• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH STRUKTUR MODAL TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PENGARUH STRUKTUR MODAL TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SKRIPSI"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

UIN SUSKA RIAU

OLEH :

MIFTAHUL HUDA 10971006955

PROGRAM Sl

JURUSAN MANAJEMEN KEUANGAN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

PEKANBARU

1434H/2013 M

(2)

Diajukan untuk Memenuhi Serta Melengkapi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Pada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

SKRIPSI

UIN SUSKA RIAU

OLEH :

MIFTAHUL HUDA 10971006955

PROGRAM Sl

JURUSAN MANAJEMEN KEUANGAN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

PEKANBARU

1434H/2013 M

(3)

i

Oleh: Miftahul Huda

Kebijakan dalam pembagian dividen suatu perusahaan akan memperlihatkan dua pihak yang saling berkepentingan, yaitu kepentingan para pemegang saham dengan dividennya dan kepentingan perusahaan dengan laba ditahannya, Pertumbuhan perusahaan dan dividen adalah kedua hal yang diinginkan perusahaan tetapi sekaligus merupakan tujuan yang berlawanan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan harus menetapkan kebijakan dividen, yaitu kebijakan yang dibuat oleh perusahan untuk menetapkan proporsi pendapatan yang dibagikan sebagai dividen dan pendapatan yang ditahan perusahaan untuk diinvestasikan kembali.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh struktur modal terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling.Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011.Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan hanya 38 perusahaan manufaktur yang layak untuk dijadikan sampel.

Analisa data dilakukan melalui uji normalitas data dan uji asumsi klasik, pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linear berganda (Multiple Linier Regrestion) dengan metode ini menunjukkan bahwa variabel independen Book Debt to Equity Ratio (0,518), Book debt to asset ratio (0,222) dan Long Term debt to equty Ratio (0,261) tidak berpengaruh terhadap dividen payout ratio.

Hasil uji F yang dilakukan menunjukkan bahwa Book debt to Equity Ratio Book Debt to Asset Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Dividen Payout Ratio (DPR).

Hal ini dibuktikan dengan nilai F hitung (0, 676) lebih kecil dari F Label (2,88).

Dari hasil pengujian Jan model analisis regresi linier koefesien determinasi (R2) adalah , 056 (0,56%) dan hal ini berarti 99,44% dipengaruhi oleh variabel lain.

Jadi dapat disimpulkan, bahwa struktur modal tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen (DPR).

Kata Kunci : Book debt to Asset (BDA), Long Term Debt to Equity (LDE), Book Debt to Equity (BDE) dan Dividend Payout Ratio (DPR).

(4)

ii

rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang bedudul

"Analisis Pengaruh Struktur Modal terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia". tak lupa kita sampaikan shalawat beriringkan salam kita curahkan kepada junjungan Alam Nabi Kita Nabi Besar Muhammad SAW. Skripsi ini disusun untuk salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana lengkap pada jurusan manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Pekanbaru.

Dalam penulisan banyak bantuan dan dorongan yang penulis peroleh baik moril maupun materil.Oleh karena itu penulis meyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya dan setinggi-tingginya kepada. :

1. Ayah, ibu serta keluarga yang telah memberikan dorongan moril dan materil dengan perkuliahan serta kasih sayang demi keberhasilan dalam menyelesaikan studi di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim.

2. Bapak Dr. Mahendra Romus. M.Ec, Ph.D selaku Dekan FakultasEkonomi dan Ilmu Sosial.

3. Bapak Mulia sosiady. SE,M.M, Ak selaku Ketua Jurusan Manajemen S1.

4. Ibu Lusiawati SE. M.BA selaku dosen pembimbing yang telah berkenan memberikan bimbingan dan arahan serta berbagi ilmu kepada penulis selama penelitian ini.

(5)

iii

6. Teman-teman Kos Lajang yang kompak dan penuh kebersamaan : Fery, Am, Agus , Sikles, Amek. Terima kasih atas motivasi doa dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama ini. Teman seperjuangan dijurusan manajemen S1 Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial. Universitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan serta jauh dari kesempurnaan, baik dari segi bahasa maupun rujukanyang digunakan serta analisa yang diberikan.Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran serta yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Penulis juga berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis, pembaca serta pihak yang membutuhkannya.

Pekanbaru, September 2013 Penulis

MIFTAHUL HUDA 10971006955

(6)

iv PENGHARGAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 9

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

1.4 Sistematika Penulisan ... 10

BAB II TELAAH PUSTAKA ... 12

2.1 Pengertian Modal... 12

2.2 Struktur Modal... 16

2.3 Dividen ... 25

2.4 Hubungan Antara Struktur Modal dan KebijakanDeviden . 35 2.4 Penelitian Terdahulu ... 36

2.6 Kerangka Penelitian... 37

2.7 Hipotesis Penelitan ... 37

2.8 Opersional Variabel... 38

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

3.1 Lokasi Penelitian (Objek Penelitian)... 41

3.2 Populasi ... 41

3.3 Sampel ... 41

(7)

v

3.8 Pengujian Hipotesis ... 47

3.9 Analisis Determinasi (R2)... 48

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 49

1.1 Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia ... 49

BABV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 54

5.1 Deskripsi Variabel Penelitian ... 54

5.2 Analisis Data ... 60

5.3 Koefisien determinasi (R2) ... 75

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 77

6.1 Kesimpulan... 77

6.2 Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPMAN BIOGRAFI

(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persaingan dalam dunia bisnis yang semakin ketat telah membuat suatu perusahaan khususnya perusahaan manufaktur berusaha meningkatkan nilai dari perusahaan. Meningkatkan nilai perusahaan dapat dilakukan melalui peningkatan kemakmuran kepemilikan atau para pemegang saham. Keberadaan para pemegang saham dan peran manajemen sangatlah peting dalam menentukan besar keuntungan yang nantinya akan diperoleh. Hal ini berarti setiap perusahaan manufaktur diharuskan untuk bisa mengatasi situasi yang terjadi sehingga dapat melakukan pengelolaan fungsi-fungsi manajemennya dengan baik agar dapat lebih unggul dalam persaingan. Suatu keputusan yag diambil manajer dalam suatu pembelanjaan harus dipertimbangkan secara teliti sifat biaya dari sumber dana yang akan dipilih, karena masing-masing sumber dana tersebut memiliki konsekuensi finansial yang berbeda.

Dalam keputusan pemenuhan dana mencakup berbagai pertimbangan apakah perusahaan akan menggunakan sumber internal maupun sumber eksternal yang berasal dari hutang atau dengan emisi saham baru. Kebutuhan akan dana dapat dipenuhi dari berbagai sumber dan mempunyai jenis yag berbeda. Modal terdiri atas ekuitas (modal sediri) dan hutang (debt), perbandingan hutang dan modal sendiri dalam struktur finansial perusahaan disebut struktur modal.

(9)

Dalam kegiatan usahanya pemilik perusahaan melimpahkan tanggung jawab pihak lain yaitu manajer. Salah satu keputusan yang penting dihadapi manajer (keuangan) dalam kaitanya dengan kelangsungan operasi perusahaan adalah keputusan pendanaan atau keputusan struktur modal, yaitu keputusan keuangan yang berkaitan dengan komposisi hutang, saham preferen dan saham biasa yang harus digunakan oleh perusahaan. Manajer harus mampu menghimpun dana baik yang bersumber dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan secara efesien, dalam arti keputusan pendanaan tersebut maupun meminimalkan biaya modal yang harus ditanggung perusahaan. Ketika manejer menggunakan hutang, biaya modal yang timbul adalah sebesar biaya bunga yang dibebankan oleh kreditur. Sedangkan jika manajer menggunakan dana internal atau dana sendiri akan timbul opportunity cost dari dana atau modal sendiri yang digunakan.

Keputusan pendanaan yang dilakukan secara tidak cermat akan menimbulkan biaya tetap dalam bentuk biaya modal yang tinggi yang selanjutnya dapat berakibat pada rendahnya profitabilitas perusahaan.

Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sediri. Oleh karea itu, struktur modal proxy dengan Book debt to equity ratio (BDE), yang merupakan perbandingan antara total hutang terhadap modal sendiri. Pemakaian proxy dimaksudkan untuk mempermudah pengukuran karena faktor tersebut tidak dapat diukur secara langsung. Penggunaan variabel DER sebagai proxy dari struktur modal sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mutaminah (2003), Se Tin(2004) dan Dyah Sih Rahayu (2005).

(10)

Berikut ini disajikan data Book Debt To Equity Ratio perusahaan- perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Tabel 1.1 : Book Debt to Equity Ratio (BDE) Perusahaan-perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode tahun 2011.

NO Nama Perusahaan BDE 2011

1 PT. Mayora Indah Tbk. 1,721

2 PT. Multi Bintang Indonesia 1,302

3 PT. Sinar Mas Agro Resources Technology Tbk. 1,006

4 PT. Tunas Baru Lampung Tbk 1,641

5 PT. Gudang Garam Tbk. 0,592

6 PT. Champion Pacific Indonesia Tbk. 0,223

7 PT. Holcim Indonesia Tbk. 0,454

8 PT. Semen Gresik Tbk. 0,345

9 PT. Krakatau Steel Tbk. 1,077

10 PT. Lion Mesh Prima Tbk. 0,713

11 PT. Lion Metal Works Tbk. 0,211

12 PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk. 9,571

13 PT. Tira Austenite Tbk. 1,233

14 PT. Arwana Citramulia Tbk. 1,001

15 PT. Jembo Cable Company Tbk. 3,918

16 PT. KabelindoMurni Tbk. 1,631

17 PT. Supreme Cable Tbk. 1,855

18 PT. Astra Graphia Tbk. 1,023

19 PT. Metrodata Electronis Tbk. 1,187

20 PT. Astra Otoparts Tbk. 0,474

21 PT. Gajah Tunggal Tbk. 1,607

22 PT. Goodyear Indonesia Tbk. 1,798

23 PT. Indo Kordsa Tbk. 0,381

24 PT. Multistrada Arah Sarana Tbk 1,681

25 PT. Selamat Semurna Tbk. 0,695

26 PT. United Tractor Tbk. 0,688

27 PT. Modern Internasinal Tbk. 1,524

28 PT. Kable Farma Tbk. 0,269

29 PT. Merck Tbk. 0,182

30 PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. 0,195

31 PT. Tempo Scan Pacific Tbk. 0,395

32 PT. Mandom Indonesia Tbk. 0,108

33 PT. Martin Berta Tbk. 0,352

34 PT. Mustika Ratu Tbk. 0,178

(11)

NO Nama Perusahaan BDE 2011

35 PT. Indo Straits Tbk. 0,421

36 PT. Mitrabahtera Segara Sejati Tbk. 0,665

37 PT. Wintermar Offshor Marine Tbk. 0,866

38 PT. Intraco Penta Tbk. 5,963

Rata-rata 1,293

Sumber : Indonesian Capital Maket Directory

Berdasarkan tabel 1.1 menunjukkan bahwa besarnya nilai rata-rata Debt to equity (BDE) tahun 2011 pada perusahaan manufaktur yang listing di BEI adalah 1,293. Hal itu berarti perusahaan lebih banyak menggunakan dana dari hutang

untuk aktivitas investasinya dari pada modal sendiri. Namun jika dilihat dari masing-masing perusahaan ternyata beberapa perusahaan tidak memiliki DER diatas satu.

Dengan demikian selama periode 2011 dari 38 perusahaan terdapat 18 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI mempunyai DER lebih dari 1, yang artinya proporsi hutang lebih besar dari pada modal sendiri. Dengan nilai BDE yang berada diatas satu berarti perusahaan memiliki jumlah hutang yang lebih besar dari pada jumlah modal sendiri dan hal ini tidak sesuai dengan teori struktur modal yang optimal dimana seharusnya jumlah hutang perusahaan tidak boleh lebih besar daripada modal sendiri.

Sementara itu kebanyakan investor lebih tertarik menanamkan modalnya kedalam bentuk investasi pada perusahaan yang mempunyai BDE tertentu yang besarnya kurang dari satu. Karena jika BDE lebih dari satu berarti risiko yang ditanggung oleh investor menjadi meningkat antara lain dalam hal pembagian dividen yang mestinya menjadi hak para investor.

(12)

Menurut Tata Surya (2009), ada beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan struktur modal perusahaan antara lain : Tingkat Pertumbuhan Penjualan, Stabilitas Penjualan, Struktur Aktiva, Kebijakan Dividen, Profitbilitas, Besaran Perusahaan, Risiko Bisnis, dan Operating Leverage.

Dalam penelitian tidak akan dibahas semua faktor yang mempegaruhi keputusan struktur modal perusahaan, hanya faktor kebijakan dividen yang akan dibahas dalam penelitian ini karena Kebijakan membagikan dividen merupakan hal penting bukan hanya menyangkut kepentingan perusahaan saja namun juga menyangkut kepentingan pemegang saham dalam hal ini kesejahteraan bagi para pemegang saham.

Dividen merupakan nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak dikurangai laba ditahan (Retained Earning) yang ditahan sebagai cadangan bagi perusahaan. Persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen ini disebut Dividend Payout Ratio. Brigham dan Gapenski menyatakan bahwa setiap perubahan dalam kebijakan pembayaran dividen akan memiliki dua dampak yang berlawanan. Apabila dividen akan dibayarkan semua, kepentingan cadangan akan terabaikan. Sebaliknya bila laba akan ditahan semua, maka kepentingan pemegang saham akan uang kas juga terabaikan. Untuk menjaga kedua kepentingan, manejer keuangan harus menempuh kebijakan dividen yang optimal.

Teori kebijakan dividen yang optimal diartikan sebagai kebijakan dividen yang mencapai suatu keseimbangan antara dividen saat ini ada pertumbuhan di

(13)

masa mendatang dan memaksimalkan harga saham (Brigham,2006). Kebijakan dividen suatu perusahaan akan memperlihatkan dua pihak yang saling berkepentingan, yaitu kepentingan para pemegang saham dengan dividennya dan kepentingan perusahaan dengan laba ditahannya, disamping itu juga kepentingan bandholder yang dapat mempengaruhi besarnya dividen kas yang dibayarkan (Suad Husnan, 2004).

Pertumbuhan perusahaan dan dividen adalah kedua hal yang diinginkan perusahaan tetapi sekaligus merupakan tujuan yang berlawanan. Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan harus menetapkan kebijakan dividen, yaitu kebijakan yang dibuat oleh perusahan untuk menetapkan proporsi pendapatan yang dibagikan sebagai dividen dan pendapatan yang ditahan perusahaan untuk diinvestasikan kembali.

Objek penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2011, karena kelompok indusri manufaktur merupakan kelompok industri yang paling banyak membagikan dividen kepada pemegang sahamnya. Dari 149 perusahaaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia terdapat 38 perusahaan yang melakukan pembayaran dividen pada tahun 2011.

Berikut ini disajikan data Dividen Payout Rato perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2011.

Tabel 1.2 : Data Dividen Payout Ratio perusahan manufaktur yang listIng di Bursa Efek Indonesia.

(14)

NO Nama Perusahaan DPR2011

1 PT. Mayora Indah Tbk. 0,21

2 PT. Multi Bintang Indonesia 28,86

3 PT. Sinar Mas Agro Resources Technology Tbk. 0,32

4 PT. Tunas Baru Lampung Tbk 7,62

5 PT. Gudang Garam Tbk. 38,81

6 PT. Champion Pacific Indonesia Tbk. 142,35

7 PT. Holcim Indonesia Tbk. 22,52

8 PT. Semen Gresik Tbk. 49,62

9 PT. Krakatau Steel Tbk. 23,13

10 PT. Lion Mesh Prima Tbk. 8,81

11 PT. Lion Metal Works Tbk. 29,7

12 PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk. 17,46

13 PT. Tira Austenite Tbk. 13,4

14 PT. Arwana Citramulia Tbk. 38,26

15 PT. Jembo Cable Company Tbk. 57,78

16 PT. KabelindoMurni Tbk. 17,57

17 PT. Supreme Cable Tbk. 31,82

18 PT. Astra Graphia Tbk. 0,48

19 PT. Metrodata Electronis Tbk. 12,35

20 PT. Astra Otoparts Tbk. 5,23

21 PT. Gajah Tunggal Tbk. 3,68

22 PT. Goodyear Indonesia Tbk. 936,97

23 PT. Indo Kordsa Tbk. 40,92

24 PT. Multistrada Arah Sarana Tbk 8,58

25 PT. Selamat Semurna Tbk. 65,66

26 PT. United Tractor Tbk. 40,1

27 PT. Modern Internasinal Tbk. 0,12

28 PT. Kable Farma Tbk. 62,66

29 PT. Merck Tbk. 0,08

30 PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. 0,09

31 PT. Tempo Scan Pacific Tbk. 0,58

32 PT. Mandom Indonesia Tbk. 53,12

33 PT. Martin Berta Tbk. 25,08

34 PT. Mustika Ratu Tbk. 27,05

35 PT. Indo Straits Tbk. 23,34

36 PT. Mitrabahtera Segara Sejati Tbk. 30,58

37 PT. Wintermar Offshor Marine Tbk. 10,54

38 PT. Intraco Penta Tbk. 40,43

Rata-rata 50,41

Sumber : Indonesian Capital Maket Directory

(15)

Pada tabel 1.2 digambarkan secara ringkas jumlah Dividen Payout Ratio (DPR) perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2011.

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah pembayaran dividen pada tahun 2011 yaitu sekitar 50,41%. Pembayaran dividen terbesar dilakukan oleh PT.

Selamat Sempurna Tbk sekitar 936,97% dan pembayaran terkecil dilakukan oleh PT. Merck Tbk yaitu sebesar 0,8%.

Dari sini penulis mendapat temuan bahwa seharusnya bagi perusahaan yang mempunyai rasio hutang yang besar, mereka akan cenderung menahan labanya untuk dibagikan guna memperkuat struktur modalnya atau untuk pembayaran hutangnya, tapi fenomena ini berbeda dengan realita data yang penulis dapatkan. Perusahaan cenderung membagikan deviden sehingga mencapai 50% dari rata-rata perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel pada penelitian ini.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Analisis Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Listing di Bursa Efek Indoesia (Periode 2011).

(16)

1.1 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah variable-variabel dalam struktur (Book Debt to Equity Ratio Book, Debt to Asset Ratio dan Long Term Debt Equity Ratio) secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)?

2. Apakah variable-variabel dalam struktur (Book Debt to Equity Ratio Book Debt to Asset Ratio dan Long Term Debt Equity Ratio) secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian

Setiap penelitian apapun tentu akan memiliki suatu tujuan dari penelitian tersebut. Hal ini sangatlah diperlukan untuk dijadikan sebagai acauan dan tolak ukur dalam penelitain tersebut. Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel dalam struktur modal (Book Debt to Equity Ratio, Book Debt to Asset Ratio dan Long Term Debt Equity Ratio) secara simultan memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

(17)

2. Untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel dalam struktur modal (Book Debt to Equity Ratio Book Debt to Asset Ratio dan Long Term Debt Equity Ratio) secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

1.3.2 Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :

a. Dapat mengetahui pengaruh variabel-variabel dalam struktur modal (Book Debt to Equity Ratio, Book Debt to Asset Ratio dan Long Term Debt Equity Ratio) secara simultan memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

b. Dapat mengetahui pengaruh variabel-variabel dalam struktur modal (Book Debt to Equity Ratio, Book Debt to Asset Ratio dan Long Term Debt Equity Ratio) secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

c. Sebagai informasi bagi penelitian ilmiah selanjutnya.

1.4 Sistematika Penulisan

Secara sistematika penulisan skripsi dini dibagi kedalam VI (Enam) bab, dimana masing-masing bab terbagi dalam sub-sub bab, antara lain sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

(18)

Dalam bab ini dijelaskan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan serta sistematika penulisan.

BAB II : TELAAH PUSTAKA

Dalam bab ini akan menguraikan tentang pembahasan teori yang berguna sebagai pedoman dalam memecahkan masalah yang dihadapi perusahaan, hipotesis dan variabel penelitian.

BAB III: METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan diuraikan lokasi penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan analisis data.

BAB IV : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Dalam bab ini menguraikan sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI) dan gambaran umum perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI).

BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini memberikan hasil dari penelitian serta pembahasan untuk menemukan jawaban atas masalah-masalah dari penelitian BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini merupakan penutup dan merupakan bab terakhir. Bab ini mengemukakan kesimpulan dan saran yang berhubungan dengan kemajuan dalam penelitian berikutnya.

(19)

BAB II

TELAAH PUSTAKA

1.1 Pengertian Modal

Pengertian modal menurut beberapa ahli ekonomi adalah sebagai berikut:

Hamdi Agustin (2006:2) mengartikan modal adalah semua harta kekayaan perusahaan baik itu wujud maupun tidak berwujud. Seluruh harta kekayaan dapat dilihat dineraca sebelah aktiva dan sumber modal tersebut dapat dilihat sebelah pasiva. Seluruh modal perusahaan merupakan kekuatan dan sumber daya dalam menjalankan usahannya.

Moligliani dan miller (dalam Husnan 2004:283) menyatakan sejauh pembayaran bunga bisa dipergunakan untuk mengurangi pajak, maka penggunaan pajak hutang dapat memberikan manfaat bagi pemilik perusahaan, perusahaan semestinya menggunakan hutang yang akan meminimumkan biaya modal perusahaan.

2.1.1 Pengertian Modal Sendiri

Modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan laba) atau besaral dari pengambilan bagian, peserta atau pemilik (modal usaha, modal peserta dan lain-lain). Modal inilah yang menjadi tanggungan terhadap keseluruhan resiko perusahaan yang secara yuridis formal inilah yang merupakan jaminan bagi para kreditur (sartono, 2004:240).

Syamsudin (2007:9) menyatakan modal sendiri atau sering disebut equity adalah modal yang berasal dari setoran pemilik modal yang berasal dari hasil

(20)

operasi perusahaan itu sendiri (modal saham) dan hasil operasi perusahaan itu sendiri (laba dan cadangan-cadangan). Modal ini digunakan sebagai tanggungan terhadap keseluruahan resiko yang dihadapi oleh perusahaan dan menjadi jaminan para kreditur.

Menurut bambang (Riyanto,2004 : 240) modal sendiri dalam suatu perusahaan yang terbentuk perseroan terbatas (PT) terdiri dari :

a. Modal Saham

Yaitu tanda bukti pengembalian bagian atau peserta dalam suatu PT (Perseroan Terbatas) bagi suatu perusahaan yang bersangkutan yang diterima dari hasil penjualan sahamnya dan tetap tertanam didalam perusahaan tersebut selama hidupnya. Adapun jenis–jenis saham antara lain adalah saham biasa (Common stock), saham preferen (preferred stock) dan saham preferen komulatif (Commulative Preferred Stock).

b. Cadangan

Cadangan disini dimaksudkan sebagai cadangan yang dibentuk dari keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan selama beberapa waktu yang lampau atau yang berjalan. Yang termasuk ke dalam cadangan modal sendiri antara lain adalah cadangan depresiasi, cadangan modal kerja, cadanga selisih kurs dan cadangan umum.

c. Laba ditahan

Yaitu keuntungan yang diperoleh oleh suatu perusahaan dapat sebagian dibayarkan sebagai dividend dan sebagian ditahan oleh perusahaaan.

(21)

1.1.2 Modal Sendiri Menurut Pandangan Islam

Dalam sejarah perkembangan peradaban manusia dari masa kemasa selalu dihadapkan pada berbagai persoalan baik itu persoalan ekonomi, politik maupun budaya. Persoalan yang ada tidak akan pernah habis mengingat munculnya solusi pasti akan diikuti munculnya persoalan baru. Adanya problematika kahidupan dan solusi yang dikemukakan sebenarnya merupakan indikasi bahwa proses kehidupan sedang berjalan, kondisi ini sedang berlangsung disemua sektor kehidupan manusia termasuk dibidang ekonomi. Manusia dituntut untuk mampu melakukan usaha eksploratif tiada henti dalam mencari solusi atas persoalan- persoalan ekonomi dan salah satu sumber yang tidak dapat diabaikan dalam persoalan ekonomi dan agama.

Secara asasnya, ekonomi islam adalah perniagaan + zakat – riba. Jelas disebutkan dalam alquran :





























































































(22)

Artinya: Orang orang yang makan (mengambil) riba dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat). Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambil dahulu (sebelum datang larangan) dan urusannya (terserah) kepada allah orang yang kembali (mengambil riba), (Al- baqarah: 275).

Abu Hurairah r.a menceritakan bahwa rasulullah SAW pernah bersabda :

“apabila amanat sudah disiasiakan maka tunggulah saat kiamat, abu

Hurairah bertanya : wahai rasulullah bagaimana cara menyianyiakannya?

Rasulullah menjawab :”Apabila perkara sesuatu diserahkan bukan pada

ahlinya maka tunggulah saat kiamat (kehancuran) HR. Bukhori.

Dari hadis diatas jelas bahwa rasulullah SAW sebagai suri tauladan kita menginginkan adanya penempatan sesuatu itu pada tempatnya / orang-orang yang kompeten dibidangnya, apabila tidak tunggulah kehancuran.

2.1.3 Modal asing

Menurut (Martono, 2005:45) Modal asing atau bisa juga disebut modal kreditur adalah modal yang berasal dari kreditur, yang ini merupakan hutang bagi perusahaan yang bersangkutan. Agar dapat memberikan penjelasan mengenai modal pinjaman (hutang).

(23)

Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja dalam suatu perusahaan dan bagi yang bersangkutan modal tersebut merupakan hutang yang pada saatnya harus dibayar (Brealey, 2007:68).

(24)

2.1.3.1 Modal asing terbagi tiga golongan, yaitu :

a. Modal asing / hutang jangka pendek (short-term-debt) yaitu hutang yang jangka waktu pembayarannya kurang dari satu tahun.

b. Modal asing / hutang jangka menengah (intermediate-term-debt) yaitu hutang yang pembayarannya antara satu sampai sepuluh tahun.

c. Modal asing/hutang jangka panjang (long term-debt) yaitu hutang yang jangka waktunya lebih dari sepuluh tahun.

2.1.3.2 Karakteristik modal asing :

a. Merupakan sumber dana yang harus dibayar kembali tepat pada waktunya.

b. Pembayaran disertai dengan bunga.

1.2 Struktur Modal

Dalam suatu aktivitas bisnis, menentukan struktur modal yang tepat merupakan tantangan bagi para eksekutif perusahaan, karena dengan keputusan tersebut perusahaan akan memperoleh dana dengan biaya modal yang minimal dengan hasil yang maksimal, khususnya dalam menciptakan nilai perusahaan.

Struktur modal menggambarkan pembiayaan permanen perusahaan yang terdiri atas utang jangka panjang dan modal sendiri. (Farah, 2005: 119)

Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan saham risk dan return sehingga memaksimalkan nilai saham (Farah, 2005: 120).

(25)

Menurut (Sawir,2005:10) struktur modal adalah pendanaan permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham.

Struktur modal merupakan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Martono dan Agus, 2004:8)

Struktur modal adalah bauran dari hutang, saham preferen, dan saham biasa (Brigham dan Houston, 2006:5). Disamping itu juga terdapat obligasi dan surat-surat berharga lainya. Pengukuran struktur modal dapat dilakukan melalui perhitungan tingkat leverage perusahaan, yang menggambarkan seberapa besar asset perusahaan didanai oleh hutang.

Struktur modal yang optimal adalah struktur yang bisa memaksimalkan harga dari saham perusahaan, dan hal ini biasanya meminta rasio hutang yang lebih rendah dari pada rasio yang memaksimalkan EPS yang diharapkan (Brigham dan Houston, 2006:24).

Struktur atau komposisi modal harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat menjamin tercapainya stabilitas financial perusahaan, memang tidak ada ukuran yang pasti mengenai jumlah dan komposisi modal dari tiap-tiap perusahaan, tetapi pada dasarnya pengaturan terhadap struktur modal dalam setiap perusahaan harus berorientasi pada tercapainya stabilitas financial dan terjaminnya kelangsungan hidup perusahaan.

Dari pengertian struktur modal yang telah dipaparkan, dapat ditarik kesimpulan bahwa struktur modal yaitu perbandingan atau perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri.

(26)

Struktur modal menunjukkan sumber pendanaan yang dilakukan perusahaan. Hal ini dapat dijelaskan dengan rasio-rasio dalam penelitian yang dilakukan oleh (Wahyudi, 2009) suatu keputusan pendanaan atau struktur modal dikonfirmasikan melalui variabel-variabel terukur sebagai berikut :

1. Rasio hutang jangka panjang dengan modal sendiri :

Long Term Debt to Equity =

Rasio ini menunjukkan bagian dari setiap rupiah atau persentase modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang.

2. Rasio hutang dengan total modal / aktiva : Boo Debt to Asset =

Rasio ini menunjukkan beberapa bagian dari keseluruhan kebutuhan dana yang dibelanjai dengan hutang atau berapa bagian dari aktiva atau modal yang digunakan untuk menjamin hutang.

3. Rasio antara hutang dengan modal sendiri : Book Debt to Equity = MDE =

Rasio ini menunjukkan bagian dari setiap rupiah atau persentase modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang. Dengan kata lain rasio ini menunjukkan sejauh mana modal (modal sendiri) dapat menutupi hutang kepada pihak kreditur.

(27)

2.2.1 Teori struktur modal

Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan, kalau keputusan ivestasi dan kebijakan dividen dipegang konstan. Dengan kata lain, seandainya mengganti sebagian modal sendiri dengan hutang atau sebaliknya. apakah harga saham akan berubah, apabila perusahaan tidak mengubah keputusan keputusan keuangan lainya. Dengan kata lain, kalau perubahan struktur tidak merubah nilai perusahaan, berarti bahwa tidak ada struktur yang terbaik.. semua struktur modal adalah baik. Tetapi kalau dengan merubah struktur modal ternyata nilai perusahan berubah, maka diperoleh struktur modal yang terbaik. Stuktur modal dapat memaksimumkan nilai perusahaan atau harga saham adalah struktur modal yang terbaik.

2.2.1.1 Pendekatan Modigliani dan Miller

Teori ini dikemukakan oleh franco Moligliani dan MH. Miller (MM) yang menentang pendekatan tradisional dengan menawarkan pembenaran perilaku tingkat kapitalisasi perusahaan yang konstan. Moligliani dan Miller berpendapat bahwa resiko total bagi seluruh pemegang saham tidak berubah walaupun struktur modal perusahaan mengalami perubahan (Martono dan Agus, 2005:246) hal ini didasarkan pada pendapat bahwa pembagian struktur modal antara hutang dan modal sendiri selalu terdapat perlindungan atas nilai investasi. Yaitu karena nilai investasi total perusahaan tergantung dari keuntungan dan resiko, sehingga nilai perusahaan tidak berubah walaupun struktur modalnya berubah.

(28)

Asumsi – asumsi yang digunakan Moligliani dan Miller adalah : a. Pasar modal adalah sempurna, dan investor bertindak rasional.

b. Nilai yang diharapkan dari distribusi probabilitas semua investor sama c. Perusahaan mempunyai risiko usaha yang sama

d. Tidak ada pajak.

2.2.1.2 Agency Theory

Teori ini dikemukakan oleh Michael C. Jensen dan William H.Mecking pada tahun 1976, manajemen merupakan agen dari pemegang saham, sabagai pemilik perusahaan para pemegang saham berharap agen akan bertindak atas kepentingan mereka sehingga mendelegasikan wewenang kepada agen. Untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, manajemen harus diberikan insentif dan pengawasan yang memadai. Pengawasan dapat dilakukan melalui cara-cara seperti peningkatan agen, pemeriksaan laporan keuangan, dan pembatasan terhadap keputusan yang diambil menajemen. Kegiatan pengawasan tentu saja membutuhkan biaya yang disebut agansi. Biaya agensi adalah biaya-biaya yang behubungan dengan pengawasan untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan pihak kreditur dan pemegang saham. Salah satu pendapat dalam agency theory adalah sesiapun yang menimbulkan biaya pengawasan, biaya yang timbul pasti merupakan tanggungan pemegang saham. Sebagai contoh, pemegang obligasi mengantisaipasi biaya pengawasan, membebankan bunga yang lebih tinggi.

Semakin besar peluang timbulnya pengawasan, semakin tinggi tingkat bunga, dan semakin rendah nilai perusahaan bagi pemegang saham. Biaya pengawasan

(29)

berfungsi sebagai disentif dalam penerbitan obligasi, terutama dalam jumlah besar. Jumlah pengawasan yang diminta oleh pemegang obligasi akan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah oblogasi yang beredar (Horne dan Wachowicz, 2007:482).

2.2.1.3 Teori Pertukaran Leverage

Teory pertukaran leverage (the trade-off teory leverage) teori yang menyatakan bahwa perusahaan menukarkan keuntungan-keuntungan pendanaan melalui hutang (perlakuan pajak perusahaan yang menguntungkan) dengan tingkat suku bunga dan biaya kebagkrutan yang relative tinggi (Brigham dan Houston, 2006:36).

2.2.1.4 Teori Persinyalan (Signaling Theory)

Moligliani dan Miller berasumsi bahwa investor memilki informasi yang sama tentang prospek sebuah perusahaan seperti para manajernya, hal ini disebut informasi simetris (symmetric information). Namun kenyataannya,para manajer sering kali memiliki informasi yang lebih baik dari pada investor pihak luar. Hal ini disebut informasi asimetris (asymmetric information), dan memiliki pengaruh yang penting pada struktur modal yang optimal. Informasi asimetris adalah situasi dimana manajer memiliki informasi yang berbeda (yang lebih baik) mengenai prospek perusahaan daripada yang memiliki investor. Perusahaan dengan prospek yang sangat cerah memilih untuk melakukan pendanaan melalui saham baru, sedangkan perusahaan dengan prospek yang buruk akan memilih pendanaan dengan ekuitas pihak luar. Adanya pengumuman penawaran saham biasanya akan

(30)

dianggap sebagai suatu sinyal bahwa prospek perusahaan seperti yang dilihat oleh manajemen tidak terlalu cerah. Hal ini selanjutnya menunjukkan bahwa ketika perusahaan mengumumkan penawaran saham baru, biasanya harga saham akan turun (Brigham dan Houston, 2006:38-40).

2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal

Untuk menentukan struktur modal yang optimal bagi perusahaan, manajer keuangan perlu memperhatikan berbagai faktor yang memepengaruhi struktur modal. menurut penelitian yang dilakukan oleh (Tata Surya,2009:28) untuk menentukan struktur modal yang optimal bagi perusahaan, menajer keuangan perlu memperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhi struktur modal antara lain sebagai berikut :

1. Tingkat pertumbuhan penjualan

Bagi perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan dan laba yang tinggi kecendrungan penggunaan hutang sebagai sumber dana eksternal yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang tingkat pertumbuhannya rendah.

2. Stabilitas penjualan

Semakin stabil penjualan suatu perusahaan, semakin besar kemungkinan perusahaan mambelanjai kegiatannya dengan hutang. Karena stabilitas penjualan akan mempengaruhi stabilitas pendapatan, yang pada akhirnya akan digunakan sebagai jaminan untuk memperoleh hutang.

(31)

3. Struktur aktiva

Dalam suatu perusahaan, struktur aktiva akan mampunyai pengaruh terhadap sumber-sumber pembelanjaan dengan beberapa cara. Pertama, pada perusahaan yang sebagian modalnya tertanam dalam aktiva tetap, pemenuhan dana akan diutamakan dari modal sendiri dan modal asing hanya sebagai pelengkap (Riyanto, 1989). Hal ini disebabkan oleh penggunaan aktiva tetap akan menimbulkan adanya sebagian besar aktivanya berupa aktiva tetap, komposisi penggunaan hutang akan lebih didominasi oleh hutang jangka panjang (Brigham,1999). Karena jangka waktu terikatnya dana dalam aktiva tetap adalah lebih lama dibandingkan dengan aktiva lainnya maka penggunaan hutang lebih ditekankan pada hutang jangka panjang.

4. Kebijakan dividen

Secara tidak langsung kebijakan dividen akan memiliki pengaruh terhadap tingkat penggunaan hutang suatu perusahaan. Kebijakan dividen yang stabil menyebabkan adanya keharusan bagi perusahaan untuk menyediakan sejumlah dana guna membayar dividen yang tetap tersebut.

Dan apabila perusahaan menggunakan tingkat hutang yang tinggi, maka ada kemungkinan bahwa dalam jangka panjang perusahaan tidak mampu mambayar dividen yang stabil serta memenuhi beban tetap hutang.

(32)

5. Profitabilitas

Perusahaan dengan rute of return tinggi cenderung menggunakan proporsi hutang yang relative kecil,karena dengan rate of return yang tinggi, kebutuhan dana dapat diperoleh dari laba ditahan.

6. Besaran perusahaan

Ukuran perusahaan akan mempunyai pengaruh terhadap struktur modal.

Pada kenyataannya bahwa semakin besar suatu perusahaan maka kecendrungan penggunaan dana eksternal juga semakin besar, dan salah satu alternatif pemenuhan dana yang tersedia adalah pendanaan eksternal.

7. Risiko bisnis

Dalam perusahaan, risiko bisnis akan meningakat jika pengunaan hutang tinggi. Hal ini juga akan meningkatkan kabangkrutan. Risiko bisnis ditunjukkan oleh varibilitas pendapatan yang akan diterima pada masa datang (Ferri dan Jones, 1979)

8. Operating leverage

Operating leverage merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi risiko bisnis. Semakin besar operating leverage perusahaan akan semakin besar variasi keuntungan akibat perubahan pada penjualan perusahaan dan mengakibatkan semakin besar resiko bisnis perusahaan. Pada tingkat risiko bisnis yang tinggi. Sebaiknya struktur modal dipertahankan atau mengurangi pengunaan hutang lebih besar. Sebaliknya perusahaan dengan biaya tetap yang dapat menggunakan hutang yang lebih besar.

(33)

2.3 Dividen

2.3.1 Pengertian Dividen

Definisi dividen pada beberapa literatur pada dasarnya mengandung inti yang sama yaitu bagian dari laba bersih yang dibagikan kepada para pemilik atau pemegang saham perusahaan. Adapun penjelasan mengenai definisi dividen pada beberapa literature diantaranaya adalah sebagai berikut :

a. Dividen adalah pendapatan korporasi yang dibagikan kepada pemegang saham (Tampubolon, 2005:183)

b. Dividen merupakan pembagian penghasilan yang dibayarkan kepada para pemegang saham berdasarkan pada banyaknya saham (Husnan dan Pudjiastuti), 2006:338)

c. Menurut Sutrisno (2003:303), cash dividend merupakan bagian dari laba yang dibagikan kepada pemegang saham. Ada dua jenis dividen, yaitu dividen saham preferen yang dibayarkan secara tetap dalam jumlah tertentu, dan dividen saham biasa yang dibayarkan apabila perusahaan mendapatkan laba.

Pada umumnya pembagian dividen selalu mengakibatkan berkurangnya kas perusahaan, tetapi dapat pula dalam bentuk selain kas. Dividen dibagikan kepada para pemegang saham dalam jumlah proposional dengan jumlah saham yang dimilikinya. Oleh sebab itu perusahaan perlu melakukan politik dividen.

Politik dividen adalah bersangkutan dengan menentukan pembagian pendapatan (Earning) antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada para

(34)

pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan dalam perusahaan, yang berarti pendapatan tersebut harus ditahan didalam perusahaan (Riyanto 2004:265).

2.3.2 Prosedur Pembayaran Dividen

Pembayaran dividen tergantung laba dari perusahaan. Pada umumnya nilai perusahaan diukur dalam laba per saham (Earning Per Share), yaitu laba yang tersedia dibagi pemegang saham. Pertimbangan laba apakah akan dibagikan sebagai dividen atau ditahan untuk diinvestasikan, tergantung dari penilaian direksi tentang pertumbuhan perusahaan lebih potensial atau para investor mengharapkan pengahasilan dividen. Keputusan direksi ini akan mempengaruhi harga saham.

Berikut adalah prosedur pembayaran dividen (Tampubolon 2005 :184) antara lain adalah :

1. Declaration date, tanggal dimana dewan direksi mengumumkan dividen, pada tanggal ini, pembayaran dividen akan merupakan kewajiban yang legal dari korporasi.

2. Date of record, tanggal dimana pemegang saham berhak menerima dividen.

3. Ex-dividend date, tanggal dimana hak atas dividen lepas dari saham. Hak atas dividen sampai 4 hari sebelum tanggal Date of record. Pengertiannya, pada 4 hari sebelum record date, hak atas dividen tidak lagi ada pada saham dan penjual bukan lagi pemilik saham tersebut, yang seharusnya orang yang akan menerima dividen. Harga pasar saham mempengaruhi

(35)

kenyataan dan telah berlalu dan akan turun kira-kira sejumlah dividen tersebut.

4. Date of payment, merupakan tanggal dimana korporasi akan membayar dengan membagikan cheque dividen kepada pemegang saham.

Kepada pemagang saham dividen dapat dibagikan dalam beberapa bentuk (Meutia Kumala 2011:29) yaitu :

1) Dividen Tunai (Cash Dividend)

Yaitu dividen yang dibagikan dalam bentuk kas atau uang tunai.

Dalam prakteknya dividen lebih banyak dibagikan dalam bentuk uang tunai. Dimana besarnya tergantung pada pembatasan-pembatasan oleh undang-undang dan kebijaksanaan perusahaan.

2) Dividen property (Property dividend)

Yaitu dividen yang dibagikan dalam bentuk aktiva perusahaan selain kas berupa barang dagang, real estate atau investasi atau bentuk lainnya yang ditentukan perushaan.

3) Dividen skrip (scrip dividend)

Yaitu merupakan bentuk khusus dari wesel bayar dimana setiap dividen yang telah diumumkan menjadi hutng dividen sampai dengan tanggal pembayaran.

4) Dividen likuidasi

Yaitu dividen yang tidak didasarkan pada laba ditahan yang merupakan pengembalian dari ivestasi pemegang saham.

(36)

5) Dividen saham

Yaitu pembagian saham baru kepada para pemegang saham yang berhubungan dengan adanya laba yang dibagikan dan dalam jumlah yang proporsional dengan saham yang dimilikinya.

2.3.3 Bentuk Dividen

Pada umumnya perusahaan membayarkan dividen dalam bentuk kas secara regular, tetapi terkadang diberikan dividen tambahann atau special dividen kepada pemegang saham. Dividen tidak selalu dalam bentuk kas tetapi bias juga dalam bentuk saham (stock dividend) menurut Andy Ricardo (2012:16) ada beberapa macam bentuk dividen, yaitu :

a. Cash dividen

Yaitu dividen yang diberikan kepada pemegang saham dalam bentuk tunai. Bentuk ini sangat sering digunakan karena tingkat likuiditasnya cukup tinggi sehingga cenderung disukai oleh para pemegang saham.

b. Stock dividen

Yaitu dividen yang diberikan kepada pmegang saham dalam bentuk lembar saham, bentuk ini pun sering digunakan, terutama jika perusahaan mendapatkan keuntungan besar. Namun bentuk dividen ini hanya berdufat sementara.

(37)

c. Extra dividend

Yaitu dividen tambahan yang diberikan kepada pemegang saham jika perusahaan mendapatkan keuntungan besar. Namun bentuk dividen ini hanya bersifat sementara.

d. Noncash dividen plans

Yaitu seperti pemberian sample product dan dividend reinvestment plans (DRIP’S). jika tidak dapat memberikan dividen dalam bentuk tunai

maupun lembar saham, perusahaan dapat memberikan contoh produk yang akan dipasarkan.

2.3.4 Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen adalah apakah keputusan tentang laba yang akan diperoleh akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan sebagai laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang.

Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai laba dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total sebesar dana intern (internal financing).

Kebijakan dividen yang optimal adalah kebijakan yang menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa datang sehingga memaksimalkan harga saham. (Farah,2005:142)

2.3.5 Teori Kebijakan Dividen

Teori kebijakan menurut (Brigham & Houston, 2006:70) antara lain : 1. Teori irevelansi dividen (dividend irrelevance theory)

(38)

Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh, baik terhadap nilai perusahaan,maupun biaya modalnya. Jadi menurut teori ini tidak adak kebijakan dividen yang optimal.

Penganjur utama teori ini adalah Merton Miller dan Franco Moligliani berpendapat bahwa nilai perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba serta resiko bisnisnya.

Dengan asumsi sebagai berikut : a. Tidak ada pajak

b. Tidak ada biaya emisi

c. Leverage keuangan tidak berpengaruh terhadap biaya modal

d. Investor dan manajer menpuyai informasi yang sama tentang prospek perusahaan

e. Kebijakan deviden tida berpenaruh terhadap biaya modal sendiri f. Kebijakan pengangaran modal terlepas dari kebijakan dividennya.

Asumsi-asumsi tersebut tidak terjadi didunia nyata, maka hal itu disebut irrelevance theory.

2. Teori Burung ditangan (Bird in the hand theory)

Bird in the hand Theory (Teory Burung di Tangan) adalah istilah Moligliani dan Miller untuk teori yang menyatakan bahwa nilai perusahaan akan dapat dimaksimalkan dengan menetapkan rasio pembayran dividen yang tinggi (Brigham dan Houston, 2006:71).

Kebanyakan investor merencanakan intuk menginvestasikan kembali dividen mereka dalam saham dari perusahaan bersangkutan atau

(39)

perusahaan sejenis dan dalam banyak kasus, tingkat risiko dari arus kas perusahaan bagi investor dalam jangka panjang hanya ditentukan oleh tingkat resiko arus kas operasinya, bukan oleh kebijakan pembagian dividenya.

3. Teori Preferensi Pajak (Tax preference theory)

Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor mungkin lebih menyukai pembagian dividen yang rendah dari yang tinggi.

a. Keuntungan modal dikenakan pajak dengan tarif maksimum 28 persen, sedangkan sedangkan pendapatan dividen dikenakan pajak dengan tarif efektif mencapai 36 persen.

b. Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual.

c. Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal yang terutang, ahli waris yang menerima saham itu dapat menggunakan nilai saham pada hari kematian sebagai dasar biaya mereka, dengan demikian mereka terhindar dari pajak keuntungan modal.

Karena keunggulan-keunggulan dibidang perpajakan ini, para investor mungkin lebih menyukai perusahaan menahan sebagian besar laba mereka. Jika demikian, investor akan bersedia untuk membayar lebih bagi perusahaan dengan pembayaran dividen yang lebih rendah daripada perusahaan serupa dengan pembayaran yang tinggi (Brigham dan Houston, 2006:72)

(40)

2.3.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen dalam (Martono, 2004:255) :

a. Posisi likuiditas perusahaan

Posisi kas atau likuiditas perusahaan merupakan faktor yang penting untuk dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan seberapa besar dividen yang akan dibagi. Semakin likuid perusahaan, berarti makin besar kemampuannya untuk membayar dividen. Bagi perusahaan yang sedang tumbuh, mungkin likuiditasnya tidak terlalu besar, sehingga mempengaruhi perusahaan tersebut didalam membayar cash dividen.

b. Kebutuhan dana untuk membayar hutang

Setiap perusahaan pasti memiliki hutang yang berbeda-beda tingkat jatuh temponya, pada saat jatuh tempo, perusahaan diharuskan untuk membayar hutangnya tersebut. Apabila perusahaan menetapkan bahwa menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut, yang berarti bahwa akan semakin kecil dividen yang akan dibayarkan perusahaan.

c. Tingkat perluasan perusahaan

Makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, maka akan makin besar kebutuhan akan dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut. Semakin besar kebutuhan dan untuk membiayai pertumbuhan perusahaan, maka perusahaan akan lebih senang untuk

(41)

menahan laba yang diperoleh, dari pada membagikannya kepada pemegang saham.

d. Pengawasan terhadap perusahaan

Terdapat perusahaan yang senang menggunakan sumber dan intern didalam membiayai kegiatan operasinya. Alasanya adalah apabila ekspansi perusahaan dibiayai dari penjualan saham baru, maka akan mengurangi control dari kelompok yang dominan didalam perusahaan. Jika ekspansi perusahaan dibiayai oleh hutang, akan memperbesar resiko financial.

Sehingga apabila perusahaan lebih mempercayakan sumber dana intern dalam membiayai kegiatan perusahaan, biasanya akan mengurangi dividen payout ratio yang akan dibagi.

Sedangkan menurut (Brigham & Houston 2011:231) faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen antara lain adalah sebagai berikut : a. Perjanjian obligasi (bond indenture)

Kontrak utang seringkali membatasi pembayaran dividen atas laba yang dihasilkan setelah pinjaman diberikan, kontrak utang sering kali menyatakan bahwa tidak ada pembayaran dividen kecuali jika rasio lancar, rasio kelipatan pembayaran bunga, dan rasio-rasio keamanan lainnya melebihi nilai minimum yang telah ditentukan.

b. Pembatasan saham preferen

Pada umumya, dividen saham biasa tidak dapat dibayarkan jika perusahaan menghilangkan dividen saham preferennya. Tunggakan

(42)

saham preferen harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum saham biasa dapat diteruskan pembayarannya.

c. Aturan penurunan nilai modal (impairment of capital rule)

Pembayaran dividen tidak dapat melebihi pos “laba ditahan”

neraca. Pembatasan secara hukum ini yang dikenal sebagai aturan penurunan modal, dirancang untuk melindungi kreditur. Tanpa ada aturan ini, perusahaan yang berada dalam kesulitan mungkin akan mendistribusikan sebagian besar asetnya kepada pemegang saham dan tidak menyisakan apa-apa bagi para pemberi utang. Dividen likuidasi dapat dibayarkan dari modal, namun dividen ini harus dinyatakan demikian dan harus tidak mengurangi modal dibawah batas yang dinyatakan dalam kontrak utang.

d. Ketersediaan kas

Dividen tunai hanya dapat dibayarkan dengan kas. Jadi kekurangan kas pada bank dapat membatasi pembayaran dividen.

Namun, kemampuan untuk melakukan pinjaman akan dapat menutupi faktor ini.

e. Denda pajak atas laba yang terkumulasi secara tidak wajar.

Untuk mencegah orang-rang kaya menggunakan perusahaan untuk menghindari pajak pribadi, persaturan perpajakan memiliki pajak khusus atas laba yang terkumulasi secara tidak wajar. Jadi, jika IRS dapat membuktikan bahwa rasio pembayaran dividen suatu perusahaan secara sengaja diturunkan guna membantu para pemegang

(43)

sahamnya menghindari pajak pribadi, perusahaan tersebut dapat dikenakan denda dalam jumlah besar. Faktor ini terutama relevan bagi perusahaan yang dimiliki secara pribadi.

2.4 Hubungan Antara Struktur Modal Dan Kebijakan Deviden

Secara tidak langsung, kebijakan dividen memiliki pengaruh tingkat penggunaan utang suatu perusahaan. Kebijakan dividen yang stabil menyebabkan adanya keharusan bagi perusahaan untuk menyediakan sejumlah dana guna membayar dividen yang tetap tersebut. Dan apabila perusahaan menggunakan tingkat utang tinggi. Maka ada kemungkinan bahwa dalam jangka panjang perusahaan tidak akan mampu membayar dividen yang stabil serta memenuhi beban setiap utang. Wahyudi (2006) menemukan bukti bahwa kebijakan mempunyai pengaruh yang signifikan dan berhubungan negatif dengan debt ratio.

Namun hal ini bertolak belakang dengan penelitian ini, teory keagenan Jensen dan Meckling dalam hasnawati (2005) berpendapat bahwa dividen akan mengurangi konflik antara agents dengan Prinsipols, sehubungan dengan keputusan pendanaan, Hasnawati (2005) mengatakan bahwa dividen merupakan keuntungan bagi equity holders.

Oleh karena itu, struktur modal mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen yang diterapkan perusahaan. Penelitian struktur modal dan kebijakan dividen yang optimal sangat diperlukan guna meningkatkan nilai dan kemakmuran pemegang saham.

(44)

2.5 Penelitian Terdahulu

1. Penelitian yang dilakukan oleh Vina Indria Wardani mengenai likuiditas dan struktur modal terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang listning di Bursa Efek Jakarta periode 2003-2007.

Mengatakan variabel debt to equity ratio, debt to asset ratio dan long term debt to equity ratio, debt to total asset ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio, Secara parsial cash ratio mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap dividen payout ratio dan debt to asset ratio mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap dividen payout ratio. Sedangkan indikator yang lain tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividen payout ratio.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Tata Surya (2009) mengenai pengaruh stuktur modal terhadap kebijakan dividen pada perusahan manufaktur yang listing dibursa efek periode 2007-2009. Mengatakan bahwa secara parsial (uji t) variabel Long term debt to equity berpengaruh sigifikan terhadap Dividen Payout Ratio, sedangkan variabel Book Deb to Asset Ratio dan Market debt to equity berpengaruh tidak sigifikan. Hasil (uji simultan) yang dilakukan Book Debt to Asset Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio dan Market Debt to Equity secara besama-sama (simultan) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Dividen Payout Ratio.

(45)

2.5 Kerangka Penelitian

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian

2.6 Hipotesis Penelitan

Hipotesis merupakan jawaban sementara rumusan masalah penelitian, dimana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan.

Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis dapat dinyatakan sebagai jawaban sementara teoristis terhadap rumusan masalah penelitian dan belum merupakan jawaban empiris.

H1: Book Debt to Equity Ratio (BDE) berpengaruh signifikan terhadap Dividend Pay Out Ratio (DPR) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

H2: Book Debt to Asset Ratio (BDA) berpengaruh signifikan terhadap Dividend Pay Out Ratio (DPR) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

Book Debt to Asset Ratio Long Term Debt to Equity Book Debt to Equity Ratio

Dividend Payout Ratio

(46)

H3: Long Term Debt Equity Ratio berpengaruh signifikan terhadap Dividend Pay Out Ratio (DPR) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

H4: Book Debt to Equity Ratio Book Debt to Asset Ratio dan Long Term Debt Equity Ratio berpengaruh secara bersama-sama terhadap Dividend Pay Out Ratio (DPR).

2.8 Opersional Variabel

1. Variabel Terikat (dependen), yaitu variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel bebas (independen). Variabel terikat (Y) pada penelitian ini adalah Dividen Payot Ratio. Dividend Payout Ratio dapat dihitung dengan cara (Lukas,2008:285):

DPR=

Rasio ini menjelaskan tentang jumlah pembayaran dividen yang dapat diberikan oleh perusahaan kepada pemegang saham dari laba bersih yang dihasilkan, rasio ini mewakili rasio rentabilitas, jadi dapat disimpulkan perusahaan yang mampu untuk menghasikan laba yang dapat memberikan dividen bagi para pemegang sahamnya, dan besar kecilnya pembayaran tergantung dari laba yang diperoleh perusahaan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini Dividen Payout Ratio (DPR) dijadikan variabel terikat untuk mengetahui pengaruh struktur modal terhadap kebijakan dividen.

(47)

3. Variabel bebas (independen) yaitu variabel yang menjadi sebab terjadi atau terpengaruhnya variabel terikat (dependen). Variabel bebas (X) pada penelitan ini yaitu :

a. Book Debt Equity Ratio (BDE)

Rasio total hutang dengan modal sendiri merupakan perbandingan total hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. (Kasmir, 2012:157).

Book Debt Equity Ratio =

Yang dapat dijelaskan dari rasio ini adalah bahwa semakin tinggi rasio ini akan semakin sulit pula perusahaan menjamin kewajibanya dengan modal sendiri dan sebaliknya apabila rasio ini semakin kecil, maka kemampuan perusahaan menjamin kewajibannya akan semakin besar dengan modal sendiri.

b. Book Debt to Asset Ratio (BDA)

Menurut (Kasmir, 2012:156) merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Caranya adalah dengan membandingkan antara total utang dengan total aktiva.

Book Debt to Asset Ratio =

c.

Long Term Debt Equity Ratio (LDE)

Menurut (Kasmir, 2012:159) merupakan rasio utang jangka panjang dengan modal sendiri, tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang

(48)

jangka panjang. Dengan cara mambandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan.

Long Term Debt Equity Ratio =

Untuk mengetahui labih lanjut tentang operasional variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini :

Tabel 2.1 Ringkasan Definisi Opersional dan Pengukurannya :

Variabel Definisi Rumus

Skala pengukuran Dividen

Payout Ratio(Y)

DPR merupakan persentase dividen yang dibagi dari EAT.

Rasio

Book Debt to Equity Ratio(X1)

BDE ini digunkan untuk mengetahui setiap rupiah modal yang dijadikan jaminan untuk utang.

Rasio

Book Debt to Asset Ratio (X2)

BDA merupakan rasio utang untuk mengukur seberapa besar aktiva peruahaan dibiayai

Rasio

(49)

oleh hutang

Long Term Debt to Equity Ratio (X3)

LDE merupakan

rasio untuk

mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan.

Rasio

(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian (Objek Penelitian)

Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan-prusahaan manufaktur yang terdaftar (listing) diBursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011 dan mempunyai laporan keuangan yang lengkap. Data tersebut diperoleh dari literature Indonesia Capital Market Directory (ICMD) yang diterbitkan oleh Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM) Riau.

3.2 Populasi

Menurut Sugiono (2005:73) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya yang berkaitan dengan masalah penelitian. Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Populasi yang diamati dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar diBursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011.

3.3 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti. Dengan kata lain, sampel merupakan sebagian atau bertindak sebagai perwakilan dari populasi sehingga hasil penelitian yang berhasil diperoleh dari sampel dapat digeneralisasikan pada populasi.

(51)

Sampel dalam penelitan ini adalah 38 perusahaan yang diambil dari perusahaan manufaktur yang terdaftar dibursa efek Indonesia dengan purposive sampling (sampel bertujuan) yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel dengan kriteria:

1. Perusahaan menufaktur yang listning dibursa efek Indonesia selama periode 2011.

2. Perusahaan manufaktur yang membagikan dividen tunai (cash dividen) periode2011.

3. Perusahaan yang dijadikan sampel memiliki laporan keuangan yang lengkap dan jelas selama periode 2011.

Proses Purposive Sampling dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini : Tabel 3.1 : Proses Purposive Sampling Penelitian

NO Purposive Sampling Jumlah

1 Perusahaan Manufaktur yang listning di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2011

149

2 Dikurangi perusahaan yang tidak konsisten dalam membagikan dividen

111

3 Jumlah 38

Berdasarkan Kriteria yang telah ditetapkan tersebut, nama-nama perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel III.2 sebagai brikut :

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi utama selulosa pada nutrisi ialah untuk menyediakan bahan bulky dan tidak dapat dicerna yang dapat meningkatkan efisiensi kerja saluran usus yang dapat disamakan

Untuk itu, tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji langkah-langkah yang tepat dalam pengelolaan dan pelestarian Hutan Palasari dengan menggunakan metode AHP,

Setelah barang diterima, 2 hari kemudian, suplier akan mengirim PO pembelian, kwitansi, surat jalan asli ( rangkap 2) ke bagian accounting , bagian accounting akan membuat kontra

Afiliasi Hostgator – Saya mengikuti afiliasi Hostgator karena menggunakan Hostgator untuk meng-hosting semua blog saya (kecuali blog yang digunakan untuk membacklink atau

Kontribusi dari para praktisi perbankan Syariah atau lembaga keuangan Syariah sangat berpengaruh dalam menciptakan laboratorium mini bank yang berkualitas baik yang

(2)Dari para jemaah haji oleh Menteri Muda Agama dapat dipungut biaya administrasi dan lain-lain biaya, yang berdasarkan ketentuan-ketentuan dari

Dengan membawa semua dokumen asli yang di Upload pada tahap pemasukan dokumen penawaran, serta dokumen-dokumen lain yang dipersyaratkan dalam Dokumen Pengadaan,

[r]