• Tidak ada hasil yang ditemukan

-1- KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "-1- KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA,"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

SALINAN

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 446/M/2021 TENTANG

SISTEM ZONASI KAWASAN CAGAR BUDAYA NASIONAL KOMPLEKS PERCANDIAN GEDONGSONGO

MENTERI PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Kompleks Percandian Gedongsongo telah ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya Nasional berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 195/M/2015 tentang Kompleks Percandian Gedongsongo sebagai Kawasan Cagar Budaya Peringkat Nasional;

b. bahwa berdasarkan ketentuan dalam Pasal 72 ayat (2) huruf a Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, Menteri menetapkan sistem zonasi untuk cagar budaya nasional atau mencakup 2 (dua) provinsi atau lebih;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi tentang Sistem Zonasi Kawasan Cagar Budaya Nasional Kompleks Percandian Gedongsongo;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang

(2)

Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);

2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5168);

3. Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2021 tentang Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 156);

4. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 28 Tahun 2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 963);

5. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 195/M/2015 tentang Kompleks Percandian Gedongsongo sebagai Kawasan Cagar Budaya Peringkat Nasional;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI TENTANG SISTEM ZONASI KAWASAN CAGAR BUDAYA NASIONAL KOMPLEKS PERCANDIAN GEDONGSONGO.

KESATU : Menetapkan Sistem Zonasi Kawasan Cagar Budaya Nasional Kompleks Percandian Gedongsongo sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini.

KEDUA : Sistem Zonasi Kawasan Cagar Budaya Nasional Kompleks

Percandian Gedongsongo sebagaimana dimaksud dalam

Diktum KESATU ditetapkan berdasarkan hasil kajian.

(3)

KETIGA : Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 31 Desember 2021

MENTERI PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI

REPUBLIK INDONESIA,

TTD.

NADIEM ANWAR MAKARIM

Salinan sesuai dengan aslinya.

Kepala Biro Hukum

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi,

TTD.

Dian Wahyuni

NIP 196210221988032001

(4)

SALINAN LAMPIRAN

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI

NOMOR 446/M/2021 TENTANG

SISTEM ZONASI KAWASAN CAGAR BUDAYA NASIONAL KOMPLEKS PERCANDIAN GEDONGSONGO

SISTEM ZONASI KAWASAN CAGAR BUDAYA NASIONAL KOMPLEKS PERCANDIAN GEDONGSONGO

I. IDENTITAS

Nama Cagar Budaya : Kompleks Percandian Gedongsongo

Alamat :

Kelurahan : Desa Candi (Kecamatan Bandungan) dan Desa Jubelan (Kecamatan Sumowono) Kecamatan : Bandungan dan Sumowono

Kabupaten : Semarang

Provinsi : Jawa Tengah

Koordinat : masing-masing candi:

a. Candi Gedong I: 7

o

12’29.35” S-110

o

20’30.44” E

b. Candi Gedong II: 7

o

12’17.63” S-110

o

20’26.52” E

c. Candi Gedong III: 7

o

12’14.22” S-110

o

20’24.80” E

d. Candi Gedong IV: 7

o

12’13.26” S-110

o

20’17.56” E

e. Candi Gedong IVa: 7

o

12’11.75” S-110

o

20’19.86” E

f. Candi Gedong V: 7

o

12’19.35” S-110

o

20’16.70” E

g. Runtuhan I: 7

o

12’17.69” S-110

o

20’9.15” E

h. Runtuhan II: 7

o

12’12.65” S-110

o

20’11.08” E

(5)

i. Runtuhan III: 7

o

12’8.05” S-110

o

20’15.38” E

Luas/Ukuran Delineasi : 230.161,590 m

2

Batas-Batas :

1. Utara : Hutan Lindung Perhutani (7

o

12’08.3” S- 110

o

20’16.2” E)

2. Selatan : Desa Ndarum, Desa Candi (7

o

12’31.3” S- 110

o

20’30.9” E)

3. Timur : Hutan Lindung Perhutani (7

o

12’31.3” S- 110

o

20’32.2” E)

4. Barat : Hutan Lindung Perhutani (7

o

12’18.5” S-

110

o

20’12.1” E)

(6)

II. SISTEM ZONASI

Peta Sistem Zonasi Kawasan Cagar Budaya Nasional Kompleks Percandian Gedongsongo sebagai berikut.

(7)

III. PENGATURAN RUANG

Pengaturan Ruang dalam Sistem Zonasi Kawasan Cagar Budaya Nasional Kompleks Percandian Gedongsongo sebagai berikut.

Zona Luas (Ha) Fungsi Pengaturan

Zona Inti 2,89 Zona inti

merupakan area pelindungan utama untuk menjaga bagian terpenting dari situs cagar budaya yang mengandung benda cagar budaya,

bangunan cagar budaya, dan struktur cagar budaya.

1. Pada zona inti dapat dilakukan penataan lingkungan dengan syarat tidak mengubah lanskap asli.

2. Zona inti dapat dimanfaatkan untuk tujuan rekreatif, edukatif, apresiatif dan/atau religi yang tidak berdampak negatif terhadap kelestarian cagar budaya yang ada dengan syarat:

a. mendapat izin dari pengelola;

b. tidak bertentangan dengan prinsip pelestarian cagar budaya;

c. tidak mengancam kelestarian situs;

d. tidak mengganggu pengunjung yang lain;

e. tidak menimbulkan pencemaran situs;

f. tidak melanggar norma dan etika masyarakat;

g. pembatasan jumlah pengunjung ke setiap candi;

h. tidak melibatkan kerumunan banyak orang;

i. tidak menghasilkan banyak sampah;

j. tidak menimbulkan getaran kuat;

k. tidak menimbulkan kebisingan suara;

l. tidak melakukan penggalian tanah; dan m. apabila terjadi situasi

gawat darurat/bencana baik alam maupun nonalam, pengelola dapat membuat

(8)

Zona Luas (Ha) Fungsi Pengaturan

ketentuan khusus terkait pengelolaan dan pemanfaatan.

3. Bangunan dan penataan lingkungan di zona inti bersifat nonpermanen, yang berarti mudah dibongkar kembali dengan

kedudukan dan

kedalaman pondasi yang tidak mengganggu keberadaan cagar budaya.

Bentuk bangunan bernuansa tradisional atau bertema selaras dengan bangunan cagar budaya yang ada. Fungsi bangunan bersifat penunjang pelestarian seperti pos jaga, pagar, papan informasi serta bangunan pelindung cagar budaya lainnya.

Pembangunan tersebut harus mendapat izin dari

pengelola dan

berkoordinasi lintas pemangku kepentingan.

Zona Penyangga

31,77 Zona penyangga merupakan area yang menyangga dan melindungi zona inti dari berbagai macam/

jenis, arah, dan besarnya

ancaman yang disebabkan oleh faktor alam ataupun faktor manusia.

1. Kegiatan budi daya dalam sektor perkebunan, pertanian, peternakan, dan perhutanan masih dapat dilakukan secara terbatas dan tidak mengolah tanah hingga kedalaman 50 cm.

2. Dapat menempatkan bangunan fasilitas pelindungan yang tidak permanen/reversible.

3. Tidak diperbolehkan menambah tinggi bangunan permanen yang sudah ada melebihi tinggi bangunan candi.

Ketentuan bangunan yakni dengan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) paling banyak sebesar 30% (tiga puluh persen), Koefisien Daerah Hijau (KDH) paling

(9)

Zona Luas (Ha) Fungsi Pengaturan

banyak sebesar 70% (tujuh puluh persen) dengan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) tidak melebihi tinggi bangunan candi. Bentuk bangunan bernuansa tradisional atau bertema selaras dengan bangunan cagar budaya yang ada.

4. Perubahan status zona penyangga menjadi zona inti diperbolehkan untuk kepentingan penyelamatan segera berdasarkan kajian.

5. Dapat melakukan kegiatan ekonomi secara mikro dan penataan lingkungan yang bersifat terbatas.

6. Zona penyangga dapat dimanfaatkan untuk tujuan rekreatif, edukatif, apresiatif, dan/atau religi yang tidak berdampak negatif terhadap kelestarian cagar budaya yang ada dengan syarat yang sama dengan zona inti.

7. Seluruh pemanfaatan, pengembangan,

pembangunan, dan perubahan ketentuan untuk kepentingan pelindungan dapat dilakukan dengan didahului kajian dampak untuk selanjutnya mendapatkan izin dari

pengelola dan

berkoordinasi lintas pemangku kepentingan.

8. Ketentuan perizinan kegiatan mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan.

Zona

Pengembangan

19,91 Zona

pengembangan merupakan area yang

diperuntukan

1. Ketentuan bangunan dalam zona pengembangan yakni dengan KDB paling banyak sebesar 30% (tiga puluh persen), KDH paling

(10)

Zona Luas (Ha) Fungsi Pengaturan bagi

pengembangan potensi cagar budaya untuk kepentingan rekreasi, konservasi

lingkungan alam, lanskap budaya, kehidupan

budaya tradisional,

keagamaan, dan kepariwisataan.

banyak sebesar 70% (tujuh puluh persen) dengan KLB paling banyak 2 (dua) lantai.

2. Area di dalam zona pengembangan dapat dikembangkan untuk agro industri dan pembangunan sarana prasarana umum (peningkatan kualitas jalan, irigasi, dan perumahan) setelah dilakukan kajian dampak.

3. Kegiatan yang diperbolehkan adalah kegiatan yang tidak berpotensi menghasilkan limbah, polusi kimiawi maupun getaran tinggi (termasuk suara) yang dapat membahayakan cagar budaya yang ada di lingkungannya, baik yang ada di dalam tanah maupun di permukaan tanah.

4. Dapat mendirikan bangunan bersifat permanen dengan desain arsitektur yang sama dengan tema cagar budaya agar dapat tercipta keharmonisan tata ruang dan tata bangunan.

5. Tidak diperbolehkan melakukan rekayasa lanskap dan kegiatan

lainnya yang

mengakibatkan perubahan situasi lingkungan secara

ekstrim serta

mengakibatkan

terancamnya eksistensi flora dan fauna lokal dan endemik.

6. Zona pengembangan dapat dimanfaatkan untuk tujuan rekreatif, edukatif, apresiatif, dan/atau religi yang tidak berdampak negatif terhadap

(11)

Salinan sesuai dengan aslinya.

Kepala Biro Hukum

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi,

TTD.

Zona Luas (Ha) Fungsi Pengaturan

kelestarian cagar budaya yang ada dengan syarat yang sama dengan zona penyangga dan zona inti.

7. Seluruh pemanfaatan, pengembangan,

pembangunan, dan perubahan ketentuan untuk kepentingan pelindungan dapat dilakukan dengan didahului kajian dampak untuk selanjutnya mendapatkan izin dari pengelola dan pemilik lahan.

8. Ketentuan perizinan kegiatan mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan.

Zona Penunjang

4,91 Zona penunjang merupakan area yang

diperuntukan bagi sarana dan prasarana penunjang serta untuk kegiatan komersial dan rekreasi umum.

Pembangunan dan

peningkatan sarana dan prasarana dimungkinkan dengan tetap memperhatikan kelestarian kawasan cagar budaya secara keseluruhan setelah dilakukan kajian dampak.

MENTERI PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI

REPUBLIK INDONESIA,

TTD.

NADIEM ANWAR MAKARIM

Referensi

Dokumen terkait

• Software project management begins with a set of activities that are called project planning.. • Before the project can begin, the manager and the software team must estimate

Tujuan dari pembuatan sistem ini adalah menyediakan sistem pemesanan tiket bus yang praktis dalam mengatur keberangkatan dan dapat memberikan informasi mengenai po.pastra..

Faktor internal siswa atau faktor yang berasal dari diri siswa antara lain minat,2. bakat, dan kognitif siswa yang berhubungan dengan intelegensi yang

Kedalaman yang aman terhadap hydrodynamic berarti konstruksi dinding aman pada saat proses penggalian, sehingga nantinya aliran air tanah tidak akan menjadi masalah yang serius

September Outdoor Mobil anti Galau Kementerian Konsultasi Sosial pada Laboratorium Sosial RI di acara Car Free Day DKI Jakarta.

Sebutkan dan jelaskan aplikasi dari konsep fisika terkait Sifat Laser dan Difraksi yang berkaitan dengan fakultas atau bidang studi Anda. Buatlah flowchart atau diagram alir

Tujuan khusus penelitian ini antara lain : (1) menganalisis peran Balai TNGHS serta stakeholder terkait dengan keberadaan masyarakat adat Kasepuhan Cibedug di dalam kawasan

Ada dua jenis uji coba yang akan dilakukan: uji coba tahap training dan uji coba tahap testing. Masing-masing jenis uji coba tersebut dilakukan dalam dua skenario,