commit to user BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Keterampilan Berbicara Siswa Kelas IV Sekolah Dasar (SD) a. Hakikat Keterampilan Berbahasa
1) Keterampilan Berbahasa Indonesia
Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif antar manusia.
Masyarakat tidak akan berjalan tanpa adanya komunikasi, oleh karena itu keterampilan berbahasa Indonesia memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Menurut Mulyati (2007: 1.4) komunikasi dilakukan secara sederhana dengan dua peran yaitu pengirim pesan dan penerima pesan. Dalam komunikasi, pengirim menyampaikan pesan berupa pikiran, perasaan, fakta, dengan menggunakan bermacam-macam lambang dan bunyi bahasa.
Mulyati menambahkan terdapat beberapa proses komunikasi.
Pada proses pertama, pengirim mengubah pesan menjadi bentuk bahasa yang diucapkan, selanjutnya pesan diformulasikan dalam bahasa lisan yang disampaikan pada penerima pesan. Aktivitas tersebut dikenal dengan istilah berbicara. Ada pula pengirim yang menyampaikan pesan dengan menggunakan lambang-lambang berupa tulisan yang disebut aktivitas menulis. Terdapat pula aktivitas dimana penerima berupaya memaknai bentuk-bentuk bahasa tertulis sehingga dapat diterima secara utuh yang disebut dengan istilah membaca. Aktivitas-aktivitas baik mendengar, berbicara, menulis dan membaca merupakan wujud keterampilan berbahasa Indonesia.
2) Ruang Lingkup Keterampilan Berbahasa Indonesia
Mulyati (2007: 1.0) menyatakan “ada empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan mendengarkan atau menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.” Keterampilan mendengarkan dan berbicara
8
commit to user
merupakan aspek keterampilan berbahasa ragam lisan, sedangkan membaca dan menulis merupakan aspek keterampilan ragam tulis.
Nurjamal, Sumirat, dan Darwis (2011: 2) berpendapat, keterampilan mendengarkan atau menyimak merupakan keterampilan yang pertama kali dipelajari manusia bahkan sejak dalam kandungan, bayi sudah belajar mendengarkan kata-kata dilingkungan sekitarnya. Hal itu juga dilanjutkan ketika bayi sudah lahir. Dengan menyimak terus menerus akhirnya bayi belajar berbicara. Setelah bayi mulai berbicara dengan lancar dilanjutkan dengan belajar membaca. Menurut Mulyati (2007: 1.2) membaca merupakan keterampilan reseptif bahasa tulis. Keterampilan membaca jika terus berkembang maka seseorang akan mulai belajar menulis. Menulis adalah keterampilan produktif dengan menggunakan tulisan, menuangkan pikiran dan gagasan dalam struktur tulisan yang teratur.
Keempat keterampilan berbahasa tersebut berkaitan erat satu sama lain. Artinya aspek satu dengan yang lain saling berkaitan erat dan memerlukan keterlibatan aspek lain. Karena saling berkait itulah maka keempat aspek keterampilan berbahasa lazim disebut caturtunggal keterampilan berbahasa atau empat serangkai keterampilan berbahasa (Nurjamal, sumirat, darwis, 2011: 2).
b. Hakikat Keterampilan Berbicara 1) Pengertian Berbicara
Berbicara menurut Tarigan (2008: 3) adalah suatu keterampilan berbahasa yang didahului dengan keterampilan menyimak yang berkembang dan dipelajari pada kehidupan anak.
Anak akan menyimak perkataan dari orang lain dan menirukannya.
Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan berbicara erat hubungannya dengan keterampilan menyimak. Arsyad dan Mukti dalam Hidayat (2012) juga berpendapat bahwa berbicara adalah kemampuan seseorang mengucapkan kata-kata atau bunyi-bunyi artikulasi untuk
commit to user
mengekspresikan gagasan, pikiran, serta perasaannya. Berbicara merupakan perilaku seseorang yang menggunakan faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik secara luas sehingga dianggap sebagai alat kontrol sosial yang penting bagi manusia.
Sedangkan Nurjamal, sumirat, dan darwis (2011: 24), berbicara adalah kemampuan seseorang mengemukakan gagasan, pikiran, pendapat, dan pandangan secara lisan kepada orang lain baik dengan bertatap muka langsung maupun tidak langsung.
Jadi dapat disimpulkan bahwa berbicara merupakan suatu keterampilan atau kemampuan seseorang dalam mengemukakan pendapat dan gagasannya kepada orang lain secara lisan baik langsung maupun tidak langsung.
2) Tujuan Berbicara
Tujuan berbicara yang paling utama adalah sebagai alat komunikasi. Sedangkan tujuan umum berbicara yaitu melaporkan, menghibur, membujuk, meyakinkan, mengajak, dan mendesak (Tarigan, 2008: 16). Wikipedia mengemukakan tujuan dari penyampaian gagasan atau ide dalam keterampilan berbicara adalah untuk memperoleh respon atau tanggapan dari lawan bicara. Tujuan dari peyampaian gagasan adalah melaporkan, menghibur, dan meyakinkan seseorang.
Gorys Keraf dalam Riyadi (2013) mengemukakan tujuan berbicara diantaranya adalah untuk meyakinkan pendengar, menghendaki tindakan atau reaksi fisik pendengar, memberitahukan, dan menyenangkan para pendengar. Pendapat ini tidak hanya menekankan bahwa tujuan berbicara hanya untuk memberitahukan, meyakinkan, menghibur, namun juga menghendaki reaksi fisik atau tindakan dari si pendengar atau penyimak. Selain itu, berbicara bertujuan untuk lebih menambah pengetahuan dan pengalaman.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan berbicara adalah untuk mengkomunikasikan sesuatu hal dan bertujuan
commit to user
untuk meyakinkan, menghibur, menginformasikan, dan serta menambah pengetahuan dan pengalaman baik untuk pembicara maupun pendengar.
3) Pembelajaran Keterampilan Berbicara di Sekolah Dasar a) Pembelajaran Keterampilan Berbicara
Pembelajaran keterampilan berbicara dalam Bahasa Indonesia merupakan keterampilan yang diajarkan di setiap jenjang pendidikan dan termasuk dalam kompetensi dasar Bahasa Indonesia yang juga diajarkan di kelas IV Sekolah Dasar (SD).
Menurut Santosa, dkk (2010: 6.1) pembelajaran keterampilan berbahasa harus dilakukan berdasarkan pendekatan komunikatif yang implikasinya pada pembelajaran bahasa di SD harus difokuskan pada kemampuan siswa memahami dan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Santosa menambahkan, pembelajaran keterampilan berbicara di sekolah dasar masuk dalam kegiatan belajar 2 yang didalamnya membahas hal-hal yang berkaitan dengan keterampilan berbahasa lisan. Dalam silabus kelas IV, pembelajaran keterampilan berbicara terdapat beberapa kompetensi dasar. Dalam penelitian ini standar kompetensi dan kompetensi dasar berikut:
Tabel 2.1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (Silabus) Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Mengungkapkan pikiran,
perasaan, dan informasi dengan pantun dan bertelepon
6.1 Berbalas pantun degan lafal dan intonasi yang tepat
6. 2 Menyampaikan pesan yang diterima melalui telepon
commit to user
Dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar di atas, peneliti merumuskan indikator sebagai berikut :
6. 1. 1 Mengidentifikasi ciri-ciri pantun.
6. 1. 2 Mengidentifikasi jenis-jenis pantun.
6. 1. 3 Berbalas pantun dengan intonasi yang tepat.
6. 1. 4 Mengungkapkan pesan yang terkandung dalam pantun.
6. 2. 1 Mendefinisikan fungsi dan kegunaan telepon.
6. 2. 2 Mengidentifikasi cara menggunakan telepon.
6. 2. 3 Mengidentifikasi sikap santun bertelepon.
6. 2. 4 Mampu menyampaikan pesan melalui telepon.
6. 2. 5 Menyampaikan pesan sesuai dengan pesan yang diterima melalui telepon.
b) Materi Pembelajaran Keterampilan Berbicara SD Kelas IV (1) Mengidentifikasi ciri-ciri pantun
Pantun merupakan jenis puisi Melayu Lama. Pantun memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
(a) Satu bait pantun berisi empat baris.
(b) Satu baris pantun terdiri dari 8-12 suku kata.
(c) Satu baris bersajak a-b-a-b.
(d) Baris pertama dan baris kedua disebut sampiran.
(e) Baris ketiga dan keempat merupakan isi.
(2) Mengidentifikasi jenis-jenis pantun.
Ada beberapa jenis pantun, diantaranya : (a) Pantun anak
Ke pasar lama menanti Tunggu ibu beli terasi Jadilah anak yang baik hati Agar nanti bisa berprestasi (b) Pantun Kasih sayang
jelatik burung di awan, selasih di atas peti.
Sudah cantik bersama padan,
kasih tersangkut dalam hati.
(c) Pantun jenaka
Pohon manggis di tepi rawa Tempat kakek tidur beradu Sedang menangis nenek tertawa
commit to user Melihat kakek bermain gundu
(d) Pantun adat istiadat Lebat daun bunga tanjung Berbau harum bunga cempaka
Adat dijaga pusaka dijunjung
Baru terpelihara adat pusaka
(e) Pantun agama
Adat melayu bersendi syarak
Syara bersendi kitabullah Bermanfaat ilmu karena dipinak
Diamalkan menurut ajaran Allah
(f) Pantun nasehat
Apalah tanda kayu meranti Kayunya rampak melambai angin
Apalah tanda melayu sejati Ilmunya banyak, belajarpun rajin
(3) Berbalas pantun
(a) Bunga mawar sedang mekar
Harum baunya sudahlah pasti
Cari ilmu walaupun sukar Cita-cita ingin berhasil nanti
(b) Ayo kita pergi ke pasar Membeli buku dan pensil Jika kamu rajin belajar Pasti nanti akan berhasil
(c) Di balik jendela kaca Pameran barang mutakhir Semakin banyak membaca Semakin pandai jangan khawatir
(d) Ambil sapu dekat pagar Bersihkan rumah, halaman juga
Baca buku rajin belajar Tingkah laku pun dijaga
(4) Mengungkapkan pesan yang terkandung dalam pantun (a) Kalau ada jarum yang patah
Jangan simpan dalam peti Kalau ada kata yang salah Jangan simpan dalam hati
commit to user
Amanat/pesan yang terkandung dalam pantun tersebut yaitu segeralah meminta maaf jika melakukan kesalahan atau melukai hati orang lain.
(b) Buah cempedak buah durian Pergi ke pekan naik sepeda Pikir dulu sebelum bertindak Menyesal kemudian tiada guna
Amanat/pesan yang terkandung dalam pantun tersebut yaitu kita harus memikirkan matang-matang segala sesuatu yang akan kita lakukan sebelum kita menyesal setelah melakukannya.
(5) Mendefinisikan fungsi dan kegunaan telepon
Telepon merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan dan menerima informasi atau gagasan dalam bentuk percakapan (suara). Terdapat dua bentuk telepon, antara lain telepon rumah atau telepon duduk dan telepon genggam. Fungsi dan kegunaan telepon adalah untuk berkomunikasi, menyampaikan dan bertukar informasi.
(6) Mengidentifikasi cara menggunakan Telepon Tatacara menelepon :
(a) Sebelum menelepon, siapkan nomor telepon yang akan dihubungi.
(b) Angkat gagang telepon.
(c) Tekan nomor telepon yang akan dihubungi.
(d) Tunggu beberapa saat hingga terdengar nada pilih, nada sibuk maupun nada tersambung.
(e) Jika terdengar nada pilih atau nada sibuk tutup telepon beberapa saat dan ulangi kembali menekan nomor panggilan yang dituju.
(f) Bila telepon tersambung dan pihak yang dituju sudah mengangkat telepon, berbicaralah dengan santun dan jelas.
commit to user
(g) Tutup telepon dengan ucapan terimakasih dan letakkan kembali gagang telepon.
(7) Mengidentifikasi sikap sopan dan santun menerima telepon Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat menerima telepon, antara lain :
(a) Memberikan perhatian sepenuhnya dalam keadaan apapun dan berbicara dengan sopan, santun serta ramah.
(b) Menyediakan alat untuk mencatat seandainya ada yang harus dicatat.
(c) Menyebutkan identitas diri, misalnya “selamat pagi, disini keluarga Yudi.”
(d) Menanyakan maksud penelepon dengan sopan. Misalnya
“Maaf, ada apa pak?”
(e) Menjawab setiap pertanyaan dengan santun.
(f) Mengusahakan tidak menutup pembicaraan terlebih dahulu sebelum penelepon menyudahi pembicaraan.
(8) Mengidentifikasi sikap sopan dan santun ketika akan menelepon
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat menelepon, antara lain :
(a) Siapkan dan yakinkan kebenaran nomor telepon yang akan dihubungi supaya tidak salah sambung.
(b) Menekan nomor telepon dengan benar.
(c) Siapkan pokok pembicaraan yang akan disampaikan agar tidak bertele-tele dan membicarakan hal yang tidak perlu.
(d) Lakukanlah pembicaraan dengan santun, singkat dan sejelas mungkin.
(e) Akhiri pembicaraan dengan santun.
(9) Menyampaikan pesan melalui telepon
Ayah menelepon Tita untuk menyampaikan pesan pada Ibu.
Ayah : halo, selamat siang.
commit to user Tita : selamat siang, ini siapa?
Ayah : ini Ayah sayang, ibu ada?
Tita : oh Ayah, maaf yah, ibu sedang ke warung sebelah.
Ada apa yah?
Ayah : ya sudah, Ayah pesan saja sama Tita. Tolong sampaikan pada ibu untuk memasak karena om Arman sekeluarga akan datang ke rumah.
Tita : iya yah, nanti pasti Tita sampaikan.
Ayah : iya, Tita jangan lupa membantu ibu. Ya sudah, ayah melanjutkan kerja dulu ya, selamat siang.
Tita : iya yah, selamat siang.
Latihan :
Praktikkanlah kegiatan bertelepon pada anggota keluargamu agar dia menyampaikan pesan –pesan berikut ini ! (a) Memberitahukan kepada Ibumu atau Ayahmu bahwa kamu
akan pulang terlambat. Kamu akan mengikuti pembukaan kegiatan Pramuka di sekolah.
(b) Buatlah percakapan pesan dari Kakek berikut ini kepada Ayah melalui telepon. Bunyi pesan “jemput Kakek di Terminal Kebumen besok pagi. Kakek menumpang bus Sinar Jaya.” Praktikkan dengan teman sebangkumu.
(10) Menyampaikan pesan sesuai dengan pesan yang diterima melalui telepon.
Tita menerima pesan dari Ayah melalui telepon. Pesan ditujukan kepada Ibu. Ayah berpesan jika Ibu harus menyiapkan banyak makanan karena Om Arman akan datang berkunjung.
Ibu : Tita.. Tita..
Tita : ya, bu
Ibu : apa Ayah sudah telepon?
Tita : sudah bu,
commit to user Ibu : ayah bilang apa?
Tita : pesan Ayah, ibu diminta untuk masak nasi dan lauk yang banyak. Karena nanti sore om Arman sekeluarga akan datang.
Ibu : oh, iya baiklah. Tapi Tita membantu Ibu ya?
Tita : iya bu.
4) Penilaian Keterampilan Berbicara
Nurgiyantoro (2011: 42) menyatakan pengujian yang menyangkut kompetensi kebahasaan secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tes struktur bahasa dan kosakata tanpa mengabaikan sistem fonologi atau bunyi bahasa. Hal itu dimaksudkan bahwa dalam penilaian keterampilan berbahasa struktur, kosakata, dan pengucapan perlu mendapat perhatian secara khusus, walaupun secara umum pembelajaran dan tes keterampilan berbahasa lebih ditekankan pada penggunaan bahasa yang komunikatif.
Dalam mengevaluasi keterampilan berbicara seseorang menurut Brooks (Tarigan, 2008: 28), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni sebagai berikut :
1) Bagaimana pengucapan bunyi-bunyi tersendiri (vokal dan konsonan), apakah diucapkan dengan tepat?
2) Bagaimana pola-pola intonasi, naik dan turunnya suara, serta tekanan suku kata, apakah memuaskan?
3) Bagaimana ketetapan dan ketepatan ucapan pembicara, apakah mencerminkan bahwa sang pembicara tanpa referensi internal memahami bahasa yang digunakannya?
4) Apakah kata-kata yang diucapkan itu dalam bentuk dan urutan yang tepat?
5) Sejauh mana “kewajaran” atau “kelancaran” ataupun “ke-native- speaker-an” yang tercermin bila seseorang berbicara?
Berdasarkan pendapat di atas, maka penilaian keterampilan berbicara pada siswa kelas IV SDN Tanuharjo dilakukan dengan
commit to user
menggunakan tes unjuk kerja atau tes kinerja. Dengan menggunakan tes unjuk kerja, maka penilaian yang dilakukan terhadap keterampilan berbicara siswa menggunakan lembar pengamatan yang didalamnya terdapat aspek-aspek yang harus diamati yakni lafal, intonasi, ekspresi bicara, pemahaman isi, dan kelancaran.
c. Karakteristik Siswa Kelas IV SD
Perkembangan kognitif anak akan berkembang seiring dengan perkembangan usianya. Piaget dalam Sumantri dan Syaodih (2009: 14) mengemukakan proses perkembangan kognitif anak melalui empat tahap perkembangan, yaitu tahap sensori motor (0-2 tahun), tahap pra operasional (2-7 tahun), tahap operasional konkrit (7-11 tahun), dan tahap operasional formal (11-15 tahun).
Siswa kelas 4 sekolah dasar (SD) di Indonesia pada umumnya berada pada rentang usia 10-11 tahun. Piaget dalam Sumantri dan Syaodih (2009: 15) menyatakan bahwa “anak pada usia 7-11 tahun termasuk dalam tahap operasional konkrit” yang pada tahap ini mereka dapat berpikir sistematis untuk memecahkan permasalahan yang konkret.
Sedangkan menurut Susanto (2013: 77) anak pada tahap operasional konkret sudah mulai memahami aspek-aspek kumulatif materi dan mampu berpikir sistematis mengenai benda dan peristiwa konkret.
Menurut Komalasari (2011: 31) tahap operasional konkret merupakan tahapan ketiga dari tahap perkembangan kognitif anak dengan ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Selama tahap ini terdapat proses-proses penting, antara lain : (1) Pengurutan, yaitu kemampuan untuk mengurutkn objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya, (2) Klasifikasi, yaitu kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, (3) Decentering, yaitu anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. (4) Reversbility, yaitu anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah. (5) Konservasi, yaitu anak mulai memahami kuantitas,
commit to user
panjang, dan jumlah benda. (6) Penghilangan Sifat Egosentrisme, yaitu kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain.
Kemampuan menggunakan logika yang sudah mulai memadai tersebut memungkinkan siswa menyampaikan gagasan atau idenya dengan berbicara.
Jadi dapat disimpulkan bahwa anak usia kelas 4 sekolah dasar (SD) pada termasuk dalam tahap operasional konkret dimana mereka sudah mampu berpikir sistematis dan menggunakan logikanya terhadap benda, peristiwa serta permasalahan yang bersifat konkret dengan melalui beberapa tahap kognitif yang memungkinkan siswa menyampaikan gagasan dengan berbicara dan mampu melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain.
2. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Script dengan Media Gambar
a. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Script 1) Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengonstruksi konsep dan menyelesaikan persoalan (Shoimin, 2014:
45). Pendapat tersebut sejalan dengan Suyatno (2009: 51) yang menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkonstruksi konsep dan menyelesaikan persoalan.”
Huda (2012: 32) mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif ialah metode pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang menempatkan siswa pada kelompok-kelompok kecil untuk dapat bekerja sama, saling membantu dalam pembelajaran dan mengerjakan tugas akademik.
commit to user
2) Jenis-jenis Model Pembelajaran Kooperatif
Huda (2013: 197) menyebutkan, ada 10 tipe model pembelajaran kooperatif, diantaranya : Team Games Tournament (TGT), Team Assisted Individualization (TAI), Student Team Achievement Division (STAD), Number Head Together (NHT), Jigsaw, Think Pair Share, Two Stay Two Stray, Role Playing, Pair Check, dan Cooperative Script.
Team Games Tournament (TGT) dan Student Team Achievement Division (STAD) membantu siswa mereview dan menguasai materi pelajaran dengan cara mengelompokkan siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam satu tim untuk mencapai tujuan pembelajaran. Team Assisted Individualization (TAI) mengelompokkan siswa untuk belajar bersama-sama dan meminimalkan belajar secara individu yang tidak efektif. Number Head Together (NHT) mengelompokkan siswa dengan membagi nomor yang berurutan dan saling berbagi gagasan. Jigsaw memberi kesempatan siswa mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan komunikasi. Think Pair Share memperkenalkan gagasan tentang waktu „tunggu atau berpikir‟ pada pembelajaran untuk meningkatkan respon siswa terhadap pertanyaan.
Two Stay Two Stray mengarahkan siswa bekerjasama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah, dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi. Role Playing merupakan sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan, dan edutainment. Permainan yang dilakukan biasanya memainkan peran orang lain. Pair Check mengarahkan siswa berpasangan dan menuntut siswa untuk dapat menyelesaikan masalah secara mandiri, kerjasama, tanggung jawab sosial dan memberikan penilaian. Cooperative Script mengarahkan siswa untuk bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan dalam menjelaskan bagian- bagian materi yang dipelajari.
commit to user
Dari beberapa tipe model pembelajaran kooperatif di atas, semuanya merupakan model yang bagus diterapkan dalam pembelajaran keterampilan berbicara. Namun dalam penelitian ini peneliti memilih model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Script yang sangat tepat untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa.
3) Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Script
a) Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Script
Menurut Lambiotte (Huda, 2013: 213) Cooperative Script adalah suatu strategi pembelajaran dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan dalam mengikhtisarkan bagian-bagian materi yang dipelajari. Strategi ini ditujukan untuk membantu siswa berpikir secara sistematis dan berkonsentrasi pada materi pelajaran. Sedangkan Schank dan Abelson dalam Shoimin (2014: 49), “model pembelajaran Cooperative Script adalah pembelajaran yang mengambarkan interaksi antar siswa seperti ilustrasi kehidupan sosial dengan lingkungannya sebagai individu, dalam keluarga, kelompok masyarakat, dan masyarakat yang lebih luas.”
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Cooperative Script adalah sebuah model pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk berpasangan, berinteraksi, dan bergantian berbicara serta merespon pembicaraan mengenai materi pembelajaran yang ditentukan guru.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Script terdapat dua peran, yaitu peran sebagai pembicara dan pendengar. Pembicara tugasnya adalah menyampaikan gagasan atau ide, sedangkan pendengar bertugas merespon, mengkritik dan memberi masukan kepada pembicara. Dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Script maka
commit to user
pembelajaran akan lebih efektif dan merata pada semua siswa karena mereka memiliki kesempatan untuk berbicara mengemukakan pendapat.
b) Langkah-langkah Penerapan Cooperative Script
Menurut Huda (2013: 213) langkah-langkah penerapan Cooperative Script adalah sebagai berikut : a) Semua siswa saling duduk berpasangan, b) Guru membagikan wacana kepada siswa untuk dipelajari dan diringkas, c) Setelah semua siswa memiliki ringkasannya sendiri, setiap pasangan diberi tugas untuk berperan sebagai pembicara atau pendengar, d) Pembicara membacakan ringkasan dan menyampaikan gagasan-gagasannya, e) Kemudian setiap pasangan bertukar peran f) Guru bersama siswa membuat kesimpulan, g) Penutup.
Hamid (2011: 220-221) menyatakan langkah-langkah Cooperative Script yaitu : a) Siswa dibagi menjadi berpasangan, b) Guru membagikan wacana/materi kepada siswa untuk dibaca, kemudian membuat ringkasan atau kesimpulan, c) Guru dan siswa menetapkan siapa yang menjadi pembicara dan pendengar, d) Pembaca menyampaikan ringkasannya selengkap mungkin beserta gagasan-gagasannya, e) Siswa yang menjadi pendengar menyimak dan mengoreksi, serta membantu mengingat materi yang diberikan seandainya pembicara lupa, f) Pasangan tersebut kemudian bertukar peran, yang semula menjadi pembicara menjadi pendengar, dan sebaliknya, g) Siswa bersama guru membuat kesimpulan dari materi yang telah dibahas bersama, h) Penutup.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Script yaitu :
a) Guru membagi siswa menjadi berpasangan.
b) Siswa diberi wacana atau materi oleh guru untuk dipelajari dan diringkas, kemudian guru bersama siswa menentukan
commit to user
siapa yang berperan menjadi pembicara dan pendengar.
c) Guru menjelaskan tugas peran pembicara dan pendengar d) Guru mengarahkan siswa yang berperan sebagai pembicara
untuk menyampaikan hasil ringkasan beserta gagasan- gagasannya dan siswa yang berperan sebagai pendengar mengoreksi dan memberi masukan.
e) Guru membimbing masing-masing pasangan siswa bertukar peran, yang semula menjadi pembicara menjadi pendengar dan sebaliknya.
f) Siswa bersama guru membuat kesimpulan.
g) Guru menutup pembelajaran.
Dengan menerapkan langkah-langkah di atas, semua siswa akan aktif dan meningkatkan keterampilan berbicara siswa.
c) Keunggulan dan Kelemahan Cooperative Script
Cooperative Script adalah tipe pembelajaran kooperatif yang memiliki beberapa keunggulan. Huda (2013: 214) menjelaskan beberapa keunggulan Cooperative Script, yaitu :
a) Dapat menumbuhkan ide-ide atau gagasan baru, daya berpikir kritis, serta mengembangkan jiwa keberanian dalam menyampaikan hal-hal baru yang diyakini benar.
b) Mendorong siswa untuk mengemukakan idenya secara verbal.
c) Memotivasi siswa yang kurang pandai agar mampu mengungkapkan pemikirannya.
d) Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.
e) Memudahkan siswa berdiskusi dan melakukan interaksi sosial.
Selain keunggulan, Cooperative Script juga memiliki kelemahan, menurut Huda (2013 : 215), kelemahan Cooperative Script diantaranya ketakutan beberapa siswa untuk mengemukakan ide dan ketidakmampuan siswa menerapkan
commit to user
strategi ini, sehingga banyak waktu tersita untuk menjelaskan pelaksanaan model ini. Namun, kelemahan-kelemahan tersebut dapat diatasi dengan memberikan motivasi pada siswa agar tidak takut dan percaya diri untuk mengungkapkan pendapatnya, serta memberi reward untuk siswa yang berani mengemukakan pendapat, ide serta gagasannya. Dalam menjelaskan model ini hendaknya guru tidak hanya menjelaskan langkah-langkah model sebelum pelaksanaan model, namun juga pada saat proses penerapan model ini berlangsung dalam pembelajaran, dengan kata lain guru menjelaskan sambil melakukan tindakan.
b. Hakikat Media Gambar
1) Pengertian Media Pembelajaran
Naz dan Akbar (2012: 35) berpendapat Media are the means for transmitting or delivering messages and in teaching-learning perspective delivering content to the learners, to achieve effective instruction. Media merupakan pemancar atau pengantar pesan dalam kegiatan belajar mengajar mengirimkan konten perspektif agar pembelajar mencapai keefektivan pelajaran.
Media pembelajaran menurut Gerlach dan Ely, 1971 (dalam Arsyad, 2011: 3) merupakan manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.
Briggs (dalam Kosasih, 2014: 49) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta mendorong siswa untuk belajar.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran ialah suatu perantara atau pengantar pesan pengajaran yang membantu, mempermudah serta membuat siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap serta mendorong kemauan belajar siswa.
commit to user 2) Manfaat Media Pembelajaran
Media memiliki berbagai manfaat dalam pembelajaran.
Sadiman , dkk (2009: 17) mengungkapkan beberapa manfaat media sebagai berikut : a) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalitis, b) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indera, c) Menimbulkan gairah belajar interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar, d) Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan keterampilan visual, auditori, dan kinestetiknya, e) Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.
Menurut Arsyad (2011: 26) ada beberapa manfaat praktis penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar yaitu sebagai berikut : a) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan atau informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar, b) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian siswa serta menimbulkan motivasi belajar dan memungkinkan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan keterampilan dan minatnya, c) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu, d) Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman pada siswa dan memungkinkan siswa untuk berinteraksi dengan lingkungannya.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menfaat utama penggunaan media adalah dapat memperjelas penyajian pesan, informasi, dan materi pembelajaran sehingga dapat memperlancar kegiatan belajar mengajar, meningkatkan efektivitas, proses dan hasil belajar.
3) Jenis-jenis Media Pembelajaran
Media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi, tergantung dari sudut pandang mana melihatnya. Sadiman, dkk (2009: 28-79) mengklasifikasikan media menjadi beberapa klasifikasi, antara lain : a) Media grafis, meliputi: gambar/foto, sketsa,
commit to user
diagram, bagan, grafik, kartun, poster, peta/globe, papan flanel, papan buletin, b) Media audio, meliputi: radio, alat rekam, pita magnetik, piringan hitam, laboratorium bahasa, dan lain sebagainya, c) Media proyeksi diam, meliputi: slide, OHP, proyektor, dan lain-lain.
Sanjaya (2008: 170-171) mengklasifikasikan media pembelajaran menjadi beberapa klasifikasi, yaitu : a) Dilihat dari sifatnya: media auditif, media visual, dan media audio visual, b) Dilihat dari jangkauannya: media yang memiliki daya liput yang terbatas seperti film, slide, video, dan lain sebagainya, c) Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya: media yang diproyeksikan seperti film, slide, film srip, transparan, dan media yang tidak diproyeksikan seperti radio, gambar, foto, lukisan, dan media cetak lainnya.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media memiliki beberapa jenis baik dilihat dari bentuk maupun sifat, jangkauan maupun teknik pemakaiannya yang meliputi media audio, media visual, dan media audio visual dengan beragam jenis media didalamnya. Dari berbagai macam media yang ada, media gambar adalah media yang paling tepat untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa karena dapat mengembangkan kemampuan berpikir, menganalisis, dan mengemukakan pendapat, ide dan gagasan mengenai materi pembelajaran dalam media gambar yang disajikan guru.
4) Media Gambar
a) Pengertian Media Gambar
Media gambar sebenarnya media yang sangat umum digunakan dalam pembelajaran karena kepraktisan dan kemudahan dalam penggunaanya. Meskipun demikian, media gambar tetap mampu menyita perhatian siswa dan mampu memberikan visualisasi yang jelas mengenai konsep yang akan diberikan.
Media ini juga dapat mengembangkan kemampuan berfikir siswa.
commit to user
Soelarko dalam Sadiman, dkk (2009: 28) menjelaskan pengertian dari media gambar adalah peniruan dari benda-benda dan pemandangan dalam hal bentuk, rupa, serta ukurannya terhadap lingkungan. Hal tersebut dimungkinkan supaya media gambar bisa dihadirkan di dalam ruang-ruang tertentu misalnya di dalam kelas.
Edgar Dale dalam Anitah (2010: 8) menerangkan bahwa media gambar dapat mengalihkan pengalaman belajar dari taraf belajar dengan lambang kata-kata ke taraf yang lebih konkrit.
Misalkan guru akan menjelaskan tentang peristiwa gunung meletus, siswa akan lebih mudah menerima konsep jika menggunakan media gambar jika dibandingkan apabila guru hanya menerangkan dengan kata-kata. Media gambar adalah media yang palng umum dipakai (Sadiman, dkk, 2009: 28).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa media gambar merupakan media tiruan dari manusia, benda hidup, dan benda mati serta lingkungan dalam bentuk gambar/foto dua dimensi yang digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran serta untuk mengatasi kesulitan menampilkan benda asli ke dalam ruang kelas. Media gambar memperjelas serta mempermudah penyampaian konsep materi sehingga siswa semakin mudah memahami materi yang disampaikan.
b) Langkah Penggunaan Media Gambar
Langkah-langkah penggunaan media gambar menurut Kosasih (2007) dalam Desman (2013) yaitu: (1) guru menggunakan gambar sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan siswa, (2) guru memperlihatkan gambar kepada siswa di depan kelas, (3) guru menerangkan pembelajaran dengan menggunakan media gambar, (4) guru mengarahkan perhatian siswa pada sebuah gambar sambil mengajukan pertanyaan kepada siswa, (5) guru memberikan tugas kepada siswa.
commit to user
c) Kelebihan dan Kelemahan Media Gambar
Media gambar memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihan media gambar menurut Sadiman, dkk (2009: 29) antara lain: a) Menarik, b) membuat konsep pembelajaran lebih realistis, c) Bersifat konkret, d) Dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, e) Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan, f) Gambar dapat memperjelas suatu masalah, g) Media gambar murah dan mudah didapat serta digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus.
Selain kelebihan-kelebihan di atas, media gambar juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu: a) Gambar hanya menekankan persepsi indera mata, b) Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran, c) Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar, d) membutuhkan biaya yang besar untuk memperbesar media (Sadiman, dkk, 2009: 29).
c. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Script dengan Media Gambar pada Peningkatan Keterampilan Berbicara
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Script dengan media gambar untuk meningkatkan keterampilan berbicara dapat dirumuskan dalam langkah-langkah penerapannya. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Script dengan media gambar yaitu: 1) guru membagi siswa menjadi berpasangan sambil memperlihatkan gambar kepada siswa di depan kelas, 2) Siswa diberi wacana atau materi dengan menggunakan media gambar secara singkat oleh guru untuk dipelajari dan diringkas, 3) guru bersama siswa menentukan siapa yang berperan menjadi pembicara dan pendengar serta menjelaskan tugas peran pembicara dan pendengar, 4) guru mengarahkan siswa yang berperan sebagai pembicara untuk menyampaikan hasil ringkasan beserta gagasan-gagasannya dan pendengar mengoreksi dan memberi masukan, 5) guru membimbing masing-masing pasangan siswa
commit to user
bertukar peran, yang semula menjadi pembicara menjadi pendengar dan sebaliknya, 6) Siswa bersama guru membuat kesimpulan, 7) Guru menutup pembelajaran.
B. Penelitian Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Man pada tahun 2006 yang berjudul Developing Student’s Listening and Speaking Skill Through ELT Podcasts atau Mengembangkan Keterampilan Mendengarkan dan Berbicara Siswa Menggunakan English Language Teaching (ELT) Podcasts. Penelitian ini membahas tentang cara meningkatkan keterampilan mendengarkan dan berbicara dengan menggunakan ELT podcasts. Podcasts berupa program audio-video di sebuah Web yang di update pada jangka waktu yang tetap.
Kesimpulan dalam penelitian tersebut yaitu dengan imajinasi, kreativitas dan penggunaan teknologi dalam pembelajaran bahasa akan membantu meningkatkan keterampilan mendengarkan dan berbicara siswa. Kesamaan penelitian Man dengan penelitian ini ada pada variabel Y yaitu keterampilan berbicara. Sedangkan perbedaannya pada variabel X, penelitian Paul menggunakan media ELT podcasts sedangkan penelitian ini menggunakan media gambar yang diaplikasikan dalam model pembelajaran Cooperative Script. Dengan keberhasilan penelitian tersebut diharapkan juga terjadi pada penelitian yang akan dilakukan di SDN Tanuharjo.
2. Penelitian Morozova pada tahun 2013 dengan judul Methods of Enchancing Speaking Skill of Elementary Level Student atau Metode untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara pada Siswa Jenjang Sekolah Dasar dengan kesimpulan penelitian “Learning English by using new methods in education and traveling and working abroad makes students willing to learn the language, develop their ability to speak fluently, and help them overcome the language barrier.” Belajar bahasa Inggris dengan menggunakan metode dalam pendidikan dan berkeliling serta bekerja ke luar negeri membuat siswa berminat untuk belajar bahasa tersebut, mengembangkan kecakapan untuk faseh berbicara dan membantu mereka mengatasi masalah kebahasaan.
commit to user
Kesamaan dengan penelitian ini yaitu pada variabel Y yaitu keterampilan berbicara siswa SD. Sedangkan perbedaannya terletak pada metode yang digunakan dan bahasa yang dipelajari. Penelitian Yulia menentukan beberapa metode yang tepat untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris, sedangkan penelitian ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Script untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Indonesia.
3. Penelitian yang disusun oleh Nurlaili pada tahun 2014 dengan judul “Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara dengan Menggunakan Model Pembelajaran Cooperative Script Pada Siswa Kelas V SDN 03 Gemolong Tahun Ajaran 2013/2014.” Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatan keterampilan berbicara siswa kelas V dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Script. Penelitian ini menunjukkan berhasilnya model pembelajaran Cooperative Script dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa di SDN 03 Gemolong, yang ditunjukkan dengan ketuntasan klasikal terpenuhi sebanyak 90%. Kesamaan dengan penelitian ini pada variabel X dan variabel Y. Variabel X yakni penggunaan model Cooperative Script, sedangkan variabel Y yaitu keterampilan berbicara.
Dalam penelitian tersebut, penggunaan Cooperative Script mampu meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V SDN 03 Gemolong. Oleh sebab itu, penggunaan model Cooperative Script pada penelitian ini juga dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas IV SDN Tanuharjo.
4. Penelitian yang disusun oleh Suharto pada tahun 2011 dengan judul
“Peningkatan Keterampilan Berbicara melalui Penggunaan Media Gambar Seri” dengan subjek penelitian yaitu siswa kelas III SD N 1 Krobokan Juwangi-Boyolali. Tujuan penelitian ini ialah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Data yang diperoleh pada siklus I perolehan nilai rata- rata siswa sebanyak 64,25 dan meningkat menjadi 73,75 pada siklus II.
Kesamaan dengan penelitian ini pada variabel Y yaitu keterampilan berbicara serta perbedaannya adalah pada media yang digunakan. Suharto
commit to user
menggunakan media gambar seri sedangkan penelitian ini menggunakan media gambar. Pada penelitian tersebut dapat dibuktikan bahwa penggunaan media gambar seri dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa SD kelas III. Diharapkan penggunaan media gambar juga dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas IV SDN Tanuharjo.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori di atas, maka diharapkan penerapan Cooperative Sript dengan media gambar dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas IV SD N Tanuharjo. Pada kondisi awal, di dalam pembelajaran bahasa Indonesia guru belum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Script dengan media gambar. Hal itu disebabkan keterbatasan pengetahuan guru tentang model dan metode pembelajaran yang menarik, inovatif, dan bermakna bagi siswa dalam peningkatan keterampilan berbicara, dan guru belum sepenuhnya menggunakan media pembelajaran yang menarik untuk menunjang kegiatan pembelajaran yang pada akhirnya nilai keterampilan berbicara siswa kelas IV SD N Tanuharjo rendah, hal ini dibuktikan dengan wawancara terhadap guru dan nilai keterampilan berbicara pada semester 1, menunjukkan bahwa keterampilan berbicara siswa rendah, hanya 10 dari 26 siswa atau 38,5 % siswa memperoleh nilai lebih dari KKM yaitu 76.
Tindakan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan menerapkan model pembelajaran baru yang tepat dan lebih inovatif. Tipe pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan keterampilan berbicara yakni model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Script. Cooperative Script merupakan tipe pembelajaran yang masih jarang digunakan guru dalam pembelajaran, namun menarik bagi siswa karena siswa secara langsung dapat menyampaikan pendapat serta gagasannya secara lisan dan mendapat respon langsung dari lawan bicaranya secara lisan pula. Pembelajaran Cooperative Script dengan media gambar dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) guru membagi siswa menjadi berpasangan sambil memperlihatkan gambar kepada siswa di depan kelas, 2) Siswa diberi wacana atau materi dengan menggunakan media gambar secara singkat oleh guru
commit to user
untuk dipelajari dan diringkas, 3) guru bersama siswa menentukan siapa yang berperan menjadi pembicara dan pendengar serta menjelaskan tugas peran pembicara dan pendengar, 4) guru mengarahkan siswa yang berperan sebagai pembicara untuk menyampaikan hasil ringkasan beserta gagasan-gagasannya dan pendengar mengoreksi dan memberi masukan, 5) guru membimbing masing- masing pasangan siswa bertukar peran, yang semula menjadi pembicara menjadi pendengar dan sebaliknya, 6) Siswa bersama guru membuat kesimpulan, 7) Guru menutup pembelajaran. Berdasarkan langkah-langkah di atas, maka kegiatan pembelajaran menjadi menyenangkan dan memberikan pengalaman bermakna bagi siswa. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Script dengan media gambar pada pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan keterampilan berbicara siswa kelas IV SDN Tanuharjo akan meningkat.
Dari penjelasan tersebut dapat dibuat skema seperti berikut.
commit to user
Gambar 2.2 Skema Kerangka Berpikir Dalam pembelajaran belum
menggunakan Cooperative Script dengan media gambar:
1. Keterbatasan
pengetahuan guru tentang model dan metode
pembelajaran dalam peningkatan keterampilan berbicara siswa.
2. Guru belum sepenuhnya menggunakan media yang menarik.
Keterampilan berbicara siswa masih rendah.
Tindakan
Melalui penerapan
cooperative script dengan media gambar.
Langkah-langkah:
1. Pembagian pasangan 2. Pemberian materi 3. Penentuan peran 4. Pelaksanaan peran 5. Bertukar peran 6. Kesimpulan 7. Penutup
Kegiatan pembelajaran menyenangkan dan memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa.
Kondisi Akhir
Setelah menggunakan cooperative script dengan media gambar, keterampilan berbicara siswa kelas IV SDN Tanuharjo meningkat.
Kondisi Awal
commit to user D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan sebagai berikut :
“Jika penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Script dengan media gambar dilaksanakan dengan langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa kelas IV SD N Tanuharjo Tahun ajaran 2014/2015.”