15 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Pada sub-bab ini dijelaskan mengenai studi terdahulu, yang berisi tentang hasil penelitian terdahulu, fokus penelitian yang sejenis dan pembeda dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Selain dari pada itu, hasil penelitian terdahulu ini juga menjadi bahan acuan peneliti dalam melaksanakan penelitian ini. Penulis memuat beberapa jurnal yang dijadikan referensi dimana jurnal tersebut berkaitan dengan penelitian penulis. Berikut tabel yang menerangkan penelitian terdahulu:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Peneliti dan Judul Teori Intisari
1 Ririn Noviyanti Putri (2020, Indonesia Dalam Menghadapi Pandemi Covid-19
Implementasi Kebijakan
Indonesia pada terkena dampak wabah baru yakni virus Covid-19, dimana virus tersebut telah menjadi pandemic dikarenakan kasus di Indonesia yang terkonfirmasi terus meningkat, maka Indonesia sangat memerlukan tata cara
pengendalian dan
pencegahan pandemic Covid-19. Hasil yang didapat bahwa Indonesia telah banyak menerapkan berbagai
kebijakan dalam
pengendalian dan
pencegahan covid-19, namun kebijakan tersebut harus didukung juga dengan kesadaran masyarakat serta
16
No Peneliti dan Judul Teori Intisari
sistem kesehatan yang baik.
2 Izzaty (2020) Kebijakan Pemerintah Dalam Mengatasi Panic Buying akibat Covid-19
Implementasi Kebijakan
Indonesia termasuk dalam daftar Negara yang terpapar virus Corona (Covid-19)
pasca pengumuman
pemerintah 2 Maret 2020.
Berita tersebut direspon oleh masyarakat dengan panic buying karena kekhawatiran sejumlah fasilitas publik akan ditutup. Akibatnya harga masker, hand sanitizer, rimpang dan kebutuhan pokok melonjak naik. Tujuan penulisan ini adalah mengetahui fenomena panic buying dan kebijakan yang diambil oleh pemerintah untuk mengatasinya.
3 Arnel Penimpa (2017), Implementasi Kebijakan Program Desa Siaga Dalam PEningkatan Kesehatan Masyarakat (Studi pada Desa Sidobangen Kecamatan Kelay Kabupaten Berau Tahun 2017)
Implementasi Kebijakan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis implementasi kebijakan program desa siaga dalam peningkatan kesehatan masyarakat di Desa Sidobangen dan untuk menganalisis kendala- kendala dalam implementasi kebijakan serta upaya mengatasinya. Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan implementasi kebijakan program desa siaga dalam peningkatan kesehatan masyarakat di Desa sidobangen telah berjalan, sekalipun masih ditemukan kendala keterbatasan sumber
17
No Peneliti dan Judul Teori Intisari
dana dan fasilitas serta sikap anggota FKMD yang kurang aktif.
4 Diyar Ginanjar (2020) Peran Pemerintah Daerah Pada Penanganan Covid- 19
Peran Pemerintah Daerah
Penelitian ini ditujukan untuk menilai strategi yang telah diimplementasikan pusat dan daerah dalam penanganan Covid-19.
Terdapat sepuluh regulasi terkait dengan tujuan peneltiian yang telah dikaji.
Hasil penelitian ini mengungkapkan pemerintah daerah berkewajiban untuk memutuskan kebijakan yang mesti diambil dalam penanganan Covid-19 dengan kondisi layanan dasar kesehatan normal. Dalam situasi pandemic Covid-19 regulasi yang tepat diberlakukan bukan UU tentang pemerintah daerah melainkan UU tentang kekarantinaan kesehatan 5 Riris Katharina (2020)
Relasi Pemerintah Pusat- Pemerintah Daerah dalam Penanganan Covid-19
Desentralisasi Tulisan ini bertujuan menjelaskan mengapa covid- 19 menjadi urusan pemerintah pusat. Covid-19 sudah menjadi ancaman dunia dengan status darurat global, yang berarti harus direspons oleh pemerintah pusat sebagai kedaruratan kesehatan masyarakat yang membutuhkan penanganan serius. Rendahnya mutu pelayanan kesehatan, seperti ketersediaan fasilitas dan tenaga kesehatan yang belum memadai secara merata diseluruh daerah dapat
18
No Peneliti dan Judul Teori Intisari
menimbulkan permasalahan dalam penanganan pasien Covid-19.oleh karena itu, penanganan kasus Covid-19 harus diambil alih oleh pemerintah pusat dengan melibatkan pemerintah daerah, melalui pembentukan satuan tugas. Pembentukan protocol covid-19 walaupun terkesan lamban, harus dapat diefektifkan pelaksanaannya kedepan DPR perlu mengevaluasi implementasi desentralisasi keseahtan agara pemenuhan kesehatan dasar masyarakat lebih terjamin.
6 Raines Wadi, (2020) Konstitusionalitas
Pemerintah Daerah dalam Menetapkan Kebijakan
Lockdown pada
Penanganan Covid-19
Implementasi Kebijakan
Penelitian ini bertujuan
untuk mengurai
konstitusionalitas dari kebijakan lockdown yang diambil oleh pemerintah daerah dalam penangan Covid-19 ditinjau dari perspektif konstitusi dan pelaksanaan otonomi daerah 7 Aprista Ristyawati (2020)
Efektifitas kebijakan pembatasan sosial berskala besar dalam masa pandemic corona virus 2019 oleh pemerintah sesuai amanat UUD NRI tahun 1945
Kebijakan Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efektivitas kebijakan pemerintah pada masa pandemic dan bagaimana upaya yang dilakukan agar kebijakan yang diberikan selama masa pandemic sudah efektif sesuai UUD NRI tahun 1945.
Berikut upaya yang dilakukan agar kebijakan PSBB yang diberikan selama masa pandemic efektif sesuai UUD NRI Tahun 1945 antara lain (1) Pemerintah
19
No Peneliti dan Judul Teori Intisari
pusat dan daerah memastikan keterbukaan informasi publik secara nyata untuk dapat mengetahui rantai peneyebaran virus tersebut:
(2) harus dapat menjamin dan memastikan terutama kepada kaum menengah ke bawah mampu memenuhi kebutuhannya untuk menjamin hak atas hidup masyarakatnya.
8 La Ode Anhusadar dan Islamiyah (2020)
Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Anak Usia Dini di Tengah Pandemi Covid 19
Implementasi Tujuan dari Penelitian ini
untuk mengetahui
pemahaman orang tua terhadap pentingnya penerapan perilaku hidup bersih dan sehat, serta mengetahui bentuk-bentuk peenrapan perilaku hidup bersih dan sehat pada anak usia dini ditengah masa pandemi covid 19. Temuan dalam penelitian ini adalah sebanyak 100% responden orang tua melihat sangat penting penerapan perilaku hiudp sehat selama pandemic covid-19 ini. Sebanyak 98%
atau 50
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu mengenai implementasi kebijakan maka dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam penulisan. Selain acuan dalam teori penulis juga mengambil jurnal yang berkaitan dengan penangan virus Covid- 19 agar ada keseimbangan antara teori dengan kasus yang diambil. Disini peniliti dalam penulisannya menggunakan teori implementasi kebijakan dari Grindle, dimana dalam keberhasilan implementasi kebijakan publik dapat diukur dari proses pencapaian akhirnya yaitu tercapai tidaknya suatu tujuan yang diraih.
20 2.2 Kebijakan
Menurut Dye dalam buku Agustino, 2008:7 menyatakan bahwa kebijakan publik meruapakn sesuatu yang dikerjakan atau tidak dikerjakan sesuai dengan pilihan atau keputusan pemerintah12. sedangkan pendapat Carl Friedrich mengenai kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan sesorang, kelompok atau pemerintah dengan melihat peluang atau karena adanya hambatan tertentu sehingga perlu adanya mewujudkan tujuan yang diinginkan.
Melihat hal tersebut artinya kebijakan harus memiliki nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan tidak boleh bertentangan dengan praktik-praktik sosial, karena apabila kebijakan tersebut bertentangan nilai-nilai yang ada pada masyarakat maka kebijakan tersebut akan terhambat ketika diimplementasikan, dan sebaliknya jika kebijakan tersebut mengikuti nilai yang ada dimasyarakat maka kebijakan itu akan berkembang didalam lingkungan masyarakat.
Dari definisi di atas mengenai kebijakan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa keibjakan merupakan suatu kegiatan yang ditetapkan oleh pemerintah dimana pemerintah sebagai aktor dan kebijakan tersebut akan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh sekelompok orang atau masyarakat yang gunanya untuk mengatur kehidupan masyarakat atau untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Sehingga dalam peneltian ini peniliti akan melihat pelaksanaan dari adanya kebijakan pemerintah tentang upaya pemerintah daerah dalam penanganan Covid- 19 di Kabupaten Lamandau, Pronvinsi Kalimantan Tengah.
12 Agostiono, Implementasi Kebijakan Publik Model Van Meter dan Van Horn, Hlm 139
21 2.2.1 Implementasi Kebijakan
Konsep mengenai implementasi semakin marak dibicarakan oleh banyak pakar guna memberikan pemikirannya tentang implementasi kebijakan sebagai salah satu tahap proses dalam membuat sebuah kebijakan.konsep yang dikemukakan oleh pakar ada perbedaan namun pada prinsipnya sama saja karena setiap kebijakan publik selalu ditindaklanjuti dengan implementasi kebijakan.
Implementasi kebijakan pada prinsipnya merupakan cara agar sebuah kebijakan dapat tercapai. Winarno juga ikut menjelaskan bahwa implementasi kebijakan dipandang luas yaitu merupakan alat administrasi hukum dimana berbagai aktor bekerja bersama dalam menjalankan sebuah kebijakan agar kebijakan tersebut dapat tercapai dan berguna13.
Jadi implementasi diartikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh pemerintah guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan namun pemerintah sebelum menetapkan kebijakan tersebut harus dikaji terlebih dahulu apakah kebijakan tersebut cocok untuk diterapkan dilingkungan masyarakat atau malah memberikan dampak buruk bagi masyarakat. Hal tersebut untuk mengantisipasi agar kebijakan tersebut tidak bertentangan dengan kehidupan masyarakat dan tidak bertentangan.
Implementasi kebijakan merupakan suatu kebijakan yang pada akhirnya untuk mencapai sebuah tujuan. Untuk mengimplementasikan sebuah kebijakan publik sendiri ada dua langkah yaitu dapat melalui program atau melalui formulasi kebijakan derivate atau turunan dari kebijakan publik tersebut. Keberhasilan implementasi dapat dilihat melalui alurnya yaitu dimulai dari program, ke proyek
13 Lester dan Stewart dalam Winarno, 2002;101-102
22
dan ke suatu kegiatan, maksudnya kebijakan tersebut diturunkan berupa bentuk program dimana program itu diturunkan menjadi proyek-proyek dan akhirnya berwujud pada kegiatan-kegiata, baik yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat maupun kerjasama pemerintah dengan masyarakat.
Selain dari pada itu implementasi kebijakan juga diartikan sebagai tindakan-tindakan dalam keputusan-keputusan sebelumnya. Tindakan ini dapat mengubah keputusan menjadi tindakan operasional dalam jangka waktu tertentu maupun dalam rangka melanjutakan perubahan yang telah ditetapkan oleh keputusan kebijakan yang dilakukan oleh organisasi publik dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Grindle memberikan pandangan tentang implementasi dengan mengatakan bahwa secara umum, tugas implementsi adalah membentuk suatu kaitan yang memudahkan tujuan kebijakan bisa terealisasikan sebagai dampak dari suatu kegiatan pemerintah atau program yang akan dilaksanakan oleh pemerintah14.
Grindle menyatakan, implementasi adalah suatu proses dimana ada tindakan administrative yang dapat dilihat melalui program tertentu. Grindle menambahkan bahwa proses implementasi baru akan dimulai apabila suatu tujuan dan sasaran sudah ditetapkan sehingga program dan dana sudah tersusun secara rapid an dapat disalurkan untuk mencapai sasaran yang tepat. Berbeda dengan Grindle Van Meter dan Horn menyatakan bahwa implementasi kebijakan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh pihak pemerintah dan pihak swasta baik secara individu maupun kelompok dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan.15
14 Merile S. Grindle (dalam Budi Winarno). Teori dan Proses Kebijakan Publik, Media Pressindo Yogyakarta, 2002, hlm 21.
15 Agostiono, Implementasi Kebijakan Publik Model Van Meter dan Van Horn
23
Berdasarkan pengertian di atas, maka kebijakan menurut karakternya adalah memperaktikan dalam bentuk program pembuatan kebijakan. Untuk dapat menganalisis suatu kebijakan maka dapat dilihat dari sebab, akibat, kinerja dan program publik. Program yang dilakukan oleh pemerintah dapat berjalan dengan baik apabila dijalankan sesuai dengan prosedur, dan kebijakan diciptakan untuk mengatur kehidupan masyarakat dengan maksud mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.
2.2.2 Model Implementasi Kebijakan
Berkaitan dengan implementasi kebijakan publik, teori dan implementasi sangatlah berkaitan. Teori sebagai abstraksi gagasan sedangkan model merupakan perwujudan dari teori tersebut. Dalam pembahasan implementasi ini, penulis menyimpulkan bahwa teori dan model implementasi terbagi atas 3 generasi, yaitu (1) model top-down; (2) Model Bottom-Up; (3) model Hybrid.
2.2.3 Implementasi Kebijakan Top Down
Pendekatan top and down adalah pendekatan satu pihak dari atas ke bawah. Dalam proses pelaksanaan peran pemerintah sangat besar, asumsi itu muncul dalam pendekatan ini ialah bahwa pengambil keputusan adalah aktor penting implementasi yang sukses, sementara pihak-pihak lain yang terlibat dalam proses implementasi dipandang sebagai penghalang, sehingga pembuat keputusan meremehkan inisiatif strategis yang timbul dari birokrasi yang rendah atau subsistem kebijakan lainnya16. Sabatier berpendapat bahwa Model pendekatan top-down memiliki kelebihan, termasuk :
16 Sabatier, M. d. (1986). Top Down and Bottom Up Approach to Implementation Research.
Journal Public Policy
24
1. Untuk dapat memahami seberapa besar fungsi instrumen hukum seperti hukum dan peraturan pemerintah lainnya dipengaruhi. Pendekatan ini menarik perhatian Pendukung Program, yang dipandang sebagai kunci untuk menerapkan Arahan.
2. Dapat membantu dalam penilaian terhadap efektivitas pelaksana kebijakan.
Pendekatan model ini memiliki tujuan untuk mengetahui tujuan-tujuan kebijakan yang telah ditentukan secara legal.
3. Mampu menunjukkan kelemahan-kelemahan program yang dilaksanakan sehingga aktor yang terlibat dapat menciptakan strategi baru pada saat implementasi kebijakan masih berlangsung.
Selain kelebihan yang dijelaskan di atas, model top-down ini, seperti pendapat Sebatier, juga memiliki kelemahan sebagai berikut17: (a) Aktor utama dalam implementasi kebijakan adalah pembuat kebijakan, sementara yang lain dipandang sebagai hambatan untuk implementasi kebijakan; (b) Implementasi terlalu banyak institusi pemerintah dan aktor lain yang terlibat dalam proses implementasi kebijakan akan menghadapi kesulitan;
(c) Strategi tingkat rendah dan kelompok sasaran kurang penting
2.2.4 Pendekatan Buttom-Up
Berdasarkan uraian tentang beberapa kekuatan dan kelemahan pendekatan top-down dan pertimbangan Sabatier bahwa pendekatan bottom-up tidak boleh digunakan, keterlibatan banyak aktor dalam implementasi kebijakan dan analisis untuk menentukan efektivitas proyek. Jika pemerintah bertindak sebagai aktor dominan dengan analisis minat untuk mengukur efektivitas program, itu juga dapat digunakan oleh pemerintah dengan waktu terbatas.
17 Ibid
25
Efektivitas kebijakan atau program menurut Korten tergantung pada kompatibilitas program dengan penerima manfaat, kesesuaian program dengan organisasi pelaksana, dan kesesuaian program kelompok penerima dengan organisasi pelaksana. Menurut Goggin, ada faktor yang dapat menentukan keberhasilan implementasi dan yang dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu 18 Isi kebijakan, Format kebijakan dan Reputasi aktor
Berdasarkan uraian di atas, isi kebijakan mencakup sumber daya, manfaat politik, dan partisipasi publik. Format kebijakan terdiri dari kejelasan kebijakan, konsistensi kebijakan, frekuensi, dan penerimaan konten kebijakan. Sementara reputasi aktor terdiri dari legitimasi dan kredibilitas aktor pemerintah daerah.
Kemudian, menurut Goggin, ada empat cara untuk menerapkan kebijakan yang menunjukkan potensi kegagalan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan kebijakan atau program.Yakni 19 :
1. Penyimpangan adalah perubahan tujuan, kelompok target dan mekanisme implementasi yang mengakibatkan target tidak tercapai.
2. Keterlambatan, dalam hal ini pelaksana telah menunda implementasi tetapi tidak membuat perubahan pada konten kebijakan.
3. Strategi keterlambatan, yaitu keterlambatan, disertai dengan perubahan untuk meningkatkan keberhasilan implementasi
4. Obedience, yaitu penerjemah melakukan implementasi tanpa disertai dengan perubahan konten dan mekanisme implementasi kebijakan.
Pada penelitian ini lebih di tekankan pada teori grindle dalam teorinya menjelaskan tentang desain kebijakan dan Tujuan Kebijakan, maka dari itu untuk
18 Agus, Erwan Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti, Implementasi Kebijakan Publik Konsep dan Aplikasinyadi Indonesia, Gava Media, 2012, Yogyakarta, Hal.89
19 Ibid, Hal.87
26
pembahasan peniliti akan mengupas lebih dalam mengenai peran pemerintah dalam penanganan Covid-19 di Kabupaten Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah dengan menggunakan acuan dari teori Grindle. Berikut penjelesan terkait desain kebijakan dan tujuan dari kebijakan:
2.2.5 Desain Kebijakan
Proses untuk sebuah kebijakan publik diterbitkan memerlukan berbagai tahapan yang cukup panjang. Seperti halnya dalam tahap penyusunan agenda kebijakan yang di dalamnya juga terdapat fase yang harus dilalui, adapun menurut Grindel fase kebijakan adalah sebagai berikut,
2.2.6 Perencanaan Kebijakan
Menurut Goggin et al (1990: 20-21, 31-40), proses implementasi kebijakan sebagai upaya transfer informasi atau pesan dari institusi yang lebih tinggi ke institusi yang lebih rendah dapat diukur keberhasilan kinerjanya berdasarkan variabel: 1) dorongan dan paksaan pada tingkat federal, 2) kapasitas pusat/negara, dan 3) dorongan dan paksaan pada tingkat pusat dan daerah. 20
2.2.7 Pelaksanaan Kebijakan
Implementasi kebijakan menghubungkan antara tujuan kebijakan dan realisasinya dengan hasil kegiatan pemerintah. Ini sesuai dengan pandangan Van Meter dan van Horn (Grindle, 1980: 6) Bahwa tugas implementasi adalah membangun jaringan yang memungkinkan untuk mencapai tujuan kebijakan
20Akib, H. (n.d.). Implementasi Kebijakan, Mengapa dan Bagaimana? Retrieved Agustus 28, 2019, from Neliti.com: https://media.neliti.com/media/publications/97794-ID-implementasi- kebijakan-apa-mengapa-dan-b.pdf
27
pemerintah melalui kegiatan lembaga pemerintah yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan.
Konten politik yang terdiri dari kepentingan yang memiliki pengaruh, sifat manfaat, tingkat perubahan yang harus dilakukan, tempat pengambilan keputusan, pelaksana program dan sumber daya yang digunakan. 2) Konteks politik, yang terdiri dari kekuatan, kepentingan, dan strategi para aktor yang terlibat, karakteristik lembaga dan rezim yang dominan, dan tingkat kepatuhan dan respons para pelaku.21 Didalam suatu pelaksanaan kebijakan, terdapat suatu tindakan diskresi dari pejabat publik, diantaranya sebagi berikut:
2.2.7.1 Diskresi
Diskresi menurut Grindle diskresi pejabat adalah keluasan yang dimiliki dalam menjalankan kewenangannya sepanjang tidak bertentangan dengan undang- undang yang berlaku. Birokrasi pemerintah mempunyai keluasan dalam batas- batas nominal yang melekat pada jabatan atau sitem yang ada.
Proposal implementasi adalah proses birokrasi seperti :
1. Dua karakteristik utama organisasi adalah kebijaksanaan dan rutinitas.
Semua perilaku penting dalam organisasi dapat dijelaskan dengan kebijaksanaan yang sangat diperlukan, yang digunakan oleh setiap karyawan dalam keputusan sehari-hari dan proses rutinnya untuk mempertahankan dan meningkatkan posisinya dalam organisasi.
2. Dominasi kebijaksanaan dan rutinitas berarti bahwa kekuasaan dalam organisasi cenderung terfragmentasi dan didistribusikan ke unit-unit kecil
21winarno. (2011). Kebijakan Publik. Retrieved Agustus 27, 2019, from digilib.unila.ac.id:
http://digilib.unila.ac.id/11188/16/BAB%20II.pdf
28
yang memiliki kontrol relasional yang kuat atas tugas-tugas tertentu dalam lingkungan kompetensinya. Jumlah kontrol yang satu unit organisasi dapat lakukan atas yang lain - sastra atau hierarkis - dibatasi oleh fakta bahwa ketika organisasi menjadi lebih kompleks, organisasi menjadi lebih khusus dan memiliki kontrol lebih besar atas operasi internal mereka.
3. Pengambilan keputusan terdiri dari mengendalikan kebijaksanaan dan mengubah rutinitas. Semua perubahan yang diusulkan diperiksa oleh unit organisasi sesuai dengan ketentuan di mana mereka menyimpang dari pola yang ditentukan. Karena itu keputusan organisasi biasanya bersifat inkremental.
4. Implementasinya adalah untuk mengetahui di mana kebijaksanaan terkonsentrasi dan mana dari daftar rutin organisasi yang perlu diubah, rencanakan rutinitas alternatif yang menggambarkan niat kebijakan, dan dapatkan unit organisasi untuk menggantikan rutinitas lama dengan yang baru
Kebijaksanaan adalah kekuatan pegawai negeri untuk mengambil tindakan sendiri yang tidak diatur oleh undang-undang dan peraturan. Kondisi demikian membuat posisi rentan terhadap bias karena, selain menerapkan kebijakan untuk publik, ada sedikit niat untuk mencapai manfaat pribadi atau kelompok.
Pelaksanaan kebijaksanaan tunduk pada syarat-syarat khusus sehingga para pejabat tidak bertindak sewenang-wenang ketika menjalankan kekuasaan mereka.
Diskresi dilakukan oleh administrasi negara dalam hal-hal,221) Kurangnya hukum dan peraturan untuk secara khusus menyelesaikan masalah membutuhkan
2210 Ibid., halaman 152-153
29
solusi segera. 2) Hukum dan peraturan yang mendasari perilaku pejabat pemerintah menawarkan kebebasan penuh. Memberikan diskresi kepada pejabat pemerintah adalah konsekuensi logis dari konsep negara kesejahteraan, tetapi dalam konteks aturan hukum, diskresi tidak dapat sepenuhnya digunakan. Karena itu, marjin kebijaksanaan memiliki unsur-unsur berikut: 1) Sebagai bentuk konsekuensi dari konsep negara kesejahteraan; 2) Merupakan bentuk sikap pemerintah atau administrasi; 3) bermaksud untuk menyelesaikan masalah yang terjadi secara tiba-tiba atau tidak termasuk dalam ketentuan hukum; 4) Atas inisiatif pemerintah sendiri; 5) dengan tujuan menyediakan layanan publik; 6) bermaksud untuk mengisi kekurangan hukum dan peraturan; 7) Tidak bertentangan dengan sistem hukum atau norma-norma dasar.
Kebijaksanaan adalah kompetensi gratis, sehingga kebijaksanaan melekat di kantor. Sesuatu melekat pada posisi, maka penggunaan kebijaksanaan pada dasarnya dalam konteks menjalankan otoritas posisi. Tindakan pemegang posisi hanya mengikat posisi jika ia melakukan penentuan posisi (tindakan kantor), tindakan yang dilakukan dalam kapasitasnya sebagai pegawai negeri sipil. Untuk membedakan diri dari tindakan pribadi (penanganan pribadi), alat bantu formal seperti nama posisi, cap posisi, kertas posisi, penutup kantor, tanda tangan ketua dan sekretaris digunakan.23
Pejabat pemerintah yang bertindak atas kebijakan mereka sendiri, asalkan ini dilakukan dalam lingkungan formal agensi mereka atau dalam menjalankan wewenang resmi, bertanggung jawab atas semua konsekuensi yang dihasilkan.24
23Harun Alrasid, Masalah Pengisian Jabatan Presiden, Disertasi, Universitas Indonesia, Jakarta, 1993, halaman 20
24 Ridwan, Diskresi dan Tanggung Jawab Pemerintah, (Yogyakarta: Fakultas Hukum Universitas Islam IndonesiaPress, 2014), halaman 201
30
Parameter yang membatasi pergerakan bebas otoritas aparat negara adalah Detournement de Povouir (penyalahgunaan wewenang) dan Abus de Droit (sewenang-wenang), sementara di bidang hukum pidana ada juga kriteria yang membatasi pergerakan bebas otoritas aparat negara, yaitu elemen elijkheid tidak benar dan penyalahgunaan wewenang. Jika aparatur negara melakukan tindakan yang bertentangan dengan kewenangannya dan melanggar hukum, pengadilan ini akan memprosesnya.(Adji, 2010)25
2.2.8 Tujuan Kebijakan
Tujuan kebijakan khusus, program aksi dan proyek yang dirancang dan didanai oleh Grindle menunjukkan urgensi fase pengambilan keputusan sebagai fase paling penting dalam model linear implementasi kebijakan. Enam elemen konten kebijakan, bersama dengan tiga elemen konteks implementasi sebagai faktor yang memengaruhi aktivitas implementasi Grindle, mencirikan interaksi antara pembuat keputusan, pembuat kebijakan, dan pengguna kebijakan dalam model interaktif.26
2.2.9 Dampak kebijakan
Menurut Grindle dalam Agustino (2008: 154), keberhasilan implementasi kebijakan publik juga ditentukan oleh tingkat implementasi politik itu sendiri, yang terdiri dari konten dan konteks politik:
1) Isi kebijakan, terdiri dari kepentingan yang berdampak, jenis penggunaan, tingkat perubahan yang ingin dicapai, lokasi proses pengambilan keputusan, pelaksana program dan sumber daya yang digunakan.
25Adji, I. S. (2010). Korupsi : Kriminalisasi Kebijakan Aparatur Negara? Jakarta: Makalah .
26Imronah. (2013). Implementasi Kebiajakan : Prespektif, Model dan Kriteria Pengukurannya.
Retrieved September 04, 2019, from Neliti.com:
https://media.neliti.com/media/publications/218199-implementasi-kebijakan-perspektif-model.pdf
31
2) Konteks politik, yang terdiri dari kekuatan, kepentingan, dan strategi para aktor yang terlibat, karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa, serta tingkat kepatuhan dan reaksi dari mereka yang melakukannya.27
2.2.9.1 Tingkat Perubahan
Setelah kegiatan implementasi kebijakan yang dipengaruhi oleh konten atau lingkungan dan konteks diterapkan, diketahui apakah pelaksana kebijakan yang membuat kebijakan seperti yang diharapkan juga dapat mengetahui apakah suatu kebijakan dipengaruhi oleh suatu lingkungan, sehingga Tingkat perubahan terjadi yang terjadi.
Menurut Merilee S. Grindle (1980), keberhasilan implementasi kebijakan publik dipengaruhi oleh dua variabel mendasar, yaitu konten politik dan konteks implementasi, seperti yang ditunjukkan pada gambar di atas. Isi pedoman ini meliputi: (1) Sejauh mana kepentingan kelompok sasaran atau kelompok sasaran yang terkandung dalam isi pedoman? (2) jenis manfaat yang diterima kelompok sasaran, (3) sejauh mana perubahan yang diinginkan dalam suatu kebijakan. Suatu program yang bertujuan untuk mengubah sikap dan perilaku kelompok sasaran relatif lebih sulit diimplementasikan daripada sebuah program yang hanya memberikan bantuan atau pinjaman kepada orang miskin. (4) apakah lokasi suatu program sudah benar. (5) apakah suatu kebijakan menentukan pelaksana secara rinci; dan (6) apakah suatu program didukung oleh sumber daya yang memadai.
27 Winarno (2011) Kebijakan Publik, from di gilib.unila.ac.id
32
2.3 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Dan Kegagalan Implementasi
Keberhasilan implementasi menurut Merile S. Grindle dipengaruhi oleh dua variable besar, yakni isi kebijakan dan lingkungan implementasi, isi kebijakan sendiri terdapat empat cakupan, diantaranya (1) sejauh mana kepentingan kelompok sasaran termuat dalam isi kebijakan; (2) jenis manfaat yang diterima oleh target group, contohnya disuatu wilayah terdapat masyarakat yang lebih setuju adanya program air bersih dan perlistrikan daripada menerima program kredit sepeda motor; (3) sejauhmana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan: (4) apakah letak sebuah program sudah tepat.
Sedangkan variable untuk lingkungan kebijakan sendiri terdapat tiga cakupan, diantaranya: (1) seberapa besar kekuasaan, kepentingan dan strategi yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan; (2) karakteristik institusi dan rejim yang sedang berkuasa; (3) tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran28.
Agar suatu kebijakan tersebut dapat berhasil maka segala tantangan-tantangan harus disegera diselesaikan sedini mungkin. Karena sejatinya untuk mencapai suatu keberhasilan dari sebuah kebijakan maka ada banyak variable yang mempengaruhi implementasi kebijakan baik itu individual maupun secara berkelompok. Dimana dalam implementasi suatu program perlu melibatkan upaya pembuat kebijakan untuk mempengaruhi perilaku seorang birokrat sebagai pelaksana agar bersedia memberikan pelayanan dan mengatur perliku kelompok tersebut. Dalam implementasi kebijakan bukan hanya melibatkan unit organisasi saja namun juga
28 Merile S. Grindle (dalam Budi Winarno). Teori dan Proses Kebijakan Publik, Media Pressindo Yogyakarta, 2002, hlm 21.
33
banyak melibatkan variable organisasional karena dimasing-masing variable tersebut saling berinteraksi dan saling berpangaruh satu sama lain.
Studi implementasi kebijakan dibagi ke dalam tiga generasi, untuk generasi pertama diwakili oleh studi Pressman dan Wildavsky yang terfokus pada bagaimana keputusan otoritas tunggal dilaksanakan atau tidak dilaksanakan.
Hasilnya memberi pengakuan sifat atau kakikat implementasi yang kompleks.
Generasi kedua adalah keberhasilan implementasi kebijakan. Model konseptual model proses implementasi dikembangkan dan diuji pada berbagai area yang berbeda. Dua pendekatan yang mendominasi adalah pendekatan top-down dan pendekatan bottom-down.29
Melihat sebuah kebijakan dimana tujuan-tujuan dan sasaran ditetapkan maka di sini proses implementasi bermula. Proses implementasi akan berbeda tergantung pada sifat kebijakan yang dilaksanakan. macam keputusan yang berbeda akan menunjukkan karakteristik, struktur dan hubungan antara faktor- faktor yang mempengaruhi kebijakan sehingga proses implementasi akan mengalami perbedaan.
Van Meter dan Van Horn dalam Winarno (2005), menggolongkan kebijakan-kebijakan menurut karakteristik yang berbeda yakni: jumlah perubahan yang terjadi dan sejauh mana konsensus menyangkut tujuan antara pemerentah serta dalam proses implementasi berlangsung. Unsur perubahan merupakan karakteristik yang paling penting setidaknya dalam dua hal:
1. Implementasi akan di pengaruhi oleh sejauh mana kebijakan menyimpang dari kebijakan-kebijakan sebelumnya. Untuk hal ini, perubahan –
29 Sabatier, Paul. ―Top down and Bottom up Approaches to Implementation Research” Journal of Public Policy 6, 1986, hlm. 21-48.
34
perubahan inkremental lebih cenderung menimbulkan tanggapan positif daripada perubahan-perubahan derastis (rasional), seperti tela dikemukakan sebelumnya perubahan inkremental yang didasarkan pada pembuatan keputusa secara inkremental pada dasarnya merupakan remidial dan diarahkan lebih banyak kepada perbaikan terhadap ketidak sempurnaan sosial yang nyata sekarang ini dari pada mempromosikan tujuan sosial dari masa depan. Hal ini sangat berbeda dengan perubahan yang didasarkan pada keputusan rasional yang lebih berorientasi pada perubahan besar dan mendasar. Akibatnya peluang terjadi konflik maupun ketidak sepakatan antara pelaku pembuat kebujakan akan sangat besar.
2. Proses implementasi akan dipengaruhi oleh jumlah perubahan organisasi yang diperlukan. Implementasi yang efektif akan sangat mungkin terjadi jika lembaga pelaksana tidak diharuskan melakaukan progenisasi secara derastis. Kegagalan program – program sosial banyak berasal dari meningkatnya tuntutan yang dibuat terhadap struktur-struktur dan prosedur-prosedur administratif yang ada.
2.4 Kebijakan pemerintah dalam penanganan pandemi
Berkaitan dengan penanganan pendemi covid-19 dalam upaya pencegahan penyebaran dan penularannya menyebar luas ke dalam masyarakat, pemerintah juga membuat serangkain kebijakan yang mengacu pada konsep-konsep dasar untuk menanganinya. Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tersebut ada yang tertulis, dan ada pula yang tidak tertulis. Kebijakan yang tertulis bentuknya misalnya seperti Undang-Undang (UU), Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPU), Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Presiden (PERPRES), Peraturan Menteri
35
(PERMEN), Peraturan Daerah (PERDA), Peraturan Bupati (PERBUP), Peraturan Walikota (PERWALI), dan lain-lain termasuk di dalamnya adalah Surat Keputusan (SK), dan Surat yang berasal dari pemerintah. Sedangkan kebijakan yang tidak tertulis bentuknya adalah ajakan tidak tertulis yang berasal dari pemerintah, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh budaya, tokoh agama, yang berisi larangan dan himbauan terkait dengan pencegahan dan penanganan COVID-19.
Contoh kebijakan tertulis seperti, UU Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan, Keputusan Presiden nomor 11 Tahun 2018 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease (Covid-19), Keputusan Presiden No 7 tahun 2020 tentang gugus tugas percepatan penanganan corona virus disease 2019 (Covid-19), Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), Peraturan Menteri Kesehatan No. 9 Tahun 2020 tentang Pedoman PSBB dalam rangka Percepatan Penanganan Covid-19, peraturan bupati lamandau No. 73 tahun 2020 tentang penerapan disiplin dan penegakan hukum protokol kesehatan dalam pencegahan dan pengendalian corona virus disease 2019, instruksi bupati lamandau nomor : 108.5/1/III/HUK/2021 tentang pemberlakuan pembatasan kegiatan masyrakat berbasis mikro dan pelaksanaan posko penangananan covid 19 tingkat desa dan kelurahan di wilayah kabupaten lamandau. Surat edaran bupati lamandau nomor : 180/53/VI/HUK/2021 tentang peningkatan upaya penanganan corona virus disease 2019 (covid-19) dan percepatan pelaksanaan vaksinasi covid-19 di wilayah kabupaten lamandau.
36 2.4.1 Penanganan Pandemi
Menurut World Health Organization (WHO) atau organisasi kesehatan Dunia mendefinisikan Pandemi sebagai penyebaran penyakit baru ke seluruh dunia. Tercatat ada beberapa penyakit pandemi yang paling mematikan sepanjang sejarah, salah satunya cacar, campak, tipus, flu spanyol, black death, HIV/AIDS.
Pandemic juga bisa diartikan sebagai wabah, dimana DirJen P2MPLP : 1981 mengemukakan bahwa Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang telah meluas secara cepat, baik jumlah kasusnya maupun daerah terjangkit.30 Adapun konsep penanganan pandemi dalam penelitian ini merujuk pada PP No. 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam rangka percepatan penanganan Covid-19.
2.4.2 Corona Virus Disease 19 atau Covid-19 (Sejarah Covid-19)
Penyakit virus corona (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus corona yang baru ditemukan dan dikenal sebagai sindrom pernapasan akut parah virus corona 2 (SARS-CoV-2). Kasus manusia pertama COVID-19 diidentifikasi di Kota Wuhan, Cina pada Desember 2019 (WHO, 2020d). Virus corona merupakan keluarga besar virus yang umum terdapat pada hewan dan dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Kadang- kadang, orang yang terinfeksi virus ini kemudian dapat menyebarkannya kepada orang lain. Pada manusia, beberapa virus corona diketahui telah menyebabkan infeksi pernapasan mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih parah seperti Sindrom Pernapasan Timur Tengah (MERS) dan Sindrom Pernapasan Akut Parah
30 Depkes R.I. 1981. Pedoman Penatalaksanaan Program Pemberantasan Demam Berdarah.
Jakarta: Ditjen P2M Depkes R.I. Hal: 1
37
(SARS). Virus corona yang paling baru ditemukan telah menyebabkan penyakit virus corona COVID-19 (WHO, 2020d).
Ketika seseorang yang menderita COVID-19 batuk atau menghembuskan napas, mereka melepaskan percikan cairan yang terinfeksi. Jika orang berdiri dalam jarak satu meter dari seseorang dengan COVID-19, mereka dapatterkena karena menghirup percikan-percikan yang keluar lewat batuk atau dihembuskan oleh mereka.
Selain itu, sebagian besar percikan ini jatuh pada permukaan dan benda di dekatnya—
seperti meja kerja, meja perabot atau telepon. Orang-orang dapat menangkap COVID- 19 dengan menyentuh permukaan atau benda yang terkontaminasi - dan kemudian menyentuh mata, hidung atau mulut mereka. (WHO, 2020h).
Gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, kelelahan dan batuk kering. Beberapa pasien mungkin mengalami rasa sakit dan nyeri, hidung tersumbat, pilek, sakit tenggorokan atau diare. Gejala-gejala ini biasanya ringan dan terjadi secara bertahap. Beberapa orang yang terinfeksi tidak mengalami gejala apa pun dan tidak merasakan adanya masalah dengan tubuh mereka. Namun, menurut pengetahuan yang ada saat ini, sekitar 1 dari 6 kasus COVID-19 telah menyebabkan penyakit serius dan menyebabkan berkembangnya kesulitan bernapas (WHO, 2020d). Mereka yang lebih mungkin mengembangkan penyakit serius termasuk orang tua dan orang-orang dengan masalah medis yang sudah ada. Perkiraan periode inkubasi untuk COVID-19 berkisar 1-14 hari, paling umum sekitar lima hari.
2.5 Darurat Kesehatan
Dampak terbesar dari penyebaran covid19 adalah secara khusus tertuju pada kesehatan makhluk hidup yang resiko besarnya adalah kematian. Hingga
38
pada akhirnya Badan Kesehatan Dunia (WHO) melalui The International Health Regulations Emergency Committee akhirnya mendeklarasikan pandemi Covid-19 sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat dan dunia internasional menyebutnya Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) pada 30 Januari 2020.31
Covid 19 adalah contoh terbaru dari penyakit menular new emerging dan disertai ancaman kompleks bagi kehidupan manusia. Covid-19 muncul ditengah ancaman kesehatan yang lain seperti resistensi antimikroba/ antibiotik serta melonjaknya angka penyakit tidak menular (non-communicable disease) yang merupakan tantangan yang sangat sulit bagi umat manusia.
Dikutip dari Covid19 map yang diterbitkan oleh google, per tanggal 27 oktober 2020, total jumlah kasus positif 45,1 juta jiwa, sembuh 30,3 juta jiwa dan meninggal dunia 1,18 jiwa. Amerika adalah Negara dengan jumlah kasus positif tertinggi dengan 9,02 juta jiwa dan Filipina dengan kasus jumlah kasus jumlah terendah dengan 379 ribu jiwa. Untuk indonesia sendiri, kasus jumlah positif adalah 407 ribu jiwa, sembuh 334 ribu jiwa, dan angka kematian 13 ribu. Hal ini yang menyebabkan indonesia menepati posisi 18 dari 21 negara dengan kasus jumlah positif tetrtinggi.
Sehingga bisa disimpulkan bahwa Covid-19 adalah virus yang fenomenal dalam sejarah umat manusia dalam satu abad ini. Ini dibuktikan dari jumlah korban yang meninggal dunia akbat ganas dan berbahayanya wabah ini. Meskipun Masih banyak kontroversi seputar penyakit ini, termasuk dalam aspek diagnosis kesehatan, akan tetapi pada realitasnya covid 19 membawa ketakutan bagi seluruh Negara yang secara khusus umat manusia yang menjadi masa depan bumi.
31 Li X, et al. 2020. ―Transmission dynamics and evolutionary history of 2019-nCoV.‖ J Med Virol
39
2.5.1 Protokol kesehatan penanganan pandemi covid 19
Berdasarkan instruksi mentri dalam negeri nomor 6 tahun 2020 tentang penegakan protokol kesehatan untuk pengendalian penyebaran corona virus disesase 2019 (covid-19). Dalam rangka meningkatkan pengendalian penyebaran corona virus disease 2019 (covid-19) dengan memeperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka diperlukan langkah – langkah cepat, tepat, fokusdan terpadu antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam menyikapi kebijakan yang telah tetbit untuk ditaati guna mencegah penyebaran covid 19 di daerah. Sesuai dengan peraturan perundang-undangan, untuk itu instruksikan kepada gubernur dan bupati / walikota yaitu menegakkan secara konsisten protokol kesehatan covid-19 guna mencegah penyebaran covid-19 di daerah masing-masing berupa memekai masker, mencuci tangan dengan benar, menjaga jarak, dan mencegah terjadinya kerumunan yang berpotensi melanggar protokol tersebut.
2.5.2 Pilihan kebijakan penanganan covid 19
Adapun pemilihan kebijakan dalam penangan pandemi covid 19, masih berkaitan dengan upaya pencegahan penyebaran dan penularannya menyebar luas ke dalam masyarakat, pemerintah juga membuat serangkain kebijakan yang mengacu pada konsep-konsep dasar untuk menanganinya. Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tersebut ada yang tertulis, dan ada pula yang tidak tertulis.
Kebijakan yang tertulis bentuknya misalnya seperti Undang-Undang (UU), Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPU), Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Presiden (PERPRES), Peraturan Menteri (PERMEN), Peraturan Daerah (PERDA), Peraturan Bupati (PERBUP), Peraturan Walikota (PERWALI),
40
dan lain-lain termasuk di dalamnya adalah Surat Keputusan (SK), dan Surat yang berasal dari pemerintah. Sedangkan kebijakan yang tidak tertulis bentuknya adalah ajakan tidak tertulis yang berasal dari pemerintah, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh budaya, tokoh agama, yang berisi larangan dan himbauan terkait dengan pencegahan dan penanganan COVID-19.
Contoh kebijakan tertulis seperti, UU Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan, Keputusan Presiden nomor 11 Tahun 2018 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease (Covid-19), Keputusan Presiden No 7 tahun 2020 tentang gugus tugas percepatan penanganan corona virus disease 2019 (Covid-19), Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), Peraturan Menteri Kesehatan No. 9 Tahun 2020 tentang Pedoman PSBB dalam rangka Percepatan Penanganan Covid-19, peraturan bupati lamandau No. 73 tahun 2020 tentang penerapan disiplin dan penegakan hukum protokol kesehatan dalam pencegahan dan pengendalian corona virus disease 2019, instruksi bupati lamandau nomor : 108.5/1/III/HUK/2021 tentang pemberlakuan pembatasan kegiatan masyrakat berbasis mikro dan pelaksanaan posko penangananan covid 19 tingkat desa dan kelurahan di wilayah kabupaten lamandau. Surat edaran bupati lamandau nomor : 180/53/VI/HUK/2021 tentang peningkatan upaya penanganan corona virus disease 2019 (covid-19) dan percepatan pelaksanaan vaksinasi covid-19 di wilayah kabupaten lamandau.
41
2.5.3 Pembatasan Sosial bersekala besar (PSBB) dan lockdown.
Sejak 31 Maret 2020 lalu, Pemerintah Indonesia telah menerbitkan peraturan mengenai Pembatasan Sosial Berskala Besar atau yang biasa disingkat PSBB. Sebagai langkah kongkret upaya penanggulangan. Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) telah menyatakan COVID-19 kedaruratan kesehatan masyarakat. Pemerintah mengeluarkan detail mengenai teknis pelaksanaan PSBB melalui Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar.
Kebijakan lockdown dan isolasi diri secara efektif menghambat penyebaran virus corona, akan tetapi dampak lain yang timbul adalah banyaknya aktivitas kerja yang terpaksa berhenti. Prasyarat dasar kehidupan manusia itu yang menjadikan ancaman terhadap kesehatan kemudian berdampak pada terjadinya resesi ekonomi akibat berhentinya proses produksi dan turunnya tingkat konsumsi. Goncangan ekonomi ini dipicu ketakutan warga akan keselamatannya serta kebijakan isolasi yang diterapkan oleh pemerintah di beberapa tempat untuk melindungi warga dari ancaman virus corona.
2.5.4 adaptasi kebiasaan baru ( new normal )
Dalam beberapa waktu terakhir, muncul istilah baru, normal baru. Istilah ini seketika memunculkan perdebatan di berbagai kalangan dan lapisan masyarakat. New normal adalah konsep sekaligus solusi yang dikemukakan oleh WHO terhadap Krisis pandemi COVID-19 telah membawa dilema mendalam tentang apa yang harus diprioritaskan antara kesehatan warga atau menjaga aktivitas ekonomi tetap berputar.
42
Antara sektor ―ekonomi‖ dengan ―kesehatan‖ sejatinya adalah sektor yang beririsan dan saling terhubung. Satu saja di antara kedua hal tersebut terganggu, maka akan memengaruhi yang lain. Permasalahan krisis ekonomi contohnya, akan berdampak pada hancurnya industri nasional, meningkatnya jumlah orang yang kehilangan pekerjaan, dan permasalahan kesehatan bagi warga karena apa yang disebut sebagai ―penyakit keputusasaan‖.32
Sebelumnya PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar dimaksudkan untuk mengurangi ataupun bahkan memutus rantai penyebaran covid 19. Yang dimana makna dibalik itu semua pemerintah cendrung memprioritaskan sector kesehatan di seluruh wilayah tanah air yang terdampak, tanpa memperhatikan riskannya keputusan tersebut. pada akhirnya dampak yang terkena imbasnya adalah ekonomi bangsa yang kacau. Dimana produksi industry menjadi terbatas, tingkat penjualan menurun dan bahkan tingkat konsumsi ikut merosot juga.
Di Indonesia, adopsi new normal mengemuka pada pertengahan Juni 2020, diawali dengan pernyataan Presiden Jokowi untuk mempersiapkan diri hidup berdampingan dengan COVID-19.33 Perubahan yang berlangsung dan yang mengarah ke new normal ini merupakan implikasi dari pengaturan selama masa tanggap darurat COVID-19 seperti diberlakukannya lockdown dan isolasi level komunitas, social distancing, mekanisme work from home, distance learning, efisiensi, dan refocusing sumber daya, serta penyesuaian lainnya yang kemudian menjadi kebiasaan baru.
New normal merupakan jalan tengah diantara dua arus tadi tentang sector mana yang harus diprioritaskan. New normal membawa konsep tetap beraktivitas
32 Case, Anne dan Deaton, Angus 2017. ―Mortality and Morbidity in the 21st Century‖. Brookings Papers on Economic Activity, hal: 397-476.
33 kompas.com, 15 Mei 2020, dikutip tanggal 10 September 2020
43
seperti sedia kala, akan tetapi dengan menerapkan protocol kesehatan. New normal pada konteks ini ditempatkan sebagai kebijakan alternatif sembari
menunggu vaksin untuk mengatasi virus corona ditemukan. Walaupun, pada beberapa kasus di Indonesia, beberapa daerah yang sebenarnya belum layak menjalankan new normal karena masih belum mampu mengontrol penyebaran virus corona, akan tetapi tetap menjalankan kebijakan new normal. Oleh karenanya kebijakan new normal perlu dilakukan secara ketat dan terus dilakukan monitor tentang kelayakan penjalanan skenario new normal pada daerah tertentu, sehingga penyesuaian kebijakan segera dapat dilakukan jika terjadi peningkatan penyebaran wabah COVID-19.
2.5.5 pembentukan satuan tugas covid 19
1. Keputusan Presiden No 7 tahun 2020 tentang gugus tugas percepatan penanganan corona virus disease 2019 (Covid-19),
Mengingat Penyebaran covid 19 di dunia cenderung yang terus meningkat dari waktu ke waktu serta menimbulkan korban jiwa dan kerugian matrial yang besar dan telah berimplikasi pada aspek sosial, ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, hal menyebabkan world healt organization menyatakan bahwa covid 19 sebagai pandemic pada 11 maret 2020, oleh sebab itu adanya penyebaran covid 19 di indonesia perlu diantisipasi dampaknya agar tidak semakin meluas, untuk itu dalam rangka percepatan penanganan covid 19 diperlukan langkah langkah yang cepat tepat fokus terpadu dan sinergis antara kementrian lembga dan pemerintah daerah.
44
Melalui keputusan presiden no 7 tahun 2020 ini presiden memutuskan membentuk gugus tugas dalam rangka percepatan penanganan corona virus disease 19 ( covid 19 ) yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada presiden. Adapun tujuan dibentuknya adalah:
a. Meningkatkan ketahanan nasional di bidang kesehatan
b. Mempercepat penanganan covid-19 melalui sinergi antar kementerian/
lembaga dan pemerintah daerah;
c. meningkatkan antisipasi perkembangan eskalasi penyebaran covid-19 d. Meningkatkan sinergi pengambilan kebijakan operasional
e. Meningkatkan kesiapan dan kemampuan dalam mencegah, mendeteksi, dan merespons terhadap covid 19
Selain itu tugas dari gugus tugas yang dibantu oleh badan nasional penanggulangan bencana adalah mengarahkan dan melaksanakan, mengarahkan masyarakat / pelaksana untuk melaksanakan percepatan penanganan dan melakukan pemantauan setra evaluasi hasil penanganan covid – 19. Serta menetapkan rencana oprasionalnya, melakuan koordinasi , melakukan pengawasan dan mengarahkan sumber daya untuk pelaksanaan kegiatan percepatan penanganan covid -19 setelah itu melaporkan kepada presiden dan pengarah.
Sama halnya dengan daerah lainya kabupaten lamandau juga termasuk dalam daerah yang memiliki peningkatan jumlah pasien covid 19 yang cukup cepat, karna itu pembentuk team satuan tugas covid 19 sangat diperlukan oleh sebab itu pemerintah kabupaten lamandau membentuk team gugus yang terdiri dari TNI, POLRI, SATPOL PP, BKD, dan DINKES. Yang bertugas dalam
45
2.5.6 zonasi daerah ( pemetaan wilayah pandemi )
Pembagian atau pemetaan wilayah pandemic dikabupaten lamandau di bagi menjadi beberapa bagian wilayah, wilayah - wilayah ini terdiri dari beberapa kecamatan dan desa yang ada di daerah kabupaten lamandau, hal ini dilakukan agar memepermudah dalam melakukan penanganan atau mendata jumlah peningkatan kasus covid 19 yang ada di kabupaten lamandau.
2.6 Pelaksanaan penanganan covid
Setelah ditetapkan oleh world healt organization ( WHO) sebagai pandemic pada 11 maret 2020 pemerintah kabupaten lamandau mulai mengambil langkah - langkah penanganan pandemic diantaranya sebagai berikut :
1. Pembentukan tim gugus tugas dari pemerintah kabupaten sampai ke kecamatan dan desa.
2. Melakukan Sosialisasi melalui tim gugus tugas ke setiap kecamatan dan desa.
3. Memantau setiap warga atau masyarakat yang baru saja datang dari luar daerah atau kota yang termasuk dalam kategori zona merah ( ODP ).
4. Melakukan pemeriksaan sementara jika ODP tersebut mengalami keluhan atau gejala yang menyerupai gejala dari covid -19 ( rapid test )
5. Tindak lanjut penanganan medis.
6. Penunjukan rumah sakit rujukan.
2.6.1 Sosialisai pandemi covid
Dalam rangka menindaklanjuti Peraturan bupati lamandau nomor 73 tahun 2020 tentang penerapan disiplin dan penegakan hukum protokol kesehatan dalam
46
pencegahan dan pengendalian corona virus disease 2019, Maka seluruh perangkat daerah di Kabupaten Lamandau dianjurkan untuk ikuta dalam melakukan sosialisasi terkait informasi atau edukasi cara pencegahan dan pengendalian Covid-19 kepada masyarakat. Sosialisasi ini umumnya di bantu dan dilakukan oleh tim gugus tugas yang sudah di bentuk oleh pemerintah, dan nantinya sosialisasi dilakukan secara berkala kepada seluruh lapisan masyarakat yang ada di kabupaten lamandau melalui, diantaranya :
1. Masyarakat 2. Pemuka agama 3. Tokoh adat
4. Tokoh masyarakat dan unsur masyarakat lainnya.
2.6.2 Penetapan rumah sakit rujukan
Selain di area lamandau RSUD juga bekerja sama dengan rumuh sakit rujukan lainya, Adapun rumah sakit rujukan untuk pasien covid 19 sendiri memiliki area wilayah tersendiri, diantaranya RSUD SULTAN IMMANUDI pangkalan bun, RSUD KOTA SAMPIT, DAN RSUD KOTA PALANGKA RAYA yang merupakan rumah sakit pembantu dengan fasilitas yang sudah lebih baik dan peralatan yang lebih lengkap dan memadahi.