• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI FEAR OF SUCCESS DAN FEAR OF FAILURE DITINJAU DARI GENDER DAN NEED FOR ACHIEVEMENT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI FEAR OF SUCCESS DAN FEAR OF FAILURE DITINJAU DARI GENDER DAN NEED FOR ACHIEVEMENT"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI

FEAR OF SUCCESS DAN FEAR OF FAILURE DITINJAU DARI GENDER DAN NEED FOR ACHIEVEMENT

Oleh:

DIAN FITRIA KS BAGUS RIYONO

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

YOGYAKARTA 2006

(2)

FEAR OF SUCCESS DAN FEAR OF FAILURE

DITINJAU DARI GENDER DAN NEED FOR ACHIEVEMENT

Dian Fitria Ks Bagus Riyono

Intisari

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fear of success dan fear of failure dilihat dari perbedaan gender dan need for achievement. Hipotesis yang diajukan antara lain ada perbedaan fear of success dan fear of failure pada pria dan wanita, serta ada korelasi antara need for achievement dengan fear of success dan fear of failure.

Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan PT BRI Wonosobo, baik yang bekerja di kantor cabang ataupun di unit-unit yang tersebar di wilayah Wonosobo. Jumlah subjek yang ikut serta dalam penelitian adalah 53 orang.

Adapun skala yang digunakan adalah Skala Fear of Success yang disusun berdasarkan gambaran-gambaran takut sukses dari Horner (Paludi, 1992), Skala Fear of Failure yang disusun berdasarkan teori dari beberapa ahli dan Skala Need for achievement yang mengacu pada The Work and Family Orientation Questionaire dari Spence & Helmreich (Paludi, 1992).

Analisis data dengan menggunakan bantuan Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 11.5 for windows. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya perbedaan fear of success maupun fear of failure pada pria dan wanita. Dan ada korelasi negatif yang signifikan antara need for achievement dengan fear of success dan fear of failure.

Kata Kunci: Fear of Success, Fear of Failure dan Need for achievement

(3)

Pengantar

Manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang bervariatif dan kompleks.

Karenanya, mereka berupaya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dengan melakukan berbagai macam aktivitas, salah satunya adalah dengan bekerja.

Psikiater J.A.C. Brown, dalam bukunya yang berjudul “The Social Psichology Of Industry” menyatakan bahwa kerja merupakan bagian terpenting dari kehidupan manusia, sebab aspek kehidupan yang memberikan status kepada masyarakat (Anoraga, 2005).

Dengan status inilah masyarakat kemudian memberikan penilaian kepada manusia tersebut. Untuk mendapatkan penilaian positif, manusia berusaha mencapai tujuan-tujuannya dalam bekerja. Dalam seting organisasi, tujuan tersebut bisa berupa gaji maupun kesempatan untuk mengaktualisasikan diri dengan mencapai status yang terpandang. Status identik dengan karir, dimana seorang individu tidak hanya sekedar bekerja namun memiliki kedudukan yang berarti di tempat kerjanya, berprestasi, mampu menunjukkan kemampuan yang dimiliki semaksimal mungkin dan berani menerima tantangan dalam pekerjaannya.

Namun untuk mendapatkan karir yang maksimal tidaklah mudah.

Munculnya kendala baik dari dalam diri individu itu sendiri maupun dari lingkungan luarnya terkadang menghambat pencapaian karirnya, sehingga tidak sedikit dari mereka yang justru menghindari karir atau prestasinya tersebut.

Tak jarang seorang individu harus merasakan kecemasan-kecemasan akan penolakan dari lingkungan sosial ketika usaha mencapai prestasi mengalami

(4)

kegagalan, atau justru saat ia berhasil mencapai prestasi tinggi. Menurut Birney (Fried-Buchalter, 1997), masyarakat masih sering menolak individu yang gagal, meskipun ia telah berusaha keras. Oleh karena itu, agar bisa diterima dalam masyarakat, meraka yang mengalami ketakutan akan konsekuensi gagal ini terpaksa menentukan tujuan mereka jauh di bawah potensinya, sehingga kegagalan bisa dihindari. Ketakutan akan kegagalan ini disebut sebagai fear of Failure.

Begitu juga dengan individu yang telah mencapai karir tinggi.

Keberhasilan tidak sepenuhnya mendatangkan kebahagiaan. Adanya penolakan sosial, perasaan ragu-ragu dan perasaan bersalah karena merasa dirinya tidak normal / berbeda dengan orang lain, serta takut akan dikucilkan atau kesepian merupakan akibat negatif dari keberhasilan yang diperolehnya (Horner dalam Dowling, 1992). Menurut Horney (Fried-Buchalter, 1997) penolakan karena keberhasilan ini muncul dalam lingkungan yang bersifat kompetitif. Keberhasilan sering kali memunculkan kecemburuan, kekecewaan dan kebencian dari pihak lain, terutama pihak yang mengalami kekalahan atau yang tidak mengharapkan individu tersebut berhasil, sehingga ia memilih untuk berprestasi biasa-biasa saja namun tetap diterima lingkungan sosialnya. Ketakutan semacam ini disebut dengan fear of success.

Dalam penelitiannya, Horner (Dowling, 1992) menemukan bahwa ada perbedaan yang sangat besar antara respon pria dan wanita dalam menghadapi kemungkinan sukses. Para pria menunjukkan kegairahan terhadap kemungkinan mengembangkan karir yang cemerlang. Namun sebaliknya bagi wanita, takut

(5)

kehilangan “kelayakan” sebagai teman kencan atau pasangan hidup dan dianggap tidak feminin menjadi alasan kuat munculnya fear of success.

Beban moril dan tanggung jawab dalam menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga dan wanita bekerja, menyebabkan wanita lebih cenderung mengalami fear of success dan fear of failure ketimbang pria. Banyak karyawan wanita yang menunjukkan kecemasan dan perasaan bersalah terhadap perannya sebagai ibu rumah tangga. Birnbaum (Arinta & Azwar, 1993) melaporkan bahwa satu dari enam wanita profesional mengalami konflik dalam mengkombinasi karir dan rumah tangga. Walaupun mereka lebih merasa bahagia dalam pekerjaan kantor daripada sebagai ibu rumah tangga, tetapi pada saat yang sama merasakan bersalah karena merasa tidak adekuat dalam peran rumah tangga (Klinger dalam Arinta & Azwar).

Menurut Mc Clellend (As’ad, 1999) timbulnya perilaku untuk mengejar suatu keberhasilan / prestasi tidak terlepas dari kebutuhan-kebutuhan yang ada dalam diri manusia. Salah satunya adalah kebutuhan berprestasi (need for achievement), yakni suatu kebutuhan untuk mencapai sukses yang diukur berdasarkan standar kesempurnaan dalam diri seseorang. Kebutuhan ini berhubungan erat dengan pekerjaan dan mengarahkan tingkah laku pada usaha untuk mencapai prestasi tertentu.

Parker dan Khusmir (Gibson dkk, 1995) berpendapat bahwa individu yang memfokuskan pada pencapaian sukses berbeda dengan individu yang fokusnya menghindari kegagalan. Individu yang mempunyai kebutuhan akan prestasi

(6)

rendah cenderung takut gagal dan kurang mau menanggung resiko dalam mencapai prestasi tinggi (Elida dalam Resnani, 2004).

Menurut Murray (Hall & Lindzey, 1993), kebutuhan mengarahkan organisme untuk mencari atau menghindari, mengarahkan perhatian dan memberi respon terhadap jenis-jenis tekanan tertentu. Individu dengan kebutuhan perstasi yang tinggi akan berusaha menyelesaikan sesuatu yang sulit, mengatasi rintangan- rentangan, mencapai standar yang tinggi, menyaingi dan mengungguli orang lain serta meningkatkan harga diri dengan menyalurkan bakat secara berhasil.

Jadi, tinggi rendahnya kebutuhan akan prestasi seseorang akan mengarahkan perilakunya dalam mengejar prestasinya, termasuk bagaimana ia memberikan respon terhadap tekanan atau konflik alam pencapaian prestasinya.

Hal inilah yang selanjutnya ingin peneliti coba ketahui. Peneliti mencoba lebih menggali mengenai ada tidaknya hubungan antara ketakutan akan sukses dan takut gagal ditinjau dari gender dan kebutuhan prestasi.

Hipotesis Penelitian

1 Ada perbedaan fear of success dan fear of failure pada pria dan wanita

2 Ada korelasi antara kebutuhan berprestasi (need for achievement) dengan fear of success dan fear of failure.

(7)

Metode Penelitian Identifikasi Variebel-veriabel penelitian

Variabel Bebas : Gender dan Need to Achieve Variabel Tergantung : Fear of Success dan Fear of Failure

1. Gender dan Kebutuhan Berprestasi (Need for Achievement)

a. Gender merupakan atribut, tingkah laku, karakteristik kepribdian dan harapan yang berhubungan dengan jenis kelamin seseorang dalam budaya yang berlaku.

b. Need for achievement atau kebutuhan akan prestasi merupakan kebutuhan seorang individu untuk mencapai keberhasilan dengan membuat standar kesempurnaan / keunggulan yang tinggi bagi dirinya, yang dinilai dari kemampuannya dalam menghadapi dan menyelesaikan kesulitan, serta keinginan untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki. Need for achievement diukur dengan mengacu pada the Work and Family Orientation Questionnaire (WOFO) dari Spence & Helmreich, dan peneliti mengembangkannya dengan teori yang ada. Aspek-aspek yang diungkap yakni; (1) Work Orientation (orientasi kerja), keinginan untuk bekerja keras dan menyelesaikan dengan sebaik mungkin; (2) Mastery (penguasaan tugas), kecondongan memilih tugas-tugas yang sulit / mudah dan menetapkan standar bagi dirinya; dan (3) Competitiveness (menyukai persaingan), enjoy dalam situasi kompetitif dan keinginan untuk menyelesaikan tugas lebih baik daripada orang lain. (Paludi, 1992). Skor

(8)

yang tinggi menunjukkan bahwa subjek mempunyai keebutuhan prestasi yang tinggi. Begitu juga sebaliknya, skor yang rendah mengidikasikan rendahnya kebutuhan prestasi pada subjek.

2. Fear of Success dan Fear of Failure

a. Fear of Success merupakan dilemma yang terjadi pada individu karena adanya konflik antara keinginan yang kuat untuk berprestasi yang berlawanan dengan harapan prestasi itu bagi lingkungan sosial dan orang- orang terdekatnya, dimana dilemma yang ekstrim akan memunculkan ketakutan / kecemasan akan prestasinya, sehingga individu cenderung menghindari prestasi untuk mengatasinya. Alat ukur yang digunakan dalam mengungkap ada tidaknya fear of success disusun berdasarkan gambaran loss of femininity, social rejection dan disaproval dari Horner, yaitu (1) Konsekuensi negatif setelah sukses, (2) Perasaan negatif karena sukses, (3) Ekspresi diri yang menggambarkan adanya konflik karena sukses yang diperoleh dan (4) Perilaku menjauh atau menghindari kemungkinan sukses (Paludi, 1992).

b. Fear of failure merupakan ketakutan atau kecemasan individu mengenai pandangan dan konsekuensi negatif akibat kegagalan dalam mengejar prestasi, sehingga ia cenderung menghindari situasi yang berhubungan dengan kemungkinan-kemungkinan tersebut. Aspek-aspek fear of failure antara lain: (1) Bayangan konsekuensi negatif akibat gagal, (2) Menurunkan standar keunggulan untuk menghindari resiko gagal, (3)

(9)

Menghindari feed-back dan tanggung jawab akan kegagalan, (4) Menghindari persaingan dan (5) Menghindari tugas.

Semakin tinggi skor item favorable dan semakin rendah skor item unfavorable yang diperoleh subjek, mengindikasikan tingginya ketakutan- ketakutan tersebut. Semakin rendah skor item favorable dan makin tinggi skor item unfavorable, maka mengindikasikan bahwa subjek mempunyai fear of failure dan fear of success yang rendah.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah karyawan dan karyawati yang bekerja di PT BRI Wonosobo, baik yang bertempat di cabang maupun di unit-unit yang tersebar di wilayah Wonosobo.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode skala yang terdiri dari tiga skala, yaitu Skala Fear of Success, Skala Fear of Failure dan Skala Need for Achievement. Skala-skala tersebut disusun dengan menggunakan model skala likert dengan lima alternatif jawaban.

Sebelum digunakan dalam penelitian, masing-masing skala diuji cobakan terlebih dahulu untuk mengetahui validitas dan reabilitasnya. Kedua analisis dilakukan dengan menggunakan fasilitas program komputer Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 11.5 for windows.

(10)

Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan adalah dengan menggunakan korelasi Product Moment dari Karl Pearson dan uji-t. Data penelitian selanjutnya dianalisis menggunakan fasilitas program komputer SPSS versi 11.5 for windows.

Hasil Penelitian 1 Uji Normalitas

Signifikansi variable-variabel penelitian dari hasil uji normalitas dengan tes Kolmogrorov-Smirnov menunjukkan arah normal, dengan probabilitas diatas 0,05 (p>0,05). Untuk sebaran skor variabel need for achievement, K-SZ menunjukkan angka 0,980 dengan p=0,292 untuk subskala Work Orientation, K- SZ=0,951 dan p=0,326 untuk subskala Mastery, K-SZ=0,770 dan p=0,594 untuk subskala Competitiveness. Sedangkan untuk variabel fear of success nilai K- SZ=1,154 dan p=0,139 dan variable fear of failure K-SZ=0,770 dengan P=0,593.

2 Uji Hipotesis

Setelah terpenuhinya uji asumsi, maka selanjutnya dilakukan analisis uji hipotesis. Analisis untuk mengetahui ada tidaknya hubungan, peneliti menggunakan teknik korelasi Spearman. Sedangkan untuk melihat perbedaan, peneliti menggunakan uji t. Hasil uji hipotesis terangkum dalam tabel-tabel berikut:

(11)

Tabel 1

Hasil Uji t antara Pria dan Wanita

Fear of Success Fear of Failure Mean Pria

Mean Wanita -

9,2252 9,2614 t = -0,058 p = 0,954

12,1238 12,4468 t = -0,499 p = 0,620

Tabel 2

Korelasi Antara Fear of Success, Fear of Failure dan Need for Achievement Variabel Fear of Success Fear of Failure Need for achievement

Work Orientation

Mastery

Competitiveness

r = - 0,376*

p = 0,007 r = - 0,613*

p = 0,000 r = - 0,722*

p = 0,000

r = - 0,076 p = 0,612 r = - 0,604*

p = 0,000 r = - 0,531*

p = 0,000

* Signifikan (p<0,05)

Pembahasan

Hasil analisis penelitian ini adalah tidak ditemukan adanya perbedaaan fear of success dan fear of failure pada pria dan wanita, berarti hipotesis ditolak.

Meskipun banyak orang memahami pendapat tradisional tentang perbedaan gender, namun kini mereka sering kali mengabaikan stereotip ini dan cenderung tidak menampilkan perbedaan gender (Swim dalam Baron & Byrne, 2003).

(12)

Diekman & Eagly (Baron & Byrne, 2003) menyatakan bahwa definisi tingkah laku yang pantas berubah sejalan dengan bergulirnya waktu, khususnya stereotip wanita akhir-akhir ini, terdapat perubahan yang besar dalam peran wanita dibandingkan pria. Perkembangan zaman, tuntutan hidup dan beban ekonomi yang makin tinggi, serta makin maraknya gerakan emansipasi wanita mengubah pandangan tradisional mengenai peran wanita disektor domestik. Kini masyarakat mulai menerima wanita yang bekerja dan berkarir. Selain itu, sikap toleransi / penerimaan dan pengertian dari sebagian kaum pria terhadap keberhasilan atau prestasi pasangan hidupnya juga mulai menunjukkan perubahan yang positif, bahkan mereka menginginkan atau mendorong pasangan hidupnya untuk berkarir.

Menurut Sarlito (www.femina.com), setiap orang mempunyai dorongan untuk maju. Dorongan untuk maju itu tidak terhambat oleh fear of success, melainkan pada ada tidaknya dukungan sosial terhadap diri seseorang. Akibatnya, seseorang akan jauh dari fear of success kalau ia percaya diri. Kepercayaan diri timbul jika ia dipercaya oleh orang lain di sekitar dirinya, khususnya yang terdekat, seperti orang tua, suami / pasangan, kerabat atau teman dekat.

Hasil penelitian ini tentunya sangat tidak relevan dengan teori fear of success dari Horner yang menyatakan bahwa fear of success merupakan hasil dari gender role stereotyping dan sangat melekat pada wanita.

Hasil lain menyatakan bahwa fear of failure bebas gender. Hal ini mendukung hasil dari beberapa penelitian mengenai fear of failure yang juga tidak menunjukkan adanya perbedaan pada pria dan wanita (Fried-Buchalter,

(13)

1997). Fear of failure merupakan komponen dari motivasi berprestasi (Weiner, 1972; Cllemmer, 1975), di mana setiap orang baik pria maupun wanita mempunyai keinginan dan dorongan untuk berprestasi yang berbeda-beda, terlepas dari pengaruh gender.

Jadi jelaslah bahwa fear of success dan fear of failure tidak dipengaruhi oleh gender yang didasarkan pada perbedaan biologis. Menurut Mackoff (Baron

& Byrne, 2003), perbedaan terbesar antara perempuan dan laki-laki adalah dalam cara kita memperlakukan mereka. Sehingga fear of success dan fear of failure pada pria dan wanita di duga dalam konteks gender yang didasarkan pada sikap dan pandangan individu mengenai maskulinitas dan femininitas sebagai atribut dari kombinasi antara proses belajar dan biologis.

Hasil dari uji hipotesis yang kedua yaitu bahwa secara umum ada korelasi negatif yang signifikan antara need for achievement dengan fear of success dan fear of failure. Berarti hipotesis yang diajukan diterima, yaitu bahwa semakin tinggi kebutuhan akan prestasi pada seorang individu, maka fear of success dan fear of failure-nya rendah. Begitu sebaliknya, individu dengan kebutuhan akan prestasi yang rendah mengindikasikan tingginya fear of success dan fear of failure.

Seorang individu yang mempunyai kebutuhan dan keinginan yang kuat untuk berprestasi akan mengembangkan potensinya semaksimal mungkin dan berupaya keras untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya tersebut. Jadi, semakin tinggi “need”, maka akan semakin kuatlah keinginan untuk mencapai prestasi setinggi-tingginya. Menurut Spangler (Kalat, 1999) Individu dengan

(14)

kebutuhan berprestasi yang tinggi cenderung mengantarkannya pada kesuksesan..

Mereka yang benar-benar secara konsisten mengarahkan diri pada pencapaian prestasi cenderung menuntut diri untuk berusaha lebih keras dan selalau berupaya mengatasi kesulitan-kesulitan dan tantangan yang menghambat prestasinya.

Parker dan Khusmir (Gibson dkk, 1995) berpendapat bahwa individu yang memfokuskan pada pencapaian sukses berbeda dengan individu yang fokusnya menghindari kegagalan. Individu yang mempunyai kebutuhan akan prestasi rendah cenderung takut gagal dan kurang mau menanggung resiko dalam mencapai prestasi tinggi (Elida dalam Resnani, 2004).

Menurut Murray (Hall & Lindzey, 1993), kebutuhan mengarahkan organisme untuk mencari atau menghindari, mengarahkan perhatian dan memberi respon terhadap jenis-jenis tekanan tertentu. Individu dengan kebutuhan perstasi yang tinggi akan berusaha menyelesaikan sesuatu yang sulit, mengatasi rintangna- rentangan, mencapai standar yang tinggi, menyaingi dan mengungguli orang lain serta meningkatkan harga diri dengan menyalurkan bakat secara berhasil.

Peranan keberhasilan dalam motivasi dan kinerja tugas sangat jelas. Bila seseorang merasa gagal, maka dia cenderung tidak akan lagi mengusahakan agar sukses. Selanjutnya, jalan menuju keberhasilan akan tertutup sama sekali.

Penelitian yang dilakukan oleh Richard de Charms menunjukkan bahwa mengharapkan kegagalan dan perasaan tidak berdaya terletak pada ketidakberhasilan melakukan tugas. Setelah perasaan ini berhasil menguasai dirinya, maka harapan negatif ini nantinya akan dipertahankan oleh bagaimana ia memandang dirinya (Davidoff, 1981).

(15)

Tinggi rendahnya kebutuhan akan prestasi seseorang akan mengarahkan perilakunya dalam mengejar prestasinya. Kebutuhan akan prestasi yang tinggi pada umumnya mampu mendorong seseorang untuk berani meraih dan memanfaatkan kesempatan yang telah terbuka luas baginya untuk mencapai pemuasan pemenuhan kebutuhan prestasinya atau keberhasilan dalam kariernya nanti, sehinngga ia akan selalu berupaya keras untuk mengejar kesuksesan dan menghadapi kendaala-kendala yang menghambat karirnya.

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan fear of success maupun fear of failure pada pria dan wanita.

Selain itu, fear of success dan fear of failure mempunyai korelasi negatif dengan need for achievement. Semakin tinggi kebutuhan berprestasi maka fear of success dan fear of failure-nya rendah.

Saran-saran 1 Bagi karyawan / karyawati

Fear of success dan fear of failure lumrah dialami oleh setiap orang.

Namun hal itu sedini mungkin bisa dihindari jika ia mendapatkan dukungan sosial dari orang-orang di sekitarnya, seperti lingkungan kerja dengan menekankan persaingan yang sehat dan dukungan dari orang terdekatnya (orang tua, suami / pasangan, atau keluarganya dan rekan-rekannya).

(16)

2 Bagi peneliti selanjutnya

Pada penelitian selanjutnya, peneliti dapat mengadakan pendekatan yang lebih baik dengan subjek, sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi fear of success maupun fear of failure lebih dapat diketahui. Pendekatan bisa dilakukan dengan metode wawancara maupun check list mengenai kinerja subjek penelitian.

Kemudian apabila peneliti selanjutnya hendak melakukan penelitian yang sejenis dengan penelitian ini, hendaknya lebih memperhastikan faktor gender berdasarkan konstruk sosial, seperti bagaimana sikap subjek terhadap peran jenis feminin dan maskulin. Selain itu, perlu memperhatikan ada tidaknya dukungan sosial dalam mengejar karir, terutama dari orang terdekat subjek.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, P. 2005. Psikologi Kerja. Cetakan ke-tiga. Jakarta: Rineke Cipta.

As’ad. 1999. Seri Ilmu Sumber Daya Manusia PSIKOLOGI INDUSTRI. Edisi ke-empat. Yogyakarta: Liberty.

Azwar, S. 1997. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baron, R. A. & Byrne, D. 2003. Psikologi Sosial. Jilid 1 Edisi Kesepuluh.

Jakarta: Erlangga.

Buchalter-Fried. 1997. Fear of Success, Fear of Failure, and The Imposter Phenomenon Among Male and Female Marketing Managers. Sex roles: A Journal of Research. (Desember, 1997).

Climmer, J. A. 1975. PSYCHOLOGY TODAY An Introduction. Third Edition.

United States by Random House. Inc

Davidoff, L. L. 1981. Psikologi Suatu Pengantar. Edisi ke-dua jilid 2. Jakarta:

Erlangga.

Dowling, C. 1992. Tantangan Wanita Modern: Ketakutan Wanita akan Kemandirian. Jakarta: Erlangga.

Gibson, dkk. 1995. ORGANISASI; Perilaku, Struktur dan Proses. Edisi 8 Jilid 1.

Jakarta: Binarupsa Aksara.

Hall, C. S. & Lindzey, G. 1993. PSIKOLOGI KEPRIBADIAN 2: Teori-teori Holistik (Organistik-Fenomenologis). Yogyakarta: Kanisius.

Kalat, W. J. 1999. Introduction to Psychology. 5th Edition. North Caroline State University.

Paludi, M.A. 1992. Psychology of Women. Hunter College: City of Univercity of New York.

(18)

Resnani. 2002. Hubungan Antara Kebutuhan Akan Sukses dan Ketekunan Belajar Mahasiswa D-II PGSD Prajabatan UPP 01 FIKIP FISIP UNIB tahun Akademik 2002/2003. Jurnal Penelitian UNIB. Vol X No 2, (Juli 2004).

Santosa, S. 2003. SPSS Versi 10: Mengolah Data Statistik secara Profesional.

Cetakan Keempat. Jakarta: Gramedia.

Tim Penyusun. 2004. Pedoman Penyusunan Usulan Skripsi dan Penyusunan Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UII.

Weiner, B. 1972. Theories of Motivation: from Mechanism of Cognitive.

Markham Publishing Company.

______ 2006. Ketika Hasrat Meraih Sukses Lenyap. www.femina-online.com

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data pada ranah psikomotor diperoleh kesimpulan bahwa nilai pada kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol, hasil tersebut sama dengan

Varietas Estoc, Dewata, Nias dan Mace mempunyai potensi hasil yang cukup tinggi pada ketinggian 400 m dpl sehinga perlu dilakukan penanaman kembali pada

Berdasarkan kebutuhan tersebut, maka perlu dilakukan suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui umur bantalan ( bearing) pada carrier idler belt conveyor sehingga bisa

Hasil yang dicapai dari intervensi tersebut antara lain menambah pengetahuan dan keterampilan anggota, dan hasil tersebut dirasa belum sesuai dengan kebutuhan

1) Bukti penerimaan kas yang dibuat sendiri oleh perusahaan, untuk bukti transaksi penerimaan kas dari manapun sumbernya. 2) Faktur (nota) penjualan tunai sebagi

Kesimpulan lain dari aplikasi After Closure Analysis di lapangan Tanjung adalah bahwa penggunaan fluida injeksi (crosslinked gel) yang sifatnya berbeda jauh dengan fluida

TDNdiket: Jumlah TDN yang terdapat dalam tabel kebutuhan nutrisi kambing PropCamp2: Hasil pengurangan antara Pro dengan TDNCamp2 dan hasilnya harus selalu

Hal ini berarti bahwa variabel bebas (self esteem, self efficacy dan keterlibatan kerja) mampu menjelaskan kinerja karyawan karyawan sebesar 64,4% sedangkan sisanya sebesar