• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FINANCIAL STATEMENT TAHUN OLEH SHEREN SONIA BRAHMANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FINANCIAL STATEMENT TAHUN OLEH SHEREN SONIA BRAHMANA"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FINANCIAL STATEMENT FRAUD PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2015 - 2018

OLEH

SHEREN SONIA BRAHMANA

160503020

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2020

(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Financial Statement Fraud (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2015-2018)" adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah. Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 23 Maret 2021

Yang membuat Pernyataan

Sheren Sonia Brahmana NIM 160503020

(3)

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FINANCIAL STATEMENT FRAUD Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2018)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi financial statement fraud pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Faktor-faktor yang diteliti terdiri dari variabel financial stability, nature of industry,change in auditor dan change in director. Populasi penelitian ini adalah 128 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2018.

Berdasarkan teknik pengambilan sampel purposive sampling diperoleh 63 perusahaan sampel dengan 252 unit analisis observasi. Teknik analisis data penelitian menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis regresi linier berganda untuk menguji hipotesis penelitian.

Hasil penelitian membuktikan bahwa secara parsial variabel nature of industry berpengaruh negatif terhadap financial statement fraud secara signifikan dan variabel change in director berpengaruh positif terhadap financial statement fraud secara signifikan, sedangkan variabel financial stability tidak berpengaruh terhadap financial statement fraud. Secara simultan variabel financial stability, nature of industrydan change in director berpengaruh signifikan terhadap financial statement fraud pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2018.

Kata kunci : financial statement fraud, financial stability, nature of industry, change in director.

(4)

ABSTRACT

FACTORS THAT AFFECTING FINANCIAL STATEMENT FRAUD Of Manufacturing Companies Listed on the

Indonesia Stock Exchange 2015-2018

This study aims to analyze the factors that affect financial statement fraud on manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange. The factors studied consisted of variabels financial stability, nature of industry, change in auditor and change in director. The population of this research is 128 manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2015-2018.

Based on the purposive sampling technique, 63 sample companies were obtained with 252 units of observation analysis. Research data analysis techniques using descriptive statistical analysis and multiple linear regression analysis to test the research hypothesis.

The results of the study prove that partially the nature of industry variable has a significant negative effect on financial statement fraud and the change in director variable has a significant positive effect on financial statement fraud, while the variable financial stability has no effect on financial statement fraud.

Simultaneously financial stability, nature of industry and change in director variables have a significant effect on financial statement fraud on manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2015-2018.

Keywords: financial statement fraud, financial stability, nature of industry, change in director.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti sampaikan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat kasih karunia, dan penyertaanNya yang telah diberikan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Financial Statement Fraud (Studi Empiris Pada PerusahaanManufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2015-2018)". Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Strata 1 pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan sebagai peneliti pemula.

Selama penulisan skripsi ini, peneliti telah banyak menerima bimbingan, bantuan, saran, motivasi, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE M.S., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak, CPA selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak., CA selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, bantuan, dan motivasi kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat selesai dengan lancar dan tepat waktu. Bapak Drs. Hotmal Ja'far, MM., Ak selaku dosen penguji, dan Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak selaku dosen pembanding

(6)

peneliti yang telah banyak memberikan waktu, saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, yang sudah banyak berbagi ilmu pengetahuan dan keterampilan sepanjang masa perkuliahan peneliti.

5. Kepada kedua orang tua terkasih, Bapak John E Brahmana dan Ibu Lidia Br. Pinem yang senantiasa mendoakan, mendukung, memotivasi, dan melimpahkan kasih sayangnya kepada peneliti.

6. Kepada abang peneliti yang selalu membantu, mendukung dan memberikan kasih sayang kepada peneliti.

7. Para sahabat peneliti terkasih Agnes Angelia, Gabetama Malau, Ananda Putra, Audric Kee, Aquinaldo Sipayung yang telah memberikan semangat, dukungan, serta hiburan kepada peneliti untuk tetap semangat dan berjuang dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Para sahabat berbeda pulau peneliti, Audrey Agita, dan Agritina Barus yang selalu mendoakan, berbagi sukacita, mendukung, memotivasi dan memberikan semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi, tetaplah menjadi garam dan terang dunia.

9. Teman-teman seperjuangan S1 Akuntansi FEB USU 2016 dan seluruh pihak yang turut membantu selesainya penyusunan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam skripsi ini mungkin masih banyak terdapat kesalahan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang

(7)

bermanfaat demi penulisan yang lebih baik. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca, bagi peneliti selanjutnya, dan bagi dunia pendidikan.

Medan, 23 Maret 2021

Peneliti,

Sheren Sonia Brahmana NIM 160503020

(8)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 10

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) ... 10

2.1.2 Fraud ... 11

2.1.3 Jenis-Jenis Fraud ... 14

2.1.4 Fraud Triangle ... 14

2.1.5 ElemenFraud Triangle ... 15

2.1.6 Fraud Diamond ... 17

2.1.7 Earning Management ... 19

2.1.8 Financial Statement Fraud ... 22

2.2 Review Penelitian Terdahulu ... 23

2.3 Kerangka Konseptual... 27

2.4 Hipotesis Penelitian ... 28

2.4.1 Pengaruh Financial Stability Terhadap Financial Statement Fraud ... 28

2.4.2 Pengaruh Nature of Industry Terhadap Financial Statement Fraud ... 29

2.4.3 Pengaruh Change in DirectorTerhadap Financial Statement Fraud ... 30

2.4.4 Pengaruh Financial Stability, Nature of Industry, Change in Auditor, Change in Director Terhadap Financial Statement FraudTerhadap Financial Statement Fraud ... 31

(9)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 32

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 32

3.3.1 Variabel Dependen (Variabel Terikat) ... 32

3.3.2 Variabel Independen (Variabel Bebas) ... 35

3.4 Populasi dan Sampel ... 39

3.5 Jenis dan Sumber Data ... 40

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 40

3.7 Metode Analisis Data ... 41

3.7.1 Analisis Data Deskriptif ... 41

3.7.2 Uji Asumsi Klasik ... 41

3.7.3 Uji Hipotesis ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian... 50

4.1.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 50

4.1.2 Uji Asumsi Klasik ... 52

4.1.2.1 Uji Normalitas ... 52

4.1.2.2 Uji Multikolinearitas ... 54

4.1.2.3 Uji Autokorelasi ... 55

4.1.2.4 Uji Heteroskedastisitas ... 56

4.1.3 Uji Hipotesis ... 57

4.1.3.1 Uji Koefisien Determinasi/Regresi ... 59

4.1.3.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 60

4.1.3.3 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)... 60

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 62

4.2.1 Pengaruh Financial Stability terhadap Financial Statement Fraud ... 62

4.2.2 Pengaruh Nature of Industry terhadap Financial Statement Fraud ... 62

4.2.3 Pengaruh Change in Director terhadap Financial Statement Fraud ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 65

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 65

5.3 Saran ... 66

(10)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Perbedaan Hasil Penelitian Terdahulu ... 5

2.1 Jenis-Jenis Fraud ... 14

2.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 23

3.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ... 38

3.2 Kriteria Pemilihan Sampel... 39

4.1 Statistik Deskriptif (sebelum transformasi) ... 50

4.2 Statistik Deskriptif (setelah transformasi) ... 50

4.3 Uji Komogorov-Smirnov... 52

4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ... 54

4.5 Hasil Uji Autokorelasi ... 55

4.6 Uji Heteroskedastisitas ... 57

4.7 Hasil Uji t... 58

4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)... 59

4.9 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 60

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

1.1 Grafik Fenomena Financial Statement Fraud ... 4

2.1 Fraud Triangle Theory ... 15

2.2 Fraud Diamond Theory ... 18

2.3 Kerangka Konseptual ... 28

4.1 Uji Normalitas... 53

4.2 Uji Heteroskedastisitas ... 56

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Fenomena Financial Statement Fraud ... 69

2 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian ... 70

3 Jadwal Penelitian... 74

4 Daftar Sampel yang Memenuhi Kriteria ... 75

5 Data Variabel Dependen... 77

6 Data Variabel Independen ... 79

7 Output SPSS ... 86

8 F Tabel dan t Tabel ... 89

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen dasar yang penting dalam operasional suatu perusahaan. Kondisi finansial suatu perusahaan tercermin dari laporan keuangan dan hasil proses akuntansi dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas operasional suatu perusahaan dengan pihak tertentu yang membutuhkan data atau aktivitas keuangan perusahaan tersebut. Oleh karena itu dalam menyajikan laporan keuangannya perusahaan harus melakukannya dengan sebaik mungkin dan sesuai dengan SAK.Penyajian terstruktur mengenai posisi keuangan dan kinerja suatu entitas selama suatu periode tertentu dapat dilihat dalam laporan keuangan, dan bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

Penyajian laporan keuangan akan berfungsi secara maksimal apabila sesuai dengan unsur-unsur kualitatifnya, antara lain : mudah dipahami, andal, dapat dibandingkan (comparable), dan relevan. Dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia tahun 2001 disebutkan bahwa pemakai laporan keuangan meliputi investor, karyawan, pemerintah serta lembaga keuangan, dan masyarakat.

Mereka mengharapkan laporan keuangan yang disajikan manajemen perusahaan

(14)

andal yaitu bebas dari salahsaji material dan unsur kecurangan (fraud) .Meningkatnya berbagai kasus skandal akuntansi di dunia menyebabkan berbagai pihak berspekulasi bahwa manajemen telah melakukan kecurangan pada laporan keuangan (Skousen et al., 2009).Fenomena financial statement fraud yang terjadi di Indonesia pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2018 diuraikan dalam bentuk grafik pada gambar 1.1

Pada tahun 2002 eksekutif perusahaan WorldCom telahmemanipulasi laba perusahaan sekitar US$ 3,8 miliar dalam laporan keuangan perusahaan.

Manajemen perusahaan melakukan kamuflase dengan berpura-pura memasukkan pos investasi sebesar US$ 3,9 miliar padahal sesungguhnya jumlah tersebut adalah biaya operasional sehingga seolah-olah perusahaan dapat menekan biaya tersebut dan memperoleh laba yang besar. WorldCom bangkrut dimana saham senilai US$ 60 perlembar menjadi US$ 9 sen perlembar dengan meninggalkan hutang mencapai US$ 41 miliar.

Pada tahun 2015 Toshiba Corporation didera skandal akuntansi senilai US$1,2 miliar yang menyebabkan pemimpin perusahaan Hisao Tanaka dan dua eksekutif lainnya mengundurkan diri. Pengunduran diri datang setelah laporan pihak ketiga menunjukkan bahwa eksekutif puncak perusahaan menetapkan target keuntungan realistis yang secara sistematis menyebabkan akuntansi cacat. Toshiba adalah perusahaan besar yang telah berdiri selama 140 tahun di Jepang dengan lini usaha meliputi reaktor nuklir hingga chip memori. Perusahaan terjerat dalam skandal akuntansi terbesar di negara itu sejak 2011 selama 5 tahun.

(15)

Penggelembungan laba sebesar ¥151,8 miliar atau US$1,2 miliar ini dilakukan agar tidak kehilangan investor.

Di Indonesia sendiri terdapat beberapa skandal akuntansi yang cukup merusak rantai kepercayaan antara investor dan manajemen. Pada tahun 2001 perusahaan manufaktur adalah PT KIMIA FARMA yang bergerak di bidang farmasi. Manajemen PT KIMIA FARMAmenggelembungkan laba bersih pada laporan keuangan senilai Rp. 32,4 miliar dimana sebenarnya Rp 99,6 miliar dan ditulis Rp 132 miliar. Hal tersebut sangat merugikan investor dan juga BAPPEPAM. Harga saham turun dengan drastis ketika kesalahan tersebut terungkap kepada publik.Pada tahun 2005 perusahaan PT. Great River Internasional yang bergerak di bidang garmen melakukan ovestatement atas penyajian akun penjualan dan piutang dalam laporan keuangan dan penambahan aktiva tetap perseroan, khususnya yang terkait dengan penggunaan dana hasil emisi obligasi, yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Akibatnya perusahaan mengalami kesulitan arus kas dan tidak dapat membayar utang Rp 250 miliar kepada Bank Mandiri dan gagal membayar obligasi senilai Rp 400 miliar.

Fraud sebenarnya tidak hanya terjadi di perusahaan BUMN dan perusahaan manufaktur saja. Perusahaan perbankan contohnya kasus yang menimpa Lippo Bank pada tahun 2002 yang melaporkan perusahaan dalam keadaan rugi dengan aset yang lebih kecil dari nilai aset yang sebenarnya. Bank Century pada tahun 2008 yang melakukan penggelapan dana investasi ke rekening pribadi sehingga mengakibatkan tergerusnya aset perusahaan dan mengalami kerugian. Sun Prima Nusantara Pembiayaan Finance pada tahun 2015

(16)

yang mengajukan penundaan kewajiban pembayaran utang yang berasal dari kredit perbankan. Bank Bukopin pada tahun 2018 yang merevisi laporan keuangan perusahaan tiga tahun dikarenakan adanya perubahan laba perusahaan.

Bank Bukopin merevisi turun laba bersih, penurunan terbesar di bagian pendapatan kartu kredit. Kecurangan laporan keuangan juga terjadi pada perusahaan PT.KAI pada tahun 2005, PT.Waskita Karya pada tahun 2008, serta pada perusahaan penerbangan Garuda Indonesia pada tahun 2018.

Gambar 1.1 Grafik Fenomena Financial Statement Fraud Sumber : Lampiran I

Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi financial statement fraud juga menunjukkan hasil yang inkonsisten. Penelitian tersebut telah dilakukan oleh Sihombing dan Rahardjo (2014), Hanifa dan Laksito (2015), Husmawati et al (2017), dan Nugraheni dan Triatmoko (2017). menyajikan adanya Research GAP mengenai financial statement fraud pada Tabel 1.1.

0 0.5 1 1.5 2 2.5

2001 2002 2005 2008 2015 2018

Financial Statement Fraud

Financial Statement Fraud

(17)

Tabel 1.1 Research GAP Financial Statement Fraud

No. Variabel Peneliti Hasil

1.

Financial Stability

Sihombing dan Rahardjo (2014)

Berpengaruh Hanifa dan Laksito (2015) Berpengaruh Positif Nugraheni dan Triatmoko

(2017)

Tidak Berpengaruh 2.

Nature of Industry

Sihombing dan Rahardjo (2014)

Berpengaruh Hanifa dan Laksito (2015) Berpengaruh Positif Nugraheni dan Triatmoko

(2017)

Tidak Berpengaruh 3. Change in

Director

Sihombing dan Rahardjo (2014)

Tidak Berpengaruh Hanifa dan Laksito (2015) Tidak Berpengaruh

Husmawati et al (2017) Berpengaruh Sumber: diolah peneliti dari berbagai jurnal (2019)

Dalam teori keagenan (agency theory) menyatakan bahwa konflik kepentingan (conflict of interest) antara manajemen (agen) dan pemegang saham (prinsipal) timbul karena kedua pihak berusaha untuk mementingkan kepentingan masing-masing. Manajemen memiliki informasi yang lebih banyak mengenai internal perusahaan dibandingkan dengan pemegang saham. Sehingga manajemen dapat menggunakan informasi yang diketahuinya untuk memanipulasi laporan keuangan untuk memaksimumkan kesehjahteraannya.

Perusahaan ingin agar laporan keuangan yang dipublikasikan menampilkan kondisi keuangan yang terbaik. Oleh karena itu, manajemen berusaha untuk meningkatkan kinerja perusahaan agar laporan keuangan yang dipublikasikan selalu terlihat baik setiap tahunnya. Namun, seringkali manajemen gagal dalam mencapai tujuan tersebut dan melakukan tindak kecurangan agar

(18)

laporan keuangan dapat terlihat baik dan memuaskan. Oleh karena kecurangan tersebut, maka laporan keuangan tidak dapat menjadi informasi yang valid untuk menjadi dasar dalam pengambilan keputusan. Auditor sebagai pihak yang bertanggungjawab harus mendeteksi aktivitas kecurangan sebelum akhirnya berkembang menjadi skandal akuntansi yang sangat merugikan. Beberapa skandal akuntansi yang telah terjadi menunjukkan bahwa telah terjadi kegagalan audit yang menyebabkan kerugian para pelaku bisnis. Meskipun salah saji belum tentu berkaitan dengan kecurangan, akan tetapi faktor resiko yang berkaitan dengan manajemen terbukti ada.

Perusahaan yang go-public memiliki kemungkinan terjadinya fraud yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan perusahaan yang belum listing di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan berusaha melakukan perbaikan dan peningkatan kinerja agar nilai perusahaan di Bursa Efek Indonesia meningkat.

Ketidakmampuan perusahaan dalam meningkatkan nilai perusahaan mengakibatkan perusahaan terancam pailit. Sebagian besar perusahaan tidak dapat memenuhi tuntutan pasar dan tidak dapat meningkatkan kinerja dari tahun ke tahun. Oleh karena itu perusahaan sering melakukan earning management yang merupakan salah satu bentuk financial statement fraud agar dapat merebut hati para investor dan para principal.

Financial Statement Fraud merupakan suatu masalah signifikan karena dampak yang ditimbulkannya dapat merugikan negara dan pihak-pihak terkait dalam jumlah yang cukup besar. Peran profesi auditor (Fraud Examiner and Forensic Auditor) harus lebih diefektifkan agar dapat dideteksi sejak awal

(19)

sebelum berkembang menjadi masalah/skandal yang besar. Auditor bukanlah penjamin dan tidak bertanggung jawab untuk mendeteksi semua kecurangan, namun penemuan tentang adanya salah saji material pada laporan keuangan adalah tujuan utama dari audit (SAS 99).

Salah satu proksi yang bisa digunakan untuk mengukur financial statement fraud adalah earning management. Financial Statement Fraud berkaitan erat dengan tindakan manipulasi laba yang dilakukan oleh manajemen. Menurut Skousen et al (2009) "Financial Statement Fraud yang tidak terdeteksi dapat berkembang menjadi sebuah skandal besar yang merugikan banyak pihak".

Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi financial statement fraud dengan menggunakan analisis fraud diamond oleh Wolfe dan Hermanson (2009) dengan acuan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Skousen et al (2009).

Variabel-variabel dari fraud diamond yang meliputi Pressure, Opportunity, Rasionalization, dan Capability tidak dapat begitu saja diteliti sehingga membutuhkan proksi variabel. Pressure diproksikan dengan financial stability; Opportunity diporksikan dengan nature of industry; Rationalization diproksikan dengan change in auditor; Capability diproksikan dengan change in director. Adanya tekanan (pressure) kepada manajemen untuk senantiasa melakukan perbaikan dan peningkatan kinerja guna meningkatkan nilai perusahaan, adanya kesempatan (oppotunity) bagi manajemen yang lebih mengetahui internal perusahaan, adanya pemikiran rasionalisasi (rationalization) dalam melakukan kecurangan dan mengambil keuntungan pribadi karena sudah bekerja dengan baik dalam perusahaan, adanya kemampuan (capability)

(20)

manajemen sebagai pihak yang menyusun laporan keuangan sehingga dapat melakukan kecurangan merupakan hal-hal yang menjadi pemicu terjadinya Financial Statement Fraud. Keinginan perusahaan untuk tetap meningkatkan kinerja perusahaan menyebabkan perusahaan mengambil jalan pintas dengan cara melakukan Fraud.

Berdasarkan uraian sebelumnya peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian lanjutan dengan judul "Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Financial Statement Fraud pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2015-2018".

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada bab diatas diajukan pertanyaan penelitian yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah variabel Financial Stability berpengaruh secara parsial terhadap Financial Statement Fraud?

2. Apakah variabel Nature of Industry berpengaruh secara parsial terhadap Financial Statement Fraud?

3. Apakah variabel Change in Director berpengaruh secara parsial terhadap Financial Statement Fraud?

4. Apakah financial stability, nature of industry, dan change in director berpengaruh secara simultan terhadap financial statement fraud?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti yang empiris mengenai :

(21)

1. Untuk mengetahui pengaruh variabel Financial Stability secara parsial terhadap terjadinya Financial Statement Fraud,

2. Untuk mengetahui pengaruh variabel Nature of Industry secara parsial terhadap terjadinya Financial Statement Fraud,

3. Untuk mengetahui pengaruh variabel Change in Director secara parsial terhadap terjadinya Financial Statement Fraud,

4. Untuk mengetahui pengaruh financial stability, nature of industry, dan change in director secara simultan terhadap financial statement fraud 1.4 Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat berikut ini:

1. Bagi Peneliti

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengalaman untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis mengenai financial statement fraud.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya tentang financial statement fraud.

3. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pandangan terhadap perkembangan audit khususnya financial statement fraud dalam perusahaan manufaktur.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

"Hubungan keagenan timbul karena adanya kontrak antara prinsipal dan agen dengan mendelegasikan wewenang untuk mengambil keputusan kepada agen" Jensen et al (1976). Dengan disetujuinya suatu kontak, masing-masing pihak memiliki harapan akan keberhasilan kontrak tersebut. Teori keagenan menganggap bahwa individu berperilaku sesuai dengan kepentingan masing- masing. Para prinsipal menginginkan laba yang tinggi dari perusahaan agar investasi yang telah ditanamkan cepat kembali, sedangkan manajemen yang bertindak sebagai agen juga memiliki kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraannya.

Dividen yang akan diterima investor bergantung dengan besarnya laba.

Semakin tinggi laba, maka harga saham akan semakin tinggi dan semakin besar pula dividen yang akan diterima. Namun, agen pun memiliki kepentingan sendiri yakni bonus yang akan diterima. Prinsipal menginginkan return yang tinggi atas investasinya, sedangkan agen memiliki kepentingan untuk mendapatkan kompensasi yang besar atas hasil kinerjanya.

Perbedaan kepentingan ini menyebabkan conflict of interest diantara kedua pihak. Hal inilah yang mendorong terjadinya asimetri informasi di antara kedua

(23)

agen menghadapi beberapa tekanan (pressure) untuk menemukan cara agar kinerja perusahaan selalu meningkat dengan harapan bahwa dengan peningkatan kinerja maka principal akan memberikan suatu bentuk apresiasi (rationalization).

Disamping itu agen memiliki akses informasi tentang operasi (capability) dan kinerja perusahaan lebih banyak dibandingkan pada prinsipal serta kesempatan dan peluang untuk menaikkan laba (opportunity).

2.1.2 Fraud

2.1.2.1 Definisi Fraud

Tanpa disadari hampir setiap hari berita di media massa (cetak dan elektronik) memuat berbagai berita tentang Fraud. Namun, kata-kata fraud masih jarang diketahui oleh masyarakat. Fraud adalah suatu hal yang sering terjadi bukan hanya di kehidupan sehari-hari, pemerintah bahkan di perusahaan publik.

Fraud merupakan suatu jenis penyimpangan yang terkesan sederhana namun Fraud berbentuk lebih kompleks dari yang kita kenal selama ini. Sebagian besar masyarakat mengartikan bahwa fraud adalah korupsi. Berita yang sering di bahas di media massa dan menjadi buah bibir masyarakat adalah korupsi terutama yang melibatkan para petinggi di negara Indonesia. Padahal sebenarnya, fraud memiliki banyak tipe termasuk salah satunya adalah korupsi.

Fraud merupakan suatu perbuatan dan tindakan yang dilakukan secara sengaja, sadar, tahu dan mau untuk menyalahgunakan segala sesuatu yang dimiliki secara bersama, misalnya : sumber daya (asset) perusahaan dan negara demi kenikmatan pribadi dan kemudian dengan sengaja menyajikan informasi yang salah untuk menutupi penyalahgunaan atau kekurangan tersebut.

(24)

"Kecurangan terjadi ketika salah saji dibuat dalam suatu keadaan dimana si pelaku mengetahui bahwa hal itu merupakan suatu kepalsuan dan dilakukan dengan maksud untuk melakukan kecurangan" Arens et al (2008). Menurut Statement of Auditing Standards No.99 fraud adalah "Tindakan yang disengaja untuk menghasilkan salah saji material dalam laporan keuangan yang merupakan subjek audit". Menurut Association of Certified Fraud Examiners (dalam Ernst & Young LLP, 2009) "Kecurangan (fraud) sebagai tindakan penipuan yang dibuat oleh seseorang atau badan yang mengetahui bahwa kekeliruan tersebut dapat mengakibatkan kerugian kepada individu atau entitas lain.

Fraud sering terjadi di korporasi yang besar, baik pemerintah maupun swasta sehingga kerugiannya sangat besar. Pada kasus ENRON, kerugian yang ditimbulkan bukan hanya kerugian material karena uang yang diinvestasikan oleh para investor dan karyawan hangus, tetapi nyawa yang melayang akibat stress yang diterima. Pelaku Fraud pada kasus ENRON adalah direksi perusahan berkolusi dengan KAP Arthur Andersen. Akibatnya KAP Arthur Andersen sebagai salah satu KAP big five pada masa itu ditutup. Menurut Albrecht et all (2006), Fraud merupakan penipuan yang terdiri dari elemen penting, yaitu : Penyajian (a representation), menyangkut hal-hal yang material (about a material point), yang salah (which is false), dilakukan dengan sengaja atau ceroboh (and intentionally or recklessly so), yang dipercayai (which is to believed), dilakukan pada korban (and acted upon by the victim) dan untuk kerugian korbannya (to the vicitim's damage).

(25)

2.1.2.2 Tipologi Fraud

ACFE (Association of Certified Fraud Examiners, 2000) membagi Fraud kedalam tiga (3) tipologi tindakan, yaitu; penggelapan aset (asset missappropriations), korupsi (corruption) dan pernyataan yang salah (frauduluent statements).

1. Penggelapan Aset (Asset Missappropriations)

Penyimpangan ini meliputi penyalahgunaan atau pencurian asset/harta perusahaan. Asset missapropriation merupakan fraud yang paling mudah dideteksi karena sifatnya yang tangible atau dapat dihitung.

2. Korupsi (Corruption)

Korupsi merupakan Fraud paling sulit dideteksi karena korupsi biasanya tidak dilakukan oleh satu orang saja tetapi sudah melibatkan pihak lain (kolusi). Kerjasama yang dimaksud dapat berupa penyalahgunaan wewenang, penyuapan (bribery), penerimaan hadiah yang illegal (gratuities) dan pemerasan secara ekonomis (economic gratuities).

3. Pernyataan yang Salah (Fraudulent Missatements)

Hal ini dilakukan dengan melakukan rekayasa terhadap laporan keuangan untuk memperoleh keuntungan dari berbagai pihak, Penggelapan aktiva perusahaan juga dapat menyebabkan laporan keuangan perusahaan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan menghasilkan laba yang atraktif (window dressing).

(26)

2.1.3 Jenis-Jenis Fraud

Menurut Albrecht et all (2006) , Fraud diklasifikasikan menjadi 5 jenis pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Jenis-jenis Fraud No

.

Jenis Kecurangan

Korban Pelaku Penjelasan

1. Penggelapan oleh karyawan

Pemberi Kerja Karyawan Para karyawan secara langsung atau tidak langsung mengambil hak

dari pemberi kerja.

2. Kecurangan Manajemen

Pemegang Saham, Pemberi

pinjaman, dan pihak yang mengandalkan laporan keuangan

Manajemen Puncak

Top Management memberikan penyajian yang salah biasanya pada

informasi keuangan.

3. Kecurangan Investasi

Investor Individu Individu menipu investor dengan melakukan penanaman modal curang.

4. Kecurangan Vendor

Organisasi yang membeli barang

atau jasa

Penjual barang atau

jasa

Mengenakan biaya yang berlebih atas barang atau jasa maupun pengiriman barang kepada pembeli

meskipun pembayaran telah dilakukan 5. Kecurangan

pelanggan (Customer)

Penjual barang atau jasa

Pelanggan Pelanggan menipu penjual agar memberi lebih atau menagih kurang dari yang

seharusnya.

Sumber:Albrecht W. Steve, Conan C.Albrecht, Chad O.Albrecht.2006.

Fraud Examination, Edisi 2, Thomson South Western, USA.Hal 11 2.1.4 Fraud Triangle

2.1.4.1 Definisi Fraud Triangle

Teori yang mendasari penelitian ini adalah fraud triangle theory yang merupakan salah satu konsep dasar dari pencegahan dan pendeteksian fraud.

(27)

(1953). Melalui serangkaian wawancara dengan 113 orang yang telah dihukum karena melakukan penggelapan uang perusahaan yang disebutnya”trust violators"atau "pelanggar kepercayaan". Penelitian Cressey diterbitkan dengan judul Other's People Money: A Study in the Social Psychology of Emberzzelent.

Penelitian Cressey ini secara umum menjelaskan alasan mengapa orang-orang melakukan Fraud.

2.1.5 Elemen Fraud Triangle

Fraud Triangle terdiri dari tiga elemen, yaitu : Pressure, Opportunity, dan Rationalization. Berikut ini Fraud Triangle divisualisasikan dalam Gambar 2.1:

Pressure

Opportunity Rationalization

Gambar 2.1

Fraud Triangle Theory oleh Cressey (1953)

Berikut merupakan penjelasan mengenai bagian-bagian dari setiap elemen yang mendasari Fraud Triangle.

1. Pressure (Tekanan)

Pressure (Tekanan) yaitu insentif yang mendorong orang melakukan kecurangan karena tuntutan gaya hidup, ketidakberdayaan

(28)

dalam soal keuangan, perilaku gambling, mencoba-coba untuk mengalahkan sistem dan ketidakpuasan kerja. Bentuk nyata didalam kehidupan yang dihadapi oleh pelaku yang mendorong untuk melakukan kecurangan dapat berupa kebiasaan sering berjudi, kencanduan obat terlarang, atau menghadapi persoalan keuangan. Tekanan dalam bentuk persepsi merupakan opini yang dibangun oleh pelaku yang mendorong untuk melakukan kecurangan seperti misalnya executive need. Dalam SAS No.99, terdapat empat jenis kondisi yang umum terjadi pada tekanan yang dapat mengakibatkan kecurangan yaitu, Financial Stability, External Pressure, Personal Financial Need, Financial Targets.

2. Opportunity (Kesempatan)

Menurut SAS 99 (AU 316) , kesempatan merupakan situasi yang membuka kesempatan bagi manajemen atau pegawai untuk melakukan kecurangan. Hal yang paling menonjol yaitu pengendalian internal (internal control). Pengendalian internal yang tidak baik akan memberi peluang untuk melakukan kecurangan. Dari tiga faktor risiko kecurangan, peluang merupakan hal dasar yang dapat terjadi kapan saja sehingga memerlukan pengawasan dari struktur organisasi mulai dari atas. SAS No.

99 menyebutkan bahwa peluang pada Financial Statement Fraud dapat terjadi pada tiga kategori yaitu, Nature of Industry, Ineffective Monitoring, Organizational Structure.

(29)

3. Rationalization (Rasionalisasi)

Rasionalisasi menjadi elemen penting dalam terjadinya fraud, dimana pelaku mencari pembenaran atas perbuatannya. Sikap atau karakter merupakan hal yang menyebabkan satu atau lebih individu untuk secara rasional melakukan kecurangan. Integritas manajemen merupakan penentu utama dari kualitas laporan keuangan. Bagi individu yang tidak jujur, lebih mudah dalam merasionalisasi penipuan. Bagi individu yang memiliki moral lebih tinggi, mungkin tidak begitu mudah. Para pelaku fraud selalu mencari pembenaran secara rasional untuk membenarkan perbuatannya. Dalam SAS No.99, proksi untuk rasionalisasi (rationalization) yaitu change in auditor.

2.1.6 Fraud Diamond

2.1.6.1 Defenisi Fraud Diamond

Fraud diamond merupakan sebuah pandangan baru tentang fenomena fraud yang dikemukakan oleh Wolfe dan Hermanson (2004). Fraud diamond merupakan suatu bentuk penyempurnaan dari teori Fraud Triangle oleh Cressey (1953). Fraud diamond menambahkan satu elemen kualitatif yang diyakini memiliki pengaruh signifikan terhadap Fraud yakni Capability pada gambar 2.2.

(30)

Pressure Opportunity

Rationalization Capability

Gambar 2.2

Fraud Diamond Theory oleh Wolfe dan Hermanson (2004)

2.1.6.2 Capability as the fourth

Wolfe dan Hermanson (2004) berpendapat bahwa ada pembaharuan Fraud triangle untuk meningkatkan kemampuan mendeteksi dan mencegah Fraud yaitu dengan cara menambahkan elemen keempat yakni Capability.

Wolfe dan Hermanson (2004) berpendapat bahwa :

“Many Frauds, especially some of the multibillion-dollar ones, would not have occurred without the right person with the right capabilities in place.Opportunity opens the doorway to Fraud, and incentive and Rationalization can draw the person toward it. But the person must have the Capability to recognize the open doorway as an Opportunity and to take advantage of it by walking through, not just once, but time and time again. Accordingly, the critical question is; Who could turn an Opportunity for Fraud into reality?

Artinya adalah banyak fraud yang umumnya bernominal besar tidak mungkin terjadi apabila tidak ada orang tertentu dengan kapabilitas khusus yang ada dalam perusahaan. Opportunity membuka peluang atau pintu masuk bagi Fraud dan Pressure dan Rationalization yang mendorong seseorang untuk melakukan Fraud. Namun menurut Wolfe dan Hermanson (2004), orang yang

(31)

melakukan Fraud tersebut harus memiliki kapabilitas untuk menyadari pintu yang terbuka sebagai peluang emas dan untuk memanfaatkannya bukan hanya sekali namun berkali-kali. Wolfe dan Hermanson (2004) mengemukakan bahwa dalam mendesain suatu sistem deteksi, sangat penting untuk mempertimbangkan personal yang ada di perusahaan yang memiliki kapabilitas untuk melakukan Fraud atau menyebabkan penyelidikan oleh internal auditor seperti yang dikemukakan dalam jurnal penelitiannya di bawah ini:

When designing detection system, it is important to consider who within the organization has the Capability to quash a red flag, or to cause a potential inquiry by internal auditors to be redirected. A key to mitigating Fraud is to focus particular attention on situations offering, in addition to incentive and Rationalization the combination of Opportunity and Capability.

Teori ini menjelaskan bahwa kunci dalam memitigasi fraud adalah dengan fokus pada situasi khusus yang terjadi selain Pressure dan Rationalization serta kombinasi dari Opportunity dan Capability.

2.1.7 Earning Management

Earing management menurut Scott (2003:369) adalahsebagai pilihan yang dilakukan oleh manajemen dalam menentukan kebijakan akuntansi untuk mencapai beberapa tujuan tertentu. Definisi manajemen laba telah banyak di definisikan dalam banyak riset terdahulu. Manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses laporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Manajemen laba sulit untuk dideteksi dari laporan keuangan karena kecenderungan manajemen laba untuk tidak terlihat. Riset-riset awal pada manajemen laba mengkorelasikan

(32)

fenomena manajemen laba tersebut dengan penggantian metode akuntansi yang dipilih manajemen.

Cornett et al. (dalam Ujiyantho et al, 2007) mengatakan bahwa tindakan manajemen laba telah memunculkan beberapa kasus skandal kecurangan yang secara luas diketahui, antara lain Enron, World Com dan mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat, Gideon (dikutip oleh Ujiyantho dan Pramuka, 2007) juga mengatakan bahwa beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, seperti PT. Lippo Tbk, dan PT. Kimia Farma Tbk juga melibatkan kecurangan laporan keuangan (financial statement fraud) yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi.

Dengan melihat beberapa contoh tersebut, sangat relevan bila dikatakan bahwa manajemen laba merupakan bagian dari fraud. Financial statement fraud sering diawali dengan salah saji atau manajemen laba dari laporan keuangan kuartal yang dianggap tidak material tetapi akhirnya tumbuh menjadi fraud secara besar-besaran dan menghasilkan laporan keuangan tahunan yang menyesatkan secara material (Rezaee, 2002). Tindakan memanilpulasi laba untuk memperoleh outlook perusahaan yang baik dilakukan oleh manajemen perusahaan. Dalam hubungannya dengan kinerja, laporan keuangan sering dijadikan dasar untuk penilaian kinerja perusahaan. Kebijakan dan keputusan yang diambil oleh manajemen dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan. Oleh sebab itu, manajemen akan memilih metode tertentu untuk memperoleh laba sesuai dengan target yang

(33)

ditentukan.Tindakan memanipulasi laba oleh manajemen ini tergolong sebagai fraud pada laporan keuangan.

Manajemen laba juga tidak dapat diamati secara langsung, sehingga dibutuhkan suatu proksi yang dapat mengindikasi terjadinya manajemen laba.

Dalam beberapa penelitian, discretionary accruals digunakan sebagai proksi untuk manajemen laba dihitung dengan menggunakan Modified Jones Model Dechow et al. (dalam Ujiyantho et al, 2007). Menurut Scott (2003:383) berbagai pola yang sering dilakukan manajemen dalam manajemen laba yaitu; taking a bath, income minimization, incomemaximization, dan income smoothing.

1. Taking a bath

Taking a bath terjadi pada stress period atau reorganisasi pada perusahaan, misalnya: pengangkatan CEO baru. Bila perusahaan harus melaporkan laba yang tinggi, manajemen dipaksa untuk melaporkan laba yang tinggi, konsekuensinya manajer akan menghapus aktiva dengan harapan laba yang akan datang dapat meningkat.

2. Income Minimization

Bentuk ini mirip dengan taking a bath, tetapi lebih sedikit ekstrim, yakni dilakukan sebagai alasan politis pada periode laba yang tinggi dengan mempercepat penghapusan aktiva tetap dan aktiva tak berwujud dan mengakui pengeluaran-pengeluaran sebagai biaya. Pada saat rasio profitabilitas perusahaan tinggi, kebijakan yang diambil dapat berupa penghapusan atas barang modal dan

(34)

aktiva tak berwujud, biaya iklan dan pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan, hasil akuntansi untuk biaya eksplorasi dengan maksud agar tidak mendapat perhatian secara politis, misalnya : biaya pajak, biaya tender, dll.

3. Income Maximization

Tindakan ini bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi dengan tujuan untuk memperoleh bonus yang lebih besar. Perencanaan bonus yang didasarkan pada data akuntansi mendorong manajemen untuk memanipulasi data akuntansi tersebut guna menaikkan laba untuk meningkatkan pembayaran bonus tahunan.

4. Income Smoothing

Hal ini dilakukan dengan meratakan laba yang dilaporkan untuk tujuan pelaporan eksternal, terutama bagi investor karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.

2.1.8 Financial Statement Fraud

2.1.8.1 Definisi Financial Statement Fraud

Financial Statement Fraud merupakan sebagai suatu tindakan yang disengaja dilakukan oleh manajemen dengan cara merekayasa nilai dari laporan keuangan untuk menyesatkan para pengguna laporan keuangan. Statement of Auditing Standards No.99 mendefinisikan financial statement fraud sebagai tindakan atau perbuatan yang disengaja untuk menghasilkan salah saji material dalam laporan keuangan yang merupakan subjek audit. Menurut PSA No.70 (Standar Audit seksi 316) tentangpertimbangan atas kecurangan dalam audit

(35)

atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan”. Menurut Wells (2011), Financial Statement Fraud mencakup beberapa modus, antara lain :

1. Pemalsuan, pengubahan, atau manipulasi catatan keuangan (financial record), dokumen pendukung atau transaksi bisnis.

2. Penghilangan yang disengaja atas peristiwa, transaksi, akun, atau informasi signifikan lainnya sebagai sumber dari penyajian laporan keuangan.

3. Penerapan yang salah dan di sengaja terhadap prinsip akuntansi, kebijakan, dan prosedur yang digunakan untuk mengukur, mengakui, melaporkan dan mengungkapkan peristiwa ekonomi dan transaksi bisnis.

4. Penghilangan yang disengaja terhadap informasi yang seharusnya disajikan dan diungkapkan menyangkut prinsip dan kebijakan akuntansi yang digunakan dalam membuat laporan keuangan.

2.2 Review Penelitian Terdahulu

Hingga saat ini telah banyak penelitian yang membahas tentang financial statement fraud. Berikut ini disajikan ringkasan review penelitian terdahulu yang berkaitan dengan fraud pada tabel 2.2 dan digunakan sebagai salah satu pedoman dalam penelitian ini.

Tabel 2.2 Ringkasan Review Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Pengaruh Variabel dependen pada penelitian tersebut terhadap Financial Statement Fraud Berpengaruh Tidak Berpengaruh 1. Wolfe dan

Hermanson (2004)

- Pressure - Opportunity - Change in Auditor

- Capability 2. Skousen et al

(2009)

- Pressure - Opportunity - Rationalization 3. Lou dan Wang

(2009)

- Pressure - Rasio Tinggi dari

Transaksi - Integrasi Manajemen

- Ukuran Perusahaan

(36)

Perusahaan - Hubungan perusahaan

dengan auditornya 4. Norbarani (2012) - External Pressure

- Financial Target

- Financial Stability - Personal Financial Need

- Ineffective Monitoring 5. Sihombing dan

Rahardjo (2014)

- Financial Stability - External Pressure - Nature of Industry

- Financial Target - Ineffective Monitoring

- Change in Auditor - Capability 6. Hanifa dan Laksito

(2015)

- Financial Stability - Financial Target

- External Pressure - Likuiditas - Ineffective Monitoring - Kualitas auditor eksternal

- Perubahan Direksi 7. Nugraheni dan

Triatmoko (2017)

- Financial Target - Financial Stability - Personal Financial

Need

- Financial Stability - Ineffective Monitoring

- Nature of Industry - Opini Audit - Perubahan Direksi

Sumber: diolah peneliti dari berbagai jurnal (2020)

Hasil penelitian Wolfe dan Hermanson (2004), menjelaskan bahwa fraud triangle dapat dikembangkan dan meningkatkan upaya pencegahan dan deteksi fraud dengan menambahkan elemen keempat yaitu Capability. Penelitian oleh Skousen et al. (2009), mendeteksi fraud dengan menggunakan analisis fraud triangle.Penelitian ini mengaji efektivitas dari teori Cressey (1953) tentang fraud risk factors yang diterapan dalam SAS No.99 dalam mendeteksi financial statement fraud. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cepatnya pertumbuhan asset, peningkatan kebutuhan uang tunai, pembiayaan eksternal yang positif berkaitan dengan kemungkinan terjadinya fraud.

(37)

Penelitian oleh Lou dan Wang (2009), menguji faktor risiko dari fraud triangle. Penelitian ini menggunakan model logistik sederhana seperti contoh faktor risiko kecurangan ISA 240 dan SAS 99. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecurangan pelaporan keuangan berhubungan dengan salah satu kondisi berikut: tekanan keuangan perusahaan, rasio yang lebih tinggi dari transaksi yang kompleks suatu perusahaan, integritas manajemen suatu perusahaan, dan hubungan perusahaan dengan auditornya.

Penelitian di Indonesia dilakukan oleh Norbarani (2012) menguji fraud risk factor dari SAS No.99 yang diadopsi dari fraud triangle (Cressey, 1953).

Sampel yang digunakan oleh penelitian ini yaitu seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009-2010 yang melaporkan laporan tahunannya di website BEI dan website perusahaan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah external pressure yang diproyeksikan dengan rasio arus kas bebas memiliki hubungan negatif dengan financial statement fraud. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa financial targets yang diproyeksikan dengan return on asset memiliki hubungan positif dengan financial statement fraud. Namun penelitian ini tidak membuktikan bahwa financial stability yang diproyeksikan dengan rasio perubahan total aset, personal financial need yang diproyeksikan dengan rasio kepemilikan saham oleh orang dalam, dan variabel ineffective monitoring yang diproyeksikan dengan rasio dewan komisaris independen berpengaruh terhadap financial statement fraud.

(38)

Penelitian oleh Sihombing dan Rahardjo (2014) menganalisis fraud diamond dalam mendeteksi financial statement fraud. Sampel yang digunakan oleh peneliti yaitu seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-2012 yang melaporkan laporan tahunannya di website BEI dan website perusahaan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah variabel financial stability yang diproyeksikan dengan rasio perubahan total aset, variabel external pressure yang diproyeksikan dengan leverage ratio, variabel nature of industry yang diproyeksikan dengan rasio perubahan total akrual terbukti berpengaruh terhadap financial statement fraud. Namun penelitian ini tidak membuktikan bahwa variabel financial target yang diproyeksikan dengan ROA, variabel innefective monitoring yang diproyeksikan dengan rasio dewan komisaris independen, change in auditor dan Capability yang diproyeksikan dengan perubahan direksi memiliki pengaruh terhadap financial statement fraud.

Penelitian oleh Hanifa dan Laksito (2015) menguji pengaruh indikator fraud terhadap fraudulent financial statement pada perusahaan publik di Indonesia. Kesimpulan dari penelitian ini adalah faktor risiko stabilitas keuangan berpengaruh positif terhadap fraudulent financial statement dan risiko target keuangan berpengaruh negatif terhadap fraudulent financial statement. Namun penelitian ini tidak dapat membuktikan hubungan risiko tekanan eksternal,, likuiditas, efektivitas pengawasan, kualitas auditor eksternal, dan perubahan direksi terhadap fraudulent financial statement.

(39)

Penelitian oleh Nugraheni dan Triatmoko (2017) menguji faktor-faktor kecurangan laporan keuangan dalam perspektif fraud diamond pada perusahaan perbankan. Hasil dari penelitian ini yaitu variabel financial target, external pressure, dan financial personal need berpengaruh terhadap financial statement fraud. Variabel financial stability, ineffective monitoring, nature of industry, opini audit, dan perubahan direksi tidak berpengaruh terhadap financial statement fraud.

2.3 Kerangka Konseptual

Laporan keuangan hendaknya dapat menyajikan informasi yang andal dan reliable. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi adanya Financial Statement Fraud sebelum akhirnya berkembang dan merugikan bagi perusahaan. Sesuai dengan tujuan penelitian bahwa pendeteksian adanya fraud penting dilakukan dalam upaya pencegahan perluasan masalah perusahaan. Hal tersebut dikarenakan terjadinya fraud menandakan rapuhnya manajemen perusahaan dalam melakukan pengendalian. Pengendalian internal dan eksternal perusahaan perlu ditingkatkan dalam upaya mencegah terjadinya fraud. Manajemen perusahaan perlu melakukan tindakan proaktif untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya fraud demi integritas keuangan, reputasi, dan masa depan perusahaan.

Penelitian ini menggunakan variabel yang mengacu pada faktor risiko kecurangan oleh Cressey (1953) yang diadopsi dalam SAS No.99 (Skousen et al.2009) dan oleh Wolfe dan Hermanson (2004). Faktor-faktor tersebut tidak dapat diteliti secara langsung sehingga memerlukan variabel proksi dalam penelitian (Skousen et al. 2009). Penelitian ini menggunakan tiga variabel proksi independen. Selanjutnya, variabel dependen penelitian, yaitu Financial Statement

(40)

Financial Statement

Fraud (Y)

Fraud diproksikan dengan earning management karena memiliki kaitan yang erat dengan terjadinya fraud pada laporan keuangan (Rezaee, 2002). Earning management dapat digunakan sebagai indikator terjadinya fraud pada laporan keuangan. Berdasarkan teori yang telah diuraikan sebelumnya, kerangka konseptual dalam penelitian ini tercantum pada Gambar 2.3

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual 2.4 Hipotesis Penelitian

2.4.1 Pengaruh Financial Stability terhadap Financial Statement Fraud Financial Stability adalah keadaan yang memaksa perusahaan untuk menampilkan keuangan yang stabil. Manajemen seringkali mendapat tekanan untuk mengelola perusahaan agar perusahaan tetap stabil, karena apabila suatu perusahaan berada dalam kondisi stabil maka nilai perusahaan tersebut akan menjadi daya tarik bagi investor, kreditor maupun pengambil keputusan lainnya.

Hal inilah yang memicu manajemen untuk melakukan kecurangan guna menutupi kondisi stabilitas yang buruk. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Loebbecke et al. (1989), yang menyatakan bahwa perusahaan yang mengalami pertumbuhan di

Financial Stability (X1)

H1

H4

H2

H3

Nature of Industry (X2)

Change in Director (X3)

(41)

bawah rata-rata industri, mendorong manajemen untuk memanipulasi laporan keuangan agar prospek perusahaan meningkat dalam (Skousen et al., 2009).

Bentuk manipulasi pada laporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen berkaitan dengan pertumbuhan aset perusahaan (Skousen et al.,2009).

Oleh karena itu, tingkat pertumbuhan aset digunakan untuk memproksikan financial stability. Aset merupakan cerminan kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan yang dapat digunakan untuk menunjukkan outlook dari suatu perusahaan. Pertumbuhan aset dapat digunakan untuk menilai besar atau kecilnya suatu perusahaan dan citra perusahaan. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan aset di suatu perusahaan, maka dapat dikatakan perusahaan itu besar dan memiliki citra atau outlook yang baik. Sebaliknya, apabila tingkat pertumbuhan aset suatu perusahaan semakin kecil atau bahkan negatif, maka dapat dikatakan perusahaan tersebut dalam kondisi keuangan yang tidak stabil dan dianggap tidak mampu beroprasi dengan baik. Berdasarkan uraian diatas diajukan hipotesis pertama sebagai berikut:

H1 : Financial Stability berpengaruh terhadap Financial Statement Fraud 2.4.2 Pengaruh Nature of Industry terhadap Financial Statement Fraud

Summers dan Sweeney (1998) mencatat bahwa akun piutang dan persediaan memerlukan penilaian subjektif dalam memperkirakan tidak tertagihnya piutang dan obsolete inventory. Mereka menyarankan bahwa karena adanya penilaian subjektif dalam menentukan nilai dari akun tersebut, manajemen dapat menggunakan akun tersebut sebagai alat untuk memanipulasi laporan keuangan. Argumen ini didukung oleh Loebbecke et al. (1989), yang menemukan

(42)

bahwa akun piutang dan persediaan terlibat dalam sejumlah besar fraud dalam sampel mereka.

Summers dan Sweeney (1998) meneliti akun piutang dan persediaan, menemukan bahwa kondisi akun persediaan dan piutang usaha berbeda antara perusahaan yang melakukan fraud dengan perusahaan yang tidak melakukan fraud. Nature of Industry menggunakan proksi yang berkaitan dengan piutang yaitu rasio perubahan dalam piutang usaha. Ukuran ini dihitung sebagai rasio piutang terhadap penjualan di tahun t dikurangi dengan rasio piutang terhadap penjualan di tahun t-1, dimana t adalah tahun sebelum terjadinya fraud. Oleh karena itu, semakin tinggi rasio perubahan piutang maka semakin besar kemungkinan terjadinya kecurangan. Berdasarkan uraian diatas diajukan hipotesis kedua sebagai berikut:

H2 : Nature of Industry berpengaruh terhadap Financial Statement Fraud 2.4.3 Pengaruh Change in Director terhadap Financial Statement Fraud

Capability adalah suatu faktor kualitatif yang menurut Wolfe dan Hermanson merupakan salah satu pelengkap dari model Fraud Triangle dari Cressey. Menurut Wolfe dan Hermanson fraud tidak akan terjadi tanpa keberadaan orang yang tepat dengan kemampuan yang tepat. Pengawasan lemah memberikan kesempatan bagi seseorang untuk melakukan fraud dan orang tersebut merasionalisasikan perilaku fraud-nya. Namun, orang tersebut harus memiliki kemampuan untuk mengenali peluang sebagai sebuah kesempatan untuk mengambil keuntungan tersebut.

(43)

Change in Director tidak selamanya berdampak baik bagi perusahaan.

Perubahan direksi bisa menjadi suatu upaya perusahaan untuk memperbaiki kinerja direksi sebelumnya dengan melakukan perubahan susunan direksi ataupun perekrutan direksi yang baru yang dianggap lebih berkompeten dari direksi sebelumnya. Sementara di sisi lain, pergantian direksi bisa menjadi suatu upaya untuk menyingkirkan direksi yang dianggap mengetahui fraud yang dilakukan perusahaan serta perubahan direksi dianggap akan membutuhkan waktu adaptasi sehingga kinerja awal tidak maksimal. Berdasarkan uraian diatas diajukan hipotesis ketiga sebagai berikut:

H3 : Change in Director berpengaruh terhadap Financial Statement Fraud

2.4.4 Pengaruh Financial Stability, Nature of Industry, dan Change in Director secara simultan terhadap Financial Statement Fraud

Berdasarkan uraian diatas diajukan hipotesis keempat sebagai berikut:

H4 : Financial Stability, Nature of Indusry, dan Change in Director berpengaruh secara simultan terhadap Financial Statement Fraud.

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif kausal yaitu tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih, dari variabel tersebut kemudian dicari seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Peneltian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi financial statement fraud dalam perspektif fraud diamond.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data dari laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2015-2018. Jadwal penelitian dapat dilihat pada Lampiran III.

3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.3.1 Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variabel dependen sering juga disebut dengan variabel terikat atau variabel tidak bebas, variabel output, kriteria atau konskuen, dan menjadi perhatian utama dalam sebuah pengamatan.Variabel ini dijelaskan dan dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2017:61). Definisi Financial Statement Fraud menurut Association of Certified Fraud Examiners (Rezaee, 2002) adalah: "the intentional, deliberate,

(45)

misstatement, or omission of material facts, or accounting data which is misleading and, when considered with all the information made available, would case the reader to change or alter his or her judgment or decision."

Selanjutnya, penelitian ini memproksikan Financial Statement Fraud dengan earnings management yaitu : Nilai Discretionary Accrual dari Modified Jones Model dengan skala pengukuran skala rasio. Rezaee (2002) menyatakan bahwa: "Suatu Financial Statement Fraud sering kali diawali dengan salah saji atau manajemen laba dari laporan keuangan kuartal yang dianggap tidak material tetapi akhirnya tumbuh menjadi Fraud secara besar-besaran dan menghasilkan laporan keuangan tahunan yang menyesatkan."

Dalam penelitian ini, earnings management digunakan sebagai proksi financial statement fraud. Earnings management muncul karena adanya kesempatan bagi manajemen perusahaan untuk memilih metode akuntansi tertentu tanpa mengikuti peraturan yang berlaku sehingga dapat memanipulasi laba perusahaan yang akhirnya mendatangkan keuntungan bagi dirinya. Dalam pelaksanaannya, Standar Akuntansi Keuangan memperbolehkan manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan, salah satunya dengan berbasis akuntansi akrual.

Dasar akrual dalam laporan keuangan memberikan kesempatan kepada manajemen untuk memodifikasi laporan keuangan untuk menghasilkan jumlah laba yang diinginkan (Halim et al., 2005). Jumlah akrual yang tercermin dalam penghitungan laba terdiri dari discretionary accruals dan nondiscretionary

(46)

accruals. Nondiscretionary accruals merupakan komponen akrual yang terjadi seiring dengan perubahan dari aktivitas perusahaan. Discretionary accruals merupakan komponen akrual yang berasal dari earnings management yang dilakukan manajemen.

Manajemen laba (DACC) dapat diukur melalui discretionary accruals yang dihitung dengan cara menyelisihkan total accruals (TACC) dan nondiscretionary accruals (NDACC). Discretionary accruals (DACC) merupakan tingkat akrual yang tidak normal yang berasal dari kebijakan manajemen untuk melakukan rekayasa terhadap laba sesuai dengan yang mereka inginkan. Dalam menghitung DACC, digunakan Modified Jones Model. Alasan penggunaan model ini karena Modified Jones Model dapat mendeteksi manajemen laba lebih baik dibandingkan dengan model-model lainnya sejalan dengan hasil penelitian Dechow et al. (dalam Ujiyantho et al, 2007). Manajemen laba dalam penelitian ini diproksikan dengan discretionary accruals dan menggunakan skala rasio melalui rumus sebagai berikut.

Model perhitungannya sebagai berikut:

TAC it = Niit - CFOit...(1)

Dimana,

TAC it = Total Akrual Niit = Laba Bersih CFOit = Arus Kas Operasi

(47)

Nilai total accrual (TAC) diestimasi dengan persamaan regresi OLS sebagai berikut:

TACit/Ait-1=β1(1/Ait1)+β2(ΔRevt/Ait1)+β3(PPEt/Ait1)+e...(2)

Dengan menggunakan koefisien regresi diatas, nilai nondiscretionary accruals (NDA) dapat dihitung dengan rumus :

NDAit =β1(1/Ait-1)+β2(ΔRevt/Ait-1-ΔRect/Ait-1)+β3(PPEt/Ait1)...(3)

Selanjutnya discretionary accruals (DA) dapat dihitung sebagai berikut:

DAit=TACit/AitNDAit...(4)

Dimana,

DAit = Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t NDAit = Non Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t TACit = Total akrual perusahaan i pada periode ke t

Niit = Laba bersih perusahaan i pada periode ke t

CFOit = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke-t Ait-1 = Total aktiva perusahaan i pada periode ke t-1

ΔRevt = Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t PPEt = Akiva tetap perusahaan pada periode ke t

ΔRect = Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t e = error

3.3.2 Variabel Independen (Variabel Bebas)

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono,

(48)

2017:61). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Financial Stability yang diproksikan dengan rasio perubahan total aset (ACHANGE), Nature of Industry yang diproksikan dengan Rasio Piutang usaha (RECEIVABLE), Change in Director yang diproksikan dengan Perubahan Direksi (DCHANGE).

3.3.2.1 Financial Stability

Financial Stability adalah keadaan yang memaksa perusahaan untuk menampilkan keuangan yang stabil. Ketika stabilitas keuangan dalam kondisi terancam, maka manajemen akan melakukan berbagai cara untuk membuat stabilitas keuangan terlihat baik. Penilaian mengenai kestabilan kondisi keuangan perusahaan dapat dilihat dari bagaimana keadaan asetnya. Manajemen seringkali mendapat tekanan untuk mengelola perusahaan agar tetap stabil, karena apabila perusahaan berada dalam kondisi stabil maka nilai perusahaan tersebut akan menjadi daya tarik bagi investor, kreditor maupun pengambil keputusan lainnya.

Aset sebagai manfaat ekonomi yang mungkin terjadi dimasa mendatang yang diperoleh atau dikendalikan oleh suatu entitas tertentu sebagai akibat transaksi atau peristiwa masa lalu. Total aset menggambarkan kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan. Total aset meliputi aset lancar dan aset tidak lancar. Financial Stability diproksikan dengan ACHANGE yang merupakan rasio perubahan aset selama dua tahun(Skousen et al. 2009. Skala pengukuran untuk variabel ini menggunakan skala rasio ACHANGE dihitung dengan rumus:

𝐀𝐂𝐇𝐀𝐍𝐆𝐄 = 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍𝑨𝒔𝒆𝒕 𝒕 − 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒆𝒕 𝒕 − 𝟏

Referensi

Dokumen terkait

dengan ini menyatakan apabila saya mengundurkan diri dari proses seleksi CPNS formasi pelamar umum tahun 2013 di Pemerintah Provinsi Jawa Timur setelah dinyatakan

Perancangan sistem yang akan digunakan diharapkan dapat membantu operator pada Konsorsium Asuransi TKI Jasindo (Jasa Asuransi Indonesia) dalam memberikan informasi

Sel-sel akar tumbuhan umumnya mengandung konsentrasi ion yang lebih tinggi daripada medium disekitarnya (Fitter dan Hay, 1991). Beraneka ragam unsur dapat ditemukan didalam

Maka dengan kata lain dapat dikatakan bahwa variabel Religiusitas, Promosi, dan Keamanan Bertransaksi secara bersama- sama (simultan) berpengaruh secara signifikan terhadap

Pada tanggal 12 Agustus 2016 TK PKK 106 Merten bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Yogyakrta melaksanakan kegiatan wajib kunjung museum. Tujuan dari kegiatan

Mengenai permasalahan tayangan televisi, meskipun tidak semua tetapi pada umumnya zaman sekarang tayangan televisi nasional didominasi oleh acara-acara yang banyak diminati

1) KPI kepuasan dan kontribusi stakeholder menghasilkan performance yang sangat baik karena semua KPI melewati target yang diharapkan oleh PT Jaya Celcon Prima, dengan

Tujuan Penelitian : (1) Untuk mengetahui peningkatan kemampuan anak dalam pembelajaran materi konsep bilangan TK Pertiwi Desa Temulus Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus..