bongkar muat barang dan orang dari dan keatas kapal. Di dermaga juga dilakukan kegiatan untuk
22
mengisi bahan bakar untuk kapal, air minum, air bersih, saluran untuk air kotor/limbah yang akan diproses lebih lanjut di pelabuhan.